SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 85
RESPON KUAT TEKAN HAMMER TEST DENGAN COMPRESSION
TEST PADA BETON NORMAL DAN BETON PASCA BAKAR
R. Arwanto 1
ABSTRACT
Obtaining the concrete compression strength with the Swiss Hammer is a standard and well-
known procedure. However, the use of this apparatus on concrete exposed to physical and
chemical changes due to high temperature, is questioned. Research was conducted to validate
the hammer test results on these specific concrete elements. The investigations were executed
at the Pasar Induk Wonosobo, Wonosobo’s mean market as case study. This local market was
severely burned. The research work was done by compression strength comparison obtained
from the Hammer on the field, to the tests results performed on laboratory samples. The
research work proved that there was a substantial deviation in concrete compression strength
obtained from the values of the Hammer on the field as compared to the cylinders tested in the
laboratory. Therefore, the Swiss Hammer was found not suitable for non-destructive
compression testing on concrete elements exposed to high temperatures due to fire or burning.
Keywords : Concrete, Hammer Test, Compression Test
1
Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
PENDAHULUAN
Terjadinya perubahan temperatur yang
cukup tinggi, seperti yang terjadi pada
peristiwa kebakaran, akan membawa
dampak pada struktur beton. Karena pada
proses tersebut akan terjadi suatu siklus
pemanasan dan pendinginan yang
bergantian, yang akan menyebabkan
adanya perubahan fase fisis dan kimiawi
secara kompleks.
Pengujian dengan alat hammer untuk
mengetahui kekuatan beton pada struktur
bermasalah, termasuk struktur yang
terbakar, sudah sering dilakukan.
Penggunaan hammer test sebagai
pembanding compression test pada beton
kondisi normal saat ini sudah secara luas
digunakan dan sudah memiliki standarisasi.
Namun lebih lanjut timbul pertanyaan
apakah hammer test akan menghasilkan
kuat tekan yang bisa diterima kebenarannya
dibandingkan nilai kuat tekan dari hasil
compression test.
KERANGKA TEORITIS
Pengaruh Temperatur Tinggi Pada
Beton
Ketahanan beton terhadap temperatur
tinggi dihasilkan oleh daya hantar panas
beton yang rendah dan kekuatan yang
tinggi. Penambahan cover beton, kekuatan,
density, dan sifat kedap air mempertinggi
ketahanan thermal beton (Raina, 1989).
Efek yang paling utama dari pemanasan
beton dalam hubungannya dengan sifat
muai thermal adalah spalling (rompal atau
rontok). Beberapa tipe agregat, misalnya
silika, akan pecah karena ada perubahan
pada struktur kristalnya, meskipun proses
ini hanya terjadi pada permukaan betonnya
saja tetapi secara individual partikel ini akan
terlepas sendiri-sendiri. Bisa juga terjadi
efek yang lebih serius yaitu hancurnya lapis
permukan karena pemuaian thermal dan
ditambah lagi adanya tekanan yang
Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test
pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL86
dihasilkan dari uap air yang terjebak di
dalam pori beton. (Taylor, 2002).
Jika temperatur cukup tinggi akan terjadi
retak, bahkan juga pada beton massif,
tergantung dari lamanya kebakaran.
Kebakaran dengan temperatur 1000 ºC
selama satu atau dua jam akan
menyebabkan beton tidak lagi dapat
berfungsi sebagai material struktur, hal ini
ditandai dengan meluasnya spalling dan
terlihatnya tulangan utama struktur dan
menunjukkan tanda-tanda scaling.
Sebuah test menunjukkan bahwa dengan
temperatur 700 ºC, panas merambat ke
bagian dalam dan mencapai temperatur
yang bervariasi sesuai ketebalannya.
Kuat Tekan Beton
Pengujian yang paling umum dilakukan
untuk beton yang sudah mengeras adalah
uji kuat tekan, hal ini bisa jadi karena
pengujian ini mudah untuk dilaksanakan,
karakteristik beton yang diinginkan
berhubungan erat dengan kuat tekannya,
dan yang paling utama adalah karena kuat
tekan menjadi faktor penting dalam desain
struktur. (Neville, 2002)
Hasil dari uji tekan ini bisa bervariasi
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
tipe benda uji, ukuran benda uji, tipe
cetakan, curing, keadaan permukaan benda
uji, dan kekakuan mesin uji tekan.
- Pengujian dengan Compression
Testing Machine
Pengujian dengan alat ini sudah sangat
meluas digunakan di berbagai negara.
Pengujian bisa dilakukan dengan berbagai
tipe mesin, baik yang digerakkkan otomatis
oleh sistem hidrolis ataupun dengan sistem
hidrolis yang masih manual, juga dengan
berbagai mesin menurut kapasitas
maksimumnya.
Dalam pengujian tekan dengan mesin ini
bisa timbul ketidaktelitian yang disebabkan
oleh beberapa hal, seperti kesalahan di
dalam meletakkan benda uji tepat di
tengah, ausnya pelat, geseran pada
dudukan bulat pada plat desak bagian atas,
juga ketidaktelitian kalibrasi mesin itu
sendiri. (Murdock dan Brook, 1979)
- Pengujian dengan Hammer Beton
Hammer beton pertama kali dikembangkan
oleh seorang insinyur berkebangsaan Swiss,
Dr. Ernst Schmidt, pada tahun 1948, yang
selanjutnya lebih dikenal sebagai Swiss
Hammer. (Kett, 2000) Dasar pengembangan
dari alat ini adalah sistem pengujian tempo
dulu dimana untuk mengetahui keadaan
dari suatu beton pada sebuah konstruksi,
para pekerjanya biasa memukul beton
tersebut dengan sebuah hammer dan
menilai kedaan beton tersebut dari suara
metalik yang dihasilkannya. (Prosceq
Manual Book, 1977)
Swiss Hammer merupakan salah satu non
destructive testing apparatus yang mudah
digunakan secara langsung di lapangan,
namum penggunaannya tidak bisa secara
langsung menggantikan compression test
dan juga tidak bisa digunakan untuk
mengukur kuat tekan beton secara akurat.
(Fintel, 1985) Hammer test biasa digunakan
untuk memeriksa keseragaman dari sebuah
struktur beton, untuk menentukkan lokasi
dimana dimungkinkan terdapat beton yang
