PPT dari kelompok 7 tugas agama tentang :
-Beberapa pedoman dalam memahami Al-hadist
-Mengenal beberapa kitab Al-hadist rujukan (kutub al sittah)
-Al-hadist sebagai sumber ajaran dalam islam
1. AL - HADITS II
KELOMPOK 7 :
1. PIPIT ALHASAN RINALDI (21901081002)
2. OKTRIVAN BRAMANTYA ILHAM (21901081026)
3. SYAUQINA HANIFAH (21901081017)
4. MOH. WASIL (21901081005)
2. Beberapa pedoman dalam memahami
Al-hadist
Mengenal beberapa kitab Al-hadist
rujukan (kutub al sittah)
Al-hadist sebagai sumber ajaran dalam
islam
3. Secara garis besar dalam memahami hadist,
terdapat dua metode, yakni :
• Ahl al-Hadits (tekstualis)
metode memahami hadist dengan cara melihat kepada lahiriyah teks hadits tanpa
memerhatikan sebab-sebab terkait di sekeliling teks tersebut
• Ahl al-Ra`yi (kontekstualis)
metode memahami hadits pengembangan penalaran terhadap faktor-faktor yang ada
di belakang teks dan memahami persoalan secara rasional dengan tetap berpegang
pada al quran dan sunnah
4. Ilmu yang membantu memahami hadits:
• Ilmu Asbabul Wurud
merupakan ilmu yang menjelaskan tentang makna hadits. Di samping itu, juga untuk
menjelaskan aspek hikmah di balik pensyairan suatu hukum
• Ilmu Tawarikh al-Mutun
ilmu yang mengkaji tentang sejarah matan hadits
• Ilmu al-Lughah
ilmu yang mengkaji tentang bahasa seperti unsur dan aspek tentang bahasa
• Hermeneutika
berasal dari bahasa yunani yang artinya menafsirkan. Merupakan ilmu yang menafsirkan
suatu teks tertulis yang memiliki waktu yang panjang
5. Mengenal Beberapa Kitab Al-Hadist Rujukan (kuttub al-sittah)
Definisi kutub Al-Sittah?
Dalam ilmu hadist dikenal istilah kutubu sittah. Kutub
sittah adalah kitab hadits yang dihimpun oleh enam
orang ulama yang merupakan kitab induk hadis. Pada
awalnya, ulama Muta’akhkhirin sependapat
menetapkan bahwa kitab induk lima buah, yaitu
Shahih al-Bukhary, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud,
Sunan an-Nasa’y dan Sunan at-Tarmidzy. Kitab lima
tersebut mereka namai Al-Ushul al-Khamsah atau Al-
Kutub al-Khamsah. Kemudian, Abu al-Fadhli ibn
Thahir menggolongkan pula kedalamnya kitab induk
lagi, sehingga terkenal di dalammasyarakat Al-Kutub
as-Sittah(KitabEnam).
6. Yang dimaksud al kutub al sittah yaitu:
1. Shohih Bukhori
2. Shohih Muslim
3. Sunan Abu Daud
4. Jami’u at-Turmudzi/ Sunan at-Turmudzi
5. Sunan an-Nasa’i
6. Sunan Ibnu Majah
7. BUKHARI
• bernama Abu Abdillah Muhammad bin Ism`il bin Ibrahim bin al
Mugiroh bin Bardizbah al ja`fi
• Lahir pada jumat 13 Syawal 194 H di kota Bukhara
• Pada usia muda ia sudah mampu menghafal tulisan bebrapa hadits
ulama di negaranya
• Deberi gelar Amir al-Mu`min fi al-Hadits karena kecerdasan dan
ketekunannya
• Menghafal 100.000 hadits shohih dan 200.000 hadits tidak shahih
• Kitab jami al-Shahih merupakan karyanya yang moumental
• Wafat pada 30 Ramadhan 256 H di desa Khartank kota Samarkand
8. MUSLIM
• Bernama lengkap al-Hajja al-Qusyairi al-Naisaburi
• Lahir pada tahun 204 H di Naisaburi
• Kitab al-Jami al-Shahih merupakan karya terbesarnya
• Meninggal pada 261 H di Naisaburi
9. IMAM ABU DAWUD
• Bernama lengkap Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy`ats bin ishaq
as-Sijistany
• Lahir pada tahun 202 H di Sijistan
• Karya terbesarnya yaitu Sunan Abi Dawud. Beliau mengaku telah
mendengar 500.000 buah hadits dari rasulullah SAW, dan ia telah
menulis 4.800 hadits di kitabnya
• Wafat pada tahun 275 H di Basrah
10. IMAM AT-TURMUDZI
• Bernama nama lengkap Abu `Isa Muhammad bin `Isa bin Surah
• Lahir pada bulan Dzulhijjah 220 H di kota Turmudz
• Kitab karangannya yaitu kitab I`ilatul Hadits
• Wafat pada akhir Rajab 279 H di Turmudz
11. IMAM AN-NASA`IY
• Bernama lengkap Abu `Abdirrahman Ahmad bin Sya`aib bin Bahr
• Lahir pada tahun 215 Hdi kota Nasa
• Karyanya yang paling utama yaitu Sunanulkubro atau nama
lainnya an-Nasa`iy
• Wafat di ar-Ramlah pada senin 13 safar 303 H
12. IMAM IBNU MAJAH
• Bernama Abu `Abdillah bin Yazid Ibnu Majah
• Lahir pada 207 H di Qazwin, Iran
• Kitab karangannya yaitu kitab Ibnu Majah
• Wafat pada hari selasa, bulan Ramadhan 373 H
13. Al-Hadist sebagai Sumber Ajaran Dalam Islam
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam
menempati kedudukan setelah Al-Qur’an. Bagi umat Islam merupakan keharusan untuk
mengikuti hadis sama halnya dengan mengikuti Al-Qur’an baik berupa perintah maupun
larangan. Sebab Al-Qur’an dan hadis merupakan sumber syari’at yang saling terkait. Seorang
muslim tidak mungkin dapat memahami syari’at kecuali dengan merujuk kepada keduanya
sekaligus dan seorang mujtahid tidak mungkin mengabaikan salah satunya. Sebagaimana
firman Allah dalam Q.S. Al-Nisa’[4]:59.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
14. dalil-dalil yang menjelaskan kedudukan hadis sebagai sumber ajaran Islam:
• Al quran
Dalam firman-Nya Q.S. Al Hasyr [59]: 7“Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah”. Berdasarkan kenyataan ini, maka sebenarnya Allah juga
menyebutkan secara eksplisit di dalam Al-Qur’an kewajiban mengamalkan
sunnah yang menunjukkan bahwa hadis dijadikan sebagai salah satu sumber
ajaran Islam.
• Hadis nabi
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW berkenaan dengan keharusan
menjadikan hadis sebagai pedoman hidup, disamping Al-Qur’an sebagai
pedoman utamanya, beliau bersabda:
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan
tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. (HR. Malik)
hadis tersebut diatas menunjukkan kepada kita bahwa berpegang teguh
kepada hadis/menjadikan hadis sebagai pegangan dan pedoman hidup itu
adalah wajib, sebagaimana wajibnya berpegang teguh kepada Al-Qur’an.
• Kesepakatan Ulama (Ijma’)
Umat Islam telah sepakat menjadikan hadis sebagai salah satu dasar hokum
beramal; karena telah sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah. Bahkan
kesepakatan umat Islam dalam mempercayai, menerima, dan mengamalkan
segala ketentuan terkandung di dalam hadis ternyata sudah sejak masa
Rasulullah hidup