Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan bahan kimia polymer P102 terhadap karakteristik beton self-compacting baik segar maupun kuat tekan. Dilakukan variasi dosis polymer 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, 2% dari berat semen dengan jumlah benda uji 15 buah. Hasil pengujian slump flow menunjukkan campuran 1% polymer memenuhi syarat SCC dengan diameter aliran 661 mm. Pengujian kuat tekan menunjukkan maksimum 27
A marble powder as waste of marble processing is fine granules powder. Based on the chemical and physical properties, marble powder having a specific gravity of 2.79 can be an alternative additive in concrete. This studies aims to determine the possibility of marble powder used as partial replacement of cement in concrete with variations of silica fume.
Chemical analysis is performed to determine the chemical composition of marble powder. To determine its the effect on concrete experiments design by 16 types of mixtures with a variety of marble powder and silica fume 0%, 5%, 10% and 15% in the water-cement ratio of 0.5. Superplasticizer with a low dosage of 0.5% used to improve workability. The behavior of fresh concrete calculated and the mechanical properties of concrete were tested on concrete age of 28 days.
Chemical analysis showed the marble powder main composition is Silicon dioxide (SiO2) 17.63% and Calcium carbonate (CaCO3) 2.73%. Based on the physical and chemical analysis showed marble powder used as fillers more precise than used as partial replacement of cement. The experimental results showed the optimum mechanical properties of concrete produced by 5% marble powder and 6.22% silica fume provided compressive strength 29.04 MPa.
Keywords: marble powder, mechanical properties of concrete, silica fume
A marble powder as waste of marble processing is fine granules powder. Based on the chemical and physical properties, marble powder having a specific gravity of 2.79 can be an alternative additive in concrete. This studies aims to determine the possibility of marble powder used as partial replacement of cement in concrete with variations of silica fume.
Chemical analysis is performed to determine the chemical composition of marble powder. To determine its the effect on concrete experiments design by 16 types of mixtures with a variety of marble powder and silica fume 0%, 5%, 10% and 15% in the water-cement ratio of 0.5. Superplasticizer with a low dosage of 0.5% used to improve workability. The behavior of fresh concrete calculated and the mechanical properties of concrete were tested on concrete age of 28 days.
Chemical analysis showed the marble powder main composition is Silicon dioxide (SiO2) 17.63% and Calcium carbonate (CaCO3) 2.73%. Based on the physical and chemical analysis showed marble powder used as fillers more precise than used as partial replacement of cement. The experimental results showed the optimum mechanical properties of concrete produced by 5% marble powder and 6.22% silica fume provided compressive strength 29.04 MPa.
Keywords: marble powder, mechanical properties of concrete, silica fume
makalah ini berisi tentang aplikasi dari semen yang sering digunakan dala kehidup sehari-hari bak skala kecil maupun sekala besar seperti pabrik (iindustri)
PENGARUH BAHAN TAMBAH (POLYMER P102) TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS SELF COMPACTING CONCRETE
1. 1
PENGARUH BAHAN TAMBAHAN (POLYMER P102) TERHADAP
KARAKTERIKSTIK SELF COMPACTING CONCRETE
Firman Hadi Utomo1), Ninik Catur Endah Yuliati2), Nila Kurniawati2)
1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
firman.hadi14@yahoo.com
2)Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Merdeka Malang
Jl. Terusan Raya Dieng 62-64, Malang 65146
Abstrak — Self compacting concrete (SCC) adalah beton yang mampu mengalir karena
berat sendiri tanpa segregasi dan bleeding. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh bahan tambahan pengurang air (polymer P102) terhadap karakterstik self compacting
concrete pada kondisi beton segar maupun setelah mengeras. Penelitian ini menggunakan
desain eksperimental dengan 5 kelompok benda uji dengan variasi penggunaan polymer 0%,
0,5%, 1,0%, 1,5% dan 2,0%. Perencanaan campuran dilakukan dengan modifikasi dari
perencanaan campuran beton normal SNI dan perencanaan campuran self compacting concrete
EFNARC pada faktor air semen sebesar 0,42. Perilaku beton segar diperhitungkan dan sifat
mekanik beton diuji pada umur 28 hari. Pengamatan terhadap beton segar menunjukkan sifat
self compacting concrete dicapai dengan penggunaan polymer sebesar 1,0%, ditandai dengan
slump flow sebesar 661 mm dengan T50 cm 4 detik. Hasil pengujian menunjukkan sifat mekanik
beton maksimum dihasilkan dengan penggunaan polymer 1,0% kuat tekan yang dihasilkan
sebesar 27,33 MPa dengan modulus elastisitas 42907 MPa serta penyerapan air sebesar 0,54%.
