SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
Download to read offline
MANAJEMEN
PELATIHAN
BIDANG KESEHATAN
DIREKTORAT PENINGKATAN MUTU TENAGA KESEHATAN
TAHUN 2023
Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti materi manajemen pelatihan, peserta mampu :
Indikator Hasil Belajar
Hasil Belajar
Memahami manajemen pelatihan
 Menjelaskan peran pelatihan dalam pengembangan SDM
kesehatan
 Menjelaskan manajemen pelatihan bidang kesehatan
DEFINISI PELATIHAN
1. Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu
proses dimana orang-orang mencapai
kemampuan tertentu untuk membantu mencapai
tujuan organisasi.
2. Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan
pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM
(human investment) untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan
demikian meningkatkan kinerja pegawai.
3. Kepmenkes 725 tahun 2003: pelatihan adalah
proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kinerja, professionalisme, dan atau menunjang
pengembangan karir bagi tenaga kesehatan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
1. Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu
proses dimana orang-orang mencapai
kemampuan tertentu untuk membantu mencapai
tujuan organisasi.
2. Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan
pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM
(human investment) untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan
demikian meningkatkan kinerja pegawai.
3. Kepmenkes 725 tahun 2003: pelatihan adalah
proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kinerja, professionalisme, dan atau menunjang
pengembangan karir bagi tenaga kesehatan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
PERAN PELATIHAN
dalam pengembangan
SDM Kesehatan
1. Untuk memenuhi tuntutan jabatan
2. Untuk memenuhi jabatan lain karena rotasi, mutasi
atau promosi
3. Untuk memenuhi tuntutan perubahan yang sejalan
dengan perkembangan organisasi
1. Untuk memenuhi tuntutan jabatan
2. Untuk memenuhi jabatan lain karena rotasi, mutasi
atau promosi
3. Untuk memenuhi tuntutan perubahan yang sejalan
dengan perkembangan organisasi
BidangKesehatan
Proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran pelatihan yang berupa
peningkatan kinerja secara profesional dan atau
menunjang pengembangan karir bagi SDMK
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
MANAJEMEN PELATIHAN
KONSEP MANAJEMEN PELATIHAN
Analisis
Kebutuhan
Pelatihan/AKP
(TNA)
(1)
Penetapan
tujuan
pelatihan
(2)
Merancang
Program
Pelatihan
(3)
Penyelengga-
raan Pelatihan
(4)
Evaluasi
Pelatihan
(5)
Pengendalian
Mutu
(6)
Proses Analisis Kebutuhan Pelatihan/ AKP
(Training Needs Assessment/ TNA)
1
Adalah sebuah proses sistematis dalam mengidentifikasi pengembangan kompetensi apa
yang dibutuhkan oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya
TUJUAN :
1. Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang diharapkan dengan kompetensi yang aktual.
2. Memperoleh keputusan tentang kebutuhan pelatihan atau pengembangan kompetensi yang
diperlukan untuk menyelesaikan kesenjangan
AKP/
TNA
Analisis
Individu
(Person
Analysis)
Analisis
Jabatan
(Task
Analysis)
Analisis
Organisasi
(Organiza-
tional
Analysis)
 Pendekatan analisis kebutuhan
pelatihan berdasarkan
kebutuhan dari tiap-tiap jabatan
yang diduduki oleh pegawai
 Pendekatan analisis
kebutuhan pelatihan
berdasarkan kebutuhan
organisasi
 Pendekatan analisis
kebutuhan pelatihan
berdasarkan kebutuhan
organisasi
 Pendekatan analisis dengan
mengidentifikasi individu mana
yang membutuhkan pelatihan
dan jenis pelatihan apa yang
harus diberikan
ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN/TNA
1. Observasi Langsung
2. Wawancara
3. Focus Group Discussion
4. Assessment
5. Pelaksanaan asesmen secara mandiri
menggunakan SIBULAT
1. Observasi Langsung
2. Wawancara
3. Focus Group Discussion
4. Assessment
5. Pelaksanaan asesmen secara mandiri
menggunakan SIBULAT
Decision-making
National
Bonding
TECHNICAL
TECHNICAL
MANAGERIAL
MANAGERIAL
SOCIOCULTURAL
SOCIOCULTURAL
INTEGRITY
COOPERATION
PUBIC SERVICE
TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN
LANGKAH-LANGKAH AKP/TNA
1. Melakukan analisis kesenjangan antara skill
yang dimiliki dengan performa yang
seharusnya
2. Menganalisis akar masalah dalam
mengidentifikasi penyebab adanya
kesenjangan
3. Melakukan analisis kebutuhan, meliputi profil,
pekerjaan, tugas, kondisi lingkungan
4. Membuat rekomendasi
MANFAAT AKP/TNA
1. Dapat mengidentifikasi masalah kesenjangan skill
pegawai lebih awal
2. Mengetahui skala prioritas dari pelatihan yang
dibutuhkan oleh pegawai
3. Memastikan apakah pelatihan masih harus
dilakukan atau tidak, berdasarkan sisa jarak
kesenjangan skill dan performa pegawai
4. Menentukan siapa saja pegawai yang berhak dan
wajib mengikuti pelatihan
5. Membantu bagian SDM membuat perencanaan
pelatihan bagi pegawai.
Proses Penetapan Tujuan Pelatihan
2
Penetapan tujuan pelatihan terdiri dari tujuan umum
dan khusus
 Tujuan umum pelatihan menggambarkan hasil
akhir dari proses pembelajaran dalam suatu
pelatihan atau suatu kondisi yang merupakan
rangkuman dari kompetensi-kompetensi hasil
AKP/TNA.
 Tujuan khusus pelatihan menggambarkan
rincian kompetensi-kompetensi hasil AKP/TNA
yang akan diminimalisasi atau diintervensi
melalui pelatihan.
INGAT-INGAT…..
 Hasil analisa kebutuhan pelatihan tentang
kesenjangan kinerja memberikan informasi terkait
kemampuan yang akan ditingkatkan melalui
pelatihan.
 Hasil TNA menjadi dasar dalam penetapan tujuan
pelatihan yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi
yang akan dimiliki oleh peserta latih setelah
mengikuti pelatihan.
 Rumuskan tujuan dengan menggunakan prinsip
SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,
Time bound).
Proses Merancang Program Pelatihan
dalam bentuk kurikulum
3
1. Menetapkan peran, fungsi dan rincian kompetensi yang
sudah didapat berdasarkan hasil proses AKP/TNA
2. Merumuskan tujuan pelatihan berdasarkan hasil proses
penetapan tujuan pelatihan.
3. Menetapkan materi pembelajaran berdasarkan hasil proses
penetapan tujuan pelatihan.
4. Menyusun struktur kurikulum
5. Membuat Rancang Bangun Pembelajaran Mata Pelatihan
(RBPMP).
6. Menyusun master jadwal
7. Menyusun panduan penugasan
8. Menyusun instrument evaluasi hasil belajar
