SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pen-
didikan guru
4. Sebagai program pendidikan politik.
5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait yang
dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan,
Sejatinya, pendidikan Kewarganegaraan dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia dalam istilah
yang berbeda-beda. Pendidikan Kewarganegaraan sering disebut dengan istilah civic education, citizenship
education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai democracy education. Sebagai mata kuliah wajib di
perguruan tinggi, pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dan strategis guna mempersiapkan
warga negara yang kritis, cerdas dan bertanggung jawab. Pendidikan kewarga-
negaraan bersama-sama mata kuliah lain seperti agama, dan bahasa Indonesia berada pada kelomp-
ok mata kuliah pengembangan kepribadian dan wajib diterapkan di seluruh perguruan tinggi di indo-
nesia Menurut Juliardi (2014:2-4), ada dua alasan yang melatarbelakangi pentingnya pendidikan ke-
warganegaraan di perguruan tinggi, yaitu:
1. Eksternal, didasarkan atas kuatnya pengaruh globalisasi dan modernisasi dewasa ini. Globalisasai menjadi
realitas yang tak terelakan yang membawa pengaruh terhadap struktur kehidupan berma-syarakat, berbangsa
dan bernegara, seperti tercermin pada pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat. Globalisasi tidak saja
membawa pengaruh positif tentang demokrasi, hak asasi manusia (HAM), keterbukaan dan lain-lain, namun di
sisi lain globalisasi membawa pengaruh negatif seperti decade- ensi moral, pergaulan bebas, narkoba, dan lain
sebagainya. Pada masyarakat yang semakin terbuka, maka pendidikan karakter sebagaimana tercermin dalam
pendidikan kewarganegaraan menjadi benteng dalam upaya membekali individu dari pengaruh negatif
globalisasi. Globalisasi tidak bisa dibendung atau dihindari. tetapi yang paling penting adalah bagaimana
menyikapi globalisasi tersebut secara dengan kritis, dewasa, dan bijaksana.
Globalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang.
Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu peta politik dunia dan mampu memberikan
tekanan bagi negara-negara yang secara politis kurang berpengaruh. Amerika misalnya, telah menjadi "polisi
dunia" yang bisa menjatuhkan hukuman bagi negara-negara yang tidak sehakuan dengannya. Dialektika antara
negara-negara maju dan negara-negara berkembang pada gilirannya akan menciptakan struktur baru, yaitu
struktur global yang sangat memenagruhi pola pikir dan mentalitas negara lain. Aklibatnya, identitas masing-
masing negara menjadi memudar, bahkan mungkin bisa hilang. Pada tataran sosiologis terjadi pergeseran nilai
sebagai konsekuensi benturan antara nasionalisme dan internasionalisme. Bila kondisi itu tidak disikapi secara
bijaksana, maka cepat atau lambat sendi-sendi negara semakin longgar.
2. Internal, didasarkan atas perjalanan bangsa Indonesia yang telah mengalami beberapa masa sejak era pra
penjajahan, masa penjajahan, era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan, era pengisian
kemerdekaan, reformasi dan pasca reformasi saat ini. Setiap perubahan membawa tantangan yang berbeda-
beda sehingga perlu disikapi dengan nilai-nilai yang dilandasi oleh jiwa, tekad, dan seman kebangsaan dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di sisi lain, ada kecenderungan memudarya nilai-nilai
kebangsaan baik pada tataran individu maupun kelompok yang tercermin pada penyelenggara negara yang
terkena korupsi, sikap hidup hedonis, dan pragmatis. Kondisi destruktif itu tentu harus dihadapi dengan cara
menumbuhkan dan membangun sikap mental yang tangguh. Pendidikan kewarganegaraan menjadi mata
kuliah yang diharapkan mampu memperkuat nilai-nilai individu dan kelompok sehingga Indonesia bisa tetap
tegak di tengah-tengah perubahan zaman yang cepat.
1.2 PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Untuk memahami pengertian pendidikan kewarganegaran secara utuh dan komprehensif, Arwiyah dan
Runik Machproh (2014:2-6) menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut:
1.2.1 Kewarganegaraan/Civic
Dalam sejarahnya, istilah kewarganegaraan (civics) berasal dari kata Yunani yaitu civicus yang berarti
penduduk sipil yang mempraktekan demokrasi langsung dalam negara kota atau polis. Tradisi Yunani telah
memberikan inspirasi konseptual tebtabg kebaikan umum, kesejahteraan umum dan kebajikan atau
keutamaan sipil (civil virtue) yang lahir kembali dalam melawawan otokratik raja-raja. Civics merupakan
cabang dari ilmu politik yang membahas tentang hak dan kewajiban warga negara.
Civics adalah The sciences of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collections,
the individual in his relation to the state. Dari debnisi tersebut, Civics dirumuskan dalam Ilmu
Kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan (a) manusia dalam perkumpulan-
perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik) (b) individu-individu dengan negara.
Sementara Edmonson (1958) merumuskan arti Civics ini dengan Civics is usually defined as the study of
government and of government and of citizenship, that is, of the duties, right and privileges of citizens.
Batasan ini menunjukkan bahwa Civics merupakan cabang dari ilmu politik. Jika ditelisik lebih jelas hampir
semua debnisi mengenai Civics pada intinya menyebut government, hak dan kewajiban sebagai warga negara
dari sebuah negara.
1.2.2 Civic Education
Secara historis, istilah civic education dan citizenship education muncul pada tahun 1990 dan sering digunakan
secara bertukar-pakai dengan istilah citizenship education. Mahoneymerumuskan bahwa "Civic education
includes and involves those teaching, that type of teaching method; those student activities, those
administrative and supervisory procedures which the school my utilize purposively to make for better living
together in the democratic way (synonymously) to develop better civic behavior"
Berdasarkan rumusan tersebut bahwa civic education merupakan suatu proses pendidikan yang mencangkup
proses pembelajaran semua mata pelajaran, kegiatan siswa, proses administrasi, dan pembinaan dalam upaya
mengembangkan perilaku warganegara yang baik. Dengan demikian, fokus dari civic education membahas
tentang warga negara di dalam negaranya dengan berbagai kompleksitasnya.
Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya diorientasikan untuk membina dan membelajarkan anak menjadi
warga negara yang baik, iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme (rasa
