SlideShare a Scribd company logo
1 of 88
OLEH:
Ika Alifa Suryabrata
NIM: 11161030000010
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
HUBUNGAN ASUPAN NUTRIEN DAN AKTIVITAS
FISIK DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA
PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN
SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN AKADEMIK
2018/2019
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
Materai
6000
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ika Alifa Suryabrata
Jakarta, 23 Desember 2019
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
iii
HUBUNGAN ASUPAN NUTRIEN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
STATUS GIZI MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN AJARAN 2018/2019
Laporan penelitian
Pembimbing 1
dr. Witri Ardini, M. Gz, Sp. GK
NIP. 1971102320111012003
Pembimbing 2
dr. Sity Kunarisasi, MARS
NIP. 196110191989112001
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
Oleh
Ika Alifa Suryabrata
NIM. 11161030000010
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran untuk
memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
iv
Laporan penelitian berjudul HUBUNGAN ASUPAN NUTRIEN DAN
AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PREKLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN
AJARAN 2018/2019 yang diajukan oleh Ika Alifa Suryabrata (NIM.
11161030000010) telah diujikan dalam sidang Fakultas Kedokteran pada 23
Desember 2019. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Program Studi Kedokteran.
Ciputat, 23 Desember 2019
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
dr. Witri Ardini, M. Gz, Sp. GK
NIP. 1971102320111012003
Pembimbing 1
dr. Witri Ardini, M. Gz, Sp. GK
NIP. 1971102320111012003
Pembimbing 2
dr. Sity Kunarisasi, MARS
NIP. 196110191989112001
Penguji 1
Dr. dr. Achmad Zaki, M. Epid. SpOT
NIP. 197805072005011005
Penguji 2
dr. Nurmila Sari, M. Kes
NIP. 198503152011012010
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FK UIN
dr. Hari Hendarto, PhD, SpPD-KEMD,
FINASIM
NIP. 196511232003121003
Kaprodi Kedokteran FK UIN
Dr. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT
NIP. 197805072005011005
ABSTRAK
v
Latar Belakang: Malnutrisi terutama gizi lebih menjadi masalah gizi utama pada
orang dewasa. Pola asupan dan aktivitas fisik menjadi faktor utama yang
mempengaruhi status gizi. Pola asupan dan tingkat aktivitas fisik pada mahasiswa
cenderung tidak sesuai rekomendasi. Tujuan: Mengetahui hubungan antara
kecukupan asupan makronutrien berdasarkan aktivitas fisik dengan status gizi
mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional di
Fakultas Kedokteran UIN Jakarta pada bulan Agustus-September 2019. Sampel
penelitian merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Jakarta dengan sampel
sejumlah 113 orang yang memenuhi kriteria dengan metode stratified sampling.
Data diambil menggunakan IPAQ, pengisian food record, dan pengukuran terhadap
berat badan serta tinggi badan. Hasil: Distribusi data penelitian tidak normal. Hasil
analisis menunjukkan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
kecukupan asupan kalori (p=0,001) dan dengan keseimbangan makronutrien (p=
Ika Alifa Suryabrata. Program Studi Kedokteran, Hubungan Asupan Nutrien dan
Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN
Jakarta Tahun Akademik 2018/2019.
0,001). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
aktivitas fisik (p=0,737). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kecukupan
asupan makronutrien dengan status gizi pada mahasiswa preklinik Fakuktas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata Kunci: Status gizi, aktivitas fisik, asupan kalori, konsumsi makronutrien,
mahasiswa.
ABSTRACT
vi
Ika Alifa Suryabrata. Medicine Study, Relationship of Nutrition Intake and Physical
Activity with Nutritional Status of Pre-clinic Medical Student of Faculty of
Medicine UIN Syarif Hidayatullah in Academic Year 2018/2019
nutritional status with adequacy of calorie intake (p=0,001) also with macronutrient
intake (p=0,001). There is no relationship between nutritional status with physical
activity (p=0,737). Conclusion: There is relationship between adequacy of
macronutrient consumption based on physical activity with nutritional status of the
college students in Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keywords: Nutritional status, physical activity, adequacy of calorie intake,
macronutrient intake, and college students.
Background: Malnutrition especially overnutrition is a primer nutrition problem in
adulthood. Food intake and physical activity has been the primer factor which affect
nutritional status. In college students, food consumptions and physical activity tend
to not compatible with the recommendation. Aim: To know the relationship
between adequacy of macronutrient consumption based on physical activity with
nutritional status of the college students in Faculty of Medicine UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Method: This research is an observational analytic research
with cross sectional approach at Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta in August to September 2019. Sample on this research was college students
in Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta as many as 113 persons
who qualified criteria with stratified sampling method. Data was taken using IPAQ,
food record filling, and measured height and body weight. Result: The distribution
of the data was abnormal. Result of analysis showed relationship between
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum w.w.,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian
ini yang berjudul “Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi
3. dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah
membimbing penulis dalam menjalani studi di Fakultas Kedokteran.
4. dr. Witri Ardini, M. Gz, Sp. GK selaku pembimbing 1 pada penelitian ini
yang selalu memberikan waktu, bantuan, arahan, dan pertimbangan kepada
Penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
5. dr. Sity Kunarisasi, MARS selaku dosen pembimbing II pada penelitian ini
atas segala bimbingan, arahan dan bantuan kepada Penulis sehingga dapat
menjadikan penelitian ini lebih baik.
6. dr. Nurmila Sari, M.Kes selaku dosen penguji 2 yang memberikan
bimbingan, saran dan kritik untuk penelitian ini.
1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., SpPD-KEMD selaku Dekan Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Achmad Zaki, M. Epid., Sp. OT Selaku Ketua Program Studi
Kedokteran sekaligus sebagai penguji 2 pada sidang skripsi atas kritik dan
saran yang diberikan untuk menyempurnakan penelitian ini
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada:
pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Jakarta Tahun Ajaran
2018/2019. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana kedokteran di
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam tidak
lupa Penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari zaman kegelapan menuju zaman penuh cahaya.
viii
7. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku penanggung jawab riset
Angkatan 2016 yang selalu mengingatkan dan memberikan arahan untuk
segera menyelesaikan penelitian ini.
8. Segenap dosen di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang senantiasa mendidik, membimbing dan memberikan ilmu kepada saya
selama menjalani masa Pendidikan di Program Studi Kedokeran di Fakultas
Faizun Ni’am sebagai teman-teman terdekat Penulis dalam berbagi berbagai
pemikiran, susah, senang, dan selalu memberikan dukungan pada Penulis.
14. Teman-teman mahasiswa FK UIN angkatan 2016 yang sudah berjuang
bersama-sama di Fakultas Kedokteran UIN Jakarta.
15. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan namun
Penulis tidak dapat menuliskannya satu persatu.
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9. Seluruh mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayaullah
Jakarta angkatan 2016, 2017 dan 2018 yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
10. Kedua orang tua Penulis yaitu Ir. Wismana Adi Suryabrata, MIA dan Mira
Josy Moestadi, S.H, MSi yang senantiasa memberikan didikan, do’a, serta
dukungan dalam bentuk moral, motivasi, dan material sehingga Penulis
dapat menyelesaikan berbagai macam rintangan dan Penulis tidak akan
mampu membalas jasa keduanya.
11. Kakak-kakak Penulis yaitu Irma Adlina Suryabrata dan Ira Azmi Suryabrata
yang sering memberikan motivasi dan pertimbangan serta adik Penulis yaitu
Isma Ahnaf Suryabrata yang sering menemani dan menghibur Penulis.
12. Ade Nurmyla Fauziati sebagai teman satu bimbingan yang sudah melalui
berbagai suka dan duka bersama selama pengerjaan penelitian.
13. Mohammad Roidul Fatoni, Muhammad Rafli Iqbal, Siti Firyal Rafa, Ahmad
ix
Ika Alifa Suryabrata
Ciputat, 23 Desember 2019
Penulis menyadari pada laporan penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman Penulis. Oleh
sebab itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penelitian
ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca secara umum, subjek
penelitian, dan Penulis.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.........................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iv
ABSTRAK.............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ..........................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN .....................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3. Hipotesis.................................................................................................. 2
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.4.1. Tujuan Umum ................................................................................... 2
1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 2
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
1.5.1. Manfaat bagi Peneliti ........................................................................ 3
1.5.2. Manfaat bagi Masyarakat.................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1 Landasan Teori........................................................................................ 4
2.1.1 Status Gizi......................................................................................... 4
2.1.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi........................................ 5
2.1.1.2 Penilaian Status Gizi...................................................................... 7
2.1.1.3 Klasifikasi Status Gizi................................................................... 9
2.1.2 Asupan Nutrien ................................................................................. 9
2.1.2.1 Kebutuhan Asupan Nutrien......................................................... 10
2.1.2.2 Rekomendasi Asupan Nutrien..................................................... 11
2.1.2.3 Penilaian Asupan Nutrien............................................................ 12
2.1.3 Aktivitas fisik.................................................................................. 15
2.1.3.1 Penilaian Aktivitas Fisik.............................................................. 15
2.1.4Hubungan Aktivitas Fisik dan Asupan Nutrisi dengan Status Gizi 18 2.2
Kerangka Teori...................................................................................... 20
2.3 Kerangka Konsep.................................................................................. 21
2.4 Definisi Operasional.............................................................................. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 25
3.1 Desain Penelitian................................................................................... 25
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 25
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 25
3.3.1 Populasi........................................................................................... 25
3.3.2 Estimasi Besar Sampel.................................................................... 25
x
i
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel........................................................... 26
3.3.4 Kriteria Sampel ............................................................................... 26
3.3.4.1 Kriteria Inklusi............................................................................. 26
3.3.4.2 Kriteria Eksklusi.......................................................................... 26
3.3.4.3 Kriteria Drop-Out........................................................................ 27
3.4 Cara Kerja Penelitian ............................................................................ 28
3.4.1 Alur Penelitian ................................................................................ 28
3.4.2 Alat dan Bahan................................................................................ 29
3.4.3 Cara Kerja ....................................................................................... 29
3.5 Manajemen Data ................................................................................... 31
3.5.1 Pengumpulan Data .......................................................................... 31
3.5.2 Analisis Data................................................................................... 31
3.5.3 Penyajian Data ................................................................................ 31
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 32
4.1 Analisis Univariat..................................................................................... 32
4.1.1 Data Demografis .................................................................................. 32
4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian............................................................ 33
4.1.3 Gambaran Pola Konsumsi Nutrien....................................................... 34
4.2 Analisis Bivariat....................................................................................... 36
4.3 Keterbatasan Penelitian............................................................................... 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 42
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 42
5.2 Saran............................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43
LAMPIRAN.......................................................................................................... 47
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Aktivitas Fisik berdasarkan nilai PAL/hari........... 30
Tabel 4.1 Data Demografis Subjek Penelitian ...................................................... 32
Tabel 4.2 Karakteristik Mahasiswa....................................................................... 33
Tabel 4.3 Karakteristik Status Gizi mahasiswa berdasarkan WHO-Asia Pacific. 33
Tabel 4.4 Gambaran Pola Asupan Mahasiswa...................................................... 34
Tabel 4.5 Gambaran Kecukupan Asupan Kalori dan Keseimbangan Makronutrien
............................................................................................................................... 35
Tabel 4.6 Gambaran Rerata IMT berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik,
Keseimbangan Makronutrien, dan Kecukupan Asupan Kalori............................. 36
Tabel 4.7 Uji Post-Hoc Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori ................ 37
Tabel 4.8 Gambaran Status Gizi berdasarkan Aktivitas Fisik, Keseimbangan
Makronutrien, dan Asupan Kalori......................................................................... 38
Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh............................................................. 9
Tabel 2.2 Koefisien Aktivitas Fisik ...................................................................... 11
Tabel 2.3 AKG Energi Orang Dewasa.................................................................. 12
Tabel 2.4 AKG Makronutrien Orang Dewasa ...................................................... 12
DAFTAR SINGKATAN
xiii
UIN : Universitas Islam Negeri
WHO : World Health Organisation
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
IMT : Indeks Massa Tubuh
BMR : Basal Metabolic Rate
RMR : Resting Metabolic Rate
BB : Berat Badan
TB : Tinggi Badan
FFQ : Food Frequesncies Questionnaire
METs : Metabolic Equivalent of Tasks
PAQ : Physical Activity Questionnaire
GPAQ : Global Physical Activity Questionnaire
IPAQ : International Physical Activity Questionnaire
PAL : Physical Activity Level
AKG : Angka Kecukupan Gizi
RDA : Recommended Dietary Intake
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Lampiran 3 Lembar Informed Consent.................................................................49
Lampiran 4 Tabel Berat Badan dan Tinggi Badan Responden.............................52
Lampiran 5 Form Food Record.............................................................................53
Lampiran 6 Kuesioner Aktivitas Fisik..................................................................55
Lampiran 7 Hasil Analisis Food Record...............................................................61
Lampiran 8 Hasil Uji Statistik...............................................................................62
Lampiran 9 Riwayat Penulis.................................................................................74
Lampiran 1 Lembar Kaji Etik ...............................................................................47
Lampiran 2 Kuesioner Penjaringan Responden....................................................48
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini, seluruh dunia sedang menghadapi double burden malnutrition,
nilai akademik yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan gizi normal.
Status gizi terutama Indeks Massa Tubuh (IMT) dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang secara umum terbagi menjadi faktor langsung dan tidak langsung.8,9
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumhya, faktor yang secara langsung dapat
mempengaruhi status gizi antara lain usia asupan nutrisi, kondisi infeksi dan
inflamasi, serta aktivitas fisik. Sementara itu, yang termasuk faktor tidak langsung
antara lain penghasilan, pendidikan, dan durasi tidur.5,10–12
Pola diet dan aktivitas
fisik dikatakan sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap status gizi melalui
keseimbangan energi. 13,14
Sementara itu, beberapa penelitian menunjukkan
mahasiswa cenderung memiliki pola asupan yang tidak sehat, terutama pada pola
asupan makronutrien.5,15,16
Penelitian Delvarianzadeh dkk.5 menunjukkan
sebagian
berupa gizi kurang (undernutrition) dan gizi lebih (overweight dan obesitas).1
Pada
orang dewasa (usia > 18 tahun), masalah utama diantara kedua malnutrisi ini adalah
gizi lebih.2
Data dari WHO menunjukkan sebanyak 39% laki-laki dan perempuan
dewasa di seluruh dunia termasuk dalam gizi lebih.3
Di Indonesia malnutrisi masih
menjadi masalah yang dapat dilihat pada prevalensi malnutrisi di Indonesia. Pada
kelompok umur 19-24 tahun, frekuensi gizi lebih berkisar 18% sama halnya dengan
gizi kurang. Seiring dengan peningkatan usia, frekuensi gizi lebih terus mengalami
peningkatan.4
Pada penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Iran, sebanyak 13%
mahasiswa dengan gizi kurang dan sekitar 12% mahasiswa dengan gizi lebih.5
Gizi lebih menyebabkan seseorang mengalami gangguan metabolisme seperti
gangguan pada tekanan darah, kolesterol, dan resistensi insulin. Individu dengan
gizi lebih akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mendapat penyakit diabetes
melitus, penyakit jantung koroner, dan stroke iskemik.3,6
Penelitian Priyadhishini
dkk.7
menyebutkan bahwa gizi lebih berpengaruh pada performa akademikdengan
2
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
1. Mengetahui hubungan kecukupan asupan makronutrien berdasarkan
1.3. Hipotesis
Terdapat hubungan antara kecukupan asupan makronutrien berdasarkan
tingkat aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah.
Apakah terdapat hubungan antara kecukupan asupan makronutrien
berdasarkan tingkat aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah?
besar mahasiswa memiliki aktivitas fisik yang rendah, namun tingkat aktivitas ini
masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pekerja. Berdasarkan latar
belakang di atas, Peneliti ingin mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan
asupan nutrisi dengan status gizi.
1.2. Rumusan Masalah
aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta berdasarkan status gizi dan tingkat aktivitas fisik.
2. Mengetahui gambaran pola konsumsi mahasiswa Fakultas Kedokterana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan asupan kalori total dan
komposisi makronutrien
3. Mengetahui hubungan antara kecukupan asupan kalori, keseimbangan
komposisi makronutrien, dan tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
3
1.5.2. Manfaat bagi Masyarakat
1. Populasi yang diteliti dapat mengetahui status gizinya
2. Populasi yang diteliti dapat termotivasi untuk memenuhi asupan
nutrisinya dengan baik
3. Populasi yang diteliti dapat termotivasi untuk melakukan aktivitas fisik
sesuai anjuran
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat bagi Peneliti
1. Menambah pengetahuan Peneliti mengenai data yang ada di lapangan
2. Menerapkan ilmu yang sudah dipelajari selama masa preklinik
seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh prevalensinya yang terus meningkat hingga
tiga kali lipat sejak 1975 hingga 2016. Selain itu, gizi lebih juga perlu menjadi
perhatian karena korelasinya dengan berbagai penyakit tidak menular. Di seluruh
dunia saat ini prevalensi gizi lebih sebesar 39% dengan 13% diantaranya tergolong
obesitas.17
Sementara itu di Indonesia secara umum terdapat sekitar 35% orang
dewasa dengan berat badan lebih dan obesitas.4
Gizi lebih memiliki berbagai dampak buruk. Salah satunya yaitu gizi lebih
menyebabkan seseorang mengalami gangguan metabolisme seperti gangguan pada
tekanan darah, kolesterol, dan resistensi insulin. Individu dengan gizi lebih akan
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mendapat penyakit diabetes melitus,
penyakit jantung koroner, dan stroke iskemik.6,17
Selain itu, terdapat penelitian
yang menyebutkan bahwa baik gizi lebih berpengaruh pada performa akademik
dengan nilai akademik cenderung lebih rendah dibandingkan dengan gizi normal.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Malnutrisi terutama gizi lebih menjadi masalah gizi pada orang dewasa di
2.1.1 Status Gizi
Status gizi dapat didefinisikan sebagai ekspresi keseimbangan nutrisi tubuh
yang dapat diukur menggunakan variabel tertentu.18
Menurut Departemen
Kesehatan RI, status gizi merupakan keadaan tubuh dalam hal keberhasilan
pemenuhan kebutuhan nutrisi. Keberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi ini dapat
digambarkan sebagai keseimbangan antara jumlah asupan yang dikonsumsi dengan
jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memenuhi berbagai fungsi biologis.19
Status gizi yang baik terjadi jika terdapat keseimbangan pada konsumsi makanan
yang diimbangi dengan aktivitas fisik yang teratur.20
4
5
1. Faktor Langsung
i. Asupan Nutrisi
Asupan nutrisi adalah konsumsi berbagai makanan dan minuman yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.21
Secara
garis besar, peningkatan asupan nutrisi dapat menyebabkan peningkatan
status gizi.22
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, asupan
nutrisi terutama pola makan berhubungan secara signifikan dengan IMT.5,11
Pola makan yang dimaksud yaitu kebiasaan makan di malam hari, konsumsi
pemanis buatan, dan status nafsu makan.11
Penelitian lainnya menyatakan
adanya hubungan antara status gizi dengan frekuensi makan, kebiasaan
sarapan, jenis makanan utama alternatif, frekuensi dan jenis makanan
ringan.5
ii. Aktivitas Fisik
2.1.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Secara umum, status gizi seseorang dipengaruhi oleh faktor langsung dan
tidak langsung. Faktor langsung merupakan faktor yang jika mengalami
perubahan akan langsung menyebabkan perubahan pada status gizi. Sementara
