Dokumen tersebut memberikan gambaran umum mengenai panas bumi di Indonesia. Ringkasannya adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang definisi panas bumi, sistem panas bumi, skema operasi pembangkit listrik tenaga panas bumi, risiko pengembangan panas bumi, sistem berkelanjutan panas bumi, time table pengembangan panas bumi 2x55 MW, dan perbandingan emisi pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan pembangkit listrik lainnya
1. KEMENTERIAN ESDM
1
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
DOING BUSINESS IN GEOTHERMALDOING BUSINESS IN GEOTHERMAL
Jakarta, Agustus 2017
2. KEMENTERIAN ESDM
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, Tim Penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan Buku ”Pengembangan Panas Bumi Indonesia”, dalam bentuk capaian, program,
dan kebijakan, serta rencana pengembangan panas bumi.
Penyusunan buku ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap terkait
pengelolaan panas bumi kepada stakeholders dan dapat menjadi pegangan bagi pengambil
kebijakan. Agar mudah dipahami oleh para pembaca, buku ini disusun secara singkat, padat,
dan sederhana. Buku ini akan selalu diperbarui secara berkala mengikuti dinamika dan
kemajuan pengembangan panas bumi di Indonesia.
Kami menyadari bahwa penyusunan buku ini masih jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu
kritik dan saran sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan dalam penyusunan pada
edisi selanjutnya.
Semoga bermanfaat.
Jakarta, Agustus 2017
3. KEMENTERIAN ESDM
3
OUTLINE
I. Pendahuluan 5
II. Pengembangan Energi Baru Terbarukan 7
III. Gambaran Umum Panas Bumi 11
IV. Potensi Panas Bumi di Indonesia 20
V. Kondisi Saat Ini 24
VI. Regulasi di Bidang Panas Bumi 34
VII. Kebijakan Pengembangan Panas Bumi 38
VIII. Perizinan dan Non Perizinan Sub Sektor Panas Bumi 47
IX. Alur Proses Pengusahaan Panas Bumi 50
X. Investasi Panas Bumi 61
XI. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) 69
Lampiran 73
4. KEMENTERIAN ESDM
4
DOING BUSINESS IN GEOTHERMAL
IPJLPB (56 hari kerja)
(jika menggunakan
kawasan hutan
konservasi)
IPJLPB : (Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Panas Bumi)
6. KEMENTERIAN ESDM
6
I. PENDAHULUAN
1. Penyediaan energi nasional masih didominasi oleh energi fosil, sementara energi
terbarukan yang low carbon belum banyak dimanfaatkan;
2. Potensi panas bumi Indonesia berupa sumber daya sebesar 11.073 MW dan
cadangan sebesar 17.506 MW sementara pemanfaatan panas bumi tidak langsung
untuk ketenagalistrikan baru mencapai 1.698,5 MW atau sekitar 9,3% dari total
cadangan panas bumi;
3. Energi panas bumi merupakan energi setempat dan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda untuk setiap lokasi (site specific);
4. Peraturan Pemerintah No. 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN)
menetapkan target pangsa energi baru terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025,
dimana energi panas bumi ditargetkan memberikan kontribusi sebesar 5,4% terhadap
konsumsi energi nasional;
5. Program percepatan pembangkit listrik 10.000 MW Tahap II dengan kontribusi panas
bumi sebesar 4.825 MW (Permen ESDM No. 40/2014);
a. Mempercepat diversifikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik ke bahan bakar
non minyak dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga listrik melalui
percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi
terbarukan, batubara, dan gas;
b. Mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi untuk mendukung pembangunan
nasional.
7. KEMENTERIAN ESDM
7
II. Pengembangan Energi Baru Terbarukan
Bauran Energi Primer Berdasarkan PP No.79/2014 tentang KEN
Bauran Energi Primer 2025 dan 2050
Skenario Pengembangan EBT Sesuai KEN
9. KEMENTERIAN ESDM
9
Pembangkit EBT 45 GW
Pembangkit Fosil 90 GW
MTOE %
Minyak
bumi
99 24,6%
Gas
bumi
90 22,1%
Batubara 123 30,3%
EBT 93 23,1%
Total 405 100%
2025
Pembangkit
135 GW
Pembangkit EBT 169 GW
Pembangkit Fosil 275 GW
MTOE %
Minyak
bumi
204 19,8%
Gas
bumi
246 23,8%
Batubara 260 25,3%
EBT 321 31,1%
Total 1.031 100%
Pembangkit
444 GW
2050
II. PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN
BAURAN ENERGI PRIMER 2025 DAN 2050
*MTOE: Million Tonnes of Oil Equivalent
10. KEMENTERIAN ESDM
10
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
PLT Arus Laut
PLT Bayu
PLTS
PLTD BBN
PLT Bioenergi
PLTA dan PLTMH
PLTP
KEN
45 GW
169 GW
II. PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN
SKENARIO PENGEMBANGAN EBT SESUAI KEN dan RUEN
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2040 2050
Panas Bumi 1.439 1.654 1.909 2.134 2.494 3.110 7.242 9.300 13.423 17.546
Air & Mikrohidro 5.024 5.119 5.236 5.491 7.008 7.889 20.960 25.844 35.611 45.379
Bioenergi 1.740 1.886 2.093 2.359 2.674 3.024 5.532 9.651 17.887 26.123
Surya 79 229 429 679 979 1.379 6.379 14.103 29.551 45.000
Angin 7 57 107 207 307 507 1.807 7.167 17.887 28.607
EBT Lainnya 372 1.860 1.860 1.860 1.861 1.863 3.128 3.779 5.081 6.383
Total 8.660 10.804 11.728 12.939 15.807 18.475 45.044 69.843 119.440 169.038
Satuan: MW
11. KEMENTERIAN ESDM
11
III. Gambaran Umum Panas Bumi
Definisi
Sistem Panas Bumi
Skema Operasi PLTP
Risiko Pengembangan Panas Bumi
Sistem Berkelanjutan Panas Bumi
Time Table Pengembangan Panas Bumi 2 x 55 MW
Perbandingan Emisi PLTP dan Pembangkit Lainnya
12. KEMENTERIAN ESDM
12
III. GAMBARAN UMUM PANAS BUMI
DEFINISI
• PANAS BUMI ATAU GEOTHERMAL ADALAH :
• Berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan thermal yang berarti panas, jadi
secara umum geothermal adalah sumber energi yang berasal dari panas alamiah
di dalam bumi.
• HOCHSTEIN DALAM ENCYCLOPEDIA VOLCANEOUS 2000 :
• Mendiskripsikan sebagai proses transfer panas dari tempat tertentu dari kerak
bumi yang berasal dari sumber panas (heat source) ke permukaan
• BERDASARKAN UU NO. 21/2014 TENTANG PANAS BUMI:
• bahwa energi panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam
air panas, uap air, serta batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang
secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi.
13. KEMENTERIAN ESDM
13
Panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang terbentuk secara alami di bawah
permukaan bumi;
Pemanfaatan panas bumi relatif ramah lingkungan dan tidak memberikan kontribusi gas
rumah kaca;
Energi panas bumi bersifat site specific, tidak dapat disimpan, dan juga tidak dapat
ditransportasikan;
Pengusahaan panas bumi dapat berupa pemanfaatan langsung dan pemanfaatan tidak
langsung;
Tahapan kegiatan usaha panas bumi meliputi Survei Pendahuluan (Penugasan Survei
Pendahuluan (PSP)/Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE)), Penetapan
dan Pelelangan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), Eksplorasi, Studi Kelayakan,
Eksploitasi, dan Pemanfaatan;
Survei pendahuluan dapat dilakukan oleh Menteri, Gubernur, dan/atau Bupati/Walikota;
Menteri melakukan penawaran Wilayah PSP, Wilayah PSPE, dan WKP;
Pemerintah dapat memberikan penugasan langsung kepada BUMN/BLU untuk
pengembangan panas bumi;
Izin Panas Bumi diterbitkan oleh Badan Koordinasi Pananaman Modal atas nama
Menteri ESDM.