kebangsaan) yang kuat (mantap), sadar serta mampu membina dan melaksanakan hak dan kewajiban dirinya
sebagai manusia, warga masyarakat dan bangsa negaranya, taat asas (ketentuan), demokratis dan partisipatif,
aktif-kreatif-positif dalam kebhinekaan kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Secara umum, objek studi
civic education adalah warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi,
agama, kebudayaan dan negara. Sedangkan secara spesibk, objek studi civic education mencakup:
a. Tingkah laku
b. Tipe pertumbuhan berpikir
c. Potensi yang ada dalam setiap diri warga negara
d. Hak dan kewajiban
e. Cita-cita dan aspirasi
f. Kesadaran, patriotisme, nasionalisme, pengertian internasional, moral pancasila
g. Usaha, kegiatan, partisipasi, tanggung jawab
1.2.3 Citizenship Education
Citizenship education merujuk kepada istilah generik yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan di
luar sekolah, seperti yang terjadi dilingkungan keluarga, dalam organisasi keagamaan, dalam organisasi
kemsyarakatan, dan dalam media. Dengan demikian, bahwa citizenship education memiliki makna yang lebih
luas dari sekedar civic education yang diterapkan di sekolah atau perguruan tinggi secara formal.
1.3 TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Bila merujuk kepada Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan pendidikan kewarganegaraan
sebagaimana tercantum dalam visi, misi dan kompetensi yang diharapkan, yaitu:
Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah sumber nilai dan pedoman dalam
pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan
kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa
mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, dan
berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya.
Misi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu mahasiswa guna
memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa
kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral (Kaelan dan Ahmad Zubaidi, 2010:2). Arwiyah
dan Runik Mach Proh (2014:11), merumuskan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut :
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secam cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa dan bemegara, serta anti korupsi.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Sementara pada ruang global, Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu menjawab era keterbukaan
dengan mengembangkan sikap-sikap sebagai berikut:
a. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai-nilai moral, etika dan
religius.
b. Menjadi warga negara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
c. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada tanah air
d. Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggungjawab, serta mengembangkan
kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi.
c. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
Dalam ungkapan yang lebih sederhana (Ubacdillah dan Abdul Rozak, 2013:6), bahwa tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas,
bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan beredara. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi basis
pendidikan karakter guna mempersiapkan generasai muda atau peserta didik di perguruan tinggi menjadi
pribadi-pribadi yang tangguh, unggul, ulet, berwawasan luas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Berdasarkan visi dan misi sebagaimana dijelaskan di atas, maka kompetensi mahasiswa yang
diharapkan dari Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah menciptakan ilmuwan yang professional yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban. Di samping itu kompetensi lain yang
diharapkan adalah mahasiswa yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (Kaelan dan Ahmad Zubaedi, 2010:20.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual sudah sepantasnya memiliki kearifan dan kecerdasan dalam
bertindak terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan dan kebangsaan. Kecerdasan
yang dimaksud adalah seperangkat tindakan yang penuh tanggunggung jawab terhadap negara, dan me
mecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan menerapkan konsep
falsafah bangsa, wawasan kebangsaan, dan ketahanan nasional. Sifat cerdas yang dimaksud tampak
kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak, sedangkan sifat penuh tanggungjawab diperlihatkan
sebagai kebenaran tindakan ditilik dari nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, ataupun kepatuhan terhadap nila
- nilai norma dan budaya.
Sementara menurut Dwiyatmi (2012:10), standar kompetensi yang wajib dikuasai mahasiswa adalah
mahasiswa memiliki pengetahuan tentang kewarganegaraan demokratis dan mampu menerapkan
pengetahuan nilai-nilai, dan ketrampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari: memiliki kepribadian yang
mantap; berpikir kritis: bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis; berpandangan luas, dan bersikap
demokratis yang berkeadaban.
Indonesia tidak saja membutuhkan kaum intelektual yang berwawasan luas, tetapi membutuhkan
kaum intelektual yang memiliki integritas, kebangsaan dan mampu mengimplementasikan Pancasila pada
tataran kehidupan praktis. Ilmu pengetahuan akan menjadi entitas yang membahayakan jika tidak dilandasi
oleh nilai-nilai luhur Pancasila sebagai nilai komitmen bersama seluruh rakyat Indonesia pada seluruh aspek
kehidupan. Oleh karena itu, Dwiyatmi (2012:10), menjelaskan secara panjang lebar, demikian: Mampu berbkir
rasional,bersikap dewasa dan dinamis, berpandangan luas dan bersikap demokratis yang berkeadaban sebagai
warganegara Indonesia. Dengan berbekal kemampuan intelektual ini diharapkan mahasiswa mampu
melaksanakan proses belajar sepanjang hayat, menjadi ilmuwan dan professional yang berkepribadian dan
menjunjung nilai-nilai falsafah bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1.4 LANDASAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi (2010:3-5), ada dua landasan pokok yang melatarbelakangi Pendidikan
Kewarganegaraan, yaitu:
1.4.1 Landasan Ilmiah
a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
Sejatinya, setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup bermanfaat dan bermakna bagi negara dan
bangsanya, serta dapat mengantisipasi masa depannya. Dalam lingkup seperti itu maka diperlukan penguasaan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, moral, kemanusiaan, dan nilai-
nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warga negara dan negara, serta
pendidikan pendahuluan bela negara yang keseluruhannya berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar Ploso
