Ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat atau kurang:
Pabrik Tahu DUTA membutuhkan desain IPAL untuk mengolah limbah cairnya sebesar 17,745 m3 per hari agar memenuhi baku mutu. Desain IPAL yang diusulkan menggunakan sistem kombinasi anaerobik-aerobik dengan bak pemisah minyak, bak ekualisasi, bak anaerobik, bak aerobik dan biofilter, serta bak penjernih.
1. DESAIN PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR
LIMBAH (IPAL) PABRIK TAHU “DUTA” MALANG
LAPORAN
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas KelompokMata
Kuliah AMDAL Tentang Desain IPAL
Disusun Oleh :
NAMA : DRAJAD PANGESTU (22415022)
FAHMI SHIDIQ (22415380)
FIRHAN ALBUKHARI (22415710)
GALANG WADIAN P. (22415810)
HEZI TRIPANGESTU J. (23415155)
IFADHO MAKMUR (23415233)
FEBBY ANTHONIO DE Q. (22415581)
YANUAR RACHMAT (27415219)
KELAS : 2IC01
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Industri tahu merupakan salah satu industri pangan yang berpotensi
dalam pencemaran air dari limbah cair yang dihasilkannya. Tahu dibuat dengan
bahan baku utama berupa kedelai dan mem- butuhkan banyak air dalam setiap
tahapan proses pembuatannya. Dari hasil proses produksi tahu tersebut
didapatkan tahu untuk dikonsumsi, ampas tahu untuk pakan ternak atau
pemanfaatan lainnya serta limbah cair.
Limbah cair yang dihasilkan dari setiap proses pembuatan tahu
mempunyai debit yang cukup besar. Untuk setiap 1 kg bahan baku kedelai
dibutuhkan rata-rata
45 liter air dan akan dihasilkan limbah cair berupa whey tahu sebanyak 43,5
liter (Nuraida dalam Amir Husin 2008:1). Whey mengandung bahan-bahan
organik berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak yang tinggi
(Nurhasan dan Pramudyanto, 1987 dalam Amir Husin2008:1). Limbah cair
tahu dengan karak- teristik mengandung bahan organik tinggi, suhu mencapai
40oC - 46oC, kadar BOD5 (6.000 - 8.000 mg/l), COD (7.500 -14.000 mg/l), TSS
dan pH yang cukup tinggi pula (Herlambang, 2002:15).
Pabrik Tahu DUTA merupakan salah satu industri tahu yang berada di
kota Malang. Pabrik tahu DUTA berkapasitas produksi 900 kg kedelai/hari.
Namun, Pabrik Tahu DUTA belum
melakukan pengolahan terhadap limbah cair tahu yang dihasilkannya. Limbah cair
dari proses produksi tahu tersebut
3. merupakan limbah cair organik bio- degradable yang berpotensi untuk men-
cemari lingkungan air pada sungai Sumpil. Oleh karena itu, Pabrik Tahu DUTA
membutuhkan sebuah instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ekonomis
dalam hal pengadaan dan pengoperasian ketika sudah dibangun.
Banyak teknologi untuk mengolah limbah cair organik, salah satu cara
untuk mengatasi masalah limbah cair industri tahu adalah dengan kombinasi
pengolahan anaerobik dan aerobik.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Pokok permasalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Tidak adanya usaha pengelolahan limbah cair dari proses produksi
tahu.
2. Kualitas BOD, COD, TSS dan pH belum memenuhi Keputusan
Gurbernur Jatim Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya.