berkualitas rendah sehingga bisa diputuskan
apakah perlu dilakukan core drill atau tidak,
dan juga untuk memperkirakan kekuatan
beton di lapangan sesuai dengan umurnya
sehingga bisa diketahui apakah beton
tersebut sudah layak untuk diberi beban
atau tidak. (ASTM Standards, 2002).
Prinsip kerja Swiss Hammer akan
menghasilkan sebuah nilai rebound sesaat
setelah tangkai baja (plunger) masuk ke
dalam hammer karena ada gaya dorong ke
arah permukaan beton. Nilai rebound ini
dihasilkan dari gaya reaksi hantaman beban
di dalam hammer melalui plunger ke
permukaan beton, gaya reaksi tadi
memberikan tolakan berlawanan kepada
beban yang kemudian menggerakkan
VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 87
sebuah pointer sampai ke titik tertentu yang
bisa terbaca pada skala ukur. Nilai rebound
inilah yang kemudian akan menunjukkan
kuat tekan beton setelah dikonversi melalui
grafik atau tabel yang ada pada hammer
beton sesuai sudut penembakan.
Gambar 1. Ilustrasi Skematik Cara Kerja Rebound Hammer (ACI 228. 1R-95)
METODE PENELITIAN
Penelitian di laboratorium
Pada penelitian ini menggunakan metode
experimen yaitu mengadakan percobaan
dengan menggunakan sampel beton dengan
mutu beton yang direncanakan, sehingga
dapat diperoleh besaran-besaran yang akan
diteliti. Adapun besaran yang dipakai
sebagai acuan adalah nilai kuat tekan dari
hasil compression test.
- Pelakasanaan Penelitian
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
 Pemeriksaan Material
Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui sifat atau karakterisitik dari
masing-masing bahan penyusun beton.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian
terhadap material penyusun beton yaitu
agregat halus, agregat kasar dan
semen, sedangkan air yang digunakan
sesuai dengan sfesifikasi standar untuk
air dalam SK SNI S – 04 – 1989 – F.
 Pembuatan Benda Uji
Benda uji dibuat di pabrik ready mix
concrete , berupa silinder beton
dengan diameter 15 cm dan tinggi 30
cm.
 Perawatan Benda Uji (Curing)
Curing ini mempunyai tujuan yaitu
untuk menjaga permukaan beton agar
selalu lembab.dan beton tidak
berhubungan dengan udara., sampai
cukup kuat untuk menahan retak akibat
penyusutan. (Longman dan Taylor,
2002)
Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test
pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL88
Curing mempunyai maksud untuk
menjamin proses hidrasi semen dapat
berlangsung dengan sempurna,
sehingga retak-retak pada permukaan
beton dapat dihindari serta mutu beton
dapat lebih terjamin. Proses perawatan
benda uji ini yaitu merendam benda uji
dalam bak perendam berisi air pada
temperatur 25 °C selama waktu yang
dikehendaki. (SK SNI M – 14 – 1989 –
F).
 Pembakaran Benda Uji
Setelah curing selama 28 hari,
kemudian dilakukan pembakaran
dengan durasi pembakaran 3 jam.
Temperatur pada tungku berkisar 350
C, pada penelitian ini menggunakan
temperatur air raksa dengan suhu
maksimal yang dapat terukur 360 C.
 Pelapisan Permukaan Benda Uji
(Capping)
Pelapisan ini betujuan untuk meratakan
permukaan benda uji yang akan
diperiksa, sehingga penyaluran
tegangan dari alat compression dapat
tersebar secara merata pada
permukaan benda uji.
 Pengujian Benda Uji
Pengujian ini dilakukan pada usia benda
uji 40 hari. Adapun jenis pengujian
yang dilakukan adalah hammer test dan
compression test.
Investigasi Pasar Induk Wonosobo
Kegiatan ini dilakukan di lapangan yaitu di
Pasar Induk Wonosobo Jawa Tengah, dan di
Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil
Universitas Diponegoro Semarang.
Untuk melaksanakan kegiatan ini, akan
digunakan bahan-bahan berupa sampel
atau benda uji material beton (sample
coring), yang diambil langsung dari elemen-
elemen struktur bangunan gedung Pasar
Induk Wonosobo yang terbakar.
Pengamatan di laboratorium dilakukan pada
benda uji hasil pengujian merusak
(distructive test) untuk memeriksa sampel
material beton yang diambil dari elemen-
elemen struktur yang terbakar.
Gambar 2. Hammer Test Pada Elemen
Balok Pasar Induk Wonosobo
Metoda Analisa Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang berupa data-data
kuantitatif (numeris) akan dianalisa
menggunakan metoda-metoda statistik yang
berkaitan, yaitu statistik deskriptif dan
statistik inferensi. Output yang diharapkan
dari analisa ini adalah kesimpulan kuantitatif
dan kesimpulan kualitatif.
Metoda statistika deskriptif berkenaan
dengan pengumpulan, pengolahan,
penyajian, dan penganalisaan data sehingga
dapat memberikan gambaran yang
sistematis dan teratur tentang penelitian ini.
Analisa statistik deskriptif dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Dalam analisa ini
digunakan pendekatan secara deduktif yaitu
dari hal-hal yang bersifat umum menuju
yang bersifat khusus.
Metoda statistika inferensi berkenaan
dengan pengolahan lebih lanjut terhadap
data yang telah dianalisa guna penafsiran
VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 89
dan membantu dalam penarikan
kesimpulan.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Tabel berikut menyajikan beberapa
parameter dari populasi data compression
test sebelum uji keseragaman (index notasi
1) dan sesudah uji keseragaman (index
notasi 2) antara lain jumlah elemen populasi
(n), rerata atau mean (µ), dan standar
deviasi populasi (σ).
Tabel 1. Parameter Populasi Hasil Analisa
Compression Test
Populasi
Parameter Tak Bakar
D1
Bakar
D1
Tak Bakar
D2
Bakar
D2
n1 13 13 17 12
µ1 (MPa) 31.842 22.418 42.924 28.742
σ1 (MPa) 1.978 1.609 3.857 2.241
n2 10 8 13 8
µ2 (MPa) 31.60 22.21 43.51 29.07
σ2 (MPa) 1.17 0.91 2.12 1.27
Dari Tabel 1 tampak adanya perubahan kuat
tekan setelah beton mengalami
pembakaran. Respon perubahannya
ditentukan sebagai berikut :
 Benda uji D1 :
Perubahan
%715.29%100
60.31
60.3121.22