bangsa. Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran
bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan Plsafat
bangsa Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya diberlakukan di Indonesia melainkan berlaku di
beberapa negara di dunia sebagai mana dikenal dengan Civic Education.
b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Pada tataran Plsafat ilmu, setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek, metode,
sistem dan bersifat universal. Hal itu mengandung pengertian bahwa objek pembahasan ilmu harus jelas, baik
objek material maupun objek formalnya. Objek material berkenaan dengan bidang sasaran yang dibahas dan
dikaji oleh suatu bidang atau cabang ilmu. Sementara objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih
untuk membahas objek material tersebut. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan, objek materialnya adalah
segala hal yang berkaitan dengan warga negara baik yang empirik maupun yang nonemperik, yang meliputi
wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan negara.
Sedangkan objek formal Pendidikan Kewarganegaraan meliputi dua segi, yaitu hubungan antara warga negara
dan negara (termasuk hubungan antar warga negara) dan bela negara. Dalam hal ini pembahasan Pendidikan
Kewarganegaraan terarah pada warga negara Indonesia dalam hubungannya dengan negara Indonesia dan
pada upaya pembelaan negara Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan idealitas Pendidikan Kearganegaraan itu, Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No.
43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan lebih rinci yang meliputi pokok-pokok bahasan substansi kajian Pendidikan
Kewarganegaraan mencakup:
1) Filsafat pancasila
2) Identitas Nasional
3) Negara dan Konstitusi
4) Demokrasi Indonesia
5) Rule of Law dan Hak Asasi Manusia
6) Hak dan Kewajiban Warga Negara serta Negara
7) Geopolitik Indonesia
8) Geostrategi Indonesia
c. Rumpun Keilmuan
Pada rumpun keilmuan, Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan Civics Education yang dikenal
diberbagai negara. Sebagai kajian ilmiah Pendidikan Kewarganegaraan bersiaf antardisipliner (antar bidang)
bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu Kewarganegaraan ini diambil
dari berbagai disiplin ilmu. Oleh sebab itu pembahasan dan pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan
memerlukan sumbangan berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu politik, hukum, plsafat,sosiologi, administrasi
negara, ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan bangsa, serta ilmu budaya.
1.4.2 Landasan Hukum
Landasan hukum Pendidikan Kewarganegaraan meliputi:
a. UU 1945
(1) Pembukaan UUD 1945. khusus pada alinea kedua dan keempat, yang memuat cita-cita tujuan dan
aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya
(2) Pasal 27 (1) menyatakan bahwa "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya".
(3) Pasal 30 (1) menyatakan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara."
(4) Pasal 31 (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran"
b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
c. Ketetaoan MPR No. 6/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa dan bernegara
d. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan
Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 Tahun 1988)
(1) Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara yang diwujudkan denga keikut-
sertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan Pendahuluan Bela Negara
sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem Pendidikan Nasional
(2) Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh
setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap awal pada tingkat pendidikan dasar
sampai Pendidikan menengah ada dalam gerakan Pramuka. Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan
tinggi ada dalam bentuk Pendidikan Kewiraan.
e. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/0/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil belajar Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum
Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadian, yang wajib
diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi.
f. Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tetang Pendidikan Tinggi yang salah satunya bertujuan mengem-
bangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
maha Esa danberakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan berbu-
daya untuk kepentingan bangsa.
g. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menetapkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa Inggris.
h. Adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, yang memuat rambu-rambu pelaksanaan kelompok
Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
1.5 METODE PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN
Sebagai mata kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi, maka Pendidikan Kewarganegaraan perlu didukung
oleh metode pembelajaran yang tepat sehingga mampu dijiwai oleh peserta didik. Menurut Dwi Yatmi
(2012:10), metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi:
1. Menggunakan pendekatan berorientasi kepada kepentingan peserta didik dan menempatkan
mahaSiswa sebagai subjek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan sebagai individu,
anggota keluarga, anggota masyarakat dan warga negara.
2. Metode proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pembahasan secara kritis analitis, induktif
deduktif dan efektif melalui dialog kreatif yang bersifat partisipatoris, untuk meyakini kebenaran
substansi dasar kajian dan motivasi sepanjang hayat
3. Bentuk aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka, ceramah, dialog (diskusi) in teraktif, studi
kasus, penugasan mandiri, tugas baca, seminar kelas (presentasi) dan evaluasi proses belajar, stadium
generale.
4. Motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran pengembangan kepribadian merupakan ke-
butuhan hidup untuk eksis dalam masyarakat global.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan keniscaynan yang perlu diajarkan
kepada setiap warga negara Indonesia dari tingkat pendidikan dasar, menengah, atas, hingga pada jenjang
perguruan tinggi. Pendidkkan karakter tidak bisa diberikan secara parsial melainkan harus bersifat graduasi
dengan melibatkan seluruh jenjang pendidikan. Pendidikan karakter secara substantif meliputi ranah kognitif
(pengetahuan), afektif (kesadaran dan penghayatan), dan psikomotorik (perilaku nyata) pada kehidupan
sehari-hari.

