Beberapa dokumen mendeskripsikan upaya konservasi lingkungan di Kepulauan Meranti, Riau. Salah satunya meneliti ekosistem hutan mangrove di Sungaitohor untuk menyusun strategi pengelolaannya. Jenis mangrove dominan adalah Avicennia alba. Kondisi mangrove baik dengan kerapatan 666,67-2333,33 pohon/ha. Strategi konservasi melarang pembukaan lahan, pemukiman, tambak ikan dan penebangan di kawasan tersebut.
2. StrategiKonservasi EkosistemMangrovedi DesaSungaitohorKecamatan
Tebingtinggi TimurKabupatenKepulauanMeranti
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi ekosistem hutan mangrove berdasarkan Kriteria Baku Kerusakan
Mangrove dan menyusun strategi pengelolaan ekosistem mangrove di Sungaitohor. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Februari sampai dengan Mei 2017 di Desa Sungaitohor. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode survei, dimana setiap transek dibentang tali dari laut ke darat. Pada setiap zonasi mangrove yang berada di
sepanjang garis transek, diletakkan plot pohon berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 × 10 m2 dimana
didalamnya terdapat petakan 5×5 m2 untuk anakan dan 2×2 m2 untuk semai. Hasil penelitian ditemukan 11 jenis
mangrove.
Jenis mangrove yang dominan di lokasi penelitian adalah jenis Avicennia alba. Berdasarkan kriteria baku kerusakan
mangrove, kondisi mangrove dalam kondisi baik dimana kisaran kerapatan pohon adalah 666,67 - 2333,33
pohon/ha, substrat pada daerah hutan mangrove adalah lumpur pasir. Rata-rata indeks keanekaragaman pohon
rendah (H'= 0,74), akibat tingkat abrasi pantai tinggi dan tumbuhan mangrove yang berasosiasi. Strategi konservasi
penjelasan bahwa hutan mangrove di Desa Sungaitohor dalam kawasan yang dilarang dalam kepemilikan
individu, Kawasan mangrove ini tidak diizinkan untuk membuka lahan, pemukiman, tambak ikan dan penebangan
kayu mangrove secara bebas.
3. KeanekaragamanSatwaLiar PadaAreal
KonservasiHTIPT. SaguPrimaNasional,
KabupatenKepulauanMeranti,ProvinsiRiau
Memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.17/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/2/2017 tentang perubahan atas Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.12/MENLKH-II/2015 PT
National Sago Prima telah mengalokasikan sebagian arealnya sebagai
kawasan konservasi. Namun penelitian
mengenai keanekaragaman satwa liar di areal konservasi HTI masih sangat
jarang dilakukan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Pengambilan data
dilakukan pada areal konservasi dan areal kerja. Pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan metode strip
transect dan pemasangan trap, data burung menggunakan perpaduan
metode jalur dan penghitungan titik dan data herpetofauna menggunakan
metode survey perjumpaan visual yang dirancang sejalur. Keanekaragaman
mamalia dan herpetofauna pada areal kerja lebih dari pada konservasi.
Namun keanekaragaman burung pada areal kerja lebih rendah
dibandingkan areal konservasi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa areal
konservasi masih belum berperan secara aktif dalam perlindungan satwa.
5. SM. Tasik Tanjung Padang ditunjuk berdasarkan SK Menhut No.
173/Kpts-II/1986 tanggal 6 Juni 1986 dengan luas 4.500 Ha dan
penetapan kawasan SK. Menhutbun No. 349/Kpts-II/1999 tanggal
26 Mei 1999 dengan luas kawasan 4.925 Ha. Secara geografis
terletak di 101 20 - 101 25 LU dan 102 15 - 102 21 BT. Kawasan ini
berada di kec. Merbau Kab. Kepulauan Meranti Provinsi Riau dan
Wilayah Kerja Seksi Konservasi Wilayah IV Bidang KSDA Wilayah
II Balai Besar KSDA Riau. Ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa
didasarkan atas pertimbangan bahwa kawasan ini merupakan
kawasan yang memiliki karakteristik yang khas, yaitu tipe hutan
rawa gambut dengan keanekaragaman hayati tinggi menjadi
habitat berbagai jenis satwa langka dan terancam punah
disamping juga sebagai penyangga sistem kehidupan
disekitarnya.
6. POTENSI KAWASAN
FLORA
Kelat (Syzygium sp), Meranti (Shorea sp),
Gerunggang (Cratoxylum celebicum),
Suntai (Polaquium walsurifolium), Punak
(Tetramerista glabra Miq), Kempas
(Koompassia malaccensis), Anggrek Hutan
(Phalaepsis sp)
01.
FAUNA
Trenggiling (Manis javanica), Burung
Rangkong Badak (Buceros rhinoceros),
Rangkong papan (Buceros bicornis), Punai
(Treron vernans), Lutung (Presbytis
Cristata),Musang (Cynogale bennetti),
Buaya muara (Crocodylus porosus),
Bangau Tontong (Leptoptlos javanicus),
Kancil (Tragulus napu), Rusa (Cervus
unicolor)
02.
EKOSISTEM
Hutan rawa gambut dengan ekosistem
perairan/tasik
03.
7. PotensiJasaLingkungan
ObyekWisataAlam :
a. Habitat hutan primer dan sekunder
b. Perairan darat berupa danau / tasik yang
potensial bagi tempat hidup
danberkembangnya satwa liar perairan dan
merupakan habitat bagi satwa liardaratan
diantaranya sebagai sumber pencairan pakan,
persinggahan minumdan berkembang biak.
c. Keindahan alam sekitar danau / tasik putri
puyu