Kata-kata kunci: polymer P102, self-compacting concerete, sifat mekanik beton
Abstract — Self compacting concrete (SCC) is the concrete which flows under its own
weight without segregation and bleeding.The purpose of this study was to determine the effect
of water reducing admixture (polymer P102) to the characteristics of the self-compacting
concrete in the fresh concrete conditions and afterhardening. This study used an experimental
design with 5 groups of specimens with variations in the polymer 0%, 0.5%, 1.0%, 1.5% and
2.0%. Mix design carried out by a modification of normal concrete SNI and self-compacting
concrete mix design EFNARC on cement water factor of 0.42. The behavior of fresh concrete
calculated and the mechanical properties of concrete tested at 28 days. Observation of the fresh
concrete properties of self-compacting concrete showed with the use of polymer at 1.0%, is
characterized by the slump flow of 661 mm with a T50 cm 4 seconds. Test results showed
maximum mechanical propertiesof concrete produced with the use 1.0% of polymer provide
compressive strength of 27.33 MPa with modulus of elasticity of 42907 MPa and water
absorption of 0.54%.
Keywords: mechanical properties of concrete, polymer P102, self-compacting concrete
Self-compacting concrete adalah
beton yang mengalir karena berat sendiri
dan tidak memerlukan getaran eksternal
untuk pemadatan pada saat penempatan
beton. Self-compacting concrete dapat
diterapkan untuk pekerjaan beton dan
dapat mengalir dengan beratnya sendiri
tanpa terjadi segregasi dan bleeding
(Aggarwal, dkk. 2008).
Self-compacting concrete harus
memiliki kekentalan yang relatif rendah
untuk memastikan kemampuan aliran
tinggi dan viskositas yang baik untuk
melawan segregasi dan bleeding, harus
menjaga homogenitas campuran selama
transportasi, penuangan dan perawatan
untuk memastikan kinerja struktural
yang memadai dan daya tahan jangka
panjang.
2. 2
Keuntungan-keuntungan yang
dapat diperoleh dari penggunaan self-
compacting concrete antara lain: (1)
Mengurangi lamanya konstruksi dan
besarnya upah pekerja, (2) Pemadatan
dan penggetaran beton dapat dieliminir,
(3) Mengurangi kebisingan yang
mengganggu lingkungan sekitarnya
karena suara mesin pemadat beton, (4)
Meningkatkan kepadatan elemen dengan
struktur beton pada bagian yang sulit
dijangkau dengan alat pemadat, (5)
Meningkatkan kualitas struktur beton
secara keseluruhan.
Keberhasilan pengembangan
self-compacting concrete harus dapat
menjamin keseimbangan yang baik
antara deformabilitas dan stabilitas. Para
peneliti telah menetapkan beberapa
pedoman untuk proporsi campuran dari self-
compacting concrete, yang meliputi (1)
Mengurangi rasio volume agregat untuk
bahan semen. (2) Meningkatkan volume
pasta dan rasio air-semen (w/c), (3) Hati-hati
dalam mengendalikan ukuran dan volume
total agregat kasar maksimum, dan (4)
Dosis superplasticzer yang tepat dan
rasio water-powder sangat menentukan
(Okamura H. & Ouchi, 2003).
Tujuan penelitin ini adalah
mengetahui pengaruh penggunaan bahan
tambahan (polymer P102) yang
merupakan bahan tambahan pengurang
air terhadap karakterstik self compacting
concrete, baik pada kondisi beton segar
maupun setelah mengeras. Penggunaan
bahan tambahan pada dosis yang tepat
diharapkan dapat menghasilkan self-
compacting concrete dengan sifat
mekanik maksimum.