 Benda uji D2 :
Perubahan
%188.33%100
51.43
51.4307.29



 Rata-rata :
Perubahan
%452.31
2
188.33715.29



Tabel 2. Parameter Populasi Hasil Analisa
Hammer Test
Populasi
Parameter Tak Bakar
D1H
Bakar
D1H
Tak Bakar
D2H
Bakar
D2H
n1 13 13 17 12
µ1 (MPa) 27.739 30.785 34.246 34.914
σ1 (MPa) 0.689 1.574 1.228 0.853
n2 9 9 12 7
µ2 (MPa) 27.47 30.54 34.44 34.69
σ2 (MPa) 0.36 0.69 0.67 0.62
Berdasarkan Tabel 2, tampak adanya
perubahan kuat tekan hasil hammer test
setelah beton mengalami pembakaran.
Respon perubahannya ditentukan sebagai
berikut :
 Benda uji D1 :
Perubahan
%178.11%100
47.27
47.2754.30



 Benda uji D2 :
Perubahan
%726.0%100
44.34
44.3469.34



 Rata-rata :
Perubahan
%952.5
2
726.0178.11



Grafik-grafik di bawah ini menggambarkan
relasi dan pola hubungan nilai kuat tekan
compression dan hammer test pada benda
uji terbakar dan tidak.
Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test
pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL90
UJI COMPRESSION DAN HAMMER TAK BAKAR D1
25
27
29
31
33
35
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
No. Sampel
fc(MPa)
Compression Hammer Mean Com Mean Hmr
Gambar 3. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Tak Bakar D1
UJI COMPRESSION DAN HAMMER BAKAR D1
19
22
25
28
31
34
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
No. Sampel
fc(MPa)
Compression Hammer Mean Comp Mean Hmr
Gambar 4. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Bakar D1
UJI COMPRESSION DAN HAMMER TAK BAKAR D2
31
35
39
43
47
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
No. Sampel
fc(MPa)
Compression Hammer Mean Comp Mean Hmr
Gambar 5. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Tak Bakar D2
VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 91
UJI COMPRESSION DAN HAMMER BAKAR D2
23
26
29
32
35
15 16 18 19 20 21 22 23 24 26 27 30
No. Sampel
fc(MPa)
Compression Hammer Mean Comp Mean Hmr
Gambar 6. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Bakar D2
Dari grafik-grafik di atas tampak adanya
perubahan pola hubungan pada benda uji
bakar terhadap benda uji tak bakar,
kesamaan perilaku yang ditunjukkan kedua
mutu beton mempertegas respon ini.
Investigasi Pasar Induk Wonosobo
Untuk mengetahui kualitas beton pasca
kebakaran pada Pasar Induk Wonosobo,
dilakukan pengujian dengan alat hammer.
Hammer test dilakukan pada permukaan
beton kolom, balok maupun plat yang sudah
dibersihkan dengan mengelupas plesteran.
Pengambilan inti beton dengan alat bor
dengan diameter 35 – 75 mm (core case)
dan 100 – 150 mm (core drill) untuk
mendapatkan silinder inti beton di lapangan.
Dari hasil pengujian diperoleh grafik
perbandingan kuat tekan dari hasil Core Drill
dan Core Case dengan Hammer Test
Pe rbandingan Hasil C ore D rill dan Hammer Test
Pasar Induk Wonosobo
0
5
10
15
20
25
30
Pelat (t=5cm) Balok (35/60) Kolom (60/60)
Elemen Struktur
fc(MPa)
C ore drill Hammer test
Gambar 7. Grafik Perbandingan Hasil Core Drill dan Core Case dengan Hammer Test
Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test
pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL92
Pengaruh Pembakaran pada Kuat
Tekan
Dari analisa deskriptif kuantitatif uji tekan
dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembakaran pada benda uji beton dalam
penelitian ini menyebabkan turunnya nilai
kuat tekan melalui pengujian dengan
Compression Testing Machine.
Uji hipotesa yang dilakukan menunjukkan
terjadinya penurunan nilai fc dari
compression test benda uji bakar
dibandingkan fc uji tekan benda uji tak
bakar.
Adanya penurunan fc ini terutama
disebabkan oleh adanya perubahan
microstructure pada beton karena terjadinya
reaksi fisik dan kimia akibat temperatur
tinggi selama pembakaran, antara lain :
 Terjadinya friksi antar material
penyusun beton akibat perbedaan
koefisien muai thermal materi penyusun
yang cukup besar. Jika perbedaan
koefisien muai agregat dan pasta
semen terlalu besar maka apabila
terjadi perubahan suhu dapat
mengakibatkan perbedaan gerakan
sehingga dapat melepaskan lekatan
antara agregat dan pasta, akibatnya
beton akan mudah retak.
(Tjokrodimuljo, 1996)
 Terhambatnya laju aliran panas di
dalam beton akibat menurunnya
konduktifitas thermal beton pada
temperatur tinggi. Di atas 100 ºC
konduktifitas thermal beton secara
linear mengalami penurunan yang
berarti karena pada titik ini kadar air
dalam beton sudah hilang. Tersekatnya
panas di dalam beton mempercepat
reaksi fisik maupun kimia yang akan
memperlemah beton. (Mindess et al.,
2002).
 Perubahan struktur kristal agregat
(misalnya agregat silika) sehingga
timbul efek spalling (rompal) pada
permukaan beton dan lepasnya
material ini secara individual. (Taylor,
2002)
Gambar 8. Rompal Pada Beton
 Terjebaknya uap air dalam pori beton
sehingga menyebabkan adanya
tekanan dari dalam beton. Semakin
lama dibakar, seiring dengan
bertambahnya temperatur, maka
semakin tinggi pula tekanan dari dalam.
Tekanan inilah yang menyebabkan
terjadinya explosive spalling (rompal
disertai ledakan). (Taylor, 2002)
 Susutnya pasta semen karena
hilangnya kadar air pada temperatur
tinggi. Penyusutan ini akan
menimbulkan retak-retak sehingga
memperlemah beton. (Mindess et al.,
2002).
Pengaruh Pembakaran terhadap Hasil
Hammer Test
Dari beberapa analisa statistik yang sudah
dilakukan, dapat ditarik resume
perbandingan respon hammer test dengan
compression test, ditabelkan berikut ini :
VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 93
Tabel 3. Perbandingan Hasil Analisa Statistik Hammer Test dengan Compression Test
Analisa Hammer Test Compression Test
Respon nilai kuat tekan
setelah pembakaran
Peningkatan dibanding
kuat tekan tak terbakar
Penurunan dibanding
kuat tekan tak terbakar
Selisih nilai kuat tekan
compression test dan
hammer test pada benda
uji terbakar
Lebih besar daripada selisih kuat tekan pada
benda uji tak terbakar.(tak terbakar, hammer
test < compression test; terbakar, hammer test
> compression test)
Uji hipotesa pengaruh
pembakaran terhadap
kuat tekan
Terjadi peningkatan
kuat tekan karena
pengaruh pembakaran
Terjadi penurunan
kuat tekan karena
pengaruh pembakaran
Uji hipotesa bahwa tidak
ada perbedaan berarti
kuat tekan hammer test
dengan compression test
pada benda uji terbakar
Ditolak, berarti pada benda uji terbakar ada
perbedaan yang berarti antara nilai kuat tekan
hammer test dengan compression test
Perbedaan perilaku seperti yang tersebut di
atas disebabkan faktor-faktor berikut :
 Faktor utama yang mempengaruhi
pembacaan rebound adalah kekerasan
permukaan uji, padahal kekerasan
suatu material tidaklah identik dengan
kuat tekannya.
 Hilangnya kadar air dalam benda uji
sehingga pembacaan rebound
bertambah tinggi. Seperti telah
diketahui bahwa adanya kelembaban
pada permukaan hammer test akan
memperlemah pembacaan rebound
karena banyaknya energi tumbukan
yang terserap sehingga tidak cukup
memberikan energi lentingan kepada
plunger hammer.
 Bertambahnya kepadatan permukaan
hammer test yang disebabkan susutnya
pasta semen akibat pengaruh
temperatur tinggi. Semakin tinggi
temperatur semakin besar susut yang
terjadi semakin tinggi kepadatan dan
akhirnya semakin tinggi pula
pembacaan rebound.
 Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembakaran pada
benda uji menyebabkan semakin
tingginya kuat tekan yang dihasilkan
dari hammer test, dan pada benda uji
beton bakar respon hammer test
berbeda dari compression test.
KESIMPULAN
 Pada keadaan normal, nilai kuat tekan
compression lebih tinggi daripada kuat
tekan hammer.
 Setelah pembakaran hammer test
memberikan respon kuat tekan yang
lebih tinggi daripada compression test.
 Relasi respon kuat tekan compression
dan hammer dalam keadaan normal
(tidak terbakar) membentuk pola yang
konservatif, artinya bahwa nilai kuat
tekan dengan hammer test cenderung
berkisar pada prosentase tertentu
terhadap nilai kuat tekan dengan
compression test.
 Pada beton terbakar respon yang
diberikan hammer test berlawanan
dengan compression test. Oleh karena
itu nilai prosentase (perbandingan) kuat
tekan hammer test terhadap
compression test pada beton normal
(tak terbakar), seperti tercantum dalam
PBI 1971, tidak bisa digunakan untuk
beton terbakar.
Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test
pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL94
DAFTAR PUSTAKA
. 2002. Annual Book of ASTM
Standards Section 4 Vol. 04.02 Concrete
and Aggregates C – 805 Standard Test
Method for Rebound Number of Hardened
Concrete. West Conshohocken
. 1977. Manual Book of Prosceq
Swiss Hammer. Zurich, Switzerland :
Prosceq FA
Arwanto, R dkk. 2004. Evaluasi Struktur
Bangunan Gedung Paska Kebakaran (Studi
Kasus Pasar Induk Wonosobo). Semarang :
Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Departemen Pekerjaan Umum. 1989. SK
SNI M – 14 – 1989 – F Metode Pengujian
Kuat Tekan Beton. Bandung : Yayasan LPMB
Fintel, Mark. 1985. Handbook of Concrete
Engineering Second Edition. New York :
Van Nostrand Reinhold
Kett, Irving. 2000. Engineering Concrete :
Mix Design and Test Method. USA : CRC
Press LCC
Longman, G. D. Taylor. 2002. Material in
Construction Principles, Practice and
Performance. The Chartered Institute of
Building.
Mindess, Sidney et al.. 2003. Concrete 2nd
Edition. USA : Pearson Education, Inc
Murdock, L.J, Brook, K.M. 1986. Bahan dan
Praktek Beton, Edisi Ke-4. Jakarta :
Erlangga
Neville, A.M. 2003. Properties of concrete,
4th and Final Edition. Edinburg Gate
Harlow, England : Pearson Prentice Hall
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi
Beton. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Press
Yuliarto, Totok Dwi dan Yuliar Adi W. N.
2005. Laporan Tugas Akhir Pengujian
Experimental Relasi Kuat Tekan Beton Pasca
Kebakaran Antara Hammer Test Dengan
Compression Test. Semarang : Universitas
Diponegoro