3. Limbah cair tahu berpotensi untuk mencemari lingkungan air.
4. Pabrik Tahu DUTA memiliki modal yang terbatas dan luas lahan yang
terbatas untuk pembangunan (IPAL)
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mendapatkan desain IPAL
yang sesuai untuk memberi masukan kepada Pabrik Tahu DUTA Malang maupun
pihak yang terkait agar melakukan pengolahan terhadap limbah cair yang
dihasilkan dari proses produksi tahu. Dengan adanya pengolahan air limbah tahu,
maka kesehatan dan estetika lingkungan sekitar bisa ditingkatkan.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pabrik Tahu DUTA Malang yang berkapasitas produksi 900 kg kedelai
perhari menghasilkan limbah cair sebesar 17,745 m3
dengan kualitas BOD5,
COD, TSS, dan pH berturut – turut adalah 1.340 mg/L, 1.852 mg/L, 1.520 mg/L,
dan 4,09. Berdasarkan baku mutu limbah cair yang telah ditentukan oleh
pemerintah, maka dibutuhkan perencanaan instalasi pengolahan limbah cair
pabrik tahu tersebut. Untuk mengolah limbah cair pabrik tahu dapat
menggunakan kombinasi sistem anaerobik – aerobik dengan biofilter karena
limbah cair pabrik tahu dapat terurai secara biologis dengan peranan
mikroorganisme. Instalasi yang dibutuhkan yaitu bak pemisah minyak, bak
ekualisasi, bak anaerobik dan bak aerobik yang dilengkapi biofilter, serta
bak penjernih. Bak pemisah minyak multifungsi untuk saponifikasi, bak
ekualisasi dapat menurunkan kadar TSS, bak anaerobik memiliki efisiensi
sebesar 75 % dan efisiensi bak aerobik 95 %, serta bak penjernih yang
dilengkapi dengan pompa sirkulasi lumpur. Dari pengolahan tersebut tidak
didapatkan lumpur dan diperkirakan BOD5, COD, TSS berturut – turut sebesar
15,9 mg/L , 22,0 mg/L,1,5 mg/L, dan pH 6,50.
5. BAB III
METODE ANALISA
3.1 LOKASI STUDI
Lokasi penelitian berada di PabrikTahu DUTA pada Jalan Sumpil I,
Kel. Purwodadi, Kec. Blimbing, Kota Malang.
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
3.2. Tahap – Tahap Penelitian
Tahap – tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
6. Mulai
Data – Data
Perusahaan
Identifikasi Masalah
Kajian Pustaka
Pengumpulan Data
Pengukuran Lahan Pengukuran Debit Sampling danAnalisa
Data Debit Limbah Cair Pabrik Tahu
Data BOD, COD, TSS dan pH
Limbah Cair Tahu
Membandingkan Data Kualitas Limbah Cair Tahu
terhadap Keputusan Gurbernur Jatim
Nomor 72 Tahun 2013
Penentuan Model IPAL
dengan Kombinasi Sistem Anaerobik – Aerobik
Perencanaan dan Perhitungan Desain IPAL
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
7. 3.3 PENENTUAN MODEL IPAL
Beberapa kriteria dalam penentuanmodel IPAL untuk pabrik tahu
DUTA adalah sebagai berikut:
a. Sistem pengoperasian dan pengolahan- nya harus mudah.
b. Efisiensi dari pengolahan limbah harus mampu memnghasilkan buangan
yang memenuhi baku mutu air yang telah ditentukan.
c. Lahan yang diperlukan untuk pem- bangunan instalasi tidak terlalu
besar.
d. Konsumsi energi, baik listrik maupun energi yang lain diharapkan
rendah.
e. Mampu menguraikan air limbah dengan beban BOD yang cukup
besar.
f. Dapat meminimalkan padatan tersus- pensi (TSS).
g. Biaya pembangunan instalasi dan biaya
perawatan harus sesuai dengan skala industri kecil atau rumahan.
3.4 PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN IPAL
Hitungan desain IPAL kombinasi sistem anaerobik dan aerobik akan
dihitung desain standar yaitu bak pemisah minyak, bak ekualisasi, bak anaerobik
dan bak aerobik, dan bak penjernih. Berikut ini merupakan bagan proses
pengolahan lim- bah sederhana kombinasi sistem anaerobik – aerobik:
8. Industri Tahu Tahu
Influent (limbah cair)
Bak Pemisah Minyak Ampas Tahu
Bak Ekualisasi Bak anaerobik Bak aerobik
Gambar 3.2 Gambar bagan proses pengolahan limbah sederhana
kombinasi sistem anaerobik- aerobik.