METODE
Menurut EFNARC (2002)
beberapa metode dapat dilakukan untuk
mengetahui karakteristik beton segar dan
kemampuan self-compacting concrete
segar untuk mengalir dan memadat tanpa
bantuan alat vibrator. Metode pengujian
dan nilai batas yang direkomendasikan
untuk self-compacting concrete
ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Metode pengujian workability
Jenis Pengujian Metode Pengujian
Filling ability Slump flow test
T50cmslump flow
V-funnel
Orimet
Passing ability L – Box
U – Box
Fill – Box
Segresion resistance GTM test
V-funnel at T5menit
Sumber: EFNARC, 2002
Tabel 2. Nilai batas SCC
Metode Satuan Min Maks
Slump flow
test
mm 650 800
T50 slump flow detik 2 5
J-ring mm 0 10
V-funnel detik 6 12
V-funnel at
T5menit
detik 0 +3
L-box h2/h1 0,8 1,0
U-box (h2-h1)
mm
0 30
Fill- box % 90 100
GTM Screen
stability test
% 0 15
Orimet detik 0 5
Sumber: EFNARC, 2002
Semen Portland Pozzolan
Semen portland pozzolan
merupakan suatu semen hidroulik yang
terdiri dari campuran yang homogen
antara semen portland dengan material
pozzolan halus, yang di produksi dengan
menggiling klinker semen portland dan
pozzolan secara bersama-sama, atau
mencampur secara merata bubuk semen
portland dengan bubuk pozzolan, atau
gabungan antara menggiling dan
mencampur, dimana kadar pozzolan
antara 6% sampai dengan 40% massa
semen portland pozzolan (SNI 15 – 0302
– 2004).
Dalam penelitian yang dilakukan
menggunakan semen portland pozzolan
tipe IP–U memenuhi persyaratan ASTM
C 595–03 (2007).
Agregat
Pada penelitian ini agregat halus
berupa pasir sungai dengan gradasi agregat
halus Zona II. Agregat kasar digunakan
3. 3
batu pecah dengan ukuran butir
maksimum 10 mm. Agregat yang
digunakan merupakan agregat alam
berasal dari Kabupaten Lumajang.
Spesifikasi agregat yang digunakan dalam
penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Spesifikasi Agregat
Sifat – sifat
Agregat
Agregat
Halus
Agregat
Kasar
Berat jenis kering 2,70 2,56
Berat jenis SSD 2,73 2,67
Penyerapan air
(%)
1,08 3,47
Kadar air (%) 1,12 1,08
Kadar lumpur (%) 0,57 2,38
Air
Dalam campuran beton air
berfungsi sebagai media pencampur
antara semen dengan bahan agregat
lainnya. Penggunaan air dan semen
harus sesuai dengan nilai banding antara
air dan semen untuk adukan beton. Pada
enelitian ini menggunakan air PDAM
yang memenuhi persyaratan air untuk
beton berasal dari Laboratorium Beton
Universitas Muhammadiyah Malang.
Bahan Tambahan Polymer P102
Bahan tambahan adalah bahan
yang bukan air, agregat, maupun semen,
yang ditambahkan ke dalam campuran
beton sesaat atau selama pencampuran.
Penggunaan bahan tambahan bertujuan
untuk mengubah sifat –sifat beton agar
lebih cocok untuk pekerjaan tertentu,
agar lebih ekomonis, atau untuk tujuan
menghemat energi (ACI 212.3R-91,
1993).
Polymer P102 adalah salah satu
jenis water reducer-chemical admixture
yang dapat mengurangi secara signifikan
kebutuhan air pada beton dengan tetap
mempertahankan workabilitas campuran.
Menurut ASTM C 494, polymer
P102 adalah bahan tambahan kimia
pengurang air yang termasuk dalam
admixture tipe F. Dengan pemakaian
polymer P102 diperoleh adukan dengan
faktor air semen lebih rendah pada nilai
kekentalan adukan yang sama. Polymer
P102 berbentuk cairan dengan warna
coklat sampai dengan coklat tua.
Spesifikasi bahan tambahan polymer
P102 seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi polymer P102
Sifat Fisika Spesifikasi
Tipe Modified Naphthalene
Formaldehyde Sulfonate
Density 1,18 – 1,20 kg/lt
Warna Coklat tua
Sumber: CTI, 2014
Bentuk Benda Uji
Penelitian ini menggunakan
benda uji berbentuk silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Benda uji dibuat dalam lima kelompok
perlakuan berdasarkan prosentase bahan
polymer P102 yang bervariasi 0%, 0,5%,
1%, 1,5%, dan 2% dari berat semen.
