SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
Download to read offline
STUDI KONFIGURASI KABEL SUBMERGED
  FLOATING TUNNEL (TEROWONGAN
     MELAYANG BAWAH LAUT)
       OLEH : FANDY SIPATA (3107100139)
LATAR BELAKANG STUDI
Struktur jembatan dengan sistem SFT merupakan struktur yang belum pernah dibuat di dunia.
Beberapa negara masih melakukan penelitian tentang struktur ini, salah satunya adalah Indonesia.
Struktur jembatan dengan sistem SFT merupakan pengembangan dari infrastruktur yang telah lama
ada.
Secara umum sistem ini mendapatkan bantuan kekuatan dari pengaruh uplift (gaya apung) akibat
berada di dalam air sehingga sistem ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan jembatan inmerge
dan tunnel underground karena gaya uplift tersebut akan dijadikan alat bantu untuk menghilangkan
lendutan ke bawah tunnel SFT akibat berat sendirinya. Dari segi volume pengerjaan, SFT tidak
memiliki volume terlalu banyak karena tidak perlu membuat tiang pancang seperti pada jembatan
inmerge.
Pada sistem ini akan digunakan kabel dengan sistem mooring untuk memperkaku posisi tunnel SFT di
dalam laut. Bentuk dan susunan kabel yang akan digunakan sangat mempengaruhi perilaku struktur
SFT. Pada dasarnya bentuk dan susunan kabel tersebut harus kuat menahan gaya uplift yang terjadi
pada struktur akibat berada dalam air laut dan kuat menahan struktur agar tidak terlalu bergoyang
ketika menerima beban gelombang dan arus air laut yang terjadi secara terus menerus. Oleh karena
itu, perlu dilakukan studi atau penelitian tentang konfigurasi kabel tersebut untuk mendapatkan
bentuk dan susunan yang paling efektif bagi struktur SFT.
RUMUSAN MASALAH MASALAH
Agar tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu tentang konfigurasi kabel pada Submerged Floating Tunnel dapat
terlaksana dengan baik maka dibuat rincian permasalahan yang diuraikan sebagai berikut :
 Bagaimana kondisi perairan/lingkungan dari 2 (dua) pulau yang akan dihubungkan dengan SFT.
 Beban-beban apa saja yang akan terjadi dan bagaimana menghitung beban-beban tersebut pada struktur SFT.
 Bagaimana memodelkan SFT dengan bantuan finite element software.
 Bagaimana kelakuan dinamis kabel dan gaya-gaya dalam pada struktur SFT saat menerima beban
hidrodinamik dan berat sendiri.
Bagaimana konfigurasi kabel yang paling efektif pada struktur SFT

TUJUAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mencari bentuk dan susunan kabel yang paling cocok, aman dan
ekonomis bagi Submerged Floating Tunnel (SFT) yang merupakan alternatif sarana transportasi antar pulau,
dengan rincian tujuannya adalah sebagai berikut:
•Mengetahui kondisi perairan/lingkungan dari 2 (dua) pulau yang akan dihubungkan dengan SFT
•Mengetahui beban-beban yang terjadi pada struktur SFT.
•Membuat pemodelan struktur SFT dengan bantuan finite element software.
•Menganalisa kelakuan dinamis dan gaya-gaya dalam pada struktur SFT akibat menerima beban hidrodinamik
dan berat sendiri.
•Mengetahui konfigurasi kabel yang paling efektif pada struktur SFT.
BATASAN MASALAH
Penelitian SFT (Submerged Floating Tunnel) ini sangatlah luas, maka dari itu agar diperoleh hasil yang lebih
akurat, perlu diberikan batasan-batasan dalam menganalisa masalah. Batasan masalah dari penelitian ini adalah:
•Studi ini menggunakan peraturan SNI (Standar Nasional Indonesia)/BMS (Bridge Management System),
Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971) dan API (American Petroleum Institute).
•Studi ini merupakan studi kasus dengan menempatkan SFT di Kepulauan Seribu, sehingga kondisi lingkungan
yang dipakai adalah kondisi lingkungan di Kepulauan Seribu yaitu perairan antara Pulau Panggang dan Pulau
Karya.
•Riset mengenai SFT (Submerged Floating Tunnel) dilakukan secara kelompok sehingga dalam studi tentang
konfigurasi kabel ini beban gempa tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
•Hanya dilakukan studi konfigurasi kabel hasil modifikasi dari 6 (enam) konfigurasi kabel yang telah dibuat oleh
Profesor Maeda (Maeda, 1994) sehingga studi konfigurasi kabel yang sama dengan konfigurasi kabel pada
jembatan kabel konvensional tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
•Tidak dilakukan desain dan analisis perletakan pada bentang tunnel SFT
MANFAAT
    Penelitian dengan judul “Studi Konfigurasi Kabel pada Submerged Floating Tunnel (SFT)” ini merupakan
penelitian yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan mutu mahasiswa di Indonesia khususnya
mahasiswa ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya agar sejajar di tingkat internasional. Penelitian
mengenai SFT ini masih jarang dilakukan sehingga pemikiran-pemikiran yang inovatif perlu dilakukan agar
penelitian ini berhasil dengan baik. Hasil penelitian ini dikhususkan juga untuk menambah referensi bagi
mahasiswa di bidang Teknik Sipil bahwa jembatan tidak hanya yang konvensional saja, tetapi juga ada inovasi
baru dengan membuat terowongan melayang sebagai jembatan antar pulau. Selain itu penelitian ini juga dapat
meningkatkan pengetahuan penulis dalam menganalisa struktur yang berada pada daerah perairan laut atau
struktur yang mendapat pengaruh hydrodinamik.
LOKASI STUDI




     Pulau Karya




 Pulau Panggang
KONSEP SISTEM STRUKTUR SFT
Secara umum, gaya yang terjadi pada struktur SFT
sama dengan prinsip hukum Archimedes (Wikipedia,
2010), dimana benda yang berada dalam air akan
mendapat gaya tekanan ke atas dari air. Pada struktur
SFT

Sebuah patokan kriteria desain dari Mazzolani
(Mazzolani, 2007) bahwa perbandingan antara gaya
uplift dengan beban permanen dan beban lalu lintas
dari SFT adalah sekitar 120% sampai 130%. Dari
patokan tersebut, pada studi ini rasio Buoyancy –
Berat Sendiri akan digunakan 1.2 jika struktur SFT
yang direncanakan dibebani oleh beban hidup dan
1.3 jika struktur tanpa dibebani oleh beban hidup.
Konsep sistem SFT sama dengan floating structure seperti TLP (Tension Leg Platform) yang biasa digunakan sebagai
tempat pengeboran minyak lepas pantai. Oleh karena itu desain struktur SFT akan lebih banyak mengacu pada
peraturan API (American Petroleum Institute) selain dari peraturan SNI/BMS khususnya API RP 2T (Recommended
Practice for Planning, Design, and Construction Tension Leg Platform). Beban-beban yang bekerja pada struktur SFT
tidak hanya beban lalu-lintas/beban hidup dan berat sendirinya karena fungsinya yang sebagai jembatan
penghubung, tapi juga beban lingkungan yang berupa beban gelombang/arus, beban buoyancy dan juga beban
tekanan hidrostatis air laut.
PEMODELAN KONFIGURASI KABEL STRUKTUR SFT




Konfigurasi kabel yang didesain pada struktur SFT dibuat agar mampu menahan badan tunnel SFT dari beban
gelombang , arus dan gaya apung (buoyancy). Umumnya konfigurasi kabel yang dibuat lebih banyak menahan
struktur SFT pada arah sumbu lemahnya. Kabel yang akan digunakan untuk melakukan studi ini adalah tendon
yang biasa digunakan pada sistem struktur prestress
MATERIAL PENAMPANG TUNNEL PADA STUDI KONFIGURASI
                      KABEL STRUKTUR SFT

Sample desain penampang yang akan digunakan pada studi ini adalah penampang berbentuk lingkaran yang
menggunakan material beton. Beton yang akan digunakan disesuaikan sesuai SNI 03-2847-2002 pada pasal 6.2
yang mensyaratkan kuat tekan minimum (f’c) beton yang terkena pengaruh lingkungan.



