1. i
GG ЄЄ ớớ tt hh ęę ſſ mm aa ll CC ăă pp ii tt ää ll
ỢỢ VV ξξ ŘŘ VV íí ĕĕ ώώ
Oleh КïaġuŠ Rΐdωāή
Mineral And Industrial Institute
2. ii
GG ЄЄ ớớ tt hh ęę ſſ mm aa ll CC ăă pp ii tt ää ll
ỢỢ VV ξξ ŘŘ VV íí ĕĕ ώώ
Penyusun : КïaġuŠ Rΐdωāή
Editor : Tim Mineral and Industrial Institute
Published :
M I Institute
Mineral And Industrial Institute
Perpustakaan Nasional, ISBN, Ridwan, Kiagus, Mineral And Industrial Institute
Cet.I,2014; xiii + 262 halaman
G Є o t h e r m a l C a p i t a l O v e r v i e w
Jakarta, Mineral And Industrial Institute
ISBN 978-602-98862-2-1
I. Bahasa
II. Judul III. Ridwan, Kiagus
Jl.Arjuna I,Blok AM 17 No.6
Babelan, Pondok Ungu,Bekasi
West Java, Indonesia 17610
Phone/Fax : (021) 8888 1836
Email: illutinati@gmail.com
3. iii
all right reserved
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini
tanpa izin dari penerbit
Kutipan Sanksi Pelanggaran Pasal 44 :
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982
Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak RP 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada untuk suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hap Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ini, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 50.000.000,- (lima puluh juta).
4. iv
KATA PENGANTAR
Oleh : Kiagus Ridwan, Director of Mineral & Industrial Institute
Potensi ragam sumber energi di Indonesia cukup besar. Di sisi lain
kejadian krisis energi merupakan salah satu masalah yang dihadapi
negara-negara diseluruh dunia saat ini khususnya Indonesia,
penurunan tingkat produksi yang dialami dari tahun ke tahun
sedangkan terjadi kenaikan jumlah pemakaian energi konvensional,
sementara cadangan baru sumber energi gas yang berada di laut dalam
(deep sea) yang memungkinkan terdapat potensi kandungan yang
besar masih baru dimulai untuk di eksplorasi. Hal ini membuat
Stakeholders bertekad mencari sumber energi yang dapat diperbaharui
serta mempunyai kemungkinan untuk dikelolah dalam jangka panjang.
Kekurangan pasokan sumber daya energi di Indonesia terutama
energi listrik, seiring dengan penurunan jumlah sumber energi fosil
dan kenaikan pemakaian energi (listrik), hal ini menjadi perhatian kita
semua. Selain sumber energi fosil, Indonesia juga mempunyai potensi
sumber energi terbarukan. Posisi Indonesia terletak diatas lempengan
cincin api (ring of fire) yang konsekwensinya akan rentan terhadap
gempa bumi, yang mana kondisi tersebut terbentuk gugusan gunung
berapi aktif. Namun di sisi lain terdapat potensi kandungan energi
5. v
geothermal atau panas bumi terbesar di dunia (40% cadangan di
dunia) yang dapat dimanfaatkan untuk suplai energi. Ini merupakan
sumber energi yang ramah lingkungan, hal yang menjadi isu penting
dunia saat ini.
Kebutuhan permintaan suplai energi di dalam negeri terus meningkat,
sekitar 7% pertahun. Saat ini pemanfaatan sumber Energi Baru
Terbarukan (EBT) hanya 5%, lebih khusus lagi panas bumi baru
1,4%, padahal Indonesia memungkinkan memiliki kandungan energi
panas bumi terbesar. Dalam skenario mendatang pemanfaatan EBT
akan terus ditingkatkan secara drastis hingga mencapai posisi 17%
pada tahun 2025, yang mana energi panas bumi menempati posisi
5% pemanfaatannya. Kondisi saat ini sudah tepat waktunya bagi
Indonesia memanfaatkan sumber energi terbarukan. Infrastruktur
energi ini telah dimanfaatkan sejak dahulu di Indonesia walau masih
belum optimal, padahal cadangannya sangat besar.
Sistem geothermal di Indonesia umumnya merupakan hydrothermal
yang mempunyai temperatur tinggi (>225O
C), hanya beberapa
diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150-225 O
C). Energi
geothermal bersifat ramah lingkungan bila dibandingkan dengan jenis
lainnya terutama bahan bakar fosil (fossil fuel). Emisi gas CO2 yang
dihasilkan dari jenis geothermal jauh lebih kecil, sehingga bila
dikembangkankan dapat mengurangi bahaya efek rumah kaca dan
6. vi
memiliki kesempatan untuk memanfaatkan Clean Development
Mechanism (CDM), Kyoto Protocol.
UU No 27 tahun 2003 menyatakan bahwa ”energi geothermal adalah
sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan
batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik
semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan
untuk pemanfaatannnya diperlukan proses penambangan”. Penyebaran
sumber daya geothermal sebagian besar mengikuti jalur gunung api di
Bagian Barat Sumatera, Bagian Selatan Jawa, Bali-NTB-NTT,
Sulawesi, Maluku, dan Maluku Utara. Sejak tahun tahun 2012, telah
terindentifikasi lebih dari 265 daerah geothermal diseluruh wilayah
Indonesia dengan dengan total potensi mencapai 28-30 GW, setara
dengan 12 milliar barrel. Cadangan panas bumi Indonesia di atas
perkiraan di seluruh dunia, hanya negara-negara seperti Amerika
Serikat, Filipina, Kenya, Ethiopia, Meksiko, Chili dan Jepang yang
mendekati angka-angka tersebut. Pemanfaatan secara tak langsung
untuk pembangkit tenaga panas bumi skala kecil dan besar. Faktor
kapasitas dari pembangkit listrik panas bumi rata-rata 95%, faktor
kapasitas dari pembangkit listrik yang menggunakan batubara, yang
besarnya hanya 60-70%. Potensi besar ini belum optimal
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi baru terbarukan
sebagai alternatif energi fosil atau minyak dan gas bumi yang
cadangannya sudah semakin menurun, bahkan saat ini Indonesia
sudah menjadi bagian net importer dari energi minyak bumi.
7. vii
Menurut UU 27 Tahun 2003, eksplorasi boleh dilakukan oleh
Pemerintah ataupun Badan Usaha. Akan tetapi, kegiatan pengusahaan
panas bumi hingga tahap eksploitasi mesti dilakukan oleh Badan
Usaha yang telah memperoleh IUP. Jangka waktu untuk kegiatan
eksplorasi minimal 3 tahun sejak IUP diterbitkan, dan dapat
diperpanjang selama 2 kali masing-masing selama 1 tahun. Jangka
waktu untuk studi kelayakan maksimal 2 tahun sejak jangka waktu
masa eksplorasi berakhir. Sedangkan jangka waktu eksploitasi adalah
30 tahun sejak jangka waktu eksplorasi berakhir dan dapat
diperpanjang. Jika dalam waktu 2 tahun sejak jangka waktu
eksplorasi berakhir tidak dilakukan kegiatan eksploitasi, maka
pemegang IUP wajib mengembalikan seluruh WKP kepada
Pemerintah. Luas WKP untuk satu IUP tidak boleh melebihi
200.000 hektar.
Pada PP Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi
sebagai turunan dari UU 27 Tahun 2003, merinci dan menyatakan
bahwa kegiatan usaha panas bumi meliputi :
1. Survey Pendahuluan;
2. Penetapan dan Pelelangan Wilayah Kerja;
3. Eksplorasi;
4. Studi Kelayakan;
5. Eksploitasi;
6. Pemanfaatan.
8. viii
Menurut hasil studi oleh BPPT pada potensi pembangkitan tenaga
listrik skala kecil pun terdapat lebih dari 214 MW PLTD di NTB,
NTT, Maluku dan Maluku Utara yang dapat disubstitusi dengan
PLTP skala kecil, dengan potensi penghematan BBM sebesar 209.000
KL/tahun yang setara dengan Rp. 1,1 trilyun/tahun, subsidi listrik oleh
Pemerintah pada tahun 2014 sebesar Rp 71,306 triliun. Faktor
kapasitas dari pembangkit listrik panas bumi rata-rata 95%. Di dalam
program Pemerintah pembangunan 10.000 MW tahap ke-2, terdapat
44 lokasi baru panas bumi yang sangat potensial sebagai market.
Beberapa hal dari kondisi mitigasi di Indonesia antara lain bahwa
Pemerintah Indonesia telah berupaya mengembangkan potensi
cadangan secara konsisten, juga telah mengidentifikasi lebih banyak
titik lokasi panas bumi yang berbasis sumber daya yang lebih besar
dan lebih tinggi baik. Potensi produktivitas tersebut lebih tinggi dari
pada di kebanyakan negara-negara lain. Biaya pengeboran per
kapasitas MW secara statistik lebih kecil di Indonesia dari pada di
kebanyakan negara lainnya. Studi menunjukkan bahwa profil risiko
pengembangan proyek panas bumi di Indonesia memiliki kelayakan
yang lebih baik.
Pemerintah juga telah mendukung pemanfaatan secara tak langsung
proyek sumber energi geothermal melalui penyediaan dana bergulir
untuk pembiayaan proyek eksplorasi geothermal ini, termasuk
9. ix
penjaminan kepada PLN untuk mendukung percepatan pembangunan
pembangkit listrik 10.000 MW. Usulan Dana Bergulir Efisiensi Energi
pada APBN/APBN-P 2014 sebesar Rp. 500 Milyar. Pusat Investasi
Pemerintah (PIP) merupakan satuan kerja yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU), berdiri
sejak 2007 sebagai operator investasi Pemerintah yang berkedudukan
dibawah Menteri Keuangan. PP No 1 Tahun 2008 Tentang Investasi
Pemerintah menjadi salah satu peraturan yang memayungi berdirinya
PIP, dan dapat juga melalui dana bantuan Climate Fund.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan
harga jual listrik dari panas bumi sebesar US$ 11 sen - US$ 12 sen per
kilowatt hour (kWh). Harga baru yang ditetapkan Pemerintah tersebut
diharapkan bisa menarik minat investor, karena tarif energi
geothermal tersebut sudah sesuai dengan peningkatan biaya
pengeboran yang saat ini mencapai US$ 6 juta-7 juta per sumur,
dibandingkan sebelumnya US$ 3 juta-US$ 4 juta.
Bagi Developer Industry juga cukup bagus, karena nilai
return sudah lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan kenaikan harga ini,
maka bisnis panas bumi tetap menarik dikembangkan. Bagi PLN,
harga baru tersebut juga cukup menguntungkan karena lebih rendah
jika dibandingkan produksi listrik yang mengunakan bahan bakar
minyak (BBM).
10. x
Sementara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) yang
sudah beroperasi, perubahan harganya akan disesuaikan berdasarkan
hasil renegosiasi dengan PLN. Harga baru listrik geothermal tersebut
berdasarkan revisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2012
tentang Penugasan kepada PT PLN (Persero), untuk Melakukan
Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP) dan Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik dari PLTP.
Sesuai Permen ESDM 22 Tahun 2012 itu, harga listrik panas bumi
berkisar US$ 10 sen - US$ 18,5 sen per kWh berdasarkan wilayah.
Dana pihak asing sudah mulai nampak tumbuh dengan baik tingkat
minat investasi mereka. Para investor yang telah menginvestasikan
dananya dan bermitra dengan perusahaan dalam negeri di proyek
geothermal diantaranya perusahaan-perusahaan industri dari Amerika,
Jerman, Jepang, Singapura, Australia, Selandia Baru, Turki, Korea,
dan lainnya. Belum lagi ditambah dana Geothermal Fund berjumlah
triliunan berupa bantuan pembiayaan proyek eksplorasi geothermal di
Indonesia. Sehingga saat ini sudah cukup banyak perusahaan joint
investment yang akan mlakukan tahap survey dan eksplorasi panas
bumi di Indonesia termasuk dari BUMN/BUMD.
Kawasan yang berpotensi mengandung sumber geothermal ini dapat
kita ketahui antara lain dengan manifestasi berupa kandungan
belerang, lumpur panas yang aktif, semburan uap gas dan air panas
11. xi
yang keluar dari perut bumi, serta dapat kita lihat semburan uap air
dengan naungan kabut yang cukup mengesankan. Potensi
pemanfaatan lain secara langsung yaitu untuk pengeringan produk
pertanian dan perkebunan (agroindustri), perikanan, green house,
space heating, pemandian air panas, riset, study tour, dan eco-tourism
untuk mendukung sektor usaha UKM. Wilayah geothermal biasanya
berada di daerah pegunungan hutan lindung yang asri, sejuk, lengkap
dengan keindahan panorama alam, sehingga baik pula bila di kemas
menjadi area Geothermal Tourism yang eco villages.