Jumlah semen yang digunakan untuk
semua variasi campuran adalah 450
kg/m3 dan kadar air bebas sebesar 190
kg/m3 dengan kuat tekan rencana 20
MPa.
Jumlah Benda Uji
Setiap kelompok benda uji dibuat
pengulangan sebanyak tiga kali untuk
mengetahui bahwa perbedaan sifat beton
yang dihasilkan disebabkan oleh
perlakuan yang diberikan. Benda uji
dibedakan menjadi lima kelompok
sehingga jumlah total benda uji adalah
15 buah
Tabel 5. Variasi dan jumlah benda uji
Kode
Benda Uji
Jumlah
Polymer
(%)
Jumlah
Benda Uji
I 0,0 3
II 0,5 3
III 1,0 3
IV 1,5 3
V 2,0 3
4. 4
Perencanaan campuran
Setelah pengujian terhadap sifat –
sifat bahan, tahapan selanjutnya adalah
membuat perencanaan campuran beton
sesuai dengan sifat bahan. Karena belum
ditemukan SNI untuk perencanaan
campuran self-compacting concrete,
sementara EFNARC tidak memberikan
standar yang spesifik untuk mutu beton
yang direncakanan, maka pada penelitian
ini digunakan campuran beton yang
dimodifikasi berdasarkan SNI 03– 2834–
2000 dan EFNARC.
Dengan melakukan modifikasi
diharapakan dapat diperoleh komposisi
campuran untuk self-compacting
concrete yang lebih ekomonis dan sesuai
dengan mutu beton yang direncanakan.
Perencanaan campuran self-compacting
concrete hasil modifikasi ditunjukkan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Perencanaan campuran
Uraian Tabel/Grafik Nilai Satuan
Kuat tekan
yang
disyaratkan Ditetapkan 20 MPa
Deviasi
standar Diketahui 7
Nilai tambah
(margin) M =1.64*(2) 11,48 MPa
Kuat tekan
rata-rata yang
ditargetkan 1+3 31,48 MPa
Jenis semen Ditetapkan
PPC
IP-U
Jenis agregat:
Kasar Ditetapkan
Batu
pecah
Jenis agregat:
Halus Ditetapkan Alami
Faktor air
semen bebas
Tabel 2
Grafik 1 0,5
Faktor air
semen
maksimum Ditetapkan 0,6
Ukuran
agregat maks Ditetapkan 10 mm
Kadar air
bebas Ditetapkan 190 kg/m³
Kadar semen = (11)/ (7) 345 kg/m³
Kadar semen
disesuaikan Ditetapkan 450
Kadar semen
minimum Ditetapkan 350 kg/m³
Faktor air
semen yang
disesuaikan 0,42
Susunan butir Grafik 4 Zona II
Persen agregat
halus Grafik 13 45 %
Persen agregat
halus
disesuaikan 60 %
Berat jenis
relatif agregat
(SSD) Diketahui 2,68 kg/m³
Berat isi beton Grafik 16 2400,00 kg/m³
Kadar agregat
gabungan
= (20) -(19)
- (12)-(11) 1760,00 kg/m³
Kadar agregat
halus = (18)*(21) 1056,00 kg/m³
Kadar agregat
kasar = (21)-(22) 704,00 kg/m³
Pengujian Slump Flow
Metode pengujian slump flow
sesuai dengan EFNARC (2002). Dari
lima kelompok campuran ditentukan
kelompok campuran yang memenuhi
syarat sebagai self-compacting concrete.
Pengujian slump flow menggunakan
kerucut abrams dan pengukur diameter
aliran yang telah dimodifikasi sendiri.
Selain untuk mengetahui kemampuan
mengalir campuran pengujian slump
flow juga digunakan untuk mengetahui
terjadinya segregasi pada campuran.
Langkah-langkah pengujian slump flow
sesuai dengan ASTM C 1611.