 No.                  Kondisi lingkungan              Rasio air semen maksimum   f'c minimum(MPa)
       Beton dengan permeabilitas rendah yang
  1)                                                           0,50                    28
       terkena pengaruh lingkungan air
       Untuk perlindungan tulangan terhadap korosi
       pada beton yang terpengaruh lingkungan
  2)                                                            0,40                   35
       yang mengandung klorida dari garam, atau air
       Laut

Sumber ; SNI 2847-2002
                                                                                                    Model Penampang Bulat Beton Struktur SFT




Sesuai SNI 2847-2002 digunakan beton dengan kuat tekan minimum (f’c) 35 MPa. Khusus pada studi ini akan
digunakan beton dengan kuat tekan 45 MPa
METODOLOGI STUDI KONFIGURASI KABEL SFT
RASIO DESAIN STRUKTUR SFT
Pemodelan struktur SFT untuk analisa struktur dapat dilakukan jika rasio yang telah disyaratkan telah
memenuhi kriteria. Hasil kalkulasi rasio struktur terhadap gaya apung (buoyancy) adalah sebagai berikut :

                Fasilitas SFT      Berat Sendiri        Panjang               Jumlah     Berat Total
             Balok memanjang           0.44 kN/m       130.75 m                     4      230.643 kN
              Balok melintang          1.06 kN/m             4.3 m                  44     200.043 kN

              Plat kendaraan       3471.41 kN          130.75 m                     1     3471.413 kN

                Berat tunnel       24165.3 kN          130.75 m                     1    24165.267 kN
                Beban UDL             22.13 kN/m       130.75 m                     1       2893.5 kN
                Beban KEL              57.2 kN/m             4.3 m                  1      321.986 kN
                                                                     T otal              31282.852 kN

                                     Total Buoyancy                  36800.405 kN
                                ratio ( no traffic loads )                    1.3
                                ratio ( with traffic loads )                  1.2
METODE ANALISA DAN PEMODELAN STRUKTUR SFT
Pemodelan dan analisa struktur SFT dilakukan menggunakan finite element software SAP 2000 14.2.2. element-
element struktur yang digunakan pada pemodelan struktur adalah sebagai berikut :
                  No   Element Struktur       Dimensi Elemen Struktur            Spesifikasi Material
                  1    Penampang SFT      OD = 5.9 cm ; t = 45 cm         Beton f'c = 45 MPa
                  2         Kabel         Diameter 5.2 cm                 fpu = 1860 MPa ; fpy = 1676 MPa
                  3    Balok Memanjang WF 250x175x7x11 ; L = 1.25 m       BJ 41 ; fy = 250 ; fu = 410
                  4    Balok Melintang    WF 450x300x10x15 ; L = 3.00 m   BJ 41 ; fy = 250 ; fu = 410
                  5       Sabuk Baja      t = 60 mm                       fy = 335 ; fu = 490 MPa




 Potongan melintang laut tempat struktur SFT akan dimodelkan adalah sebagai berikut :
Dari potongan melintang laut, struktur SFT yang akan dianalisa akan diposisikan dengan dua alternatif sebagai
berikut :




                                          3 Posisi Kabel SFT




                                         4 Posisi Kabel SFT
PEMBEBANAN
•Beban Permanen
Beban mati dari struktur SFT ini adalah merupakan beban-beban yang berasal dari berat sendiri badan tunnel
SFT beserta fasilitas-fasilitas yang ada di dalamnya seperti plat kendaraan, balok baja dan aspal. Berat dari
elemen struktur akan dihitung secara otomatis pada SAP 2000. Sedangkan beban mati tambahan yang akan
diinput adala sebesar 1,1 kN/m2 (t = 5 cm)



•Beban Hidup
Beban hidup lalu lintas yang akan dimasukkan pada struktur SFT yang direncanakan hanya beban lalu-lintas
akibat kendaraan ringan. Total beban hidup lalu lintas pada struktur SFT yang direncanakan adalah sebagai
berikut :
                                           Beban Hidup Lalu-lintas
                                           KEL            57.2 kN/m
                                           UDL           4.677 kN/m2

*) Beban KEL akan diposisikan pada daerah tengah bentang.
•Beban Gelombang dan Arus
Beban Gelombang dan arus harus sesuai dengan API RP 2A Kriteria pembebanan gelombang pada struktur
SFT yang dilakukan adalah sebagai berikut :




                                                               Stokes Wave Theory
                                        (unbreaking wave )




       Dari grafik penentuan teori gelombang digunakan teori
       stokes orde 5 dalam perhitungan beban gelombang.
•Tekanan Hidrostatis Air Laut
Tekanan hidrostatis akan dihitung sesuai API RP 2A WSD 2000 sebagai berikut :



      Dimana :
      p = Tekanan hidrostatis air ( N/m2 )
      γ = Kerapatan air laut, ( 10050 N/m3 )
      Hz = Design head ( m )



     Dimana :
     Hw = Tinggi gelombang, ( m )
      z = Tinggi di bawah SWL termasuk pada saat air pasang ( m ), z diukur ke bawah dari SWL
     k =      ( m-1 ), dengan L adalah panjang gelombang      z    k(d-z) cosh [k(d-z)] cosh kd Hw (m)    Hz (m)         3
                                                                                                                   γ (N/m )    ρ(N/m2)
                                                                  0   3.595     18.222   34.642   2.232   0.587     10050      5899.543
     d = Kedalaman air laut, ( m )                                2   3.236     12.729   34.642   2.232   2.410     10050     24221.291

     L = panjang gelombang (m)                                    4   2.876     8.900    34.642   2.232   4.287     10050     43081.440
                                                                  5   2.696     7.446    34.642   2.232   5.240     10050     52660.679
                                                                  6   2.517     6.233    34.642   2.232   6.201     10050     62318.018
                                                                  8   2.157     4.380    34.642   2.232   8.141     10050     81818.227
                                                                 10   1.798     3.100    34.642   2.232   10.100    10050     101503.712
                                                                 11   1.618     2.620    34.642   2.232   11.084    10050     111398.276
                                                                 12   1.438     2.225    34.642   2.232   12.072    10050     121320.322
                                                                 14   1.079     1.640    34.642   2.232   14.053    10050     141231.033
                                                                 16   0.719     1.270    34.642   2.232   16.041    10050     161211.118
                                                                 18   0.360     1.065    34.642   2.232   18.034    10050     181244.911
                                                                 20   0.000     1.000    34.642   2.232   20.032    10050     201323.763

                                                                              Tekanan hidrostatis pada tunnel SFT
KOMBINASI PEMBEBANAN




        Combo 1                     Combo 2
   1D+1L+1H+1B+1W                1D+1H+1B+1W
Keterangan :
   D=                      Dead Load
   L=                       Live Load
   H=                  Hydrostatic Pressure
   B=                    Buoyancy Load
   W=                      Wave Load
PEMODELAN STRUKTUR SFT
HASIL ANALISA STRUKTUR SFT
•Displacement 3 posisi kabel

                       Displacement Konfigurasi Type 1                                         Displacement Konfigurasi Type 2
     Kombinasi Beban           U1 max (mm)       U2 max (mm) U3 max (mm)       Kombinasi Beban         U1 max (mm)       U2 max (mm) U3 max (mm)
    1D+1L+1H+1B+1W              173.303961        13.758887   103.289489      1D+1L+1H+1B+1W            303.374231        19.588004    66.950625
       1D+1H+1B+1W              173.303962        14.361764   115.126308        1D+1H+1B+1W             303.374229        19.793169     74.42896
  Keterangan :                                                             Keterangan :
          U 1 max                 Lendutan maksimum arah sumbu X                   U1 max                  Lendutan maksimum arah sumbu X
          U 2 max                 Lendutan maksimum arah sumbu Y                   U2 max                  Lendutan maksimum arah sumbu Y
          U 3 max                 Lendutan maksimum arah sumbu Z                   U3 max                  Lendutan maksimum arah sumbu Z



                       Displacement Konfigurasi Type 3                                        Displacement Konfigurasi Type 4
    Kombinasi Beban           U1 max (mm)       U2 max (mm) U3 max (mm)       Kombinasi Beban         U1 max (mm)       U2 max (mm) U3 max (mm)
                                                                             1D+1L+1H+1B+1W             341.54921        21.344944   70.833233
    1D+1L+1H+1B+1W             169.323066         12.957781    89.78913
                                                                               1D+1H+1B+1W             341.549211        21.540993   78.107886
     1D+1H+1B+1W               169.323988         13.492802   100.226261
 Keterangan :                                                              Keterangan :
         U1 max                    Lendutan maksimum arah sumbu X
                                                                                   U1 max                 Lendutan maksimum arah sumbu X
         U2 max                    Lendutan maksimum arah sumbu Y
                                                                                   U2 max                 Lendutan maksimum arah sumbu Y
         U3 max                    Lendutan maksimum arah sumbu Z
                                                                                   U3 max                 Lendutan maksimum arah sumbu Z
•Displacement 4 posisi kabel


