Thesis Defense Bachelor Civil Engineering George Juan Susanto, Daniel Sutanto, Mayang Gayatri
1. Studi Eksperimen Karakteristik
Dinamik Balok Beton di Bawah
Pembebanan Semi-siklik
George Juan Susanto 1706070495
Daniel 1706070394
Mayang Gayatri 1706070431
4. Sampel per Topik Skripsi
1. Balok Beton Bertulang Normal
1. Balok Beton Bertulang dengan agregat kasar Cangkang Kelapa Sawit (OPS/Oil Palm Shell)
1. Balok beton bertulang dengan agregat kasar beton daur ulang (RAC/Recycled Agregate
Concrete)
5. Latar Belakang
Benda bergetar mungkin memiliki satu atau beberapa frekuensi alami. Frekuensi alami
berbeda dari frekuensi paksa , yang terjadi dengan menerapkan gaya ke suatu benda pada
kecepatan tertentu. Frekuensi paksa dapat terjadi pada frekuensi yang sama atau berbeda
dari frekuensi alaminya. Ketika frekuensi paksa tidak sama dengan frekuensi natural,
amplitudo gelombang yang dihasilkan kecil. Menurut UN-Habitat (2006), Selama terjadi
gempa bumi, fondasi bangunan dan tanah dasar bangunan bergerak mengikuti gaya
seismik (gaya gempa). Sebelum terjadi gempa bumi, seluruh elemen bangunan akan berada
pada posisi awalnya. Saat terjadi gempa bumi, tanah dasar bangunan dan lantai satu pada
bangunan akan bergerak mengikuti arah gaya seismik.
6. Latar Belakang
● Dengan sekitar 48 juta metrik ton pada tahun 2019 (Badan Pusat Statistik, 2019),
Indonesia menempati urutan nomor satu produsen terbesar kelapa sawit terbesar di
dunia. Oleh karena itu, pemanfaatan cangkang kelapa sawit sebagai pengganti
agregat kasar tentu dapat mengurangi limbah yang dihasilkan industri kelapa sawit.
7. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah karakteristik dinamik balok beton bertulang dengan ketiga jenis
agregat kasar terhadap pembebanan semi-siklik?
2. Bagaimana perilaku dinamik balok beton bertulang terhadap beban semi-siklik?
3. Bagaimanakah respon struktur beton balok bertulang normal terhadap pembebanan
semi-siklik?
8. Tujuan
1. Menganalisis respon struktur balok beton terhadap beban semi-siklik.
2. Menganalisis perbandingan hasil respon struktur menggunakan metode Digital
Image Correlation (DIC) dengan hasil manual yaitu Linear Variable Differential
Transformer (LVDT) pada sisi kiri dan kanan (dekat perletakan), serta di tengah
bentang.
3. Menganalisis perilaku dinamik balok beton terhadap beban semi-siklik.
9. Manfaat Penelitian
1. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana perilaku
dinamik yaitu Natural Frekuensi dari balok beton bertulang dibawah
pembebanan semi-siklik. Manfaat lainnya adalah mempelajari cara memprediksi
besarnya kerusakan suatu struktur jika berada di bawah pembebanan semi
siklik.
10. Batasan Penelitian
1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir bangka yang diperoleh penulis dari
Adhimix Precast Indonesia Site Plant Casablanca.