More Related Content

What's hot

Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihKalih Rizki
 
Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
 Laporan Pratikum Beton dan Mix Design Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
Laporan Pratikum Beton dan Mix DesignAfif Yulfriza
 
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Delsandy Ramaputra
 
Metode pengujian kuat lentur beton
Metode pengujian kuat  lentur beton Metode pengujian kuat  lentur beton
Metode pengujian kuat lentur beton Arnas Aidil
 
Bab 1 kekerasan edisi 2009
Bab 1 kekerasan edisi 2009Bab 1 kekerasan edisi 2009
Bab 1 kekerasan edisi 2009Must Angin
 
Jurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisiJurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisizulki zul
 
3 5-pengujian-berat-isi-agregat
3 5-pengujian-berat-isi-agregat3 5-pengujian-berat-isi-agregat
3 5-pengujian-berat-isi-agregatDwi Andini
 
Pengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapanPengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapanM Hayale
 
uji-kuat-tarik-tak-langsung
uji-kuat-tarik-tak-langsunguji-kuat-tarik-tak-langsung
uji-kuat-tarik-tak-langsungfajar1992
 
laporan uji slump beton
laporan uji slump beton laporan uji slump beton
laporan uji slump beton Intan Kusuma
 
Alat ukur kekerasan logam
Alat ukur kekerasan logamAlat ukur kekerasan logam
Alat ukur kekerasan logamkenshin prabowo
 
Cara uji slump beton
Cara uji slump betonCara uji slump beton
Cara uji slump betonardi nasir
 
Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Feby Aulia
 

What's hot (20)

Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalih
 
Alat uji kekerasaan indentasi
Alat uji kekerasaan indentasiAlat uji kekerasaan indentasi
Alat uji kekerasaan indentasi
 
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
 
Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
 Laporan Pratikum Beton dan Mix Design Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
Laporan Pratikum Beton dan Mix Design
 
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
 
Metode pengujian kuat lentur beton
Metode pengujian kuat  lentur beton Metode pengujian kuat  lentur beton
Metode pengujian kuat lentur beton
 
Hammer test report
Hammer test reportHammer test report
Hammer test report
 
Bab 1 kekerasan edisi 2009
Bab 1 kekerasan edisi 2009Bab 1 kekerasan edisi 2009
Bab 1 kekerasan edisi 2009
 
Jurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisiJurnal beton komposisi
Jurnal beton komposisi
 
3 5-pengujian-berat-isi-agregat
3 5-pengujian-berat-isi-agregat3 5-pengujian-berat-isi-agregat
3 5-pengujian-berat-isi-agregat
 
pengujian lentur
pengujian lenturpengujian lentur
pengujian lentur
 
Pengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapanPengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapan
 
uji-kuat-tarik-tak-langsung
uji-kuat-tarik-tak-langsunguji-kuat-tarik-tak-langsung
uji-kuat-tarik-tak-langsung
 
laporan uji slump beton
laporan uji slump beton laporan uji slump beton
laporan uji slump beton
 
Uji triaksial
Uji triaksialUji triaksial
Uji triaksial
 
Alat ukur kekerasan logam
Alat ukur kekerasan logamAlat ukur kekerasan logam
Alat ukur kekerasan logam
 