                    Displacement Konfigurasi Type 1                                         Displacement Konfigurasi Type 2
    Kombinasi Beban         U1 max (mm)       U2 max (mm) U3 max (mm)       Kombinasi Beban         U1 max (mm)       U2 max (mm) U3 max (mm)
   1D+1L+1H+1B+1W              129.846            9.836       76.257       1D+1L+1H+1B+1W              245.530           15.577       48.025
     1D+1H+1B+1W               129.846           10.195       85.140         1D+1H+1B+1W               245.530           15.719       53.508
Keterangan :                                                            Keterangan :
        U1 max                  Lendutan maksimum arah sumbu X                  U1 max                  Lendutan maksimum arah sumbu X
        U2 max                  Lendutan maksimum arah sumbu Y                  U2 max                  Lendutan maksimum arah sumbu Y
        U3 max                  Lendutan maksimum arah sumbu Z                  U3 max                  Lendutan maksimum arah sumbu Z




                    Displacement Konfigurasi Type 3                                        Displacement Konfigurasi Type 4
    Kombinasi Beban         U1 max (mm)       U2 max (mm) U3 max (mm)      Kombinasi Beban         U1 max (mm)       U2 max (mm) U3 max (mm)
   1D+1L+1H+1B+1W              125.891            9.317       65.249      1D+1L+1H+1B+1W              285.904           17.428      53.214
     1D+1H+1B+1W               125.891            9.620       73.035        1D+1H+1B+1W               285.904           17.568      58.519
Keterangan :                                                            Keterangan :
        U1 max                  Lendutan maksimum arah sumbu X
                                                                                U1 max                 Lendutan maksimum arah sumbu X
        U2 max                  Lendutan maksimum arah sumbu Y
                                                                                U2 max                 Lendutan maksimum arah sumbu Y
        U3 max                  Lendutan maksimum arah sumbu Z
                                                                                U3 max                 Lendutan maksimum arah sumbu Z
•Tegangan pada dinding tunnel
                            Max. Shell Tension Stress at SFT Structure With Different Type of Cable Configuration
                                        Under Load Combination I (3 Position of Cable Configuration)
                                                          Type 1                                          Type 2
                                                       Max Stresses                                    Max Stresses
                   Load Combination     s11    s22     s12     s11     s22     s12     s11     s22     s12     s11     s22     s12
                                        top    top     top     bot     bot     bot     top     top     top     bot     bot     bot
                                       MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa
                                                                       10.23           12.42                   15.23
                                       7.584   9.716   2.62    9.907           2.685           6.323   2.565           8.038   3.959
                                                                         8               1                       8
                                                          Type 3                                          Type 4
                                                       Max Stresses                                    Max Stresses
                   1D+1L+1H+1B+1W       s11    s22     s12     s11     s22     s12     s11     s22     s12     s11     s22     s12
                                        top    top     top     bot     bot     bot     top     top     top     bot     bot     bot
                                       MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa
                                               12.45                   15.25           13.35   12.74           16.86
                                       7.462           4.292   9.597           2.455                   4.607           8.384   4.927
                                                 8                       5               6       9               6



                             Max. Shell Tension Stress SFT Structure With Different Type of Cable Configuration
                                       Under Load Combination II (3 Position of Cable Configuration)
                                                          Type 1                                          Type 2
                                                       Max Stresses                                    Max Stresses
                   Load Combination     s11    s22     s12     s11     s22     s12     s11     s22     s12     s11     s22     s12
                                        top    top     top     bot     bot     bot     top     top     top     bot     bot     bot
                                       MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa
                                                                                       12.36   11.40                   17.23
                                       7.556   8.461   2.472   10.06   6.899   2.891                   3.756   15.4            3.866
                                                                                         8       5                       5
                                                          Type 3                                          Type 4
                                                       Max Stresses                                    Max Stresses
                    1D+1H+1B+1W         s11    s22     s12     s11     s22     s12     s11     s22     s12     s11     s22     s12
                                        top    top     top     bot     bot     bot     top     top     top     bot     bot     bot
                                       MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa     MPa
                                                                       15.51           13.30   11.55           17.02   20.84
                                       7.443   9.92    4.535   9.691           2.516                   4.440                   4.834
                                                                         3               6       0               6       2
Max. Shell Tension Stress SFT Structure With Different Type of Cable Configuration
                                    Under Load Combination I (4 Position of Cable Configuration)
                                                     Type 1                                                  Type 2
                                                   Max Stresses                                           Max Stresses
  Load Combination         s11         s22         s12         s11      s22       s12      s11     s22     s12    s11       s22     s12
                           top         top         top         bot      bot       bot      top     top     top    bot       bot     bot
                           MPa         MPa       MPa        MPa         MPa      MPa      MPa      MPa    MPa     MPa       MPa     MPa
                                                                                          10.51   11.40           12.77     12.24
                        6.303       9.667       2.384       8.175      8.743     2.303                    3.639                     3.679
                                                                                            9       2               1         5
                                                     Type 3                                                  Type 4
                                                   Max Stresses                                           Max Stresses
 1D+1L+1H+1B+1W
                           s11         s22         s12         s11      s22       s12      s11     s22     s12    s11       s22     s12
                           top         top         top         bot      bot       bot      top     top     top    bot       bot     bot
                           MPa         MPa       MPa        MPa         MPa      MPa      MPa      MPa    MPa     MPa       MPa     MPa
                        6.182       10.18       3.526       7.914      9.975     2.123    11.54   11.47   4.395   14.39     14.86   4.75



                      Max. Shell Tension Stress SFT Structure With Different Type of Cable Configuration
                                   Under Load Combination II (4 Position of Cable Configuration)
                                                   Type 1                                                    Type 2
                                              Max Stresses                                                Max Stresses
Load Combination     s11         s22         s12         s11         s22       s12       s11      s22     s12         s11    s22      s12
                     top         top         top         bot         bot       bot       top      top     top         bot    bot      bot
                     MPa         MPa         MPa         MPa         MPa       MPa       MPa      MPa     MPa     MPa        MPa     MPa
                                                                                         10.49    10.21           12.84     12.64
                     6.299       7.832       2.232       8.310       5.810     2.476                      3.474                      3.587
                                                                                           3        6               1         3
                                                   Type 3                                                    Type 4
                                              Max Stresses                                                Max Stresses
1D+1H+1B+1W          s11         s22         s12         s11         s22       s12       s11      s22     s12         s11    s22      s12
                     top         top         top         bot         bot       bot       top      top     top         bot    bot      bot
                     MPa         MPa         MPa         MPa         MPa       MPa       MPa      MPa     MPa     MPa        MPa     MPa
                                                                     10.66               11.45    10.28           14.54     15.38
                     6.185       7.717       3.725       7.988                 2.149                      4.229                      4.658
                                                                       9                   5        8               2         5
•Gaya Axial Kabel

                                         Axial Load at Cable Tendon of SFT (3 Position of Cable Configuration)
                                                  Type 1                Type 2                 Type 3                Type 4
                                Load
                             Combination       Pmax       Pmin       Pmax       Pmin       Pmax        Pmin       Pmax       Pmin
                                              (kips)     (kips)     (kips)     (kips)     (kips)      (kips)     (kips)     (kips)
                                Comb 1        1101.0     -361.1     1293.1     -639.3     1151.6      -376.0     1354.6     -723.7
                                Comb 2        1145.1     -317.1     1332.6     -599.9     1197.9      -329.7     1392.7     -685.7



                                         Axial Load at Cable Tendon of SFT (4 Position of Cable Configuration)
                                                       Type 1                Type 2                Type 3                 Type 4
                           Load Combination      Pmax       Pmin       Pmax       Pmin       Pmax        Pmin       Pmax        Pmin
                                                (kips)     (kips)     (kips)     (kips)     (kips)      (kips)     (kips)      (kips)
                           1D+1L+1H+1B+1
                                                 772.8     -254.1      956.1     -513.6     807.1       -268.8    1017.3       -591.2
                                 W
                            1D+1H+1B+1W          803.6     -223.7      982.8     -487.3     839.1       -237.2    1043.1       -565.9




•Hasil analisa menunjukkan bahwa dengan memposisikan kabel pada 3 titik gaya axial kabel dan tegangan
pada dinding masih terlalu besar. Oleh sebab itu akan digunakan 4 posisi kabel sebagai acuan desain struktur
SFT. Hasil analisa juga menunjukkan bahwa konfigurasi yang paling efektif adalah konfigurasi kabel type I
Desain Struktur SFT
 Struktur SFT yang berbeda denga TLP sangat tidak memungkinkan untuk
  menggunakan kabel tendon yang biasa digunakan pada konstruksi prestress. Karena
  SFT tidak memiliki sistem sambungan yang sama dengan TLP Oleh sebab itu
  direncanakan SFT menggunakan sling yang biasa digunakan dalam pengangkutan
  material-material berat pada pelaksanaan konstruksi.