Tentunya harapan kita semua bahwa cita-cita Pemerintah untuk
membangun industri energi terbarukan khususnya geothermal dari
hulu ke hilir yang kuat dan mandiri kepentingan memenuhi
kebutuhan kesejahteraan rakyat dapat tercapai dengan mantap. Buku
ini tentunya masih perlu dikembangkan lagi agar semakin padat
pengetahuannya. Ucapan terima kasih dihaturkan bagi rekan, relasi,
dan institusi khususnya Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan MII
yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian
penyusunan buku ini. Semoga Tuhan memberi rahmat. Aamiin.
Salam dari Jakarta, Desember 2013
Kiagus Ridwan
Director of Mineral & Industrial Institute
12. xii
DAFTAR ISI HALAMAN
GLOBAL ISSUE ....................................................................... …1
Green Tech & Sciences....................................................................2
GEOTHERMAL ENERGY ROLE IN INDONESIA ....................5
New Energy Resource & Renewable ................................................5
Energy Reserves in Indonesia ............................................................5
GEOTHERMAL ENERGY ..........................................................13
Terbentuknya Geothermal ...............................................................15
Persyaratan Utama Untuk Pembentukan Sistem Geothermal............15
Geothermal Initial Benefit ...............................................................16
GEOTHERMAL POTENTIAL MAP ......................................... .21
Energi Panas Bumi Dapat Diandalkan Untuk Pemenuhan Beban
Dasar Listrik Secara Berkelanjutan..................................................26
Potensi Besar Geothermal Plant Yang Sudah Terbangun ................26
SISTEM GEOTHERMAL INDONESIA ....................................33
Energi Panas Bumi Ramah Lingkungan..........................................36
Klasifikasi Potensi Energi Geothermal di Indonesia.........................39
Geothermal Kondisional..................................................................41
Sifat Alam Sistem Panas Bumi ........................................................42
13. xiii
Metodologi Eksplorasi dan Biaya ....................................................44
Geothermal Well Logging Operation…………………… ................55
Static Formation Tempetature Test (SFTT)......................................59
Probabilitas Dalam Perhitungan Sumber Daya Geothermal..............63
Pengembangan Sumur Lapangan (Wellfield)...................................66
Fasilitas Produksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)..68
1. Sumur Produksi (Production Wells) .....................................69
2. Kepala Sumur (Wellhead) ....................................................70
3. Wellpad ...............................................................................72
4. Pipa Alir...............................................................................73
5. Steam Receiving Heater.......................................................74
6. Separator dan Demister ........................................................75
7. Condensate Traps.................................................................76
8. Scrubber...............................................................................76
9. Turbin Generator..................................................................77
10. Kondensor .........................................................................78
11. Sistem Pembuang Gas (Gas Removal System / GRS)........79
12. Main Control Water Pump ................................................79
13. Menara Pendingin (Cooling Tower) ..................................79
14. Sumur Injeksi (Injection Wells).........................................81
15. Switchyard........................................................................81
Desain, Industri, dan Ereksi Fasilitas Permukaan .............................82
Operasi dan Pemeliharaan................................................................83
Pengkajian Risiko Versus Biaya ......................................................85
14. xiv
EKSPLORASI DAN PEMBANGUNAN GEOTHERMAL
DI INDONESIA .......................................................................... ..88
Sistem dan Kegiatan Eksplorasi..................................................... ..88
Eksplorasi Pertama di Indonesia .................................................... 100
Kegiatan Pengembangan Awal ...................................................... 100
Perluasan Partisipasi Swasta dalam Pembangunan Geothermal...... 110
Krisis Pasar Internasional dan Penurunan nilai Industri.................. 115
Melangkah ke Depan Lagi (Keep Moving Forward) ...................... 119
RISIKO SUMBER DAYA PANAS BUMI DI INDONESIA ..... 126
Basis Sumber Daya Yang Memadai .............................................. 127
Produktifitas Sumur Yang Memadai ............................................. 129
Biaya Pengeboran Per Sumur Dapat Diterima ............................... 133
Cairan Kimia / Tidak Berbahaya / Ramah Lingkungan ................. 134
Memahami Kurva Efek Pada Risiko Sumber Daya ........................ 135
Kuantifikasi Risiko Sumber Daya Keseluruhan.............................. 136
Risiko Mempengaruhi Semua Proyek Energi di Indonesia ............. 142
Metode Mitigasi Risiko di Indonesia.............................................. 146
Komponen Biaya Pengembangan Lapangan Uap (Steam Field)
dan Biaya Pembangkit Listrik....................................................... 149
Garis Besar Penilaian Kelayakan Pengembangan Lapangan
Geothermal .................................................................................... 155
Resiko Eksplorasi, Eksploitasi dan Pengembangan Lapangan
Geothermal .................................................................................... 158
15. xv
OPSI MITIGASI UNTUK RISIKO SUMBER DAYA
GEOTHERMAL DI INDONESIA.............................................. 166
Pendekatan Mitigasi Risiko Geothermal Untuk Pertimbangan
di Indonesia.................................................................................. .168
Mitigasi Risiko Dalam Tahap Eksplorasi....................................... 170
Mitigasi Risiko Penemuan Sumber Daya (Confirmation step)........ 171
ACUAN UNTUK PENGEMBANGAN PANAS BUMI ............. 177
Advantages of Geothermal Energy ................................................ 179
Types Geothermal Resources......................................................... 183
Major Planning Criteria for Geothermal Well Potential.................. 184
Risk Definition.............................................................................. 184
Risk Identification ........................................................................ 185
POSISI TENAGA OPERASIONAL PADA PERUSAHAAN
GEOTHERMAL.......................................................................... 192
PEMANFAATAN ENERGI GEOTHERMAL .......................... 195
Tahapan Terbaru Kegiatan Pengembangan Geothermal
di Indonesia……………………………………………….............. 205
PHILOSOPHY & BUSINESS THINKING PEMANFAATAN
ENERGI GEOTHERMAL…...................................................... 213
GEOTHERMAL CAPITAL RESOURCES............................... 223
Desain Kebijakan Fiskal ................................................................ 223
16. xvi
Peran Kementerian Keuangan........................................................ 223
Instrument Insentif Fiskal. ............................................................. 224
Insentif Yang Telah Diberikan Pada Sektor Energi Terbarukan...... 225
Skema Pembiayaan PIP Untuk Proyek Ramah Lingkungan ........... 226
Emission Reduction Investment (ERI) Program............................. 227
Type Investasi ERI Program…. ..................................................... 231
Fasilitas Fiskal Untuk Ketahanan Energi.............................................. 229
a. Fasilitas Pada PPh...................................................................... 229
b. Fasilitas Pada PPN………………………………………….230
c. Fasilitas pada Bea Masuk…………………………………...231
d. Melalui Pembiayaan dan Pusat Investasi
Pemerintah…………………………………………….…...232
Opsi Perluasan Pemberian Instrument Fiskal ................................. 233
Geothermal Fund Global Program ................................................. 234
Rencana Investasi dan Status CTF Indonesia ................................. 237
Clean Development Mechanism (CDM) ........................................ 246
CDM Terhadap Keekonomian Proyek ........................................... 247
Prospektif CDM Geothermal Sampai Dengan 2012 ....................... 248
APPENDIX GEOTHERMAL COST ACTIVITIES
REVIEW...................................................................................... 249
REFERENSI…………………….………………….….…….……271
17. xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Roadmap Visi Energi oleh Kementerian ESDM ................8
Gambar 2. Kebijakan Energi Nasional oleh Kementerian ESDM ......... .9
Gambar 3. Visi Energi Baru Terbarukan, Kementerian ESDM..............10
Gambar 4. Rasio Elektrifikasi................................................................11
Gambar 5a. Perkembangan industri panas bumi di dunia.......................13
Gambar 5b. Perkembangan industri panas bumi di Indonesia ................14
Gambar 5c. Mata air panas (hot spring)..................................................20
Gambar 6. Biaya Project ........................................................................21
Gambar 7. Seepage yang muncul di danau sebagai bentuk lain dari
manifestasi panas bumi........................................................21
Gambar 8. Peta daerah potensi geothermal di Indonesia .......................23
Gambar 9. Tampak sistem energi geothermal yang berada
didalam perut bumi..............................................................27
Gambar 10. Jenis aplikasi teknologi yang dapat digunakan ...................28
Gambar 11. Persentase pengunaan energi nasional dalam mix energy ...29
Gambar 12. Beragam manfaat panas bumi yang dapat digunakan
berdasarkan tingkat temperaturnya......................................30
Gambar 13. Perbandingan luas tanah yang dibutuhkan untuk
membangun production plant antara PLTP dan PLTU .......31
Gambar 15. Roadmap Pengembangan pemanfaatan sumber
daya energi, diharapkan pada tahun 2025 energi
geothermal dapat mensuplai 5 persen dari total kebutuhan
energi nasional.....................................................................32
18. xviii
Gambar 16a. Suasana manifestasi ground surface..................................35
Gambar 16b. Suasana lingkungan koneksi geothermal di
Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat ....................................37
Gambar 16c. Tebaran potensi geothermal pada Ring of Fire..................40
Gambar 17. Operasi Logging Sumur Panas Bumi ..................................59
Gambar 18. Example of geo-indicators : Epidote...................................60
Gambar 19. SFTT survey preparation.....................................................61
Gambar 20. Build Up Temperature to Inverse Time Function................62
Gambar 21. Perhitungan potensi geothermal Metode Biasa ...................64
Gambar 22. Perhitungan potensi geothermal dengan Metode
Probabilitas Monte Carlo.....................................................65
Gambar 23. Sumur geothermal ...............................................................69
Gambar 24. Kepala Sumur pada sumur geothermal................................70
Gambar 25. Silencer beserta Thermal Pond in site geothermal ..............71
Gambar 26. Rock muffer di lapangan geothermal ...................................72
Gambar 27. Wellpad di lapangan Kamojang...........................................73
Gambar 28. Pipa alir dilapangan geothermal ..........................................74
Gambar 29. Separator di lapangan geothermal .......................................75
Gambar 30. Scrubber ..............................................................................76
Gambar 31. Turbin Generator .................................................................77
Gambar 32. Mechanical Draft Cooling Tower .......................................80
Gambar 33. Switchyard...........................................................................82
Gambar 34. Tampak surface manifestasi pada permukaan tanah...........88
Gambar 35. Ilustrasi aktifitas terbentuknya geothermal .........................89
19. xix
Gambar 36. Aktifitas geochemical sample atau sifat panas pada
pengambilan sample batuan pada fumarole......................90
Gambar 37. Aktifitas geochemical sample atau sifat panas pada
pengambilan sample batuan pada temperatur air panas....90
Gambar 38. Aktifitas geochemical sample pada pengambilan
gas sample.........................................................................91
Gambar 39. Aktifitas geologi pada remote sensing dan mapping..........91
Gambar 40. Mengintergrasikan interpretasi dari kombinasi
Aktifitas panas di area, geology, geochemistry, dan
geophysics Kedalam sebuah model konsep ......................92
Gambar 41. Aktifitas pengeboran eksplorasi ..........................................93
Gambar 42. Desain untuk type sumur geothermal ..................................94
Gambar 43. (a),(b),(c) : Beberapa kendala yang dihadapi dalam
kegiatan eksplorasi, dan solusi yang dapat dilakukan .........96
Gambar 44. Proses pada teknik pengeboran sumur geothermal ............97
Gambar 45. Effective Reservoir Management.......................................98
Gambar 46. Perangkat menunjang aktifitas pengeboran........................98
Gambar 47. Kebutuhan tenaga profesional untuk pelaksanaan .............99
Gambar 48. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ................99
Gambar 49. Suasana kerja dilingkungan instalasi produksi ........... 165
