Dokumen tersebut membahas tentang implementasi asuransi pada PT Garuda Indonesia untuk menanggung risiko kecelakaan pesawat. Dokumen juga menjelaskan proses klaim ganti rugi yang diterima korban kecelakaan pesawat Garuda Indonesia pada insiden jatuhnya pesawat Boeing 737-300 di Sungai Bengawan Solo pada 2002. Proses klaim meliputi pengisian formulir, pengajuan bukti kerugian, dan pembayaran langsung kepada ahli waris kor
Hbl, hayyu safitri, hapzi ali, jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya, universitas mercu buana, 2018.pdf
1. IMPLEMENTASI PADA PT GARUDA
INDONESIA (PERSERO) TBK
Garuda Indonesia (PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk; adalah maskapai
penerbangan nasional Indonesia. Garuda adalah nama wahana
tunggangan Dewa Wisnu dalam mitologi india kuno. Pada tahun 2007,
maskapai ini bersama dengan maskapai Indonesia lainnya (termasuk anak
perusahaan Garuda Indonesia, Citilink), dilarang terbang menuju Eropa
karena kejadian yang menimpa pesawat Garuda Indonesia nomor
penerbangan 200.[4] Setahun kemudian, maskapai ini menerima
sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA) dari IATA yang
menunjukkan Garuda Indonesia telah memenuhi standar keselamatan
penerbangan Internasional
CONTOH KASUS
Pada tanggal 16 Januari 2002 kemarin sebuah maskapai penerbangan
Garuda Indonesia Airlines Boeing 737-300 dengan nomor penerbangan
GA-421 jatuh melintang di anak sungai Bengawan, kabupaten Klaten.
Dalam kecelakaan tersebut seorang wanita muda yaitu prmaugari
bernama Santi Anggraeni yang telah bekerja selama tujuh tahun tewas
setelah terhempas keluar dari pesawat dan hanyut oleh arus sungai yang
sedang meluap, sementara pilot Kapten Abdul Rozak bersama enam kru
lainnya serta ke 51 penumpangnya tiga diantaranya balita selamat dan
hanya mengalami luka memar dan patah tulang.
Berbagai informasi menyebutkan bahwa kecelakaan tersebut terjadi
setelah peawat kena amuk badai udara sehingga menyebabkan matinya
mesin pesawat, hal ini diperkuat dengan ditemukannya kotak hitam
pesawat dimana mesin mati saat berada diketinggian 23 ribu kaki ketika
masuk kea wan yang bercuaca buruk dan hujan badai. Beberapa saksi
mata yang ditemui disekitar tempat kejadian, mereka dibuat heran
dengan adanya pesawat berbadan lebar yang berputar-putar 2 sampai 3
kali. Warga bertambah heran karena pesawat bermesin jet tersebut
terbang cukup rendah dan keheranan itu berubah menjadi rasa kaget
yang luar biasa saat terdengar bunyi keras sperti benda tertabrak dari
arah sungai dimana ada dahan pohon patah di timur sungai, diduga
badan pesawat menabrak pohon tersebut sebelum akhirnya terjun ke
dalam sungai yang cukup deras dan akhirnya berhenti 10 meter sebelum
batas sungai sebelah barat, pesawat Garuda Boeing 727-300 tersebut
akhirnya karam dipnggir sungai sebelah barat dikedalaman sungai sekitar
40 cm.
2. Setelah diteliti oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)
ditemukan bahwa penyebab kecelakaan pesawat tersebut memang
pengaruh cuaca yang buruk. Hal ini sejalan dengan hasil penyelidikan
oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubngan
yang menyatakan bahwa pesawat garuda telah mentaati semua prosedur
yang berlaku dalam transportasi udara.
ASURANSI UNTUK MASKAPAI
Tidak hanya penumpang saja yang akan mendapatkan perlindungan,
pihak maskapai dipastikan tidak akan mengalami kerugian finansial
secara besar karena pesawat yang digunakan biasanya sudah
diasuransikan.
Besar nilai penggantian mengacu pada harga pesawat atau sama seperti
peraturan asuransi kendaraan biasa. Misalnya, pada kasus jatuhnya
pesawat Lion Air di Bali, nilai asuransi yang bisa didapat diperkirakan
sebesar Rp 40-50 miliar jika mengacu pada harga alat transportasi
tersebut yang sekitar USD 80-90 juta. Besar klaim ini dihitung dari harga
pesawat dan kemampuan perusahaan reasuransi penjamin polis.
Dengan gambaran pertanggungan asuransi tersebut, sudah tahukan
bagaimana pentingnya layanan perlindungan ini bagi perjalanan udara
Anda? Bayangkan, bila anggota keluarga ada yang menjadi korban,
betapa besar kerugian yang diterima.