 Desain struktur SFT ini akan tetap menggunakan beton sebagai material
  penampangnya dan konfigurasi kabel yang akan digunakan adalah konfigurasi yang
  paling efektif hasil studi yaitu type 1.
Spesifikasi Sling dan Sling Shackle
Pemodelan Desain Struktur SFT
Hasil Analisa
•Gaya Axial Kabel
                                           Kondisi 1                                           Kondisi 2
                                            Min.Breaking                                                Min.Breaking
           Load Combination   Pmax (ton)                   Ket   SF     Load Combination   Pmax (ton)                  Ket   SF
                                             Load (ton)                                                  Load (ton)
           1D+1L+1H+1B+1W      183.99           193        OK    1.05   1D+1L+1H+1B+1W      146.21          193        OK    1.32
            1D+1H+1B+1W        184.08           193        OK    1.05    1D+1H+1B+1W        147.57          193        OK    1.31
•Tegangan pada dinding tunnel
                                  Tegangan Tarik                                                                         Tegangan Tekan
                                                                               Allowable                                                                             Allowabl
       Load Combination                    Max Stresses                                      Load Combination                      Max Stresses
                                                                                 stress                                                                               e stress
                          s11      s22    s12    s11      s22
                                                                   s12 bot       MPa
                          top      top    top    bot      bot                                                   s11      s22     s12      s11      s22
                                                                                                                                                           s12 bot     MPa
       1D+1L+1H+1B+1               MP     MP     MP       MP                                                    top      top     top      bot      bot
                          MPa                                       MPa                      1D+1L+1H+1B+1
             W                      a      a       a        a
                                                                                                   W            MPa     MPa      MPa      MPa     MPa       MPa
                                                 4.43     5.72
                          3.487    6.36   1.69                     2.142
                                                   4        3                                                   -9.42   -14.11   -5.57   -11.30   -12.01    -3.46
                          s11      s22    s12    s11      s22
                                                                   s12 bot       4.70                           s11      s22     s12      s11      s22
                          top      top    top    bot      bot                                                                                              s12 bot      45
                                   MP     MP     MP       MP                                                    top      top     top      bot      bot
       1D+1H+1B+1W        MPa                                       MPa                      1D+1H+1B+1W
                                     a      a      a        a
                                                                                                                MPa     MPa      MPa      MPa     MPa       MPa
                                   9.39   1.81   4.36     8.82
                          3.49                                      2.08
                                     5      5      2        3                                                   -9.45   -12.63   -5.76   -11.35   -11.07    -3.38



•Momen pada penampang tunnel SFT




                                                                                                Mmax
                                                                     Loading Condition
                                                                                                 Nmm
                                                                 Transfer (Dead Load Only)    320.501,75
                                                                                              1.125.702,5
                                                                             Service
                                                                                                   8
•Tegangan pada sabuk baja

                              S11Top    S22Top    S12Top   S11Bot    S22Bot    S12Bot
                              N/mm2     N/mm2     N/mm2    N/mm2     N/mm2     N/mm2
                              138.863   108.528   54.177   168.522   226.242   45.742




Digunakan material sabuk baja menggunakan plat baja high tensile plate specification EN 10025 Grade S 355 J2G3
dengan tegangan leleh minimum 335 MPa dan tegangan putus minimum 490 MPa.
•Displacement

                 U1      U2     U3
                 mm     mm      mm
                51.93   4.53   34.02
Analisa Gaya Prestress Pada Struktur SFT
  Fo         = 0.8 x Aps x fpu
             = 0,8 x 32 x 19 x 100,1 mm2 x 1860 MPa
Hasil perhitungan menunjukkan bah
             = 90.560.870,5 N
  Luas penampang beton adalah sebagai berikut :
  Ac         = 0,25 x π x ((D2)2 ̶ (D1)2)
             = 0,25 x π x ((5900 mm)2 ̶ (5000 mm)2)
             = 7.700.850 mm2
Sistem Perletakan Kabel SFT Pada Seabed
Analisa Vortex Pada SFT Desain
          OutputCase   StepType   StepNum    Period   Frequency
             Text        Text     Unitless    Sec        Hz
           MODAL        Mode         1        0.33      3.02
           MODAL        Mode         2        0.29      3.40
           MODAL        Mode         3        0.27      3.68
           MODAL        Mode         4        0.26      3.79
           MODAL        Mode         5        0.20      5.01
           MODAL        Mode         6        0.19      5.17
           MODAL        Mode         7        0.14      6.91
           MODAL        Mode         8        0.14      6.93
           MODAL        Mode         9        0.13      7.43
           MODAL        Mode        10        0.13      7.91
           MODAL        Mode        11        0.12      8.40
           MODAL        Mode        12        0.11      8.73




   Dimana :
   St = Strouhal Number
   V = Kecepatan arus/gelombang (m/s)
   St = Diameter struktur (m)
Kesimpulan
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada studi untuk mendapatkan konfigurasi kabel yang paling efektif pada struktur SFT dan juga setelah
dilakukan analisa perencanaan lebih lanjut adalah sebagai berikut :
•Kondisi perairan di lingkungan tempat prototype SFT akan dibangun memiliki karakteristik gelombang laut yang memiliki amplitudo kecil
tetapi berhingga dimana dengan kondisi ini teori perhitungan gelombang bisa menggunakan Teori Stokes Orde 5.
•SFT adalah struktur yang dibuat untuk menggantikan jembatan konvensional, oleh karena itu pembebanan lalu-lintas yang dilakukan pada
struktur ini sama dengan jembatan konvensional tapi pada struktur SFT yang dianalisa pada studi ini tidak memperhitungkan kondisi struktur
akibat beban truck atau kendaraan berat.
•Beban gelombang otomatis pada SAP 2000 tidak bisa membebani element shell secara otomatis, oleh karena itu beban gelombang yang bekerja
pada element shell untuk pemodelan SFT pada SAP 2000 dihitung dan dimasukkan secara manual.
•Perhitungan gelombang Teori Stokes Orde 5 memiliki metode perhitungan yang sangat rumit, oleh karena itu pada perhitungan gelombang
yang bekerja pada element shell dihitung menggunakan Teori Airy yang agak lebih sederhana. Walaupun demikian,          hasil analisa yang
dilakukan menggunakan contoh desain struktur yang menyerupai jacket 4 kaki (struktur fix offshore platform) menunjukkan bahwa Teori Stokes
Orde 5 memiliki gaya yang lebih kecil dibandingkan dengan Teori Airy sehingga studi analisa dan desain struktur SFT yang telah dilakukan
sudah memenuhi dalam segi keamanan struktur dari beban gelombang dan arus.
•Hasil analisa terhadap konfigurasi kabel menunjukkan bahwa type konfigurasi kabel yang paling efektif dalam menahan badan tunnel
ketika beban-beban lingkungan bekerja pada SFT adalah konfigurasi kabel type 1.
•Hasil studi juga membuktikan bahwa gaya prestress yang bekerja pada struktur SFT yang menggunakan penampang beton dapat
membantu struktur untuk menahan beban yang bekerja. Hal ini bertentangan dengan asumsi awal yang menjelaskan bahwa gaya
prestress yang diberikan hanya berfungsi sebagai penyambung segmen-segmen badan tunnel.
•Penggunaan kabel pada struktur SFT lebih baik jika menggunakan sling daripada tendon karena pemasangan sling lebih mudah
daripada tendon. Pemasangan tendon umumnya dilakukan pada floating structure dengan menggunaka column hull tapi pada sistem
seperti SFT tidak terdapat column hull sehingga sulit dalam pemasangan.
•Struktur SFT yang menggunakan penampang dengan material beton masih rawan untuk digunakan karena sifat beton yang getas
menjadikan struktur sangat sensitif terhadap beban tumbukan dan gesekan yang bisa diakibatkan oleh kendaraan.
•Hasil studi analisa desain perencanaan struktur SFT menghasilkan dimensi dan spesifikasi akhir dari elemen struktur seperti pada
Note :
3107100139 presentation