9. Menentukan kriteria peserta, pelatih/fasilitator dan
penyelenggara
10. Menentukan angka kredit pelatihan dalam sertifikat
pelatihan.
SISTEMATIKA KURIKULUM PELATIHAN BIDANG KESEHATAN
JUDUL
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Peran dan Fungsi
Bab II Komponen Kurikulum
A. Tujuan
B. Kompetensi
C. Struktur Kurikulum
D. Ringkasan Mata Pelatihan
E. Evaluasi Hasil Belajar
Bab III Diagram Alur Proses Pelatihan
Lampiran:
I. Rancangan Bangun Pembelajaran Mata Pelatihan
(RBPMP)
II. Master Jadwal
III. Panduan Penugasan
IV. Instrumen Evaluasi Hasil Belajar
V. Ketentuan Pelatihan:
1. Peserta
2. Pelatih/Fasilitator
3. Penyelenggara
*Pedoman Penyusunan Kurikulum dan Modul
Pelatihan Bidang Kesehatan,
Pusat Pelatihan SDM Kesehatan, 2021
Kebijakan Pelatihan
Peran dan Fungsi
 Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai
fasilitator
 Dalam menjalankan perannya peserta berfungsi
memfasilitasi mata pelatihan sesuai dengan
kompetensinya
Tujuan Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu memfasilitasi
mata pelatihan sesuai dengan keahliannya di pelatihan
bidangkesehatan
CONTOH KURIKULUM PELATIHAN TENAGA PELATIH KESEHATAN
Kebijakan Pelatihan
KOMPETENSI yang harus dimiliki
1. Menjelaskan Konsep Pembelajaran
Orang Dewasa
2. Menyusun Rencana Pembelajaran (RP)
3. Melakukan manajemen kelas
4. Menentukan metode pembelajaran
5. Menentukan media dan alat bantu
pembelajaran
6. Melakukan teknik presentasi interaktif
7. Melakukan evaluasi pembelajaran
Ditetapkan dari kompetensi utk mencapai tujuan
(kompetensi akhir)
Masuk kedalam MATA PELATIHAN INTI pada
struktur kurikulum
MENETAPKAN MATA PELATIHAN
C. Struktur Kurikulum
NO MATA PELATIHAN
WAKTU (JPL)
T P PL JML
A. MATA PELATIHAN DASAR
1.
2.
3.
4.
5.
Dst.
Subtotal
B. MATA PELATIHAN INTI
1.
2.
3.
4.
5.
Dst.
Subtotal
C. MATA PELATIHAN PENUNJANG
1.
2.
3.
4.
5.
Dst.
Subtotal
JUMLAH
Mata pelatihan yang menjadi dasar dalam pencapaian kompetensi.
Persentase maksimal yang diberikan sebesar 20% dari seluruh jumlah
jam pelatihan (JPL) yang diberikan
Mata pelatihan yang harus dikuasai yang sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai.
Persentase pelaksanaan mata pelatihan penunjang dialokasikan
maksimal sebesar 15% dari total JPL.
misalnya: mata pelatihan antikorupsi, Building Learning Commitment/
BLC, penyusunan rencana tindak lanjut (RTL), serta mata pelatihan
muatan lokal
Proporsi waktu Penugasan (P) dan Praktik Lapangan (PL) yang dialokasi
pada pelatihan di bidang kesehatan adalah sebesar ≥60% dari total JPL
Teori (T), merupakan penyampaian konsep-konsep dasar di dalam
kelas, dimana proporsi waktu yang diberikan dalam penyampaian teori
sebanyak ≤40% dari total JPL
Proses Penyelenggaraan Pelatihan
4
1. Persiapan pelatihan
Penyelenggara mempersiapkan dokumen
yang akan diajukan untuk diakreditasi
2. Pelaksanaan pelatihan
a. Persiapan administrasi
b. Persiapan teknis
c. Proses pelatihan
3. Sertifikasi
4. Laporan penyelenggaraan pelatihan
KOLABORASI PENYELENGGARAAN PELATIHAN PEMERINTAH,
PEMERINTAH DAERAH, RUMAH SAKIT & SWASTA
Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan
Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan
PENYELENGARA PELATIHAN TERAKREDITASI
PENYELENGARA PELATIHAN TERAKREDITASI
1. BBPK/Bapelkes
Kemenkes
2. Bapelkes Nusantara
3. Institusi Pelatihan
Pemerintah (Lainnya)
1. BBPK/Bapelkes
Kemenkes
2. Bapelkes Nusantara
3. Institusi Pelatihan
Pemerintah (Lainnya)
Instalasi/Unit Diklat RS
Instalasi/Unit Diklat RS Yayasan/Perseroan
Terbatas (PT)
Yayasan/Perseroan
Terbatas (PT)
1. Standarisasi Kurikulum Nasional
2. Pengendalian Mutu (Akreditasi Pelatihan &
Akreditasi Institusi Pelatihan)
PENYELENGGARA PELATIHAN BELUM TERAKREDITASI
PENYELENGGARA PELATIHAN BELUM TERAKREDITASI
Kerjasama/MoU
Proses Evaluasi Pelatihan
5
Tujuan: untuk memperoleh informasi dengan
cara mengukur tingkat efektivitas pencapaian
tujuan pelatihan yang dilaksanakan
Menurut Kirkpatrick (1998), evaluasi pelatihan terdiri
atas 4 (empat) level yaitu evaluasi reaksi (evaluating
reaction), evaluasi belajar (evaluating learning),
evaluasi perilaku (evaluating behaviour), dan
evaluasi hasil (evaluating result)
 Evaluasi reaksi dan evaluasi belajar dilakukan pada
saat pelatihan dilaksanakan atau pada saat peserta
mengikuti proses pembelajaran.
 Evaluasi perilaku dan evaluasi hasil dilakukan setelah
peserta bekerja kembali di tempat kerjanya. Kedua
level evaluasi yang terakhir ini biasa disebut dengan
Evaluasi Pasca Pelatihan (EPP).
LEVEL EVALUASI PELATIHAN
Peserta Pelatihan Peningkatan
Knowledge
Perubahan Sikap
Penambahan
Keterampilan
Kembali
Bekerja
Penerapan
Hasil Belajar
(KAP)
Kinerja
Individu
Kinerja
Organisasi
Evaluasi Reaksi dan
Evaluasi Belajar
Evaluasi Perilaku
Evaluasi Hasil
1. Quality planning adalah upaya pengendalian mutu dalam tahap
perencanaan yang meliputi hasil dari proses AKP/TNA, yang
dijadikan dasar dalam penentuan proses penetapan tujuan
pelatihan dan proses merancang program pelatihan, dilakukan
melalui akreditasi pelatihan.
2. Quality Control adalah upaya pengendalian mutu pada tahap
pelaksanaan pelatihan yang meliputi proses tentang
pelaksanaan pelatihan dan proses tentang evaluasi pelatihan
(evaluasi reaksi dan evaluasi belajar).
3. Quality improvement adalah upaya meningkatkan mutu
pelatihan yang disesuaikan dengan perkembangan iptek dan
kebutuhan pengguna mulai dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaan termasuk evaluasi perilaku dan evaluasi hasil.
6 Proses Pengendalian Mutu
PP no. 67 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Tenaga Kesehatan
Pasal 79
(1) Setiap penyelenggaraan pelatihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
77 ayat (2) huruf b harus terakreditasi
dan diselenggarakan oleh institusi
penyelenggara yang terakreditasi.
(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh
pemerintah pusat.
(3) Akreditasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi: a. akreditasi
pelatihan; dan b. akreditasi institusi
penyelenggara pelatihan.
Pasal 81
(1) Akreditasi institusi penyelenggara pelatihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat
(3) huruf b dilakukan berdasarkan pengajuan
akreditasi dari institusi penyelenggara
pelatihan.
(2) Pengajuan akreditasi institusi
penyelenggara pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi komponen