Gambar 50. Tahapan proses kegiatan pengusahaan bisnis
panas bumi menurut UU No.27.2003 Tentang Panas
Bumi......................................................................... 176
Gambar 51. WKP pengusahaan bisnis panas bumi........................ 177
Gambar 52. Status aktifitas kegiatan panas bumi yang dilakukan
20. xx
oleh perusahaan-perusahaan panas bumi dari seluruh
total titik lokasi panas bumi yang telah diketahui....... 178
Gambar 53. Area drilling target pada sistem panas bumi............... 180
Gambar 54. Aktifitas Geo-Sains umencari sumur panas bumi....... 180
Gambar 55. Contoh kriteria penetapan WKP Panas bumi
(PERMEN ESDM No.11/2008) ................................ 181
Gambar 56. Alur kegiatan usaha panas bumi dari segi
peraturan Undang-Undang
(dibaca dari baris bawah ke baris atas)....................... 182
Gambar 57. Alur kegiatan usaha panas bumi dari segi
teknis (dibaca dari baris bawah ke baris atas) ............ 182
Gambar 58. Hot Spring................................................................. 188
Gambar 59. Lapangan panas bumi ................................................ 188
Gambar 60. Power Plant ............................................................... 189
Gambar 61. Proses aliran uap air geothermal dari sumur bor
produksi hingga menjadi energi listrik....................... 189
Gambar 62. Sistem pemanfaatan energi geothermal secara
tak langsung.............................................................. 190
Gambar 63. Sistem pemanfaatan energi geothermal
secara langsung......................................................... 191
Gambar 64. Skematis pemanfaatan energi geothermal
untuk PLTP............................................................... 194
Gambar 65. Beberapa pemandangan pemanfaatan energi
geothermal baik secara langsung maupun
21. xxi
tak langsung.............................................................. 195
Gambar 66. Pemanfaatan energi geothermal dengan mengunakan
tenologi Back Pressure Steam Turbine System .......... 196
Gambar 67. Pemanfaatan energi geothermal dengan
mengunakan tenologi
Condensing Steam Turbine system ........................... 197
Gambar 68. Pemanfaatan energi geothermal dengan
mengunakan tenologi Binary Cycle System............... 198
Gambar 69. Plant Production PLTP .............................................. 199
Gambar 70. Sumur Produksi......................................................... 199
Gambar 71. Roadmap pengembangan PLTP Skala kecil............... 202
Gambar 72. Perangkat Control System ......................................... 203
Gambar 73. Proses Survei dan Lelang Wilayah Konsesi
Pertambangan Panas Bumi........................................ 204
Gambar 74. Kegiatan Pengembangan Panas Bumi ........................ 208
Gambar 75. Output Kegiatan Pengembangan Panas Bumi ............ 209
Gambar 76. Alur proses bisnis pemanfaatan geothermal
secara tak langsung ................................................... 210
Gambar 77. Alur proses bisnis eksplorasi geothermal sesuai
ketentuan Pemerintah Pusat dan Daerah .................... 211
Gambar 78. Cycle Generating PLTP............................................. 212
Gambar 79. Stakeholders bisnis geothermal................................. 214
Gambar 80. Potensi pengembangan bisnis geothermal .................. 215
Gambar 81. Skema bisnis geothermal ........................................... 216
22. xxii
Gambar 82. Value Chain............................................................... 249
Gambar 83. Jalur prospek panas bumi........................................... 250
Gambar 84. Konfigurasi Sumur .................................................... 252
Gambar 85. Biaya eksplorasi ........................................................ 253
Gambar 86. Biaya Sumur.............................................................. 255
Gambar 87. Perkiraan Biaya Fsiltas Produksi................................ 258
Gambar 88. Penentuan Parameter Ekonomi .................................. 259
Gambar 89. Poto-poto peserta Diklat Geothermal di
Persatuan Insinyur Indonesia (PII),
Jalan Halimun 39, Jakarta.......................................... 266
23. xxiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Negara yang telah memanfaatkan sumber
energi terbarukan......................................................................12
Tabel 2. Perkiraan kebutuhan tenaga kerja .............................................22
Tabel 3. Titik potensi sumber energi geothermal....................................24
Tabel 4. Perusahaan yang telah memproduksi energi geothermal .........31
Tabel 5. Biaya eksplorasi dan pengembangan sumur geothermal .........54
Tabel 6. Pengeluaran dan harga listrik, yang dikembangkan swasta .... 113
Tabel 7. Contoh jadwal kegiatan pemboran di blok Ulubelu
dan Lumut Balai .............................................................. 217
Tabel 8. Percepatan pembangunan PLTP dalam proyek
pembangkit listrik 10.000 MW di tahap II pada jaringan
listrik sistem Jawa-Madura-Bali..................................... 218
Tabel 9. Percepatan pembangunan PLTP dalam proyek
pembangkit listrik 10.000 MW di tahap II pada jaringan
listrik sistem Sumatera................................................... 219
Tabel 10. Percepatan pembangunan PLTP dalam proyek
pembangkit listrik 10.000 MW di tahap II pada jaringan
listrik sistem Sulawesi ................................................... 220
Tabel 11. Percepatan pembangunan PLTP dalam proyek
pembangkit listrik 10.000 MW di tahap II pada jaringan
listrik sistem Nusa Tenggara.......................................... 221
Tabel 12. Percepatan pembangunan PLTP dalam proyek
24. xxiv
pembangkit listrik 10.000 MW di tahap II pada jaringan
listrik sistem Maluku ..................................................... 222
Tabel 13. Bagian status CTF Indonesia ........................................ 241
Tabel 14. Biaya Eksplorasi ........................................................... 254
Tabel 15. Unit Cost Biaya Eksplorasi Dari Beberapa Literatur
(Hence, 2005)................................................................ 254
Tabel 16. Asumsi-asumsi biaya eksplorasi.................................... 255
Tabel 17. Komponen Biaya Untuk Fasiltas Penunjang .................. 257
25. 1
GLOBAL ISSUE
Abad ke-21 telah disebut sebagai "abad lingkungan", Pemerintah dan
warga negara tidak bisa lagi berasumsi bahwa tantangan sosial seperti
polusi, menyusutnya sumber daya alam dan perubahan iklim (climate
change) sebagai isu global (global issue) hanya menjadi wacana bagi
generasi mendatang, namun harus di atasi mulai sekarang dengan
melibatkan semua pihak dimana pun mereka berada.
Gerakan teknologi hijau berinisiatif merancang peran aktif untuk
menginformasikan upaya-upaya Pemerintah terhadap keberlanjutan
pembangunan, menyediakan forum di mana Pemerintah dapat
berkomunikasi dengan mereka yang aktif di sektor swasta yang
mengembangkan dan mendistribusikan teknologi hijau. Bidang
"teknologi hijau" merujuk pada penerapan pengetahuan untuk tujuan
praktis, mencakup kelompok yang terus berkembang dalam metode
dan bahan, dari teknik untuk menghasilkan produk yang aman
terhadap lingkungan. Harapan ini adalah bahwa bidang ini akan
membawa inovasi dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari untuk
kesejahteraan kehidupan umat manusia secara berkelanjutan (green
technology for human lifes sustainablity), besarnya perubahan yang
diharapkan booming issue sebagaimana dengan gencarnya isu
teknologi informasi selama beberapa dekade terakhir ini.
26. 2
Tujuan yang menginformasikan perkembangan di bidang ini
berkembang pesat meliputi keberlanjutan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat, dengan cara yang dapat sustainable ke masa depan tanpa
merusak atau menghabiskan sumber daya alam. Singkatnya, terlebih
dahulu melakukan pemenuhan kebutuhan generasi saat ini sekaligus
memenuhi kebutuhan generasi masa mendatang, karena siklus produk
yang diciptakan diharapkan dapat sepenuhnya digunakan kembali
(recycle and reusable).
Strategi mengurangi sumber limbah dan polusi dengan dilakukan
dengan mengubah pola produksi dan konsumsi. Seperti
mengupayakan inovasi pengembangan alternatif bagi teknologi bahan
bakar fosil dan teknologi kimia pertanian intensif ramah lingkungan
yang telah direkomendasikan untuk tidak merusak kesehatan dan
lingkungan. Viabilitas menciptakan suatu pusat kegiatan ekonomi di
seluruh teknologi dan produk yang menguntungkan lingkungan,
menciptakan valu creation, proses mempercepat pelaksanaannya dan
menciptakan peluang karir.
Green Tech & Sciences
Isu Green Tech & Sciences sudah cukup menggema di Indonesia,
ilmu pengetahuan ini dapat mencakup beberapa lingkup segmen
seperti diantaranya :
27. 3
● Advanced Vehicles & Fuels
● Basic Sciences
● Biomass
● Buildings
● Computational Science
● Electric Infrastructure Systems
● Geothermal
● Hydrogen & Fuel Cells
● Solar
● Wind
Beragam contoh Green Technology Subject Areas seperti:
Energy
Mungkin masalah yang paling mendesak untuk mendukung
teknologi hijau, ini termasuk pengembangan bahan bakar
alternatif baru dan terbarukan, yang diharapkan dapat
menghasilkan energi baru yang lebih efisiensi.
Green buildings
Bangunan ramah lingkungan ini meliputi segala sesuatu dari
pilihan jenis material bahan bangunan untuk pembangunan.
28. 4
Environmentally preferred purchasing
Inovasi ini melibatkan Pemerintah untuk memperoleh produk
yang isi dan metode produksinya memiliki dampak sekecil
mungkin terhadap lingkungan, dan menjadi keharusan bagi
pilihan pembelian barangan dan jasa bagi proyek Pemerintah.
Green chemistry
Penemuan, desain dan aplikasi produk kimia dan proses untuk
mengurangi ataupun menghilangkan penggunaan dan generasi
zat berbahaya bagi lingkungan.
Green nanotechnology
Nano teknologi melibatkan manipulasi bahan pada skala
nanometer (satu milliar meter). Beberapa ilmuwan percaya
bahwa penguasaan subjek ini di masa mendatang akan
mengubah cara bahwa segala sesuatu di dunia ini di produksi.
"Green nanoteknology" adalah aplikasi kimia hijau.
29. 5
GEOTHERMAL ENERGY ROLE IN INDONESIA
New Energy Resource & Renewable
Krisis energi merupakan salah satu masalah yang dihadapi negara-
negara diseluruh dunia saat ini. Penurunan tingkat produksi di alami
dari tahun ke tahun, sementara jumlah pemakaian energi konvensional
terus meningkat, hal ini membuat mereka berlomba untuk mencari
sumber energi yang dapat diperbaharui serta mempunyai
kemungkinan untuk dikelolah dalam jangka panjang.
Energy Reserves in Indonesia
Krisis sumber daya energi juga dialami di Indonesia terutama energi
listrik. Seiring dengan penurunan jumlah sumber energi fosil dan
kenaikan pemakaian energi (listrik), hal ini menjadi perhatian kita
semua. Namun selain sumber energi fosil, Indonesia juga mempunyai
potensi sumber energi lain yang cukup besar yaitu energi geothermal.
Infrastruktur energi ini telah dimanfaatkan sejak dahulu di Indonesia
walau masih belum optimal, padahal cadangannya sangat besar.
Disamping itu juga ada potensi sumber daya energi alternatif lainnya.
Indonesia terletak diatas lempengan cincin api (ring of fire) yang
konsekwensinya akan rentan terhadap gempa bumi, yang mana
30. 6
kondisi tersebut terbentuk gugusan gunung berapi aktif. Namun
ternyata terdapat potensi kandungan energi gas and geothermal yang
cukup besar yang dapat dimanfaatkan untuk suplai energi, ini
merupakan sumber energi yang ramah lingkungan hal yang menjadi
isu penting dunia saat ini. Indonesia memiliki sumber energi raksasa
yaitu energi geothermal terbesar di dunia yang dapat di dayagunakan
membantu mengatasi krisis energi.
Krisis energi yang terjadi merupakan salah satu masalah bersama bagi
masyarakat di seluruh dunia. Secara drastis saat ini terus terjadi
berkurangnya tingkat produksi energi fosil di dunia sejak beberapa
periode ini, sementara itu kenaikan jumlah pemakain energi minyak
dan gas bumi membuat negara-negara maju berupaya keras mencari
sumber energi baru yang dapat diperbaharui (renewable energi), serta
diharapkan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Walaupun saat
ini juga masih terus banyak aktifitas eksplorasi cadangan baru dari
sumber energi gas hingga ke laut dalam yang sangat memungkinkan
terdapat potensi kandungan yang besar.
Dinamika masalah sumber daya energi juga di alami oleh Indonesia,
penurunan jumlah sumber energi fosil migas dan batubara serta
meningkatkan pemakaian energi listrik menjadi perhatian kita semua.
Potensi sumber energi altenatif geothermal di Indonesia sangat besar.
Energi geothermal bersifat green environment bila dibandingkan
31. 7
dengan jenis energi bahan bakar fosil (fossil fuel). Emisi gas CO2
yang dihasilkan dari jenis geothermal jauh lebih kecil, sehingga bila
dikembangkan mampu mengurangi bahaya efek rumah kaca. Pada
prinsipnya teknologi yang digunakan pada kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi geothermal ini mirip dengan teknologi yang juga
diterapkan pada industri migas.
UU No 27 tahun 2003 menyatakan bahwa ”energi geothermal adalah
sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan
batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik
semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan
untuk pemanfaatannnya diperlukan proses penambangan”1
.
Penyebaran sumber daya geothermal sebagian besar mengikuti jalur
gunung api di Bagian Barat Sumatera, Bagian Selatan Jawa, Bali-
NTB-NTT, Sulawesi, Maluku, dan Maluku Utara. Saat ini
terindentifikasi lebih dari 265 daerah geothermal diseluruh wilayah
Indonesia dengan dengan total potensi mencapai 28,5 GW 2
.
Pemanfaatan secara tak langsung untuk pembangkit tenaga panas
bumi. Disamping itu dalam pemanfaatan energi geothermal ini dapat
juga dilakukan secara langsung seperti ragam pemanfaatan uap airnya
sebagai sarana pengeringan, hal ini tergantung tingkat suhu uapnya.