More Related Content

What's hot

Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
E Sanjani
 
Dr. ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatan
Dr.  ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatanDr.  ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatan
Dr. ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatan
toloboa
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhana
perkasa45
 
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaanModul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Sibujang Civil
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
Farid Thahura
 
Presentasi Tugas Akhir
Presentasi  Tugas AkhirPresentasi  Tugas Akhir
Presentasi Tugas Akhir
Kurniawan Riza
 

What's hot (20)

Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
 
Dr. ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatan
Dr.  ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatanDr.  ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatan
Dr. ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatan
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhana
 
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaanModul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
 
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril iAnalisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
54678070 sarjito-bridge
54678070 sarjito-bridge54678070 sarjito-bridge
54678070 sarjito-bridge
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Makalah PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING TAHAN TEKUK
Makalah PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING TAHAN TEKUKMakalah PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING TAHAN TEKUK
Makalah PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING TAHAN TEKUK
 
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileCara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
 
06. bab 6 kajian perencanaan struktur
06. bab 6 kajian perencanaan struktur06. bab 6 kajian perencanaan struktur
06. bab 6 kajian perencanaan struktur
 
Konstruksi baja-jembatan truss
Konstruksi baja-jembatan trussKonstruksi baja-jembatan truss
Konstruksi baja-jembatan truss
 
Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1
 
Presentasi Tugas Akhir
Presentasi  Tugas AkhirPresentasi  Tugas Akhir
Presentasi Tugas Akhir
 
Analisis kuat-layan-struktur
Analisis kuat-layan-strukturAnalisis kuat-layan-struktur
Analisis kuat-layan-struktur
 
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdf
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdfPelat_1_Pengertian_pelat.pdf
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdf
 
Hand out struktur beton i
Hand out struktur beton iHand out struktur beton i
Hand out struktur beton i
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
 

Similar to 3107100139 presentation

Press conference kukar1
Press conference kukar1Press conference kukar1
Press conference kukar1
mr imr
 
Cfrp confined reactive powder concrete colums
Cfrp confined reactive powder concrete columsCfrp confined reactive powder concrete colums
Cfrp confined reactive powder concrete colums
Erna Kaselle
 

Similar to 3107100139 presentation (20)

JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KVJARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV
 
Its paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperIts paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paper
 
Desain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdf
Desain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdfDesain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdf
Desain Jembatan (By Anton H.P. ST., MT).pdf
 
Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton Kasus : Abutmen...
Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton  Kasus : Abutmen...Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton  Kasus : Abutmen...
Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton Kasus : Abutmen...
 
Rujukan 1.pdf
Rujukan 1.pdfRujukan 1.pdf
Rujukan 1.pdf
 
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
 
Perilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton BertulangPerilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton Bertulang
 
4312100026 - Paper
4312100026 - Paper4312100026 - Paper
4312100026 - Paper
 
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
 
Anstruk modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Anstruk modul 6-sesi-3-jembatan-kompositAnstruk modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Anstruk modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
 
Makalah kelompok 1
Makalah kelompok 1Makalah kelompok 1
Makalah kelompok 1
 
sidang
sidangsidang
sidang
 
Press conference kukar1
Press conference kukar1Press conference kukar1
Press conference kukar1
 
Jaringan tegangan rendah
Jaringan tegangan rendahJaringan tegangan rendah
Jaringan tegangan rendah
 
PMTEST.pdf
PMTEST.pdfPMTEST.pdf
PMTEST.pdf
 
Makalah teknik sipil
Makalah teknik sipilMakalah teknik sipil
Makalah teknik sipil
 
Kaptewn
KaptewnKaptewn
Kaptewn
 
586 2181-1-pb
586 2181-1-pb586 2181-1-pb
586 2181-1-pb
 
Cfrp confined reactive powder concrete colums
Cfrp confined reactive powder concrete columsCfrp confined reactive powder concrete colums
Cfrp confined reactive powder concrete colums
 
Bab iv tugas pelabuhan
Bab iv tugas pelabuhanBab iv tugas pelabuhan
Bab iv tugas pelabuhan
 