Pembuatan dan Perawatan SCC
Pembuatan dan perawatan benda
uji beton sesuai dengan SNI 03 – 4810 –
1998. Perbedaan dalam pembuatan self-
compacting concrete adalah tidak
memerlukan pemadatan. Setelah 24 jam
benda uji silinder self compacting
concrete dilepas dari cetakan,
selanjutnya harus dilakukan perawatan
dengan cara direndam. Perendaman
dilakukan sampai dengan 48 jam
sebelum dilakukan pengujian kuat tekan.
Pengujian Penyerapan Air (water
absorbtion)
Metode pengujian penyerapan
dilakukan dengan cara mengeringkan
permukan benda uji yang baru diambil
dari tempat perawatan beton. Benda uji
dalam keadaan kering permukaan
kemudian ditimbang massanya (mb).
5. 5
Setelah ditimbang benda uji dikeringkan
dengan cara diangin-angikan selama 48
jam, diharapakan setelah 48 jam
kandungan air dalam beton sudah hilang
dan beton menjadi kering. Beton yang
telah kering kemudian ditimbang
massanya (mk). Massa yang hilang pada
beton dianggap sebagai penyerapan air
beton yang dinyatakan dalam prosentase.
Pengujian Kuat Tekan
Metode pengujian kuat tekan
sesuai dengan SNI 03 –1974 – 1990,
pengujian dilakukan pada umur beton 28
hari pada benda uji berbentuk silinder
dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm. Pengujian kuat tekan dilakukan
dengan kecepatan pembebanan 2 sampai
dengan 4 kg/cm2 per detik.
Pengujian Modulus Elastisitas
Pengujian modulus elastisitas
dilakukan bersamaan dengan pengujian
kuat tekan beton yaitu pada umur beton
28 hari. Pengujian dilakukan dengan
mengukur regangan yang terjadi pada
silinder beton pada beban 40% dari
beban maksimum. Beban dibaca setiap
penambahan 5 kN kemudian dicatat
perubahan panjang (ΔL) yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Slump Flow
Hasil pengujian slump flow
menunjukkan bahwa sifat self-
compacting concrete dicapai pada
penggunaan bahan tambah polymer
sebesar 1,0% atau lebih. Hasil pengujian
slump flow dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil pengujian slump flow
Kode
d1
(mm)
d2
(mm)
Slump
flow
(mm)
T50 cm
(detik)
I - - - -
II 382 384 383 -
III 663 659 661 4,0
IV 697 695 696 2,5
V 711 713 712 2,0
Segregasi
Untuk mengetahui terjadinya
segregasi pada beton self-compacting
concrete segar dapat dilihat dari
pengujian slump flow. Berdasarkan hasil
pengujian jika diperhatikan pada slump
flow agregat kasar dapat mencapai tepi
lingkaran sehingga dapat disimpulkan
bahwa campuran tidak mengalami
segregasi. Kesimpulan yang diambil
berdasarkan pada rekomendasi ASTM C
1611. Pengamatan segregasi dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengamatan segregasi
Penyerapan Air
Hasil pengujian menunjukkan
bahwa penggunaan polymer P102
berpengaruh terhadap penyerapan air
beton. Hasil pengujian penyerapan air
ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil pengujian penyerapan air
Kode
Polymer
(% )
Penyerapan
air Rerata
(% )
I 0,0 0,54
II 0,5 0,53
III 1,0 0,54
IV 1,5 0,70
V 2,0 1,15
Berdasarkan hasil pengujian
penyerapan air terbesar adalah 1,15%
terjadi pada campuran dengan
penggunaan polymer 2,0%. Penggunaan
polymer P102 1,5% menunjukkan
penyerapan air 0,70%. Penyerapan air
6. 6
pada beton tanpa bahan tambah adalah
sebesar 0,54%. Penyerapan air terendah
ditunjukkan pada SCC dengan
penggunaan polymer 0,5%. Penyerapan
air mengindikasikan jumlah rongga
udara yang terdapat pada beton. Rongga
pada beton dapat terjadi karena proses
pemadatan yang kurang sempurna. Hasil
pengujian penyerapan air ditunjukkan
pada Gambar 2.
Gambar 2. Hasil pengujian penyerapan
air
Berdasarkan penelitian dengan
persamaan y = 0,3032x2 – 0,329x +
0,5691 makan penyerapan air minimum
sebesar 0,48% dapat dicapai dengan
penggunaan polymer sebesar 0,54%.