More Related Content

What's hot

Makalah civic baron
Makalah civic baronMakalah civic baron
Makalah civic baronAfriantob
 
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Sarana Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)  Sebagai Sarana PendidikanPendidikan Kewarganegaraan (PKn)  Sebagai Sarana Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Sarana PendidikanR. Herawati Suryanegara
 
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Ali Murfi
 
pendidikan karakter
pendidikan karakterpendidikan karakter
pendidikan karakterU Nuril
 
Latar Belakan PKN
Latar Belakan PKNLatar Belakan PKN
Latar Belakan PKNNurFadhila6
 
Pendidikan Multikulturalisme
Pendidikan MultikulturalismePendidikan Multikulturalisme
Pendidikan MultikulturalismeEka Fatma
 
Tugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologiTugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologiZurie Hafiez
 
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1Doan Gabriel Silalahi
 
Pendidikan multikultural-artiklel
Pendidikan multikultural-artiklelPendidikan multikultural-artiklel
Pendidikan multikultural-artiklelFelix Baskara
 
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesiaMateri kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesiaYhana Hadayana
 
Pengantar Pendidikan multikultural
Pengantar Pendidikan multikulturalPengantar Pendidikan multikultural
Pengantar Pendidikan multikulturalSalma Van Licht
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumsman 2 mataram
 
Landsan ilmiah dan landasan hukum pendidikan kwn
Landsan ilmiah dan landasan hukum pendidikan kwnLandsan ilmiah dan landasan hukum pendidikan kwn
Landsan ilmiah dan landasan hukum pendidikan kwnyuliantipratifa
 

What's hot (20)

Makalah civic baron
Makalah civic baronMakalah civic baron
Makalah civic baron
 
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Sarana Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)  Sebagai Sarana PendidikanPendidikan Kewarganegaraan (PKn)  Sebagai Sarana Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Sarana Pendidikan
 
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"
 
Kewarganegaraan
KewarganegaraanKewarganegaraan
Kewarganegaraan
 
Multikultural
MultikulturalMultikultural
Multikultural
 
pendidikan karakter
pendidikan karakterpendidikan karakter
pendidikan karakter
 
Latar Belakan PKN
Latar Belakan PKNLatar Belakan PKN
Latar Belakan PKN
 
Tugas pkn siap tempur
Tugas pkn siap tempurTugas pkn siap tempur
Tugas pkn siap tempur
 
Pendidikan Multikulturalisme
Pendidikan MultikulturalismePendidikan Multikulturalisme
Pendidikan Multikulturalisme
 
Tugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologiTugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologi
 
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1
Latar belakang pendidikan kewarganegaraan bg 1
 
pkn
pknpkn
pkn
 
Pendidikan multikultural-artiklel
Pendidikan multikultural-artiklelPendidikan multikultural-artiklel
Pendidikan multikultural-artiklel
 
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesiaMateri kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
 
Pengantar Pendidikan multikultural
Pengantar Pendidikan multikulturalPengantar Pendidikan multikultural
Pengantar Pendidikan multikultural
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
 
Landsan ilmiah dan landasan hukum pendidikan kwn
Landsan ilmiah dan landasan hukum pendidikan kwnLandsan ilmiah dan landasan hukum pendidikan kwn
Landsan ilmiah dan landasan hukum pendidikan kwn
 
Karakteristik warga negara yang demokratis
Karakteristik warga negara yang demokratisKarakteristik warga negara yang demokratis
Karakteristik warga negara yang demokratis
 
Hsp t5
Hsp t5Hsp t5
Hsp t5
 
Hsp t4
Hsp t4Hsp t4
Hsp t4
 

Similar to PK sebagai Pengembangan Kepribadian

Pendidikan kewarganegaraan ( More on augussiahaan.com )
Pendidikan kewarganegaraan ( More on augussiahaan.com )Pendidikan kewarganegaraan ( More on augussiahaan.com )
Pendidikan kewarganegaraan ( More on augussiahaan.com )AugusSiahaan
 
Tugas bab i landasan ilmiah pendidikan kewarganegaraan
Tugas bab i landasan ilmiah pendidikan kewarganegaraanTugas bab i landasan ilmiah pendidikan kewarganegaraan
Tugas bab i landasan ilmiah pendidikan kewarganegaraansawaludin
 