3107100139 presentation

  • 1. STUDI KONFIGURASI KABEL SUBMERGED FLOATING TUNNEL (TEROWONGAN MELAYANG BAWAH LAUT) OLEH : FANDY SIPATA (3107100139)
  • 2. LATAR BELAKANG STUDI Struktur jembatan dengan sistem SFT merupakan struktur yang belum pernah dibuat di dunia. Beberapa negara masih melakukan penelitian tentang struktur ini, salah satunya adalah Indonesia. Struktur jembatan dengan sistem SFT merupakan pengembangan dari infrastruktur yang telah lama ada. Secara umum sistem ini mendapatkan bantuan kekuatan dari pengaruh uplift (gaya apung) akibat berada di dalam air sehingga sistem ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan jembatan inmerge dan tunnel underground karena gaya uplift tersebut akan dijadikan alat bantu untuk menghilangkan lendutan ke bawah tunnel SFT akibat berat sendirinya. Dari segi volume pengerjaan, SFT tidak memiliki volume terlalu banyak karena tidak perlu membuat tiang pancang seperti pada jembatan inmerge. Pada sistem ini akan digunakan kabel dengan sistem mooring untuk memperkaku posisi tunnel SFT di dalam laut. Bentuk dan susunan kabel yang akan digunakan sangat mempengaruhi perilaku struktur SFT. Pada dasarnya bentuk dan susunan kabel tersebut harus kuat menahan gaya uplift yang terjadi pada struktur akibat berada dalam air laut dan kuat menahan struktur agar tidak terlalu bergoyang ketika menerima beban gelombang dan arus air laut yang terjadi secara terus menerus. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi atau penelitian tentang konfigurasi kabel tersebut untuk mendapatkan bentuk dan susunan yang paling efektif bagi struktur SFT.
  • 3. RUMUSAN MASALAH MASALAH Agar tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu tentang konfigurasi kabel pada Submerged Floating Tunnel dapat terlaksana dengan baik maka dibuat rincian permasalahan yang diuraikan sebagai berikut :  Bagaimana kondisi perairan/lingkungan dari 2 (dua) pulau yang akan dihubungkan dengan SFT.  Beban-beban apa saja yang akan terjadi dan bagaimana menghitung beban-beban tersebut pada struktur SFT.  Bagaimana memodelkan SFT dengan bantuan finite element software.  Bagaimana kelakuan dinamis kabel dan gaya-gaya dalam pada struktur SFT saat menerima beban hidrodinamik dan berat sendiri. Bagaimana konfigurasi kabel yang paling efektif pada struktur SFT TUJUAN Tujuan umum dari penelitian ini adalah mencari bentuk dan susunan kabel yang paling cocok, aman dan ekonomis bagi Submerged Floating Tunnel (SFT) yang merupakan alternatif sarana transportasi antar pulau, dengan rincian tujuannya adalah sebagai berikut: •Mengetahui kondisi perairan/lingkungan dari 2 (dua) pulau yang akan dihubungkan dengan SFT •Mengetahui beban-beban yang terjadi pada struktur SFT. •Membuat pemodelan struktur SFT dengan bantuan finite element software. •Menganalisa kelakuan dinamis dan gaya-gaya dalam pada struktur SFT akibat menerima beban hidrodinamik dan berat sendiri. •Mengetahui konfigurasi kabel yang paling efektif pada struktur SFT.
  • 4. BATASAN MASALAH Penelitian SFT (Submerged Floating Tunnel) ini sangatlah luas, maka dari itu agar diperoleh hasil yang lebih akurat, perlu diberikan batasan-batasan dalam menganalisa masalah. Batasan masalah dari penelitian ini adalah: •Studi ini menggunakan peraturan SNI (Standar Nasional Indonesia)/BMS (Bridge Management System), Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971) dan API (American Petroleum Institute). •Studi ini merupakan studi kasus dengan menempatkan SFT di Kepulauan Seribu, sehingga kondisi lingkungan yang dipakai adalah kondisi lingkungan di Kepulauan Seribu yaitu perairan antara Pulau Panggang dan Pulau Karya. •Riset mengenai SFT (Submerged Floating Tunnel) dilakukan secara kelompok sehingga dalam studi tentang konfigurasi kabel ini beban gempa tidak dimasukkan dalam penelitian ini. •Hanya dilakukan studi konfigurasi kabel hasil modifikasi dari 6 (enam) konfigurasi kabel yang telah dibuat oleh Profesor Maeda (Maeda, 1994) sehingga studi konfigurasi kabel yang sama dengan konfigurasi kabel pada jembatan kabel konvensional tidak dimasukkan dalam penelitian ini. •Tidak dilakukan desain dan analisis perletakan pada bentang tunnel SFT
  • 5. MANFAAT Penelitian dengan judul “Studi Konfigurasi Kabel pada Submerged Floating Tunnel (SFT)” ini merupakan penelitian yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan mutu mahasiswa di Indonesia khususnya mahasiswa ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya agar sejajar di tingkat internasional. Penelitian mengenai SFT ini masih jarang dilakukan sehingga pemikiran-pemikiran yang inovatif perlu dilakukan agar penelitian ini berhasil dengan baik. Hasil penelitian ini dikhususkan juga untuk menambah referensi bagi mahasiswa di bidang Teknik Sipil bahwa jembatan tidak hanya yang konvensional saja, tetapi juga ada inovasi baru dengan membuat terowongan melayang sebagai jembatan antar pulau. Selain itu penelitian ini juga dapat meningkatkan pengetahuan penulis dalam menganalisa struktur yang berada pada daerah perairan laut atau struktur yang mendapat pengaruh hydrodinamik.
  • 6. LOKASI STUDI Pulau Karya Pulau Panggang
  • 7. KONSEP SISTEM STRUKTUR SFT Secara umum, gaya yang terjadi pada struktur SFT sama dengan prinsip hukum Archimedes (Wikipedia, 2010), dimana benda yang berada dalam air akan mendapat gaya tekanan ke atas dari air. Pada struktur SFT Sebuah patokan kriteria desain dari Mazzolani (Mazzolani, 2007) bahwa perbandingan antara gaya uplift dengan beban permanen dan beban lalu lintas dari SFT adalah sekitar 120% sampai 130%. Dari patokan tersebut, pada studi ini rasio Buoyancy – Berat Sendiri akan digunakan 1.2 jika struktur SFT yang direncanakan dibebani oleh beban hidup dan 1.3 jika struktur tanpa dibebani oleh beban hidup.
  • 8. Konsep sistem SFT sama dengan floating structure seperti TLP (Tension Leg Platform) yang biasa digunakan sebagai tempat pengeboran minyak lepas pantai. Oleh karena itu desain struktur SFT akan lebih banyak mengacu pada peraturan API (American Petroleum Institute) selain dari peraturan SNI/BMS khususnya API RP 2T (Recommended Practice for Planning, Design, and Construction Tension Leg Platform). Beban-beban yang bekerja pada struktur SFT tidak hanya beban lalu-lintas/beban hidup dan berat sendirinya karena fungsinya yang sebagai jembatan penghubung, tapi juga beban lingkungan yang berupa beban gelombang/arus, beban buoyancy dan juga beban tekanan hidrostatis air laut.
  • 9. PEMODELAN KONFIGURASI KABEL STRUKTUR SFT Konfigurasi kabel yang didesain pada struktur SFT dibuat agar mampu menahan badan tunnel SFT dari beban gelombang , arus dan gaya apung (buoyancy). Umumnya konfigurasi kabel yang dibuat lebih banyak menahan struktur SFT pada arah sumbu lemahnya. Kabel yang akan digunakan untuk melakukan studi ini adalah tendon yang biasa digunakan pada sistem struktur prestress
  • 10. MATERIAL PENAMPANG TUNNEL PADA STUDI KONFIGURASI KABEL STRUKTUR SFT Sample desain penampang yang akan digunakan pada studi ini adalah penampang berbentuk lingkaran yang menggunakan material beton. Beton yang akan digunakan disesuaikan sesuai SNI 03-2847-2002 pada pasal 6.2 yang mensyaratkan kuat tekan minimum (f’c) beton yang terkena pengaruh lingkungan. No. Kondisi lingkungan Rasio air semen maksimum f'c minimum(MPa) Beton dengan permeabilitas rendah yang 1) 0,50 28 terkena pengaruh lingkungan air Untuk perlindungan tulangan terhadap korosi pada beton yang terpengaruh lingkungan 2) 0,40 35 yang mengandung klorida dari garam, atau air Laut Sumber ; SNI 2847-2002 Model Penampang Bulat Beton Struktur SFT Sesuai SNI 2847-2002 digunakan beton dengan kuat tekan minimum (f’c) 35 MPa. Khusus pada studi ini akan digunakan beton dengan kuat tekan 45 MPa