2. Semen yang digunakan adalah semen Portland bermerek “Semen Tiga Roda”
3. Tulangan baja yang digunakan: BJTS 420B D13 mm dan BJTP 280 ɸ6 mm
4. Model balok beton bertulang yang dibuat berdimensi 15 x 25 x 300 cm3
5. Parameter perilaku dinamik yang diteliti adalah frekuensi natural.
6. Pengamatan lendutan menggunakan bantuan DIC (Digital Image Correlation) dan LVDT.
7. Penelitian baru akan dilakukan setelah beton berumur 28 hari
8. Beton yang digunakan adalah beton dengan mutu 22 MPa
9. Tulangan utama pada beton menggunakan tulangan baja D 13 dan 10 mm
10. Tulangan geser menggunakan baja D 6 mm
11. Hipotesis
Peneliti menuliskan hipotesis sebagai berikut:
1. Beton struktural dengan mutu 22 MPa bisa dipakai untuk struktur rumah sederhana.
2. Beton normal dengan tulangan mampu menahan pembebanan hingga beban tertentu.
3. Frekuensi natural balok pada awal pembebanan akan terus menurun hingga balok hancur
Hipotesis OPS
Hipotesis dari penelitian ini adalah balok beton OPS akan mengalami penurunan frekuensi alami setiap selesainya
siklus pembebanan.
14. Karakteristik Dinamik
Dua cara eksperimen untuk mendapatkan karakteristik dinamik dari sebuah struktur,
yaitu pertama dengan melihat respons struktur terhadap beban dinamis, kedua dengan
melakukan komputasi respons struktur terhadap getaran bebas harmonik (Cruciat, 2012).
Adapun dua parameter karakteristik dinamik dari sebuah struktur yaitu frekuensi
alami dan rasio redaman. Ketiga penelitian ini akan fokus pada parameter frekuensi alami
struktur dengan jenis agregat yang berbeda-beda.
15. Karakteristik Dinamik
Sebuah struktur akan mengalami getaran bebas ketika diberikan eksitasi atau gaya
luar saat dalam keadaan seimbang. Setelah itu, respons tersebut diolah oleh penulis hingga
menjadi nilai frekuensi alami balok, yang merupakan karakteristik dinamik struktur dari
sampel yang diuji.
17. Accelerometer
Accelerometer adalah suatu sensor yang
dipakai untuk mengukur kecepatan
suatu benda atau objek.
Accelerometer dapat mengukur
percepatan dinamis dan juga statis.
Pengukuran dinamis adalah pengukuran
percepatan pada objek bergerak,
sedangkan pengukuran statis adalah
pengukuran terhadap gravitasi bumi.
Contohnya seperti mengukur getaran
yang terjadi pada kendaraan, bangunan
dan mesin.
Triaxial accelerometer BeanDevice®
2.4GHz AX-3D XRange
Outdoor wireless sensor network (WSN)
coordinator BeanGateway® 2.4GHZ
Modbus
18. Beton
Beton merupakan campuran yang terdiri dari semen portland atau semen hidrolis lainnya,
agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
(Admixture) yang dicampur menjadi satu. (SNI 2847:2013)
Menurut Tjokrodimuljo (1992) menyatakan bahwa beton merupakan hasil mencampurkan
semen portland, air, dan agregat (dan kadang-kadang bahan tambah, yang sangat bervariasi
mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non-kimia) pada
perbandingan tertentu. Hasil pencampuran setelah dimasukan ke dalam cetakan yang
sudah di sediakan akan mengeras seperti batuan.
19. Beton Balok Bertulang
Beton bertulang merupakan beton struktural yang ditulangi dengan tidak kurang dari jumlah
baja prategang atau tulangan non-prategang minimum. (SNI 2847:2013) balok beton
bertulang merupakan gabungan dari dua jenis material yaitu beton polos dan tulangan baja.
Beton merupakan material yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi tetapi memiliki kuat
tarik yang sangat rendah. Dengan menambahkan tulangan baja maka akan menambahkan
kekuatan tarik yang diinginkan.
20. Beton Ringan
● Beton ringan didefinisikan sebagai beton yang memiliki kepadatan yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan beton yang menggunakan agregat dengan kepadatan normal;
seluruhnya terdiri dari agregat ringan atau kombinasi dari agregat ringan dan agregat dengan
kepadatan normal; kepadatan umumnya antara 1120 dan 1920 kg/m³ (ACI CT-13, 2013).