Bak Penjernih
Eflluent
9. Proses
9 Kg Kedelai
Kebutuhan Air
(liter)
Hasil Limbah Cair
(liter)
Pencucian
Perendaman
Penggilingan
Pemasakan
Penyaringan
Penggumpalan
Pengepresan
Perendaman
Lain-lain
21
33,6
10
63
52,5
8
5,25
21
10
21
33,6
-
-
-
74,88
16,97
21
10
Total 224,35 177,45
900 Kg Kedelai 22.435 17.745
BAB IV
ANALISA & PEMBAHASAN
4.1 PENGUKURAN DEBIT LIMBAH CAIR
Pengukuran debit limbah tahu dilakukan dengan cara menghitung
volume air yang dibutuhkan dalam setiap proses pembuatan tahu pada Pabrik
Tahu DUTA Malang.
Air yang ditambahkan dalam se- tiap proses tersebut ditakar dengan
menggunakan kaleng yang mempunyai volume 5,25 liter. Berikut ini
merupakan tabel perkiraan kebutuhan air dan limbah cair yang
dihasilkan pada proses pemasakan kedelai hingga menjadi tahu pada
pabrik tersebut:
Tabel 4.1 Hasil pengukuran debit.
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 4.2 Neraca Keseimbangan Bahan untuk 9 kg Kedelai
Air
(L)
Kedelai
(kg)
Tahu
(kg)
Ampas
(kg)
Air
Cuka
(L)
Limbah
(L)224,35 9 23,62 10,00 22,28 177,45
233,35 233,35
10. 4.2 SAMPLING DAN ANALISA KUALITAS LIMBAH PABRIK
CAIR TAHU
Pengambilan sampel limbah cairtahu dilakukan dengan metode
grab sampling.
Tabel 4.3. Volume Sampel Limbah Cair Tahu
Proses Air
limbah
(liter)
Sample
(liter)
Pencucian
Perendaman
Sisa penggumpalan
(bersifat asam)
Pengepresan
Perendaman tahu Lain-
lain
21,00
33,60
70,13
18,60
24,80
10,00
0,18
0,28
0,59
0,15
0,21
0,08
Total 177,45 1,50
Sumber: Hasil perhitungan
3.2.2. Analisa Kualitas Limbah Cair Pabrik Tahu
Analisa kualitas limbah cair pabrik pabrik tahu disajikan pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.4 Hasil Analisa Kualitas Limbah Cair Pabrik Tahu
Parameter
Kadar
Baku
mutu*
(mg/L)
Limbah cair
Pabrik Tahu DUTA**
(mg/L)
pH
BOD COD TSS
Vol.air limbah maks
(m3
/ton kedelai)
6,0 - 9,0
150
300
100
20
4,09
1.340
1.852
1.520
19,72
*) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013, Lamp. 1:17
**) Hasil analisa Laboratorium
11. Dari hasil analisa pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa kualitas
limbah cair pabrik tahu belum memenuhi baku mutu yang ditentukan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengolahan terhadap limbah cair tersebut.
4.3 PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN IPAL
4.3.1. Desain Proses IPAL untuk Limbah Cair Pabrik Tahu
Desain proses IPAL untuk limbah cair pabrik tahu didasarkan pada
kriteria kebutuhan pada lokasi studi. Menurut kajian teori pada bab sebelumnya
dan beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan desain proses
sebagai berikut:
a. Seluruh limbah cair yang dihasilkan akan dialirkan melalui saluran
limbah menuju ke bak pemisah lemak atau minyak.
b. Setelah dari bak pemisah minyak dialirkan menuju ke bak
ekualisasi yang berfungsi sebagai penampung limbah dan kontrol aliran
air limbah.
c. Limpasan limbah cair dari bak ekualisasi dialirkan ke bak
anaerob dengan aliran dari atas kebawah dilengkapi biakan melekat
aliran turun (downflow attached growth). Bak anaerob tersebut dapat
menggunakan media biofilter berupa susunan plastik yang dapat
berbentuk silang (crossflow) maupun tubular. Jumlah dari bak
anerobik adalah dua ruangan berisi mikroorganisme yang mampu
membentuk lapisan biofilm pada beberapa hari operasi. Lapisan biofilm
tersebut akan berfungsi untuk
d. Setelah diolah didalam bak anaerobik, limbah cair dialirkan ke bak
aerobik Proses yang digunakan dalam bak aerobik adalah proses biakan
melekat tercelup aliran turun (downflow submerged attached growth
processes). Biofilter pada bak aerobik ini juga menggunakan media dari
susunan plastik berbentuk silang (crossflow) maupun tubular.
e. Pengolahan dilakukan dengan diaerasi menggunakan blower
sehing- ga mikroorganisme akan mengurai- kan zat organik dan berkem-
12. bangbiak menempel pada media biofilter. Oleh karena itu, pada proses
penguraian secara aerobik ini limbah cair akan kontak dengan biakan
mikro- organisme yang melekat pada media biofilter dan mikroorganisme
yang tersuspensi.