faktor tidak langsung adalah faktor yang akan mempengaruhi faktor langsung
untuk mengubah status gizi.8
Salah satu komponen dari penggunaan energi adalah penggunaan energi
untuk aktivitas fisik. Semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan dalam
periode tertentu, semakin besar kebutuhan energi seseorang.22,23
Penelitian
sebelumnya menghubungkan aktivitas fisik dan IMT dengan
mengklasifikasikan aktivitas fisik berdasarkan lama waktu yang digunakan
untuk berolahraga dalam satu hari. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
semakin lama waktu yang digunakan oleh responden untuk berolahraga,
maka semakin kecil nilai IMT responden.5
iii. Kondisi Infeksi dan Inflamasi
Infeksi dan inflamasi dapat mempengaruhi status gizi terutama dalam
hal berat badan. Saat terjadi infeksi dan inflamasi, terjadi pelepasan sitokin
6
pro inflamasi yang dapat meningkatkan laju metabolisme sehingga akan
meningkatkan kebutuhan energi. Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan
konsumsi makanan yang adekuat, akan terjadi penurunan berat badan.12
iv. Usia
IMT berubah seiring dengan bertambahnya usia akibat dari perubahan
komposisi tubuh. Seiring dengan penambahan usia, terjadi peningkatan
secara tidak langsung pendidikan berhubungan dengan status gizi.11,20
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dengan IMT. Hasilnya peningkatan jenjang
pendidikan hingga SMA diikuti dengan peningkatan nilai IMT. Sebaliknya,
pada responden dengan pendidikan sarjana, rerata IMT cenderung lebih
kecil dibandingkan dengan rerata IMT responden dengan pendidikan
SMA.11
b. Durasi Tidur
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara
durasi tidur dengan IMT.5,10
Salah satu penelitian menyebutkan bahwa
responden dengan waktu tidur kurang dari 10 jam per hari cenderung
terhadap total massa lemak dan lemak pada permukaan. Selain itu, terjadi
penurunan massa otot yang kemudian berimbas pada penurunan kekuatan
dan fungsi otot.23
Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa terdapat
peningkatan pada IMT seiring dengan bertambahnya usia, namun
penurunan ini akan bermula di usia 60 tahun.10
v. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme seperti hipertiroid dan hipotiroid dapat
meningkatkan atau menurunkan laju metabolisme. Oleh sebab itu dapat
mengubah status gizi seseorang jika peningkatan atau penurunan
metabolisme ini tidak diikuti dengan penyesuaian asupan nutrisi.23
2. Faktor Tidak Langsung
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola makan individu sehingga
7
pendapatan seseorang sehingga hal ini dapat mempengaruhi status gizi.
Penelitian sebelumnya menunjukkan keluarga dengan pendapatan yang
lebih rendah mengonsumsi makanan yang lebih tidak sehat dibandingkan
dengan kelompok dengan daya beli yang lebih tinggi.24
2.1.1.2 Penilaian Status Gizi
Pengukuran status gizi merupakan metode yang diperlukan menggunakan
riwayat individu terkait kesehatan, lingkungan sosial, konsumsi makanan, riwayat
pengobatan.23
Status gizi dapat ditentukan dengan cara kualitatif maupun
kuantitatif. Secara kualitatif, status gizi dapat dinilai melalui anamnesis dan
beberapa pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan fisik lainnya serta
pemeriksaan laboratorium merupakan cara lain untuk menilai status gizi secara
kuantitatif. 20,23,25
Penelitian yang dilakukan oleh Sampaio dkk.26
menunjukkan
penilaian status gizi yang paling mudah dan efektif adalah penilaianantropometri
yang diinterpretasikan ke dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) meskipun tidak dapat
memiliki IMT >30 dibandingkan dengan responden yang tidur lebih dari 10
jam per hari.10
Penelitian lainnya memiliki hasil yang bertolak belakang,
dimana responden yang tidur lebih dari 8 jam per hari cenderung memiliki
IMT yang lebih tinggi dibanding responden yang tidur ≤8 jam per hari.5
c. Pendapatan
Daya beli nutrien yang berkualitas salah satunya bergantung pada
menggambarkan massa lemak tubuh.
Data antropometri merupakan data pengukuran fisik individu yang
kemudian digolongkan berdasarkan standar dengan tujuan untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan.23
Antropometri juga dapat diartikan sebagai
pengukuran terhadap dimensi atau komposisi tubuh secara garis besar.
Pengukuran ini dapat menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan sehingga
dapat mengevaluasi status nutrisi. Pengukuran yang dapat dilakukan antara lain
berat badan, tinggi badan, pengukuran lingkar pinggang, dan lingkar panggul. 27
Berat badan dan tinggi badan yang kemudian diinterpretasikan ke dalam Indeks
Massa Tubuh (IMT) masih menjadi alat ukur yang paling sederhana serta mudah
untuk digunakan dalam menentukan status gizi dalam komunitas.28
8
1. Tinggi badan
Tinggi badan dapat merepresentasikan pertumbuhan linear tubuh dan
dapat menggambarkan secara kasar tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi
dalam jangka waktu lama.23,29
Selain itu, tinggi badan pada orang dewasa
juga dapat menggambarkan morbiditas dan risiko gangguan metabolik.25
2. Berat badan
Berat badan dapat merepresentasikan status nutrisi tubuh secara lebih
sensitif dibandingkan dengan tinggi badan terutama pada anak-anak dan
remaja. Hal ini disebabkan berat badan mampu merepresentasikan
pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam jangka waktu yang lebih dekat
dibandingkan tinggi badan.23
Selain itu, berat badan juga mampu
memberikan gambaran secara kasar mengenai proporsi lemak tubuh.27,32
Contohnya apabila terjadi peningkatan berat badan dalam jangka waktu
yang lama, maka dapat diasumsikan telah terjadi peningkatkan proporsi
lemak.32
Tinggi badan dapat diukur dalam posisi berbaring (mengukur panjang
badan), duduk, dan berdiri. Pemeriksaan tinggi badan yang umum dilakukan
yakni dengan posisi berdiri.23
Tinggi badan dalam posisi berdiri (standing
height) merupakan jarak maksimal antara verteks kepala dengan lantai.
Pemeriksaan ini umumnya dapat dilakukan pada subjek dengan usia lebih
dari 2 tahun.23,29
Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan pita fleksibel non elastis
yang ditempelkan ke permukaan datar, portbale height rod, dan
stadiometer.27
Pemilihan alat ukur bergantung pada ketersediaan alat dan
subjek yang diukur. Pengukuran pada komunitas lebih mudah dilakukan
menggunakan stadiometer atau portable height rods.30,31
Jika penggunaan
stadiometer tidak memungkinkan, pengukuran menggunakan pita fleksibel
non elastis dapat digunakan dengan ditempelkan ke tembok yang memiliki
permukaan datar.31
9
Pengukuran berat badan pada anak-anak dan orang dewasa yang
mampu berdiri dapat menggunakan skala timbangan elektronik.27
Akurasi
dalam pengukuran berat badan bergantung pada kalibrasi peralatan, status
hidrasi, dan pakaian subjek yang diukur.29
2.1.1.3 Klasifikasi Status Gizi
Status gizi pada orang dewasa diklasifikasikan menggunakan Indeks Massa
Nilai IMT Kategori
<18,5 Underweight (Gizi kurang)
18,5–22,9 Normal
23,0–24,9 At risk (Berisiko)
25,0-29,9 Obesitas I
30 Obesitas II
Sumber: WHO, The Asia-Pacific Perspective: Redifining Obesity and Its
Treatment,200033
2.1.2 Asupan Nutrien
Asupan nutrien adalah konsumsi berbagai makanan dan minuman yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.22
Jumlah energi
Tubuh.2
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan interpretasi dari data
antropometri berat badan dan tinggi badan yang menggambarkan berat badan
relatif terhadap tinggi badan sehingga dapat diketahui apakah berat badan
seseorang sesuai dengan tinggi badannya.23,29,32
Data berat badan relatif terhadap
tinggi badan ini kemudian dapat menjadi gambaran tingkat kegemukan seseorang.
Berdasarkan hal tersebut, maka secara tidak langsung IMT juga berhubungan
dengan proporsi lemak tubuh.29,32
IMT diukur dengan menggunakan rumus dimana berat badan yang diukur
dalam satuan kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan yang diukur dalam
satuan meter.29
IMT secara garis besar dapat mengklasifikasikan seseorang ke
dalam status nutrisi lebih maupun status nutrisi kurang.27
Klasifikasi IMT yang
dapat digunakan di Indonesia yaitu klasifikasi WHO dari kriteria Asia-Pasifik.
Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
10
Jumlah asupan nutrien harus seimbang dengan jumlah pengeluarannya.
Maka, untuk menghitung kebutuhan nutrien perlu mengetahui kebutuhan energi
total.22
Kebutuhan energi total didefinisikan sebagai jumlah energi total yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan atau untuk aktivitas sehari-hari bergantung pada
usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan level aktivitas fisik. Jumlah
energi total yang dibutuhkan bergantung pada jumlah energi total yang
dikeluarkan oleh tubuh. Jumlah energi total yang dikeluarkan terdiri dari Laju
Metabolik Basal / BMR, Laju Metabolisme Istirahat / RMR, termogenesis, dan
aktivitas fisik.
Laju metabolik basal didefinisikan sebagai jumlah energi minimal yang
diperlukan seseorang untuk bertahan hidup. Energi ini merepresentasikan
kebutuhan energi selama 24 jam dalam kondisi beristirahat secara fisik dan
mental. Sementara laju metabolisme istirahat adalah energi yang dibutuhkan
untuk mendukung fungsi dasar tubuh dan untuk menjaga homeostasis. Laju
yang didapatkan dari mengonsumsi berbagai nutrien perlu sebanding dengan
jumlah energi yang dikeluarkan oleh tubuh agar mencapai status gizi yan baik.
Jumlah energi yang didapatkan dari makanan disebut juga sebagai total
pemasukan kalori yang didapatkan dari makronutrien berupa karbohidrat, lemak,
dan protein.23
2.1.2.1 Kebutuhan Asupan Nutrien
metabolisme dasar dan laju metabolisme istirahat pada dasarnya tidak jauh
berbeda dan dapat digunakan secara bergantian. Faktor yang mempengaruhi
keduanya antara lain usia, komposisi tubuh, berat badan dan tinggi badan, iklim,
jenis kelamin, dan temperatur.23
Laju metabolisme basal digunakan untuk menentukan kebutuhan energi
basal per hari. Umumnya, untuk menentukan kebutuhan energi tidak digunakan
pemeriksaan secara langsung terhadap laju metabolisme basal, namun
menggunakan rumus yang bisa memberikan estimasi kebutuhan energi basal.34
11
Rumus yang dapat digunakan untuk orang yang sehat yaitu rumus St. Mifflins,
sebagai berikut23,34
:
Estimasi Kebutuhan energi basal per hari pada pria:
Kebutuhan energi= 10 x BB + 6,25 x TB – 5 x usia + 5
Estimasi kebutuhan energi basal per hari pada wanita:
Kebutuhan energi= 10 x BB + 6,25 x TB – 5 x usia -161
Karakteristik Aktivitas
sangat ringan
Aktivitas
ringan
Aktivitas
sedang
Aktivitas
berat
Laki-laki
IMT 18,5-
25
1 1.11 1.25 1.48
IMT ≥25 1 1.12 1.17 1.54
Perempuan
IMT 18,5-
25
1 1.12 1.27 1.45
IMT ≥25 1 1.14 1.27 1.45
2.1.2.2 Rekomendasi Asupan Nutrien
Rekomendasi asupan nutrien merupakan rekomendasi yang diberikan agar
seorang individu mampu memenuhi hampir 100% dari kebutuhan hariannya
sebagai individu. Secara umum, rekomendasi asupan nutrien memperhatikan
asupan kalori dan keseimbangan konsumsi makronutrien. Asupan kalori
merupakan jumlah kalori yang dikonsumsi melalui makanan dan minuman.35
Secara umum, asupan kalori yang dianjurkan disesuaikan dengan kebutuhan tiap
individu. Pada setiap negara memiliki rekomendasi asupan di negaranya masing-
masing disesuaikan dengan karateristik masyarakatnya. Di Indonesia
rekomendasi asupan kalori (kebutuhan energi) atau nutrien lainnya dijabarkan
Sumber: Krause’s Food and The Nutrition Care Process, Elsevier, 201723
Hasil perhitungan laju metabolisme basal kemudian dapat digunakan
untuk menghitung estimasi kebutuhan kalori total. Perhitungan ini dilakukan
dengan mengalikan laju metabolisme basal dengan koefisien aktivitas fisik yang
nilainya bergantung pada jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan indeks massa
tubuh. 23
Tabel 2.2 Koefisien Aktivitas Fisik
12
dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG). AKG pada kebutuhan asupan kalori
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia.
Tabel 2.3 AKG Energi Orang Dewasa
Karakteristik Berat
badan (kg)
Tinggi Badan
(cm)
AKG Energi
(kkal)
Laki-Laki
19-29 60 168 2725
30-49 62 168 2625
50-64 62 168 2325
Perempuan
19-29 54 159 2250
30-49 55 159 2150
50-64 55 159 1900
Karakteristik Berat
badan (kg)
Tinggi
Badan (cm)
Karbohidrat
(gr)
Protein
(gr)
lemak
(gr)
Laki-Laki
19-29 60 168 375 168 91
30-49 62 168 394 168 73
50-64 62 168 349 168 65
Perempuan
19-29 54 159 309 54 75
30-49 55 159 323 55 60
50-64 55 159 285 55 53
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 201336
2.1.2.3 Penilaian Asupan Nutrien
Asupan nutrien dapat diukur dengan dua metode, yakni metode retrospektif
dan metode prospektif. Metode retrospektif mengandalkan ingatan responden
untuk mengidentifikasi asupan nutrisi yang sudah dikonsumsi dalam periode
tertentu melalu beberapa alat ukur antara lain food recall, Food Frequency
Questionnaire (FFQ), riwayat diet, dan Short Frequency Questionnaire.
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 201336
Rekomendasi asupan makronutrien secara proporsi berdasarkan kebutuhan
kalori total tubuh dibagi menjadi 10% (10% - 35%) dari protein, 60% (45% -
65%) dari karbohidrat, dan 30% (20% - 35%) dari lemak.22
Di Indonesia,
berdasarkan AKG dari Kementrian Kesehatan, rekomendasi asupan
makronutrien juga dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Tabel 2.4 AKG Makronutrien Orang Dewasa
13
Sementara itu, metode prospektif menggunakan pencatatan maupun observasi
secara langsung terhadap asupan nutrisi yang sedang dikonsumsi oleh responden
dalam jangka waktu tertentu. Beberapa alat ukur yang termasuk dalam metode
prospektif antara lain penimbangan makanan, food record dengan estimasi porsi,
dan duplicate analysis. Masing-masing dari metode ini memiliki kelebihan dan
kekurangan, serta untuk pemilihan metode bergantung pada besarnya sampel
responden.
Kekurangan metode food recall, antara lain: (a)Umumnya pengambilan
data hanya dilakukan satu kali, sehingga tidak merepresentasikan asupan nutrisi
harian; serta (b) metode mengandalkan ingatan responden sehingga mungkin
untuk salah dalam pendataan. 34,37
b. Food record
Metode ini mengharuskan reponden menuliskan makanan atau miuman
yang dikonsumsi segera setelah atau sebelum mengonsumsi sesuatu.29,34
Data
yang dikumpulkan berupa jenis makanan, cara memasak, dan porsinya selama
minimal 3-7 hari.34
Terdapat 2 jenis formulir food record yakni formulir yang
bersifat tertutup dan semi-terbuka. Jenis formulis yang tertutup menggunakan
yang dibutuhkan dan karakteristik responnya. Pada populasi yang besar, metode
yang dapat digunakan yaitu food recall, food record, dan FFQ.27,34,37
a. Food recall
Metode ini menggunakan ingatan dari responden dengan menggunakan
metode wawancara. Data yang dikumpulkan berupa makanan dan minum
yang dikonsumsi selama 24 jam terakhir berupa jenis makanan dan minuman
serta porsinya. Wawancara dilakukan oleh orang yang sudah ahli dalam
bidang gizi. Metode ini dapat dilakukan lebih dari satu kali pengambilan
sehingga dapat menggambarkan variasi dari asupan nutrisi dan rata-rata
asupan nutrisi harian dari responden.27,34
Kelebihan metode food recall, antara lain: (a) Biaya yang digunakan
relatif murah, (b) waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan data realtif
singkat, (c) tidak bergantung pada pendidikan responden, (c) metode
retrospektif dapat menggambarkan pola makan sesungguhnya dari
14
kode-kode untuk setiap jenis makanan yang umum beserta porsinya. Jika
terdapat makanan yang dimakan di laur dari daftar tersebut, maka tidak
dituliskan. Jenis formulir yang semi-terbuka menggunakan daftar makanan
beserta porsinya, namun masih memungkinkan responden untuk
menambahkan makanan lain yang tidak ada di dalam daftar dan menuliskan
porsinya. Jenis semi-terbuka lebih utama untuk digunakan namun diperlukan
Metode ini menggunakan daftar makanan khusus atau kelompok
makanan tertentu. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap jumlah dan
frekuensi konsumsinya.29
Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi
konsumsi responden dalam hitungan hari, minggu, maupun bulan bergantung
pada kebutuhan penelitian.29,34
Umumnya, metode ini digunakan untuk
mengevaluasi pola konsumsi responden dalam studi epidemiologi pada
jumlah populasi yang besar, terutama untuk mengetahui hubungan antara pola
konsumsi dengan penyakit kronik.29
Kelebihan metode ini, antara lain: (a) Pengisian kuesioner mudah
sehingga tingkat responsivitas dari responden tinggi, (b) Dapat memberikan
gambaran terhadap asupan nutrisi jangka panjang, (c) Metode yang bersifat
retrospektif tidak mengubah pola makan responden.
c. Food Frequency Questionnaire (FFQ)
responden yang terlatih untuk menuliskan ke dalam formulir. 29
Kelebihan food record, antara lain: (a) Tidak bergantung pada ingatan
responden sehingga akurasinya lebih tinggi, (b) Hasil yang didapatkan bisa
sesuai dengan data konsumsi responden, (c) Pengambilan data selama
beberapa hari lebih akurat dibanding metode lainnya
Kekurangan food record, antara lain: (a), Membutuhkan responden
yang kooperatif, (b) Membutuhkan responden yang berpendidikan dan
mampu menulis, (c) Pengambilan data membutuhkan waktu beberapa hari,
(d) Kemungkinan menyebabkan responden mengubah pola makannya, (e)
Metode ini cenderung membenani responden karena harus mencatat setiap
waktu.29,34
15
Kekurangan metode ini, antara lain: (a)Kemungkinan tidak bisa
merepresentasikan pola makan harian dan porsinya (b) Akurasi bergantung
pada ingatan responden (c) Daftar makanan mungkin tidak menggambarkan
keseluruhan jenis makanan yang dikonsumsi oleh responden,(d) Tidak
mampu menggambarkan perubahan pola makan jangka pendek.29,32
3,5 mL oksigen/kgBB/menit. Hasil skor METs kemudian dikonversikan
berdasarkan hitungan satu METs setara dengan satu kilokalori per kilogram per
jam.23,39
Aktivitas fisik dapat diukur secara subjektif dan objektif. Pengukuran
subjektif secara garis besar terdiri dari penggunaan kuesioner dan buku harian
atau catatan aktivitas fisik. Sementara itu, pengukuran secara objektif dapat
menggunakan pengukuran denyut nadi, pedometer, dan akseelerator. Secara
umum, untuk melakukan studi terhadap populasi, lebih diusulkan untuk
menggunakan pemeriksaan secara subjektif.
Metode pencatatan dengan buku harian diisi dengan catatan aktivitas fisik
secara detil pada setiap jamnya di setiap hari yang seringnya dilakukan selama
2.1.3 Aktivitas fisik
Aktivitas fisik menurut WHO dapat diartikan sebagai pergerakan tubuh
yang diakibatkan oleh kontraksi otot skelet sehingga mampu meningkatkan
penggunaan energi.38
Lebih spesifik lagi, aktivitas fisik dapat didefinisikan
sebagai berbagai kegiatan yang berkaitan dengan gerakan tubuh seperti bekerja,
aktivitas hiburan, berolahraga, sedentary behaviour, dan penggunaan energi.29
2.1.3.1 Penilaian Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik secara kuantitas dapat diukur dengan satuan kilokalori secara
langsung maupun METs. Pengukuran dengan satuan kilokalori secara langsung
dapat menggambarkan jumlah energi yang digunakan dalam beraktivitas.
Pengukuran lainnya yaitu menggunakan skor METs yang mengukur penggunaan
oksigen dalam aktivitas per kilogram berat badan per menit.39
Satu METs setara
dengan penggunaan energi saat duduk beristirahat atau setara dengan penggunaan
16
kuesioner yang umumnya digunakan untuk menilai dimensi dari aktivitas fisik
yaitu jenis aktivitas fisik, frekuensi, durasi, dan intensitas dari aktivitas fisik
yang dilakukan.39
Kuesioner ini dapat diisi secara mandiri maupun melalui
metode wawancara bergantung pada jenis kuesionernya. PAQ sendiri secara
umum terbagi menjadi kuesioner tipe global, PAQ tipe pendek dan PAQ
kuantitatif.39,40
a. Kuesioner tipe global
Kuesioner tipe ini memberikan gambaran secara umum tehadap pola
aktivitas individu.40
Penilaian dari kuesioner ini mampu membandingkan
aktivitas fisik individu dan orang lain secara garis besar.39
Umumnya,
kuesioner ini hanya terdiri dari 2-4 unit pertanyaan. Tujuan dari penggunaan
metode ini hanya untuk mengelompokkan apakah seorang individu sudah
memenuhi standar dari aktivitas fisik. Kuesioner ini cukup sederhana dan
mudah dikerjakan secara mandiri oleh responden sehingg dapat digunakan
1-3 hari, namun bisa juga dilakukan pencatatan hingga 7 hari.39,40
Hal yang perlu
dicatat dalam buku harian umumnya berupa waktu mulai aktivitas, waktu selesai
aktivitas, jenis aktivitas, dan intensitasnya. Metode buku harian dapat digunakan
untuk mengevaluasi kuesioner atau dapat juga digunakan sebagai alat ukur
tambahan dalam melakukan pemantauan secara objektif.39
Physical Activity Questionnaire (PAQ)/kuesioner aktivitas fisik merupakan
studi epidemiologi, penggunaan di klinis, dan untuk surveilans di suatu
daerah.40
b. PAQ tipe pendek
PAQ tipe pendek (short physical activity questionnaire) merupakan
penilaian singkat terhadap aktivitas fisik berdasarkan dimensi. Metode ini
umumnya digunakan untuk memberikan gambaran deskriptif dan
digunakan dalam studi epidemiologi tentang pola aktivitas fisik sekaligus
sebagai intrumen utnuk memantau pemenuhan pola aktivitas fisik
masyarakat berdasarkan standar yang berlaku. Contoh dari PAQ tipe pendek
yaitu GPAQ (Global Physical Activity Questionnaire) dan IPAQ
(International Physical Activity Questionnaire) tipe pendek. 39
17
GPAQ membandingkan aktivitas fisik individu seseorang dengan
aktivitas fisik orang lain secara umum.40
GPAQ dikeluarkan oleh WHO
sebagai salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk pemantauan
aktivitas fisik di suatu negara. Kuesioner ini bertujuan untuk
mengumpulkan data aktivitas fisik berdasarkan tiga latar kegiatan, yakni
aktivitas saat bekerja, aktivitas saat berpergian dari dan ke suatu tempat,
c. PAQ tipe panjang
Terdapat 2 contoh PAQ tipe penajng, yakni PAQ kuantitatif dan IPAQ
tipe panjang. Pada PAQ kuantitatif data didapatkan dengan cara wawancara
menggunakan ingatan dari responden untuk mengisi 20-60 unit pertanyaan.
Metode ini digunakan untuk menganalisis interaksi anatar jenis aktivitas
fisik dengan kejadian penyakit tertentu dalam periode tertentu. Jangka
waktu aktivitas fisik yang diteliti pada kuesioner ini bisa mulai dari 1 bulan,
1 tahun, hingga semasa hidup sehingga beban terhadap ingatan responden
sangat tinggi.39
IPAQ tipe panjang memiliki 27 unit pertanyaan yang dapat diisi secara
mandiri oleh reponden. Setiap unit pertanyaan pada IPAQ tipe panjang
serta aktivitas fisik ketika rekreasi. Penilaian kuesioner ini menggunakan
METs dimana skor 4 setara dengan aktivitas fisik sedang dan skor 8 setara
dengan aktivitas fisik berat. 41
IPAQ merupakan instrumen yang sudah dibuat secara internasional
yang sudah terstandarisasi sehingga aktivitas fisik pada tiap negara dapat
dibandingkan.40
Terdapat 4 latar kegiatan yang diteliti dalam IPAQ secara
umum yaitu: aktivitas fisik untuk bersenang-senang (rekreasi), aktivitas di
sekitar tempat tinggal seperti berkebun di halaman, aktivitas fisik yang
berhubungan dengan pekerjaan, dan aktivitas fisik saat berpergian dari satu
tempat ke tempat lain. IPAQ tipe pendek secara spesifik meneliti 3 jenis
aktivitas yaitu berjalan, aktivitas intensitas sedang, dan aktivitas intensitas
berat, namun tidak secara khsuus menanyakan pada tiap domain. Jangka
waktu aktivitas fisik yang dinilai pada IPAQ tipe pendek yakni aktivitas
fisik selama 7 hari terakhir.42
18
2.1.4 Hubungan Aktivitas Fisik dan Asupan Nutrisi dengan Status Gizi
Asupan nutren terutama makronutrien menjadi sumber energi bagi tubuh.
Jumlah energi yang masuk disesuaikan dengan jumlah energi yang dibutuhkan
tiap harinya dengan parameter jumlah kalori. Sumber utama untuk memenuhi
kebutuhan kalori yakni berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak yang masing-
masing proporsinya sebesar 60%, 10%, dan 30%.34
Kondisi dimana jumlah energi
yang dikonsumsi dari asupan setara dengan jumlah energi yang dikeluarkan
disebut sebagai keseimbangan energi yang seimbang.
Ketidakseimbangan energi dapat terjadi jika jumlah energi yang masuk
kurang dari jumlah energi yang dikeluarkan yang disebut sebagai keseimbangan
energi negatif. 22
Hal ini dapat terjadi jika penggunaan energi oleh aktivitas fisik
dan metabolisme basal melebihi asupan nutrien. Pada kondisi ini, tubuh akan
menggunakan simpanan sumber energi yang ada di dalam tubuh berupa glikogen