Modul 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral.pptx
Modul 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral.pptxModul 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral.pptx
Modul 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral.pptxzhakibhakti
 
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)Muh Nafis Edi Yahyana
 
PKN PERTEMUAN KE-1.pptx
PKN PERTEMUAN KE-1.pptxPKN PERTEMUAN KE-1.pptx
PKN PERTEMUAN KE-1.pptxFikra8
 
Alfi nugraha 2 ib03(fix)
Alfi nugraha 2 ib03(fix)Alfi nugraha 2 ib03(fix)
Alfi nugraha 2 ib03(fix)Alfi Nugraha
 
Alfi nugraha 2 ib03(fix)
Alfi nugraha 2 ib03(fix)Alfi nugraha 2 ib03(fix)
Alfi nugraha 2 ib03(fix)Alfi Nugraha
 
Pkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiPkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiAnang Sarbaini
 
DIMENSI PENDIDIKAN KEARGANEGARAAN.pptx
DIMENSI PENDIDIKAN KEARGANEGARAAN.pptxDIMENSI PENDIDIKAN KEARGANEGARAAN.pptx
DIMENSI PENDIDIKAN KEARGANEGARAAN.pptxNabilaSalsabila99
 
Hijau Pop Retro Simpel Ilustrasi Belajar Pelajaran Presentasi.pptx
Hijau Pop Retro Simpel Ilustrasi Belajar Pelajaran Presentasi.pptxHijau Pop Retro Simpel Ilustrasi Belajar Pelajaran Presentasi.pptx
Hijau Pop Retro Simpel Ilustrasi Belajar Pelajaran Presentasi.pptxSDN2Banyusri2
 
resume pkn modul 1
resume pkn modul 1 resume pkn modul 1
resume pkn modul 1 nisaradhine
 
Bab 1 pengantar pendidikan kewarganegaraan
Bab 1 pengantar pendidikan kewarganegaraanBab 1 pengantar pendidikan kewarganegaraan
Bab 1 pengantar pendidikan kewarganegaraanArini Nurmala Sari
 
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPSCapaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPSModul Guruku
 
Pertemuan 1 Pendidikan Kewarganegaraan.ppt
Pertemuan 1  Pendidikan Kewarganegaraan.pptPertemuan 1  Pendidikan Kewarganegaraan.ppt
Pertemuan 1 Pendidikan Kewarganegaraan.pptRamdani554380
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamAnang Sarbaini
 
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraanMakalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraanevi rahayu
 
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxReynaldi Wahyu
 

Similar to PK sebagai Pengembangan Kepribadian (20)

Pendidikan kewarganegaraan ( More on augussiahaan.com )
Pendidikan kewarganegaraan ( More on augussiahaan.com )Pendidikan kewarganegaraan ( More on augussiahaan.com )
Pendidikan kewarganegaraan ( More on augussiahaan.com )
 
Tugas bab i landasan ilmiah pendidikan kewarganegaraan
Tugas bab i landasan ilmiah pendidikan kewarganegaraanTugas bab i landasan ilmiah pendidikan kewarganegaraan
Tugas bab i landasan ilmiah pendidikan kewarganegaraan
 
Modul 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral.pptx
Modul 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral.pptxModul 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral.pptx
Modul 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral.pptx
 
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
 
PKN PERTEMUAN KE-1.pptx
PKN PERTEMUAN KE-1.pptxPKN PERTEMUAN KE-1.pptx
PKN PERTEMUAN KE-1.pptx
 
Alfi nugraha 2 ib03(fix)
Alfi nugraha 2 ib03(fix)Alfi nugraha 2 ib03(fix)
Alfi nugraha 2 ib03(fix)
 
Alfi nugraha 2 ib03(fix)
Alfi nugraha 2 ib03(fix)Alfi nugraha 2 ib03(fix)
Alfi nugraha 2 ib03(fix)
 
Pembangunan karakter bangsa
Pembangunan karakter bangsaPembangunan karakter bangsa
Pembangunan karakter bangsa
 
Pkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiPkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilai
 
Makalah generasi muda
Makalah generasi mudaMakalah generasi muda
Makalah generasi muda
 
Pengantar
Pengantar Pengantar
Pengantar
 
DIMENSI PENDIDIKAN KEARGANEGARAAN.pptx
DIMENSI PENDIDIKAN KEARGANEGARAAN.pptxDIMENSI PENDIDIKAN KEARGANEGARAAN.pptx
DIMENSI PENDIDIKAN KEARGANEGARAAN.pptx
 
Hijau Pop Retro Simpel Ilustrasi Belajar Pelajaran Presentasi.pptx
Hijau Pop Retro Simpel Ilustrasi Belajar Pelajaran Presentasi.pptxHijau Pop Retro Simpel Ilustrasi Belajar Pelajaran Presentasi.pptx
Hijau Pop Retro Simpel Ilustrasi Belajar Pelajaran Presentasi.pptx
 
resume pkn modul 1
resume pkn modul 1 resume pkn modul 1
resume pkn modul 1
 
Bab 1 pengantar pendidikan kewarganegaraan
Bab 1 pengantar pendidikan kewarganegaraanBab 1 pengantar pendidikan kewarganegaraan
Bab 1 pengantar pendidikan kewarganegaraan
 