III. GAMBARAN UMUM PANAS BUMI
15. KEMENTERIAN ESDM
15
SKEMA OPERASI PLTP
Fluida yang diperoleh dari sumur produksi akan dialirkan ke dalam separator untuk dipisahkan antara uap
dan air. Fluida cair (brine) direinjeksikan ke dalam bumi reinjeksi agar sistem panas bumi tetap
berkelanjutan, sedangkan uap dialirkan ke pembangkit untuk memutar turbin untuk menghasilkan listrik.
Listrik tersebut dialirkan menuju transformer dan kemudian ditransmisikan. Uap yang telah melalui turbin
dikondensasikan menjadi air pada kondensor, dan selanjutnya diiinjeksikan ke dalam bumi.
III. GAMBARAN UMUM PANAS BUMI
16. KEMENTERIAN ESDM
16
RISIKO PENGEMBANGAN PANAS BUMI
Pengembangan panas bumi mempunyai beberapa
risiko yang berbeda-beda di setiap tahapan.
Semakin tinggi tahapan pengembangan, risiko
akan semakin kecil. Grafik risiko pengembangan
menunjukkan bahwa pada tahap rekonaisan risiko
pengembangan dapat mencapai 100 %.
Selanjutnya pada tahap Survei Detil, risiko
pengembangan akan turun hingga 60% dan pada
tahap pengeboran sumur Landaian Suhu tingkat
risiko pengembangan akan turun menjadi 50%.
Pada tahap pengeboran eksplorasi, pengeboran
sumur pertama akan menurunkan risiko menjadi
40% dan pengeboran sumur kedua akan
menurunkan risiko menjadi 30%. Selanjutnya
pengeboran sumur ketiga hingga kelima akan
semakin memperkecil risiko pengembangan
menjadi hanya sebesar 20%.
Sumber: S. Sudarman
III. GAMBARAN UMUM PANAS BUMI
17. KEMENTERIAN ESDM
17
BERTAHAP, sistem tertutup dan BERKELANJUTAN,
menjaga keseimbangan fluida dan panas
?
?
?
?
Impermeabel clay
cap alteration
Energi Panas Bumi bersumber dari energi
panas yang terkandung dalam perut bumi
dan pada umumnya berasosiasi dengan
keberadaan gunung api. Air yang bersumber
diantaranya dari hujan, akan meresap ke
dalam batuan di bawah tanah hingga
mencapai batuan reservoir. Air ini kemudian
terpanaskan oleh magma yang menjadi
sumber panas utama sehingga berubah
menjadi air panas atau uap panas (fluida
thermal) dengan kisaran temperatur 240-
310 OC.
Fluida thermal tersebut dapat digunakan
untuk membangkitkan energi listrik dengan
cara melakukan pengeboran (drilling) dan
mengalirkan fluida thermal untuk
menggerakkan turbin dan memutar
generator sehingga dihasilkan energi listrik.
Fluida thermal selanjutnya diinjeksikan kembali
ke dalam reservoir melalui sumur reinjeksi untuk
menjaga keseimbangan fluida dan panas
sehingga sistem panas bumi berkelanjutan.
III. GAMBARAN UMUM PANAS BUMI
18. KEMENTERIAN ESDM
18
Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Year 6 Year 7
0. Sosialisasi dan Perizinan
1. HoA /PPA
2. Survai, UKL/UPL, Jln & Cluster
3. Bor E/P/R + Uji produksi
4. FS, Amdal & Lahan
5. EPC (PLTP + PH, Fasprod)
6. Uji Coba & Commisioning
Produksi 30 thn
TIME TABLE PENGEMBANGAN PANAS BUMI 2 x 55 MW
III. GAMBARAN UMUM PANAS BUMI
11055
19. KEMENTERIAN ESDM
19
Ramah Lingkungan
(CO2 Panas Bumi = 1.5% Batubara, 2.7% Gas)
Sumber: IGA Paper
PERBANDINGAN EMISI PLTP DAN PEMBANGKIT LAINNYA
Pengembangan 250 MWe dalam (1000 Ton / Tahun)
Residu
Coal
(desulfurization)
Gas
(combine cycle)
Panas Bumi
CO2 1,700 973 26
SO2 4.1 0.003 0
NOx 2.4 1.4 0
Lumpur 168 0 0
Abu 60 0 0
III. GAMBARAN UMUM PANAS BUMI
20. KEMENTERIAN ESDM
20
IV. Potensi Panas Bumi di Indonesia
Sebaran Potensi Panas Bumi Indonesia
Sebaran Potensi Panas Bumi Per Pulau
Pemanfaatan Energi Panas Bumi di Negara-Negara Dunia
22. KEMENTERIAN ESDM
22
Sumber : Badan Geologi Kementerian ESDM, 2016
*) Status : Juni 2017
NO PULAU
JUMLAH
LOKASI
ENERGI POTENSI (MWE)
TERPASANGSUMBER DAYA CADANGAN
SPEKULATIF HIPOTETIS TERDUGA MUNGKIN TERBUKTI
1 Sumatera 97 2.893 1.935 5.097 930 917 342
2 Jawa 73 1.410 1.689 3.949 1.373 1.865 1.224
3 Bali 6 70 22 122 110 30 0
4 Nusa Tenggara 27 225 409 848 0 15 12,5
5 Kalimantan 14 152 17 13 0 0 0
6 Sulawesi 78 1.221 314 1.242 80 140 120
7 Maluku 33 560 91 775 0 0 0
8 Papua 3 75 0 0 0 0 0
TOTAL 331 6.596 4.477 12.046 2.493 2.967 1.698,5 *)
11.073 17.506
IV. POTENSI PANAS BUMI INDONESIA
SEBARAN POTENSI PANAS BUMI PER PULAU
23. KEMENTERIAN ESDM
23
PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI DI NEGARA – NEGARA DUNIA
CATATAN:
• DUNIA BARU MEMANFAATKAN 9,92 % (11,7 GW) DARI POTENSI PANAS BUMI YANG ADA (119,3 GW);
• INDONESIA MENEMPATI URUTAN KEDUA DARI SISI POTENSI PANAS BUMI ATAU 24,77 %;
• INDONESIA BERADA DI PERINGKAT KETIGA DARI SISI PEMANFAATAN PANAS BUMI (14,47 %);
• FILIPINA MERUPAKAN NEGARA PALING OPTIMUM MEMANFAATKAN PANAS BUMI (46,75 %) DAN BANYAK PLTP BERADA DI AREA CAGAR ALAM;
• JEPANG LEBIH BANYAK MENGGUNAKAN SUMBER PANAS BUMINYA UNTUK PEMANFAATAN LANGSUNG.