` tahu
Gambar 4.2 Desain IPAL Pabrik Tahu DUTA Malang
4.3.2. Perhitungan Desain
4.3.2.1. Desain Bak Pemisah Lemak/ Minyak
Desain bak pemisah minyak direncanakan dengan dua alternatif, yaitu :
a. Alternatif 1
Bak pemisah minyak/skimmer diren- canakan untuk mengurangi beban
organik berupa lemak. Bak pemi sah minyak didesain dengan inlet yang
diletakkan didasar bak agar minyak mudah mengapung keatas.
13. Minyak/lemak yang telah menga- pung ke permukaan akan di-
scrap/dikikis menggunakan scraper dengan jangka waktu 1 – 2 minggu sekali
tergantung dari jumlah minyak/lemak yang dihasilkan.
Scraper dapat menggunakan serok, stainless pipih panjang, kayu, maupun
alat bantu lainnya. Pengikisan akan dilakukan secara manual mengingat
lemak/minyak dari limbah cair pabrik tahu hanya berjumlah sedikit.
Lemak/minyak yang telah dikikis oleh scraper akan dikumpulkan dan dibuang
ke petugas kebersihan yang ada di kampung/ dinas kebersihan terkait. Tidak
terdapat penampung minyak dan overflow weir. Outlet limbah cair selanjutnya
akan dialirkan menuju bak ekualisasi melalui pipa.
b. Alternatif 2
Pada dasarnya perencanaan alternatif 2 sama dengan alternatif
perbedaannya adalah sebagai berikut :
Minyak/ lemak yang telah menga- pung dikikis dengan scraper dan
didorong keluar dari skimmer menuju bak penampung minyak dengan melewati
overflow weir.
Pada bak penampung minyak akan dilakukan saponifikasi atau penya-
bunan terhadap minyak yang ter- kumpul. Saponifikasi dapat meng- gunakan basa
kuat NaOH dan KOH. Untuk menghasilkan sabun yang keras dapat digunakan
14. NaOH, dan untuk menghasilkan sabun yang lunak/ sabun cair digunakan KOH.
Bahan baku dan bahan pendukung untuk saponifikasi adalah lemak/ minyak dan
senyawa alkali (bersifat basa), umumnya yaitu NaCl, Na2CO3, NH4OH dan
ethanol.
Produk dari saponifikasi dapat disertakan menuju bak ekualisasi.
Sabun yang dihasilkan tersebut sangat mudah larut didalam air, dan mudah
berbusa. Sifat basa dari produk sabun tersebut dapat membantu menaikkan pH
limbah cair pabrik tahu. Jumlah basa kuat yang ditambahkan untuk saponifi- kasi
sebanding dengan jumlah limbah yang dihasilkan.
c. Perhitungan Dimensi
Data:
Debit limbah cair = 17,745 m3/hari Waktu produksi limbah (t) = 10 jam
Perhitungan:
Flow rate = Q (m3/hari) / t (jam)
= 17,745 / 10
= 1,775 m3/jam
Volume bak yang diperlukan :
Waktu tinggal direncanakan selama 2jam
Volume bak
= Flow rate x waktu tinggal
= 1,775 m3/jam x 2 jam
= 3,55 m3 ~ 3,60 m3
Perencanaan dimensi bak :
P x L x t = 2,50 x 1,20 x 1,20 m
Volume = 2,50 X 1,20 X 1,20 m
= 3,60 m3
15. Kadar minyak limbah cair adalah 26 mg/L (Bapeda Medan, 1993 dalam
Nurhamaswaty, 2008:14)
Vol. minyak = 17.745 L/hr x 26 mg/L
= 461.370 mg/hr
= 0,461 L/hari
4.3.2.2. Desain Bak Ekualisasi (Bak Penampung Limbah Cair)
Perencanaan bak ekualisasi dilakukan dengan memanfaatkan sisa ruangan dari
kolam penampungan yang telah digunakan sebagian untuk bak pemisah lemak.