● Jurnal penelitian Farah Dini Sofyani tahun 2018 yang menjadi salah satu referensi untuk
penelitian skripsi ini, menggunakan kepadatan beton OPS sebesar 1792 kg/m³ dengan
kekuatan 22 MPa sehingga termasuk dalam kategori beton ringan
21. Beton OPS
● Pada jurnal yang ditulis oleh Hussein M. Hamada yang mencakup 171 literatur, estimasi
densitas dari balok beton dengan agregat cangkang kelapa sawit lebih rendah 20-25% dari
beton normal dengan kekuatan beton OPS antara 20 MPa dan 35 MPa
22. Beton dengan Agregat Daur Ulang
(RAC)
Menggunakan aregat kasar yang berasal dari material
daur ulang, yaitu limbah beton yang dipecahkan
Pecahan limbah beton yang dihancurkan dengan mesin
jaw chrusher terbagi atas 3 jenis:
● agregat kasar alami
● agregat kasar yang tercampur dengan pasta
semen
● pasta semen yang mengeras
23. Beton dengan Agregat Daur Ulang (RAC)
Hasil dari pecahan beton tersebut kemudian disaring dan menghasilkan 4 ukuran agregat yaitu
ukuran 30-20 mm, 10-20 mm, 5-10 mm, dan lebih kecil dari 5 mm yang berbentuk butiran pasir
(Marastuti, Tjahjono, & Arijoeni, 2014).
Meterial beton agregat daur ulang tersebut memiliki komposisi agregat alami dan pasta semen,
dimana pasta semen merupakan material yang memiliki porositas tinggi sehingga akan
meningkatkan daya serap dari agregat daur ulang. Penambahan daya serap air dari agregat daur
ulang, berarti beton dengan agregat daur ulang secara umum memerlukan 5% air lebih banyak
dibandingkan beton normal untuk memperoleh nilai kelecakan (workability) yang sama
(Etxeberria, M., Vázquez, E., Marí, A., & Barra, M., 2007)
27. Metode Four-point Loading
Metode four-point loading merupakan
simulasi pembebanan dimana balok
menerima/ menahan beban di empat titik
(dua titik penerimaan gaya yang sama besar
dan dua titik tumpuan dengan jarak yang
disebut panjang efektif balok).
28. Metode DIC
Setelah proses pengecoran dan curing
beton selama 28 hari, Bekesting akan
dilepaskan kemudian dicat terlebih
dahulu agar permukaannya lebih jelas
baru kemudian diberikan titik-titik
sepanjang balok uji. Kemudian titik-titik
itulah yang akan dibaca pergerakannya
dengan menggunakan metode DIC.
29. Metode DIC
Digital Image Corelation (DIC) adalah metode non-destruktif dan non-kontak untuk mengukur
deformasi permukaan suatu objek yang menerima gaya dengan membandingkan gambar yang
diambil dalam kondisi pembebanan yang berbeda. Sebuah gambar dari area yang ditargerkan
dibagi menjadi subarea-subarea kecil. Gambar tersebut kemudian dianalisis dengan
membandingkan subarea-subarea kecil terhadap posisi barunya. Sehingga dimungkinkan untuk
mengukur deformasi bidang secara detail dari sebuah area (Fayyad, T. M., & Lees, J., 2014).
35. Mix Desain Beton Normal (Mayang)
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
standar SNI (Standar Nasional Indonesia)
7656-2012 dengan target kuat tekan beton
(fc’) 22 MPa.
36. Trial Mix Beton Normal (Mayang)
Pembuatan Trial Mix dimulai pada tanggal 12 april 2021 di Laboratorium Struktur dan
Material FTUI. Beton yang dibuat untuk Trial Mix berupa silinder dengan diameter 15 mm
dan tinggi 30 mm sebanyak 15 buah untuk pengujian kuat tekan umur 7, 14, dan 28 hari.
Hasil rata-rata Trail Mix pada 28 hari adalah sebesar 20,76 MPa
37. Mix Design Beton OPS (George)
Komposisi campuran beton menggunakan
penelitian sebelumnya (Sofyani, 2018)
dengan target kekuatan kurang lebih 22 MPa.