disusun agar dapat mengetahui secara spesifik jenis kegiatan berupa
berjalan, aktivitas fisik sedang, dan aktivitas fisik berat pada setiap domain
sehingga perbedaannya dengan IPAQ tipe pendek yakni pada spesifikasi di
setiap domain. Seperti pada IPAQ tipe pendek, aktivitas fisik yang dinilai
pada IPAQ tipe panjang merupakan aktivitas fisik yang dilakukan selama 7
hari terakhir.42
yang berada di hepar dan otot, massa otot yang mengandung banyak protein, dan
lemak yang berada dalam jaringan adiposa.43,44
Penggunaan sumber energi ini
cadangan akan mengurangi massa tubuh sehingga dalam jangka waktu tertentu
akan menyebabkan penurunan berat badan yang akan menurunkan status gizi.
Ketidakseimbangan energi juga dapat terjadi jika jumlah energi yang masuk
melebihi jumlah energi yang digunakan yang disebut sebagai keseimbangan
energi positif. Kondisi ini dapat terjadi jika jumlah asupan yang dikonsumsi tinggi
tanpa diikuti dengan aktivitas fisik yang sebanding atau aktivitas fisik rendah.22
Pada kondisi ini, nutrien yang dikonsumsi terutama makronutrien dapat
menumpuk di dalam tubuh. Kelebihan konsumsi karbohidrat dapat menyebabkan
karbohidrat disimpan dalam bentuk glikogen di hepar dan otot serta disimpan
19
dalam bentuk trigliserida dalam jaringan adiposa. Kelebihan konsumsi lemak
dapat meningkatkan simpanan lemak pada jaringan adiposa. Penumpukan
karbohidrat dan lemak ini dapat menyebabkan perubahan massa tubuh yang
nantinya menyebabkan peningkatan status gizi.43,44
20
2.2 Kerangka Teori
21
2.3 Kerangka Konsep
Variabel independet
Variabel dependet
Variabel yang tidak diteliti
22
2.4 Definisi
No. Variabel
Diukur
yang Definisi Pengukur Cara Pengukuran Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1 Status Gizi Ekspresi Peneliti Mengukur berat badan
dan tinggi badan
kemudian
diinterpretasikan ke
Indeks Massa Tubuh
(IMT) menurut kriteria
Asia-Pasifik33
IMT =
����� ����� (�)
������ ����� (�)2
SECA dan Ordinal Underweight: jika nilai
keseimbangan kalkulator IMT< 18,5
nutrisi tubuh yang Normal: IMT 18,5-22,9
dapat diukur
menggunakan
Overweight: IMT 23-24.9
variabel tertentu19 Obesitas I: IMT 25-29.9
Obesitas II: IMT ≥3033
Numerik Data berupa angka hasil
perhitungan Indeks Massa
Tubuh
2 Asupan Kalori Asupan kalori
merupakan jumlah
kalori yang
Peneliti Membandingkan
kebutuhan
berdasarkan
energi
rumus
Food
record,
nutrisurvey
Ordinal Asupan kalori
Operasional
23
dikonsumsi melalui
makanan dan
minuman.35
Estimasi Kebutuhan
Energi dengan total
konsumsi kalori dalam
satu hari
Kurang: jika asupan <90%
kebutuhan
Cukup: jika asupan 90%-
110% kebutuhan
Lebih: jika asupan >110%
3 Komposisi Presentase Peneliti Membandingkan Food Nominal Komposisi seimbang: jika
Makronutrien konsumsi komposisi record, konsumsi karbohidrat 60%,
makronutrien makronutrien yang nutrisurvey lemak 30%, dan protein
berupa karbohidrat, dikonsumsi dengan 10% dari total konsumsi
protein, dan lemak anjuran komposisi kalori22
yang dikonsumsi.22
makronutrien dalam
Tidak seimbang: jika
pemenihan energi satu konsumsi karbohidrat,
hari
lrmak, dan protein masing-
masing tidak sama dengan
60%, 30%, dan 10% dari
total konsumsi kalori
24
4 Tingkat
Aktivitas Fisik
pergerakan tubuh
yang diakibatkan
oleh kontraksi otot
skelet sehingga
mampu
meningkatkan
penggunaan
energi38
Peneliti Mengisi kuesioner
mengenai aktivitas fisik
selama 1 minggu
dengan metode recall
kemudian dilakukan
skoring dan
pengelompokan sesuai
tingkat aktivitas
IPAQ Ordinal Sedentary: jika skor PAL
anatara 1-1,39
Low Active: skor PAL 1,4 –
1,59
Active: skor PAL 1,6-1,89
Very Active: skor PAL 1,9
– 2,5
potong lintang. Data yang digunakan merupakan data primer untuk mengetahui
asupan nutrient terutama makronutrien, status gizi, dan aktivitas fisik mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada bulan Agustus – November 2019.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan untuk penelitian ini pada mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta usia lebih dari 18 tahun pada
tahun 2019.
3.3.2 Estimasi Besar Sampel
Estimasi besar sampel menggunakan rumus dari Sopiyudin untuk sampel
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan
analitik numerik tidak berpasangan dengan minimal 2 kelompok sebagai
berikut47
:
n1 = n2 = n3 = 2
(��+��)× �
(�1−�2)
n1 = 2
(1,96+1,28)× 2,1
1,5
n1 = 2 (16,71) = 33,42  34
Keterangan:
n= jumlah sampel
Z= 1,64, nilai  ditentukan oleh Peneliti sebesar 10%
Z= 1,28, nilai  ditentukan oleh Peneliti sebesar 20%
S= simpangan baku sebesar 2,148
25
26
X1-X2 =1,5; Perbedaan IMT yang bermakna ditentukan oleh Peneliti
Kekuatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 90%.
Berdasarkan perhitungan di atas, dibutuhkan sampel sebesar 34 orang pada tiap
kelompok. Pada penelitian ini, total responden yang didapatkan akan dibagi
menjadi 3 kelompok. Maka, dihitung kebutuhan total sampel untuk 3 kelompok
sehingga didapatkan minimal total sampel sebanyak 102. Nilai sampel ini
Kriteria subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Mahasiswa preklinik FK UIN JAKARTA
b. Berusia minimal 18 tahun
c. Bersedia mengikuti penelitian
3.3.4.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria subjek yang termasuk dalam kriteria eksklusi yaitu:
a. Mahasiswa yang sedang sakit
b. Mahasiswa dengan gangguan metabolisme seperti gangguan tiroid, diabetes
melitus
c. Mahasiswa yang sedang berada dalam program diet
kemudian ditambahkan dengan 10% untuk mengantisipasi drop-out sehingga
kebutuhan sampel menjadi 102 + 11 = 113 sampel.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
stratified random sampling dimana Peneliti membagi populasi mahasiswa
preklinik menjadi angkatan 2016, 2017, dan 2018. Pengambilan sampel di
masing-masing angkatan ini kemudian dilakukan dengan simple random sampling
dengan jumlah yang diambil pada masing-masing angkatan sesuai dengan
proporsinya.49
Pada angakatan 2016 diambil 31 mahasiswa, angkatan 2017
diambil 38 mahasiswa dan angkatan 2018 sebanyak 45 mahasiswa yang diambil
secara acak sesuai dengan kriteria inklusi.
3.3.4 Kriteria Sampel
3.3.4.1 Kriteria Inklusi
27
3.3.4.3 Kriteria Drop-Out
Kriteria subjek yang termasuk dalam kriteria drop-out yaitu:
a. Mahasiswa dengan data yang tidak lengkap
28
Informed consent
Bersedia
Pengukuran
tinggi badan
dan berat
badan
Responden
mengisi kuesioner
IPAQ
Pengisian form
food record oleh
responden
Perhitungan
IMT
Skoring IPAQ Analisis dengan
nutrisurvey
Perhitungan estimasi
kebuhan energi
Keseimbangan
komposisi
makronutrien
Kecukupan
asupan nutrisi
Pengambilan sampel sesuai proposal jumlah dan kriteria
Pengurusan izin penelitian
3.4 Cara Kerja Penelitian
3.4.1Alur Penelitian
Hasil
Analisis dengan
SPSS
29
3.4.3 Cara Kerja
a. Pengukuran Status Gizi
i. Pengukuran tinggi badan dilakukan sebanyak 2 kali. Responden yang
dinilai berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan tanpa
menggunakan alas kaki. Tinggi diukur dengan ketelitian 0,1 cm. Jika
terdapat perbedaan pengukuran pertama dan kedua >0,4 cm,
dilakukan pengukuran ketiga. Nilai tinggi badan yang diambil adalah
rata-rata tinggi badan pada 2 atau 3 pengambilan.
ii. Pengukuran berat badan dilakukan sebanyak satu kali. Responden
yang akan diukur perlu menggunakan pakaian yang dapat
meningkatkan massa tubuh seminim mungkin. Berat badan diukur
dengan ketelitian 0,1 kg dengan posisi tubuh ressponden berdiri tegak
dan menghadap ke depan tanpa bergerak selama pengukuran.
iii. Data berat badan dan tinggi badan kemudian diinterpretasikan dalam
3.4.2Alat dan Bahan
a. SECA 703
b. International Physical Activity Questionnaire-long form berbahasa
Indonesia
c. Form food record
bentuk Indeks Masaa Tubuh dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria
WHO-Asia Pacific
b. Pengukuran Asupan Nutrien
i. Data asupan nutrien didapatkan menggunakan metode food record
24 jam yang dilakukan selama 3 hari dalam satu minggu. Hari yang
digunakan untuk pencatatan makanan ini yaitu dua hari pada hari
kerja dan satu hari pada hari libur. Sebelum pengisian food record,
responden terlebih dahulu diberikan pemahaman mengenai cara
pencatatan. Selain mencatat makanan, responden juga memfoto
makanan atau minuman yang dikonsumsi sebagai bahan validasi
30
bagi peneliti. Form food record dikumpulkan setiap hari untuk
menjaga validitasnya.
ii. Data food record yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis
menggunakan program nutrisurvey.
iii. Data asupan nutrien dan keseimbangan makronutrien kemudian
diambil berdasarkan rata-rata konsumsi dari 3 hari pengambilan
Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Aktivitas Fisik berdasarkan nilai PAL/hari
Tingkat Aktivitas Fisik PAL/hari
Aktivitas fisik sangat ringan 1.00 – 1.39
Aktivitas fisik ringan 1.4 – 1.59
Altivitas fisik sedang 1.6 – 1.89
Aktivitas fisik berat 1.9 – 2.5
Diadaptasi dari Krause’s Food and The Nutrition Care Process, Elsevier, 201723
data.
c. Pengukuran Aktivitas Fisik
i. Pengambilan data aktivitas fisik dilakukan menggunakan kuesioner
IPAQ-long form dengan metode pengisian mandiri. Responden
terlebih dahulu diberikan pemahaman mengenai kuesioner. Selama
pengisian kuesioner, responden dipandu oleh Peneliti untuk
menjaga validitas kuesioner.
ii. Data hasil kuesioner diinterpretasikan untuk mengetahui nilai
Physical Acticity Level (PAL) per hari dari tiap responden.
iii. Hasil nilai PAL kemudian dikelompokkan menjadi tingkat aktivitas
fisik responden yang kemudian dapat diketahui angka koefisian
aktivitas fisiknya sebagai faktor pengali untuk mengetahui
kebutuhan nutrisi
31
3.5 Manajemen Data
3.5.1 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data primer dari
responden. Data yang diperoleh akan melalui beberapa langkah pemprosesan
seperti:
i. Pengeditan: data dipilah untuk mengeluarkan data-data yang tidak sesuai
statistic Kruskal wallis dengan analisis post-hoc mann whitney.
Sementara itu, untuk analisis hubungan antara komposisi makronutrien
dengan status gizi, analisis yang digunakan yakni analisis bivariat untuk
komparatif numerik tidak berpasangan pada 2 kelompok. Uji analisis yang
digunakan yaitu uji analisis mann whitney
3.5.3 Penyajian Data
Penyajian data dilakukan menggunakan teks deskripsi, tabel, dan diagram.
dengan kriteria, atau masuk dalam kriteria drop-out.
ii. Pengodean: data mentah diubah menjadi bentuk kode-kode angka untuk
mempermudha proses analisis
iii. Pemasukan data: data diinput ke dalam komputer pada aplikasi statistik
3.5.2 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis bivariat
untuk mengetahui hubungan antara asupan nutrien berupa komposisi
makronutrien dan kecukupan asupan kalori yang masing-masing dianalisis
dengan status gizi serta hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi.
Analisis yang digunakan untuk hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi
dan hubungan antara kecukupan asupan kalori dan status gizi yaitu analisis
komparatif numerik tidak berpasangan lebih dari 2 kelompok. Hasil uji normalitas
menunjukkan sebaran data tidak normal, maka uji yang digunakan yaitu uji
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Univariat
4.1.1 Data Demografis
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Karakteristik Frekuensi % Rerata
Usia 20 (18 – 24)
18 5 4,5
19 35 31,5
20 37 33,3
21 28 25,2
22 3 2,7
23 2 1,8
24 1 0,9
Jenis Kelamin
Laki-laki 32 28,8
Perempuan 79 71,2
Angkatan
2016 31 27,9
2017 34 30,6
2018 46 41,4
Berdasarkan data hasil penelitian dalam tabel di atas, didapatkan persebaran
usia subjek penelitian berkisar antara 18 hingga 24 tahun dengan rerata usia 20
tahun dan sampel terbanyak berusia 20 tahun dengan presentase 33.3%.
Berdasarkan jenis kelamin jumlah subjek dengan jenis kelamin laki-laki memiliki
presentase 28.8% sedangkan subjek dengan jenis kelamin perempuan memiliki
presentase 71.2%. Sebaran subjek penelitian pada setiap angkatan memiliki
Jakarta. Populasi pada penelitian ini merupakan mahasiswa preklinik FK UIN
Jakarta pada Tahun Ajaran 2018/2019 yang terdiri dari angkatan 2016, 2017, dan
2018. Berdasarkan skrining dengan kuesioner dan randomisasi, didapatkan 113
subjek penelitian. Dua diantaranya tidak dimasukkan ke dalam perhitungan karena
termasuk dalam kriteria drop-out sehingga total responden menjadi 111 dengan
demografis tertera dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Data Demografis Subjek Penelitian
33
variasi dengan presentase 27.9% pada angkatan 2016, 30.6% pada angkatan 2017,
dan 41.4% pada angkatan 2018.
4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Pada penelitian ini ingin dilihat karakteristik mahasiswa Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan status gizi dan tingkat aktivitas fisik.
Penilaian terhadap status gizi mahasiswa dilakukan menggunakan pemeriksaan
Karakteristik Perempuan Laki-laki Total Subjek
IMT (Rerata) 20,64
(15,43-34,13)
22,94
(15,10-34,30)
20,96
(15,1 – 34,3)
Aktivitas Fisik/ PAL per hari
(Rerata)
1.35
(1,17-1,93)
1.26
(1,11-2,71)
1.29
(1,11-2,71)
Status Gizi Perempuan(n) % Laki-laki(n) % Total (n) %
Gizi kurang 13 15.6 5 15.6 18 16.2
Gizi normal 49 62 11 34.4 60 54.1
Berisiko 9 11.4 7 21.9 16 14.4
Obesitas I 4 5.1 7 21.9 11 9.9
Obesitas II 4 5.1 2 6.3 6 5.4
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rerata IMT mahasiswa pada subjek
secara keseluruhan termasuk dalam status gizi normal (20,96). Hasil ini sesuai
dengan penelitian Candrawati pada mahasiswa di Universitas Andalas dengan
rerata IMT yang juga tergolong normal (21,3).48
Rerata IMT pada subjek laki-laki
memiliki nilai yang lebih besar daripada rerata IMT pada subjek perempuan
meskipun keduanya masih berada dalam kategori status gizi normal. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan pada mahasiswa bidang kesehatan di Polandia juga
menunjukkan rerata IMT yang lebih tinggi pada kelompok mahasiswa laki-laki
dengan nilai 24,1 dibandingkan perempuan dengan nilai 21,2.14
Berdasarkan
Tabel 4.3 Karakteristik Status Gizi mahasiswa berdasarkan WHO-Asia
Pacific
antropometri berupa berat badan dan tinggi badan yang kemudian diinterpretasikan
ke dalam IMT. Sementara itu untuk aktivitas fisik dilakukan penilaian dengan
pengisian kuesioner yaitu IPAQ yang kemudian diinterpretasikan dalam bentuk
nilai PAL/hari.
Tabel 4.2 Karakteristik Mahasiswa
34
kategori status gizi WHO-Asia Pasifik, mayoritas mahasiswa memiliki status gizi
normal baik secara umum, maupun pada subjek laki-laki dan perempuan. Jika
dilihat dari segi status gizi kurang, normal, dan lebih (berisiko, obesitas I, dan
obesitas II) presentase untuk status gizi lebih secara total sebesar 30,7%. Presentase
ini 10% lebih besar dibandingkan dengan data Riskesdas pada kelompok usia yang
sama.4
Artinya, masalah status gizi lebih pada mahasiswa terutama pada FK UIN
Pola Asupan Perempuan Laki-laki Total Subjek
Asupan Kalori 1198,2
(828-2226)
1492
(921-2215)
1231,46
(828-2226)
Komposisi Makronutrien
Karbohidrat (%) 51 (30-74) 50 (35-67) 51 (30-74)
Protein (%) 15 (3-24) 15 (8-23) 15 (3-24)
Lemak (%) 34 (18-51) 34 (22-50) 34 (18-51)
Syarif Hidayatullah Jakarta memang memerlukan perhatian khusus.
Selain berdasarkan aktivitas fisik, sebagian besar mahasiswa masih tergolong
ke aktivitas fisik rendah (sedentary) dengan rerata nilai PAL 1,29. Baik laki-laki
maupun perempuan rerata keduanya tergolong dalam aktivitas fisik rendah
(sedentary). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada mahasiswa ASEAN,
mahasiswa Indonesia sebagian besar tergolong memiliki aktivitas fisik yang rendah
(56,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian pada mahasiswa Iran dengan hasil
sebagian besar mahasiswa berolahraga kurang dari 30 menit per hari.5
4.1.3 Gambaran Pola Konsumsi Nutrien
Pada penelitian ini ingin diketahui gambaran pola asupan nutrient mahasiswa
berdasarkan asupan kalori dan komposisi makronutrien. Penilaian asupan kalori
dan komposisi makronutrien dinilai menggunakan hasil analisis asupan nutrien
menggunakan nutrisurvey. Berikut hasil dari analisis tersebut.
Tabel 4.4 Gambaran Pola Asupan Mahasiswa
35
Tabel 4.5 Gambaran Kecukupan Asupan Kalori dan Keseimbangan
Makronutrien
Pola Asupan Perempuan
(n)
% Laki-
laki (n)
% Total
Subjek
%
Asupan Kalori
Kurang 15 46,9 29 36,7 44 39,9
Cukup 15 46,9 40 50,6 55 49,5
Lebih 2 6,3 10 12,7 12 19,8
Komposisi Makronutrien
Seimbang 18 56,3 50 63,3 68 61,3
Tidak Seimbang 14 43,8 29 36,7 43 38,7
makronutrien masih berada dalam kategori seimbang, namun dilihat berdasarkan
nilai minimum dan maksimumnya, seluruh makronutrien memiliki nilai minimum
di bawah anjuran. Sementara itu berdasarkan keseimbangan makronutrien,
sebagian besar responden mengonsumsi makronutrien secara seimbang, namun
tidak sedikit pula responden dengan pola asupan makronutrien tidak seimbang
(38,7%). Pada penelitian ini, komposisi makronutrien laki-laki dengan perempuan
memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Pada penelitian yang dilakukan pada
mahasiswa di Polandia, rerata komposisi makronutrien juga tergolong dalam
kategori seimbang, namun komposisi lemak pada laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan.14
Berdasarkan data di atas, baik asupan kalori pada laki-laki maupun
perempuan masih berada di bawah angka kecukupan gizi harian yang dikeluarkan
oleh Kementrian Kesehatan RI untuk kelompok usia 19-29 tahun.36
Sebagian besar
mahasiswa megonsumsi kalori cukup sesuai kebutuhan. Mahasiswa laki-laki
memiliki asupan kalori lebih banyak daripada mahasiswa perempuan. Beberapa
penelitian sebelumnya yang juga dilakukan pada mahasiswa menunjukkan asupan
kalori pada perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki.5,14
Hal ini
kemungkinan disebabkan karena perempuan memiliki kecenderungan untuk
memiliki body image yang negatif, dimana perempuan cenderung bahwa berat
badan yang dimiliki saat ini berlebihan sehingga cenderung lebih menjaga pola
makan dibandingkan laki-laki.50
Hasil komposisi makronutrien menunjukkan secara umum rerata konsumsi
36
4.2 Analisis Bivariat
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan
nutrient berdasarkan tingkat aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa. Asupan
nutrien digambarkan dengan kecukupan asupan kalori dan keseimbangan
komposisi makronutrien. Kecukupan asupan kalori dihitung berdasarkan
kebutuhan masing-masing individu dan dibandingkan dengan rerata konsumsi
Karakteristik Rerata IMT IK 90% P
Tingkat Aktivitas Fisik
Rendah 20,64 (15,10-34,3) 0,637-0,804 0,737
Sedang 21,7 (19,33-25,5)
Aktif 20,96 (17,48-24,31)
Keseimbangan Makronutrien
Seimbang 20,20 (15,10-34,3) 0.000-0.027 0.001
Tidak Seimbang 23,2 (15,43-34,13)
Asupan Kalori
Kurang 21.16 (16.68-32.95) 0.000–0.027 0.001
Cukup 20.26 (15.10-33.47)
Lebih 26.35 (19.58-34.3)
Berdasarkan tingkat aktivitas fisik, nilai rerata IMT pada kelompok aktivitas
rendah, sedang, dan aktif masih tergolong dalam kategori gizi normal. Jika
dibandingkan, nilai rerata IMT tertinggi berada pada kelompok dengan tingkat
aktivitas fisik sedang, diikuti dengan tingkat aktivitas fisik aktif dan rerata IMT
terendah pada tingkat aktivitas fisik rendah. Berdasarkan hasil analisis hubungan
antara tingkat aktivitas fisik dengan rerata IMT, tidak didapatkan hubungan yang
bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi berdasarkan rerata IMT
(p=0,737).
selama 3 hari. Keseimbangan komposisi makronutrien ditentukan berdasarkan
rekomendasi asupan. Tingkat aktivitas fisik dikelompokkan menjadi rendah,
sedang, dan tinggi karena tidak ada subjek dengan aktivitas fisik sangat tinggi
sehingga kelompok tersebut dapat diabaikan
Tabel 4.6 Gambaran Rerata IMT berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik,
Keseimbangan Makronutrien, dan Kecukupan Asupan Kalori
37
Hasil analisis menunjukkan komposisi makronutrien yang tidak seimbang
memiliki rerata IMT yang tergolong dalam gizi lebih, sementara pada komposisi
seimbang nilai rerata IMT tergolong dalam gizi normal. Perbedaaan rerata ini
menunjukkan hubungan yang bermakna antara keseimbangan komposisi
makronutrien dengan status gizi yang digambarkan melalui rerata IMT (p= 0,001).
Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok dengan asupan kalori kurang dan
Perbandingan Asupan
Kalori
IK 90% P
Kurang-Cukup 0.263-0.440 0.292
Cukup-Lebih 0.000-0.027 0.000
Kurang-Lebih 0.000-0.027 0.002
Nilai rerata IMT pada kelompok dengan asupan kalori kurang lebih besar
dibandingkan dengan asupan kalori cukup. Berdasarkan analisis post-hoc,
perbedaan rerata IMT antara dua kelompok tidak signifikan (p=0,292). Sementara
itu, baik kelompok dengan konsumsi kalori cukup maupun kurang dibandingkan
dengan asupan kalori lebih memiliki rerata IMT yang lebih kecil. Berdasarkan uji
post-hoc, didapatkan perbedaan rerata yang signifikan antara asupan kalori kurang
dengan lebih (p=0,001) dan kalori cukup dengan lebih (p=0,000).
Pada peneltian ini dilakukan uji chi square untuk mengetahui hubungan antara
konsumsi kalori, tingkat aktivitas fisik, dan keseimbangan makronutrien dengan
kategori status gizi lebih dan tidak lebih yang terdiri dari status gizi kurang dan
cukup memiliki rerata IMT yang tergolong dalam status gizi normal. Jika
dibandingkan, rerata IMT pada kelompok dengan asupan kurang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok dengan asupan kalori yang cukup. Sebaliknya,
pada kelompok dengan konsumsi kalori lebih menunjukkan rerata IMT yang
tergolong dalam status gizi lebih. Asupan kalori pada penelitian ini menunjukkan
hubungan yang bermakna dengan status gizi melalui rerata IMT (p=0,001). Hasil
yang bermakna pada hubungan asupan kalori dengan status gizi perlu dianalisis
lebih lanjut menggunakan analisis post-Hoc. Tujuan analisis ini yaitu mengetahui
hubungan antara kelompok kalori cukup dengan kurang, cukup dengan lebih, dan
kurang dengan lebih.
Tabel 4.7 Uji Post-Hoc Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori
38
normal. Status gizi lebih merupakan gabungan dari status gizi berisiko, obesitas I,
dan obesitas II. Konsumsi kalori dikelompokkan menjadi konsumsi kalori kurang
dan cukup dengan konsumsi kalori lebih. Keseimbangan makronutrien
dikelompokkan menjadi seimbang dengan tidak seimbang. Aktivitas fisik
dikelompokkan menjadi aktivitas fisik aktivitas sangat rendah (sedentary) dan aktif.
Tabel 4.8 Gambaran Status Gizi berdasarkan Aktivitas Fisik, Keseimbangan
Karakteristik Status gizi
lebih
Status gizi
tidak lebih
Total P value
Aktivitas Fisik
Rendah 29 (32,22%) 61 (67,78%) 90 (100%) 0,296
Aktif 4 (19,05%) 17 (80,95%) 21 (100%)
Keseimbangan
Makronutrien
Tidak Seimbang 24 (55,81%) 19 (44,19%) 43 (100%) 0,000
Seimbang 9 (13,24%) 59 (86,76%%) 68 (100%)
Asupan Kalori
Kalori Lebih 8 (66,67%) 4 (33,3%) 12 (100%) 0,006
Kalori cukup 25 (25,25%) 74 (74,75%) 99 (100%)
rendah maupun kelompok yang aktif sebagian besar tergolong dalam status gizi
tidak lebih. Setelah dilakukan uji analisis, hasilnya menunjukkan tidak ada
hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi (p =0,296). Hasil ini tidak
berbeda dengan hasil yang menganalisis hubungan aktiivtas fisik dengan status gizi
dilihat dari rerata IMT (Tabel 4.5).
Analisis berdasarkan keseimbangan komposisi makronutrien menunjukkan
responden yang mengonsumsi makronutrien dengan komposisi tidak seimbang
sebagian besar memiliki status gizi lebih. Sebaliknya, responden yang
mengonsumsi makronutrien dengan komposisi seimbang memiliki status gizi yang
tidak lebih. Setelah dilakukan uji analisis hasilnya menunjukkan hubungan
bermakna antara keseimbangan komposisi makronutrien dengan status gizi
Berdasarkan tingkat aktivitas fisik, baik kelompok dengan aktifitas fisik
Makronutrien, dan Asupan Kalori
39
(p=0,000). Hasil ini sesuai dengan analisis sebelumnya yang menilai hubungan
keseimbangan komposisi makronutrien dengan rerata IMT (Tabel 4.5).
Berdasarkan kecukupan asupan kalori, responden dengan asupan kalori lebih
cenderung memiliki status gizi lebih, sedangkan responden dengan asupan kalori
yang cukup cenderung memiliki sttaus gizi tidak lebih. Hasil analisis menunjukkan
hubungan yang bermakna antara kecukupan asupan kalori dengan status gizi
berada pada kategori gizi kurang. Sama halnya dengan penelitian pada mahasiswa
Polandia. Pada penelitian tersebut subjek laki-laki memiliki nilai aktivitas fisik
yang tinggi namun nilai rerata IMT masih tergolong normal karena kalori yang