Bak ekualisasi akan dilengkapi dengan pompa submersible yang kan memompa
limbah cair dari bak ekualisasi menuju bak anaerobik. Desain bak ekualisasi/ bak
penampung limbah cair adalah sebagai berikut:
a. Perhitungan dimensi
Dari kolam penampungan yang telah tersedia, maka didapatkan
dimensi bak ekualisasi yaitu:
Gambar 4.3 Desain bak pemisah minyak / skimmer dan
bak ekualisasi
16. 4.3.2.3. Pompa Limbah Cair pada Bak Ekualisasi
Pompa limbah cair yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan besarnya
debit limbah cair yang dipompa tiap hari. Pompa digunakan untuk
memompa
Panjang = 9,00 m – 1,20 m – 0,15 m
= 7,65 m Lebar a = 3,65 m Lebar b = 4,50 m
Volume tampungan maksimum :
= 0,5 x (3,65 +4,50) x 7,65 x 3
= 93,52 m3
Syarat:
Vol. tampungan maksimum > Q limbah
93,02 m3 > 17,745 m3 ….memenuhi
b. Penentuan inlet dan outlet
Inlet bak ekualisasi direncanakan berdia-
meter 4 inch sesuai dengan outlet dari skimmer dan untuk outletnya diren-
canakan menggunakan pipa PVC dengan diameter yang disesuaikan dengan
outlet dari pompa submersible.
c. Sludge removal
Sludge removal direncanakan membuat
saluran di dasar bak ekualisasi dengan slope 0,02 agar lumpur mudah
terkumpul. Lumpur yang telah terkumpul kemudian dapat ikut dipompa
menuju bak ekualisasi limbah cair dari bak ekualisasi ke bak anaerobik.
Perencanaan pompa pada bak ekualisasi yakni sebagai berikut:
17. a. Perhitungan flow rate
Debit limbah cair = 17,745 m3/hari
Dengan 10 jam kerja, sehingga :
Flow rate = 1,775 m3
/jam
= 29,6 liter/menit
b. Penentuan pompa
Dengan debit limbah cair 29,6 liter/menit dibutuhkan spesifikasi pompa
sebagai berikut :
Kapasitas : 20 - 140 liter/menit
Tipe : Submersible pump
Total head : 1 – 6 m
Daya listrik : 250 watt
Rekomendasi : Pompa Pedrollo TOP 1 (atau setara)
4.3.2.4. Bak anaerobik
Bak anaerobik akan dilengkapi
dengan media biofilter berupa media sarang tawon/ honey comb yang
bertipe crossflow. Perencanaan bak anaerobik yaitu sebagai berikut:
a. Data perencanaan:
Debit limbah cair = 17,745 m3/hari
Perkiraan suhuin = 35oC – 37oC BODin = 1.340 mg/L
CODin = 1.852 mg/L
18. Efisiensi = 60 % - 90 %
(Metcalf & Eddy, 2003:893)
Diasumsikan efisiensi sebesar 75%, sehingga:
BODout = 25 % x BODin = 335 mg/l
CODout = 25 % x CODin = 463 mg/l
b. Beban BOD dan COD didalam limbah cair (kg/hari)
BOD = Q limbah cair x kadar BOD
= 17,745 (m3/hari) x 1.340 (g/m3)
= 23.778,3 g/hari = 23,78 kg/hari
COD = Q limbah cair x kadar COD
= 17,745 (m
3
/hari) x 1.852 (g/m
3
)
= 32.863,7 g/hari = 32,86 kg/hari
c. Besar BOD dan COD yang dihi- langkan dalam bak anaerobik
BOD = Efisiensi x Beban BOD (kg/hr)
= 75% x 23,78 = 17,84 kg/hr
COD = Efisiensi x Beban COD (kg/hr)
= 75% x 32,86 = 24,65 kg/hr
d. Volume media biofilter yang diper- lukan
Standar beban BOD untuk high rate dengan packing material
berupaplastik adalah 0,6 – 3,2 kg BOD/m3.hari
19. (Metcalf & Eddy, 2003:893). Direncanakan standar beban BOD yang digunakan
sebesar 2,5 kg BOD/m3.hari.