Rongga udara pada beton dapat
dikurangi jika pada beton ditambah
dengan bahan yang memiliki ukuran
butir yang tidak dimiliki oleh bahan-
bahan penyusun beton pada umumnya.
Dalam hal ini penggunaan bahan
tambahan mineral seperti fly ash, silica
fume atau mineral yang lain dapat
digunakan sebagai alternatif agar
diperoleh self-compacting concrete
yuang lebih masif sehingga kekuatan
tekan beton meningkat.
Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan dilakukan
pada umur beton 28 hari dengan
menerapkan beban secara bertahap pada
benda uji silinder beton. Hasil pengujian
kuat tekan self-compacting concrete
dengan variasi penggunaan tambahan
polymer seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 7.
Tabel 7 Hasil pengujian kuat tekan
Kode
Polymer
(% )
f’c Rerata
(MPa)
I 0,0 21,95
II 0,5 23,44
III 1,0 27,33
IV 1,5 21,02
V 2,0 16,73
Hasil pengujian menunjukkan
kuat tekan rerata untuk beton normal
tanpa bahan tambah adalah sebesar
21,95 MPa. Penggunaan polymer
sebanyak 0,5% memberikan hasil kuat
tekan sebesar 23,44 MPa. Hasil
pengujian menunjukkan kuat tekan beton
maksimum dicapai dengan penggunaan
polymer 1,0% yaitu dengan kuat tekan
rerata benda uji adalah 27,33 MPa. Kuat
tekan terendah dicapai pada penggunaan
polymer 2,0% dengan kuat tekan rerata
16,73 MPa. Hasil pengujian kuat tekan
ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Hasil pengujian kuat tekan
Penggunaan polymer dengan
komposisi yang tepat menunjukkan
pengaruh yang baik terhadap kuat tekan
beton, hal ini karena penggunaan
polymer menyebabkan beton menjadi
lebih padat dan kompak sehingga
kemampuan beton dalam menerima
beban menjadi meningkat.
Modulus Elastisitas
Hasil pengujian menunjukkan
modulus elastisitas semakin tinggi
sebanding dengan kenaikan kuat tekan.
y = 0.3032x2 - 0.329x+ 0.5691
R² = 0.9747
0.0
0.5
1.0
1.5
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
KadarAir(%)
Variasi Polymer (%)
Kadar Air
Poly. (Kadar Air)
y = -5.7156x2 + 8.223x+ 20.657
R² = 0.8686
0
10
20
30
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
KuatTekan(MPa)
Variasi Polymer (%)
Kuat Tekan
Poly. (Kuat Tekan)
7. 7
Modulus elastisitas menunjukkan
besarnya regangan yang terjadi pada
tingkat pembebanan yang bekerja. Hasil
pengujian modulus elastisitas self-
compacting concrete dengan variasi
penggunaan polymer seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil pengujian modulus
elastisitas
Kode
Polymer
(% )
E Rerata
(MPa)
I 0,0 21490
II 0,5 36114
III 1,0 42907
IV 1,5 22131
V 2,0 21758
Pengujian memberikan modulus
elastisitas beton normal tanpa
penggunaan polymer adalah sebesar
21490 MPa. Penggunaan polymer
sebesar 0,5% menunjukkan modulus
elastisitas sebesar 36114 MPa. Modulus
elastisitas tertinggi dicapai dengan
penggunaan polymer 1,0% sebesar
42907 MPa. Penggunaan polymer 1,5%
modulus elastisitas adalah 22131 MPa
dan modulus elastisitas yang dihasilkan
adalah sebesar 21758 MPa dengan
penggunaan polymer sebanyak 2,0%.
Hasil pengujian modulus elastisitas
ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil pengujian modulus
elatisitas
Hubungan antara tegangan–
regangan self-compacting concrete
dengan variasi penggunaan polymer
P102 hasil pengujian seperti ditunjukkan
pada Gambar 5. Garis yang landai
menunjukkan bahwa semakin rendah
kuat tekan beton maka regangan yang
terjadi semakin besar. Penggunaan bahan
polymer P102 menyebabkan regangan
yang terjadi menjadi relatif lebih kecil
pada tinggat tegangan yang sama.
Penggunaan polymer P102 sebesar 1,0%
menunjukkan kurva tegangan-regangan
yang tajam, hal ini menunjukkan bahwa
regangan yang terjadi menjadi lebih
kecil dari pada beton tanpa penggunaan
polymer.