38. Trial Mix Beton OPS (George)
Hasil trial mix mendekati 21 MPa dari target pada jurnal sebelumnya (Sofyani, 2018)
sebesar 22 MPa. Apabila dibandingkan dengan komposisi ACI 211 didapatkan hanya 9.91
MPa. Menurut analisis penulis ini diakibatkan oleh OPS yang merupakan material agregat
organik yang berbeda dari material lainnya.
39. Mix Desain Beton RAC (Daniel)
Acuan: SNI 7656-2012 tentang Tata cara
pemilihan campuran untuk beton normal,
beton berat dan beton massa
Fc = 25 MPa
Target slump 10 cm
Ukuran agregat kasar maksimum 25 mm
Material Jumlah (kg/m3 )
Air 193.00
Semen 316.39
Agregat Kasar 827.15
Agregat Halus 926.59
40. Trial Mix Beton RAC (Daniel)
Tanggal pembuatan: 30 April 2021
Slump 2 cm
6 sampel silinder (D15cm dan tinggi 30 cm)
Umur (Hari) Kuat Tekan
(MPa)
7 15,25
28 21,38
50. Hasil Pengujian
Tarik
Hasil pengujian menunjukkan
bahwa hasil pengujian tarik dari hari
ke 14 ke hari ke 42 terus naik.
kekuatan beton didasarkan atas
kekuatan pada umur 28 hari. Semakin
bertambah umur beton, maka proses
pengerasan semakin baik, sehingga
kekuatannya semakin meningkat.
51. Hasil Pengujian
Tekan
Pada hari ke 14 kuat tekan beton
sebesar 18,22 MPa, pada hari ke 28
kuat tekan beton sebesar 22,05 MPa,
dan pada hari ke 42 yaitu hari
pengujian balok yaitu sebesar 24,03
Mpa.
53. Hasil Perhitungan Beban Hidrolik
Massa jenis beton : 2248,856 kg/m3
Berat merata : 0,662175 N/mm
Beban untuk mencapai batas lendutan :
3996,62 kg
Beban untuk mencapai retak pertama :
760,85 kg
Beban untuk mencapai inelastis beton :
785,86 kg
Kapasitas Tulangan
𝜙𝑀𝑛 = 28128830,2 Nmm
Terjadi pada beban 6373,96 kg
𝜙𝑉𝑛 = 48346,68 N
Terjadi pada beban 9648,01 kg
54. Perbandingan dengan Hasil Laboratorium
1. Hubungan antara beban vs perpindahan
2. Hubungan antara tahap pembebanan vs perpindahan
71. Hasil pengujian menunjukkan bahwa frekuensi naik pada pembebanan setelah 2 ton hal ini kemungkinan
disebabkan retakan yang terjadi di bawah alat sensor accelerometer.
74. Perhitungan Beban Terpusat
Massa Jenis = 1924.722 kg/m³
Berat merata = 0.708057 N/mm
Beban untuk mencapai batas lendutan = 3920.66 kg
(Lab: 3630 kg)
Beban untuk mencapai retak pertama = 454.71 kg
Beban untuk mencapai inelastis beton = 13089.11 kg
75. Perbandingan dengan Hasil Laboratorium
1. Hubungan antara beban vs perpindahan
2. Hubungan antara tahap pembebanan vs perpindahan
3. Selisih Perpindahan
83. Beban vs Perpindahan
● Dapat terlihat pada grafik, besarnya perpindahan pada sisi tengah, kanan, dan kiri sudah selaras antara aplikasi dan
dial/LVDT pada pengujian langsung, meskipun nilainya tidak sama persis.
● Secara teoritis didapatkan sebesar 3920.6 kg untuk mencapai batas lendutan izin (7.5 mm), sementara hasil lab
didapatkan beban sebesar 3630 kg.
● Lendutan pada sisi kanan dan kiri terlihat mirip sesuai dengan prediksi akibat kesimetrisan bentuk balok.
● Belum mencapai titik inelastis balok meskipun lendutan per siklus tidak kembali ke nilai nol.