Vol. = Beban BOD / Standar beban BOD
=17,84 (kg/hari) / 2,5 (kg/m3.hari)
= 7,13 m
e. Volume bak anaerobik
Volume media biofilter adalah 60% dari
jumlah volume efektif (Dept. PU,Pd-T-04-
2005-C), sehingga volume bak yang diperlukan adalah:
Vol. = 100/60 x vol.media biofilter
= 100/60 x 7,13 m3
= 11,89 m3 ~ 12,00 m3
Direncanakan kolam anaerobik dengan 2 ruang sehingga:
Vol.reaktor anaerobik rerata
=12,00 m3 : 2 = 6,00 m3
f. Waktu tinggal dalam reaktor atau bak anaerobik rata-rata
Untuk beban COD 12 – 30 kg/m3.hari dan
suhu rata-rata 36oC, waktu tinggalnya adalah 3 – 8 jam (Metcalf &
Eddy,2003:1022).
20. Waktu tinggal :
= volume reaktor (m 3 ) x 24 jam/hari
Q (m 3 hari )
= 6 ,00 (m 3 ) x 24 jam/hari
17 ,745 (m 3 hari )
= 8,10 jam
g. Dimensi reaktor anaerobik
P x L x H = 3,0 x 2,0 x 2,0 m
Ruang bebas = 0,5 m
Vol.efektif total = 3,0 x 2,0 x 2,0 = 12,0 m3
Jumlah ruang = 2 ruang Tebal dinding = 15 cm Konstruksi
= Beton K275
Perlindungan = Water proofing
4.3.2.5. Bak aerobik
Bak aerobik akan dilengkapi dengan media biofilter yang
sama pada kolam anaerobik dan akan dilengkapi dengan blower udara yang
berguna sebagai aerator. Perencanaan bak aerobik adalah sebagai berikut:
a. Data:
Q limbah cair = 17,745 m3/hari
BODin = 335 mg/L CODin = 463 mg/L
Efisiensi = 95 %
21. BODout = 5 % x BODin = 16,75 mg/l CODout = 5 % x CODin = 23,15
mg/l Perkiraan suhuin = 28oC – 30oC
b. Beban BOD dan COD didalam limbah cair (kg/hari)
BOD = Q x BOD dari anaerobik (g/m3)
= 17,745 (m3/hari) x 335 (g/m3)
= 5944,58 g/hari
= 5,94 kg/ hari
COD = Q x COD dari anaerobik (g/m3)
= 17,745 (m3/hari) x 463 (g/m3)
= 8215,94 g/hari
= 8,22 kg/ hari
c. Jumlah BOD dan COD yang dihilangkan
BOD = 95% x beban BOD didalam
= 95% x 5,94 kg/ hari
= 5,64 kg/ hari
COD = 95% x beban COD didalam limbah cair (kg/hari)
= 95% x 8,22 kg/ hari
= 7,81 kg/ hari
22. d. Volume media yang diperlukan
Volume media yang diperlukan yaitu:
= beban BOD dalam limbah cair (kg/hari)
/ beban BOD per vol.media
= 5,64 / 2,5
= 2,26 m3
e. Volume reaktor
Volume media 55 % dari volume efektif reaktor (Dept. Pekerjaan Umum, Pd-
T-04-2005-C, 2005:6), sehingga:
Volume reaktor = 100/55 x vol.media
= 100/55 x 2,26 m3
Gambar 4.4 Desain bak anaerobik dan bak aerobik
23. g. Dimensi
Bak aerobik direncanakan memiliki dua ruangan, sehingga direncanakan:
Ruang media biofilter.