administrasi dan manajemen, komponen
pelayanan pelatihan, dan komponen
pelayanan penunjang pelatihan
25
Akreditasi Pelatihan
 Pengajuan akreditasi pelatihan dilakukan 1 minggu s.d max hari H pelatihan
dilaksanakan.
 Akreditasi Pelatihan hanya dilakukan 1x untuk 1 jenis pelatihan dalam tahun
berjalan
 Penyelenggara pelatihan hanya institusi yang terakreditasi
 Dokumen yang dilampirkan sebanyak 4 dokumen, mengacu pada kurikulum
terstandar
1. Surat pengantar,
2. Kerangka Acuan Kegiatan,
3. Jadwal pelatihan,
4. Komponen Pelatih,
 Registrasi penyelenggaraan pelatihan dilakukan setiap kali pelaksanaan
pelatihan dan diverifikasi oleh sistem dalam bentuk registrasi pelatihan.
 Akan dikeluarkan Surat Keterangan Akreditasi Pelatihan per jenis
pelatihan yang berlaku pada tahun berjalan (untuk kebutuhan billing PNBP)
dan Surat Keterangan Registrasi Pelatihan (untuk ijin penyelenggaraan
pelatihan) untuk setiap penyelenggaraan pelatihan.
 Untuk perubahan data pelatihan (tanggal & jumlah peserta) dapat langsung
diinput melalui sistem
• Tidak ada lagi pengampuan untuk
institusi penyelenggara yang belum
terakreditasi.
• Bagi institusi penyelenggara pelatihan
yang belum terakreditasi dan akan
menyelenggarakan pelatihan harus
melakukan kerja sama dengan institusi
penyelenggaran terakreditasi
• Bentuk kerja sama diserahkan kepada
kesepakatan kedua belah pihak.
• Penandatanganan e-sertifikat dilakukan
oleh pimpinan institusi terakreditasi
diketahui Direktur Peningkatan Mutu
Tenaga Kesehatan.
Ketentuan Institusi yang akan Diakreditasi (1)
No Ketentuan Dokumen Pembuktian
1 Berbadan hukum dan mempunyai tugas, fungsi dan
wewenang menyelenggarakan pelatihan
 Institusi/lembaga pemerintah: SK
Penetapan Institusi yg memuat tugas dan
fungsi pelatihan
 Swasta/Yayasan: Akta pendirian/akta
notaris
 Struktur Organisasi
2 Gedung milik sendiri/pemerintah atau sewa/MoU
minimal masih berlaku untuk kurun waktu 3 tahun pada
saat di akreditasi, minimal ada:
a. Ruang kelas
b. Ruang kerja
c. Laboratorium kelas
 Sertifikat hak milik Gedung/bukti sewa/MoU
 Daftar Barang Ruangan/Kartu Inventaris
Ruangan
 Laboratorium kelas (milik sendiri atau kerja
sama)
3 Telah melaksanakan pelatihan bidang kesehatan dalam
kurun waktu satu tahun terakhir
Laporan kegiatan pelatihan atau dokumen
pembuktian penyelenggaraan pelatihan
4 Memiliki perencanaan pelatihan bidang kesehatan
(sesuai core bussiness) institusi setiap tahun, minimal
dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun
Dokumen rencana pelatihan: 3
tahunan/Renstra/Rencana Strategis
Bisnis/Rencana Aksi Program (RAP)/bussines
plan atau sejenisnya
No Ketentuan Dokumen Pembuktian
5 Pimpinan
Terdiri dari kepala institusi/Lembaga dan atau pimpinan
pengelola penyelenggara pelatihan, dengan kriteria:
a. Pegawai tetap
b. Pendidikan minimal S1
c. Mempunyai pengalaman terlibat dalam
penyelenggaraan pelatihan bidang kesehatan dalam
kurun waktu satu tahun terakhir atau telah mengikuti
pelatihan/workshop kepemimpinan atau pelatihan
Management of Training atau pelatihan lain yang
setara
 SK jabatan terakhir
 FC ijazah terakhir
 SK Penyelenggaraan Pelatihan bidang
kesehatan atau sertifikat
pelatihan/workshop kepemimpinan atau
sertifikat pelatihan Management of Training
atau pelatihan lain yang setara
Ketentuan Institusi yang akan Diakreditasi (2)
No Ketentuan Dokumen Pembuktian
6 Penyelenggara pelatihan, meliputi pengelola pelatihan
dan pengendali pelatihan, dengan kriteria:
 Pegawai yang ditugaskan sebagai tim
pengembangan diklat
 Pendidikan penyelenggara pelatihan min D3
Penyelenggara pelatihan terdiri dari:
 Pengelola pelatihan:
Mempunyai pengalaman terlibat dalam
penyelenggaraan pelatihan bidang kesehatan
terakreditasi dalam kurun waktu 1 th terakhir atau
telah mengikuti TOC
 Pengendali pelatihan:
Telah mengikuti pelatihan/workshop bagi Pengendali
pelatihan
 SK atau Surat Tugas Pimpinan
 FC ijazah terakhir
 SK Penyelenggara pelatihan bidang
kesehatan 1 tahun terakhir atau Sertifikat
TOC atau sertifikat Pelatihan bagi
Penyelenggara Pelatihan
 Sertifikat pelatihan/workshop pengendali
pelatihan
Ketentuan Institusi yang akan Diakreditasi (3)
KOMPONEN AKREDITASI INSTITUSI/LEMBAGA
28%
1. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
2. PELAYANAN PELATIHAN
3. PELAYANAN PENUNJANG PELATIHAN
50%
22%
Registrasi/Pendaftaran
Institusi/Lembaga
Tim Sekretariat
mengirimkan surat
balasan
persetujuan &
melakukan
verifikasi dokumen
akreditasi institusi
Verifikasi
 Tim Penilai Akhir
membahas &
menetapkan
Nilai Akhir &
Status Akreditasi
 Menerbitkan SK
dan Sertifikat
Penetapan
Hasil
Institusi
menyampaikan
surat
permohonan
akreditasi
institusi
Permohonan
Rencana Akreditasi
Tim Asesor
melakukan
visitasi
Visitasi
MEKANISME AKREDITASI INSTITUSI
KRITERIA PENETAPAN KATEGORI AKREDITASI
INSTITUSI/LEMBAGA
Kategori
Akreditasi
Nilai Masa
Berlaku
Kepemilikan Ruangan Pengalaman
Penyelenggaraan
Pelatihan
Kepemilikan
dan
Penerapan
Dokumen
SMM
Akreditasi A 89,00 – 100 5 Tahun Ruang Kelas, Ruang kantor,
Lab Kelas, Ruang Diskusi,
Perpustakaan online/offline,
Ruang Responsive Gender
dengan jumlah dan kualitas
yg sesuai dg standar
Menyelenggarakan
pelatihan sesuai
dengan kurikulum
terstandar dan
teregistrasi
Telah memiliki
dokumen SMM
yg lengkap dan
sudah
menerapkan
sistem
penjaminan
mutu dg
pendekatan
PDCA
KRITERIA PENETAPAN KATEGORI AKREDITASI
INSTITUSI/LEMBAGA
Kategori
Akreditasi
Nilai Masa
Berlaku
Kepemilikan Ruangan Pengalaman
Penyelenggaraan
Pelatihan
Kepemilikan
dan
Penerapan
Dokumen
SMM
Akreditasi B 78,00 – 88,99 3 Tahun Ruang Kelas, Ruang kantor,
Lab Kelas, Ruang Diskusi,
Perpustakaan online/offline,
Ruang Responsive Gender
Menyelenggarakan
pelatihan sesuai
dengan kurikulum
terstandar dan
teregistrasi
Telah memiliki
dokumen SMM
yg lengkap dan
sudah
menerapkan
sistem
penjaminan
mutu
KRITERIA PENETAPAN KATEGORI AKREDITASI
INSTITUSI/LEMBAGA
Kategori
Akreditasi
Nilai Masa
Berlaku
Kepemilikan Ruangan Pengalaman
Penyelenggaraan
Pelatihan
Kepemilikan
dan Penerapan
Dokumen SMM
Akreditasi C 67,00 – 77,99 1 Tahun Ruang Kelas, Ruang kantor,
Lab Kelas, Perpustakaan
Menyelenggarakan
pelatihan
kesehatan
Telah memiliki
dokumen yang
akan digunakan
dalam
penerapan
sistem
penjaminan
mutu dengan
lengkap
Tidak
Terakreditasi
≤ 66,99
MANAJEMEN PELATIHAN.pdf