92. Tahap Pembebanan vs Perpindahan
● Analisis DIC oleh aplikasi GOM dan Ncorr cukup akurat dibandingkan dengan hasil nyata
yaitu pembacaan dial tengah
● Grafik pengolahan per siklus memberikan gambaran yang lebih jelas pada titik nol
perpindahan yang terus menerus naik setelah siklus selesai
● Kesimetrisan antara sisi kanan dan kiri sudah diprediksi oleh karena bentuk balok dan posisi
pembebanan yang simetris
94. Selisih Perpindahan
● Setelah dihitung nilai rata-rata selisih mutlak perpindahan, ternyata didapatkan akurasi
Ncorr lebih baik daripada GOM dengan nilai sebesar 0.239 mm dibandingkan 0.288
mm selisih mutlak GOM
99. Beban vs Regangan
● Nilai positif pada grafik regangan menunjukan terjadinya tarik sedangkan tekan
ditunjukan dengan nilai negatif.
● Strain gauge terlihat sudah sesuai teori, yaitu bagian bawah balok OPS mengalami
tarik dan bagian atas balok mengalami tekan.
● Terlihat bahwa strain gauge yang terletak di bagian bawah balok bagian depan
seperti tidak bekerja. Analisa penulis adalah strain gauge tersebut tidak terpasang
dengan rapat saat penempelan antara strain gauge dan permukaan balok beton.
● Ncorr menunjukan hasil yang sesuai dengan teori dalam penentuan tarik-tekan.
100. Beban vs Regangan
● siklus 2 ton GOM menunjukan bahwa serat bagian atas dan bawah balok mengalami
tarik, yang menurut teori seharusnya serat bawah balok saja yang mengalami tarik
● Pada siklus 4 ton dan 6 ton, GOM memberikan hasil yang terbalik dengan teori yaitu
seharusnya bagian bawah mengalami tarik (positif) dan bagian atas mengalami tekan
(negatif)
● Pada siklus 8 ton GOM memberikan hasil yang sesuai teori
103. Heat Map Regangan GOM
● Pada heat map GOM terlihat beton mengalami retak halus pada saat beban 2100 kg dan
kembali menutup ketika menyentuh beban nol
● Nilai maksimum pada heat map yang digunakan adalah sebesar 2%
● setiap selesainya pengujian per siklus, retakan halus terlihat bertambah pada saat
menyentuh beban nol
111. Karakteristik Dinamik Balok (Frekuensi Natural)
● Disimpulkan bahwa downtrend dari frekuensi alami balok terjadi akibat pengujian.
Terlihat dari keadaan awal balok memiliki nilai 43.91 hz dan turun hingga terakhir
sebesar 37.28 hz
● Massa dan kekakuan balok yang tidak benar-benar terisolasi dari massa benda
lainnya
● Tempat pengujian tidak benar-benar kosong, yang mengakibatkan terjadinya
ambience vibration akibat benda sekitar
113. Hasil Pengujian Tekan & Belah
Pembuatan benda uji: 10 Mei 2021
Umur (Hari) Kuat Tekan
(MPa)
Kuat Tarik
(MPa)
7 11,93 -
14 16,59 1,49
28 20,74 1,80
38 22,56 1,51
114. Hasil Perhitungan Beban Hidrolik
Kapasitas Tulangan
𝜙𝑀𝑛 = 28245085 Nmm
Terjadi pada beban 6404,61 kg
𝜙𝑉𝑛 = 40863,948 N
Terjadi pada beban 8113,87 kg
Massa jenis beton : 2229,17 kg/m3
Berat merata : 0,819219 N/mm
Beban untuk mencapai batas lendutan :
5137,95 kg
Beban untuk mencapai retak pertama :
637,58 kg
Beban untuk mencapai inelastis beton :
8165,49 kg
139. Kesimpulan Beton Normal
● Beton balok bertulang normal yang dihitung dan direncanakan oleh penulis dapat digunakan
untuk bangunan rumah 2 lantai atau lebih.