Apalagi kalau yang mengalaminya adalah orang yang menghidupi
keluarga, tentu pemberian santunan ini bisa sangat berguna karena bisa
dijadikan penjamin masa depan Anda. Tentunya bila dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
MACAM-MACAM ASURANSI PENGANGKUTAN UDARA
Beberapa pihak yang terlibat didalam kegiatan industri penerbangan
dapat menutupi asuransi sesuai dengan resiko yang dihadapinya masing-
masing, diantaranya :
1. Penutupan asuransi yang dilakukan oleh operator, pengangkut atau
pemilik udara.
Asuransi mengenai penutupan yang dilakukan oleh operator, pengangkut
atau pemilik udara ini berupa :
· Asuransi rangka pesawat
· Asuransi tanggungjawab pengangkut kepada enumpang dan bagasi
penumpang
3. · Asuransi tanggungjawab terhadap pihak ketigaasuransi awak
pesawat
· Asuransi pembajakan pesawat udara
· Asuransi tanggungjawab pengelola pelabuhan udara
· Asuransi tanggungjawab pengusaha pabrik pesawat dan bengkel
reparasinya
PROSES GANTI RUGI YANG DILAKUKAN PENUMPANG TERHADAP
PERUSAHAAN PENERBANGAN.
Pemberian ganti rugi yang dilakukan PT. Garuda Indonesia pada kasus
kecelakaan pesawan udara Boeing 737-300 di Sungai Bengawan Solo
kepada penumpang akibat kecelakaan pesawat udara diberikan melalui
proses sebagai berikut :
1. Bila telah ada kesepakatan besarnya ganti rugi yang diberikan oleh
PT. Garuda Indonesia kepada korban kecelakaan pesawat udara tanpa
harus melalui pengadilan, maka proses pemberian ganti rugi adalah :
1. Mengisi formulir yang telah disediakan oleh PT. Garuda Indonesia
yang memuat pengisian data-data identitas pihak yang berhak atas
pemberian ganti rugi itu.
2. Mengajukan segala alat bukti :
– Tiket atau bukti pembayaran tiket.
– Surat keterangan dokter dan biaya-biaya pengobatan perawatan,
bila penumpang akibat kecelakaan pesawat udara tersebut dalam
perawatan.
– Akta perkawinan dari suami atau isteri penumpang yang tewas
akibat kecelakaan pesawat udara.
– Akta kenal lahir (anak) dari penumpang yang tewas akibat
kecelakaan pesawat udara itu, disertai penetapan fatwa waris dari
pengadilan agama yang berisi penetapan ahli waris dan besarnya bagian-
bagian.
– Kartu keluarga dari penumpang yang tewas tersebut bagi semua ahli
waris yang ditanggungnya.
KESIMPULAN
Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan,
pasal yang mengatur tanggung jawab diatur dalam pasal 43 ayat (1),
4. yang berbunyi “Perusahaan pengangkutan udara yang melakukan
kegiatan angkutan bertanggungjawab atas :
· Kematian atau lukanya penumpang yang diangkut
· Musnah, hilang atau rusaknya barang yang diangkut.
· Keterlambatan angkutan penumpang dan atau barang yang
diangkut apabila terbukti hal tersebut merupakan kesalahan pengangkut.
Oleh karena itu, menurut saya pada kasus kecelakaan pesawat tersebut
maka perusahaan penerbangan harus bertanggungjawab terhadap korban
kecelakaan pesawat udara melalui perusahaan asuransi yang ditunjuk
pihak PT. Garuda Indonesia, dimana para korban dapat mengajukan klaim
dengan cara menyerahkan data-data tentang kerugian yang dideritanya.
Pembayaran ganti rugi yang diberikan pihak PT. Garuda dilakukan dalam
bentuk uang rupiah dan langsung dibayarkan kepada orang yang
berhak, atau orang yang bersangkutan. Pembayaran ganti rugi kepada
ahli waris ialah PT. Garuda rnembayar langsung hanya kepada salah
seorang wakil diantara mereka yang kemudian pembagian selanjutnya
mereka atur sendiri menurut fatwa waris dari pengadilan.
SARAN
Mengingat besarnya akibat dari kecelakaan pesawat terbang, maka perlu
ditentukan besarnya gantirugi ditingkat internasional secara detail dan
berlaku secara universal. Memang sulit membuat hal seperti ini, namun
semua akibat harus dikorelasikan atau diperhitungkan dengan masa
depan korban kecelakaan tersebut dan keluargany serta hal-hal yang
secara rasional akan didapat atau diperoleh yang bersangkutan selama
masa produktif oleh korban.
Negara seharusnya sebagai auditor bagi penyelenggara penerbangan di
wilayah hukumnya, perlu ditentukan setiap besaran yang timbul akibat
kecelakaan. Sama hal nya dengan memiliki asuransi bagi seorang individu
untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan bagi diri sendiri dan
keluarga.
Negara patut menyampaikan kepada masyarakat dengan
mengumumkannya pada media skala nasional atau di board
pengumuman dimana pesawat tersebut berangkat. Hal ini perlu sebagai
konsekuensi bagi penumpang yang tetap memilih angkutan udara dengan
alasan waktu tempuh yang sangat singkat.
SUMBER