1
Luluk Sumiarso, Kebijakan energi baru dan energi terbarukan, Direktur Jenderal Energi
Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, ESDM, Jakarta, 2010.
2
Ibid..
33. 9
Gambar 2. Kebijakan Energi Nasional oleh Kementerian ESDM
Banyak kajian terbaru yang menyatakan kebutuhan permintaan suplai
energi di dalam negeri terus meningkat tajam dari tahun ke tahun,
rata-rata pertumbuhannya sekitar 7% per tahun. Tampak pada grafik
bahwa pemanfaatan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) hanya
5%, lebih khusus lagi panas bumi baru 1,4%, padahal Indonesia
terduga dan terbukti (approved) memiliki kandungan energi
34. 10
Sumber: Kementerian ESDM
VISI ENERGI BARU TERBARUKAN 25/25
EBT 25% di Tahun 2025
geothermal berlimpah yang terbesar di dunia setelah kandungan
terbukti di Amerika Serikat (approved reserve). Dalam skenario
mendatang pemanfaatan EBT akan terus ditingkatkan secara drastis
hingga mencapai posisi 17% pada tahun 2025, energi geothermal
masih menempati posisi 5% pemanfaatannya di Indonesia.
Gambar 3. Visi Energi Baru Terbarukan, Kementerian ESDM
36. 12
1
6
-
N
o
v
-
1
2
13
Installed Forecast 2010 Installed in 2002 Annual growth Average cost / Observations
Power rate (%) kwh
WIND 31200 MW 90 000 MW 7 000 MW 35.1 % 4 to 7 US cents Germany 19.4 TWh Wind farms : Buena Vista (USA)
(60 000 MW for Spain 8.4 TWh = 183 I9MW / Koudia (Morocco)
Europe) Denmark 4.9 TWh = 50 MW/Helgoland (offshore
India 3.0 TWh project germany) = 1200 MW
Italy 1.4 TWh Turbine powers : average 500
- 750 kW/Max 2500 kW (Germany)
/ prototype 4.5 MW (offshore)
SOLAR / PV 1 246 MWp 11 300 MWp (5 GWp 535 MWp cells 19.8 % up to -1 US $ Japan 433 MWp Examples : Carrisa Plains (USA) =
Japan + 3 GWp & modules Germany 189 MWp 5200 kWp/Napoli (italy) = 3300 kWp
Europe + 2.14 GWp produced USA 171 MWp Saijo (Japan) = 1000 kWp / Munich
USA) Australia 34 MWp (Germany) = 1000 kWp / Toledo
Italy 24 MWp (Spain) = 1000 kWp
Netherlands 21 MWp
BIOMASS 175.1 TWh 175.1 TWh produced 3.2 % (4.9 % - 3 to 7 US cents USA 69.2 TWh Various types of biomass :
produced in 2002 2.6 Gtep mean annual Japan 14.1 TWh Wood energy / industrial waters /
in 2002 average scenario 1993 - 2002) Germany 11.7 TWh Domestic wastes/Landfill biogas
2025 Finland 10.4 TWh size : 2 to 100 MW (average - 20 MW
Brazil 9.5 TWh
Canada 7.0 Twh
GEOTHERMAL 8.356 MW between 21 GW and 382 Mwe 1.2 % (2.5 % 3 to 5.5 US cents USA 2.018 Mwe Various types of technologies
(49.3 TWh GW (depending on between 2000 mean annual Philpines 1834 Mwe - Aquaifers (180 to 350 ° C)
produced scenarios) and 2002 1993 - 2002) Mexico 953 Mwe - Binary (90 to 150 º C)
in 2002) Italy 862 Mwe - Fractured deep rocks
Indonesia 797 Mwe
Top countries
Geothermal and other renewable energies in the world. Development rate of geothermal energyis far the lowest one
Renewable Energies in the world bythe of 2002
Tabel 1
Perbandingan Negara yang telah memanfaatkan sumber energi
terbarukan
Sumber: Kementerian ESDM, 2010.
Data tabel diatas Indonesia baru memanfaatkan energi terbarukan
geothermal / panas bumi, yaitu sebesar 257 Mwe, yang sekarang terus
dikembangkan.
37. 13
GEOTHERMAL ENERGY
Energi geothermal merupakan energi panas yang tersimpan dalam
batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung
didalamnya. Energi geothermal ini telah dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik di Italy sejak tahun 1913 dan di New Zealand
sejak tahun 1958. Pemanfaatan energi geothermal untuk sektor
non‐listrik (direct use) telah berlangsung di Iceland sudah sejak
tahun 1930. Meningkatnya kebutuhan akan energi serta
meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun 1973 dan
1979, telah memacu negara‐negara lain, termasuk Amerika
Serikat, untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak
dengan cara memanfaatkan energi geothermal. Saat ini energi
geothermal telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24
Negara, termasuk Indonesia. F luidanya juga dimanfaatkan untuk
sektor non‐listrik di 72 negara, misalnya untuk pemanasan ruangan,
pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan hasil ertanian,
pemanasan tanah, pengeringan kayu, kertas dan lainnya.
Sumber: Saptadji, N.M., Papers, 2010.
Gambar 5a. Perkembangan industri panas bumi di dunia
38. 14
Sumber: Saptadji, N.M., Papers, 2010.
Gambar 5b. Perkembangan industri panas bumi di Indonesia
Secara harfiah geothermal berasal dari akta “geo” yang bearti bumi
dan “thermal” yang bearti panas. Jadi secara umum panas bumi adalah
sumber energi yang berasal dari panas alamiah dari dalam bumi.
Produk dari dari geothermal juga sering disebut geo-energy.
Mari kita ingat kembali bahwa Undang-Undang No.27 Tahun 2003
mengatakan bahwa energi panas bumi adalah sumber energi panas
yang terkandung didalam air panas, uap air, dan batuan bersama
mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak
dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk
pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Namun pada
hakikatnya teknologi geothermal adalah teknologi pemanfaatan jasa
air panas yang berada dari dalam bumi. Karakteristiknya merupakan
panas dari dalam perut bumi, terdapat di daerah vulkanik, mempunyai
kemampuan untuk meresap air (permeability), memiliki temperatur,
dan cairan yang tidak berbahaya, serta feasible sebagai sumber energi
yang berharga dengan dampak lingkungan sangat rendah.
39. 15
Terbentuknya Geothermal
Mahagyo (dalam Rybach, 1981): Sistem geothermal dapat di
klasifikasikan berdasarkan geologi, hidrologi dan karakteristik transfer
panasnya, salah satunya adalah sistem vulkanik hidrothermal. Sistem
ini umumnya terdapat pada daerah gunung api strato aktif ataupun
yang tak aktif.
Sistem geothermal yang terbentuk merupakan proses hidrothermal
yang melibatkan tubuh intrusif (plutonik) atau aktifitas magnetik
sebagai sumber panas sehingga terjadi perpindahan panas secara
konduktif pada batuan sekitar dan konvektif pada larutan air panas,
baik yang berasal dari magnetik ataupun air meteorik yang meresap
melalui daerah resapan.
Persyaratan Utama Untuk Pembentukan Sistem Geothermal
Persyaratan utama untuk pembentukan sistem geothermal adalah3
:
Sumber Panas (Heat Source) >>> Magma, terbentuk sebagai hasil
pelelehan mantel (partial melting), pelelehan sebagian kerak bumi
pada proses penebalan lempeng Benua, seperti yang terjadi pada
tumbukan antar lempeng Benua (Collision).
3
Purwantoko Mahagyo, Prospek pengembangan geothermal di Indonesia dan Keunggulannya
sebagai energi alternatif, Chevron Salak Geothermal Ltd, Jakarta, 2010.
40. 16
Fluida Panas >>> Berasal dari air permukaan/meteorik yang masuk ke
bawah permukaan membentuk sistem kantong fluida/reservoir melalui
rekahan maupun ruang antar butiran batuan. Selain itu fluida juga
dapat berasal dari batuan dalam bentuk air magnetik (air juvenil).
Reservoir >>> Zona yang tersusun oleh batuan yang memiliki sifat
sarang (permeable). Sifat permeabilitas dan porositas tinggi, berperan
untuk menyimpan fluida yaitu uap dan air panas yang berasal dari
pemanasan secara konvektif dan konduktif dalam suatu sistem
hidrothermal.
Lapisan Penudung (Cap Rock) >>> Lapisan batuan yang bersifat
kedap atau memiliki permeability rendah. Lapisan ini berfungsi
sebagai penutup reservoir untuk mencegah keluar atau bocornya fluida
geothermal dari reservoir.
Geothermal Initial Benefit
Energi Geothermal bersifat ramah lingkungan bila dibandingkan
dengan jenis energi lainnya terutama bahan bakar (fossil fuel). Emisi
gas CO2 yang dihasilkan dari Energi Geothermal jauh lebih lebih
kecil, sehingga bila dikembangkan akan mengurangi bahaya efek
rumah kaca4
.
4
Purwantoko Mahagyo, Op. Cit. , hal.4.
41. 17
Emisi gas CO2 dari pembangkit geothermal bukan hasil pembakaran
atau dengan kata lainnya pembangkitnya sendiri tidak menghasilkan
emisi CO2 , karena gas CO2 yang dikeluarkan berasal reservoir fluida
yang ada didalam tanah dan terbentuk secara alami sebagai
noncondensable gas (NCG).
Geothermal adalah clean and green dibandingkan dengan energi
konvensional lainnya, sebagai energi terbarukan (renewable energy),
serta geothermal juga mempunyai dampak lingkungan yang minimum
dan lebih tahan terhadap perubahan iklim.
Pada sistem panas bumi (geothermal system) panas merambat dari
dalam bumi (heat source) menuju tempat tempat penampungan panas
hingga kepermukaan bumi (heat sink). Proses pengantaran panasnya
melibatkan fluida termal yang bisa berupa batuan meleleh, gas uap, air
panas, dan lainnya yang dapat tersimpan di formasi batuan daerah
tampungan panas yang disebut reservoir5
.
Sistem panas bumi yang terpengaruh kuat oleh adanya uap dan atau
air panas dikatakan sebagai sistem hydrothermal, melalui proses
konveksi bebas yang melibatkan fluida meteorik dengan atau tanpa
jejak fluida magmatic (contoh air hujan yang meresap jauh ke bawah
permukaan tanah), sistem hydrothermal sering berasosiasi dengan
pusat vulkanisme atau gunung api disekitarnya. Jika fluida magmatik
5
Robi Irsa Mukhti, Personal artikel ilmiah, http://www.irsamukhti.com/, Bandung, 2013.
42. 18
dari gunung api lebih mendominasi sistem hydrothermal maka
dikatakan sistem vulkanik hydrothermal (volcanic hydrothermal
system) yang sistem panas buminya dapat berada di daerah
bermorfologi datar (flat terrain) dan curam, sebagian besar di
Indonesia bermorfologi curam (step terrain). Selain sistem
hydrothermal terdapat pula jenis lain seperti hot dry rock system,
geopressured system, dan heat sweep system.
Komponen penting sistem hydrothermal adalah sumber panas,
reservoir dengan fluida thermal, daerah resapan (recharge), daerah
luapan (discharge) dengan manifestasi permukaan. Pada gunung api
bersifat intermittent yang artinya konsentrasi energi panas sewaktu-
waktu dapat dilepaskan dalam bentuk letusan gunung api, sedangkan
panas bumi bersifat kontinu. Namun di Indonesia pada umumnya baik
gunung api aktif maupun dormant adalah sumber panas dari sistem
panas bumi yang berpotensi temperatur tinggi (>225 Celcius).6
Reservoir tempat penyimpanan dan mengalirkan panas biasanya
memiliki batuan porositas dan permeable yang baik. Reservoir panas
bumi dicirikan adanya kandungan Cl (klorida) yang tinggi dengan pH
mendekati normal, adanya pengayaan isotop oksigen pada fluida
reservoir jika dibandingkan dengan meteorik (air hujan) namun di saat
bersamaan memiliki isotop deuterium yang sama atau mendekati air
6
Robi Irsa Mukhti, Op. Cit., hal.2.
43. 19
meteorik, adanya lapisan konduktif yang menudungi reservoir itu
diatasnya, dan adanya gradient temperatur yang tinggi serta relatif
konstan terhadap kedalaman7
. Lapisan penudung berupa batuan yang
permeabilitas yang sangat kecil (impermeable) yang di kenal dengan
cap rock, terdiri dari mineral lempung yang mampu mengikat air
namun sulit meloloskannya (swelling). Lempung ini mengandung
ikatan hidroksil dan ion-ion seperti Ka dan Ca sehingga menyebabkan
lapisan tersebut menjadi konduktif. Sifat konduktif ini biasanya di
deteksi dengan melakukan survei magneto-tellurik (MT), sehingga
lapisan konduktif di bawah permukaan dapat dipetakan, karena
reservoir panas bumi biasanya berada di bawah lapisan konduktif ini.