  • 12. RASIO DESAIN STRUKTUR SFT Pemodelan struktur SFT untuk analisa struktur dapat dilakukan jika rasio yang telah disyaratkan telah memenuhi kriteria. Hasil kalkulasi rasio struktur terhadap gaya apung (buoyancy) adalah sebagai berikut : Fasilitas SFT Berat Sendiri Panjang Jumlah Berat Total Balok memanjang 0.44 kN/m 130.75 m 4 230.643 kN Balok melintang 1.06 kN/m 4.3 m 44 200.043 kN Plat kendaraan 3471.41 kN 130.75 m 1 3471.413 kN Berat tunnel 24165.3 kN 130.75 m 1 24165.267 kN Beban UDL 22.13 kN/m 130.75 m 1 2893.5 kN Beban KEL 57.2 kN/m 4.3 m 1 321.986 kN T otal 31282.852 kN Total Buoyancy 36800.405 kN ratio ( no traffic loads ) 1.3 ratio ( with traffic loads ) 1.2
  • 13. METODE ANALISA DAN PEMODELAN STRUKTUR SFT Pemodelan dan analisa struktur SFT dilakukan menggunakan finite element software SAP 2000 14.2.2. element- element struktur yang digunakan pada pemodelan struktur adalah sebagai berikut : No Element Struktur Dimensi Elemen Struktur Spesifikasi Material 1 Penampang SFT OD = 5.9 cm ; t = 45 cm Beton f'c = 45 MPa 2 Kabel Diameter 5.2 cm fpu = 1860 MPa ; fpy = 1676 MPa 3 Balok Memanjang WF 250x175x7x11 ; L = 1.25 m BJ 41 ; fy = 250 ; fu = 410 4 Balok Melintang WF 450x300x10x15 ; L = 3.00 m BJ 41 ; fy = 250 ; fu = 410 5 Sabuk Baja t = 60 mm fy = 335 ; fu = 490 MPa Potongan melintang laut tempat struktur SFT akan dimodelkan adalah sebagai berikut :
  • 14. Dari potongan melintang laut, struktur SFT yang akan dianalisa akan diposisikan dengan dua alternatif sebagai berikut : 3 Posisi Kabel SFT 4 Posisi Kabel SFT
  • 15. PEMBEBANAN •Beban Permanen Beban mati dari struktur SFT ini adalah merupakan beban-beban yang berasal dari berat sendiri badan tunnel SFT beserta fasilitas-fasilitas yang ada di dalamnya seperti plat kendaraan, balok baja dan aspal. Berat dari elemen struktur akan dihitung secara otomatis pada SAP 2000. Sedangkan beban mati tambahan yang akan diinput adala sebesar 1,1 kN/m2 (t = 5 cm) •Beban Hidup Beban hidup lalu lintas yang akan dimasukkan pada struktur SFT yang direncanakan hanya beban lalu-lintas akibat kendaraan ringan. Total beban hidup lalu lintas pada struktur SFT yang direncanakan adalah sebagai berikut : Beban Hidup Lalu-lintas KEL 57.2 kN/m UDL 4.677 kN/m2 *) Beban KEL akan diposisikan pada daerah tengah bentang.
  • 16. •Beban Gelombang dan Arus Beban Gelombang dan arus harus sesuai dengan API RP 2A Kriteria pembebanan gelombang pada struktur SFT yang dilakukan adalah sebagai berikut : Stokes Wave Theory (unbreaking wave ) Dari grafik penentuan teori gelombang digunakan teori stokes orde 5 dalam perhitungan beban gelombang.
  • 17. •Tekanan Hidrostatis Air Laut Tekanan hidrostatis akan dihitung sesuai API RP 2A WSD 2000 sebagai berikut : Dimana : p = Tekanan hidrostatis air ( N/m2 ) γ = Kerapatan air laut, ( 10050 N/m3 ) Hz = Design head ( m ) Dimana : Hw = Tinggi gelombang, ( m ) z = Tinggi di bawah SWL termasuk pada saat air pasang ( m ), z diukur ke bawah dari SWL k = ( m-1 ), dengan L adalah panjang gelombang z k(d-z) cosh [k(d-z)] cosh kd Hw (m) Hz (m) 3 γ (N/m ) ρ(N/m2) 0 3.595 18.222 34.642 2.232 0.587 10050 5899.543 d = Kedalaman air laut, ( m ) 2 3.236 12.729 34.642 2.232 2.410 10050 24221.291 L = panjang gelombang (m) 4 2.876 8.900 34.642 2.232 4.287 10050 43081.440 5 2.696 7.446 34.642 2.232 5.240 10050 52660.679 6 2.517 6.233 34.642 2.232 6.201 10050 62318.018 8 2.157 4.380 34.642 2.232 8.141 10050 81818.227 10 1.798 3.100 34.642 2.232 10.100 10050 101503.712 11 1.618 2.620 34.642 2.232 11.084 10050 111398.276 12 1.438 2.225 34.642 2.232 12.072 10050 121320.322 14 1.079 1.640 34.642 2.232 14.053 10050 141231.033 16 0.719 1.270 34.642 2.232 16.041 10050 161211.118 18 0.360 1.065 34.642 2.232 18.034 10050 181244.911 20 0.000 1.000 34.642 2.232 20.032 10050 201323.763 Tekanan hidrostatis pada tunnel SFT
  • 18. KOMBINASI PEMBEBANAN Combo 1 Combo 2 1D+1L+1H+1B+1W 1D+1H+1B+1W Keterangan : D= Dead Load L= Live Load H= Hydrostatic Pressure B= Buoyancy Load W= Wave Load
  • 20.
  • 21. HASIL ANALISA STRUKTUR SFT •Displacement 3 posisi kabel Displacement Konfigurasi Type 1 Displacement Konfigurasi Type 2 Kombinasi Beban U1 max (mm) U2 max (mm) U3 max (mm) Kombinasi Beban U1 max (mm) U2 max (mm) U3 max (mm) 1D+1L+1H+1B+1W 173.303961 13.758887 103.289489 1D+1L+1H+1B+1W 303.374231 19.588004 66.950625 1D+1H+1B+1W 173.303962 14.361764 115.126308 1D+1H+1B+1W 303.374229 19.793169 74.42896 Keterangan : Keterangan : U 1 max Lendutan maksimum arah sumbu X U1 max Lendutan maksimum arah sumbu X U 2 max Lendutan maksimum arah sumbu Y U2 max Lendutan maksimum arah sumbu Y U 3 max Lendutan maksimum arah sumbu Z U3 max Lendutan maksimum arah sumbu Z Displacement Konfigurasi Type 3 Displacement Konfigurasi Type 4 Kombinasi Beban U1 max (mm) U2 max (mm) U3 max (mm) Kombinasi Beban U1 max (mm) U2 max (mm) U3 max (mm) 1D+1L+1H+1B+1W 341.54921 21.344944 70.833233 1D+1L+1H+1B+1W 169.323066 12.957781 89.78913 1D+1H+1B+1W 341.549211 21.540993 78.107886 1D+1H+1B+1W 169.323988 13.492802 100.226261 Keterangan : Keterangan : U1 max Lendutan maksimum arah sumbu X U1 max Lendutan maksimum arah sumbu X U2 max Lendutan maksimum arah sumbu Y U2 max Lendutan maksimum arah sumbu Y U3 max Lendutan maksimum arah sumbu Z U3 max Lendutan maksimum arah sumbu Z
  • 22. •Displacement 4 posisi kabel Displacement Konfigurasi Type 1 Displacement Konfigurasi Type 2 Kombinasi Beban U1 max (mm) U2 max (mm) U3 max (mm) Kombinasi Beban U1 max (mm) U2 max (mm) U3 max (mm) 1D+1L+1H+1B+1W 129.846 9.836 76.257 1D+1L+1H+1B+1W 245.530 15.577 48.025 1D+1H+1B+1W 129.846 10.195 85.140 1D+1H+1B+1W 245.530 15.719 53.508 Keterangan : Keterangan : U1 max Lendutan maksimum arah sumbu X U1 max Lendutan maksimum arah sumbu X U2 max Lendutan maksimum arah sumbu Y U2 max Lendutan maksimum arah sumbu Y U3 max Lendutan maksimum arah sumbu Z U3 max Lendutan maksimum arah sumbu Z Displacement Konfigurasi Type 3 Displacement Konfigurasi Type 4 Kombinasi Beban U1 max (mm) U2 max (mm) U3 max (mm) Kombinasi Beban U1 max (mm) U2 max (mm) U3 max (mm) 1D+1L+1H+1B+1W 125.891 9.317 65.249 1D+1L+1H+1B+1W 285.904 17.428 53.214 1D+1H+1B+1W 125.891 9.620 73.035 1D+1H+1B+1W 285.904 17.568 58.519 Keterangan : Keterangan : U1 max Lendutan maksimum arah sumbu X U1 max Lendutan maksimum arah sumbu X U2 max Lendutan maksimum arah sumbu Y U2 max Lendutan maksimum arah sumbu Y U3 max Lendutan maksimum arah sumbu Z U3 max Lendutan maksimum arah sumbu Z
  • 23. •Tegangan pada dinding tunnel Max. Shell Tension Stress at SFT Structure With Different Type of Cable Configuration Under Load Combination I (3 Position of Cable Configuration) Type 1 Type 2 Max Stresses Max Stresses Load Combination s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 top top top bot bot bot top top top bot bot bot MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa 10.23 12.42 15.23 7.584 9.716 2.62 9.907 2.685 6.323 2.565 8.038 3.959 8 1 8 Type 3 Type 4 Max Stresses Max Stresses 1D+1L+1H+1B+1W s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 top top top bot bot bot top top top bot bot bot MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa 12.45 15.25 13.35 12.74 16.86 7.462 4.292 9.597 2.455 4.607 8.384 4.927 8 5 6 9 6 Max. Shell Tension Stress SFT Structure With Different Type of Cable Configuration Under Load Combination II (3 Position of Cable Configuration) Type 1 Type 2 Max Stresses Max Stresses Load Combination s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 top top top bot bot bot top top top bot bot bot MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa 12.36 11.40 17.23 7.556 8.461 2.472 10.06 6.899 2.891 3.756 15.4 3.866 8 5 5 Type 3 Type 4 Max Stresses Max Stresses 1D+1H+1B+1W s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 top top top bot bot bot top top top bot bot bot MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa 15.51 13.30 11.55 17.02 20.84 7.443 9.92 4.535 9.691 2.516 4.440 4.834 3 6 0 6 2