More Related Content

Similar to MANAJEMEN PELATIHAN.pdf

Pelatihan dan pengembangan (lsi hasna)
Pelatihan dan pengembangan (lsi hasna)Pelatihan dan pengembangan (lsi hasna)
Pelatihan dan pengembangan (lsi hasna)
TawonNakal
 
teknikmendesainmoduldiklat.pptxuntuk pekerja
teknikmendesainmoduldiklat.pptxuntuk pekerjateknikmendesainmoduldiklat.pptxuntuk pekerja
teknikmendesainmoduldiklat.pptxuntuk pekerja
ssuserba58eb
 
04-TS-02 Training needs analysis (Jakarta)
04-TS-02 Training needs analysis (Jakarta)04-TS-02 Training needs analysis (Jakarta)
04-TS-02 Training needs analysis (Jakarta)
Eni Endri Yeni
 

Similar to MANAJEMEN PELATIHAN.pdf (20)

topik 5.pptx
topik 5.pptxtopik 5.pptx
topik 5.pptx
 
Pelatihan dan Pengembangan (Training and Development)
Pelatihan dan Pengembangan (Training and Development)Pelatihan dan Pengembangan (Training and Development)
Pelatihan dan Pengembangan (Training and Development)
 
Methodologi pelatihan
Methodologi pelatihanMethodologi pelatihan
Methodologi pelatihan
 
Training & Development
Training & DevelopmentTraining & Development
Training & Development
 
Pelatihan dan pengembangan (lsi hasna)
Pelatihan dan pengembangan (lsi hasna)Pelatihan dan pengembangan (lsi hasna)
Pelatihan dan pengembangan (lsi hasna)
 
