1. PROSES PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI PESTISIDA ALAMI
DAUN BINTARO DAN SABUN CUCI
SDN 015 BALIKPAPAN SELATAN
Kita sering melihat tanaman yang satu ini bertebaran di taman-taman
kota,trotoar jalan,halaman kantor dan di sudut perumahan.Sebagai
tanaman peneduh Cerberra Odollam memang dikenal sebagai
tanaman yang dikenal tahan banting,cepat tumbuh dan mudah
beradaptasi diberbagai lahan.Sehingga tak jarang Dinas Pertamanan
maupun developer perumahan memilihnya sebagai pilihan utama pohon
penghijauan.
Buah Bintaro
Bintaro /kelampan/mangga laut adalah tumbuhan pantai yang
ketinggiannya bisa mencapai 12 meter.Daunnya berbentuk lonjong mirip
daun mangga,berwarna hijau tua yang tersusun berselingan.Bunganya
harum dengan kelopak berwarna putih.Buah berbentuk bulat telur dengan
pangjang 5-10cm,berwarna merah tua jika matang.Tersebar di pasifik dan
banyak terdapat di ekosistem mangrove.
Namun dibalik sosoknya yang cantik dengan buah yang menggoda
tersimpan potensi racun yang mematikan. Buah Bintaro mengandung
racun cerberrin yang sangat bersifat mematikan.Cerberrin juga bersifat
racun kuat,jika tertelan menyebabkan denyut jantung berhenti.Di India
racun itu dipakai untuk bunuh diri.Suku Dayak dan Banjar menggunakan
racun ini untuk membunuh tikus,nyamuk,menangkap ikan dan dioleskan
pada anak panah untuk berburu.Beberapa laporan juga menyatakan asap
dari pembakaran daun dan ranting kayu bisa menimbulkan efek
toksik atau keracunan bagi manusia dan binatang.
2. Racun Ulat Grayak
Sebuah penelitian yang dilakukan untuk menguji efikasi/daya bunuh racun
bintaro terhadap serangga oleh Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
(Balittra) Banjar Baru-Kalsel .Sampel yang diambil adalah ulat
grayak (Spodoptera Litura) yang dikenal rakus memakan daun
hingga gundul.Ulat grayak sengaja dijadikan “kelinci percobaan” karena
termasuk jenis yang sangat bandel dan lebih kuat terhadap pestisida
daripada jenis ulat yang lain.Periset menggunakan 700 ulat grayak sebagai
bahan uji.Sebagai pembanding digunakan biopestisida
Mimba,Binjai,ciplukan,anyaman,mahang serta pestisida sintetis berbahan
aktif Lamda sihalotrin.
Periset mengekstrak daun-daun tersebut dengan dosis pengenceran 1 gram
perliter air.Daun sawi dan bayam dicelupkan dalam larutan dan diberikan
sebagai pakan ulat grayak.Ulat terbagi dalam 5 kelompok perlakuan
berdasarkan biopestisida yang dipakai dalam percobaan.Hasil riset pada
tahun 2008 tersebut menunjukkan 24 jam pasca konsumsi pakan yang
dicelupkan dalam larutan bintaro,sebanyak 30% populasi ulat grayak
mati.Tingkat kematian naik menjadi 90-95% setelah 60-72
jam perlakuan.Pada perlakuan dengan pestisida nabati hanya 50%-60%
populasi mati setelah 72 jam perlakuan.
Proses pembuatan
1.Siapkan 50 gram daun bintaro dan 1 liter air yang dicampur 2 gram sabun colek.
2.Blender dan peras hingga menghasilkan larutan pekat
3.Dosis pemakaian 10-20 cc perliter air.
Melihat begitu besarnya manfaat Bintaro dan melimpahnya bahan disekitar kita,tidak
ada salahnya kita mencoba berkreasi menggunakan Bintaro sebagai alternatif
pestisida nabati untuk mendukung pertanian organik.