Gambar 5. Hubungan tegangan-regangan
Nilai modulus elastisitas hasil
pengujian self-compacting concrete
dibandingkan dengan perhitungan
modulus elastisitas dengan pendekatan
rumus 𝐸 = 𝑤𝑐
1,5
(0,043)√𝑓′𝑐. Rumus
pendekatan ini digunakan berdasarkan
pertimbangan berat isi beton berkisar
2200 kg/m3. Perbandingan modulus
elastisitas hasil pengujian dengan
pendekatan teoritis dapat dilihat pada
Tabel 9.
y = -16447x2 + 30204x+ 23346
R² = 0.637
0
10000
20000
30000
40000
50000
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
ModulusElastisitas(MPa)
Variasi Polymer (%)
Modulus Elastisitas
Poly. (Modulus Elastisitas)
0
5
10
15
20
25
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Tegangan(MPa)
Regangan (10⁻⁶)
Polymer 0%
Polymer 0,5%
Polymer 1%
Polymer 1, 5%
Polymer 2 %
Poly. (Polymer 0%)
Poly. (Polymer 0,5%)
Poly. (Polymer 1%)
Poly. (Polymer 1, 5%)
Poly. (Polymer 2 %)
8. 8
Tabel 9. Perbandingan modulus elastisitas
Kode
E Pengujian
(MPa)
E Teoritis
(MPa)
I 21490 22422
II 36114 23782
III 42907 25087
IV 22131 20793
V 21758 17988
Pengujian terhadap modulus
elastisitas menunjukkan nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pendekatan
rumus teoritis. Hal ini menunjukkan
bahwa rumus pendekatan tersebut dapat
digunakan untuk menentukan modulus
elastisitas bahan dalam desain struktur
beton.
Gambar 6. Perbandingan nilai modulus
elastisitas hasil pengujian
dan pendekatan teoritis
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat diambil kesimpulan
bahwa penggunaan bahan tambahan
polymer P102 dengan prosentase 1,0%
atau lebih menunjukkan kemampuan alir
yang baik dari self-compacting concrete.
Penggunaan polymer P102 maksimum
dicapai pada prosentase 1,0%
ditunjukkan dengan slump flow 661 mm
dan T50cm 4 detik.
Penggunaan bahan polymer P102
menunjukkan peningkatan terhadap
sifat-sifat mekanik beton apabila
digunakan dengan komposisi yang tepat.
Penggunaan polymer P102 dengan
prosentase 1,0% menunjukkan kuat
tekan maksimum sebesar 27,33 MPa
dengan modulus elastisitas 42907 MPa
dan penyerapan air sebesar 0,54%.
Pengamatan terhadap segregasi
dapat dilakukan dengan V-funell test
agar diperoleh hasil yang lebih akurat.
Untuk meningkatkan sifat mekanik dan
mengurangi penyerapan air dapat
dipertimbangkan penggunaan filler
seperti fly ash atau silica fume. Selain itu
perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
mengetahui porositas self-compacting
concrete.
DAFTAR RUJUKAN
ACI.1993. Manual of Concrete Practice.
Material and general properties
of concrete. Michigan: Redford
Station Detroit.
ASTM. 2007. Annual Book of ASTM
Standards Vol 04.02 Concrete
and Agregates.
Aggarwal. P., Siddique.R., Aggarwal.
Y.,& Gupta.S,. 2008. Self-
Compacting Concrete -
Procedure for Mix Design. J.
Practices and Technologies.
ISSN: 1583-1078, pp: 15-24.
CTI. 2014. Specification and Guidelines
for Polymer P102. Surabaya.
EFNARC. 2002. Specification and
Guidelines for Self-Compacting
Concrete. United Kingdom.
Okamura. H, Ouchi. H. 2008. Self-
Compacting Concrete. J.
Advance Concrete and
Technologies. Vol.1 No.1, pp: 5 -
15.
SNI 03–2834–2000. 2000. Tata cara
pembuatan rencana campuran
beton normal. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
0
10000
20000
30000
40000
50000
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
ModulusElastisitas(MPa)
Variasi Polymer (%)
E Hasil Pengujian
E = (wc^1,5). 0,043.(f'c^0,5)