MANAJEMEN PELATIHAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PELATIHAN (1).pptx
MANAJEMEN PELATIHAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PELATIHAN (1).pptxMANAJEMEN PELATIHAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PELATIHAN (1).pptx
MANAJEMEN PELATIHAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PELATIHAN (1).pptx
 
Asn corpu zoom meeting
Asn corpu zoom meetingAsn corpu zoom meeting
Asn corpu zoom meeting
 
Training and development hrm
Training and development hrmTraining and development hrm
Training and development hrm
 
Metodologi instruktur 2017 new
Metodologi instruktur 2017 newMetodologi instruktur 2017 new
Metodologi instruktur 2017 new
 
Kelompok 5 Pengembangan dan Pelatihan Karyawan
Kelompok 5 Pengembangan dan Pelatihan KaryawanKelompok 5 Pengembangan dan Pelatihan Karyawan
Kelompok 5 Pengembangan dan Pelatihan Karyawan
 
Farah r.a 6019210081 kelas c_ ppt t&d pio
Farah r.a 6019210081 kelas c_ ppt t&d pioFarah r.a 6019210081 kelas c_ ppt t&d pio
Farah r.a 6019210081 kelas c_ ppt t&d pio
 
Silabus Training "Merancang ON THE JOBS TRAINING (OJT) Program"
Silabus Training "Merancang ON THE JOBS TRAINING (OJT) Program"Silabus Training "Merancang ON THE JOBS TRAINING (OJT) Program"
Silabus Training "Merancang ON THE JOBS TRAINING (OJT) Program"
 
TRAINING FOR TRAINERS
TRAINING FOR TRAINERSTRAINING FOR TRAINERS
TRAINING FOR TRAINERS
 
TRAINING OF TRAINERS (TOT)
TRAINING OF TRAINERS (TOT)TRAINING OF TRAINERS (TOT)
TRAINING OF TRAINERS (TOT)
 
2017 diktat pembangunan kapasitas organisasi sektor publik ganjil 12 05-2017
2017 diktat pembangunan kapasitas organisasi sektor publik ganjil 12 05-20172017 diktat pembangunan kapasitas organisasi sektor publik ganjil 12 05-2017
2017 diktat pembangunan kapasitas organisasi sektor publik ganjil 12 05-2017
 
teknikmendesainmoduldiklat.pptxuntuk pekerja
teknikmendesainmoduldiklat.pptxuntuk pekerjateknikmendesainmoduldiklat.pptxuntuk pekerja
teknikmendesainmoduldiklat.pptxuntuk pekerja
 
Analisis Kebutuhan Pelatihan dan RBPP.pptx
Analisis Kebutuhan Pelatihan dan RBPP.pptxAnalisis Kebutuhan Pelatihan dan RBPP.pptx
Analisis Kebutuhan Pelatihan dan RBPP.pptx
 
Perspektif corporate university (corpu) sebagai Pengungkit Kinerja Organisasi
Perspektif corporate university (corpu) sebagai Pengungkit Kinerja OrganisasiPerspektif corporate university (corpu) sebagai Pengungkit Kinerja Organisasi
Perspektif corporate university (corpu) sebagai Pengungkit Kinerja Organisasi
 
Panduan Pelaksanaan Penilaian SLAPB COPTPA_kemaskini 20 April 2021.pdf
Panduan Pelaksanaan Penilaian SLAPB COPTPA_kemaskini 20 April 2021.pdfPanduan Pelaksanaan Penilaian SLAPB COPTPA_kemaskini 20 April 2021.pdf
Panduan Pelaksanaan Penilaian SLAPB COPTPA_kemaskini 20 April 2021.pdf
 
04-TS-02 Training needs analysis (Jakarta)
04-TS-02 Training needs analysis (Jakarta)04-TS-02 Training needs analysis (Jakarta)
04-TS-02 Training needs analysis (Jakarta)
 

Recently uploaded

Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
Meboix
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
hurufd86
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
Meboix
 

Recently uploaded (20)

Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 

MANAJEMEN PELATIHAN.pdf

  • 2. Tujuan pembelajaran Setelah mengikuti materi manajemen pelatihan, peserta mampu : Indikator Hasil Belajar Hasil Belajar Memahami manajemen pelatihan  Menjelaskan peran pelatihan dalam pengembangan SDM kesehatan  Menjelaskan manajemen pelatihan bidang kesehatan
  • 3. DEFINISI PELATIHAN 1. Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. 2. Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. 3. Kepmenkes 725 tahun 2003: pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, professionalisme, dan atau menunjang pengembangan karir bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya 1. Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. 2. Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. 3. Kepmenkes 725 tahun 2003: pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, professionalisme, dan atau menunjang pengembangan karir bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
  • 4. PERAN PELATIHAN dalam pengembangan SDM Kesehatan 1. Untuk memenuhi tuntutan jabatan 2. Untuk memenuhi jabatan lain karena rotasi, mutasi atau promosi 3. Untuk memenuhi tuntutan perubahan yang sejalan dengan perkembangan organisasi 1. Untuk memenuhi tuntutan jabatan 2. Untuk memenuhi jabatan lain karena rotasi, mutasi atau promosi 3. Untuk memenuhi tuntutan perubahan yang sejalan dengan perkembangan organisasi
  • 5. BidangKesehatan Proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran pelatihan yang berupa peningkatan kinerja secara profesional dan atau menunjang pengembangan karir bagi SDMK dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. MANAJEMEN PELATIHAN
  • 7. Proses Analisis Kebutuhan Pelatihan/ AKP (Training Needs Assessment/ TNA) 1 Adalah sebuah proses sistematis dalam mengidentifikasi pengembangan kompetensi apa yang dibutuhkan oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya TUJUAN : 1. Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang diharapkan dengan kompetensi yang aktual. 2. Memperoleh keputusan tentang kebutuhan pelatihan atau pengembangan kompetensi yang diperlukan untuk menyelesaikan kesenjangan
  • 8. AKP/ TNA Analisis Individu (Person Analysis) Analisis Jabatan (Task Analysis) Analisis Organisasi (Organiza- tional Analysis)  Pendekatan analisis kebutuhan pelatihan berdasarkan kebutuhan dari tiap-tiap jabatan yang diduduki oleh pegawai  Pendekatan analisis kebutuhan pelatihan berdasarkan kebutuhan organisasi  Pendekatan analisis kebutuhan pelatihan berdasarkan kebutuhan organisasi  Pendekatan analisis dengan mengidentifikasi individu mana yang membutuhkan pelatihan dan jenis pelatihan apa yang harus diberikan ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN/TNA
  • 9. 1. Observasi Langsung 2. Wawancara 3. Focus Group Discussion 4. Assessment 5. Pelaksanaan asesmen secara mandiri menggunakan SIBULAT 1. Observasi Langsung 2. Wawancara 3. Focus Group Discussion 4. Assessment 5. Pelaksanaan asesmen secara mandiri menggunakan SIBULAT Decision-making National Bonding TECHNICAL TECHNICAL MANAGERIAL MANAGERIAL SOCIOCULTURAL SOCIOCULTURAL INTEGRITY COOPERATION PUBIC SERVICE TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN
  • 10. LANGKAH-LANGKAH AKP/TNA 1. Melakukan analisis kesenjangan antara skill yang dimiliki dengan performa yang seharusnya 2. Menganalisis akar masalah dalam mengidentifikasi penyebab adanya kesenjangan 3. Melakukan analisis kebutuhan, meliputi profil, pekerjaan, tugas, kondisi lingkungan 4. Membuat rekomendasi MANFAAT AKP/TNA 1. Dapat mengidentifikasi masalah kesenjangan skill pegawai lebih awal 2. Mengetahui skala prioritas dari pelatihan yang dibutuhkan oleh pegawai 3. Memastikan apakah pelatihan masih harus dilakukan atau tidak, berdasarkan sisa jarak kesenjangan skill dan performa pegawai 4. Menentukan siapa saja pegawai yang berhak dan wajib mengikuti pelatihan 5. Membantu bagian SDM membuat perencanaan pelatihan bagi pegawai.
  • 11. Proses Penetapan Tujuan Pelatihan 2 Penetapan tujuan pelatihan terdiri dari tujuan umum dan khusus  Tujuan umum pelatihan menggambarkan hasil akhir dari proses pembelajaran dalam suatu pelatihan atau suatu kondisi yang merupakan rangkuman dari kompetensi-kompetensi hasil AKP/TNA.  Tujuan khusus pelatihan menggambarkan rincian kompetensi-kompetensi hasil AKP/TNA yang akan diminimalisasi atau diintervensi melalui pelatihan.
  • 12. INGAT-INGAT…..  Hasil analisa kebutuhan pelatihan tentang kesenjangan kinerja memberikan informasi terkait kemampuan yang akan ditingkatkan melalui pelatihan.  Hasil TNA menjadi dasar dalam penetapan tujuan pelatihan yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang akan dimiliki oleh peserta latih setelah mengikuti pelatihan.  Rumuskan tujuan dengan menggunakan prinsip SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, Time bound).
  • 13. Proses Merancang Program Pelatihan dalam bentuk kurikulum 3 1. Menetapkan peran, fungsi dan rincian kompetensi yang sudah didapat berdasarkan hasil proses AKP/TNA 2. Merumuskan tujuan pelatihan berdasarkan hasil proses penetapan tujuan pelatihan. 3. Menetapkan materi pembelajaran berdasarkan hasil proses penetapan tujuan pelatihan. 4. Menyusun struktur kurikulum 5. Membuat Rancang Bangun Pembelajaran Mata Pelatihan (RBPMP). 6. Menyusun master jadwal 7. Menyusun panduan penugasan 8. Menyusun instrument evaluasi hasil belajar 9. Menentukan kriteria peserta, pelatih/fasilitator dan penyelenggara 10. Menentukan angka kredit pelatihan dalam sertifikat pelatihan.
  • 14. SISTEMATIKA KURIKULUM PELATIHAN BIDANG KESEHATAN JUDUL Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Peran dan Fungsi Bab II Komponen Kurikulum A. Tujuan B. Kompetensi C. Struktur Kurikulum D. Ringkasan Mata Pelatihan E. Evaluasi Hasil Belajar Bab III Diagram Alur Proses Pelatihan Lampiran: I. Rancangan Bangun Pembelajaran Mata Pelatihan (RBPMP) II. Master Jadwal III. Panduan Penugasan IV. Instrumen Evaluasi Hasil Belajar V. Ketentuan Pelatihan: 1. Peserta 2. Pelatih/Fasilitator 3. Penyelenggara *Pedoman Penyusunan Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidang Kesehatan, Pusat Pelatihan SDM Kesehatan, 2021