Sumber: IGA Paper dengan modifikasi
NO NEGARA POTENSI (MW)
KAPASITAS TERPASANG
(MW)
RASIO
1 AMERIKA SERIKAT 30.000 25,15 % 3.450 29,40% 11,5 %
2 FILIPINA 4.000 3,35 % 1.870 15,93% 46,75 %
3 INDONESIA 28.579 24,77 % 1.698,5 14,47% 5,94 %
4 SELANDIA BARU 3.650 3,06 % 1.005 8,56% 27,53 %
5 MEKSIKO 4.600 3,86 % 1.017 8,67% 22,1 %
6 ITALIA 3.270 2,74 % 916 7,80% 28,01 %
7 ISLANDIA 5.800 4,86 % 665 5,67% 11,47 %
8 KENYA 15.000 12,58 % 594 5,06% 3,96 %
9 JEPANG 23.400 19,62 % 519 4,42% 2,22 %
JUMLAH 119.263,5 100 % 11.734,5 100 % 9,92 %
IV. POTENSI PANAS BUMI INDONESIA
24. KEMENTERIAN ESDM
24
V. Kondisi Saat Ini
Capaian Kinerja Bidang Panas Bumi
Kapasitas Terpasang PLTP
Sebaran Kapasitas Terpasang PLTP
Road Map Panas Bumi
Peta Rencana Pengembangan 70 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP)
Status Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP)
Kondisi Penyediaan Listrik & Pengembangan Panas Bumi di Indonesia Timur
25. KEMENTERIAN ESDM
25
Potensi Panas Bumi
Wilayah Kerja Panas Bumi
Regulasi (2017)
70 WKP
• Eksisting 19 WKP
• Baru 51 WKP
Resources 11.073 MW
Reserves 17.506 MW
Badan Geologi, Desember 2016
• PP 7 Tahun 2017 Pemanfaatan Tidak Langsung
• Permen ESDM No. 21/2017 Limbah Lumpur
dan Sumur Bor
• Permen ESDM No. 23/2017 Bonus Produksi
• Peraturan Menteri ESDM No. 36/2017 PSP dan
PSPE
• Peraturan Menteri ESDM No. 37/2017 WKP
Kapasitas Terpasang
1.698,5 MW
• 12 PLTP pada 10 WKP
• Pemanfaatan 9,3% dari cadangan
panas bumi Indonesia
Produksi Listrik
5,98 GWh
• 51% dari target 11,6 GWH di
tahun 2017 (data per Juni 2017)
PNBP
Investasi
USD 0,44 Miliar
• 39,6% dari target USD 1,104 M di
tahun 2017 (data per Juni 2017)
Rp 0,25 Triliun
• 37,6 % dari target Rp 0,66 Triliun
di tahun 2017 (data per Juni 2017)
Produksi Uap
44,50 Juta Ton
• 51% dari target 86,72 Juta Ton
di tahun 2017 (data per Juni
2017)
V. KONDISI PANAS BUMI
26. KEMENTERIAN ESDM
26
CAPAIAN KINERJA SEKTOR PANAS BUMI TAHUN 2017
Telah ditetapkan 70 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP)
yang terdiri dari:
19 WKP Eksisting
51 WKP setelah UU No .27/2003
V. KONDISI PANAS BUMI
2013 2014 2015 2016 2017*
867
756
886
933
256
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017*
1.698,5
670
KAPASITAS TERPASANG (MW)
1.858,5
2013 2014 2015 2016 2017*
5.5 5.49
5.68 5.86
7.31
SETARA PRODUKSI MINYAK (JUTA SBM)
9,25
PRODUKSI LISTRIK (GWh)
2013 2014 2015 2016 2017*
9,332
9,651 9,964
10,632
5,989
11.658
REALISASI INVESTASI (JUTA USD)
2013 2014 2015 2016 2017*
349
594
877
1,133
437
1.104
REALISASI PNBP (MILYAR RUPIAH)
PENETAPAN WKP
27. KEMENTERIAN ESDM
27
KAPASITAS TERPASANG PLTP PER JUNI 2017
No. WKP, Lokasi PLTP
Pengembang/
Operator
Kapasitas Turbin
Kapasitas Total
(MW)
1 Sibayak – Sinabung, SUMUT Sibayak
PT. Pertamina
Geothermal Energy
1 x 10 MW;
2 MW(monoblok)
12
2 Cibeureum – Parabakti, JABAR Salak
Chevron Geothermal
Salak, Ltd
3 x 60 MW;
3 x 65,6 MW
377
3 Pangalengan, JABAR
Wayang
Windu
Star Energy
Geothermal Wayang
Windu
1 x 110 MW;
1 x 117 MW
227
Patuha PT Geo Dipa Energi 1 x 55 MW 55
4 Kamojang – Darajat, JABAR
Kamojang
PT. Pertamina
Geothermal Energy
1 x30 MW;
2 x 55 MW;
1 x 60 MW;
1 x 35 MW
235
Darajat
Chevron Geothermal
Indonesia, Ltd
1 x 55 MW;
1 x 94 MW;
1 x 121 MW
270
5 Dataran Tinggi Dieng, JATENG Dieng PT. Geo Dipa Energi 1 x 60 MW 60
6 Lahendong – Tompaso, SULUT Lahendong
PT. Pertamina
Geothermal Energy
6 x 20 MW 120
7 Waypanas – LAMPUNG Ulubelu
PT. Pertamina
Geothermal Energy
4 x 55 MW 220
8 Ulumbu - NTT Ulumbu PT. PLN (Persero) 4 x 2,5 MW 10
9 Mataloko - NTT Mataloko PT. PLN (Persero) 1 x 2,5 MW 2,5
10 Sibual-Buali - SUMUT Sarulla Sarulla Operation Ltd. 1 x 110 MW 110
TOTAL 1.698,5
V. KONDISI PANAS BUMI
28. KEMENTERIAN ESDM
28
PLTP SIBAYAK: 12 MW
PLTP SARULLA: 110 MW
PLTP GUNUNG SALAK: 377 MW
PLTP WAYANG WINDU: 227 MW
PLTP KAMOJANG: 235 MW
PLTP DARAJAT: 270 MW
PLTP DIENG: 60 MW
PLTP LAHENDONG: 120 MW
PLTP ULUBELU: 220 MW
PLTP ULUMBU: 10 MW
PLTP MATALOKO: 2,5 MW
PLTP PATUHA: 55 MW
SEBARAN KAPASITAS TERPASANG PER JUNI 2017
V. KONDISI PANAS BUMI
29. KEMENTERIAN ESDM
29
ROAD MAP PANAS BUMI
V. KONDISI PANAS BUMI
*Asumsi: Filipina (1.870 MW) dan Amerika (3.450 MW) tidak mengalami penambahan kapasitas
0 37
110
7.5 60 35
205 215 165 220
866
450
858
650
1,175
999
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
-
1,000.0
2,000.0
3,000.0
4,000.0
5,000.0
6,000.0
7,000.0
8,000.0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
TambahanKapasitas(MW)
RencanaKapasitas(MW)
Rencana Kapasitas Tambahan Kapasitas
Kapasditas Terpasang (per Juli 2017) :
1.698,5 MW Penambahan kapasitas
terpasang 2017 terdiri dari:
1.PLTP Ulubelu Unit 4 (55 MW) (COD
25 April 2017)
2.PLTP Karaha Unit 1 (30 MW)
3.PLTP Sorik Marapi (Modular, 20 MW)
4.PLTP Sarulla Unit 2 (110 MW)
Indonesia
peringkat ke-2
dunia melampaui
Filipina
Indonesia
peringkat ke-1
dunia melampaui
Amerika
30. KEMENTERIAN ESDM
30
RENCANA PENGEMBANGAN PANAS BUMI SAMPAI TAHUN 2025
Road map pengembangan panas bumi s.d. Tahun 2025 dapat diuraikan dalam tabel berikut:
Rencana
Pengembangan
Status April
2017
Rencana Pengembangan (MW)
Total
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Tambahan
Kapasitas (MW)
1,698.5 35 205.0 215.0 195.0 235.0 291.0 350.0 755.0 280.0 968.0 2,375.0 7,241.5
Investasi (Juta
USD)
6,794 140 820 860 780 940 1,164 1,400 3,020 1,120 3,872 9,500 28,966
Serapan Tenaga
Kerja (Orang)
5,096 105 615 645 585 705 873
1,050
2,265 840 2,904 7,125 21,725
Setara Produksi
Minyak
(BOE/YEAR)
7,310,581 150,645 882,349 925,390 839,307 1,011,473 1,252,505 1,506,449 3,249,625 1,205,159 4,166,407 10,222,331 31,168,426
CO2 Reduction 10,177,140 209,714 1,228,327 1,288,246 1,168,409 1,408,082 1,743,625 2,097,144 4,523,839 1,677,715 5,800,101 14,230,620 43,389,909
Target pengembangan panas bumi tersebut dapat dicapai
dengan catatan diperlukan:
1. Adanya regulasi yang harmonis antar sektor (KESDM,
Kehutanan, Keuangan, Pemerintah Daerah, dll);
2. Penyederhanaan perizinan di sektor panas bumi;
3. Pemberian insentif untuk pengembangan panas bumi (tax
holiday, pembebasan bea masuk impor dan PPN, dll);
4. Mengoptimalkan potensi panas bumi pada lapangan-lapangan
besar khususnya WKP yang dikelola PGE;
5. Harga listrik dari panas bumi sesuai dengan keekonomian
pengembangan lapangan;