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPSCapaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
 
Pertemuan 1 Pendidikan Kewarganegaraan.ppt
Pertemuan 1  Pendidikan Kewarganegaraan.pptPertemuan 1  Pendidikan Kewarganegaraan.ppt
Pertemuan 1 Pendidikan Kewarganegaraan.ppt
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
 
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraanMakalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
 
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
 

Recently uploaded

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 

Recently uploaded (20)

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 

PK sebagai Pengembangan Kepribadian

  • 1. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian 3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pen- didikan guru 4. Sebagai program pendidikan politik. 5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan, Sejatinya, pendidikan Kewarganegaraan dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia dalam istilah yang berbeda-beda. Pendidikan Kewarganegaraan sering disebut dengan istilah civic education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai democracy education. Sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi, pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dan strategis guna mempersiapkan warga negara yang kritis, cerdas dan bertanggung jawab. Pendidikan kewarga- negaraan bersama-sama mata kuliah lain seperti agama, dan bahasa Indonesia berada pada kelomp- ok mata kuliah pengembangan kepribadian dan wajib diterapkan di seluruh perguruan tinggi di indo- nesia Menurut Juliardi (2014:2-4), ada dua alasan yang melatarbelakangi pentingnya pendidikan ke- warganegaraan di perguruan tinggi, yaitu: 1. Eksternal, didasarkan atas kuatnya pengaruh globalisasi dan modernisasi dewasa ini. Globalisasai menjadi realitas yang tak terelakan yang membawa pengaruh terhadap struktur kehidupan berma-syarakat, berbangsa dan bernegara, seperti tercermin pada pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat. Globalisasi tidak saja membawa pengaruh positif tentang demokrasi, hak asasi manusia (HAM), keterbukaan dan lain-lain, namun di sisi lain globalisasi membawa pengaruh negatif seperti decade- ensi moral, pergaulan bebas, narkoba, dan lain sebagainya. Pada masyarakat yang semakin terbuka, maka pendidikan karakter sebagaimana tercermin dalam pendidikan kewarganegaraan menjadi benteng dalam upaya membekali individu dari pengaruh negatif globalisasi. Globalisasi tidak bisa dibendung atau dihindari. tetapi yang paling penting adalah bagaimana menyikapi globalisasi tersebut secara dengan kritis, dewasa, dan bijaksana. Globalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu peta politik dunia dan mampu memberikan tekanan bagi negara-negara yang secara politis kurang berpengaruh. Amerika misalnya, telah menjadi "polisi dunia" yang bisa menjatuhkan hukuman bagi negara-negara yang tidak sehakuan dengannya. Dialektika antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang pada gilirannya akan menciptakan struktur baru, yaitu struktur global yang sangat memenagruhi pola pikir dan mentalitas negara lain. Aklibatnya, identitas masing- masing negara menjadi memudar, bahkan mungkin bisa hilang. Pada tataran sosiologis terjadi pergeseran nilai sebagai konsekuensi benturan antara nasionalisme dan internasionalisme. Bila kondisi itu tidak disikapi secara bijaksana, maka cepat atau lambat sendi-sendi negara semakin longgar. 2. Internal, didasarkan atas perjalanan bangsa Indonesia yang telah mengalami beberapa masa sejak era pra penjajahan, masa penjajahan, era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan, era pengisian kemerdekaan, reformasi dan pasca reformasi saat ini. Setiap perubahan membawa tantangan yang berbeda- beda sehingga perlu disikapi dengan nilai-nilai yang dilandasi oleh jiwa, tekad, dan seman kebangsaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di sisi lain, ada kecenderungan memudarya nilai-nilai kebangsaan baik pada tataran individu maupun kelompok yang tercermin pada penyelenggara negara yang terkena korupsi, sikap hidup hedonis, dan pragmatis. Kondisi destruktif itu tentu harus dihadapi dengan cara menumbuhkan dan membangun sikap mental yang tangguh. Pendidikan kewarganegaraan menjadi mata kuliah yang diharapkan mampu memperkuat nilai-nilai individu dan kelompok sehingga Indonesia bisa tetap tegak di tengah-tengah perubahan zaman yang cepat. 1.2 PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
  • 2. Untuk memahami pengertian pendidikan kewarganegaran secara utuh dan komprehensif, Arwiyah dan Runik Machproh (2014:2-6) menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1.2.1 Kewarganegaraan/Civic Dalam sejarahnya, istilah kewarganegaraan (civics) berasal dari kata Yunani yaitu civicus yang berarti penduduk sipil yang mempraktekan demokrasi langsung dalam negara kota atau polis. Tradisi Yunani telah memberikan inspirasi konseptual tebtabg kebaikan umum, kesejahteraan umum dan kebajikan atau keutamaan sipil (civil virtue) yang lahir kembali dalam melawawan otokratik raja-raja. Civics merupakan cabang dari ilmu politik yang membahas tentang hak dan kewajiban warga negara. Civics adalah The sciences of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized collections, the individual in his relation to the state. Dari debnisi tersebut, Civics dirumuskan dalam Ilmu Kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan (a) manusia dalam perkumpulan- perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik) (b) individu-individu dengan negara. Sementara Edmonson (1958) merumuskan arti Civics ini dengan Civics is usually defined as the study of government and of government and of citizenship, that is, of the duties, right and privileges of citizens. Batasan ini menunjukkan bahwa Civics merupakan cabang dari ilmu politik. Jika ditelisik lebih jelas hampir semua debnisi mengenai Civics pada intinya menyebut government, hak dan kewajiban sebagai warga negara dari sebuah negara. 