  • 15. Kebijakan Pelatihan Peran dan Fungsi  Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai fasilitator  Dalam menjalankan perannya peserta berfungsi memfasilitasi mata pelatihan sesuai dengan kompetensinya Tujuan Pelatihan Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu memfasilitasi mata pelatihan sesuai dengan keahliannya di pelatihan bidangkesehatan CONTOH KURIKULUM PELATIHAN TENAGA PELATIH KESEHATAN
  • 16. Kebijakan Pelatihan KOMPETENSI yang harus dimiliki 1. Menjelaskan Konsep Pembelajaran Orang Dewasa 2. Menyusun Rencana Pembelajaran (RP) 3. Melakukan manajemen kelas 4. Menentukan metode pembelajaran 5. Menentukan media dan alat bantu pembelajaran 6. Melakukan teknik presentasi interaktif 7. Melakukan evaluasi pembelajaran Ditetapkan dari kompetensi utk mencapai tujuan (kompetensi akhir) Masuk kedalam MATA PELATIHAN INTI pada struktur kurikulum MENETAPKAN MATA PELATIHAN
  • 17. C. Struktur Kurikulum NO MATA PELATIHAN WAKTU (JPL) T P PL JML A. MATA PELATIHAN DASAR 1. 2. 3. 4. 5. Dst. Subtotal B. MATA PELATIHAN INTI 1. 2. 3. 4. 5. Dst. Subtotal C. MATA PELATIHAN PENUNJANG 1. 2. 3. 4. 5. Dst. Subtotal JUMLAH Mata pelatihan yang menjadi dasar dalam pencapaian kompetensi. Persentase maksimal yang diberikan sebesar 20% dari seluruh jumlah jam pelatihan (JPL) yang diberikan Mata pelatihan yang harus dikuasai yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Persentase pelaksanaan mata pelatihan penunjang dialokasikan maksimal sebesar 15% dari total JPL. misalnya: mata pelatihan antikorupsi, Building Learning Commitment/ BLC, penyusunan rencana tindak lanjut (RTL), serta mata pelatihan muatan lokal Proporsi waktu Penugasan (P) dan Praktik Lapangan (PL) yang dialokasi pada pelatihan di bidang kesehatan adalah sebesar ≥60% dari total JPL Teori (T), merupakan penyampaian konsep-konsep dasar di dalam kelas, dimana proporsi waktu yang diberikan dalam penyampaian teori sebanyak ≤40% dari total JPL
  • 18.
  • 19. Proses Penyelenggaraan Pelatihan 4 1. Persiapan pelatihan Penyelenggara mempersiapkan dokumen yang akan diajukan untuk diakreditasi 2. Pelaksanaan pelatihan a. Persiapan administrasi b. Persiapan teknis c. Proses pelatihan 3. Sertifikasi 4. Laporan penyelenggaraan pelatihan
  • 20. KOLABORASI PENYELENGGARAAN PELATIHAN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH, RUMAH SAKIT & SWASTA Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan PENYELENGARA PELATIHAN TERAKREDITASI PENYELENGARA PELATIHAN TERAKREDITASI 1. BBPK/Bapelkes Kemenkes 2. Bapelkes Nusantara 3. Institusi Pelatihan Pemerintah (Lainnya) 1. BBPK/Bapelkes Kemenkes 2. Bapelkes Nusantara 3. Institusi Pelatihan Pemerintah (Lainnya) Instalasi/Unit Diklat RS Instalasi/Unit Diklat RS Yayasan/Perseroan Terbatas (PT) Yayasan/Perseroan Terbatas (PT) 1. Standarisasi Kurikulum Nasional 2. Pengendalian Mutu (Akreditasi Pelatihan & Akreditasi Institusi Pelatihan) PENYELENGGARA PELATIHAN BELUM TERAKREDITASI PENYELENGGARA PELATIHAN BELUM TERAKREDITASI Kerjasama/MoU
  • 21. Proses Evaluasi Pelatihan 5 Tujuan: untuk memperoleh informasi dengan cara mengukur tingkat efektivitas pencapaian tujuan pelatihan yang dilaksanakan Menurut Kirkpatrick (1998), evaluasi pelatihan terdiri atas 4 (empat) level yaitu evaluasi reaksi (evaluating reaction), evaluasi belajar (evaluating learning), evaluasi perilaku (evaluating behaviour), dan evaluasi hasil (evaluating result)  Evaluasi reaksi dan evaluasi belajar dilakukan pada saat pelatihan dilaksanakan atau pada saat peserta mengikuti proses pembelajaran.  Evaluasi perilaku dan evaluasi hasil dilakukan setelah peserta bekerja kembali di tempat kerjanya. Kedua level evaluasi yang terakhir ini biasa disebut dengan Evaluasi Pasca Pelatihan (EPP).
  • 22. LEVEL EVALUASI PELATIHAN Peserta Pelatihan Peningkatan Knowledge Perubahan Sikap Penambahan Keterampilan Kembali Bekerja Penerapan Hasil Belajar (KAP) Kinerja Individu Kinerja Organisasi Evaluasi Reaksi dan Evaluasi Belajar Evaluasi Perilaku Evaluasi Hasil
  • 23. 1. Quality planning adalah upaya pengendalian mutu dalam tahap perencanaan yang meliputi hasil dari proses AKP/TNA, yang dijadikan dasar dalam penentuan proses penetapan tujuan pelatihan dan proses merancang program pelatihan, dilakukan melalui akreditasi pelatihan. 2. Quality Control adalah upaya pengendalian mutu pada tahap pelaksanaan pelatihan yang meliputi proses tentang pelaksanaan pelatihan dan proses tentang evaluasi pelatihan (evaluasi reaksi dan evaluasi belajar). 3. Quality improvement adalah upaya meningkatkan mutu pelatihan yang disesuaikan dengan perkembangan iptek dan kebutuhan pengguna mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan termasuk evaluasi perilaku dan evaluasi hasil. 6 Proses Pengendalian Mutu
  • 24. PP no. 67 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Tenaga Kesehatan Pasal 79 (1) Setiap penyelenggaraan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) huruf b harus terakreditasi dan diselenggarakan oleh institusi penyelenggara yang terakreditasi. (2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemerintah pusat. (3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. akreditasi pelatihan; dan b. akreditasi institusi penyelenggara pelatihan. Pasal 81 (1) Akreditasi institusi penyelenggara pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (3) huruf b dilakukan berdasarkan pengajuan akreditasi dari institusi penyelenggara pelatihan. (2) Pengajuan akreditasi institusi penyelenggara pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi komponen administrasi dan manajemen, komponen pelayanan pelatihan, dan komponen pelayanan penunjang pelatihan