P x L x h = 1,80 x 1,50 x 1,20 m
Ruang bebas
Volume efektif
= 0,50 m
= 1,80 x 1,50 x 1,20
= 3,24 m
3
Konstruksi = Beton K275
Ruang aerasi
P x L x h = 0,80 m
Ruang bebas = 0,50 m
Volume efektif = 0,80 x 1,50 x 2,00
= 2,40 m
3
3.3.2.6. Blower Udara
Penentuan blower udara didasarkan dari kebutuhan oksigen yang
diperl- ukan untuk menghilangkan beban BOD. Kebutuhan oksigen dalam
reaktor atau bak biofilter aerobik adalah sebanding dengan jumlah BOD yang
dihilangkan, sehingga kebutuhan oksigen yaitu:
a. Keb. oksigen
= Jml. BOD yang dihilangkan (kg/hari)
= 5,64 kg/hari
b. Untuk faktor keamanan (FS), maka digunakan:
FS = 1,6 untuk packing plastik cross flow
(Metcalf & Eddy, 2003:905) Sehingga, kebutuhan oksigen:
= FS x beban BOD
= 1,6 x 5,64 = 9,02 kg/hari
24. c. Kebutuhan udara teoritis untuk menentukan kapasitas blower:
(Appendix B,Metcalf & Eddy, 2003:1738)
Presentase oksigen dalam udara= 23,18 % Suhu udara rerata bak aerobik = 30oC
Massa jenis udara pada suhu 30oC, yaitu
�� =
� .�
�.𝑇
P =Tekanan atmosfer = 1,01325.105
N/m2
M =Mol udara= 28,97 kg/kg-mol
R = Konstanta gas universal
= 8314 N.m/kg-mol.K
d. Kebutuhan udara aktuall
Efisiensi blower udara = 9 -12 % tipe rigid porous plastic tubes, single
spiral roll (Metcalf & Eddy, 2003: 437). Efisiensi blower yang dipakai
adalah 10% sehingga :
Kebutuhan udara aktual
= Jml keb. udara teoritis / Ef. blower (%)
= 33,40 / 0,1 = 334 m3
/hari
= 0,23 m3
/menit = 230 ltr/menit
e. Perencanaan blower
Direncanakan blower udara yang diperlukan yaitu dengan spesifikasi:
Kapasitas = 200 – 250 ltr/menit
25. Head = 2 m
Jumlah = 2 unit (pemakaian secara bergantian)
Rekomendasi = Blower GF – 180
Output = 300 ltr/menit
Daya = 180 watt
3.3.2.4.1. Bak penjernih
Perencanaan bak penjernih / clarifier yaitu
sebagai berikut:
a. Data:
Debit limbah cair = 17,745 m3/hari BODmasuk = 16,75
mg/L CODmasuk = 23,15 mg/l
Waktu tinggal = Bak penjernih memiliki standar waktu tinggal 2 – 4
jam (Nusa Idaman, 1999:249)
Standar perencanaan untuk rectangular
dan circular clarifiers (Ronald L. Droste,
1997:323) adalah:
H maks = 4,90 m Panjang maks = 75,0 m Diameter maks= 38,0 m
b. Volume bak yang diperlukan adalah:
Direncanakan waktu tinggal bak penjernih
adalah 3,5 jam
26. c. Dimensi bak penjernih / clarifier
Bak penjernih direncanakan berbentuk silinder dengan dasar berbentuk
kerucut/ runcing agar endapan mudah terkumpul dan dipompa kembali ke
bak aerobik.