6. Adanya kebijakan perbankan nasional yang mendukung.
Keterangan:
1 MW = USD 4 Juta
1 MW = 3 Orang Tenaga Kerja
1 SBM = 1,628.2 KWh
Penurunan Emisi CO2 = Produksi Listrik (MWh) x Faktor
Emisi Jaringan
Sumber: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
Sistem Kelistrikan
Faktor Emisi (tonCO2/MWh)
2010 2011 2012 2013
Sistem Interkoneksi Jawa - Madura - Bali 0,730 0,778 0,823 0,855
Sistem Interkoneksi Sumatera 0,749 0,724 0,687 0,668
Sistem Interkoneksi Sulawesi Utara,
Tengah, dan Gorontalo 0,332 0,480 0,600 0,737
Maluku, Nusa Tenggara dan Papua 0,800 0,717
V. KONDISI PANAS BUMI
35. KEMENTERIAN ESDM
35
VI. REGULASI DI BIDANG PANAS BUMI
1. Undang-undang No. 21 Tahun 2014 Tentang Panas Bumi;
2. Peraturan Pemerintah No. 28/2016 Tentang Bonus Produksi;
3. Peraturan Pemerintah No. 7/2017 Tentang Panas Bumi Untuk Pemanfaatan Tidak Langsung;
4. Peraturan Presiden No. 22/2017 Tentang Rencana Umum Energi Nasional;
5. Peraturan Pemerintah No. 9/2012 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
6. Peraturan Pemerintah No. 79/2014 Tentang Kebijakan Energi Nasional;
7. Peraturan Presiden No. 4/2010 Tentang Penugasan kepada PT. PLN untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik
Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara, dan Gas;
8. Peraturan Menteri:
Peraturan Menteri ESDM No. 10/2017 tentang Pokok-Pokok Dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
Peraturan Menteri ESDM No. 12/2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik
Peraturan Menteri ESDM No. 21/2017 tentang Pengelolaan Limbah Lumpur dan Serbuk Bor pada Pemboran Panas Bumi
Peraturan Menteri ESDM No. 23/2017 tentang Tata Cara Rekonsiliasi, Penyetoran dan Pelaporan Bonus Produksi Panas
Bumi
Peraturan Menteri ESDM No. 36/2017 Tentang Tata Cara PSP dan PSPE Panas Bumi;
Peraturan Menteri ESDM No. 37/2017 Tentang Wilayah Kerja Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung;
Peraturan Menteri ESDM No. 44/2016 Tentang Bentuk dan Tata Cara Penempatan Serta Pencairan Komitmen Eksplorasi
Panas Bumi
Peraturan Menteri ESDM No. 17/2014 Tentang Pembelian Tenaga Listrik dari PLTP dan Uap Panas Bumi untuk PLTP oleh
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero);
Peraturan Menteri ESDM No. 40/2014 Tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Daftar Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik
Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas Bumi serta Transmisi Terkait;
Peraturan Menteri ESDM No. 11/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Panas Bumi;
36. KEMENTERIAN ESDM
36
6,51
B-B
6,51
B-B
6,54
B-B
6,52
B-B
6,62
B-B
7,77
max 7,77
8,07
max 8,07
10,39
max 10,39
BPP Regional
Pembelian dari PLTP dan PLTSa
B-B (Kesepakatan Para Pihak)
1
2
3
4
5
6
7
8
5
5
5
5
5
5
9,28
max 9,28
10,14
max 10,14
13,66
max 13,66
12,43
max 12,43
9,04
Max 9,04
10,20
max 10,20
12,75
max 12,75
8,10
max 8,10
17,52
max 17,52
13,68
max 13,68
17,32
max 17,32
13,54
max 13,54
7,86
max 7,86
Wilayah kelistrikan:
1.Nanggroe Aceh Darussalam
2.Sumatera Utara
3.Riau
4.Sumatera Barat
5.Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu
(S2JB)
6. Bangka Belitung
7.Lampung
8.DKI
9.Jawa Barat
10.Jawa Tengah
11.Jawa Timur
12.Bali
13.Kalimantan Barat
14.Kalimantan Selatan dan Tengah
15.Kalimantan Timur
16.Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat
17. Sulawesi Utara dan Gorontalo
18.Nusa Tenggara Barat
19.Nusa Tenggara Timur
20.Maluku
21.Papua
9
10 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Keterangan:
- Berdasarkan BPP Tahun 2017.
Keterangan:
- Berdasarkan BPP Tahun 2017.
“Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan
untuk Penyediaan Tenaga Listrik”
VI. REGULASI DI BIDANG PANAS BUMI
38. KEMENTERIAN ESDM
38
VII. Kebijakan Pengembangan Panas Bumi
Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Panas Bumi
Alur Proses Pengusahaan Panas Bumi
Insentif dalam Pengusahaan Panas Bumi
Penerapan Kebijakan dalam Pengusahaan Panas Bumi
Rencana Pengembangan Panas Bumi Sampai Tahun 2025
Milestone Perkembangan Teknologi Panas Bumi
Program Pengembangan Panas Bumi
Daftar Proyek PLTP yang Masuk dalam Crash Program 10.000 MW Tahap II
(berdasarkan Permen ESDM No. 40/2014)
Penetapan WKP Tahun 2015 dan 2016 serta Rencana Penetapan WKP Tahun 2017
39. KEMENTERIAN ESDM
39
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PANAS BUMI
1. Peningkatan dan harmonisasi kebijakan dan peraturan di bidang panas bumi antara lain:
Menerbitkan UU No. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi dan PP No. 28 Tahun 2016 tentang
Besaran dan Tata Cara Pemberian Bonus Produksi Panas Bumi dan PP No. 7 Tahun 2017
tentang Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung.
Menyusun PP Pemanfaatan Langsung.
Menyempurnakan peraturan Menteri ESDM terkait.
2. Kontribusi panas bumi pada Crash Program 10.000 MW Tahap II yaitu 4.825 MW pada 51 PLTP yang
ditegaskan dalam Perpres No. 04/2010 dan Permen ESDM No. 40/2014.
3. Pemerintah memberikan insentif fiskal bagi pengembangan panas bumi berupa fasilitas pajak
penghasilan (tax allowance) dan fasilitas bea masuk dan pajak dalam rangka impor (bea masuk, PPN
dan PPNBm, PPh atas impor).
4. Untuk mempercepat pengembangan panas bumi, Pemerintah menawarkan Penugasan Survei
Pendahuluan dan Ekpslorai kepada pihak ketiga (investor) dengan melakukan penawaran terbatas
pada tahap pelelangan WKP.
5. Menyesuaikan harga jual listrik panas bumi dengan keekonomian melalui penerbitan Peraturan
Menteri ESDM No. 17/2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari PLTP dan Uap Panas Bumi untuk
PLTP oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) bagi pemegang IPB yang telah mempunyai PPA
sebelum terbitnya Permen ESDM No. 12 Tahun 2017.
6. Menerbitkan Permen ESDM No. 12 Tahun 2017 dengan spirit penyediaan listrik yang efisien
sehingga subsidi listrik tidak membebani APBN dan masyarakat mendapatkan tarif listrik yang lebih
baik termasuk pengusahaan Panas Bumi harus lebih efisien agar harga listrik Panas Bumi dapat
bersaing.
VII. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI
40. KEMENTERIAN ESDM
40
PROSES PENGUSAHAAN PANAS BUMI
+ 10 bulan
Eksplorasi: 3+1+1 Tahun
Dan 2 Tahun FS
BERDASARKAN PP 59/2007 jo 75/2014:
Penugasan Kepada
BUMN
BERDASARKAN PP 7 TAHUN 2017
Pelelangan WKP:
• Pelelangan Terbuka
(Survey oleh
Pemerintah)
• Pelelangan Terbatas
(Survey oleh Swasta)
30 Tahun
30 Tahun
PSP Swasta
Penetapan
WKP
Pelelangan
WKP
(Lelang Harga)
Penerbitan
IPB
PJBL
FS
Pemanfaatan
SP
Pemerintah
/ Pemda Tidak dilanjutkan
karena harga PJBL
tidak ekonomis
Penetapan
WKP
Penerbitan
IPB
PJBL PemanfaatanPenugasan
kepada PLN
utk membeli
Penerbitan
IUPTL
SP & SPE
Pemerintah
PSP & PSPE
Swasta
Tidak dilanjutkan
krn tidak ekonomis
IPB = Izin Panas Bumi IUPTL = Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PJBL = Perjanjian Jual Beli Listrik FS = Feasibility StudySP = Survey Pendahuluan PSP = Penugasan Survey Pendahuluan
Penugasan
kepada PLN
utk membeli
Penerbitan
IUPTL
Eksplorasi: 5+1+1
Tahun
Biaya diganti
Pemerintah.?