dikonsumsi juga tinggi melebihi rekomendasi asupan harian.14
Berdasarkan komposisi makronutrien, terdapat peneltian pada orang dewasa
di Turki menunjukkan komposisi makronutrien terutama karbohidrat dan lemak
berhubbungan nilai status gizi.15
Ketidakseimbangan makronutrien dapat
menyebabkan peningkatan status gizi dapat disebabkan oleh komposisi karbohidrat
dan atau lemak yang berlebih. Konsumsi karbohidrat yang berlebih akan
menyebabkan penyimpanan cadangan energi dalam bentuk glikogen dan lemak.
Sementara itu komposisi lemak yang melebihi kebutuhan menyebabkan
(p=0,006). Hasil ini sesuai dengan hasil sebelumnya dimana kecukupan asupan
kalori juga berhubungan dengan status gizi melalui analisis rerata IMT (Tabel 4.5).
Hasil penelitian ini berdasarkan hubungan aktivitas fisik dengan status gizi
memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya, dimana terdapat perbedaan rerata
IMT yang signifikan antara kelompok yang memiliki durasi olehraga yang
berbeda.5
Aktivitas fisik secara teori seharusnya dapat mempengaruhi status gizi
seseorang dengan meningkatkan pengeluaran energinya sehingga mengubah
keseimbangan energi.40
Pada penelitian ini hasil yang didapatkan tidak sesuai
kemungkinan dikarenakan terdapat faktor lain yang mempengaruhi status gizi
yakni asupan kalori. Pada aktivitas fisik yang tinggi jika diikuti dengan asupan
kalori yang tinggi, maka tingkat pengeluaran energi akan sesuai dengan pemasukan
energi sehingga pada tingkat aktivitas fisik yang tinggi belum tentu memiliki IMT
yang rendah. Sebaliknya, pada individu dengan aktivitas fisik rendah yang diikuti
dengan konsumsi kalori yang rendah, maka nilai IMT individu tersebut belum tentu
40
peningkatan simpanan cadangan energi dalam jaringan adiposa.44
Setelah
dilakukan analisis, sebagian besar responden dengan komposisi makronutrien tidak
seimbang karena mengonsumsi lemak melebihi proporsi maksimalnya.
Berdasarkan hubungan konsumsi kalori dengan status gizi , beberapa
penelitian sebelumnya juga menunjukkan hubungan yang sginifikan antara
konsumsi kalori dengan status gizi.5,51
Penelitian pada mahasiswa Iran
dengan teori bahwa asupan kalori yang kurang dari kecukupan akan menyebabkan
penggunakan cadangan energi melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis hingga
akhirnya menyebabkan penurunan status gizi.43
Ketidaksesuaian dapat disebabkan
oleh penggunaan metode yang kurang tepat. Berat badan dan tinggi badan
merupakan representasi dari asupan nutrisi dalam jangka panjang, sehingga metode
food record dapat menggambarkan asupan nutrisi tersebut jika dilakukan
pencatatan dalam jangka waktu yang lebih lama atau dapat dikombinasikan dengan
FFQ sehingga hasil yang didapatkan dapat lebih akurat. Selain itu, penggunaan
metode food record sejatinya memiliki kelemahan yaitu subjek dapat mengubah
pola makannya agar sesuai dengan asupan yang ideal atau terdapat kemugkinan
subjek tidak melakukan pencatatan makanan secara lengkap.34
menunjukkan perbedaan jumlah kalori yang dikonsumsi pada setiap kelompok gizi
kurang, normal, dan lebih. Pada penelitian tersebut antara kelompok status gizi
kurang dan normal terdapat perbedaan konsumsi kalorikurang lebih sebanyak 200
kalori. Sementara antara kelompok gizi normal dan gizi lebih terdapat perbedaan
kalori kurang lebih sebanyak 100 kalori.5
Perbedaan rerata IMT pada kelompok
asupan kalori kurang, cukup, dan lebih kemungkinan terjadi akibat perbedaan pada
keseimbangan energi.13
Pada perhitungan kecukupan asupan kalori, baik
pengeluaran dan pemasukan sudah dimasukkan ke dalam perhitungan sehingga
kecukupan asupan kalori ini juga menggambarkan keseimbangan energi. Pada
asupan kalori yang melebihi kebutuhannya, maka pemasukan energi akan melebihi
pengeluaran energi. Kelebihan kalori yang dikonsumsi dapat mengubah komposisi
tubuh, dimana semakin tinggi konsumsi kalori akan meningkatkan komposisi
lemak maupun glikogen tubuh.43,44
Hasil analisis post-hoc asupan kalori kurang dengan cukup tidak sesuai
41
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan seperti sebagai berikut:
i. Status gizi memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya, dalam
penelitian ini hanya asupan nutrisi dan aktivitas fisik yang diteliti.
ii. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data asupan nutrisi hanya
food record sehingga ada kemungkinan data asupan yang didapatkan tidak
dapat menggambarkan asupan nutrisi dalam jangka panjang.
Terdapat terbedaan antara kelompok dengan asupa kalori lebih dengan
asupan kalori cukup maupun kurang. Perbedaan ini terjadi akibat perbedaan deposit
cadangan energi. Pada kelompok yang mengonsumsi kalori melebihi yang
dibutuhkan, kelebihan kalori baik yang berasal dari karbohidrat maupun lemak
akan disimpan dalam bentuk cadangan energi berupa glikogen dan lemak sehingga
massa tubuh akan meningkat dan meningkatkan status gizi.43,44
42
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Mahasiswa FK UIN memiliki status gizi sebagian besar tergolong normal
sebanyak 54,1% dan 30,7% tergolong gizi lebih serta rerata tingkat aktivitas
2. Mahasiswa kedokteran sebaiknya meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari.
3. Penelitian berikutnya dapat dilakukan dengan jumlah subjek yang lebih
besar dan dengan faktor yang mempengaruhi status gizi yang lebih beragam
sehingga dapat dilihat berbagai aspek yang mempengaruhi status gizi.
4. Penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan metode food record yang
dikombinasikan dengan FFQ sehingga dapat dilihat asupan nutrisi jangka
panjang.
fisik yang digambarkan dengan nilai PAL/hari sebesar 1,29 yang tergolong
aktivitas fisik rendah (sedentary).
2. Asupan kalori mahasiswa FK UIN memiliki rerata yang tergolong kurang
jika dibandingkan dengan RDA dari Kementrian Kesehatan RI dengan
kekurangan sekitar 1000 kkal dengan rerata komposisi yang sesuai dengan
anjuran komposisi makronutrien.
3. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kecukupan kalori (p=0,001)
dan dengan keseimbangan komposisi makronutrien (p=0,001). Tidak ada
hubungan antara status gizi dengan tingkat aktivitas fisik (p=0,737).
5.2 Saran
1. Mahasiswa kedokteran seharusnya mengonsumsi makanan dengan jumlah
kalori yang sesuai dengan kebutuhan dan disertai komposisi makronutrien
yang seimbang.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Double Burden of Malnutrition [Internet]. [dikutip 29 Juni 2019].
Tersedia pada: https://www.who.int/nutrition/double-burden-
malnutrition/en/
2. Schroeder K, Sonneville K. Adolescent Nutrition. Encycl Food Heal.
2015;43–50.
3. WHO. Overweight and Obesity [Internet]. [dikutip 13 Desember 2019].
Tersedia pada:
https://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/overweight_text/en/
4. Kementrian Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Indonesia tahun 2018 [Internet]. Riset Kesehatan Dasar 2018.
2018 [dikutip 2 Agustus 2019]. Tersedia pada:
http://labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018
/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf
5. Delvarianzadeh M, Saadat S, Ebrahimi MH. Assessment of Nutritional
Status and Its Related Factors among Iranian University Students: A Cross-
Sectional Study. Iran J Heal Sci. 2011;4(4):56–68.
6. WHO. Noncommunicable Disease (NCDs) and Mental Health: Challenges
and Solutions [Internet]. [dikutip 29 Juni 2019]. Tersedia pada:
https://www.who.int/nmh/publications/ncd-infographic-2014.pdf
7. Priyadarshini V, Dash L. Influence of Nutritional Status on Cognition and
Academic Performance of College Students. Int Journals Med Sci.
2017;10(1&2):14–8.
8. Paper C. Direct and Indirect Determinants of Obesity: The Case of
Indonesia Proceedings. 2011;
9. Joshi S, Kushwaha A. Assessment of Direct and Indirect Factors Affecting
the Nutrition Status of Hostel Girls in Pantnagar ( India ).
2019;8(08):1034–44.
10. Sattar A, Baig S, Rehman N ur, Bashir B. Factors Affecting BMI:
Assessment of the Effect of Sociodemographic Factors on BMI in the
Population of Ghulam Mohammad Abad Faisalabad. Prof Med J.
2013;20(6):956–64.
11. Asil E, Surucuoglu MS, Cakiroglu FP, Ucar A, Ozcelik AO, Yilmaz MV,
et al. Factors That Affect Body Mass Index of Adults. Pakistan J Nutr.
2014;13(5):255–60.
12. Preiser JC, Ichai C, Orban JC, Groeneveld ABJ. Metabolic response to the
stress of critical illness. Br J Anaesth. 2014;113(6):945–54.
13. Webster-Gandy J, Madden A, Holdsworth M. Oxford Handbook of
Nutrition and Dietetics. Oxford: Oxford University Press; 2006.
14. Grygiel-Górniak B, Tomczak A, Krulikowska N, Przysławski J, Seraszek-
Jaros A, Kaczmarek E. Physical activity, nutritional status, and dietary
habits of students of a medical university. Sport Sci Health.
2016;12(2):261–7.
15. Kucukkomurler S, Istik O. Energy intake, energy dispersion and body mass
index interaction in adolescents. J Hum Sci. 2016;13(2):2793.
16. Rahmawati T. Hubungan Asupan at Gizi dengan Status Gizi Mahasiswa
44
Giiz Semester 3 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Profesi
(Profeional Islam. 2017;14(2):49–57.
17. WHO. Obesity and Overweight: Key Facts [Internet]. 2018 [dikutip 14
Desember 2019]. Tersedia pada: https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/obesity-and-overweight
18. Proverawati A, Wati E. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2017.
19. Kementrian Kesehatan RI. Kamus: Status Gizi [Internet]. [dikutip 29 Juni
2019]. Tersedia pada:
http://www.depkes.go.id/index.php?txtKeyword=status+gizi&act=search-
by-map&pgnumber=0&charindex=&strucid=1280&fullcontent=1&C-
ALL=1
20. Charney P. Nutrition and Dietetics Practice Collection: Nutrition
Assessment. New York: Momentum Press; 2016.
21. Khalid M, Khan MN, Kausar N, Yousaf K, Khalid S. Actual Intake Verses
Recommended Intake Amongst Female Adolescents. Eur Sci J.
2014;10(36):71–80.
22. Smith AM, Collene AL. Wardlaw’s Contemporary Nutrition. 10th ed. New
York: McGraw-Hill Education; 2013.
23. Mahan L. K, Raymond JL. Krause’s Food & The Nutrition Care Process.
14th ed. Elsevier. Elsevier; 2017.
24. French SA, Tangney CC, Crane MM, Wang Y, Appelhans BM. Nutrition
quality of food purchases varies by household income: The SHoPPER
study. BMC Public Health. 2019;19(1):1–7.
25. Setiati S, Idrus A, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6 ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
26. Sampaio ADS, Epifanio M, Costa CAD, Bosa VL, Benedetti FJ, Sarria EE,
et al. Evidence on nutritional assessment techniques and parameters used to
determine the nutritional status of children and adolescents: Systematic
review. Cienc e Saude Coletiva. 2018;23(12):4209–19.
27. Lee RD, Nieman DC. Nutritional assessment. 6th ed. New York: McGraw-
Hill Company; 2013.
28. Nuttall FQ. Body mass index: Obesity, BMI, and health: A critical review.
Nutr Today. 2015;50(3):117–28.
29. Butriss JL, Welch AA, Keaney JM, Lanham-New SA. Public Health
Nutrition. 2nd ed. West Sussex: The Nutrition Society; 2018.
30. Baharudin A, Ahmad MH, Naidu BM, Hamzah NR, Zaki NAM, Zainuddin
AA, et al. Reliability, technical error of measurement and validity of height
measurement using portable stadiometer. Pertanika J Sci Technol.
2017;25(3):675–86.
31. Gordon SA, Fredman L, Orwig DL, Alley DE. Comparison of methods to
measure height in older adults. J Am Geriatr Soc. 2013;61(12):2244–6.
32. Ross AC, Caballero B, Cousins RJ, Tucker K, Ziegler TR. Modern Nutrion
in Health and Disease. 11th ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins;
2014.
33. WHO. The Asia-Pasific Perspective: Redefining Obesity and Its Treatment
[Internet]. 2000 [dikutip 31 Juli 2019]. Tersedia pada:
http://www.wpro.who.int/nutrition/documents/docs/Redefiningobesity.pdf
45
34. Nix S. Williams Basic Nutrition and Diet Therapy. 15th ed. Missouri:
Elsevier; 2017.
35. Roehrig M, Duncan J, Sularz A. Caloric Intake. In: Gellman MD, Turner
JR, editor. Encyclopedia of Behavioral Medicine. New York, NY: Springer
New York; 2013. hal. 282–3.
36. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2013 tentang
Angka Kecukupan Gizi. 2013. hal. 10.
37. Lawrence J, Douglas P, Gandy J. Dietetic and Nutrition Case Studies. West
Sussex: Wiley-Blackwell; 2016.
38. WHO. Global Strategy on Diet, Physical Activity, and Health: Physical
Activity [Internet]. [dikutip 1 Agustus 2019]. Tersedia pada:
https://www.who.int/dietphysicalactivity/pa/en/
39. Strath SJ, Kaminsky LA, Ainsworth BE, Ekelund U, Freedson PS, Gary
RA, et al. Guide to the assessment of physical activity: Clinical and
research applications: A scientific statement from the American Heart
association. Circulation. 2013;128(20):2259–79.
40. Brennan AM, Ross R. Physical activity and cardiometabolic health. Nutr
Cardiometabolic Heal. 2017;101–22.
41. Organização Mundial da Saúde (OMS). Global Physical Activity
Questionnaire (GPAQ) Analysis Guide. Geneva World Heal Organ
[Internet]. 2012;1–22. Tersedia pada:
http://scholar.google.com/scholar?hl=en&btnG=Search&q=intitle:Global+
Physical+Activity+Questionnaire+(GPAQ)+Analysis+Guide#1
42. IPAQ Group. Guidelines for Data Processing and Analysis of the
International Physical Activity Questionnaire ( IPAQ ) [Internet]. 2005
[dikutip 10 Oktober 2019]. Tersedia pada: Guidelines for Data Processing
and Analysis of the International Physical Activity Questionnaire ( IPAQ ).
(2005).
43. Lieberman M, Peet A. Marks’ Basic Medical Biochemistry: A Clinical
Approach. 5th ed. Philadelphia: Wolter Kluwer; 2018.
44. Hall JE, Guyton AC. Guyton and Hall: Textbook of Medical Physiology.
13 ed. Philadelphia: Elsevier;
45. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbin’s Basic Pathology. 10th Editi.
Elsevier; 2017.
46. Enns G. Metabolic Disease [Internet]. 2019 [dikutip 25 Desember 2019].
Tersedia pada: https://www.britannica.com/science/metabolic-
disease/Disorders-of-carbohydrate-metabolism
47. Dahlan MS. Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. 4
ed. Jakarta: Epidemiologi Indonesia; 2016.
48. Candrawati S. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT) Dan Lingkar Pinggang Mahasiswa. Soedirman J Nurs.
2011;6(2):112–8.
49. Supanto J. Statistik: Teori dan Aplikasi. 7 ed. Jakarta: Erlangga;
50. Zaccagni L, Masotti S, Donati R, Mazzoni G, Gualdi-Russo E. Body image
and weight perceptions in relation to actual measurements by means of a
new index and level of physical activity in Italian university students. J
Transl Med. 2014;12(1):1–8.
51. Brown RE, Sharma AM, Ardern CI, Mirdamadi P, Mirdamadi P, Kuk JL.
46
Secular differences in the association between caloric intake, macronutrient
intake, and physical activity with obesity. Obes Res Clin Pract.
2016;10(3):243–55.
47
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Kaji Etik
48
Lampiran 2
Kuesioner Penjaringan Responden
Kuesioner Penjaringan Responden
Assalamu’alaikum wr.wb.
2. Apakah Anda memiliki gangguan metabolisme yang sudah dikonfirmasi oleh
dokter?
Ya Tidak
3. Apakah Anda sedang berada dalam program diet?
Ya Tidak
4. Apakah Anda sedang sakit infeksi? Seperti batuk, pilek, demam selama
beberapa hari terakhir
Ya Tidak
Tidak
Ya
Nama:
Angkatan:
NIM:
1. Apakah Anda memiliki penyakit kronik yang sudah dikonfirmasi oleh dokter?
Saya Ika Alifa Suryabrata mahasiswi FK UIN 2016. Saat ini saya sedang
menyelesaikan penelitian saya untuk skripsi mengenai status gizi, asupan nutrisi,
dan aktivitas fisik. Mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner berikut.
Kuesioner berikut ini merupakan kuesioner penjaringan yang bertujuan untuk
menentukan apakah Anda termasuk dalam kriteria eksklusi penelitian ini. Saya
berharap Anda menjawan secara jujur pertanyaan dalam kuesioner ini sesuai
dengan keadaan Anda saat ini. Hasil kuesioner ini hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Atas kesediaan dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan
terima kasih.
49
Lampiran 3
Lembar Informed Consent
Halaman 1
50
Halaman 2
51
Halaman 3
52
Lampiran 4
Tabel Berat Badan dan Tinggi Badan Responden
DATA BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN
Angkatan NIM Usia Berat Badan Tinggi Badan
53
Lampiran 5
Form Food Record
FOOD RECORD
Nama:
Waktu Makanan / Minuman
Jumlah
Porsi
Ukuran Cara Masak
Angkatan/NIM:
54
Keterangan:
 Waktu makan: Jam konsumsi, contoh 12.00, 13.00
 Makanan/ Minuman: Nama bahan makanan yang dikonsumsi, menu makanan
bukan berupakan nama makanan. Contoh yang dituliskan: ayam, tahu, tempe.
Contoh yang tidak boleh dituliskan: nasi ayam penyet.
o Khusus minuman dengan merk atau kemasan, tuliskan sama persis
dengan yang dikonsumsi. Contoh: Nutrisari 1 saset, coca cola 1
botol 350 mL.
o Untuk minuman yang diracik sendiri, cantumkan jumlah bahan
tambahan yang digunakan. Contoh: gula 1 sdm, susu kental manis
2 sdm, dst
o Untuk makanan yang dimasak, cantumkan jenis bumbu dan
jumlahnya secara lengkap, contoh: kecap, gula jawa, dst.
 Jumlah porsi: Ukuran porsi konsumsi berupa angka
 Ukuran: ukuran yang digunakan dalam porsi seperti sendok, piring,
mangkuk, gelas.
 Cara masak: khusus untuk makanan, tuliskan cara memasaknya berupa
goreng, bakar, kukur, tumis, dst.
55
Lampiran 6
Kuesioner Aktivitas Fisik
KUESIONER AKTIVITAS FISIK
(Dimodifikasi dari IINTERNATIONAL PHYSICAL ACTIVITY QUESTIONNAIRE)
Berikut ini adalah kuesioner untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas fisik
dalam keseharian Anda, yang Anda lakukan dalam 7 hari terakhir. Kuesioner akan
menanyakan waktu yang Anda habiskan untuk melakukan aktivitas fisik. Ingat
kembali aktivitas fisik yang Anda lakukan saat bekerja di luar rumah, kegiatan
rumah tangga, aktivitas dalam perjalanan, serta aktivitas saat waktu
luang/senggang, dan aktivitas saat berolahraga.
Yang dimaksud dengan aktivitas fisik BERAT adalah segala aktivitas yang
membutuhkan usaha berat dan membuat Anda terengah-engah. Aktivitas fisik
SEDANG adalah aktivitas yang membutuhkan usaha sedang, dan membuat Anda
harus bernapas lebih cepat dari biasanya.
BAGIAN 1: AKTIVITAS FISIK TERKAIT PEKERJAAN
Bagian pertama kuesioner ini adalah tentang pekerjaan Anda. Yang dimaksud
dengan pekerjaan adalah segala kegiatan dan aktivitas fisik yang menghasilkan
uang, bercocok tanam, kerja sosial, kursus/pelatihan, dan kegiatan lain yang Anda
lakukan di luar rumah. Hal ini TIDAK TERMASUK kegiatan yang dilakukan
di sekitar rumah seperti kegiatan mengurus rumah, berkebun, dan mengurus
keluarga. Kegiatan ini akan ditanyakan di Bagian III.
1. Apakah saat ini Anda memiliki pekerjaan atau kegiatan tidak berbayar yang
dilakukan di luar rumah?
Ya
Tidak Langsung ke bagian II: TRANSPORTASI
Pertanyaan berikut ini adalah tentang kegiatan fisik yang Anda lakukan pada 7 hari
terakhir sebagai bagian dari pekerjaan atau kegiatan luar rumah lainnya. Aktivitas
BERANGKAT dan PULANG KERJA, TIDAK TERMASUK dalam kegiatan ini.
2. dalam 7 hari terakhir ini, berapa HARI Anda lakukan untuk melakukan
AKTIVITAS FISIK BERAT, seperti mengangkat barang nerat, bertukang, atau
memanjat/menaiki tangga sebagai bagian dari pekerjaan Anda? Pikirkan hanya
aktivitas fisik yang dilakukan selama setidaknya 10 menit.
hari per minggu
Tidak ada aktivitas fisik berat dalam seminggu ini Langsung ke no. 4
56
3. Berapa lama dalam sehari Anda melakukan aktivitas fisik berat sebagai bagian
dari pekerjaan/kegiatan rutin Anda?
menit per hari
4. Dalam 7 hari terakhir ini, berapa HARI Anda melakukan pekerjaan
AKTIVITAS FISIK SEDANG sebagai bagian dari pekerjaan Anda? Contoh
aktivitas fisik sedang adalah mengangkat/membawa barang yang tidak terlampau
berat. Pikirkan kegiatan yang Anda lakukan setidaknya selama 20 menit, tidak
termasuk kegiatan berjalan.
hari per minggu
Tidak ada aktivitas sedang dalam seminggu ini Langsung ke no. 6
5. Berapa lama biasanya dalam sehari Anda melakukan aktivitas sedang sebagai
bagian dari pekerjaan rutin Anda?
menit per hari
6. Dalam 7 hari terakhir, berapa HARI Anda melakukan kegiatan BERJALAN
selama setidaknya 10 menit sebagai bagian dari pekerjaan Anda? Kegiatan
berjalan berangkat dan dari rumah ke tempat kerja tidak termasuk dalam kegiatan
ini.
hari per minggu
Tidak ada kegiatan berjalan Langsung ke bagian II: TRANSPORTASI
7. Berapa lama biasanya dalam sehari Anda habiskan waktu untuk kegiatan berjalan
sebagai bagian dari pekerjaan rutin Anda?
menit per hari
57
Langsung ke no. 12
Tidak pernah bersepeda
9. Berapa lama biasanya Anda mengendarai kendaraan bermotor tersebut dalam
sehari?
menit per hari
Pertanyaan no. 10-13 menanyakan kegiatan Anda terkait bersepeda dan berjalan
yang mungkin Anda lakukan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya,
misalnya dari rumah ke tempat kerja, atau tujuan lainnya.
10. Dalam 7 hari terakhir, berapa HARI Anda melakukan kegiatan BERSEPEDA
setidaknya 10 menit untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain?
hari per minggu
Langsung ke no. 10
hari per minggu
Tidak mengendarai kendaraan bermotor
BAGIAN II: TRANSPORTASI
Pertanyaan berikut ini akan menanyakan bagaimana Anda berpindah dari satu
tempat ke tempat lain, termasuk kegiatan berangkat dari rumah ke tempat kerja,
pasar/toko, bioskop, dan lain-lain.
8. Dalam 7 hari terakhir, dalam berapa HARI Anda MENGENDARAI
KENDARAAN BERMOTOR seperti motor, mobil, bis, atau kereta api?
11. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk
bersepeda, berpindah dari 1 tempat ke tempat lain?
menit per hari
12. Dalam 7 hari terakhir, berapa HARI Anda melakukan kegiatan BERJALAN
setidaknya 10 menit untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain?
hari per minggu
Tidak pernah berjalan Langsung ke BAGIAN III:
KEGIATAN RUMAH TANGGA
DAN MENGURUS KELUARGA
58
13. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk berjalan,
berpindah dari 1 tempat ke tempat lain?
menit per hari
BAGIAN III: KEGIATAN RUMAH TANGGA DAN MENGURUS
KELUARGA
Bagian ini menanyakan tentang kegiatan aktivitas fisik Anda dalam 7 hari terakhir
di dan sekitar rumah, seperti kegiatan membersihkan rumah, memasak, berkebun,
dan merawat keluarga.
14. Dalam 7 harit erakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan AKTIVITAS
FISIK BERAT seperti seperti mengangkat barang berat, memotong pohon,
menggali, dan lain-lain, setidaknya selama 10 menit di kebun/ halaman?
hari per minggu
Tidak ada aktivitas fisik berat Langsung ke no. 16
15. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk
melakukan aktivitas fisik berat di kebun/halaman?
menit per hari
16. Dalam 7 hari terakir, berapa HARI Anda melakukan kegiatan AKTIVITAS
FISIK SEDANG seperti mengangkat barang ringan-sedang, menyapu dan
kegiatan lainnya di kebun/halaman, selama setidaknya 10 menit?
hari per minggu
Tidak ada aktivitas fisik berat Langsung ke no. 18
17. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk
melakukan aktivitas fisik sedang di kebun/halaman?
menit per hari
59
18. Dalam 7 hari terkahir, berapa hari Anda melakukan kegiatan AKTIVITAS
FISIK SEDANG seperti mengangkat berang ringan-sedang, menyapu laintai,
mengepel, membersihkan kaca, dan kegiatan lainnya di dalam rumah, selama
setidaknya 10 menit?
hari per minggu
Tidak ada aktivitas fisik sedang Langsung ke Bagian IV:
REKREASI, OLAHRAGA, DAN
Tidak ada kegiatan berjalan Langsung ke no.22
21. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk
berjalan di waktu senggang?
menit per hari
22. Dalam 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan aktivitas fisik
berat seperti berolahraga aerobic, lari, jogging, bersepeda cepat, atau berenang
cepat setidaknya selama 10 menit di waktu senggang?
hari per minggu
Tidak ada aktivitas fisik berat Langsung ke no.24
BAGIAN III: REKREASI, OLAHRAGA, DAN AKTIVITAS FISIK SAAT
SENGGANG
Bagian ini menanyakan tentang aktivitas fisik yang Anda lakukan dalam 7 hari
terakhir untuk rekreasi, olehraga, atau kegiatan lain untuk bersenang-senang
dalam waktu senggang.
20. Tanpa menghitung kegiatan berjalan yang sudah Anda jawab di pertanyaan
sebelumnya, dalam 7 hari terakhir, berapa HARI Anda habiskan untuk
BERJALAN setidaknya 10 menit dalam waktu senggang Anda?
hari per minggu
AKTIVITAS FISIK SAAT
SENGGANG
19. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk
melakukan aktivitas fisik sedang di dalam rumah?
menit per hari
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik
Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik

More Related Content

Similar to Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik

Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)Aida Shofi
 
Becker ga penting
Becker ga pentingBecker ga penting
Becker ga pentingArdi Guyton
 
Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...
Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...
Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...Vivi Yunisa
 
GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...
GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...
GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...Watowuan Tyno
 
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...Rc Suntown
 
Hubungan antara Kreativitas dengan hasil belajar fisika
Hubungan antara Kreativitas dengan hasil belajar fisikaHubungan antara Kreativitas dengan hasil belajar fisika
Hubungan antara Kreativitas dengan hasil belajar fisikaIslamuddin Syam
 
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdfefusi pleura.pdf
efusi pleura.pdfrara226524
 
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluanOperator Warnet Vast Raha
 
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluanOperator Warnet Vast Raha
 
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluanOperator Warnet Vast Raha
 
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluanOperator Warnet Vast Raha
 
askep hirscprung.pdf
askep hirscprung.pdfaskep hirscprung.pdf
askep hirscprung.pdfHadariahOk
 
F novita wijayanti_tesis
F novita wijayanti_tesisF novita wijayanti_tesis
F novita wijayanti_tesisDhila Fadhila
 
ISU ETIK DALAM PENELITIAN DI BIDANG KESEHATAN
ISU ETIK DALAM PENELITIAN DI BIDANG KESEHATANISU ETIK DALAM PENELITIAN DI BIDANG KESEHATAN
ISU ETIK DALAM PENELITIAN DI BIDANG KESEHATANEDIS BLOG
 
gagal ginjal kronik.pdf
gagal ginjal kronik.pdfgagal ginjal kronik.pdf
gagal ginjal kronik.pdfrara226524
 
1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover
1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover
1150014064 dodit mujiono studi kasus_coverDodit Mujiono
 

Similar to Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik (20)

Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
 
Becker ga penting
Becker ga pentingBecker ga penting
Becker ga penting
 
Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...
Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...
Hubungan pola konsumsi makanan dengan status gizi pada siswa sma negeri 2 rin...
 
GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...
GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...
GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...
 
Kti ika 4 AKBID YKN BAU BAU
Kti ika 4 AKBID YKN BAU BAUKti ika 4 AKBID YKN BAU BAU
Kti ika 4 AKBID YKN BAU BAU
 
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
Hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa semester ...
 
Hubungan antara Kreativitas dengan hasil belajar fisika
Hubungan antara Kreativitas dengan hasil belajar fisikaHubungan antara Kreativitas dengan hasil belajar fisika
Hubungan antara Kreativitas dengan hasil belajar fisika
 
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdfefusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
 
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
 
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
 
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
 
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
89948511 027-akbid-skripsi-dina-hal-pendahuluan
 
askep hirscprung.pdf
askep hirscprung.pdfaskep hirscprung.pdf
askep hirscprung.pdf
 
F novita wijayanti_tesis
F novita wijayanti_tesisF novita wijayanti_tesis
F novita wijayanti_tesis
 
ISU ETIK DALAM PENELITIAN DI BIDANG KESEHATAN
ISU ETIK DALAM PENELITIAN DI BIDANG KESEHATANISU ETIK DALAM PENELITIAN DI BIDANG KESEHATAN
ISU ETIK DALAM PENELITIAN DI BIDANG KESEHATAN
 
EKSTRA TAEKWONDO
EKSTRA TAEKWONDOEKSTRA TAEKWONDO
EKSTRA TAEKWONDO
 
gagal ginjal kronik.pdf
gagal ginjal kronik.pdfgagal ginjal kronik.pdf
gagal ginjal kronik.pdf
 
Rancangan dapus
Rancangan dapusRancangan dapus
Rancangan dapus
 
1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover
1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover
1150014064 dodit mujiono studi kasus_cover
 
Kti
KtiKti
Kti
 

More from DiasMardianto

Kuesioner Aktivitas Fisik.docx
Kuesioner Aktivitas Fisik.docxKuesioner Aktivitas Fisik.docx
Kuesioner Aktivitas Fisik.docxDiasMardianto
 
Instrumen lomba posyandu 2022 (1).docx
Instrumen lomba posyandu 2022 (1).docxInstrumen lomba posyandu 2022 (1).docx
Instrumen lomba posyandu 2022 (1).docxDiasMardianto
 
LPT Posyandu 2023.docx
LPT Posyandu 2023.docxLPT Posyandu 2023.docx
LPT Posyandu 2023.docxDiasMardianto
 
Form Indikator Mutu ANC sesuai standar.docx
Form Indikator Mutu ANC sesuai standar.docxForm Indikator Mutu ANC sesuai standar.docx
Form Indikator Mutu ANC sesuai standar.docxDiasMardianto
 
SK POSBINDU SIRNAJAYA.docx
SK POSBINDU SIRNAJAYA.docxSK POSBINDU SIRNAJAYA.docx
SK POSBINDU SIRNAJAYA.docxDiasMardianto
 
Corona virus safety_101_(indo).pdf.pdf
Corona virus safety_101_(indo).pdf.pdfCorona virus safety_101_(indo).pdf.pdf
Corona virus safety_101_(indo).pdf.pdfDiasMardianto
 

More from DiasMardianto (6)

Kuesioner Aktivitas Fisik.docx
Kuesioner Aktivitas Fisik.docxKuesioner Aktivitas Fisik.docx
Kuesioner Aktivitas Fisik.docx
 
Instrumen lomba posyandu 2022 (1).docx
Instrumen lomba posyandu 2022 (1).docxInstrumen lomba posyandu 2022 (1).docx
Instrumen lomba posyandu 2022 (1).docx
 
LPT Posyandu 2023.docx
LPT Posyandu 2023.docxLPT Posyandu 2023.docx
LPT Posyandu 2023.docx
 
Form Indikator Mutu ANC sesuai standar.docx
Form Indikator Mutu ANC sesuai standar.docxForm Indikator Mutu ANC sesuai standar.docx
Form Indikator Mutu ANC sesuai standar.docx
 
SK POSBINDU SIRNAJAYA.docx
SK POSBINDU SIRNAJAYA.docxSK POSBINDU SIRNAJAYA.docx
SK POSBINDU SIRNAJAYA.docx
 
Corona virus safety_101_(indo).pdf.pdf
Corona virus safety_101_(indo).pdf.pdfCorona virus safety_101_(indo).pdf.pdf
Corona virus safety_101_(indo).pdf.pdf
 

Recently uploaded

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 

Recently uploaded (20)