Dimensi bak penjernih: Volume total = 2,12 m3
+ 0,71 m3
Diameter = 1,50 m = 2,83 m3
Tinggi silinder = 1,20 m Tebal dinding = 15 cm
Tinggi kerucut = 0,30 m Konstruksi = Beton K275
Tinggi jagaan = 0,50 m Perlindungan = Water proofing
Volume silinder = ¼ x π x d2 x t
= ¼ x π x 1,502 x 1,20
= 2,12 m3
Volume kerucut = 1/3 x π x 1,502 x 0,30
= 0,71 m3
Gambar 4.5 Desain bak aerobik dan bak penjernih
e. Cek waktu tinggal pada saat beban puncak
Diasumsikan beban puncak adalah 2 x Q
limbah, sehingga:
Waktu tinggal = 3,83 jam / 2 = 1,91 jam
27. h. Beban permukaan (surface loading)
pada saat beban puncak
beban permukaan puncak:
= 10,05 m3/ m2. hr x 2
= 20,10 m3/ m2. Hr
4.4. Effluent / Hasil Pengolahan
Effluent yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah cair pabrik
tahu tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Perkiraan Kualitas Effluent dari Proses Pengolahan
Section
Parameter
BOD5
(mg/L)
COD
(mg/L)
TSS
(mg/L)
pH
Suhu
(o
C)Influent 1.340 1.852 1.520 4,09 40 – 45
Skimmer
0%
1.340,0
0%
1.852,0
5%
1.444,0
4,5 40 – 45
Bak
Ekualisasi
0%
1.340,0
0%
1.852,0
15%
1.227,4
5,0 37 – 39
Bak
Anaerobik
75%
335,0
75%
463,0
75%
306,9
5,5 35 – 37
Bak
Aerobik
95%
16,8
95%
23,2
95%
15,3
6,0 28 – 30
Bak
Penjernih
5%
15,9
5%
22,0
90%
1,5
6,5 27 – 28
Effluent 15,9 22,0 1,5 6,5 27 – 28
Sumber: Hasil perhitungan
28. Tabel 4.6 Perbandingan Kualitas Effluent dengan Baku Mutu Air Limbah
Parameter
Kadar
Baku mutu*
(mg/L)
Limbah cair
Pabrik Tahu
DUTA
(mg/L)pH
BOD5
COD
TSS
Volume air limbah maks
(m3
/ton kedelai)
6,0 - 9,0
150
300
100
20
6,50
15,90
21,99
18,05
19,72
*) Peraturan Gubernur Jatim No. 72 Thn. 2013
29. BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Besar debit limbah cair pabrik tahu DUTA Malang adalah 17,745
m3/hari dengan kandungan BOD5, COD, TSS dan pH belum memenuhi
baku mutu air limbah yang telah ditetapkan.
b. Dari pengolahan yang dilakukan dengan kombinasi sistem
anaerobik – aerobik menggunakan biofilter didapat- kan perkiraan
effluent yang mampu memenuhi baku mutu air limbah untuk BOD5,
COD, TSS dan pH berturut – turut yaitu 15,9; 22,0; 1,5 mg/L dan Ph
6,50.
5.2 SARAN
Penulis selaku perencana pembangunan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) dari Pabrik Tahu DUTA Malang menyarankan agar pihak pabrik /
pihak terkait dapat mengkaji pengadaan atau pelaksanaan pembangunan IPAL
untuk menangani limbah cair yang tiap hari dihasilkan dari proses produksi tahu
ter- sebut.
Dengan dilakukannya pengolahan limbah cair tahu, maka diharapkan
dapat mengurangi potensi pencemaran terhadap badan air yaitu Sungai Sumpil
yang merupakan anak Sungai Brantas.
30. DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Tata cara perencanaan dan
pemasang- an tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan
tangki biofilter. Pd-T-04-2005-C. Jakarta : Badan Litbang PU.
2. Droste, Ronald L.. 1997. Theory and practice of Water and Wastewater
Treatment. New York : John Wiley & Sons, Inc.
3. Gubernur Jawa Timur. 2013. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72
Tahun 2013 Tentang Baku Muttu Air Limbah Bagi Industri dan Kegiatan
Industri Lainnya. Surabaya : Gubernur Jawa Timur.
4. Husin, Amir. 2008. Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan Biofiltrasi
Anaerob dalam Reaktor Fixed- Bed. Tesis dipublikasikan. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
5. Herlambang, A. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri.
Cetakan Pertama. Jakarta Pusat: BPPT.
6. Metcalf, dan Eddy. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse.
Fourth Edition. International edition. New York : McGraw-Hill.
7. Nuraida. 1985. Analisi Kebutuhan Air Pada Industri Pengolahan Tahu dan
Kedelai, dalam Amir Husin 2008. Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan
Biofiltrasi Anaerob dalam Reaktor Fixed- Bed. Tesis dipublikasikan. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
8. Nurhasan, dan Pramudyanto.1991. Penanganan Air Limbah Tahu, dalam
Amir Husin 2008. Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan Biofiltrasi Anaerob
dalam Reaktor Fixed- Bed. Tesis dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
9. Pohan, Nurhasmawaty.2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu
dengan Biofilter Aerobik. Tesis dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera
Utara