● Respon sari struktur balok beton normal sangat baik, respon lendutan dan batas ketahanan
beban lebih baik dari pada perhitungan secara teoritisnya
● Hasil dari DIC dan LVDT sangat jauh
● Hasil DIC dan pembacaan dial lendutan dibagian tengah secara manual sangat baik. Hal ini
menandakan program atau aplikasi pun bisa mengalami kegagalan dalam pengambilan data
● Kesalahan relatif pada perhitungan teoritis frekuensi natural pada balok dan hasil percobaan
di laboratorium sengat besar yaitu 12,167 %.
● Grafik yang naik pada grafik frekuensi natural dapat disebabkan oleh keretakan pada
struktur
140. Kesimpulan OPS
● Karakteristik dinamik balok yang didapatkan dari pengujian adalah frekuensi alami awal
sebesar 43.91 hz. Sesuai dengan teori, trendline frekuensi alami balok menunjukan
downtrend akibat kerusakan dari pembebanan hingga 37.38 hz.
● Pengujian frekuensi alami tidak dapat mendapatkan nilai yang persis dengan perhitungan
teoritis karena faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan seperti ambience vibration dan
massa sistem sampel yang tercampur dengan frame pengujian.
● Sistem DIC cukup akurat dalam pengamatan perilaku balok terhadap pembebanan. Pada
Ncorr sudah cukup baik melakukan pembacaan perpindahan maupun regangan meskipun
nilainya masih tidak sama persis dengan dial/LVDT. GOM cukup baik dalam membaca
perpindahan, namun memiliki permasalahan pada analisis regangan.
141. Kesimpulan RAC
● Balok dengan agregat kasar daur ulang mencapai batas leleh pada beban 8000 kg, nilai ini mendeati
nilai teoritis batas leleh sebesar 8165,49 kg.
● Hasil analisis DIC dengan aplikasi GOM dan mathlab dengan ekstensi Ncorr sudah mendekati hasil
pengukuran laboratorium untuk pengukuran perpindahan dan renggangan.
● Pergerakan kamera sangat mempengaruhi hasil analisis DIC.
● Nilai frekuensi alami frame adalah 0,01 Hz. Frekuensi alami balok hasil pengukuran siklus 0, yaitu:
25,63 Hz dan frekuensi alami balok teoritis sebesar 26,35 Hz. Nilai kesalahan relatif pada siklus 0
sebesar 2,73 %.
● Nilai frekuensi alami hasil eksperimen pada siklus 0, 2 ton, 4 ton, dan 8 ton berturut-turut sebesar
25,63 Hz, 27,97 Hz, 25,87 Hz, 34,07 Hz, dan 31,07 Hz. Frekuensi natural cenderung meningkat
terhadap penambahan beban, dimana hasil ini tidak sesuai dengan teori kekakuan yang seharusnya
berkurang saat diberi pembebanan bertahap akibat timbulnya retakan pada balok.
142. Saran Beton Normal
● Pada pemasangan Strange Gauge besi diharapkan sangat berhati-hati dan tidak menekan kan Vibrator ke
tulangan bagian bawah karena dapat merusak Strange Gauge.
● Pemasangan Dial pada bagian kanan dan kiri disarankan di bagian bawah dengan menggunakan kaca Acrylic
kerena berdasarkan penelitian sebelumnya hasilnya lebih baik dan hampir sama dengan pengolahan DIC.
● Pada saat pengujian DIC disarankan untuk tidak menyentuh kamera sama-sekali pastikan pengujian secara
cepat jadi tidak memakan banyak baterai. Karena pergerakan kamera sedikit saja akan sangat mempengaruhi
hasil dari DIC. Penulis menyarankan untuk menggunakan Shutter untuk pengambilan gambar karena pada
saat menekan tombol pada kamera maka kamera tersebut akan bergerak walaupun hanya sedikit. Penulis
juga menyarankan agar tidak terlalu banyak orang yang berdekatan dengan kamera karena ditakutkan
kamera akan tersenggol
● Untuk pengolahan DIC penulis lebih menyarankan untuk menggunakan GOM karena penggunaan GOM yang
jauh lebih mudah dibandingkan dengan Ncorr dan juga untuk me running semua foto tersebut GOM lebih
sedikit memakan waktu dibandingkan dengan Ncorr. Hal ini juga dikarenakan hasil dari penelitian di atas hasil
dari GOM tidak mengalami error dan menghasilkan hasil yang baik dibandingkan dengan Ncorr.