Cara uji slump beton
Cara uji slump betonCara uji slump beton
Cara uji slump beton
 
Kejuruteraan struktur
Kejuruteraan strukturKejuruteraan struktur
Kejuruteraan struktur
 
Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012
 
Metode pengujian korosi
Metode pengujian korosiMetode pengujian korosi
Metode pengujian korosi
 

Similar to 3938 8451-1-sm

Bab iii mekanika batuan
Bab iii mekanika batuanBab iii mekanika batuan
Bab iii mekanika batuanEdwin Harsiga
 
METODE PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAAN APARTEMENT
METODE PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAAN APARTEMENTMETODE PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAAN APARTEMENT
METODE PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAAN APARTEMENTMOSES HADUN
 
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...Debora Elluisa Manurung
 
14. bab ii oke
14. bab ii oke14. bab ii oke
14. bab ii okeAdi Kurdi
 
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer TestPile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Testinka -chan
 
260124-PENYELIDIKAN RUSUN KOPASSUS SOLO_Rev04-3.pptx
260124-PENYELIDIKAN RUSUN KOPASSUS SOLO_Rev04-3.pptx260124-PENYELIDIKAN RUSUN KOPASSUS SOLO_Rev04-3.pptx
260124-PENYELIDIKAN RUSUN KOPASSUS SOLO_Rev04-3.pptxssuser74dfa6
 
Perilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton BertulangPerilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton BertulangSaiful Hadi
 
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdfjteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdfNizarTarmidzi
 
Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012Yadi Kusmayadi
 
LAPORAN HASIL UJI SONDIR.pdf
LAPORAN HASIL UJI SONDIR.pdfLAPORAN HASIL UJI SONDIR.pdf
LAPORAN HASIL UJI SONDIR.pdfMuh. Aksal
 
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020 arbi ardli-kls B
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020  arbi ardli-kls BTugas mk2 tgl 17 mei 2020  arbi ardli-kls B
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020 arbi ardli-kls BArbiArdli
 

Similar to 3938 8451-1-sm (20)

Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancangPondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang
 
Bab iii mekanika batuan
Bab iii mekanika batuanBab iii mekanika batuan
Bab iii mekanika batuan
 
METODE PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAAN APARTEMENT
METODE PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAAN APARTEMENTMETODE PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAAN APARTEMENT
METODE PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAAN APARTEMENT
 
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...
PPT Kerja Praktek Proyek One Casablanca Reside debora elluisa manurung (11312...
 
2.Substructure 2.pptx
2.Substructure 2.pptx2.Substructure 2.pptx
2.Substructure 2.pptx
 
586 2181-1-pb
586 2181-1-pb586 2181-1-pb
586 2181-1-pb
 
Laporan Uji Bahan
Laporan Uji BahanLaporan Uji Bahan
Laporan Uji Bahan
 
14. bab ii oke
14. bab ii oke14. bab ii oke
14. bab ii oke
 
Bab ii ok
Bab ii okBab ii ok
Bab ii ok
 
Bab 1 sd 4 kel 2 tbk2 edit
Bab 1 sd 4 kel 2 tbk2 editBab 1 sd 4 kel 2 tbk2 edit
Bab 1 sd 4 kel 2 tbk2 edit
 
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer TestPile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
 
260124-PENYELIDIKAN RUSUN KOPASSUS SOLO_Rev04-3.pptx
260124-PENYELIDIKAN RUSUN KOPASSUS SOLO_Rev04-3.pptx260124-PENYELIDIKAN RUSUN KOPASSUS SOLO_Rev04-3.pptx
260124-PENYELIDIKAN RUSUN KOPASSUS SOLO_Rev04-3.pptx
 
Perilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton BertulangPerilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton Bertulang
 
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdfjteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
 
Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012
 
PMTEST.pdf
PMTEST.pdfPMTEST.pdf
PMTEST.pdf
 
05.3 bab 3
05.3 bab 305.3 bab 3
05.3 bab 3
 
LAPORAN HASIL UJI SONDIR.pdf
LAPORAN HASIL UJI SONDIR.pdfLAPORAN HASIL UJI SONDIR.pdf
LAPORAN HASIL UJI SONDIR.pdf
 
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020 arbi ardli-kls B
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020  arbi ardli-kls BTugas mk2 tgl 17 mei 2020  arbi ardli-kls B
Tugas mk2 tgl 17 mei 2020 arbi ardli-kls B
 
Modul 4_Uji Kekerasan
Modul 4_Uji KekerasanModul 4_Uji Kekerasan
Modul 4_Uji Kekerasan
 

Recently uploaded

PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxarifyudianto3
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranSintaMarlina3
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industririzwahyung
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfVardyFahrizal
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 

Recently uploaded (9)

PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 

3938 8451-1-sm

  • 1. VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 85 RESPON KUAT TEKAN HAMMER TEST DENGAN COMPRESSION TEST PADA BETON NORMAL DAN BETON PASCA BAKAR R. Arwanto 1 ABSTRACT Obtaining the concrete compression strength with the Swiss Hammer is a standard and well- known procedure. However, the use of this apparatus on concrete exposed to physical and chemical changes due to high temperature, is questioned. Research was conducted to validate the hammer test results on these specific concrete elements. The investigations were executed at the Pasar Induk Wonosobo, Wonosobo’s mean market as case study. This local market was severely burned. The research work was done by compression strength comparison obtained from the Hammer on the field, to the tests results performed on laboratory samples. The research work proved that there was a substantial deviation in concrete compression strength obtained from the values of the Hammer on the field as compared to the cylinders tested in the laboratory. Therefore, the Swiss Hammer was found not suitable for non-destructive compression testing on concrete elements exposed to high temperatures due to fire or burning. Keywords : Concrete, Hammer Test, Compression Test 1 Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro PENDAHULUAN Terjadinya perubahan temperatur yang cukup tinggi, seperti yang terjadi pada peristiwa kebakaran, akan membawa dampak pada struktur beton. Karena pada proses tersebut akan terjadi suatu siklus pemanasan dan pendinginan yang bergantian, yang akan menyebabkan adanya perubahan fase fisis dan kimiawi secara kompleks. Pengujian dengan alat hammer untuk mengetahui kekuatan beton pada struktur bermasalah, termasuk struktur yang terbakar, sudah sering dilakukan. Penggunaan hammer test sebagai pembanding compression test pada beton kondisi normal saat ini sudah secara luas digunakan dan sudah memiliki standarisasi. Namun lebih lanjut timbul pertanyaan apakah hammer test akan menghasilkan kuat tekan yang bisa diterima kebenarannya dibandingkan nilai kuat tekan dari hasil compression test. KERANGKA TEORITIS Pengaruh Temperatur Tinggi Pada Beton Ketahanan beton terhadap temperatur tinggi dihasilkan oleh daya hantar panas beton yang rendah dan kekuatan yang tinggi. Penambahan cover beton, kekuatan, density, dan sifat kedap air mempertinggi ketahanan thermal beton (Raina, 1989). Efek yang paling utama dari pemanasan beton dalam hubungannya dengan sifat muai thermal adalah spalling (rompal atau rontok). Beberapa tipe agregat, misalnya silika, akan pecah karena ada perubahan pada struktur kristalnya, meskipun proses ini hanya terjadi pada permukaan betonnya saja tetapi secara individual partikel ini akan terlepas sendiri-sendiri. Bisa juga terjadi efek yang lebih serius yaitu hancurnya lapis permukan karena pemuaian thermal dan ditambah lagi adanya tekanan yang
  • 2. Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL86 dihasilkan dari uap air yang terjebak di dalam pori beton. (Taylor, 2002). Jika temperatur cukup tinggi akan terjadi retak, bahkan juga pada beton massif, tergantung dari lamanya kebakaran. Kebakaran dengan temperatur 1000 ºC selama satu atau dua jam akan menyebabkan beton tidak lagi dapat berfungsi sebagai material struktur, hal ini ditandai dengan meluasnya spalling dan terlihatnya tulangan utama struktur dan menunjukkan tanda-tanda scaling. Sebuah test menunjukkan bahwa dengan temperatur 700 ºC, panas merambat ke bagian dalam dan mencapai temperatur yang bervariasi sesuai ketebalannya. Kuat Tekan Beton Pengujian yang paling umum dilakukan untuk beton yang sudah mengeras adalah uji kuat tekan, hal ini bisa jadi karena pengujian ini mudah untuk dilaksanakan, karakteristik beton yang diinginkan berhubungan erat dengan kuat tekannya, dan yang paling utama adalah karena kuat tekan menjadi faktor penting dalam desain struktur. (Neville, 2002) Hasil dari uji tekan ini bisa bervariasi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya tipe benda uji, ukuran benda uji, tipe cetakan, curing, keadaan permukaan benda uji, dan kekakuan mesin uji tekan. - Pengujian dengan Compression Testing Machine Pengujian dengan alat ini sudah sangat meluas digunakan di berbagai negara. Pengujian bisa dilakukan dengan berbagai tipe mesin, baik yang digerakkkan otomatis oleh sistem hidrolis ataupun dengan sistem hidrolis yang masih manual, juga dengan berbagai mesin menurut kapasitas maksimumnya. Dalam pengujian tekan dengan mesin ini bisa timbul ketidaktelitian yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti kesalahan di dalam meletakkan benda uji tepat di tengah, ausnya pelat, geseran pada dudukan bulat pada plat desak bagian atas, juga ketidaktelitian kalibrasi mesin itu sendiri. (Murdock dan Brook, 1979) - Pengujian dengan Hammer Beton Hammer beton pertama kali dikembangkan oleh seorang insinyur berkebangsaan Swiss, Dr. Ernst Schmidt, pada tahun 1948, yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Swiss Hammer. (Kett, 2000) Dasar pengembangan dari alat ini adalah sistem pengujian tempo dulu dimana untuk mengetahui keadaan dari suatu beton pada sebuah konstruksi, para pekerjanya biasa memukul beton tersebut dengan sebuah hammer dan menilai kedaan beton tersebut dari suara metalik yang dihasilkannya. (Prosceq Manual Book, 1977) Swiss Hammer merupakan salah satu non destructive testing apparatus yang mudah digunakan secara langsung di lapangan, namum penggunaannya tidak bisa secara langsung menggantikan compression test dan juga tidak bisa digunakan untuk mengukur kuat tekan beton secara akurat. (Fintel, 1985) Hammer test biasa digunakan untuk memeriksa keseragaman dari sebuah struktur beton, untuk menentukkan lokasi dimana dimungkinkan terdapat beton yang berkualitas rendah sehingga bisa diputuskan apakah perlu dilakukan core drill atau tidak, dan juga untuk memperkirakan kekuatan beton di lapangan sesuai dengan umurnya sehingga bisa diketahui apakah beton tersebut sudah layak untuk diberi beban atau tidak. (ASTM Standards, 2002). Prinsip kerja Swiss Hammer akan menghasilkan sebuah nilai rebound sesaat setelah tangkai baja (plunger) masuk ke dalam hammer karena ada gaya dorong ke arah permukaan beton. Nilai rebound ini dihasilkan dari gaya reaksi hantaman beban di dalam hammer melalui plunger ke permukaan beton, gaya reaksi tadi memberikan tolakan berlawanan kepada beban yang kemudian menggerakkan