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 

Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik

  • 1. OLEH: Ika Alifa Suryabrata NIM: 11161030000010 Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN HUBUNGAN ASUPAN NUTRIEN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN AKADEMIK 2018/2019 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019
  • 2. ii Materai 6000 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ika Alifa Suryabrata Jakarta, 23 Desember 2019 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
  • 3. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING iii HUBUNGAN ASUPAN NUTRIEN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN AJARAN 2018/2019 Laporan penelitian Pembimbing 1 dr. Witri Ardini, M. Gz, Sp. GK NIP. 1971102320111012003 Pembimbing 2 dr. Sity Kunarisasi, MARS NIP. 196110191989112001 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M Oleh Ika Alifa Suryabrata NIM. 11161030000010 Diajukan kepada Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
  • 4. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI iv Laporan penelitian berjudul HUBUNGAN ASUPAN NUTRIEN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN AJARAN 2018/2019 yang diajukan oleh Ika Alifa Suryabrata (NIM. 11161030000010) telah diujikan dalam sidang Fakultas Kedokteran pada 23 Desember 2019. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Program Studi Kedokteran. Ciputat, 23 Desember 2019 DEWAN PENGUJI Ketua Sidang dr. Witri Ardini, M. Gz, Sp. GK NIP. 1971102320111012003 Pembimbing 1 dr. Witri Ardini, M. Gz, Sp. GK NIP. 1971102320111012003 Pembimbing 2 dr. Sity Kunarisasi, MARS NIP. 196110191989112001 Penguji 1 Dr. dr. Achmad Zaki, M. Epid. SpOT NIP. 197805072005011005 Penguji 2 dr. Nurmila Sari, M. Kes NIP. 198503152011012010 PIMPINAN FAKULTAS Dekan FK UIN dr. Hari Hendarto, PhD, SpPD-KEMD, FINASIM NIP. 196511232003121003 Kaprodi Kedokteran FK UIN Dr. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT NIP. 197805072005011005
  • 5. ABSTRAK v Latar Belakang: Malnutrisi terutama gizi lebih menjadi masalah gizi utama pada orang dewasa. Pola asupan dan aktivitas fisik menjadi faktor utama yang mempengaruhi status gizi. Pola asupan dan tingkat aktivitas fisik pada mahasiswa cenderung tidak sesuai rekomendasi. Tujuan: Mengetahui hubungan antara kecukupan asupan makronutrien berdasarkan aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional di Fakultas Kedokteran UIN Jakarta pada bulan Agustus-September 2019. Sampel penelitian merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Jakarta dengan sampel sejumlah 113 orang yang memenuhi kriteria dengan metode stratified sampling. Data diambil menggunakan IPAQ, pengisian food record, dan pengukuran terhadap berat badan serta tinggi badan. Hasil: Distribusi data penelitian tidak normal. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kecukupan asupan kalori (p=0,001) dan dengan keseimbangan makronutrien (p= Ika Alifa Suryabrata. Program Studi Kedokteran, Hubungan Asupan Nutrien dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Jakarta Tahun Akademik 2018/2019. 0,001). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara status gizi dengan aktivitas fisik (p=0,737). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kecukupan asupan makronutrien dengan status gizi pada mahasiswa preklinik Fakuktas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kata Kunci: Status gizi, aktivitas fisik, asupan kalori, konsumsi makronutrien, mahasiswa.
  • 6. ABSTRACT vi Ika Alifa Suryabrata. Medicine Study, Relationship of Nutrition Intake and Physical Activity with Nutritional Status of Pre-clinic Medical Student of Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah in Academic Year 2018/2019 nutritional status with adequacy of calorie intake (p=0,001) also with macronutrient intake (p=0,001). There is no relationship between nutritional status with physical activity (p=0,737). Conclusion: There is relationship between adequacy of macronutrient consumption based on physical activity with nutritional status of the college students in Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Keywords: Nutritional status, physical activity, adequacy of calorie intake, macronutrient intake, and college students. Background: Malnutrition especially overnutrition is a primer nutrition problem in adulthood. Food intake and physical activity has been the primer factor which affect nutritional status. In college students, food consumptions and physical activity tend to not compatible with the recommendation. Aim: To know the relationship between adequacy of macronutrient consumption based on physical activity with nutritional status of the college students in Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Method: This research is an observational analytic research with cross sectional approach at Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in August to September 2019. Sample on this research was college students in Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta as many as 113 persons who qualified criteria with stratified sampling method. Data was taken using IPAQ, food record filling, and measured height and body weight. Result: The distribution of the data was abnormal. Result of analysis showed relationship between
  • 7. vii KATA PENGANTAR Assalamualaikum w.w., Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini yang berjudul “Hubungan Asupan Nutrisi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi 3. dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah membimbing penulis dalam menjalani studi di Fakultas Kedokteran. 4. dr. Witri Ardini, M. Gz, Sp. GK selaku pembimbing 1 pada penelitian ini yang selalu memberikan waktu, bantuan, arahan, dan pertimbangan kepada Penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. 5. dr. Sity Kunarisasi, MARS selaku dosen pembimbing II pada penelitian ini atas segala bimbingan, arahan dan bantuan kepada Penulis sehingga dapat menjadikan penelitian ini lebih baik. 6. dr. Nurmila Sari, M.Kes selaku dosen penguji 2 yang memberikan bimbingan, saran dan kritik untuk penelitian ini. 1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., SpPD-KEMD selaku Dekan Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. dr. Achmad Zaki, M. Epid., Sp. OT Selaku Ketua Program Studi Kedokteran sekaligus sebagai penguji 2 pada sidang skripsi atas kritik dan saran yang diberikan untuk menyempurnakan penelitian ini Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada: pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Jakarta Tahun Ajaran 2018/2019. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam tidak lupa Penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman penuh cahaya.
  • 8. viii 7. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku penanggung jawab riset Angkatan 2016 yang selalu mengingatkan dan memberikan arahan untuk segera menyelesaikan penelitian ini. 8. Segenap dosen di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa mendidik, membimbing dan memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa Pendidikan di Program Studi Kedokeran di Fakultas Faizun Ni’am sebagai teman-teman terdekat Penulis dalam berbagi berbagai pemikiran, susah, senang, dan selalu memberikan dukungan pada Penulis. 14. Teman-teman mahasiswa FK UIN angkatan 2016 yang sudah berjuang bersama-sama di Fakultas Kedokteran UIN Jakarta. 15. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan namun Penulis tidak dapat menuliskannya satu persatu. Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 9. Seluruh mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayaullah Jakarta angkatan 2016, 2017 dan 2018 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 10. Kedua orang tua Penulis yaitu Ir. Wismana Adi Suryabrata, MIA dan Mira Josy Moestadi, S.H, MSi yang senantiasa memberikan didikan, do’a, serta dukungan dalam bentuk moral, motivasi, dan material sehingga Penulis dapat menyelesaikan berbagai macam rintangan dan Penulis tidak akan mampu membalas jasa keduanya. 11. Kakak-kakak Penulis yaitu Irma Adlina Suryabrata dan Ira Azmi Suryabrata yang sering memberikan motivasi dan pertimbangan serta adik Penulis yaitu Isma Ahnaf Suryabrata yang sering menemani dan menghibur Penulis. 12. Ade Nurmyla Fauziati sebagai teman satu bimbingan yang sudah melalui berbagai suka dan duka bersama selama pengerjaan penelitian. 13. Mohammad Roidul Fatoni, Muhammad Rafli Iqbal, Siti Firyal Rafa, Ahmad
  • 9. ix Ika Alifa Suryabrata Ciputat, 23 Desember 2019 Penulis menyadari pada laporan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman Penulis. Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca secara umum, subjek penelitian, dan Penulis.
  • 10. x DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.........................................................iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iv ABSTRAK.............................................................................................................. v KATA PENGANTAR ..........................................................................................vii DAFTAR ISI........................................................................................................... x DAFTAR TABEL.................................................................................................xii DAFTAR SINGKATAN .....................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 2 1.3. Hipotesis.................................................................................................. 2 1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2 1.4.1. Tujuan Umum ................................................................................... 2 1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 2 1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3 1.5.1. Manfaat bagi Peneliti ........................................................................ 3 1.5.2. Manfaat bagi Masyarakat.................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4 2.1 Landasan Teori........................................................................................ 4 2.1.1 Status Gizi......................................................................................... 4 2.1.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi........................................ 5 2.1.1.2 Penilaian Status Gizi...................................................................... 7 2.1.1.3 Klasifikasi Status Gizi................................................................... 9 2.1.2 Asupan Nutrien ................................................................................. 9 2.1.2.1 Kebutuhan Asupan Nutrien......................................................... 10 2.1.2.2 Rekomendasi Asupan Nutrien..................................................... 11 2.1.2.3 Penilaian Asupan Nutrien............................................................ 12 2.1.3 Aktivitas fisik.................................................................................. 15 2.1.3.1 Penilaian Aktivitas Fisik.............................................................. 15 2.1.4Hubungan Aktivitas Fisik dan Asupan Nutrisi dengan Status Gizi 18 2.2 Kerangka Teori...................................................................................... 20 2.3 Kerangka Konsep.................................................................................. 21 2.4 Definisi Operasional.............................................................................. 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 25 3.1 Desain Penelitian................................................................................... 25 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 25 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 25 3.3.1 Populasi........................................................................................... 25 3.3.2 Estimasi Besar Sampel.................................................................... 25
  • 11. x i 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel........................................................... 26 3.3.4 Kriteria Sampel ............................................................................... 26 3.3.4.1 Kriteria Inklusi............................................................................. 26 3.3.4.2 Kriteria Eksklusi.......................................................................... 26 3.3.4.3 Kriteria Drop-Out........................................................................ 27 3.4 Cara Kerja Penelitian ............................................................................ 28 3.4.1 Alur Penelitian ................................................................................ 28 3.4.2 Alat dan Bahan................................................................................ 29 3.4.3 Cara Kerja ....................................................................................... 29 3.5 Manajemen Data ................................................................................... 31 3.5.1 Pengumpulan Data .......................................................................... 31 3.5.2 Analisis Data................................................................................... 31 3.5.3 Penyajian Data ................................................................................ 31 BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 32 4.1 Analisis Univariat..................................................................................... 32 4.1.1 Data Demografis .................................................................................. 32 4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian............................................................ 33 4.1.3 Gambaran Pola Konsumsi Nutrien....................................................... 34 4.2 Analisis Bivariat....................................................................................... 36 4.3 Keterbatasan Penelitian............................................................................... 41 BAB V SIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 42 5.1 Simpulan ..................................................................................................... 42 5.2 Saran............................................................................................................ 42 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43 LAMPIRAN.......................................................................................................... 47
  • 12. DAFTAR TABEL xii Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Aktivitas Fisik berdasarkan nilai PAL/hari........... 30 Tabel 4.1 Data Demografis Subjek Penelitian ...................................................... 32 Tabel 4.2 Karakteristik Mahasiswa....................................................................... 33 Tabel 4.3 Karakteristik Status Gizi mahasiswa berdasarkan WHO-Asia Pacific. 33 Tabel 4.4 Gambaran Pola Asupan Mahasiswa...................................................... 34 Tabel 4.5 Gambaran Kecukupan Asupan Kalori dan Keseimbangan Makronutrien ............................................................................................................................... 35 Tabel 4.6 Gambaran Rerata IMT berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik, Keseimbangan Makronutrien, dan Kecukupan Asupan Kalori............................. 36 Tabel 4.7 Uji Post-Hoc Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori ................ 37 Tabel 4.8 Gambaran Status Gizi berdasarkan Aktivitas Fisik, Keseimbangan Makronutrien, dan Asupan Kalori......................................................................... 38 Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh............................................................. 9 Tabel 2.2 Koefisien Aktivitas Fisik ...................................................................... 11 Tabel 2.3 AKG Energi Orang Dewasa.................................................................. 12 Tabel 2.4 AKG Makronutrien Orang Dewasa ...................................................... 12
  • 13. DAFTAR SINGKATAN xiii UIN : Universitas Islam Negeri WHO : World Health Organisation Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar IMT : Indeks Massa Tubuh BMR : Basal Metabolic Rate RMR : Resting Metabolic Rate BB : Berat Badan TB : Tinggi Badan FFQ : Food Frequesncies Questionnaire METs : Metabolic Equivalent of Tasks PAQ : Physical Activity Questionnaire GPAQ : Global Physical Activity Questionnaire IPAQ : International Physical Activity Questionnaire PAL : Physical Activity Level AKG : Angka Kecukupan Gizi RDA : Recommended Dietary Intake
  • 14. DAFTAR LAMPIRAN xiv Lampiran 3 Lembar Informed Consent.................................................................49 Lampiran 4 Tabel Berat Badan dan Tinggi Badan Responden.............................52 Lampiran 5 Form Food Record.............................................................................53 Lampiran 6 Kuesioner Aktivitas Fisik..................................................................55 Lampiran 7 Hasil Analisis Food Record...............................................................61 Lampiran 8 Hasil Uji Statistik...............................................................................62 Lampiran 9 Riwayat Penulis.................................................................................74 Lampiran 1 Lembar Kaji Etik ...............................................................................47 Lampiran 2 Kuesioner Penjaringan Responden....................................................48
  • 15. BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, seluruh dunia sedang menghadapi double burden malnutrition, nilai akademik yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan gizi normal. Status gizi terutama Indeks Massa Tubuh (IMT) dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum terbagi menjadi faktor langsung dan tidak langsung.8,9 Berdasarkan beberapa penelitian sebelumhya, faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi status gizi antara lain usia asupan nutrisi, kondisi infeksi dan inflamasi, serta aktivitas fisik. Sementara itu, yang termasuk faktor tidak langsung antara lain penghasilan, pendidikan, dan durasi tidur.5,10–12 Pola diet dan aktivitas fisik dikatakan sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap status gizi melalui keseimbangan energi. 13,14 Sementara itu, beberapa penelitian menunjukkan mahasiswa cenderung memiliki pola asupan yang tidak sehat, terutama pada pola asupan makronutrien.5,15,16 Penelitian Delvarianzadeh dkk.5 menunjukkan sebagian berupa gizi kurang (undernutrition) dan gizi lebih (overweight dan obesitas).1 Pada orang dewasa (usia > 18 tahun), masalah utama diantara kedua malnutrisi ini adalah gizi lebih.2 Data dari WHO menunjukkan sebanyak 39% laki-laki dan perempuan dewasa di seluruh dunia termasuk dalam gizi lebih.3 Di Indonesia malnutrisi masih menjadi masalah yang dapat dilihat pada prevalensi malnutrisi di Indonesia. Pada kelompok umur 19-24 tahun, frekuensi gizi lebih berkisar 18% sama halnya dengan gizi kurang. Seiring dengan peningkatan usia, frekuensi gizi lebih terus mengalami peningkatan.4 Pada penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Iran, sebanyak 13% mahasiswa dengan gizi kurang dan sekitar 12% mahasiswa dengan gizi lebih.5 Gizi lebih menyebabkan seseorang mengalami gangguan metabolisme seperti gangguan pada tekanan darah, kolesterol, dan resistensi insulin. Individu dengan gizi lebih akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mendapat penyakit diabetes melitus, penyakit jantung koroner, dan stroke iskemik.3,6 Penelitian Priyadhishini dkk.7 menyebutkan bahwa gizi lebih berpengaruh pada performa akademikdengan
  • 16. 2 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum 1. Mengetahui hubungan kecukupan asupan makronutrien berdasarkan 1.3. Hipotesis Terdapat hubungan antara kecukupan asupan makronutrien berdasarkan tingkat aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah. Apakah terdapat hubungan antara kecukupan asupan makronutrien berdasarkan tingkat aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah? besar mahasiswa memiliki aktivitas fisik yang rendah, namun tingkat aktivitas ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pekerja. Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti ingin mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan asupan nutrisi dengan status gizi. 1.2. Rumusan Masalah aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan status gizi dan tingkat aktivitas fisik. 2. Mengetahui gambaran pola konsumsi mahasiswa Fakultas Kedokterana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan asupan kalori total dan komposisi makronutrien 3. Mengetahui hubungan antara kecukupan asupan kalori, keseimbangan komposisi makronutrien, dan tingkat aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
  • 17. 3 1.5.2. Manfaat bagi Masyarakat 1. Populasi yang diteliti dapat mengetahui status gizinya 2. Populasi yang diteliti dapat termotivasi untuk memenuhi asupan nutrisinya dengan baik 3. Populasi yang diteliti dapat termotivasi untuk melakukan aktivitas fisik sesuai anjuran 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat bagi Peneliti 1. Menambah pengetahuan Peneliti mengenai data yang ada di lapangan 2. Menerapkan ilmu yang sudah dipelajari selama masa preklinik
  • 18. seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh prevalensinya yang terus meningkat hingga tiga kali lipat sejak 1975 hingga 2016. Selain itu, gizi lebih juga perlu menjadi perhatian karena korelasinya dengan berbagai penyakit tidak menular. Di seluruh dunia saat ini prevalensi gizi lebih sebesar 39% dengan 13% diantaranya tergolong obesitas.17 Sementara itu di Indonesia secara umum terdapat sekitar 35% orang dewasa dengan berat badan lebih dan obesitas.4 Gizi lebih memiliki berbagai dampak buruk. Salah satunya yaitu gizi lebih menyebabkan seseorang mengalami gangguan metabolisme seperti gangguan pada tekanan darah, kolesterol, dan resistensi insulin. Individu dengan gizi lebih akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mendapat penyakit diabetes melitus, penyakit jantung koroner, dan stroke iskemik.6,17 Selain itu, terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa baik gizi lebih berpengaruh pada performa akademik dengan nilai akademik cenderung lebih rendah dibandingkan dengan gizi normal.7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Malnutrisi terutama gizi lebih menjadi masalah gizi pada orang dewasa di 2.1.1 Status Gizi Status gizi dapat didefinisikan sebagai ekspresi keseimbangan nutrisi tubuh yang dapat diukur menggunakan variabel tertentu.18 Menurut Departemen Kesehatan RI, status gizi merupakan keadaan tubuh dalam hal keberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Keberhasilan pemenuhan kebutuhan nutrisi ini dapat digambarkan sebagai keseimbangan antara jumlah asupan yang dikonsumsi dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memenuhi berbagai fungsi biologis.19 Status gizi yang baik terjadi jika terdapat keseimbangan pada konsumsi makanan yang diimbangi dengan aktivitas fisik yang teratur.20 4
  • 19. 5 1. Faktor Langsung i. Asupan Nutrisi Asupan nutrisi adalah konsumsi berbagai makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.21 Secara garis besar, peningkatan asupan nutrisi dapat menyebabkan peningkatan status gizi.22 Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, asupan nutrisi terutama pola makan berhubungan secara signifikan dengan IMT.5,11 Pola makan yang dimaksud yaitu kebiasaan makan di malam hari, konsumsi pemanis buatan, dan status nafsu makan.11 Penelitian lainnya menyatakan adanya hubungan antara status gizi dengan frekuensi makan, kebiasaan sarapan, jenis makanan utama alternatif, frekuensi dan jenis makanan ringan.5 ii. Aktivitas Fisik 2.1.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Secara umum, status gizi seseorang dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung merupakan faktor yang jika mengalami perubahan akan langsung menyebabkan perubahan pada status gizi. Sementara faktor tidak langsung adalah faktor yang akan mempengaruhi faktor langsung untuk mengubah status gizi.8 Salah satu komponen dari penggunaan energi adalah penggunaan energi untuk aktivitas fisik. Semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan dalam periode tertentu, semakin besar kebutuhan energi seseorang.22,23 Penelitian sebelumnya menghubungkan aktivitas fisik dan IMT dengan mengklasifikasikan aktivitas fisik berdasarkan lama waktu yang digunakan untuk berolahraga dalam satu hari. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin lama waktu yang digunakan oleh responden untuk berolahraga, maka semakin kecil nilai IMT responden.5 iii. Kondisi Infeksi dan Inflamasi Infeksi dan inflamasi dapat mempengaruhi status gizi terutama dalam hal berat badan. Saat terjadi infeksi dan inflamasi, terjadi pelepasan sitokin