  • 24. Max. Shell Tension Stress SFT Structure With Different Type of Cable Configuration Under Load Combination I (4 Position of Cable Configuration) Type 1 Type 2 Max Stresses Max Stresses Load Combination s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 top top top bot bot bot top top top bot bot bot MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa 10.51 11.40 12.77 12.24 6.303 9.667 2.384 8.175 8.743 2.303 3.639 3.679 9 2 1 5 Type 3 Type 4 Max Stresses Max Stresses 1D+1L+1H+1B+1W s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 top top top bot bot bot top top top bot bot bot MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa 6.182 10.18 3.526 7.914 9.975 2.123 11.54 11.47 4.395 14.39 14.86 4.75 Max. Shell Tension Stress SFT Structure With Different Type of Cable Configuration Under Load Combination II (4 Position of Cable Configuration) Type 1 Type 2 Max Stresses Max Stresses Load Combination s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 top top top bot bot bot top top top bot bot bot MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa 10.49 10.21 12.84 12.64 6.299 7.832 2.232 8.310 5.810 2.476 3.474 3.587 3 6 1 3 Type 3 Type 4 Max Stresses Max Stresses 1D+1H+1B+1W s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 s11 s22 s12 top top top bot bot bot top top top bot bot bot MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa MPa 10.66 11.45 10.28 14.54 15.38 6.185 7.717 3.725 7.988 2.149 4.229 4.658 9 5 8 2 5
  • 25. •Gaya Axial Kabel Axial Load at Cable Tendon of SFT (3 Position of Cable Configuration) Type 1 Type 2 Type 3 Type 4 Load Combination Pmax Pmin Pmax Pmin Pmax Pmin Pmax Pmin (kips) (kips) (kips) (kips) (kips) (kips) (kips) (kips) Comb 1 1101.0 -361.1 1293.1 -639.3 1151.6 -376.0 1354.6 -723.7 Comb 2 1145.1 -317.1 1332.6 -599.9 1197.9 -329.7 1392.7 -685.7 Axial Load at Cable Tendon of SFT (4 Position of Cable Configuration) Type 1 Type 2 Type 3 Type 4 Load Combination Pmax Pmin Pmax Pmin Pmax Pmin Pmax Pmin (kips) (kips) (kips) (kips) (kips) (kips) (kips) (kips) 1D+1L+1H+1B+1 772.8 -254.1 956.1 -513.6 807.1 -268.8 1017.3 -591.2 W 1D+1H+1B+1W 803.6 -223.7 982.8 -487.3 839.1 -237.2 1043.1 -565.9 •Hasil analisa menunjukkan bahwa dengan memposisikan kabel pada 3 titik gaya axial kabel dan tegangan pada dinding masih terlalu besar. Oleh sebab itu akan digunakan 4 posisi kabel sebagai acuan desain struktur SFT. Hasil analisa juga menunjukkan bahwa konfigurasi yang paling efektif adalah konfigurasi kabel type I
  • 26. Desain Struktur SFT  Struktur SFT yang berbeda denga TLP sangat tidak memungkinkan untuk menggunakan kabel tendon yang biasa digunakan pada konstruksi prestress. Karena SFT tidak memiliki sistem sambungan yang sama dengan TLP Oleh sebab itu direncanakan SFT menggunakan sling yang biasa digunakan dalam pengangkutan material-material berat pada pelaksanaan konstruksi.  Desain struktur SFT ini akan tetap menggunakan beton sebagai material penampangnya dan konfigurasi kabel yang akan digunakan adalah konfigurasi yang paling efektif hasil studi yaitu type 1.
  • 27. Spesifikasi Sling dan Sling Shackle
  • 29. Hasil Analisa •Gaya Axial Kabel Kondisi 1 Kondisi 2 Min.Breaking Min.Breaking Load Combination Pmax (ton) Ket SF Load Combination Pmax (ton) Ket SF Load (ton) Load (ton) 1D+1L+1H+1B+1W 183.99 193 OK 1.05 1D+1L+1H+1B+1W 146.21 193 OK 1.32 1D+1H+1B+1W 184.08 193 OK 1.05 1D+1H+1B+1W 147.57 193 OK 1.31
  • 30. •Tegangan pada dinding tunnel Tegangan Tarik Tegangan Tekan Allowable Allowabl Load Combination Max Stresses Load Combination Max Stresses stress e stress s11 s22 s12 s11 s22 s12 bot MPa top top top bot bot s11 s22 s12 s11 s22 s12 bot MPa 1D+1L+1H+1B+1 MP MP MP MP top top top bot bot MPa MPa 1D+1L+1H+1B+1 W a a a a W MPa MPa MPa MPa MPa MPa 4.43 5.72 3.487 6.36 1.69 2.142 4 3 -9.42 -14.11 -5.57 -11.30 -12.01 -3.46 s11 s22 s12 s11 s22 s12 bot 4.70 s11 s22 s12 s11 s22 top top top bot bot s12 bot 45 MP MP MP MP top top top bot bot 1D+1H+1B+1W MPa MPa 1D+1H+1B+1W a a a a MPa MPa MPa MPa MPa MPa 9.39 1.81 4.36 8.82 3.49 2.08 5 5 2 3 -9.45 -12.63 -5.76 -11.35 -11.07 -3.38 •Momen pada penampang tunnel SFT Mmax Loading Condition Nmm Transfer (Dead Load Only) 320.501,75 1.125.702,5 Service 8
  • 31. •Tegangan pada sabuk baja S11Top S22Top S12Top S11Bot S22Bot S12Bot N/mm2 N/mm2 N/mm2 N/mm2 N/mm2 N/mm2 138.863 108.528 54.177 168.522 226.242 45.742 Digunakan material sabuk baja menggunakan plat baja high tensile plate specification EN 10025 Grade S 355 J2G3 dengan tegangan leleh minimum 335 MPa dan tegangan putus minimum 490 MPa.
  • 32. •Displacement U1 U2 U3 mm mm mm 51.93 4.53 34.02
  • 33. Analisa Gaya Prestress Pada Struktur SFT Fo = 0.8 x Aps x fpu = 0,8 x 32 x 19 x 100,1 mm2 x 1860 MPa Hasil perhitungan menunjukkan bah = 90.560.870,5 N Luas penampang beton adalah sebagai berikut : Ac = 0,25 x π x ((D2)2 ̶ (D1)2) = 0,25 x π x ((5900 mm)2 ̶ (5000 mm)2) = 7.700.850 mm2
  • 34.
  • 35.
  • 36. Sistem Perletakan Kabel SFT Pada Seabed
  • 37. Analisa Vortex Pada SFT Desain OutputCase StepType StepNum Period Frequency Text Text Unitless Sec Hz MODAL Mode 1 0.33 3.02 MODAL Mode 2 0.29 3.40 MODAL Mode 3 0.27 3.68 MODAL Mode 4 0.26 3.79 MODAL Mode 5 0.20 5.01 MODAL Mode 6 0.19 5.17 MODAL Mode 7 0.14 6.91 MODAL Mode 8 0.14 6.93 MODAL Mode 9 0.13 7.43 MODAL Mode 10 0.13 7.91 MODAL Mode 11 0.12 8.40 MODAL Mode 12 0.11 8.73 Dimana : St = Strouhal Number V = Kecepatan arus/gelombang (m/s) St = Diameter struktur (m)
  • 38. Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada studi untuk mendapatkan konfigurasi kabel yang paling efektif pada struktur SFT dan juga setelah dilakukan analisa perencanaan lebih lanjut adalah sebagai berikut : •Kondisi perairan di lingkungan tempat prototype SFT akan dibangun memiliki karakteristik gelombang laut yang memiliki amplitudo kecil tetapi berhingga dimana dengan kondisi ini teori perhitungan gelombang bisa menggunakan Teori Stokes Orde 5. •SFT adalah struktur yang dibuat untuk menggantikan jembatan konvensional, oleh karena itu pembebanan lalu-lintas yang dilakukan pada struktur ini sama dengan jembatan konvensional tapi pada struktur SFT yang dianalisa pada studi ini tidak memperhitungkan kondisi struktur akibat beban truck atau kendaraan berat. •Beban gelombang otomatis pada SAP 2000 tidak bisa membebani element shell secara otomatis, oleh karena itu beban gelombang yang bekerja pada element shell untuk pemodelan SFT pada SAP 2000 dihitung dan dimasukkan secara manual. •Perhitungan gelombang Teori Stokes Orde 5 memiliki metode perhitungan yang sangat rumit, oleh karena itu pada perhitungan gelombang yang bekerja pada element shell dihitung menggunakan Teori Airy yang agak lebih sederhana. Walaupun demikian, hasil analisa yang dilakukan menggunakan contoh desain struktur yang menyerupai jacket 4 kaki (struktur fix offshore platform) menunjukkan bahwa Teori Stokes Orde 5 memiliki gaya yang lebih kecil dibandingkan dengan Teori Airy sehingga studi analisa dan desain struktur SFT yang telah dilakukan sudah memenuhi dalam segi keamanan struktur dari beban gelombang dan arus.
  • 39. •Hasil analisa terhadap konfigurasi kabel menunjukkan bahwa type konfigurasi kabel yang paling efektif dalam menahan badan tunnel ketika beban-beban lingkungan bekerja pada SFT adalah konfigurasi kabel type 1. •Hasil studi juga membuktikan bahwa gaya prestress yang bekerja pada struktur SFT yang menggunakan penampang beton dapat membantu struktur untuk menahan beban yang bekerja. Hal ini bertentangan dengan asumsi awal yang menjelaskan bahwa gaya prestress yang diberikan hanya berfungsi sebagai penyambung segmen-segmen badan tunnel. •Penggunaan kabel pada struktur SFT lebih baik jika menggunakan sling daripada tendon karena pemasangan sling lebih mudah daripada tendon. Pemasangan tendon umumnya dilakukan pada floating structure dengan menggunaka column hull tapi pada sistem seperti SFT tidak terdapat column hull sehingga sulit dalam pemasangan. •Struktur SFT yang menggunakan penampang dengan material beton masih rawan untuk digunakan karena sifat beton yang getas menjadikan struktur sangat sensitif terhadap beban tumbukan dan gesekan yang bisa diakibatkan oleh kendaraan. •Hasil studi analisa desain perencanaan struktur SFT menghasilkan dimensi dan spesifikasi akhir dari elemen struktur seperti pada
  • 40.