  • 3. VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 87 sebuah pointer sampai ke titik tertentu yang bisa terbaca pada skala ukur. Nilai rebound inilah yang kemudian akan menunjukkan kuat tekan beton setelah dikonversi melalui grafik atau tabel yang ada pada hammer beton sesuai sudut penembakan. Gambar 1. Ilustrasi Skematik Cara Kerja Rebound Hammer (ACI 228. 1R-95) METODE PENELITIAN Penelitian di laboratorium Pada penelitian ini menggunakan metode experimen yaitu mengadakan percobaan dengan menggunakan sampel beton dengan mutu beton yang direncanakan, sehingga dapat diperoleh besaran-besaran yang akan diteliti. Adapun besaran yang dipakai sebagai acuan adalah nilai kuat tekan dari hasil compression test. - Pelakasanaan Penelitian Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :  Pemeriksaan Material Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat atau karakterisitik dari masing-masing bahan penyusun beton. Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap material penyusun beton yaitu agregat halus, agregat kasar dan semen, sedangkan air yang digunakan sesuai dengan sfesifikasi standar untuk air dalam SK SNI S – 04 – 1989 – F.  Pembuatan Benda Uji Benda uji dibuat di pabrik ready mix concrete , berupa silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.  Perawatan Benda Uji (Curing) Curing ini mempunyai tujuan yaitu untuk menjaga permukaan beton agar selalu lembab.dan beton tidak berhubungan dengan udara., sampai cukup kuat untuk menahan retak akibat penyusutan. (Longman dan Taylor, 2002)
  • 4. Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL88 Curing mempunyai maksud untuk menjamin proses hidrasi semen dapat berlangsung dengan sempurna, sehingga retak-retak pada permukaan beton dapat dihindari serta mutu beton dapat lebih terjamin. Proses perawatan benda uji ini yaitu merendam benda uji dalam bak perendam berisi air pada temperatur 25 °C selama waktu yang dikehendaki. (SK SNI M – 14 – 1989 – F).  Pembakaran Benda Uji Setelah curing selama 28 hari, kemudian dilakukan pembakaran dengan durasi pembakaran 3 jam. Temperatur pada tungku berkisar 350 C, pada penelitian ini menggunakan temperatur air raksa dengan suhu maksimal yang dapat terukur 360 C.  Pelapisan Permukaan Benda Uji (Capping) Pelapisan ini betujuan untuk meratakan permukaan benda uji yang akan diperiksa, sehingga penyaluran tegangan dari alat compression dapat tersebar secara merata pada permukaan benda uji.  Pengujian Benda Uji Pengujian ini dilakukan pada usia benda uji 40 hari. Adapun jenis pengujian yang dilakukan adalah hammer test dan compression test. Investigasi Pasar Induk Wonosobo Kegiatan ini dilakukan di lapangan yaitu di Pasar Induk Wonosobo Jawa Tengah, dan di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang. Untuk melaksanakan kegiatan ini, akan digunakan bahan-bahan berupa sampel atau benda uji material beton (sample coring), yang diambil langsung dari elemen- elemen struktur bangunan gedung Pasar Induk Wonosobo yang terbakar. Pengamatan di laboratorium dilakukan pada benda uji hasil pengujian merusak (distructive test) untuk memeriksa sampel material beton yang diambil dari elemen- elemen struktur yang terbakar. Gambar 2. Hammer Test Pada Elemen Balok Pasar Induk Wonosobo Metoda Analisa Hasil Penelitian Hasil penelitian yang berupa data-data kuantitatif (numeris) akan dianalisa menggunakan metoda-metoda statistik yang berkaitan, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensi. Output yang diharapkan dari analisa ini adalah kesimpulan kuantitatif dan kesimpulan kualitatif. Metoda statistika deskriptif berkenaan dengan pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan penganalisaan data sehingga dapat memberikan gambaran yang sistematis dan teratur tentang penelitian ini. Analisa statistik deskriptif dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Dalam analisa ini digunakan pendekatan secara deduktif yaitu dari hal-hal yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus. Metoda statistika inferensi berkenaan dengan pengolahan lebih lanjut terhadap data yang telah dianalisa guna penafsiran
  • 5. VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 89 dan membantu dalam penarikan kesimpulan. ANALISA DAN PEMBAHASAN Tabel berikut menyajikan beberapa parameter dari populasi data compression test sebelum uji keseragaman (index notasi 1) dan sesudah uji keseragaman (index notasi 2) antara lain jumlah elemen populasi (n), rerata atau mean (µ), dan standar deviasi populasi (σ). Tabel 1. Parameter Populasi Hasil Analisa Compression Test Populasi Parameter Tak Bakar D1 Bakar D1 Tak Bakar D2 Bakar D2 n1 13 13 17 12 µ1 (MPa) 31.842 22.418 42.924 28.742 σ1 (MPa) 1.978 1.609 3.857 2.241 n2 10 8 13 8 µ2 (MPa) 31.60 22.21 43.51 29.07 σ2 (MPa) 1.17 0.91 2.12 1.27 Dari Tabel 1 tampak adanya perubahan kuat tekan setelah beton mengalami pembakaran. Respon perubahannya ditentukan sebagai berikut :  Benda uji D1 : Perubahan %715.29%100 60.31 60.3121.22     Benda uji D2 : Perubahan %188.33%100 51.43 51.4307.29     Rata-rata : Perubahan %452.31 2 188.33715.29    Tabel 2. Parameter Populasi Hasil Analisa Hammer Test Populasi Parameter Tak Bakar D1H Bakar D1H Tak Bakar D2H Bakar D2H n1 13 13 17 12 µ1 (MPa) 27.739 30.785 34.246 34.914 σ1 (MPa) 0.689 1.574 1.228 0.853 n2 9 9 12 7 µ2 (MPa) 27.47 30.54 34.44 34.69 σ2 (MPa) 0.36 0.69 0.67 0.62 Berdasarkan Tabel 2, tampak adanya perubahan kuat tekan hasil hammer test setelah beton mengalami pembakaran. Respon perubahannya ditentukan sebagai berikut :  Benda uji D1 : Perubahan %178.11%100 47.27 47.2754.30     Benda uji D2 : Perubahan %726.0%100 44.34 44.3469.34     Rata-rata : Perubahan %952.5 2 726.0178.11    Grafik-grafik di bawah ini menggambarkan relasi dan pola hubungan nilai kuat tekan compression dan hammer test pada benda uji terbakar dan tidak.
  • 6. Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL90 UJI COMPRESSION DAN HAMMER TAK BAKAR D1 25 27 29 31 33 35 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 No. Sampel fc(MPa) Compression Hammer Mean Com Mean Hmr Gambar 3. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Tak Bakar D1 UJI COMPRESSION DAN HAMMER BAKAR D1 19 22 25 28 31 34 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 No. Sampel fc(MPa) Compression Hammer Mean Comp Mean Hmr Gambar 4. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Bakar D1 UJI COMPRESSION DAN HAMMER TAK BAKAR D2 31 35 39 43 47 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 No. Sampel fc(MPa) Compression Hammer Mean Comp Mean Hmr Gambar 5. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Tak Bakar D2
  • 7. VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 91 UJI COMPRESSION DAN HAMMER BAKAR D2 23 26 29 32 35 15 16 18 19 20 21 22 23 24 26 27 30 No. Sampel fc(MPa) Compression Hammer Mean Comp Mean Hmr Gambar 6. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Bakar D2 Dari grafik-grafik di atas tampak adanya perubahan pola hubungan pada benda uji bakar terhadap benda uji tak bakar, kesamaan perilaku yang ditunjukkan kedua mutu beton mempertegas respon ini. Investigasi Pasar Induk Wonosobo Untuk mengetahui kualitas beton pasca kebakaran pada Pasar Induk Wonosobo, dilakukan pengujian dengan alat hammer. Hammer test dilakukan pada permukaan beton kolom, balok maupun plat yang sudah dibersihkan dengan mengelupas plesteran. Pengambilan inti beton dengan alat bor dengan diameter 35 – 75 mm (core case) dan 100 – 150 mm (core drill) untuk mendapatkan silinder inti beton di lapangan. Dari hasil pengujian diperoleh grafik perbandingan kuat tekan dari hasil Core Drill dan Core Case dengan Hammer Test Pe rbandingan Hasil C ore D rill dan Hammer Test Pasar Induk Wonosobo 0 5 10 15 20 25 30 Pelat (t=5cm) Balok (35/60) Kolom (60/60) Elemen Struktur fc(MPa) C ore drill Hammer test Gambar 7. Grafik Perbandingan Hasil Core Drill dan Core Case dengan Hammer Test