  • 20. 6 pro inflamasi yang dapat meningkatkan laju metabolisme sehingga akan meningkatkan kebutuhan energi. Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan konsumsi makanan yang adekuat, akan terjadi penurunan berat badan.12 iv. Usia IMT berubah seiring dengan bertambahnya usia akibat dari perubahan komposisi tubuh. Seiring dengan penambahan usia, terjadi peningkatan secara tidak langsung pendidikan berhubungan dengan status gizi.11,20 Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan IMT. Hasilnya peningkatan jenjang pendidikan hingga SMA diikuti dengan peningkatan nilai IMT. Sebaliknya, pada responden dengan pendidikan sarjana, rerata IMT cenderung lebih kecil dibandingkan dengan rerata IMT responden dengan pendidikan SMA.11 b. Durasi Tidur Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara durasi tidur dengan IMT.5,10 Salah satu penelitian menyebutkan bahwa responden dengan waktu tidur kurang dari 10 jam per hari cenderung terhadap total massa lemak dan lemak pada permukaan. Selain itu, terjadi penurunan massa otot yang kemudian berimbas pada penurunan kekuatan dan fungsi otot.23 Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa terdapat peningkatan pada IMT seiring dengan bertambahnya usia, namun penurunan ini akan bermula di usia 60 tahun.10 v. Gangguan metabolisme Gangguan metabolisme seperti hipertiroid dan hipotiroid dapat meningkatkan atau menurunkan laju metabolisme. Oleh sebab itu dapat mengubah status gizi seseorang jika peningkatan atau penurunan metabolisme ini tidak diikuti dengan penyesuaian asupan nutrisi.23 2. Faktor Tidak Langsung a. Pendidikan Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola makan individu sehingga
  • 21. 7 pendapatan seseorang sehingga hal ini dapat mempengaruhi status gizi. Penelitian sebelumnya menunjukkan keluarga dengan pendapatan yang lebih rendah mengonsumsi makanan yang lebih tidak sehat dibandingkan dengan kelompok dengan daya beli yang lebih tinggi.24 2.1.1.2 Penilaian Status Gizi Pengukuran status gizi merupakan metode yang diperlukan menggunakan riwayat individu terkait kesehatan, lingkungan sosial, konsumsi makanan, riwayat pengobatan.23 Status gizi dapat ditentukan dengan cara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif, status gizi dapat dinilai melalui anamnesis dan beberapa pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan fisik lainnya serta pemeriksaan laboratorium merupakan cara lain untuk menilai status gizi secara kuantitatif. 20,23,25 Penelitian yang dilakukan oleh Sampaio dkk.26 menunjukkan penilaian status gizi yang paling mudah dan efektif adalah penilaianantropometri yang diinterpretasikan ke dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) meskipun tidak dapat memiliki IMT >30 dibandingkan dengan responden yang tidur lebih dari 10 jam per hari.10 Penelitian lainnya memiliki hasil yang bertolak belakang, dimana responden yang tidur lebih dari 8 jam per hari cenderung memiliki IMT yang lebih tinggi dibanding responden yang tidur ≤8 jam per hari.5 c. Pendapatan Daya beli nutrien yang berkualitas salah satunya bergantung pada menggambarkan massa lemak tubuh. Data antropometri merupakan data pengukuran fisik individu yang kemudian digolongkan berdasarkan standar dengan tujuan untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan.23 Antropometri juga dapat diartikan sebagai pengukuran terhadap dimensi atau komposisi tubuh secara garis besar. Pengukuran ini dapat menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan sehingga dapat mengevaluasi status nutrisi. Pengukuran yang dapat dilakukan antara lain berat badan, tinggi badan, pengukuran lingkar pinggang, dan lingkar panggul. 27 Berat badan dan tinggi badan yang kemudian diinterpretasikan ke dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) masih menjadi alat ukur yang paling sederhana serta mudah untuk digunakan dalam menentukan status gizi dalam komunitas.28
  • 22. 8 1. Tinggi badan Tinggi badan dapat merepresentasikan pertumbuhan linear tubuh dan dapat menggambarkan secara kasar tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi dalam jangka waktu lama.23,29 Selain itu, tinggi badan pada orang dewasa juga dapat menggambarkan morbiditas dan risiko gangguan metabolik.25 2. Berat badan Berat badan dapat merepresentasikan status nutrisi tubuh secara lebih sensitif dibandingkan dengan tinggi badan terutama pada anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan berat badan mampu merepresentasikan pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam jangka waktu yang lebih dekat dibandingkan tinggi badan.23 Selain itu, berat badan juga mampu memberikan gambaran secara kasar mengenai proporsi lemak tubuh.27,32 Contohnya apabila terjadi peningkatan berat badan dalam jangka waktu yang lama, maka dapat diasumsikan telah terjadi peningkatkan proporsi lemak.32 Tinggi badan dapat diukur dalam posisi berbaring (mengukur panjang badan), duduk, dan berdiri. Pemeriksaan tinggi badan yang umum dilakukan yakni dengan posisi berdiri.23 Tinggi badan dalam posisi berdiri (standing height) merupakan jarak maksimal antara verteks kepala dengan lantai. Pemeriksaan ini umumnya dapat dilakukan pada subjek dengan usia lebih dari 2 tahun.23,29 Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan pita fleksibel non elastis yang ditempelkan ke permukaan datar, portbale height rod, dan stadiometer.27 Pemilihan alat ukur bergantung pada ketersediaan alat dan subjek yang diukur. Pengukuran pada komunitas lebih mudah dilakukan menggunakan stadiometer atau portable height rods.30,31 Jika penggunaan stadiometer tidak memungkinkan, pengukuran menggunakan pita fleksibel non elastis dapat digunakan dengan ditempelkan ke tembok yang memiliki permukaan datar.31
  • 23. 9 Pengukuran berat badan pada anak-anak dan orang dewasa yang mampu berdiri dapat menggunakan skala timbangan elektronik.27 Akurasi dalam pengukuran berat badan bergantung pada kalibrasi peralatan, status hidrasi, dan pakaian subjek yang diukur.29 2.1.1.3 Klasifikasi Status Gizi Status gizi pada orang dewasa diklasifikasikan menggunakan Indeks Massa Nilai IMT Kategori <18,5 Underweight (Gizi kurang) 18,5–22,9 Normal 23,0–24,9 At risk (Berisiko) 25,0-29,9 Obesitas I 30 Obesitas II Sumber: WHO, The Asia-Pacific Perspective: Redifining Obesity and Its Treatment,200033 2.1.2 Asupan Nutrien Asupan nutrien adalah konsumsi berbagai makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.22 Jumlah energi Tubuh.2 Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan interpretasi dari data antropometri berat badan dan tinggi badan yang menggambarkan berat badan relatif terhadap tinggi badan sehingga dapat diketahui apakah berat badan seseorang sesuai dengan tinggi badannya.23,29,32 Data berat badan relatif terhadap tinggi badan ini kemudian dapat menjadi gambaran tingkat kegemukan seseorang. Berdasarkan hal tersebut, maka secara tidak langsung IMT juga berhubungan dengan proporsi lemak tubuh.29,32 IMT diukur dengan menggunakan rumus dimana berat badan yang diukur dalam satuan kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan yang diukur dalam satuan meter.29 IMT secara garis besar dapat mengklasifikasikan seseorang ke dalam status nutrisi lebih maupun status nutrisi kurang.27 Klasifikasi IMT yang dapat digunakan di Indonesia yaitu klasifikasi WHO dari kriteria Asia-Pasifik. Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
  • 24. 10 Jumlah asupan nutrien harus seimbang dengan jumlah pengeluarannya. Maka, untuk menghitung kebutuhan nutrien perlu mengetahui kebutuhan energi total.22 Kebutuhan energi total didefinisikan sebagai jumlah energi total yang dibutuhkan untuk pertumbuhan atau untuk aktivitas sehari-hari bergantung pada usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan level aktivitas fisik. Jumlah energi total yang dibutuhkan bergantung pada jumlah energi total yang dikeluarkan oleh tubuh. Jumlah energi total yang dikeluarkan terdiri dari Laju Metabolik Basal / BMR, Laju Metabolisme Istirahat / RMR, termogenesis, dan aktivitas fisik. Laju metabolik basal didefinisikan sebagai jumlah energi minimal yang diperlukan seseorang untuk bertahan hidup. Energi ini merepresentasikan kebutuhan energi selama 24 jam dalam kondisi beristirahat secara fisik dan mental. Sementara laju metabolisme istirahat adalah energi yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi dasar tubuh dan untuk menjaga homeostasis. Laju yang didapatkan dari mengonsumsi berbagai nutrien perlu sebanding dengan jumlah energi yang dikeluarkan oleh tubuh agar mencapai status gizi yan baik. Jumlah energi yang didapatkan dari makanan disebut juga sebagai total pemasukan kalori yang didapatkan dari makronutrien berupa karbohidrat, lemak, dan protein.23 2.1.2.1 Kebutuhan Asupan Nutrien metabolisme dasar dan laju metabolisme istirahat pada dasarnya tidak jauh berbeda dan dapat digunakan secara bergantian. Faktor yang mempengaruhi keduanya antara lain usia, komposisi tubuh, berat badan dan tinggi badan, iklim, jenis kelamin, dan temperatur.23 Laju metabolisme basal digunakan untuk menentukan kebutuhan energi basal per hari. Umumnya, untuk menentukan kebutuhan energi tidak digunakan pemeriksaan secara langsung terhadap laju metabolisme basal, namun menggunakan rumus yang bisa memberikan estimasi kebutuhan energi basal.34
  • 25. 11 Rumus yang dapat digunakan untuk orang yang sehat yaitu rumus St. Mifflins, sebagai berikut23,34 : Estimasi Kebutuhan energi basal per hari pada pria: Kebutuhan energi= 10 x BB + 6,25 x TB – 5 x usia + 5 Estimasi kebutuhan energi basal per hari pada wanita: Kebutuhan energi= 10 x BB + 6,25 x TB – 5 x usia -161 Karakteristik Aktivitas sangat ringan Aktivitas ringan Aktivitas sedang Aktivitas berat Laki-laki IMT 18,5- 25 1 1.11 1.25 1.48 IMT ≥25 1 1.12 1.17 1.54 Perempuan IMT 18,5- 25 1 1.12 1.27 1.45 IMT ≥25 1 1.14 1.27 1.45 2.1.2.2 Rekomendasi Asupan Nutrien Rekomendasi asupan nutrien merupakan rekomendasi yang diberikan agar seorang individu mampu memenuhi hampir 100% dari kebutuhan hariannya sebagai individu. Secara umum, rekomendasi asupan nutrien memperhatikan asupan kalori dan keseimbangan konsumsi makronutrien. Asupan kalori merupakan jumlah kalori yang dikonsumsi melalui makanan dan minuman.35 Secara umum, asupan kalori yang dianjurkan disesuaikan dengan kebutuhan tiap individu. Pada setiap negara memiliki rekomendasi asupan di negaranya masing- masing disesuaikan dengan karateristik masyarakatnya. Di Indonesia rekomendasi asupan kalori (kebutuhan energi) atau nutrien lainnya dijabarkan Sumber: Krause’s Food and The Nutrition Care Process, Elsevier, 201723 Hasil perhitungan laju metabolisme basal kemudian dapat digunakan untuk menghitung estimasi kebutuhan kalori total. Perhitungan ini dilakukan dengan mengalikan laju metabolisme basal dengan koefisien aktivitas fisik yang nilainya bergantung pada jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan indeks massa tubuh. 23 Tabel 2.2 Koefisien Aktivitas Fisik
  • 26. 12 dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG). AKG pada kebutuhan asupan kalori dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia. Tabel 2.3 AKG Energi Orang Dewasa Karakteristik Berat badan (kg) Tinggi Badan (cm) AKG Energi (kkal) Laki-Laki 19-29 60 168 2725 30-49 62 168 2625 50-64 62 168 2325 Perempuan 19-29 54 159 2250 30-49 55 159 2150 50-64 55 159 1900 Karakteristik Berat badan (kg) Tinggi Badan (cm) Karbohidrat (gr) Protein (gr) lemak (gr) Laki-Laki 19-29 60 168 375 168 91 30-49 62 168 394 168 73 50-64 62 168 349 168 65 Perempuan 19-29 54 159 309 54 75 30-49 55 159 323 55 60 50-64 55 159 285 55 53 Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 201336 2.1.2.3 Penilaian Asupan Nutrien Asupan nutrien dapat diukur dengan dua metode, yakni metode retrospektif dan metode prospektif. Metode retrospektif mengandalkan ingatan responden untuk mengidentifikasi asupan nutrisi yang sudah dikonsumsi dalam periode tertentu melalu beberapa alat ukur antara lain food recall, Food Frequency Questionnaire (FFQ), riwayat diet, dan Short Frequency Questionnaire. Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 201336 Rekomendasi asupan makronutrien secara proporsi berdasarkan kebutuhan kalori total tubuh dibagi menjadi 10% (10% - 35%) dari protein, 60% (45% - 65%) dari karbohidrat, dan 30% (20% - 35%) dari lemak.22 Di Indonesia, berdasarkan AKG dari Kementrian Kesehatan, rekomendasi asupan makronutrien juga dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tabel 2.4 AKG Makronutrien Orang Dewasa
  • 27. 13 Sementara itu, metode prospektif menggunakan pencatatan maupun observasi secara langsung terhadap asupan nutrisi yang sedang dikonsumsi oleh responden dalam jangka waktu tertentu. Beberapa alat ukur yang termasuk dalam metode prospektif antara lain penimbangan makanan, food record dengan estimasi porsi, dan duplicate analysis. Masing-masing dari metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan, serta untuk pemilihan metode bergantung pada besarnya sampel responden. Kekurangan metode food recall, antara lain: (a)Umumnya pengambilan data hanya dilakukan satu kali, sehingga tidak merepresentasikan asupan nutrisi harian; serta (b) metode mengandalkan ingatan responden sehingga mungkin untuk salah dalam pendataan. 34,37 b. Food record Metode ini mengharuskan reponden menuliskan makanan atau miuman yang dikonsumsi segera setelah atau sebelum mengonsumsi sesuatu.29,34 Data yang dikumpulkan berupa jenis makanan, cara memasak, dan porsinya selama minimal 3-7 hari.34 Terdapat 2 jenis formulir food record yakni formulir yang bersifat tertutup dan semi-terbuka. Jenis formulis yang tertutup menggunakan yang dibutuhkan dan karakteristik responnya. Pada populasi yang besar, metode yang dapat digunakan yaitu food recall, food record, dan FFQ.27,34,37 a. Food recall Metode ini menggunakan ingatan dari responden dengan menggunakan metode wawancara. Data yang dikumpulkan berupa makanan dan minum yang dikonsumsi selama 24 jam terakhir berupa jenis makanan dan minuman serta porsinya. Wawancara dilakukan oleh orang yang sudah ahli dalam bidang gizi. Metode ini dapat dilakukan lebih dari satu kali pengambilan sehingga dapat menggambarkan variasi dari asupan nutrisi dan rata-rata asupan nutrisi harian dari responden.27,34 Kelebihan metode food recall, antara lain: (a) Biaya yang digunakan relatif murah, (b) waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan data realtif singkat, (c) tidak bergantung pada pendidikan responden, (c) metode retrospektif dapat menggambarkan pola makan sesungguhnya dari
  • 28. 14 kode-kode untuk setiap jenis makanan yang umum beserta porsinya. Jika terdapat makanan yang dimakan di laur dari daftar tersebut, maka tidak dituliskan. Jenis formulir yang semi-terbuka menggunakan daftar makanan beserta porsinya, namun masih memungkinkan responden untuk menambahkan makanan lain yang tidak ada di dalam daftar dan menuliskan porsinya. Jenis semi-terbuka lebih utama untuk digunakan namun diperlukan Metode ini menggunakan daftar makanan khusus atau kelompok makanan tertentu. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap jumlah dan frekuensi konsumsinya.29 Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi konsumsi responden dalam hitungan hari, minggu, maupun bulan bergantung pada kebutuhan penelitian.29,34 Umumnya, metode ini digunakan untuk mengevaluasi pola konsumsi responden dalam studi epidemiologi pada jumlah populasi yang besar, terutama untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi dengan penyakit kronik.29 Kelebihan metode ini, antara lain: (a) Pengisian kuesioner mudah sehingga tingkat responsivitas dari responden tinggi, (b) Dapat memberikan gambaran terhadap asupan nutrisi jangka panjang, (c) Metode yang bersifat retrospektif tidak mengubah pola makan responden. c. Food Frequency Questionnaire (FFQ) responden yang terlatih untuk menuliskan ke dalam formulir. 29 Kelebihan food record, antara lain: (a) Tidak bergantung pada ingatan responden sehingga akurasinya lebih tinggi, (b) Hasil yang didapatkan bisa sesuai dengan data konsumsi responden, (c) Pengambilan data selama beberapa hari lebih akurat dibanding metode lainnya Kekurangan food record, antara lain: (a), Membutuhkan responden yang kooperatif, (b) Membutuhkan responden yang berpendidikan dan mampu menulis, (c) Pengambilan data membutuhkan waktu beberapa hari, (d) Kemungkinan menyebabkan responden mengubah pola makannya, (e) Metode ini cenderung membenani responden karena harus mencatat setiap waktu.29,34
  • 29. 15 Kekurangan metode ini, antara lain: (a)Kemungkinan tidak bisa merepresentasikan pola makan harian dan porsinya (b) Akurasi bergantung pada ingatan responden (c) Daftar makanan mungkin tidak menggambarkan keseluruhan jenis makanan yang dikonsumsi oleh responden,(d) Tidak mampu menggambarkan perubahan pola makan jangka pendek.29,32 3,5 mL oksigen/kgBB/menit. Hasil skor METs kemudian dikonversikan berdasarkan hitungan satu METs setara dengan satu kilokalori per kilogram per jam.23,39 Aktivitas fisik dapat diukur secara subjektif dan objektif. Pengukuran subjektif secara garis besar terdiri dari penggunaan kuesioner dan buku harian atau catatan aktivitas fisik. Sementara itu, pengukuran secara objektif dapat menggunakan pengukuran denyut nadi, pedometer, dan akseelerator. Secara umum, untuk melakukan studi terhadap populasi, lebih diusulkan untuk menggunakan pemeriksaan secara subjektif. Metode pencatatan dengan buku harian diisi dengan catatan aktivitas fisik secara detil pada setiap jamnya di setiap hari yang seringnya dilakukan selama 2.1.3 Aktivitas fisik Aktivitas fisik menurut WHO dapat diartikan sebagai pergerakan tubuh yang diakibatkan oleh kontraksi otot skelet sehingga mampu meningkatkan penggunaan energi.38 Lebih spesifik lagi, aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai berbagai kegiatan yang berkaitan dengan gerakan tubuh seperti bekerja, aktivitas hiburan, berolahraga, sedentary behaviour, dan penggunaan energi.29 2.1.3.1 Penilaian Aktivitas Fisik Aktivitas fisik secara kuantitas dapat diukur dengan satuan kilokalori secara langsung maupun METs. Pengukuran dengan satuan kilokalori secara langsung dapat menggambarkan jumlah energi yang digunakan dalam beraktivitas. Pengukuran lainnya yaitu menggunakan skor METs yang mengukur penggunaan oksigen dalam aktivitas per kilogram berat badan per menit.39 Satu METs setara dengan penggunaan energi saat duduk beristirahat atau setara dengan penggunaan
  • 30. 16 kuesioner yang umumnya digunakan untuk menilai dimensi dari aktivitas fisik yaitu jenis aktivitas fisik, frekuensi, durasi, dan intensitas dari aktivitas fisik yang dilakukan.39 Kuesioner ini dapat diisi secara mandiri maupun melalui metode wawancara bergantung pada jenis kuesionernya. PAQ sendiri secara umum terbagi menjadi kuesioner tipe global, PAQ tipe pendek dan PAQ kuantitatif.39,40 a. Kuesioner tipe global Kuesioner tipe ini memberikan gambaran secara umum tehadap pola aktivitas individu.40 Penilaian dari kuesioner ini mampu membandingkan aktivitas fisik individu dan orang lain secara garis besar.39 Umumnya, kuesioner ini hanya terdiri dari 2-4 unit pertanyaan. Tujuan dari penggunaan metode ini hanya untuk mengelompokkan apakah seorang individu sudah memenuhi standar dari aktivitas fisik. Kuesioner ini cukup sederhana dan mudah dikerjakan secara mandiri oleh responden sehingg dapat digunakan 1-3 hari, namun bisa juga dilakukan pencatatan hingga 7 hari.39,40 Hal yang perlu dicatat dalam buku harian umumnya berupa waktu mulai aktivitas, waktu selesai aktivitas, jenis aktivitas, dan intensitasnya. Metode buku harian dapat digunakan untuk mengevaluasi kuesioner atau dapat juga digunakan sebagai alat ukur tambahan dalam melakukan pemantauan secara objektif.39 Physical Activity Questionnaire (PAQ)/kuesioner aktivitas fisik merupakan studi epidemiologi, penggunaan di klinis, dan untuk surveilans di suatu daerah.40 b. PAQ tipe pendek PAQ tipe pendek (short physical activity questionnaire) merupakan penilaian singkat terhadap aktivitas fisik berdasarkan dimensi. Metode ini umumnya digunakan untuk memberikan gambaran deskriptif dan digunakan dalam studi epidemiologi tentang pola aktivitas fisik sekaligus sebagai intrumen utnuk memantau pemenuhan pola aktivitas fisik masyarakat berdasarkan standar yang berlaku. Contoh dari PAQ tipe pendek yaitu GPAQ (Global Physical Activity Questionnaire) dan IPAQ (International Physical Activity Questionnaire) tipe pendek. 39
  • 31. 17 GPAQ membandingkan aktivitas fisik individu seseorang dengan aktivitas fisik orang lain secara umum.40 GPAQ dikeluarkan oleh WHO sebagai salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk pemantauan aktivitas fisik di suatu negara. Kuesioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data aktivitas fisik berdasarkan tiga latar kegiatan, yakni aktivitas saat bekerja, aktivitas saat berpergian dari dan ke suatu tempat, c. PAQ tipe panjang Terdapat 2 contoh PAQ tipe penajng, yakni PAQ kuantitatif dan IPAQ tipe panjang. Pada PAQ kuantitatif data didapatkan dengan cara wawancara menggunakan ingatan dari responden untuk mengisi 20-60 unit pertanyaan. Metode ini digunakan untuk menganalisis interaksi anatar jenis aktivitas fisik dengan kejadian penyakit tertentu dalam periode tertentu. Jangka waktu aktivitas fisik yang diteliti pada kuesioner ini bisa mulai dari 1 bulan, 1 tahun, hingga semasa hidup sehingga beban terhadap ingatan responden sangat tinggi.39 IPAQ tipe panjang memiliki 27 unit pertanyaan yang dapat diisi secara mandiri oleh reponden. Setiap unit pertanyaan pada IPAQ tipe panjang serta aktivitas fisik ketika rekreasi. Penilaian kuesioner ini menggunakan METs dimana skor 4 setara dengan aktivitas fisik sedang dan skor 8 setara dengan aktivitas fisik berat. 41 IPAQ merupakan instrumen yang sudah dibuat secara internasional yang sudah terstandarisasi sehingga aktivitas fisik pada tiap negara dapat dibandingkan.40 Terdapat 4 latar kegiatan yang diteliti dalam IPAQ secara umum yaitu: aktivitas fisik untuk bersenang-senang (rekreasi), aktivitas di sekitar tempat tinggal seperti berkebun di halaman, aktivitas fisik yang berhubungan dengan pekerjaan, dan aktivitas fisik saat berpergian dari satu tempat ke tempat lain. IPAQ tipe pendek secara spesifik meneliti 3 jenis aktivitas yaitu berjalan, aktivitas intensitas sedang, dan aktivitas intensitas berat, namun tidak secara khsuus menanyakan pada tiap domain. Jangka waktu aktivitas fisik yang dinilai pada IPAQ tipe pendek yakni aktivitas fisik selama 7 hari terakhir.42
  • 32. 18 2.1.4 Hubungan Aktivitas Fisik dan Asupan Nutrisi dengan Status Gizi Asupan nutren terutama makronutrien menjadi sumber energi bagi tubuh. Jumlah energi yang masuk disesuaikan dengan jumlah energi yang dibutuhkan tiap harinya dengan parameter jumlah kalori. Sumber utama untuk memenuhi kebutuhan kalori yakni berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak yang masing- masing proporsinya sebesar 60%, 10%, dan 30%.34 Kondisi dimana jumlah energi yang dikonsumsi dari asupan setara dengan jumlah energi yang dikeluarkan disebut sebagai keseimbangan energi yang seimbang. Ketidakseimbangan energi dapat terjadi jika jumlah energi yang masuk kurang dari jumlah energi yang dikeluarkan yang disebut sebagai keseimbangan energi negatif. 22 Hal ini dapat terjadi jika penggunaan energi oleh aktivitas fisik dan metabolisme basal melebihi asupan nutrien. Pada kondisi ini, tubuh akan menggunakan simpanan sumber energi yang ada di dalam tubuh berupa glikogen disusun agar dapat mengetahui secara spesifik jenis kegiatan berupa berjalan, aktivitas fisik sedang, dan aktivitas fisik berat pada setiap domain sehingga perbedaannya dengan IPAQ tipe pendek yakni pada spesifikasi di setiap domain. Seperti pada IPAQ tipe pendek, aktivitas fisik yang dinilai pada IPAQ tipe panjang merupakan aktivitas fisik yang dilakukan selama 7 hari terakhir.42 yang berada di hepar dan otot, massa otot yang mengandung banyak protein, dan lemak yang berada dalam jaringan adiposa.43,44 Penggunaan sumber energi ini cadangan akan mengurangi massa tubuh sehingga dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan penurunan berat badan yang akan menurunkan status gizi. Ketidakseimbangan energi juga dapat terjadi jika jumlah energi yang masuk melebihi jumlah energi yang digunakan yang disebut sebagai keseimbangan energi positif. Kondisi ini dapat terjadi jika jumlah asupan yang dikonsumsi tinggi tanpa diikuti dengan aktivitas fisik yang sebanding atau aktivitas fisik rendah.22 Pada kondisi ini, nutrien yang dikonsumsi terutama makronutrien dapat menumpuk di dalam tubuh. Kelebihan konsumsi karbohidrat dapat menyebabkan karbohidrat disimpan dalam bentuk glikogen di hepar dan otot serta disimpan
  • 33. 19 dalam bentuk trigliserida dalam jaringan adiposa. Kelebihan konsumsi lemak dapat meningkatkan simpanan lemak pada jaringan adiposa. Penumpukan karbohidrat dan lemak ini dapat menyebabkan perubahan massa tubuh yang nantinya menyebabkan peningkatan status gizi.43,44
  • 35. 21 2.3 Kerangka Konsep Variabel independet Variabel dependet Variabel yang tidak diteliti
  • 36. 22 2.4 Definisi No. Variabel Diukur yang Definisi Pengukur Cara Pengukuran Alat Ukur Skala Hasil Ukur 1 Status Gizi Ekspresi Peneliti Mengukur berat badan dan tinggi badan kemudian diinterpretasikan ke Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut kriteria Asia-Pasifik33 IMT = ����� ����� (�) ������ ����� (�)2 SECA dan Ordinal Underweight: jika nilai keseimbangan kalkulator IMT< 18,5 nutrisi tubuh yang Normal: IMT 18,5-22,9 dapat diukur menggunakan Overweight: IMT 23-24.9 variabel tertentu19 Obesitas I: IMT 25-29.9 Obesitas II: IMT ≥3033 Numerik Data berupa angka hasil perhitungan Indeks Massa Tubuh 2 Asupan Kalori Asupan kalori merupakan jumlah kalori yang Peneliti Membandingkan kebutuhan berdasarkan energi rumus Food record, nutrisurvey Ordinal Asupan kalori Operasional