● Pada penelitian menggunakan Accelerometer penulis menyarankan melakukan diwaktu malam hari
dikarenakan laboratorium sudah tutup jadi tidak ada banyak orang jadi tidak banyak pergerakan disekitar
benda uji.
143. Saran OPS
● Penelitian ini sebaiknya dilakukan dengan briefing yang mendalam ataupun
mengandalkan orang yang berpengalaman untuk mencegah kesalahan yang
dapat membuat seluruh data penelitian tidak valid.
● Pengujian disarankan untuk dijalankan secara kontinu tanpa jeda untuk
menghindari setup pembebanan dan peralatan yang bisa berubah.
● Peralatan harus disiapkan dengan baik seperti baterai yang harus terisi penuh
dan diperhitungkan kemampuan durasinya.
● Disarankan untuk menggunakan Ncorr apabila mengutamakan akurasi,
meskipun proses jauh lebih lama dibandingkan dengan GOM.
144. Saran OPS
● Mengecek seluruh alat dan mempelajari cara penggunaan alat tersebut agar
tidak terjadi kesalahan, melakukan simulasi pembacaan alat sebelum dilakukan
pengujian guna meminimalisir terjadinya kesalahan.
● Memperhitungkan kemampuan baterai dan kapasitas memory card kamera agar
tidak diperlukan pengisian daya kamera maupun penggantian memory card
kamera.
● Pengujian sebaiknya dilakukan secara kontinu atau tanpa jeda karena
pembebanan, lendutan, dan renggangan dapat berubah selama jeda waktu
tersebut.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Hasil grafik antara dial, GOM, dan Ncorr untuk perpindahan di tengah bentang relatif sama. Hal ini menunjukan hasil DIC sesuai dengan hasil LVDT.
Terdapat hasil grafik yang tidak bagus pada hasil pengolahan DIC di siklus 8 ton, hal ini dikarenakan posisi kemera sedikit berubah untuk melakukan pengecasan kamera dan pemindahan foto karena kapasitas memory card sudah penuh. Pergerakan ini terjadi pada siklus 8 ton tahap ke-47, 49, 54, dan 57.
Batas elastis (titik leleh) =
di grafik → beban tidak bertambah tetapi lendutan bertambah
→ Lendutan balok tidak kembali ke 0 karena balok mengalami retak
Pada perpndahan tengah, hasil yang didapat dari hasil DIC mendekati nilai pembacaan dial.
Pada pembacaan dial kiri dan kanan terdapat data yang hilang pada siklus beban 2 ton
dikarenakan kesalahan dalam pengoperasian dan pencatatan dial digital.
Pada dial kanan di siklus 8 ton, perpindahan bernilai stagnan dengan nilai lendutan 1,25 mm pada beban 3000 kg – 8000 kg – 4000 kg. Hal ini diperkirakan ada kesalahan dalam pemasangan dial yang menyebabkan dial bergeser ketika dilakukan pengujian
Pada hasil strain gauge GOM, garfik renggangan terliht acak. Hal ini dikarenakan radius subset dan jarak subset pada pengolahan DIC menggunakan pengaturan default, sehingga kualitas gambar kurang detail dan terjadi kesalahan pengukuran.
Dari tabel sklus vs frekuensi terlihat nilai frekuensi natural yang cenderung naik seiring penambahan beban pada balok.
Seharusnya nilai frekuensi ini turun dikarenakan nilai kekakuan balok yang telah diberi beban akan turun akibat muncul retakan. Penurunan kekakuan balok dapat dilihat dari grafik 4.13, dimana kemiringan dari grafik beban-lendutan semakin landai setiap siklusnya.