Subsidi (pengganti energi
yang lebih mahal) ?
FS
VII. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI
41. KEMENTERIAN ESDM
41
1. Peraturan Pemerintah No 18
Tahun 2015
2. Peraturan Menteri ESDM No
Tahun 2015
3. Peraturan Menteri Keuangan
No 89 Tahun 2015
Fasilitas:
1. Pengurangan PPh Neto 30%
dari nilai investasi selama 6
tahun (investment tax credit)
2. Penyusutan dan amortisasi
dipercepat
3. Pengenaan PPh Dividen 10%
4. Kompensasi Kerugian 5-10
tahun
Panas Bumi: KBLI 06202
Min. Investasi: Rp 100 Milyar
TAX
ALLOWANCE
1. Peraturan Menteri Keuangan
No 177 Tahun 2007
2. Peraturan Menteri Keuangan
No 142 Tahun 2015
3. Peraturan Menteri Keuangan
No 107 Tahun 2016
Pengoperasian barang dan mesin
pada pengusahaan Panas Bumi
Syarat:
1. Barang belum dapat
diproduksi di dalam negeri
2. Barang sudah diproduksi di
dalam negeri namun belum
memenuhi spesifikasi yang
dibutuhkan
3. Barang sudah diproduksi di
dalam negeri namun
jumlahnya belum mencukupi
kebutuhan industri
FASILITAS BEA
MASUK
FASILITAS BEA
MASUK
Peraturan Menteri
Keuangan No 172 Tahun
2016
Pengurangan PBB atas
tubuh bumi sampai 100%
untuk tahap Eksplorasi
Fasilitas dapat diperoleh
untuk pemegang IPB
selama 5 tahun dan
perpanjangan 2 tahun
Dimulai tahun 2017
PEMBEBASAN
PBB
VII. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI
INSENTIF DALAM PENGUSAHAAN PANAS BUMI
42. KEMENTERIAN ESDM
42
No. Uraian
WKP Sebelum UU
No.27/2003
WKP Setelah
UU No.27 Tahun 2003
WKP Setelah
UU No.21 Tahun 2014
1 Struktur
Pengusahaan
JOC dan ESC Izin Usaha Pertambangan
Panas Bumi (IUP)
Izin Usaha
Ketenagalistrikan untuk
Umum (IUKU)
Izin Panas Bumi (IPB)
2 Pola
Pengusahaan
Total project dan Partial
project
Total project Total project
3 Bagian
Pemerintah
34% dari Net Operating
Income (NOI) termasuk
semua pajak-pajak
kecuali pajak
perseorangan
Bagian Pemerintah berupa
pajak dan PNBP
Bagian Pemerintah berupa
pajak dan PNBP
4 Manajemen
Proyek
Pertamina (JOC)
PLN (ESC)
Pemegang IUP Pemegang IPB
PENERAPAN KEBIJAKAN DALAM PENGUSAHAAN PANAS BUMI
VII. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI
43. KEMENTERIAN ESDM
43
• Fast Track Program (FTP) II (51 proyek)
Jangka Waktu s.d. 2025
• Pengembangan Lapangan Eksisting yang Sudah Berproduksi : 405 MW
• Pengembangan Lapangan Eksisting yang Belum Berproduksi : 1520 MW
• Pengembangan WKP Baru : 2900 MW
Total Pengembangan Panas Bumi 4825 MW
• Program 35 GW (16 proyek)
Jangka Waktu: 2015 - 2019
• Konstruksi : 70 MW
• Eksplorasi : 635 MW
• Pengadaan : 20 MW
Total Pengembangan Panas Bumi 725 MW
• 7 GW Program (11 projects)
Jangka Waktu: 2015 - 2019
• Konstruksi : 565 MW
• Commercial Operation Date : 85 MW
Total Pengembangan Pans Bumi 650 MW
VII. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI
45. KEMENTERIAN ESDM
45
Penugasan kepada BUMN
Pemerintah akan memberikan penugasan kepada BUMN Panas Bumi dalam rangka pengembangan hulu
dan hilir panas bumi berdasarkan UU 21 tahun 2014
Penugasan Survei Pendahuluan + Eksplorasi
Investor yang memenuhi persyaratan memiliki kesempatan untuk mendapatkan Penugasan Survei
Pendahuluan hingga tahap eksplorasi. Sebagai insentif wilayah kerja akan dilelang melalui mekanisme
penunjukan langsung
Penyederhanaan Perizinan
Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di BKPM, pemangkasan waktu dan jenis perizinan. Peluncuran 3
aplikasi pelayanan publik berbasis online untuk rekomendasi izin tenaga kerja asing, sertifikat kelayakan
penggunaan peralatan, dan penyampaian laporan berkala perkembangan WKP.
Insentif (fiskal & non-fiskal)
Tax allowance & tax holiday
Pengeboran Eksplorasi oleh Pemerintah & Geothermal Fund
Mengoptimalkan pemanfaatan dana Geothermal Fund sebesar USD 300 juta yang dikelola oleh PT. SMI
untuk melakukan eksplorasi sebelum pelelangan WKP. Hal ini juga sebagai upaya mitigasi risiko untuk
menurunkan risiko kegagalan dalam pengembangan panas bumi.