  • 25. 25 Akreditasi Pelatihan  Pengajuan akreditasi pelatihan dilakukan 1 minggu s.d max hari H pelatihan dilaksanakan.  Akreditasi Pelatihan hanya dilakukan 1x untuk 1 jenis pelatihan dalam tahun berjalan  Penyelenggara pelatihan hanya institusi yang terakreditasi  Dokumen yang dilampirkan sebanyak 4 dokumen, mengacu pada kurikulum terstandar 1. Surat pengantar, 2. Kerangka Acuan Kegiatan, 3. Jadwal pelatihan, 4. Komponen Pelatih,  Registrasi penyelenggaraan pelatihan dilakukan setiap kali pelaksanaan pelatihan dan diverifikasi oleh sistem dalam bentuk registrasi pelatihan.  Akan dikeluarkan Surat Keterangan Akreditasi Pelatihan per jenis pelatihan yang berlaku pada tahun berjalan (untuk kebutuhan billing PNBP) dan Surat Keterangan Registrasi Pelatihan (untuk ijin penyelenggaraan pelatihan) untuk setiap penyelenggaraan pelatihan.  Untuk perubahan data pelatihan (tanggal & jumlah peserta) dapat langsung diinput melalui sistem • Tidak ada lagi pengampuan untuk institusi penyelenggara yang belum terakreditasi. • Bagi institusi penyelenggara pelatihan yang belum terakreditasi dan akan menyelenggarakan pelatihan harus melakukan kerja sama dengan institusi penyelenggaran terakreditasi • Bentuk kerja sama diserahkan kepada kesepakatan kedua belah pihak. • Penandatanganan e-sertifikat dilakukan oleh pimpinan institusi terakreditasi diketahui Direktur Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan.
  • 26. Ketentuan Institusi yang akan Diakreditasi (1) No Ketentuan Dokumen Pembuktian 1 Berbadan hukum dan mempunyai tugas, fungsi dan wewenang menyelenggarakan pelatihan  Institusi/lembaga pemerintah: SK Penetapan Institusi yg memuat tugas dan fungsi pelatihan  Swasta/Yayasan: Akta pendirian/akta notaris  Struktur Organisasi 2 Gedung milik sendiri/pemerintah atau sewa/MoU minimal masih berlaku untuk kurun waktu 3 tahun pada saat di akreditasi, minimal ada: a. Ruang kelas b. Ruang kerja c. Laboratorium kelas  Sertifikat hak milik Gedung/bukti sewa/MoU  Daftar Barang Ruangan/Kartu Inventaris Ruangan  Laboratorium kelas (milik sendiri atau kerja sama) 3 Telah melaksanakan pelatihan bidang kesehatan dalam kurun waktu satu tahun terakhir Laporan kegiatan pelatihan atau dokumen pembuktian penyelenggaraan pelatihan 4 Memiliki perencanaan pelatihan bidang kesehatan (sesuai core bussiness) institusi setiap tahun, minimal dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun Dokumen rencana pelatihan: 3 tahunan/Renstra/Rencana Strategis Bisnis/Rencana Aksi Program (RAP)/bussines plan atau sejenisnya
  • 27. No Ketentuan Dokumen Pembuktian 5 Pimpinan Terdiri dari kepala institusi/Lembaga dan atau pimpinan pengelola penyelenggara pelatihan, dengan kriteria: a. Pegawai tetap b. Pendidikan minimal S1 c. Mempunyai pengalaman terlibat dalam penyelenggaraan pelatihan bidang kesehatan dalam kurun waktu satu tahun terakhir atau telah mengikuti pelatihan/workshop kepemimpinan atau pelatihan Management of Training atau pelatihan lain yang setara  SK jabatan terakhir  FC ijazah terakhir  SK Penyelenggaraan Pelatihan bidang kesehatan atau sertifikat pelatihan/workshop kepemimpinan atau sertifikat pelatihan Management of Training atau pelatihan lain yang setara Ketentuan Institusi yang akan Diakreditasi (2)
  • 28. No Ketentuan Dokumen Pembuktian 6 Penyelenggara pelatihan, meliputi pengelola pelatihan dan pengendali pelatihan, dengan kriteria:  Pegawai yang ditugaskan sebagai tim pengembangan diklat  Pendidikan penyelenggara pelatihan min D3 Penyelenggara pelatihan terdiri dari:  Pengelola pelatihan: Mempunyai pengalaman terlibat dalam penyelenggaraan pelatihan bidang kesehatan terakreditasi dalam kurun waktu 1 th terakhir atau telah mengikuti TOC  Pengendali pelatihan: Telah mengikuti pelatihan/workshop bagi Pengendali pelatihan  SK atau Surat Tugas Pimpinan  FC ijazah terakhir  SK Penyelenggara pelatihan bidang kesehatan 1 tahun terakhir atau Sertifikat TOC atau sertifikat Pelatihan bagi Penyelenggara Pelatihan  Sertifikat pelatihan/workshop pengendali pelatihan Ketentuan Institusi yang akan Diakreditasi (3)
  • 29. KOMPONEN AKREDITASI INSTITUSI/LEMBAGA 28% 1. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN 2. PELAYANAN PELATIHAN 3. PELAYANAN PENUNJANG PELATIHAN 50% 22%
  • 30. Registrasi/Pendaftaran Institusi/Lembaga Tim Sekretariat mengirimkan surat balasan persetujuan & melakukan verifikasi dokumen akreditasi institusi Verifikasi  Tim Penilai Akhir membahas & menetapkan Nilai Akhir & Status Akreditasi  Menerbitkan SK dan Sertifikat Penetapan Hasil Institusi menyampaikan surat permohonan akreditasi institusi Permohonan Rencana Akreditasi Tim Asesor melakukan visitasi Visitasi MEKANISME AKREDITASI INSTITUSI
  • 31. KRITERIA PENETAPAN KATEGORI AKREDITASI INSTITUSI/LEMBAGA Kategori Akreditasi Nilai Masa Berlaku Kepemilikan Ruangan Pengalaman Penyelenggaraan Pelatihan Kepemilikan dan Penerapan Dokumen SMM Akreditasi A 89,00 – 100 5 Tahun Ruang Kelas, Ruang kantor, Lab Kelas, Ruang Diskusi, Perpustakaan online/offline, Ruang Responsive Gender dengan jumlah dan kualitas yg sesuai dg standar Menyelenggarakan pelatihan sesuai dengan kurikulum terstandar dan teregistrasi Telah memiliki dokumen SMM yg lengkap dan sudah menerapkan sistem penjaminan mutu dg pendekatan PDCA
  • 32. KRITERIA PENETAPAN KATEGORI AKREDITASI INSTITUSI/LEMBAGA Kategori Akreditasi Nilai Masa Berlaku Kepemilikan Ruangan Pengalaman Penyelenggaraan Pelatihan Kepemilikan dan Penerapan Dokumen SMM Akreditasi B 78,00 – 88,99 3 Tahun Ruang Kelas, Ruang kantor, Lab Kelas, Ruang Diskusi, Perpustakaan online/offline, Ruang Responsive Gender Menyelenggarakan pelatihan sesuai dengan kurikulum terstandar dan teregistrasi Telah memiliki dokumen SMM yg lengkap dan sudah menerapkan sistem penjaminan mutu
  • 33. KRITERIA PENETAPAN KATEGORI AKREDITASI INSTITUSI/LEMBAGA Kategori Akreditasi Nilai Masa Berlaku Kepemilikan Ruangan Pengalaman Penyelenggaraan Pelatihan Kepemilikan dan Penerapan Dokumen SMM Akreditasi C 67,00 – 77,99 1 Tahun Ruang Kelas, Ruang kantor, Lab Kelas, Perpustakaan Menyelenggarakan pelatihan kesehatan Telah memiliki dokumen yang akan digunakan dalam penerapan sistem penjaminan mutu dengan lengkap Tidak Terakreditasi ≤ 66,99