Daerah resapan berada pada elevasi yang lebih tinggi di banding
elevasi pada sumur-sumur produksi berada dengan rata-rata resapan
air tanah per tahun yang tinggi. Menjaga kelestarian daerah resapan
bearti menjaga kelangsungan hidup reservoir untuk jangka panjang
dan bersahabat dengan lingkungan.
Daerah luahan merupakan daerah arah aliran air tanah bergerak
menuju permukaan bumi dengan manifestasi permukaannya yang
merupakan tanda menunjukkan adanya sistem panas bumi di bawah
sekitar tempat kemunculannya. Manifestasi permukaan bisa keluar
secara langsung (direct discharge) seperti mata air panas dan fumarole
7
Ibid.
44. 20
(uap panas/vapor yang keluar melalui celah-celah dengan kecepatan
tinggi yang akhirnya berubah menjadi uap air (steam). Manifestasi
permukaan juga bisa keluar secara terdifusi seperti pada kasus tanah
beruap (steaming ground) dan tanah hangat (warm ground), juga bisa
keluar secara intermittent seperti pada manifestasi geyser, dan bisa
juga keluar secara tersembunyi dalam bentuk rembesan di sungai. Di
Indonesia secara umum manifestasi yang muncul antara lain mata air
panas, fumarole, steaming ground, warm ground, kolam lumpur
panas, solfatare, dan batuan teralterasi. Solfatare adalah uap air
yang keluar melalui rekahan batuan yang bercampur dengan H2S,
CO2 dan kadang juga SO2 serta dapat mengendapkan sulfur di
sekitar rekahan tempat keluarnya. Sedangkan batuan teralterasi
adalah batuan terubahkan karena reaksi antara batuan tersebut
dengan fluida panas bumi 8
.
Sumber: Mukhti, 2013.
Gambar 5c. Mata air panas (hot spring)
8
Robi Irsa Mukhti, Op. Cit., hal.4.
45. 21
PLTP
53-55%
Survai Eks.
2-3%
Cost Structure
(Project 110 MW)
Pre-FS (Exploration Survey+Gradient Hole) → 2-3%
FS (Exploration Drilling 3-5 wells) → 4-6%
UpstreamDevelopment
Production and Reinjection wells → 29-30%
Prod. Facility SAGS → 12-13%
Geothermal PowerPlant (economics of scale) → 52-55%
14
GEOTHERMAL POTENTIAL MAP
Sumber: Surana, Pemanfaatan energi panas bumi, BPPT, Jakarta, 2010.
Gambar 6. Biaya Project
Sumber: Mukhti, 2013.
Gambar 7. Seepage yang muncul di danau sebagai bentuk lain dari
manifestasi panas bumi
46. 22
1,169 MW 1,239 MW 1,397 MW 2,370 MW 3,165 MW 5,785 MW 9,500 MW
Tenaga Kerja
Terampil
Tenaga Non
Terampil
Total
Sumber:SugihartoH.(DirekturPembinaanPengusahaanPanasBumidanPengelolaanAirTanah,KementerianESDM)
6,382
2025
9,405
1,045
10,4501,290 1,367 1,541 2,614 3,492
5,744
129 137 154 261 349 638
1,161 1,230 1,387 2,353 3,143
Jumlah
Tenaga Kerja
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun& TargetPengembangan
BAGAIMANAMENCAPAINYA?
• Peran universitas dan lembaga penelitian sangat penting.
• Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Tenaga Kerja
harus menyediakan pendanaan untuk pengembangan SDM bidang
panas bumi.
ANCAMAN !
• Kesempatan kerja tersebut akan diisi oleh tenaga kerja asing.
Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja Kumulatif yang Terserap
Berdasarkan Rencana Program 10.000 MW Tahap II Dan
Roadmap Panas Bumi s.d. 2025
Tabel 2
Perkiraan kebutuhan tenaga kerja
Sumber: Sugiharto, H. (Direktur Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan
Pengelolaan Air Tanah, Kementerian ESDM, 2010).
47. 23
PETA POTENSI SUMBER PANAS BUMI
Sumber: Departemen ESDM
Sumber : Darma, Perencanaan dan pengembangan site operation), Jakarta, 2010.
Gambar 8. Peta daerah potensi geothermal di Indonesia
48. 24
Sumber: Kementerian ESDM
POTENSI SUMBER PANAS BUMI
Spekulatif Hipotesis Terduga Mungkin Terbukti Produksi
1 Aceh 17 625 275 332 1,232
2 Sumatera Utara 16 1,250 134 1,641 320 3,345 12
3 Sumatera Barat 16 825 73 758 1,656
4 Bengkulu 4 450 223 600 1,273
5 Bangka-Belitung 3 75 75
6 Jambi 8 375 259 358 15 40 1,047
7 Riau 1 25 25
8 Sumatera Selatan 6 725 392 794 1,911
9 Lampung 13 925 838 1,072 20 2,855
10 Banten 5 325 100 325 750
11 Jawa Barat 40 1,500 709 1,452 770 1,535 5,966 1,057
12 Jawa Tengah 14 275 342 614 115 280 1,626 60
13 Yogyakarta 1 10 10
14 Jawa Timur 11 135 295 774 1,204
15 Bali 5 70 226 296
16 NTB 3 6 108 114
17 NTT 19 290 353 609 14 1,266
18 Kalimantan Barat 3 45 45
19 Sulawesi Utara 5 25 540 150 78 793 50
20 Gorontalo 2 75 110 185
21 Sulawesi Tengah 15 275 103 378
22 Sulawesi Tenggara 12 225 51 276
23 Sulawesi Selatan 17 325 12 61 398
24 Maluku Utara 9 125 7 197 329
25 Maluku 9 275 30 100 405
26 Papua 2 50 50
Total
Provinsi Jumlah Lokasi
Potensi Energi (Mwe)
Potensi Lapangan
Total KapasitasSumber Daya Cadangan
256 9,290 1,179
27,510
No.
13,338 14,172
4,048 10,835 1,050 2,287 1,189
Tabel 3
Titik potensi sumber energi geothermal
Sumber: Kementerian ESDM, 2010.
49. 25
Dari data tabel d iatas dapat diketahui potensi kandungan energi panas
bumi yang terdapat di Indonesia secara detail dari setiap propinsi yang
ada potensi panas buminya berikut dengan perhitungan spekulatif
(perkiraan), hipotesa (sudah di survei), terduga (sudah dilakukan
aktifitas pemboran), mungkin (sudah dilakukan aktifitas pemboran
lanjutan), terbukti (sudah selesai dilakukan penelitian menyeluruh dari
eksplorasi). Tampak dari total 27.510 Mwe atau hampir 28.000 Mwe
hanya sekitar kurang lebih 1.189 Mwe atau 1.200 Mwe saja yang baru
dimanfaatkan (di produksi) yaitu dari propinsi Jawa Barat (1.057
Mwe), Jawa Tengah (60 Mwe), Sulawesi Utara (50 Mwe) dan
Sumatera Utara (12 Mwe).
Potensi besar ini belum optimal dimanfaatkan sebagai salah satu
sumber energi baru terbarukan sebagai alternative energi fosil atau
minyak dan gas bumi yang cadangannya sudah semakin menipis
bahkan saat ini Indonesia sudah menjadi bagian net importer dari
energi minyak bumi.
Oleh karena itu di masa mendatang Pemerintah harus segera mungkin
memberi kemudahan dan stimulasi bagi kalangan industri yang
hendak memanfaatkan sumber daya energi ini khususnya di daerah
luar pulau Jawa. Hal ini perlu dilaksanakan segera demi mendukung
kelangsungan suplai energi yang merata bagi kesejahteraan rakyat,
bangsa dan negara ini.
50. 26
Energi Panas Bumi Dapat Diandalkan Untuk Pemenuhan Beban
Dasar Listrik Secara Berkelanjutan
- Faktor kapasitas dari pembangkit listrik panas bumi rata-rata 95%,
- Faktor kapasitas dari pembangkit listrik yang menggunakan
batubara, yang besarnya hanya 60-70%. Faktor Kapasitas9
:
= Beban rata-rata yang dapat dibangkitkan PLTP dalam satu periodic (kw)
Beban maksimum yang dapat dibangkitkan PLTP tersebut (kw)
Potensi Besar Geothermal Plant Yang Sudah Terbangun
Provinsi Jawa Barat. Provinsi dengan luas wilayah 44.354,61 km2
ini
menyimpan potensi geothermal cukup besar sekitar 6.096 MW, terdiri
dari 40 titik manifestasi. Total geothermal yang sudah diproduksinya
sebesar 1.057 MW. Masyarakat dan ekonomi lokalnya tumbuh cukup
baik yang berimbas pula pada peningkatan taraf hidup dan kebutuhan
suplai energi baru. Beberapa geothermal plant yang sudah terbangun
di Jawa Barat diantaranya Blok Konsesi di Gunung Kamojang Garut
dan Gunung Salak Bogor milik Pertamina Geothermal Energy dan
Chevron Geothermal Indonesia yang terus dikembangkan besaran
produksinya.
9
Surya Darma, Perencanaan dan pengembangan site operation kegiatan pengusahaan panas
bumi di Indonesia, PT Pertamina (Persero), Jakarta, 2010.
51. 27
Sumber: Astra.D., Chevron Salak Geothermal Ltd, 2010.
Gambar 9. Tampak sistem energi geothermal yang berada didalam
perut bumi
Tampak pada gambar ada magma bumi sebagai sumer panas (heat
source), pada bagian atas magma mengandung ruang tempat
berkumpul uap panas bumi (aliran transfer panas secara konduksi).
Diatas lapisan ini ada lagi batuan tempat uap air berkumpul yang
bersifat impermeable, mengandung fluida dan gas-gas magnetik yang
akan dilewati uap panas dari bawahnya transfer panas secara konduksi
juga. Lalu diatasnya lagi ada lapisan batuan padat berpori (reservoir)
yang perlu diketahui luas dan kedalamannya, impermeable tempat
53. 29
Pada gambar 10 diketahui beberapa jenis aplikasi teknologi yang
digunakan untuk pemanfaat energi panas bumi berdasarkan tingkat
temperaturnya.
Sumber: Surana, Pemanfaatan energi panas bumi, BPPT, Jakarta, 2010.
Gambar 11. Persentase pengunaan energi nasional dalam mix energy
55. 31
Membutuhkan lahan 19 acres
(7.7 hektar) per MW
PLTU (Batubara)
Geothermal Plant membutuhkan
1-8 ares
(0.4 – 3.2 hektar) per MW
KONDISI PENGUSAHAAN SAAT INI
No. Pengembang Lokasi
Kapasitas Terpasang
(MW)
Potensi
(MWe)
1 Pertamina Geothermal Energy Sibayak, Sumut 12 240
2 Chevron G. Salak, Ltd G. Salak, Jabar 375 600
3 Magma Nusantara, Ltd Wayang Windu, Jabar 227 460
4 Pertamina Geothermal Energy Kamojang, Jabar 200 300
5 Chevron G. Indonesia., Ltd Darajat, Jabar 255 382
6 GeoDipa DTT.Dieng, Jateng 60 780
7 Pertamina Geothermal Energy Lahendong, Sulut 60 530
1,189 3,292
Existing PLTP
Sumber: Astra.D., Chevron Salak Geothermal Ltd, 2010.
Gambar 13. Perbandingan luas tanah yang dibutuhkan untuk
membangun production plant antara PLTP dan PLTU
Tabel 4.
Perusahaan yang telah memproduksi energi geothermal
Sumber : Darma, Perencanaan dan pengembangan site operation), Jakarta, 2010.
56. 32
Sumber: Surana, BPPT, 2010.
Gambar 15. Roadmap Pengembangan pemanfaatan sumber daya
energi, diharapkan pada tahun 2025 energi geothermal dapat
mensuplai 5 persen dari total kebutuhan energi nasional
57. 33
SISTEM GEOTHERMAL INDONESIA
Di Indonesia usaha pencarian sumber energi geothermal pertama
kali dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada
tahun 1926 hingga tahun 1929 lima sumur eksplorasi di bor dimana
sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ‐3
masih memproduksikan uap panas kering atau dry steam. Pecahnya
perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia mungkin merupakan
salah satu alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi tersebut.
Kegiatan eksplorasi panas bumi di Indonesia baru dilakukan secara
luas pada tahun 1972. Direktorat Vulkanologi dan Pertamina,
dengan bantuan Pemerintah Perancis dan Selandia Baru untuk
melakukan survei pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari
hasil survei dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek
geothermal, yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat
Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan kemudian
membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Survei yang
dilakukan selanjutnya telah berhasil menemukan beberapa daerah
prospek baru sehingga jumlahnya meningkat menjadi 256 prospek,
yaitu 84 prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di
Sulawesi, 21 prospek di Nusa Tenggara, 3 prospek di Irian, 15
prospek di Maluku dan 5 prospek di Kalimantan. Sistim panas
58. 34
bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hydrothermal yang
mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya
yang mempunyai temperatur sedang (150‐225oC).
Sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan
dengan kegiatan gunung api andesitis-riolitis yang disebabkan oleh
sumber magma yang bersifat lebih asam dan lebih kental, sedangkan
di Pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi umumnya berasosiasi
dengan kegiatan vulkanik bersifat andesitis‐basaltis dengan sumber
magma yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah
geothermal di ujung utara Sulawesi memperlihatkan kesamaan
karakteristik dengan di Jawa.
Ada 3 lempengan yang berinteraksi di Indonesia yaitu lempengan
Pasifik, lempeng India-Australia, dan lempeng Eurasia. Akibat dari
sistim penunjaman yang berbeda, tekanan atau kompresi yang
dihasilkan oleh tumbukan miring (oblique) antara lempeng
India‐Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan sesar regional
yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera, yang merupakan
sarana bagi kemunculan sumber‐sumber geothermal yang berkaitan
dengan gunung‐gunung api muda. Lebih lanjut dapat disimpulkan
bahwa sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya lebih di
kontrol oleh sistim patahan regional yang terkait dengan sistim
sesar Sumatera, sedangkan di Jawa sampai Sulawesi, sistim
59. 35
geothermal nya lebih di kontrol oleh sistim pensesaran yang
bersifat lokal, dan oleh sistim depresi kaldera yang terbentuk
karena pemindahan masa batuan bawah permukaan pada saat
letusan gunung api yang intensif dan ekstensif. Reservoir panas
bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang telah
mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran,
setidak‐tidaknya sejak Tersier sampai Resen. Hal ini menyebabkan
terbentuknya porositas atau permeabilitas sekunder pada batuan
sedimen yang dominan, yang pada akhirnya menghasilkan
permeabilitas reservoir geothermal yang besar, lebih besar
dibandingkan dengan permeabilitas reservoir yang bera da pada
lapangan‐lapangan geothermal di Pulau Jawa ataupun di Sulawesi.
Sumber: Mukhi, 2010.
Gambar 16a. Suasana manifestasi ground surface
60. 36
Sistem geothermal di Indonesia umumnya merupakan sistem
hydrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225O
C), hanya
beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150-225
O
C). Informasi kondisi di lapangan, diketahui bahwa geothermal yang
telah dikembangkan diseluruh dunia maupun di Indonesia
menunjukan bahwa sistem geothermal bertemperatur tinggi dan
sedang, sangat potensial bila diusahakan untuk pembangkit listrik.
Emisi dari pembangkit listrik geothermal sangat rendah bila
dibandingkan dengan minyak dan batubara sehingga memiliki
kesempatan untuk memanfaatkan Clean Development Mechanism
(CDM), Kyoto Protocol.
Sebagai negara raksasa geothermal yang menyimpan cadangan
geothermal dunia sekitar 40%, bukan keniscayaan jika kebutuhan
listrik Indonesia dipenuhi dengan energi geothermal secara mandiri.
Saat ini dari total baru memanfaatkan energi geothermal sebesar 1.100
MW, atau sekitar 4,2 % dari cadangan panas bumi Nasional yang
mencapai sekitar 28 MWe atau setara dengan 12 millar barrel.
Energi Panas Bumi Ramah Lingkungan
Energi geothermal merupakan energi yang aman bagi lingkungan,
karena fluida panas bumi setelah energi panas di ubah menjadi
energi listrik, fluida dikembalikan ke bawah permukaan (reservoir)
61. 37
melalui sumur injeksi. Penginjeksian air kedalam reservoir
merupakan suatu keharusan untuk menjaga keseimbangan masa
sehingga memperlambat penurunan tekanan reservoir dan mencegah
terjadinya subsidence. Penginjeksian kembali fluida geothermal
setelah fluida tersebut dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, serta
adanya recharge (rembesan) air permukaan, menjadikan energi
panas bumi sebagai energi yang berkelanjutan (sustainable energy).
Emisi pembangkit listrik panas bumi sangat rendah bila dibandingkan
dengan minyak dan batubara. Karena emisinya yang rendah, energi
geothermal memiliki kesempatan untuk memanfaatkan Clean
Development Mechanism (CDM) hasil dari KTT Lingkungan se-
Dunia, Kyoto Protocol. Mekanisme ini menetapkan bahwa negara
maju harus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar
5.2% terhadap emisi tahun 1990, dapat melalui pembelian energi
bersih dari negara berkembang yang proyeknya dibangun diatas
tahun 2000.
Sumber: Mahagyo, Chevron Geothermal Indonesia, 2010.
Gambar 16b. Suasana lingkungan koneksi geothermal di Gunung
Salak, Bogor, Jawa Barat
62. 38
Lapangan geothermal umumnya dikembangkan secara bertahap.
Untuk tahap awal dimana ketidakpastian tentang karakterisasi
reservoir masih cukup tinggi, di beberapa lapangan dipilih unit
pembangkit berkapasitas kecil. Unit pembangkit digunakan untuk
mempelajari karakteristik reservoir dan sumur, serta kemungkinan
terjadi masalah teknis lainnya. Pada prinsipnya, pengembangan
lapangan panas bumi dilakukan dengan sangat hati‐hati selalu
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi dan lingkungan.
Untuk memasok uap ke pembangkit listrik panas bumi perlu
dilakukan pemboran sejumlah sumur. Untuk menekan biaya dan
efisiensi pemakaian lahan, dari satu lokasi (well pad) umumnya
tidak hanya di bor satu sumur, tapi beberapa sumur, yaitu dengan
melakukan pemboran miring (directional drilling). Keuntungan
menempatkan sumur dalam satu lokasi adalah akan menghemat
pemakaian lahan, menghemat waktu untuk pemindahan menara
bor (rig), menghemat biaya jalan masuk dan biaya pemipaan.
Keunggulan lain dari geothermal energi adalah dalam faktor
kapasitasnya (capacity factor), yaitu perbandingan antara beban
rata‐rata yang dibangkitkan oleh pembangkit dalam suatu
periode (average load generated in period) dengan beban
maksimum yang dapat dibangkitkan oleh PLTP tersebut
(maximum load). Faktor kapasitas dari pembangkit listrik panas
63. 39
bumi rata‐rata 95%, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan
faktor kapasitas dari pembangkit listrik yang menggunakan batubara,
yang besarnya hanya 60‐70% (U.S Department of Energy).
Klasifikasi Potensi Energi Geothermal di Indonesia
Robi Irsa Mukhti (2013) menuliskan bahwa berdasarkan Standard
Nasional Klasifikasi Potensi Energi Geothermal di Indonesia tahun
1999, SNI 03-5012-1999, potensi geothermal dibagi 5 :
● Klasifikasi sumber daya Spekulatif: dicirikan oleh manifestasi aktif,
penyebarannya dan batasan geologi. Daya per satuan luas ditentukan
dengan asumsi. Estimasi potensi energi dilakukan dengan metode
perbandingan.
● Klasifikasi sumber daya Hipotesis: data dasar adalah hasil survey
regional geologi, geokimia dan geofisika. Ketebalan reservoir
diasumsikan 1-2 km.
● Klasifikasi Cadangan Terduga: luas dan ketebalan reservoir lebih
detail terpadu yang digambarkan dalam model tentatif. Rumusan
estimasi potensi energi digunakan metode volumetrik.
● Klasifikasi Cadangan Mungkin: dibuktikan oleh satu sumur
eksplorasi yang berhasil menyemburkan uap/air panas. Luas dan
ketebalan reservoir di dapat dari data sumur dan hasil penyelidikan
64. 40
POTENSI SUMBER PANAS BUMI
Sumber: PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY
PAPUA
NEW GUINEA
KALIMANTAN
SULAWESI
IRIAN
JAYA
BALI
NUSATENGGARA
TIMOR
MALUKU
JAVA
N
500 Km
CAMBODIA
THAILAND
MALAYSIA
BRUNEI
PHILIPPINES
SINGAPORE
Semarang
Medan
Tanjung Karang
Bandung
Manado
Jumlah Sumber: 256 Lokasi
Total Potensi: 28.100 MWe
PLTP: 1.189 MW
Jawa - Bali
Kamojang 200 MW
Darajat 255 MW
Gn.Salak 375 MW
Wayang-Windu 227 MW
Dieng 60 MW
Sumatera
Sibayak 12 MW
Sulawesi
Lahendong 60 MW
1,996 MWe
13,820 MWe
9,253.5 MWe
1,487 MWe 584 MWe
ilmu kebumian detail terpadu. Rumusan estimasi potensi energi
digunakan metode volumetrik.
● Klasifikasi Cadangan Terbukti: dibuktikan oleh beberapa sumur
eksplorasi yang berhasil menyemburkan uap/air panas. Luas dan
ketebalan reservoir di dapat dari data sumur dan hasil penyelidikan
ilmu kebumian detail terpadu. Parameter batuan dan fluida serta
temperatur reservoir di peroleh dari data pengukuran langsung dalam
sumur dan/atau data analisis laboratorium serta simulasi reservoir.
Rumusan estimasi potensi digunakan simulasi reservoir di gabung
dengan metode volumetrik.
Sumber : PGE, Jakarta, 2010.
Gambar 16c. Tebaran potensi geothermal pada Ring of Fire
65. 41
Geothermal Kondisional
Indonesia memiliki cadangan yang sangat signifikan, perkiraan oleh
para ilmuwan Indonesia berkisar 27.500 MW-30.000 MW. Ini
menempatkan Indonesia diatas perkiraan di seluruh dunia, hanya
negara-negara seperti Amerika Serikat, Filipina, Kenya, Ethiopia,
Meksiko, Chili dan Jepang yang mendekati angka-angka tersebut.
Pemerintah Indonesia telah berupaya keras dan menunjukkan berbagai
tingkat kemajuan sepanjang tahun dalam pengembangan potensi
geothermal yang luas. Pemerintah juga selalu memperhatikan berbagai
aspek dalam memgupayakan perkembangan geothermal di Indonesia.
Periode insentif dan antusiasme telah di selingi dengan periode di
mana perhatian diarahkan pada hal lain juga seperti masalah ekonomi
utama yang muncul, dan pentingnya energi geothermal secara efektif
diselesaikan secara seksama.
Biaya dan risiko eksplorasi dan pengembangan energi geothermal
telah menjadi masalah dalam menentukan masa depan energi
geothermal di Indonesia, karena hal ini di lihat oleh investor swasta
untuk memiliki dampak yang besar pada harga listrik geothermal.
Harga listrik panas bumi telah menjadi isu terus-menerus. Perlu
diketahui pula sifat sumber daya geothermal, strategi dan biaya yang
terlibat dalam eksplorasi dan pengembangan, dan gambaran tentang
metode mitigasi risiko.
66. 42
Sifat Alam Sistem Panas Bumi
Sumber daya panas bumi bervariasi dalam karakteristiknya. Beberapa
ladang sumur menghasilkan uap pada dasarnya apa yang di kenal
sebagai sistem dominasi uap, tekanan di sumur yang sub-hidrostatik,
sedangkan suhu konstan pada sekitar 240°C. Namun bilamana
mayoritas sistem geothermal yang di dominasi air, sistem tersebut
biasanya disebut sebagai "sistem air panas", jika mereka hanya berisi
air, atau "sistem dua fase", jika mereka menunjukkan beberapa konten
uap berdampingan dengan air. Suhu air yang cocok untuk berbagai
pembangkit listrik dari rendah sekitar 100°C sampai lebih dari
360°C. Tekanan sistem biasanya mendekati hidrostatik. Sejumlah
ladang menunjukkan "steam cap (tutup uap)" di atas reservoir air
panas, dengan perilaku dalam tipe tutup uap dari sistem yang di
dominasi uap, dan tipe dari sistem air panas di zona yang
mendasarinya, semua jenis ini ada di Indonesia.
Suhu tertinggi biasanya dikaitkan dengan vulkanisme aktif atau muda,
biasanya yang sangat berkomposisi silikat riolit-dasit. Namun, tidak
semua gunung berapi memiliki sistem geothermal yang berguna
secara komersial. Hal ini berlaku dari vulkanisme yang paling basal,
dan kadang-kadang dengan gunung berapi memiliki persentase silika
yang lebih tinggi. Suhu yang lebih rendah, tapi masih komersial,
sumber daya, biasanya ada di non-vulkanik, atau di daerah dengan
67. 43
aktivitas vulkanik muda minim. Ini terjadi di mana "gradien panas
bumi" yang tinggi dikarenakan kerak bumi telah menipis oleh
ekspansi, di daerah air tanah dapat beredar mengalir sampai
beberapa kilometer secara mendalam dan akan dipanaskan oleh
gradien panas bumi. Kedua jenis vulkanik muda dan non-vulkanik ada
misal cekungan Sumatera Tengah10
.