1.2.2 Civic Education Secara historis, istilah civic education dan citizenship education muncul pada tahun 1990 dan sering digunakan secara bertukar-pakai dengan istilah citizenship education. Mahoneymerumuskan bahwa "Civic education includes and involves those teaching, that type of teaching method; those student activities, those administrative and supervisory procedures which the school my utilize purposively to make for better living together in the democratic way (synonymously) to develop better civic behavior" Berdasarkan rumusan tersebut bahwa civic education merupakan suatu proses pendidikan yang mencangkup proses pembelajaran semua mata pelajaran, kegiatan siswa, proses administrasi, dan pembinaan dalam upaya mengembangkan perilaku warganegara yang baik. Dengan demikian, fokus dari civic education membahas tentang warga negara di dalam negaranya dengan berbagai kompleksitasnya. Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya diorientasikan untuk membina dan membelajarkan anak menjadi warga negara yang baik, iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme (rasa kebangsaan) yang kuat (mantap), sadar serta mampu membina dan melaksanakan hak dan kewajiban dirinya sebagai manusia, warga masyarakat dan bangsa negaranya, taat asas (ketentuan), demokratis dan partisipatif, aktif-kreatif-positif dalam kebhinekaan kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Secara umum, objek studi civic education adalah warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan dan negara. Sedangkan secara spesibk, objek studi civic education mencakup: a. Tingkah laku b. Tipe pertumbuhan berpikir c. Potensi yang ada dalam setiap diri warga negara d. Hak dan kewajiban e. Cita-cita dan aspirasi f. Kesadaran, patriotisme, nasionalisme, pengertian internasional, moral pancasila g. Usaha, kegiatan, partisipasi, tanggung jawab 1.2.3 Citizenship Education
  • 3. Citizenship education merujuk kepada istilah generik yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi dilingkungan keluarga, dalam organisasi keagamaan, dalam organisasi kemsyarakatan, dan dalam media. Dengan demikian, bahwa citizenship education memiliki makna yang lebih luas dari sekedar civic education yang diterapkan di sekolah atau perguruan tinggi secara formal. 1.3 TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Bila merujuk kepada Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan pendidikan kewarganegaraan sebagaimana tercantum dalam visi, misi dan kompetensi yang diharapkan, yaitu: Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, dan berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya. Misi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu mahasiswa guna memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral (Kaelan dan Ahmad Zubaidi, 2010:2). Arwiyah dan Runik Mach Proh (2014:11), merumuskan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut : a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secam cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara, serta anti korupsi. c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sementara pada ruang global, Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu menjawab era keterbukaan dengan mengembangkan sikap-sikap sebagai berikut: a. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai-nilai moral, etika dan religius. b. Menjadi warga negara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. c. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada tanah air d. Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggungjawab, serta mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi. c. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Dalam ungkapan yang lebih sederhana (Ubacdillah dan Abdul Rozak, 2013:6), bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan beredara. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi basis pendidikan karakter guna mempersiapkan generasai muda atau peserta didik di perguruan tinggi menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, unggul, ulet, berwawasan luas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan visi dan misi sebagaimana dijelaskan di atas, maka kompetensi mahasiswa yang diharapkan dari Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah menciptakan ilmuwan yang professional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban. Di samping itu kompetensi lain yang diharapkan adalah mahasiswa yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (Kaelan dan Ahmad Zubaedi, 2010:20.
  • 4. Mahasiswa sebagai kaum intelektual sudah sepantasnya memiliki kearifan dan kecerdasan dalam bertindak terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan dan kebangsaan. Kecerdasan yang dimaksud adalah seperangkat tindakan yang penuh tanggunggung jawab terhadap negara, dan me mecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan menerapkan konsep falsafah bangsa, wawasan kebangsaan, dan ketahanan nasional. Sifat cerdas yang dimaksud tampak kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak, sedangkan sifat penuh tanggungjawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditilik dari nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, ataupun kepatuhan terhadap nila - nilai norma dan budaya. Sementara menurut Dwiyatmi (2012:10), standar kompetensi yang wajib dikuasai mahasiswa adalah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang kewarganegaraan demokratis dan mampu menerapkan pengetahuan nilai-nilai, dan ketrampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari: memiliki kepribadian yang mantap; berpikir kritis: bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis; berpandangan luas, dan bersikap demokratis yang berkeadaban. Indonesia tidak saja membutuhkan kaum intelektual yang berwawasan luas, tetapi membutuhkan kaum intelektual yang memiliki integritas, kebangsaan dan mampu mengimplementasikan Pancasila pada tataran kehidupan praktis. Ilmu pengetahuan akan menjadi entitas yang membahayakan jika tidak dilandasi oleh nilai-nilai luhur Pancasila sebagai nilai komitmen bersama seluruh rakyat Indonesia pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, Dwiyatmi (2012:10), menjelaskan secara panjang lebar, demikian: Mampu berbkir rasional,bersikap dewasa dan dinamis, berpandangan luas dan bersikap demokratis yang berkeadaban sebagai warganegara Indonesia. Dengan berbekal kemampuan intelektual ini diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan proses belajar sepanjang hayat, menjadi ilmuwan dan professional yang berkepribadian dan menjunjung nilai-nilai falsafah bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 1.4 LANDASAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi (2010:3-5), ada dua landasan pokok yang melatarbelakangi Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu: 1.4.1 Landasan Ilmiah a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan Sejatinya, setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup bermanfaat dan bermakna bagi negara dan bangsanya, serta dapat mengantisipasi masa depannya. Dalam lingkup seperti itu maka diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, moral, kemanusiaan, dan nilai- nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warga negara dan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang keseluruhannya berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar Ploso bangsa. Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan Plsafat bangsa Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya diberlakukan di Indonesia melainkan berlaku di beberapa negara di dunia sebagai mana dikenal dengan Civic Education. b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan Pada tataran Plsafat ilmu, setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek, metode, sistem dan bersifat universal. Hal itu mengandung pengertian bahwa objek pembahasan ilmu harus jelas, baik objek material maupun objek formalnya. Objek material berkenaan dengan bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang ilmu. Sementara objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahas objek material tersebut. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan, objek materialnya adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara baik yang empirik maupun yang nonemperik, yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan negara.
  • 5. Sedangkan objek formal Pendidikan Kewarganegaraan meliputi dua segi, yaitu hubungan antara warga negara dan negara (termasuk hubungan antar warga negara) dan bela negara. Dalam hal ini pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan terarah pada warga negara Indonesia dalam hubungannya dengan negara Indonesia dan pada upaya pembelaan negara Indonesia. Dalam rangka mewujudkan idealitas Pendidikan Kearganegaraan itu, Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan lebih rinci yang meliputi pokok-pokok bahasan substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup: 1) Filsafat pancasila 2) Identitas Nasional 3) Negara dan Konstitusi 4) Demokrasi Indonesia 5) Rule of Law dan Hak Asasi Manusia 6) Hak dan Kewajiban Warga Negara serta Negara 7) Geopolitik Indonesia 8) Geostrategi Indonesia c. Rumpun Keilmuan Pada rumpun keilmuan, Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan Civics Education yang dikenal diberbagai negara. Sebagai kajian ilmiah Pendidikan Kewarganegaraan bersiaf antardisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh sebab itu pembahasan dan pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan memerlukan sumbangan berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu politik, hukum, plsafat,sosiologi, administrasi negara, ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan bangsa, serta ilmu budaya. 1.4.2 Landasan Hukum Landasan hukum Pendidikan Kewarganegaraan meliputi: a. UU 1945 (1) Pembukaan UUD 1945. khusus pada alinea kedua dan keempat, yang memuat cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya (2) Pasal 27 (1) menyatakan bahwa "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya". (3) Pasal 30 (1) menyatakan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara." (4) Pasal 31 (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran" b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara c. Ketetaoan MPR No. 6/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa dan bernegara d. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 Tahun 1988) (1) Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara yang diwujudkan denga keikut- sertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem Pendidikan Nasional (2) Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh
  • 6. setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap awal pada tingkat pendidikan dasar sampai Pendidikan menengah ada dalam gerakan Pramuka. Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan tinggi ada dalam bentuk Pendidikan Kewiraan. e. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/0/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil belajar Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadian, yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi. f. Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tetang Pendidikan Tinggi yang salah satunya bertujuan mengem- bangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa danberakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan berbu- daya untuk kepentingan bangsa. g. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa Inggris. h. Adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, yang memuat rambu-rambu pelaksanaan kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi 1.5 METODE PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN Sebagai mata kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi, maka Pendidikan Kewarganegaraan perlu didukung oleh metode pembelajaran yang tepat sehingga mampu dijiwai oleh peserta didik. Menurut Dwi Yatmi (2012:10), metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi: 1. Menggunakan pendekatan berorientasi kepada kepentingan peserta didik dan menempatkan mahaSiswa sebagai subjek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan warga negara. 2. Metode proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pembahasan secara kritis analitis, induktif deduktif dan efektif melalui dialog kreatif yang bersifat partisipatoris, untuk meyakini kebenaran substansi dasar kajian dan motivasi sepanjang hayat 3. Bentuk aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka, ceramah, dialog (diskusi) in teraktif, studi kasus, penugasan mandiri, tugas baca, seminar kelas (presentasi) dan evaluasi proses belajar, stadium generale. 4. Motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran pengembangan kepribadian merupakan ke- butuhan hidup untuk eksis dalam masyarakat global. Tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan keniscaynan yang perlu diajarkan kepada setiap warga negara Indonesia dari tingkat pendidikan dasar, menengah, atas, hingga pada jenjang perguruan tinggi. Pendidkkan karakter tidak bisa diberikan secara parsial melainkan harus bersifat graduasi dengan melibatkan seluruh jenjang pendidikan. Pendidikan karakter secara substantif meliputi ranah kognitif (pengetahuan), afektif (kesadaran dan penghayatan), dan psikomotorik (perilaku nyata) pada kehidupan sehari-hari.