Pelelangan WKP Indonesia Timur
Pemerintah akan fokus melakukan pelelangan WKP di wilayah Indonesia Timur khususnya di daerah yang
memiliki BPP setempat lebih tinggi dari BPP Nasional
VII. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI
46. KEMENTERIAN ESDM
46
Panas Bumi di
Kawasan Hutan
Harga
Pendanaan
Perizinan
Penolakan Masyarakat
KENDALA UTAMA PENGEMBANGAN PANAS BUMI
VII. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI
47. KEMENTERIAN ESDM
47
VIII. Perizinan dan Non Perizinan Sub Sektor
Panas Bumi
Alur Proses Perizinan Investasi Sektor Panas Bumi Melalui Penugasan Survei Pendahuluan dan
Eksplorasi (PSPE)
Perizinan dan Non Perizinan Sub Sektor Panas Bumi
48. KEMENTERIAN ESDM
48
KESDM DJEBTKE
Penyampaian
Feasibility Study
(FS)
Termasuk AMDAL*
untuk Kegiatan
Eksploitasi
INVESTOR
Izin Prinsip
Penanaman
Modal
KEMENKUMHA
M
Pengesahan
Pendirian Badan
Usaha
KESDM DJEBTKE
Permohonan
Penugasan Survei
Pendahuluan dan
Eksplorasi (PSPE)
Izin Usaha
Penyediaan Tenaga
Listrik Sementara
(IUPTLS)
(3 jam)
KEMEN PUPR
Izin Pengusahaan
Sumber Daya Air
(SIPA)
(7 hari kerja)
PEMERINTAH DAERAH
1. Izin Lokasi
(14 hari kerja)
2. Izin Lingkungan
(UKL/UPL)*
3. Izin Gangguan
(HO)
4. Izin Pendirian
Bangunan (IMB)
KEMEN
LINGKUNGAN
HIDUP DAN
KEHUTANAN (KLHK)
1. Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan
(IPPKH) untuk
Hutan Lindung/
Produksi
(52 Hari Kerja)
2. Izin Pemanfaatan
Jasa Lingkungan
Panas Bumi
(IPJLPB) untuk
Hutan Konservasi
(56 Hari kerja)
PTSP BKPM
KESDM DJEBTKE
Penyampaian
Financial
Closed
PT PLN (PERSERO)
Perjanjian Jual
Beli Tenaga
Listrik
(PJBL/PPA)
Izin Usaha
Penyediaan Tenaga
Listrik (IUPTL)
PEMERINTAH
DAERAH
1. Izin Lokasi
(14 hari kerja)
2. Izin Gangguan
(HO)
3. Izin Pendirian
Bangunan (IMB)
SERTIFIKAT LAIK
OPERASI (SLO)
COMMERCIAL
OPERATION DATE (COD)
EKSPLORASI
EKSPLOITASI
KONSTRUKSI
PT PLN (PERSERO)
Surat Penetapan
sebagai Calon
Pengembang Usaha
Penyediaan Listrik
FINISH
* Apabila melibatkan
IPPKH dan/ atau
IPJLPB maka Izin
Lingkungan (UKL/UPL
dan AMDAL) berasal
dari KLHK
KESDM DJEBTKE
PELELANGAN
TERBATAS
IZIN PANAS BUMI
(IPB)
DASAR HUKUM
1. Izin Prinsip
(Perka BKPM No
15/2015)
2. IUPTLS
(Permen ESDM No
15/2016)
3. UKL/UPL dan AMDAL
(Permen LHK No
5/2012)
4. SIPA
(Permen PUPR No
1/2016)
5. IPJLPB
(Permen LHK No
46/2016)
6. IPPKH
(Permen LHK No
50/2016)
7. PJBL
(Permen ESDM No
10/2017)
8. IUPTL
(Permen ESDM
35/2014)
9. SLO
(Permen ESDM No
10/2016)
161
2
3
4
5
10
117
8
9
6
18
17
14
15
13
12
VIII. PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SUB SEKTOR PANAS BUMI
ALUR PROSES PERIZINAN MELALUI PSPE
49. KEMENTERIAN ESDM
49
No. Perizinan dan Non Perizinan Waktu PenerbitanPerizinan/Non Perizinan
1. Izin Panas Bumi (IPB) 7 hari kerja
2. Penugasan Survei Pendahuluan (PSP) Panas Bumi 7 hari kerja
3. Izin Penggunaan Gudang Bahan Peledak Panas Bumi 7 hari kerja
4. Persetujuan Usaha Penunjang Panas Bumi/SKT Panas Bumi 7 hari kerja
5. Rekomendasi Persetujuan Perubahan Penanaman Modal 8 hari kerja
6. Rekomendasi Persetujuan Perubahan Pemegang Saham 8 hari kerja
7. Rekomendasi Persetujuan Perubahan Investasi dan Pembiayaan 8 hari kerja
8. Rekomendasi Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan 8 hari kerja
9. Rekomendasi Persetujuan Perubahan Direksi dan Komisaris 8 hari kerja
10. Rekomendasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) 8 hari kerja
11. Rekomendasi Kompetensi Tenaga Kerja Asing 8 hari kerja
12. Rekomendasi Pembelian dan Penggunaan Bahan Peledak Panas Bumi 5 hari kerja
13. Rekomendasi Pemusnahan Bahan Peledak Panas Bumi 5 hari kerja
14. Penerbitan Sertifikat Kelayakan Penggunaan Peralatan Panas Bumi 7 hari kerja
15. Penerbitan Sertifikat Kelayakan Penggunaan Instalasi Panas Bumi 7 hari kerja
16. Persetujuan Spesifikasi Prosedur Las dan Rekaman Kualifikasi Prosedur Las (WPS/PQR)
serta Kualifikasi Juru Las
7 hari kerja
17. Rekomendasi Rencana Impor Barang Panas Bumi 14 hari kerja
VIII. PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SUB SEKTOR PANAS BUMI
50. KEMENTERIAN ESDM
50
IX. Alur Proses Pengusahaan Panas Bumi
Mekanisme PSP
Mekanisme PSPE
Dokumen Persyaratan PSPE
Penyiapan WK dari Hasil SP, SPE, PSP, dan PSPE
Penyiapan WK dari WK yang IPBnya Berakhir
Penetapan dan Pelelangan WKP
Bagian Pemerintah dari Pengusahaan Panas Bumi
Proporsi Penerimaan Negara
Penerimaan Negara Bukan Pajak di Bidang Panas Bumi
51. KEMENTERIAN ESDM
51
Menteri
Penetapan Wilayah Penugasan Survei
Pendahuluuan (WPSP) atau Wilayah
Penugasan Survei Pendahuluan dan
Eksplorasi (WPSPE) dilakukan dengan
ketentuan:
a. apabila suatu wilayah diperkirakan
terdapat potensi Panas Bumi untuk
pemanfaatan tidak langsung; dan
b. setelah berkoordinasi dengan Badan
Geologi.
Bupati/Walikota
mengusulkan
Penetapan
WPSP
Penetapan
WPSPE
Gubernur
Pihak Lain
Penetapan Wilayah
Penugasan
Penawaran
WPSP
Penawaran
WPSPE
Penugasan Survei
Pendahuluan
Penugasan Survei
Pendahuluan dan
Eksplorasi
Perguruan Tinggi dan
Lembaga Penelitian
Badan Usaha
IX. ALUR PROSES PENGUSAHAAN PANAS BUMI
52. KEMENTERIAN ESDM
52
Penugasan Survei Pendahuluan yang selanjutnya disingkat PSP adalah penugasan yang diberikan oleh Menteri untuk
melaksanakan kegiatan Survei Pendahuluan.
Kegiatan PSP meliputi:
a. survei geologi;
b. survei geokimia;
c. survei geofisika; dan
d. evaluasi terpadu.
Dalam hal diperlukan, terhadap kegiatan PSP dapat dilakukan survei landaian suhu.
1 (satu) WPSP dapat dilakukan PSP oleh lebih dari 1 (satu) perguruan tinggi atau lembaga peneitian.
PSP dilaksanakan atas biaya perguruan tinggi atau lembaga penelitian dan tidak diberikan penggantian.
Menteri
Survei Pendahuluan; dan
Survei Pendahuluan dan Eksplorasi.
Pihak Lain
WILAYAH
TERBUKA
Penugasan Survei Pendahuluan
Perguruan Tinggi, Lembaga
Penelitian
(Berbadan Hukum Indonesia)
Penyiapan
Wilayah Kerja
Menugasi
IX. ALUR PROSES PENGUSAHAAN PANAS BUMI
53. KEMENTERIAN ESDM
53
Permohonan PSP
dilengkapi Dokumen
Persyaratan
Evaluasi
terhadap
Permohonan
PSP
Lengkap
Tidak
Penetapan Pelaksana PSP
Perguruan Tinggi
Lembaga Penelitian
Perguruan tinggi atau lembaga penelitian mengajukan
permohonan kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal dengan dilengkapi:
1. Persyaratan administratif terdiri atas:
a. identitas pemohon;
b. profil pemohon; dan
c. struktur organisasi.
2. Persyaratan teknis terdiri atas:
a. program kerja untuk pelaksanaan PSP; dan
b. mempunyai tenaga ahli di bidang geologi,
geokimia, dan geofisika.
4. Persyaratan keuangan terdiri atas:
a. surat pernyataan kepemilikan dana untuk
kegiatan PSP; dan
b. surat dukungan pendanaan untuk kegiatan PSP.
• Selain berdasarkan penawaran Wilayah Penugasan, perguruan tinggi atau lembaga penelitian dapat mengajukan
permohonan PSP untuk wilayah yang merupakan Wilayah Terbuka Panas Bumi dan belum ditetapkan sebagai WPSP.
• PSP diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan.
Dokumen Persyaratan
Menteri melalui
Direktur Jenderal
7 hari kerja
3 hari kerja
IX. ALUR PROSES PENGUSAHAAN PANAS BUMI
54. KEMENTERIAN ESDM
54
Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi yang selanjutnya disingkat PSPE adalah penugasan yang diberikan oleh
Menteri untuk melaksanakan kegiatan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi.
Kegiatan PSPE meliputi:
a. survei geologi, geokimia, geofisika, dan evaluasi terpadu;
b. pengeboran Sumur Eksplorasi; dan
c. perhitungan cadangan Panas Bumi.