Selain itu, di beberapa ladang sumur lebih produktif di tempat lain, ini
menjadi fungsi permeabilitas, baik desain, dan faktor lainnya. Tingkat
produktivitas sumur paling sering di seluruh dunia adalah sekitar 5-7
MW per sumur. Namun, sumur untuk private entity dapat mencapai
40 MW sampai 50 MW dalam output awal. Output sumur sering
menurun terhadap waktu sebagai laju alir dan atau penurunan entalpi.
Kapasitas sumur di Indonesia pada umumnya melebihi 7 MW.
Kualitas cairan juga dapat sangat bervariasi. Pada kepala sumur (well
head), fluida panas bumi dapat mengandung padatan entrained,
padatan terlarut, dan gas yang tidak terkondensasi (non-condensable
gases/NCG). Ini diperlakukan perawatan untuk meminimalkan erosi,
korosi atau skala (scaling) dalam sumur, pipa permukaan dan
pemisah, dan turbin. Gas non-terkondensasi, terutama CO2 dengan
H2S yang kecil dan gas lainnya, biasanya dilepaskan ke atmosfer.
10
GeothermEx, Inc. (2010). An assessment of geothermal resource risks in Indonesia, Laporan
dipersiapkan untuk The World Bank, Richmond, California, USA, Juni 2010.
68. 44
Konsentrasi CO2 biasanya adalah antara 0,1 dan 1,0% berat. Namun,
di beberapa ladang sumur, seperti Dieng di Jawa Tengah, NCG secara
lokal melebihi 5% beratnya. Pengendapan kalsit (CaCO3) dan skala
silika (SiO2), atau keasaman yang kuat dari cairan, yang dihindari atau
diminimalisir dengan perawatan kimia didalam sumur bor.
Di tempat-tempat di mana permeabilitas kurang dari yang dibutuhkan
untuk pengembangan komersial secara teori dimungkinkan untuk
meningkatkan permeabilitas dengan cara meretakan reservoir. Proses
ini, dikenal sebagai sistem panas bumi ditingkatkan (enhanced
geothermal systems/EGS) atau panas batuan kering (Hot Dry
Rock/HDR), namun belum terbukti sepenungnhya akan teknologi ini
dan tingkat ekonomi yang lebih efektif. Sampai saat ini belum ada
kebutuhan untuk proses ini di Indonesia karena banyaknya suhu
tinggi vulkanik yang didominasi uap, dua-fasa, dan sistem air panas.
Metodologi Eksplorasi dan Biaya
Tidak mengherankan, metode eksplorasi yang digunakan, dan biaya
yang diperlukan akan bervariasi dengan jenis sumber daya. Rumitnya
ini adalah faktor-faktor seperti ukuran prospek, lokasi, aksesibilitas
dan ketersediaan sarana pendukung. Namun, dengan melihat kondisi
sampai saat ini di Indonesia, proforma program yang dilakukan dapat
analisa lebih lanjut. Eksplorasi permukaan dapat di bagi menjadi
69. 45
pengintaian/eksplorasi pendahuluan dan tahap rinci (reconnaissance
and detailed phases). Ini dapat di ikuti oleh pengeboran eksplorasi,
dan jika berhasil, dengan perhitungan cadangan dan produktivitas
sumur, maka kemudian dilakukan pengeboran pengembangan.
Pengeboran akan mencakup kedua sumur produksi dan sumur
pembuangan (injection). Pada beberapa titik dalam pengoperasian
lapangan panas bumi komersial, sumur tambahan akan perlu di bor,
untuk menggantikan yang telah rusak selama operasi, atau mengalami
penurunan dalam output dalam merespon laju aliran atau penurunan
entalpi, ataupun degradasi kimia di lapangan. Semua hal tersebut
harus diperhitungkan dalam perhitungan biaya energi geothermal,
sehingga dapat menentukan harga yang akan di peroleh untuk
penjualan energi listrik geothermal (GeothermEx, Inc., 2010).
Eksplorasi pendahuluan mungkin ditargetkan untuk area kecil, masih
dalam satu kabupaten/propinsi. Pemerintah pusat atau Pemerintah
daerah sudah memulai mendanai pada proses kegiatannya ini, dengan
hasilnya berupa data yang diharapkan dapat memberikan informasi
yang cukup untuk menghilangkan biaya eksplorasi pendahuluan dari
pihak swasta. Pengeboran pendahuluan melibatkan: literatur dan
kompilasi data, dan kunjungan lapangan untuk mengidentifikasi
lokasi dan jenis vulkanisme muda, mata air panas atau sumur,
pembuangan uap alam (fumarol), dan indikator menarik lainnya.
Dilanjutkan dengan kegiatan analisa yang meliputi: analisa merkuri
70. 46
dan antimon mineralisasi, emas epithermal dan mineralisasi perak,
ubahan hidrotermal bentonitik atau kaolinitik, konsentrasi tinggi
lithium, potasium, boron dan silika dalam air tanah dingin,
karakteristik tertentu tertentu pada struktur geologi, CO2 dan H2S
rembesan gas, dan pola rekahan yang memperluas ke luar dari
daerah thermal yang diketahui11
. Dari kegiatan tersebut diharapkan
dapat menjadi informasi yang berguna untuk referensi bagi pihak
perusahaan swasta pemegang konsesi untuk melakukan aktifitas
penyelidikan lanjutan.
Pada operasi pemboran sumur geothermal, fluida pemboran
merupakan faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau
tidaknya suatu operasi pemboran. Fluida pemboran yang digunakan di
desain supaya memenuhi sifat-sifat yang sesuai dengan kondisi
formasi sumur yang akan di bor. Pada umumnya sifat-sifat fluida
pemboran yang digunakan dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan.
Gradien temperatur di daerah geothermal biasanya cukup tinggi, yaitu
10-40o
C/km untuk area tidak panas (non-thermal area), dan 70-
80o
C/km untuk area panas (thermal area). Temperatur formasi yang
cukup tinggi akan menyebabkan perpindahan panas dari formasi ke
sumur, dan mempengaruhi temperatur fluida pemboran. Perubahan
temperatur fluida pemboran akan mempengaruhi sifat-sifat fluida
pemboran. Sifat fluida pemboran ini meliputi rheologi lumpur
11
GeothermEx, Inc. (2010), Op. Cit.., hal.9.
71. 47
pemboran yaitu viskositas, densitas, dan gel strength. Selain itu
kenaikan temperatur fluida pemboran juga akan mengakibatkan zat
aditif yang digunakan berfungsi kurang efektif. Terjadinya perubahan
sifat-sifat fluida pemboran yang tidak sesuai dengan desain di awal
bisa mengakibatkan kegagalan dalam operasi pemboran, karena fluida
pemboran yang digunakan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pengaruh temperatur terhadap fluida pemboran, sebagai berikut :
• Densitas
Jika di lihat hubungan antara densitas terhadap temperatur, pada
umumnya semakin tinggi temperatur fluida pemboran, maka densitas
akan semakin kecil. Densitas fluida pemboran berhubungan dengan
fungsi fluida pemboran yang utama yaitu memberikan tekanan
hidrostatik yang bertujuan untuk mengimbangi tekanan formasi
sehingga dapat mencegah masuknya fluida formasi ke dalam sumur
(well kick). Oleh karena itu syaratnya adalah tekanan hidrostatik harus
lebih besar dari tekanan formasi. Perbedaan tekanan ini juga tidak
boleh terlalu besar karena bisa mengakibatkan masuknya fluida
pemboran ke dalam formasi (loss circulation). Tekanan hidrostatik
fluida pemboran berbanding lurus dengan densitas, sehingga jika
densitas turun karena pengaruh temperatur maka tekanan hidrostatik
akan mengecil. Jika tekanan hidrostatik turun sampai di bawah
tekanan formasi, hal ini berbahaya karena bisa mengakibatkan well
kick.
72. 48
• Viskositas
Pengaruh temperatur terhadap viskositas pada umumnya sama seperti
pengaruh temperatur terhadap densitas, yaitu semakin tinggi
temperatur maka viskositas akan mengecil. Hal ini disebabkan pada
temperatur yang tinggi akan menyebabkan fluida pemboran menjadi
lebih encer, sehingga viskositasnya mengecil. Viskositas fluida
pemboran ini cukup penting karena berhubungan dengan kemampuan
fluida pemboran untuk mengangkat cutting. Jika viskositasnya
mengecil sebagai akibat pengaruh kenaikan temperatur maka fungsi
fluida untuk mengangkat cutting kurang efektif.
• Gel Strength
Gel strength fluida pemboran berguna untuk menahan cutting pada
saat pemboran dihentikan untuk pergantian bit (round trip). Pada
umumnya gel strength akan turun jika temperatur fluida pemboran
naik. Jika gel strength turun maka penahanan cutting pada saat round
trip kurang efektif, bahkan bisa menyebabkan turunnya cutting.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas maka perlu di kaji
sejauh mana efek perpindahan panas dari formasi terhadap fluida
pemboran yang digunakan, sehingga bisa diperkirakan distribusi
temperatur fluida pemboran di dalam sumur.
Biaya untuk pengeboran pendahuluan di tingkat Provinsi atau
Kabupaten (tetapi tidak termasuk skala nasional), biasanya berkisar
73. 49
antara US $ 250.000 dan US $ 500.000. Karena ini paling sering
dilakukan oleh pemerintah, maka tidak ada risiko bagi pihak
perusahaan swasta. Kenaikkan biaya dapat di sesuaikan dengan
tingkat inflasi Rupiah terhadap US Dollar, pajak, dan harga barang
dan jasa impor.
Eksplorasi permukaan rinci dapat dilakukan oleh pemerintah maupun
oleh swasta. Di Indonesia, Pertamina dan Survei Vulkanologi
Indonesia (VSI) telah melakukan banyak pekerjaan ini, di tambah
dengan program bantuan dari pemerintah Selandia Baru, Jepang,
Amerika Serikat dan Perancis. Kegiatan tahap ini biasanya dimulai
dengan pengambilan sampel air sumur dan gas dari fumarol untuk
analisis kimia. Lalu melakukan perhitungan perkiraan suhu bawah
permukaan (menggunakan geothermometri geokimia), definisi jalur
aliran fluida dan cairan umum serta hubungan (jika ada) untuk
berasosiasi aktif. Geokimia disertai dengan pemetaan geologi rinci,
untuk menentukan sumber kemungkinan panas, struktur
mengendalikan atau membatasi sistem panas bumi, dan sifat dan
kemungkinan kedalaman reservoirnya.
Pada laporan penelitian dan mitigsi GeothermEx, Inc. (2010)
eksplorasi geofisika dapat mengambil beberapa bentuk:
Gravimetri, untuk memberikan kontrol yang lebih pada definisi
kesalahan dan struktur geologi lainnya yang terikat pada reservoir
74. 50
atau bertindak sebagai saluran aliran dalam reservoir, dan untuk
memungkinkan estimasi yang lebih baik dari ketebalan cekungan;
Survei magnetik, dari udara atau di tanah, untuk mencari zona
alterasi hidrotermal, terpendamnya tubuh intrusif, dan kemungkinan
gambaran tubuh magma;
Survei geolistrik, kegiatan melakukan soundings dan survei
magnetotelurik, untuk mengukur variasi medan listrik bumi pada
ladang sumur, sebagai panduan untuk zona resistivitas rendah
(konduktivitas yang tinggi) di kedalaman, yang pada gilirannya dapat
menunjukkan adanya kedalaman suatu reservoir sebuah geothermal;
Profil seismik aktif, melalui analisis bentuk gelombang seismik dan
waktu perjalanannya, untuk memperbaiki pemahaman tentang
struktur bawah permukaan, terutama kedalaman cekungan dan pola-
pola kesalahan dan,
Survei seismik pasif, untuk mengidentifikasi rangkaian mikro-
gempa, dan waktu penundaan perjalanannya, sebagai indikator lokasi
reservoir dan kedalaman zona sangat panas, deformasi plastis batu.
Sangat jarang untuk semua ini harus dilakukan, kecuali proyek
menyediakan bantuan dana tambahan. Hal itu tergantung pada daerah
dan aksesibilitas, ukuran prospek dan kompleksitas, dan sumber
pendanaan, biaya untuk tipe eksplorasi rinci berkisar antara US $
1.000.000 hingga US $ 1.500.000. Di mana ini dilakukan dan
75. 51
ditanggung oleh risiko perusahaan swasta12
. Semakin dangkal, lubang
berdiameter sempit (lubang ramping, juga di sebut lubang suhu
gradien) yang akan dibor pada tahap akhirnya pada kegiatan
eksplorasi rinci. Jumlah dan kedalaman lubang akan tergantung pada
prospek dan kejelasan informasi yang di peroleh dalam proses
eksplorasi. Lubang-lubang biasanya adalah antara 100 meter dan 500
meter dikedalaman, dan di rancang untuk pengukuran temperatur
bawah permukaan dan perhitungan gradien suhu. Sampel cairan dapat
dikumpulkan untuk analisis geokimia tambahan. Pengeboran suhu
gradien biasanya antara US $ 500 dan US $ 800 per meter, dengan
biaya per lubangnya sekitar US $ 100.000 hingga US $ 400.000.