  • 8. Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL92 Pengaruh Pembakaran pada Kuat Tekan Dari analisa deskriptif kuantitatif uji tekan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembakaran pada benda uji beton dalam penelitian ini menyebabkan turunnya nilai kuat tekan melalui pengujian dengan Compression Testing Machine. Uji hipotesa yang dilakukan menunjukkan terjadinya penurunan nilai fc dari compression test benda uji bakar dibandingkan fc uji tekan benda uji tak bakar. Adanya penurunan fc ini terutama disebabkan oleh adanya perubahan microstructure pada beton karena terjadinya reaksi fisik dan kimia akibat temperatur tinggi selama pembakaran, antara lain :  Terjadinya friksi antar material penyusun beton akibat perbedaan koefisien muai thermal materi penyusun yang cukup besar. Jika perbedaan koefisien muai agregat dan pasta semen terlalu besar maka apabila terjadi perubahan suhu dapat mengakibatkan perbedaan gerakan sehingga dapat melepaskan lekatan antara agregat dan pasta, akibatnya beton akan mudah retak. (Tjokrodimuljo, 1996)  Terhambatnya laju aliran panas di dalam beton akibat menurunnya konduktifitas thermal beton pada temperatur tinggi. Di atas 100 ºC konduktifitas thermal beton secara linear mengalami penurunan yang berarti karena pada titik ini kadar air dalam beton sudah hilang. Tersekatnya panas di dalam beton mempercepat reaksi fisik maupun kimia yang akan memperlemah beton. (Mindess et al., 2002).  Perubahan struktur kristal agregat (misalnya agregat silika) sehingga timbul efek spalling (rompal) pada permukaan beton dan lepasnya material ini secara individual. (Taylor, 2002) Gambar 8. Rompal Pada Beton  Terjebaknya uap air dalam pori beton sehingga menyebabkan adanya tekanan dari dalam beton. Semakin lama dibakar, seiring dengan bertambahnya temperatur, maka semakin tinggi pula tekanan dari dalam. Tekanan inilah yang menyebabkan terjadinya explosive spalling (rompal disertai ledakan). (Taylor, 2002)  Susutnya pasta semen karena hilangnya kadar air pada temperatur tinggi. Penyusutan ini akan menimbulkan retak-retak sehingga memperlemah beton. (Mindess et al., 2002). Pengaruh Pembakaran terhadap Hasil Hammer Test Dari beberapa analisa statistik yang sudah dilakukan, dapat ditarik resume perbandingan respon hammer test dengan compression test, ditabelkan berikut ini :
  • 9. VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 93 Tabel 3. Perbandingan Hasil Analisa Statistik Hammer Test dengan Compression Test Analisa Hammer Test Compression Test Respon nilai kuat tekan setelah pembakaran Peningkatan dibanding kuat tekan tak terbakar Penurunan dibanding kuat tekan tak terbakar Selisih nilai kuat tekan compression test dan hammer test pada benda uji terbakar Lebih besar daripada selisih kuat tekan pada benda uji tak terbakar.(tak terbakar, hammer test < compression test; terbakar, hammer test > compression test) Uji hipotesa pengaruh pembakaran terhadap kuat tekan Terjadi peningkatan kuat tekan karena pengaruh pembakaran Terjadi penurunan kuat tekan karena pengaruh pembakaran Uji hipotesa bahwa tidak ada perbedaan berarti kuat tekan hammer test dengan compression test pada benda uji terbakar Ditolak, berarti pada benda uji terbakar ada perbedaan yang berarti antara nilai kuat tekan hammer test dengan compression test Perbedaan perilaku seperti yang tersebut di atas disebabkan faktor-faktor berikut :  Faktor utama yang mempengaruhi pembacaan rebound adalah kekerasan permukaan uji, padahal kekerasan suatu material tidaklah identik dengan kuat tekannya.  Hilangnya kadar air dalam benda uji sehingga pembacaan rebound bertambah tinggi. Seperti telah diketahui bahwa adanya kelembaban pada permukaan hammer test akan memperlemah pembacaan rebound karena banyaknya energi tumbukan yang terserap sehingga tidak cukup memberikan energi lentingan kepada plunger hammer.  Bertambahnya kepadatan permukaan hammer test yang disebabkan susutnya pasta semen akibat pengaruh temperatur tinggi. Semakin tinggi temperatur semakin besar susut yang terjadi semakin tinggi kepadatan dan akhirnya semakin tinggi pula pembacaan rebound.  Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembakaran pada benda uji menyebabkan semakin tingginya kuat tekan yang dihasilkan dari hammer test, dan pada benda uji beton bakar respon hammer test berbeda dari compression test. KESIMPULAN  Pada keadaan normal, nilai kuat tekan compression lebih tinggi daripada kuat tekan hammer.  Setelah pembakaran hammer test memberikan respon kuat tekan yang lebih tinggi daripada compression test.  Relasi respon kuat tekan compression dan hammer dalam keadaan normal (tidak terbakar) membentuk pola yang konservatif, artinya bahwa nilai kuat tekan dengan hammer test cenderung berkisar pada prosentase tertentu terhadap nilai kuat tekan dengan compression test.  Pada beton terbakar respon yang diberikan hammer test berlawanan dengan compression test. Oleh karena itu nilai prosentase (perbandingan) kuat tekan hammer test terhadap compression test pada beton normal (tak terbakar), seperti tercantum dalam PBI 1971, tidak bisa digunakan untuk beton terbakar.
  • 10. Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL94 DAFTAR PUSTAKA . 2002. Annual Book of ASTM Standards Section 4 Vol. 04.02 Concrete and Aggregates C – 805 Standard Test Method for Rebound Number of Hardened Concrete. West Conshohocken . 1977. Manual Book of Prosceq Swiss Hammer. Zurich, Switzerland : Prosceq FA Arwanto, R dkk. 2004. Evaluasi Struktur Bangunan Gedung Paska Kebakaran (Studi Kasus Pasar Induk Wonosobo). Semarang : Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro Departemen Pekerjaan Umum. 1989. SK SNI M – 14 – 1989 – F Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Bandung : Yayasan LPMB Fintel, Mark. 1985. Handbook of Concrete Engineering Second Edition. New York : Van Nostrand Reinhold Kett, Irving. 2000. Engineering Concrete : Mix Design and Test Method. USA : CRC Press LCC Longman, G. D. Taylor. 2002. Material in Construction Principles, Practice and Performance. The Chartered Institute of Building. Mindess, Sidney et al.. 2003. Concrete 2nd Edition. USA : Pearson Education, Inc Murdock, L.J, Brook, K.M. 1986. Bahan dan Praktek Beton, Edisi Ke-4. Jakarta : Erlangga Neville, A.M. 2003. Properties of concrete, 4th and Final Edition. Edinburg Gate Harlow, England : Pearson Prentice Hall Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press Yuliarto, Totok Dwi dan Yuliar Adi W. N. 2005. Laporan Tugas Akhir Pengujian Experimental Relasi Kuat Tekan Beton Pasca Kebakaran Antara Hammer Test Dengan Compression Test. Semarang : Universitas Diponegoro