Dalam hal diperlukan, terhadap kegiatan PSPE dapat dilakukan survei landaian suhu.
1 (satu WPSPE) hanya dilakukan PSPE oleh 1 (satu) Badan Usaha.
PSPE dilaksanakan atas biaya Badan Usaha dan tidak diberikan penggantian.
Menteri
Pihak Lain
(Badan Usaha)
WILAYAH
TERBUKA
Penugasan Survei Pendahuluan dan
Eksplorasi
Penyiapan
Wilayah Kerja
Mekanisme
Kontes
Survei Pendahuluan; dan
Survei Pendahuluan dan Eksplorasi.
Menugasi
IX. ALUR PROSES PENGUSAHAAN PANAS BUMI
56. KEMENTERIAN ESDM
56
Badan Usaha mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal dengan dilengkapi:
1. Persyaratan administratif, paling sedikit meliputi:
a. akta pendirian Badan Usaha dan/atau akta perubahan Badan Usaha terakhir;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan
c. profil Perusahaan.
2. Persyaratan teknis, paling sedikit meliputi:
a. program Kerja untuk pelaksanaan PSPE paling sedikit meliputi:
1) tata waktu pelaksanaan PSPE;
2) rencana pembiayaan pelaksanaan PSPE;
3) rencana desain Sumur Eksplorasi;
4) rencana jumlah pengeboran Sumur Eksplorasi;
5) rencana uji sumur; dan
6) rencana penerapan kaidah keteknikan yang baik dan benar, keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
b. kemampuan teknis operasional dengan menunjukkan pengalaman di bidang Panas Bumi.
c. mempunyai tenaga ahli di bidang Panas Bumi.
3. Persyaratan keuangan, paling sedikit meliputi:
a. laporan keuangan tahunan untuk 3 (tiga) tahun terakhir dari Badan Usaha, atau induk perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan
publik dengan opini minimum wajar; dan
b. surat pernyataan kesanggupan menyediakan pendanaan untuk melaksanakan PSPE paling sedikit sebesar US$10.000.000 (sepuluh
juta dolar Amerika Serikat) sebagai Komitmen Eksplorasi.
Dokumen Persyaratan
Sebagian Komitmen Eksplorasi sebesar 5% (lima persen) dari Komitmen Eksplorasi dalam bentuk rekening bersama (escrow account) atau
standby letter of credit pada bank yang berstatus badan usaha milik negara yang berkedudukan di Jakarta.
IX. ALUR PROSES PENGUSAHAAN PANAS BUMI
59. KEMENTERIAN ESDM
59
MEKANISME PENGHITUNGAN BAGIAN PEMERINTAH
DARI PENGUSAHAAN PANAS BUMI (KEPPRES 49/1991)
SESUAI UU NO. 21/2014
WKP EKSISTING:
66% PENGEMBANG
PENERIMAAN
BIAYA
OPERASIONAL
PENERIMAAN BERSIH
34% PEMERINTAH
PNBP
Catatan :
Pehitungan Bonus Produksi
Uap : 1% * Gross Revenue
Listrik : 0,5% * Gross Revenue
Penerimaan Bersih
Pengembang
PBB
Reimbursement
PPN
Pengembalian
Bonus Produksi
Bonus
Produksi
( - )
( + )
IX. ALUR PROSES PENGUSAHAAN PANAS BUMI
61. KEMENTERIAN ESDM
61
X. Investasi Panas Bumi
Kondisi Umum Investasi Panas Bumi
Peluang Investasi Pengembangan Panas Bumi
Proses Pengembangan Lapangan Uap Geothermal
Estimasi Biaya Investasi Panas Bumi
Daftar WKP yang akan dilelang dan Penugasan
62. KEMENTERIAN ESDM
62
Pertumbuhan yang besar pada penjualan tenaga listrik (rata-rata 8,1%/tahun);
Potensi Panas Bumi sumber daya sebesar 11.073 MW dan cadangan sebesar 17.506 MW
yang tersebar hampir di seluruh Indonesia (331 titik potensi);
Pemerintah telah menggulirkan program FTP Tahap 2 dengan porsi PLTP sebesar 4.825 MW
pada 51 proyek PLTP;
Kebijakan Energi Nasional telah mentargetkan sebesar 7.241,5 MW pada 2025 dari
Pembangkit Listrik dari Panas Bumi;
Harga Minyak bumi akan meningkat seiring dengan berkurangnya cadangan minyak bumi;
Pemanfaatan panas bumi akan mengurangi emisi CO2 yang menyebabkan efek gas rumah
kaca;
Meningkatnya pemahaman masyarakat dunia akan pentingnya penggunaan energi yang
bersih dan ramah lingkungan;
X. INVESTASI PANAS BUMI
KONDISI UMUM INVESTASI PANAS BUMI
63. KEMENTERIAN ESDM
63
Dibutuhkan Investasi mencapai USD 20 Milyar untuk pengembangan 4.825 MW pembangkitan
tenaga listrik panas bumi pada program FTP II 10.000 MW;
Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan dukungan internasional dalam konteks pembiayaan,
teknologi, sumber daya manusia dan bantuan teknis;
Kepemilikan saham asing dalam bisnis panas bumi di perbolehkan hingga 95%;
Kesempatan pengusahaan lain dalam bidang panas bumi:
Pemanfaatan langsung panas bumi;
Potensi panas bumi entalphi rendah;
Pembangkit listrik kapasitas kecil;
Services company untuk mendukung usaha inti panas bumi;
Akses pengusahaan panas bumi dapat melalui tahapan:
Penugasan Survei Pendahuluan panas bumi dan PSP + Eksplorasi;
Partisipasi melalui proses lelang WKP Panas Bumi.
PELUANG INVESTASI PANAS BUMI
X. INVESTASI PANAS BUMI
65. KEMENTERIAN ESDM
65
Biaya Eksporasi = 8-9% biaya Total Proyek
Sumber: S. Sudarman, 2009
Struktur Biaya Pengembangan > 110 MW
Estimasi Investasi US$ 4 juta/MW
Survei
Eksplorasi
1 - 2%
Sumur
Eksplorasi
7%
Sumur
Pengemba
ngan
27 - 28%
Fas.