Untuk satu set 3 sampai 5 lubang ini berkisar US $ 300,000
(kedalaman 200 meter) sampai US $ 2.000.000 (kedalaman 500
meter). Hal atas, ini melebihi biaya eksplorasi permukaan rinci13
.
Saat ini Pemerintah telah melakukan kegiatan ini setidaknya pada 23
prospek geothermal di Indonesia, Pertamina telah melakukan
pengeboran seperti suhu gradien, dengan dukungan keuangan sekitar
sepertiga dari Pemerintah New Zealand atau Jepang, dan dalam satu
kasus dari Pemerintah Amerika Serikat. Namun, dalam hal kasus di
mana belum ada pengeboran sebelumnya, atau di mana pihak
perusahaan swasta telah memilih untuk melengkapi data drill hole
12
Ibid. hal.11.
13
Ibid. hal.12.
76. 52
yang telah tersedia, bearti pihak swasta telah tersebut menanggung
seluruh risiko. Pengeboran lubang eksplorasi dalam (biasanya 1,5-3
km), tergantung pada hasil yang positif dari tahap awal. Biaya per
meter telah meningkat pesat selama 3 tahun terakhir ini. Sehingga
biaya per meter diharapkan berkisar dari US $ 1.500 sampai $ 2.500,
termasuk biaya pergerakan rig pengeboran di antara bantalan sumur
(well pads), tetapi tidak termasuk biaya mobilisasi awal. Asumsi
mobilisasi rig ke lapangan untuk biaya dari US $ 250.000 hingga US
$ 500.000, program eksplorasi 3 sumur awal akan menelan biaya
antara US $ 7 dan US $ 23 juta 14
. Pengujian komprehensif sumur,
diikuti dengan penilaian ukuran lapangan, karakteristik dan perilaku
jangka panjang, untuk menentukan cadangan yang dapat dipulihkan
(recoverable reserve) dan persyaratan pengeboran jangka panjang
berikutnya. Hal ini dilakukan sebelum keputusan apakah akan
mengembangkan lapangan secara komersial dan untuk mengapai
recovery pembiayaan pembangunan. Biaya pengujian komprehensif
sekitar US $ 500.000 sampai US $ 1.000.000, dengan produk akhir
menjadi "bankable", laporan berdasarkan semua hal yang telah
disebutkan15
. Pertamina, dan dalam satu kasus PLN, dalam beberapa
hal dengan bantuan dari Pemerintah Selandia Baru, telah menanggung
biaya untuk setidaknya 1 sumur eksplorasi pada 19 prospek di Jawa,
Sumatera, Sulawesi, Flores dan Bali dengan total pengeluaran pada
14
Ibid.
15
Ibid.
77. 53
kisaran US $ 100 juta dolar. Hal ini telah terbukti menjadi elemen
yang sangat penting dari mitigasi risiko untuk entitas/perusahaan
swasta yang kemudian dilanjutkan dengan pengembangan lapangan di
Darajat, Dieng, Sibayak dan lapangan Wayang Windu.
Dengan demikian total biaya berkisar sedikit lebih dari US $ 7 juta
untuk program saru lubang (mungkin berakhir dengan menghasilkan
data prospek), menjadi US $ 23 juta untuk kegiatan yang sukses
melibatkan pemboran 3 sumur. Tabel 5 merangkum biaya proyek
eksplorasi tersebut dilakukan dari pengintaian daerah awal hingga
pengeboran sumur dan konfirmasi sifat komersial dari aktifitas
pengujian sumur dan penilaian sumber daya. Ketika perusahaan
swasta menghitung total biaya, maka biaya-biaya ini dikembalikan
(cost recovery), akan dipertimbangkan pula ketika menentukan tingkat
pengembalian internal (IRR), serta harga yang diminta untuk listrik.
Selain itu, ada perkiraan biaya yang diberikan untuk pekerjaan yang
diperlukan dan memerlukan waktu untuk mendirikan sebuah
perusahaan swasta, kelayakan proyek, negosiasi, Kontrak Operasi
Bersama (JOC) atau perjanjian yang diperlukan kerja sama dengan
Pertamina dan Kontrak Penjualan Energi (ESC) dengan PLN, dan
melakukan semua survei lingkungan yang diperlukan dan merancang
langkah-langkah mitigasi dampak lingkungan, serta biaya overhead
perusahaan untuk sekuriti di lokasi, dan overhead untuk biaya
mess/wisma, kantor (site office and facilities).
78. 54
Tabel 5
Biaya eksplorasi dan pengembangan sumur geothermal
Sumber : GeothermEx, Inc. (2010). An assessment of geothermal resource risks in
Indonesia, 2010.
79. 55
Geothermal Well Logging Operation
Well logging adalah upaya untuk mendapatkan rekaman detail tentang
kondisi di dalam lubang sumur. Jenis well logging yang popular pada
industri geothermal adalah production logging, yang mana dapat
dibedakan lagi menurut tujuan logging dan parameter terukur, seperti
PT logging, PTS logging, dan caliper logging16
. Pada PT logging
merupakan jenis logging yang bertujuan untuk mendapatkan rekaman
data tekanan dan temperatur di setiap titik kedalaman dari setiap
sumurnya. Sedangkan PTS logging merupakan jenis logging yang
selain mampu merekam data dan temperatur juga mampu memberikan
gambaran tentang kecepatan fluida yang mengalir di dalam lubang
sumur pada setiap titik kedalamannya. Berbeda dengan kedua logging
tersebut, caliper logging merekam data yang berhubungan dengan
well integrity. Perangkat peralatan digunakan dalam operasi well
logging di kenal dengan logging unit. Satu logging unit pada
dasarnya terdiri dari winch, electric line (e-line cable), slickline
cable, weight sensor, surface read-out (SRO17
.
Winch adalah perangkat yang digunakan untuk mengulur dan menarik
kabel ke dan dari dalam lubang sumur. Di ujung dari kabel ini
terpasang seperangkat sensor yang digunakan untuk merekam data di
16
Robi Irsa Mukhti, Op. Cit.
17
Ibid.
80. 56
dalam sumur. Kabel logging sendiri terdiri dari dua jenis yaitu electric
line (e-line) cable dan slickline cable. E-line cable digunakan jika
jenis logging yang sedang berjalan membutuhkan transmisi langsung
dari dalam lubang sumur menuju ke permukaan secara real-time, jenis
dari logging ini adalah PT logging dan PTS logging. Sedangkan
slickline cable digunakan jika jenis logging sedang berjalan tidak
membutuhkan transmisi langsung secara real-time dari dalam lubang
sumur ke permukaan, jenis logging ini misalnya caliper logging.
Weight sensor adalah perangkat yang terdapat di dalam logging unit
yang berfungsi untuk memonitor tension dari kabel logging unit
secara terus-menerus. Tension adalah gaya yang bekerja pada kabel
yang mengakibatkan kabel teregang akibat adanya beban di ujung
kabel. Beban ini diakibatkan oleh sensor yang terpasang di ujung
kabel dan massa dari kabel itu sendiri. Jika beban yang bekerja pada
kabel melampaui batas elastisitas dari kabel maka kabel tersebut akan
putus, dan perangkat sensor akan jatuh ke dalam sumur tanpa bisa
ditarik kembali kepermukaan. Kejadian seperti ini dikenal dengan
istilah Lost in hole dan sangat tidak diharapkan.
Surface read-out adalah untuk membaca data yang sedang
ditransmisikan dari dalam lubang sumur kepermukaan. Media
transmisi digunakan kabel logging jenis e-line cable. SRO terdiri
perangkat elektronik modulator dan demodulator (modem SRO
81. 57
selanjutnya dihubungkan kelayar monitor sehingga harga dari
parameter yang sedang terukur dalam lubang sumur dapat di lihat
secara real-time.
Logging unit biasanya merupakan mobile unit berupa truk kontainer di
mana seluruh peralatan logging telah tersusun secara rapi di dalam
ruang container. Mobile logging unit biasa di dukung oleh satu
support truck yang membawa peralatan pendukung seperti lifting
equipment, stuffing box, recovery tube, blow-out preventer (BOP), dan
lain-lain. Unit ini masih harus di dukung oleh crane yang biasanya
disediakan oleh perusahaan operator lapangan pada saat operasi
logging berlangsung.
Lifting equipments pada dasarnya terdiri dari crane, sling, dan
shackle. Crane yaitu alat berat yang digunakan untuk mengangkat,
memindahkan, dan mengantung beban yang berat. Sling adalah kawat
baja yang digunakan untuk menggantung beban berat pada crane.
Shackle merupakan sejenis alat-alat yang digunakan untuk
menyambung satu sling dengan rangkaian sling lainnya.
Stuffing box, recovery tube, blow-out preventer (BOP) bagian dari
apa yang dinamakan pressure control equipments. Merupakan
seperangkat alat yang berfungsi untuk mengkontrol tekanan di sekitar
kepala sumur baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi tidak
82. 58
normal. Kondisi tidak normal yang di maksud adalah munculnya
tekanan berlebih yang tiba-tiba dari dalam lubang sumur menuju
permukaan (blow-out) dan terjadinya stagnancy di dalam lubang
sumur. Stagnancy yaitu keadaan di mana kabel logging yang sedang
berada di lubung sumur tidak bisa di tarik dan di ulur dari maupun ke
dalam sumur.
Pressure control equipments di pasang di atas kepala sumur di mana
konfigurasinya dari puncak ke bawah adalah stuffing box, recovery
tube, BOP, adapter (jika diperlukan), dan kepala sumur. Kabel
logging dimasukan ke dalam lubang sumur melalui stuffing box. Pada
stuffing box ini berfungsi untuk meyegel tekanan dari dalam lubang
sumur terhadap tekanan udara luar dan di kenal juga sebagai primary
barrier. Tekanan di dalam kepala sumur dapat berada dalam rentang
10-20 bar, sedangkan tekanan udara luar adalah sekitar 1 bar.
Sehingga jika tekanan dari dalam sumur tidak tersegel dengan baik
maka perbedaan tekanan yang besar ini akan mengakibatkan
kecelakaan yang serius.
Recovery tube merupakan rangkaian “pipa” terdiri dua atau tiga
sambungan yang berfungsi untuk menyediakan ruang ketinggian yang
sangat berguna jika terpaksa melakukan recovery pada saat operasi
logging sedang berjalan. Bagian BOP merupakan secondary barrier
yang digunakan untuk menyegel tekanan dari dalam lubang sumur
83. 59
pada saat keadaan darurat ketika stuffing box tidak lagi mampu
menyegel tekanan yang terlalu besar. Rating BOP yang digunakan
adalah 5000 psi atau setara 344 bar.
Sumber: Mukhti, 2010.
Gambar 17. Operasi Logging Sumur Panas Bumi
Static Formation Tempetature Test (SFTT)
Static Formation Tempetature Test (SFTT) adalah survei yang
diakukan pada saat pengeboran sumur geothermal masih berlangsung.
Tujuan dari SFTT memperkirakan temperatur formasi yang
sebenarnya pada kedalaman yang sedang di tembus oleh pengeboran
saat itu. Biasanya, pada saat pengeboran geothermal, formasi
diperkirakan dengan mengunakan parameter pengeboran dan
84. 60
geoindikator seperti adanya mineral epidot. Walaupun kadang
parameter pengeboran dan geoindikator tersebut tidak dapat
memberikan informasi yang jelas mengenai temperatur sesungguhnya.
Temperatur dari drilling mud juga mempresentasikan temperatur yang
sebenarnya dari formasi, karena temperatur drilling mud yang
disirkulasikan ke dalam sumur lebih dingin dibandingkan temperatur
formasi sehingga akan terjadi fenomena pendinginan oleh drilling
mud terhadap formasi disekitarnya.
Sumber: Mukhti, 2010.
Gambar 18. Example of geo-indicators : Epidote
SFTT dilakukan dengan terlebih dahulu menghentikan sirkulasi
drilling fluid. Selanjutnya sumur dibiarkan dalam keadaan shut-in
dengan menutup master valve. Setelah itu, wireline logging dilakukan
85. 61
dengan menurunkan alat pengukur tekanan dan temperatur (PT tool)
sampai pada kedalaman tertentu, biasanya sampai sekitar 50 meter
diatas bottom hole (dasar sumur). Di kedalaman ini, PT tool di
gantung setidaknya selama 6 jam untuk merekam data build up
temperature dengan sampling rate 0,5 detik. Data build up
temperature ini merupakan hard data dari SFTT. Data inilah yang
selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan perkiraan temperatur
sesungguhnya dari formasi, yaitu temperatur dari formasi pada
keadaan stabil (steady state) atau keadaan tak terganggu (disturbed).
Sumber: Mukhti,2010.
Gambar 19. SFTT survey preparation