Produksi
SAGS
12 - 13%
PLTP
53 - 55%
ESTIMASI BIAYA EKSPLORASI (3 LUBANG BOR)
NO JENIS KEGIATAN
ESTIMASI BIAYA
(US$) juta
1. Survey Geologi, Geofisika, Geokimia
(meneNtukan tapak bor)
7
2. AMDAL, SIPPA, IPPKH 0,1
3. Pembebasan lahan 1
4. Well Pad + Jalan Masuk
(Asumsi 6 km)
5
5. Sumur 21
TOTAL 34,1
Sumber: diolah dari PT Pertamina Geothermal Energy 2013
X. INVESTASI PANAS BUMI
66. KEMENTERIAN ESDM
66
No WKP
Cadangan
(MW)
Rencana
Pengembangan
(MW)
PSP Rencana DJEBTKE
LELANG TAHUN 2017 (425 MW)
1 Simbolon Samosir, Sumut 150 2 x 55 PT Optima Nusantara Energi -
2 Gunung Hamiding, Maluku
Utara
265 2 x 10 PT Star Energy Geothermal
Indonesia
-
3 Oka-Ile Ange, NTT 40 10 - -
4 Bora Pulu, Sulawesi Tengah 123 40 - -
5 Kepahiang, Bengkulu 180 110 - -
6 Gn. Sirung, NTT 125 5 - -
7 Gn. Geureudong, NAD 130 110 PT Chevron Geothermal -
PENUGASAN TAHUN 2017 TAHAP 1 (210 MW)
8 Gn. Arjuno Welirang, Jatim 185 2 x 55 - PT Geo Dipa Energi
9 Candi Umbul Telomoyo,
Jateng
72 55 - PT Geo Dipa Energi
10 Songa Wayaua, Maluku Utara 140 5 - PT PLN (Persero)
11 Gn. Tangkuban Perahu
1/Ciater, Jawa Barat
140 30 - PT PLN (Persero)
12 Atadei, NTT 40 10 - PT PLN (Persero)
X. INVESTASI PANAS BUMI
DAFTAR WKP YANG AKAN DI LELANG DAN PENUGASAN
67. KEMENTERIAN ESDM
67
No WKP
Cadangan
(MW)
Rencana
Pengembangan
(MW)
PSP Rencana DJEBTKE
PENUGASAN 2017 Tahap 2 (60 MW)
13 Sipaholon Ria-Ria, Sumut 75 20 - PT PLN (Persero)
14 Gn. Endut, Banten 80 40 - PT PLN (Persero)
Government Drilling 2017 (140 MW)
15 Jailolo, Maluku Utara 75 40 - -
16 Bonjol, Sumatera Barat 200 60 - -
17 Danau Ranau, Sumsel-
Lampung
210 40 - -
Lainnya 2018 (1.070 MW)
18 Gn. Gede Pangrango 85 55 PT Pertamina Geothermal
Energy
PT Pertamina Geothermal
Energy
19 Suwawa, Gorontalo 110 20 - -
20 Sembalun, NTB 100 20 PT PLN (Persero) PT PLN (Persero)
21 Gn. Pandan, Jawa Timur 60 40 - -
22 Graho Nyabu, Jambi 200 2 x 55 PT EDC -
23 Gn. Galunggung, Jawa Barat 160 110 PT Energi Kinan Internasional -
X. INVESTASI PANAS BUMI
DAFTAR WKP YANG AKAN DI LELANG DAN PENUGASAN
68. KEMENTERIAN ESDM
68
No WKP
Cadangan
(MW)
Rencana
Pengembangan
(MW)
PSP Rencana DJEBTKE
24 Gn. Wilis, Jawa Timur 50 2 x 10 PT MRI Energy -
25 Gn. Ciremai, Jawa Barat 150 2 x 55 - -
26 Marana, Sulawesi Tengah 36 2 x 10 - -
27 Telaga Ranu, Maluku Utara 85 1 x 5 PT Star Energy Geothermal
Indonesia
-
28 Tanjung Sakti, Sumatera Barat 70 1 x 55 PT Hitay Tanjung Sakti Energi -
29 Sekincau, Lampung 378 110 PT Chevron Geothermal -
30 Hu’u Daha, NTB 65 20 - -
31 Lainea, Sulawesi Tenggara 60 1 x 55 - -
32 Songgoriti, Jawa Timur 60 35 - -
33 Kotamobagu, Sulawesi Utara 410 80 PT Pertamina Geothermal
Energy
-
34 Iyang Argapuro, Jawa Timur 230 220 - -
35 Wapsalit, Maluku 26 5 - -
Government Drilling 2017
36 Waesano, NTT - - - -
37 Bittuang, Sulawesi Utara - - - -
38 Nage, NTT - - - -
X. INVESTASI PANAS BUMI
DAFTAR WKP YANG AKAN DI LELANG DAN PENUGASAN
69. KEMENTERIAN ESDM
69
XI. Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lindungan Lingkungan
Paradigma Keselamatan Kerja
Kerangka Keteknikan Panas Bumi
Peningkatan Keselamatan Panas Bumi
70. KEMENTERIAN ESDM
70
&SNI WAJIB, SKKNI DAN SNI
KESELAMATAN
PEKERJA
KESELAMATAN
UMUM
KESELAMATAN
LINGKUNGAN
KESELAMATAN
INSTALASI
KEAMANAN DAN KESEHATAN
PEKERJA
KECELAKAAN KERJA
KEAMANAN
MASYARAKAT UMUM
LINGKUNGAN
SEKITAR INSTALASI
PENCEMARAN
• BAHAN DAN BAHAN KIMIA YANG
DIGUNAKAN DALAM KEGIATAN
PANAS BUMI
• DESAIN PERALATAN
• TEKNOLOGI (OPERASI, PENGELOLAAN
LINGKUNGAN)
• MATERIAL YANG DIGUNAKAN
• PERALATAN, BAHAN DAN BAHAN
KIMIA PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN PENCEMARAN
LINGKUNGAN
• BAKU MUTU LINGKUNGAN
• SDM
• SISTEM TANGGAP DARURAT
• SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN
INSTALASI
PANAS BUMI
KERUSAKAN
INSTALASI
• STANDARDISASI KOMPETENSI
• TEMPAT KERJA
• LINGKUNGAN KERJA
• PROSEDUR KERJA (SOP)
• NILAI AMBANG BATAS (NAB)
• ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
• TANDA PERINGATAN/LARANGAN
• PEMERIKSAAN KESELAMATAN KERJA
• SERTIFIKAT PERALATAN BERBAHAYA
• TANDA KESELAMATAN PRODUK
• SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
• PENYULUHAN BAHAYA
PANAS
• TANDA PERINGATAN/
LARANGAN
• SERTIFIKAT KELAIKAN
• SERTIFIKAT KOMPETENSI
• TANDA KESELAMATAN
PRODUK
• PROSEDUR OPERASI
DAN PERAWATAN
• SERTIFIKAT KELAIKAN
PERALATAN DAN
INSTALASI
• SERTIFIKAT
KOMPETENSI
• TANDA KESESUAIAN SNI
• KESIAPAN ALAT
PEMADAM
• LATIHAN PEMADAMAN
• TANDA KESELAMATAN
PRODUK
REGULASI
STANDAR
WUJUD
PERLINDUNGAN
PENCEGAHAN
PERSYARATAN
PENGATURAN DAN PENGAWASAN KETEKNIKAN DALAM KEGIATAN USAHA PANAS BUMI
KECELAKAAN
MASY.UMUM
VISI INSTALASI PANAS BUMI YANG AMAN, ANDAL DAN AKRAB LINGKUNGAN (PRINSIP 3A)
PARADIGMA KESELAMATAN KERJA PANAS BUMI
XI. KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINDUNGAN
LINGKUNGAN
71. KEMENTERIAN ESDM
71
KETEKNIKAN PANAS BUMI
Kaidah Keteknikan yang Baik
Produk
Bahan
Instalasi
Peralatan
Instrumentasi
Teknologi Tenaga TeknikAspek
Spesifikasi
Standardisasi
Sertifikasi
Akreditasi
Pemeriksaan Teknis
Uji Fungsi
Seleksi
Audit
standardisasi
Sertifikasi
Akreditasi
Alat
Kualitas Handal Efisien KompetenSasaran
KERANGKA KETEKNIKAN PANAS BUMI
XI. KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINDUNGAN
LINGKUNGAN
72. KEMENTERIAN ESDM
72
PENINGKATAN KESELAMATAN PANAS BUMI
Pemanfaatan di
Sektor Transportasi
Pemanfaatan di
Sektor Industri
Pemanfaatan di
Sektor Komersial
PEMANFAATANPENYEDIAAN
HULU HILIR
SUMBER
DAYA
KLUSTER
PROSES/
TAHAPAN
Pemroduksian
(Eksploitasi)
Pengolahan
Pembangkitan
Penyaluran Penyimpanan
Pencarian
(Eskplorasi)
Sumber
Energi
Pemanfaatan di
Sektor Rumah
Tangga
Pendistribusian
Handal, Aman,
Akurat, Efisien,
Effektif dan
Akrab
Lingkungan
ZERO
ACCIDENT
Penerapan Kaidah Keteknikan
dan Keselamatan Panas Bumi
Penerapan Sanksi Yang Tegas
dan Penghargaan
Monitoring dan Pelaporan
XI. KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINDUNGAN
LINGKUNGAN
73. KEMENTERIAN ESDM
73
Go Green Indonesia !
energi hijau, energi masa depan
www.ebtke.esdm.go.id www.energiterbarukan.net www.konservasienergi.net
Jalan Pegangsaan Timur No. 1 Jakarta 10320; Telp/Faks : 021-39830077/ 021-31901087
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
Terima Kasih
74. KEMENTERIAN ESDM
74
LAMPIRAN
Tabel Roadmap Pengembangan Panas Bumi sampai Tahun 2026
Tabel Produksi Uap Panas Bumi
Tabel Produksi Listrik Panas
Tabel Kapasitas Terpasang PLTP