  • 37. 23 dikonsumsi melalui makanan dan minuman.35 Estimasi Kebutuhan Energi dengan total konsumsi kalori dalam satu hari Kurang: jika asupan <90% kebutuhan Cukup: jika asupan 90%- 110% kebutuhan Lebih: jika asupan >110% 3 Komposisi Presentase Peneliti Membandingkan Food Nominal Komposisi seimbang: jika Makronutrien konsumsi komposisi record, konsumsi karbohidrat 60%, makronutrien makronutrien yang nutrisurvey lemak 30%, dan protein berupa karbohidrat, dikonsumsi dengan 10% dari total konsumsi protein, dan lemak anjuran komposisi kalori22 yang dikonsumsi.22 makronutrien dalam Tidak seimbang: jika pemenihan energi satu konsumsi karbohidrat, hari lrmak, dan protein masing- masing tidak sama dengan 60%, 30%, dan 10% dari total konsumsi kalori
  • 38. 24 4 Tingkat Aktivitas Fisik pergerakan tubuh yang diakibatkan oleh kontraksi otot skelet sehingga mampu meningkatkan penggunaan energi38 Peneliti Mengisi kuesioner mengenai aktivitas fisik selama 1 minggu dengan metode recall kemudian dilakukan skoring dan pengelompokan sesuai tingkat aktivitas IPAQ Ordinal Sedentary: jika skor PAL anatara 1-1,39 Low Active: skor PAL 1,4 – 1,59 Active: skor PAL 1,6-1,89 Very Active: skor PAL 1,9 – 2,5
  • 39. potong lintang. Data yang digunakan merupakan data primer untuk mengetahui asupan nutrient terutama makronutrien, status gizi, dan aktivitas fisik mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Agustus – November 2019. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Populasi yang digunakan untuk penelitian ini pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta usia lebih dari 18 tahun pada tahun 2019. 3.3.2 Estimasi Besar Sampel Estimasi besar sampel menggunakan rumus dari Sopiyudin untuk sampel BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan analitik numerik tidak berpasangan dengan minimal 2 kelompok sebagai berikut47 : n1 = n2 = n3 = 2 (��+��)× � (�1−�2) n1 = 2 (1,96+1,28)× 2,1 1,5 n1 = 2 (16,71) = 33,42  34 Keterangan: n= jumlah sampel Z= 1,64, nilai  ditentukan oleh Peneliti sebesar 10% Z= 1,28, nilai  ditentukan oleh Peneliti sebesar 20% S= simpangan baku sebesar 2,148 25
  • 40. 26 X1-X2 =1,5; Perbedaan IMT yang bermakna ditentukan oleh Peneliti Kekuatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 90%. Berdasarkan perhitungan di atas, dibutuhkan sampel sebesar 34 orang pada tiap kelompok. Pada penelitian ini, total responden yang didapatkan akan dibagi menjadi 3 kelompok. Maka, dihitung kebutuhan total sampel untuk 3 kelompok sehingga didapatkan minimal total sampel sebanyak 102. Nilai sampel ini Kriteria subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Mahasiswa preklinik FK UIN JAKARTA b. Berusia minimal 18 tahun c. Bersedia mengikuti penelitian 3.3.4.2 Kriteria Eksklusi Kriteria subjek yang termasuk dalam kriteria eksklusi yaitu: a. Mahasiswa yang sedang sakit b. Mahasiswa dengan gangguan metabolisme seperti gangguan tiroid, diabetes melitus c. Mahasiswa yang sedang berada dalam program diet kemudian ditambahkan dengan 10% untuk mengantisipasi drop-out sehingga kebutuhan sampel menjadi 102 + 11 = 113 sampel. 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling dimana Peneliti membagi populasi mahasiswa preklinik menjadi angkatan 2016, 2017, dan 2018. Pengambilan sampel di masing-masing angkatan ini kemudian dilakukan dengan simple random sampling dengan jumlah yang diambil pada masing-masing angkatan sesuai dengan proporsinya.49 Pada angakatan 2016 diambil 31 mahasiswa, angkatan 2017 diambil 38 mahasiswa dan angkatan 2018 sebanyak 45 mahasiswa yang diambil secara acak sesuai dengan kriteria inklusi. 3.3.4 Kriteria Sampel 3.3.4.1 Kriteria Inklusi
  • 41. 27 3.3.4.3 Kriteria Drop-Out Kriteria subjek yang termasuk dalam kriteria drop-out yaitu: a. Mahasiswa dengan data yang tidak lengkap
  • 42. 28 Informed consent Bersedia Pengukuran tinggi badan dan berat badan Responden mengisi kuesioner IPAQ Pengisian form food record oleh responden Perhitungan IMT Skoring IPAQ Analisis dengan nutrisurvey Perhitungan estimasi kebuhan energi Keseimbangan komposisi makronutrien Kecukupan asupan nutrisi Pengambilan sampel sesuai proposal jumlah dan kriteria Pengurusan izin penelitian 3.4 Cara Kerja Penelitian 3.4.1Alur Penelitian Hasil Analisis dengan SPSS
  • 43. 29 3.4.3 Cara Kerja a. Pengukuran Status Gizi i. Pengukuran tinggi badan dilakukan sebanyak 2 kali. Responden yang dinilai berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan tanpa menggunakan alas kaki. Tinggi diukur dengan ketelitian 0,1 cm. Jika terdapat perbedaan pengukuran pertama dan kedua >0,4 cm, dilakukan pengukuran ketiga. Nilai tinggi badan yang diambil adalah rata-rata tinggi badan pada 2 atau 3 pengambilan. ii. Pengukuran berat badan dilakukan sebanyak satu kali. Responden yang akan diukur perlu menggunakan pakaian yang dapat meningkatkan massa tubuh seminim mungkin. Berat badan diukur dengan ketelitian 0,1 kg dengan posisi tubuh ressponden berdiri tegak dan menghadap ke depan tanpa bergerak selama pengukuran. iii. Data berat badan dan tinggi badan kemudian diinterpretasikan dalam 3.4.2Alat dan Bahan a. SECA 703 b. International Physical Activity Questionnaire-long form berbahasa Indonesia c. Form food record bentuk Indeks Masaa Tubuh dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria WHO-Asia Pacific b. Pengukuran Asupan Nutrien i. Data asupan nutrien didapatkan menggunakan metode food record 24 jam yang dilakukan selama 3 hari dalam satu minggu. Hari yang digunakan untuk pencatatan makanan ini yaitu dua hari pada hari kerja dan satu hari pada hari libur. Sebelum pengisian food record, responden terlebih dahulu diberikan pemahaman mengenai cara pencatatan. Selain mencatat makanan, responden juga memfoto makanan atau minuman yang dikonsumsi sebagai bahan validasi
  • 44. 30 bagi peneliti. Form food record dikumpulkan setiap hari untuk menjaga validitasnya. ii. Data food record yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan program nutrisurvey. iii. Data asupan nutrien dan keseimbangan makronutrien kemudian diambil berdasarkan rata-rata konsumsi dari 3 hari pengambilan Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Aktivitas Fisik berdasarkan nilai PAL/hari Tingkat Aktivitas Fisik PAL/hari Aktivitas fisik sangat ringan 1.00 – 1.39 Aktivitas fisik ringan 1.4 – 1.59 Altivitas fisik sedang 1.6 – 1.89 Aktivitas fisik berat 1.9 – 2.5 Diadaptasi dari Krause’s Food and The Nutrition Care Process, Elsevier, 201723 data. c. Pengukuran Aktivitas Fisik i. Pengambilan data aktivitas fisik dilakukan menggunakan kuesioner IPAQ-long form dengan metode pengisian mandiri. Responden terlebih dahulu diberikan pemahaman mengenai kuesioner. Selama pengisian kuesioner, responden dipandu oleh Peneliti untuk menjaga validitas kuesioner. ii. Data hasil kuesioner diinterpretasikan untuk mengetahui nilai Physical Acticity Level (PAL) per hari dari tiap responden. iii. Hasil nilai PAL kemudian dikelompokkan menjadi tingkat aktivitas fisik responden yang kemudian dapat diketahui angka koefisian aktivitas fisiknya sebagai faktor pengali untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
  • 45. 31 3.5 Manajemen Data 3.5.1 Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data primer dari responden. Data yang diperoleh akan melalui beberapa langkah pemprosesan seperti: i. Pengeditan: data dipilah untuk mengeluarkan data-data yang tidak sesuai statistic Kruskal wallis dengan analisis post-hoc mann whitney. Sementara itu, untuk analisis hubungan antara komposisi makronutrien dengan status gizi, analisis yang digunakan yakni analisis bivariat untuk komparatif numerik tidak berpasangan pada 2 kelompok. Uji analisis yang digunakan yaitu uji analisis mann whitney 3.5.3 Penyajian Data Penyajian data dilakukan menggunakan teks deskripsi, tabel, dan diagram. dengan kriteria, atau masuk dalam kriteria drop-out. ii. Pengodean: data mentah diubah menjadi bentuk kode-kode angka untuk mempermudha proses analisis iii. Pemasukan data: data diinput ke dalam komputer pada aplikasi statistik 3.5.2 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara asupan nutrien berupa komposisi makronutrien dan kecukupan asupan kalori yang masing-masing dianalisis dengan status gizi serta hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi. Analisis yang digunakan untuk hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi dan hubungan antara kecukupan asupan kalori dan status gizi yaitu analisis komparatif numerik tidak berpasangan lebih dari 2 kelompok. Hasil uji normalitas menunjukkan sebaran data tidak normal, maka uji yang digunakan yaitu uji
  • 46. 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Univariat 4.1.1 Data Demografis Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Karakteristik Frekuensi % Rerata Usia 20 (18 – 24) 18 5 4,5 19 35 31,5 20 37 33,3 21 28 25,2 22 3 2,7 23 2 1,8 24 1 0,9 Jenis Kelamin Laki-laki 32 28,8 Perempuan 79 71,2 Angkatan 2016 31 27,9 2017 34 30,6 2018 46 41,4 Berdasarkan data hasil penelitian dalam tabel di atas, didapatkan persebaran usia subjek penelitian berkisar antara 18 hingga 24 tahun dengan rerata usia 20 tahun dan sampel terbanyak berusia 20 tahun dengan presentase 33.3%. Berdasarkan jenis kelamin jumlah subjek dengan jenis kelamin laki-laki memiliki presentase 28.8% sedangkan subjek dengan jenis kelamin perempuan memiliki presentase 71.2%. Sebaran subjek penelitian pada setiap angkatan memiliki Jakarta. Populasi pada penelitian ini merupakan mahasiswa preklinik FK UIN Jakarta pada Tahun Ajaran 2018/2019 yang terdiri dari angkatan 2016, 2017, dan 2018. Berdasarkan skrining dengan kuesioner dan randomisasi, didapatkan 113 subjek penelitian. Dua diantaranya tidak dimasukkan ke dalam perhitungan karena termasuk dalam kriteria drop-out sehingga total responden menjadi 111 dengan demografis tertera dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Data Demografis Subjek Penelitian
  • 47. 33 variasi dengan presentase 27.9% pada angkatan 2016, 30.6% pada angkatan 2017, dan 41.4% pada angkatan 2018. 4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian Pada penelitian ini ingin dilihat karakteristik mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan status gizi dan tingkat aktivitas fisik. Penilaian terhadap status gizi mahasiswa dilakukan menggunakan pemeriksaan Karakteristik Perempuan Laki-laki Total Subjek IMT (Rerata) 20,64 (15,43-34,13) 22,94 (15,10-34,30) 20,96 (15,1 – 34,3) Aktivitas Fisik/ PAL per hari (Rerata) 1.35 (1,17-1,93) 1.26 (1,11-2,71) 1.29 (1,11-2,71) Status Gizi Perempuan(n) % Laki-laki(n) % Total (n) % Gizi kurang 13 15.6 5 15.6 18 16.2 Gizi normal 49 62 11 34.4 60 54.1 Berisiko 9 11.4 7 21.9 16 14.4 Obesitas I 4 5.1 7 21.9 11 9.9 Obesitas II 4 5.1 2 6.3 6 5.4 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rerata IMT mahasiswa pada subjek secara keseluruhan termasuk dalam status gizi normal (20,96). Hasil ini sesuai dengan penelitian Candrawati pada mahasiswa di Universitas Andalas dengan rerata IMT yang juga tergolong normal (21,3).48 Rerata IMT pada subjek laki-laki memiliki nilai yang lebih besar daripada rerata IMT pada subjek perempuan meskipun keduanya masih berada dalam kategori status gizi normal. Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada mahasiswa bidang kesehatan di Polandia juga menunjukkan rerata IMT yang lebih tinggi pada kelompok mahasiswa laki-laki dengan nilai 24,1 dibandingkan perempuan dengan nilai 21,2.14 Berdasarkan Tabel 4.3 Karakteristik Status Gizi mahasiswa berdasarkan WHO-Asia Pacific antropometri berupa berat badan dan tinggi badan yang kemudian diinterpretasikan ke dalam IMT. Sementara itu untuk aktivitas fisik dilakukan penilaian dengan pengisian kuesioner yaitu IPAQ yang kemudian diinterpretasikan dalam bentuk nilai PAL/hari. Tabel 4.2 Karakteristik Mahasiswa
  • 48. 34 kategori status gizi WHO-Asia Pasifik, mayoritas mahasiswa memiliki status gizi normal baik secara umum, maupun pada subjek laki-laki dan perempuan. Jika dilihat dari segi status gizi kurang, normal, dan lebih (berisiko, obesitas I, dan obesitas II) presentase untuk status gizi lebih secara total sebesar 30,7%. Presentase ini 10% lebih besar dibandingkan dengan data Riskesdas pada kelompok usia yang sama.4 Artinya, masalah status gizi lebih pada mahasiswa terutama pada FK UIN Pola Asupan Perempuan Laki-laki Total Subjek Asupan Kalori 1198,2 (828-2226) 1492 (921-2215) 1231,46 (828-2226) Komposisi Makronutrien Karbohidrat (%) 51 (30-74) 50 (35-67) 51 (30-74) Protein (%) 15 (3-24) 15 (8-23) 15 (3-24) Lemak (%) 34 (18-51) 34 (22-50) 34 (18-51) Syarif Hidayatullah Jakarta memang memerlukan perhatian khusus. Selain berdasarkan aktivitas fisik, sebagian besar mahasiswa masih tergolong ke aktivitas fisik rendah (sedentary) dengan rerata nilai PAL 1,29. Baik laki-laki maupun perempuan rerata keduanya tergolong dalam aktivitas fisik rendah (sedentary). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada mahasiswa ASEAN, mahasiswa Indonesia sebagian besar tergolong memiliki aktivitas fisik yang rendah (56,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian pada mahasiswa Iran dengan hasil sebagian besar mahasiswa berolahraga kurang dari 30 menit per hari.5 4.1.3 Gambaran Pola Konsumsi Nutrien Pada penelitian ini ingin diketahui gambaran pola asupan nutrient mahasiswa berdasarkan asupan kalori dan komposisi makronutrien. Penilaian asupan kalori dan komposisi makronutrien dinilai menggunakan hasil analisis asupan nutrien menggunakan nutrisurvey. Berikut hasil dari analisis tersebut. Tabel 4.4 Gambaran Pola Asupan Mahasiswa
  • 49. 35 Tabel 4.5 Gambaran Kecukupan Asupan Kalori dan Keseimbangan Makronutrien Pola Asupan Perempuan (n) % Laki- laki (n) % Total Subjek % Asupan Kalori Kurang 15 46,9 29 36,7 44 39,9 Cukup 15 46,9 40 50,6 55 49,5 Lebih 2 6,3 10 12,7 12 19,8 Komposisi Makronutrien Seimbang 18 56,3 50 63,3 68 61,3 Tidak Seimbang 14 43,8 29 36,7 43 38,7 makronutrien masih berada dalam kategori seimbang, namun dilihat berdasarkan nilai minimum dan maksimumnya, seluruh makronutrien memiliki nilai minimum di bawah anjuran. Sementara itu berdasarkan keseimbangan makronutrien, sebagian besar responden mengonsumsi makronutrien secara seimbang, namun tidak sedikit pula responden dengan pola asupan makronutrien tidak seimbang (38,7%). Pada penelitian ini, komposisi makronutrien laki-laki dengan perempuan memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Pada penelitian yang dilakukan pada mahasiswa di Polandia, rerata komposisi makronutrien juga tergolong dalam kategori seimbang, namun komposisi lemak pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.14 Berdasarkan data di atas, baik asupan kalori pada laki-laki maupun perempuan masih berada di bawah angka kecukupan gizi harian yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI untuk kelompok usia 19-29 tahun.36 Sebagian besar mahasiswa megonsumsi kalori cukup sesuai kebutuhan. Mahasiswa laki-laki memiliki asupan kalori lebih banyak daripada mahasiswa perempuan. Beberapa penelitian sebelumnya yang juga dilakukan pada mahasiswa menunjukkan asupan kalori pada perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki.5,14 Hal ini kemungkinan disebabkan karena perempuan memiliki kecenderungan untuk memiliki body image yang negatif, dimana perempuan cenderung bahwa berat badan yang dimiliki saat ini berlebihan sehingga cenderung lebih menjaga pola makan dibandingkan laki-laki.50 Hasil komposisi makronutrien menunjukkan secara umum rerata konsumsi
  • 50. 36 4.2 Analisis Bivariat Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan nutrient berdasarkan tingkat aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa. Asupan nutrien digambarkan dengan kecukupan asupan kalori dan keseimbangan komposisi makronutrien. Kecukupan asupan kalori dihitung berdasarkan kebutuhan masing-masing individu dan dibandingkan dengan rerata konsumsi Karakteristik Rerata IMT IK 90% P Tingkat Aktivitas Fisik Rendah 20,64 (15,10-34,3) 0,637-0,804 0,737 Sedang 21,7 (19,33-25,5) Aktif 20,96 (17,48-24,31) Keseimbangan Makronutrien Seimbang 20,20 (15,10-34,3) 0.000-0.027 0.001 Tidak Seimbang 23,2 (15,43-34,13) Asupan Kalori Kurang 21.16 (16.68-32.95) 0.000–0.027 0.001 Cukup 20.26 (15.10-33.47) Lebih 26.35 (19.58-34.3) Berdasarkan tingkat aktivitas fisik, nilai rerata IMT pada kelompok aktivitas rendah, sedang, dan aktif masih tergolong dalam kategori gizi normal. Jika dibandingkan, nilai rerata IMT tertinggi berada pada kelompok dengan tingkat aktivitas fisik sedang, diikuti dengan tingkat aktivitas fisik aktif dan rerata IMT terendah pada tingkat aktivitas fisik rendah. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan rerata IMT, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi berdasarkan rerata IMT (p=0,737). selama 3 hari. Keseimbangan komposisi makronutrien ditentukan berdasarkan rekomendasi asupan. Tingkat aktivitas fisik dikelompokkan menjadi rendah, sedang, dan tinggi karena tidak ada subjek dengan aktivitas fisik sangat tinggi sehingga kelompok tersebut dapat diabaikan Tabel 4.6 Gambaran Rerata IMT berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik, Keseimbangan Makronutrien, dan Kecukupan Asupan Kalori
  • 51. 37 Hasil analisis menunjukkan komposisi makronutrien yang tidak seimbang memiliki rerata IMT yang tergolong dalam gizi lebih, sementara pada komposisi seimbang nilai rerata IMT tergolong dalam gizi normal. Perbedaaan rerata ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara keseimbangan komposisi makronutrien dengan status gizi yang digambarkan melalui rerata IMT (p= 0,001). Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok dengan asupan kalori kurang dan Perbandingan Asupan Kalori IK 90% P Kurang-Cukup 0.263-0.440 0.292 Cukup-Lebih 0.000-0.027 0.000 Kurang-Lebih 0.000-0.027 0.002 Nilai rerata IMT pada kelompok dengan asupan kalori kurang lebih besar dibandingkan dengan asupan kalori cukup. Berdasarkan analisis post-hoc, perbedaan rerata IMT antara dua kelompok tidak signifikan (p=0,292). Sementara itu, baik kelompok dengan konsumsi kalori cukup maupun kurang dibandingkan dengan asupan kalori lebih memiliki rerata IMT yang lebih kecil. Berdasarkan uji post-hoc, didapatkan perbedaan rerata yang signifikan antara asupan kalori kurang dengan lebih (p=0,001) dan kalori cukup dengan lebih (p=0,000). Pada peneltian ini dilakukan uji chi square untuk mengetahui hubungan antara konsumsi kalori, tingkat aktivitas fisik, dan keseimbangan makronutrien dengan kategori status gizi lebih dan tidak lebih yang terdiri dari status gizi kurang dan cukup memiliki rerata IMT yang tergolong dalam status gizi normal. Jika dibandingkan, rerata IMT pada kelompok dengan asupan kurang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok dengan asupan kalori yang cukup. Sebaliknya, pada kelompok dengan konsumsi kalori lebih menunjukkan rerata IMT yang tergolong dalam status gizi lebih. Asupan kalori pada penelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna dengan status gizi melalui rerata IMT (p=0,001). Hasil yang bermakna pada hubungan asupan kalori dengan status gizi perlu dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis post-Hoc. Tujuan analisis ini yaitu mengetahui hubungan antara kelompok kalori cukup dengan kurang, cukup dengan lebih, dan kurang dengan lebih. Tabel 4.7 Uji Post-Hoc Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori
  • 52. 38 normal. Status gizi lebih merupakan gabungan dari status gizi berisiko, obesitas I, dan obesitas II. Konsumsi kalori dikelompokkan menjadi konsumsi kalori kurang dan cukup dengan konsumsi kalori lebih. Keseimbangan makronutrien dikelompokkan menjadi seimbang dengan tidak seimbang. Aktivitas fisik dikelompokkan menjadi aktivitas fisik aktivitas sangat rendah (sedentary) dan aktif. Tabel 4.8 Gambaran Status Gizi berdasarkan Aktivitas Fisik, Keseimbangan Karakteristik Status gizi lebih Status gizi tidak lebih Total P value Aktivitas Fisik Rendah 29 (32,22%) 61 (67,78%) 90 (100%) 0,296 Aktif 4 (19,05%) 17 (80,95%) 21 (100%) Keseimbangan Makronutrien Tidak Seimbang 24 (55,81%) 19 (44,19%) 43 (100%) 0,000 Seimbang 9 (13,24%) 59 (86,76%%) 68 (100%) Asupan Kalori Kalori Lebih 8 (66,67%) 4 (33,3%) 12 (100%) 0,006 Kalori cukup 25 (25,25%) 74 (74,75%) 99 (100%) rendah maupun kelompok yang aktif sebagian besar tergolong dalam status gizi tidak lebih. Setelah dilakukan uji analisis, hasilnya menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi (p =0,296). Hasil ini tidak berbeda dengan hasil yang menganalisis hubungan aktiivtas fisik dengan status gizi dilihat dari rerata IMT (Tabel 4.5). Analisis berdasarkan keseimbangan komposisi makronutrien menunjukkan responden yang mengonsumsi makronutrien dengan komposisi tidak seimbang sebagian besar memiliki status gizi lebih. Sebaliknya, responden yang mengonsumsi makronutrien dengan komposisi seimbang memiliki status gizi yang tidak lebih. Setelah dilakukan uji analisis hasilnya menunjukkan hubungan bermakna antara keseimbangan komposisi makronutrien dengan status gizi Berdasarkan tingkat aktivitas fisik, baik kelompok dengan aktifitas fisik Makronutrien, dan Asupan Kalori
  • 53. 39 (p=0,000). Hasil ini sesuai dengan analisis sebelumnya yang menilai hubungan keseimbangan komposisi makronutrien dengan rerata IMT (Tabel 4.5). Berdasarkan kecukupan asupan kalori, responden dengan asupan kalori lebih cenderung memiliki status gizi lebih, sedangkan responden dengan asupan kalori yang cukup cenderung memiliki sttaus gizi tidak lebih. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang bermakna antara kecukupan asupan kalori dengan status gizi berada pada kategori gizi kurang. Sama halnya dengan penelitian pada mahasiswa Polandia. Pada penelitian tersebut subjek laki-laki memiliki nilai aktivitas fisik yang tinggi namun nilai rerata IMT masih tergolong normal karena kalori yang dikonsumsi juga tinggi melebihi rekomendasi asupan harian.14 Berdasarkan komposisi makronutrien, terdapat peneltian pada orang dewasa di Turki menunjukkan komposisi makronutrien terutama karbohidrat dan lemak berhubbungan nilai status gizi.15 Ketidakseimbangan makronutrien dapat menyebabkan peningkatan status gizi dapat disebabkan oleh komposisi karbohidrat dan atau lemak yang berlebih. Konsumsi karbohidrat yang berlebih akan menyebabkan penyimpanan cadangan energi dalam bentuk glikogen dan lemak. Sementara itu komposisi lemak yang melebihi kebutuhan menyebabkan (p=0,006). Hasil ini sesuai dengan hasil sebelumnya dimana kecukupan asupan kalori juga berhubungan dengan status gizi melalui analisis rerata IMT (Tabel 4.5). Hasil penelitian ini berdasarkan hubungan aktivitas fisik dengan status gizi memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya, dimana terdapat perbedaan rerata IMT yang signifikan antara kelompok yang memiliki durasi olehraga yang berbeda.5 Aktivitas fisik secara teori seharusnya dapat mempengaruhi status gizi seseorang dengan meningkatkan pengeluaran energinya sehingga mengubah keseimbangan energi.40 Pada penelitian ini hasil yang didapatkan tidak sesuai kemungkinan dikarenakan terdapat faktor lain yang mempengaruhi status gizi yakni asupan kalori. Pada aktivitas fisik yang tinggi jika diikuti dengan asupan kalori yang tinggi, maka tingkat pengeluaran energi akan sesuai dengan pemasukan energi sehingga pada tingkat aktivitas fisik yang tinggi belum tentu memiliki IMT yang rendah. Sebaliknya, pada individu dengan aktivitas fisik rendah yang diikuti dengan konsumsi kalori yang rendah, maka nilai IMT individu tersebut belum tentu
  • 54. 40 peningkatan simpanan cadangan energi dalam jaringan adiposa.44 Setelah dilakukan analisis, sebagian besar responden dengan komposisi makronutrien tidak seimbang karena mengonsumsi lemak melebihi proporsi maksimalnya. Berdasarkan hubungan konsumsi kalori dengan status gizi , beberapa penelitian sebelumnya juga menunjukkan hubungan yang sginifikan antara konsumsi kalori dengan status gizi.5,51 Penelitian pada mahasiswa Iran dengan teori bahwa asupan kalori yang kurang dari kecukupan akan menyebabkan penggunakan cadangan energi melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis hingga akhirnya menyebabkan penurunan status gizi.43 Ketidaksesuaian dapat disebabkan oleh penggunaan metode yang kurang tepat. Berat badan dan tinggi badan merupakan representasi dari asupan nutrisi dalam jangka panjang, sehingga metode food record dapat menggambarkan asupan nutrisi tersebut jika dilakukan pencatatan dalam jangka waktu yang lebih lama atau dapat dikombinasikan dengan FFQ sehingga hasil yang didapatkan dapat lebih akurat. Selain itu, penggunaan metode food record sejatinya memiliki kelemahan yaitu subjek dapat mengubah pola makannya agar sesuai dengan asupan yang ideal atau terdapat kemugkinan subjek tidak melakukan pencatatan makanan secara lengkap.34 menunjukkan perbedaan jumlah kalori yang dikonsumsi pada setiap kelompok gizi kurang, normal, dan lebih. Pada penelitian tersebut antara kelompok status gizi kurang dan normal terdapat perbedaan konsumsi kalorikurang lebih sebanyak 200 kalori. Sementara antara kelompok gizi normal dan gizi lebih terdapat perbedaan kalori kurang lebih sebanyak 100 kalori.5 Perbedaan rerata IMT pada kelompok asupan kalori kurang, cukup, dan lebih kemungkinan terjadi akibat perbedaan pada keseimbangan energi.13 Pada perhitungan kecukupan asupan kalori, baik pengeluaran dan pemasukan sudah dimasukkan ke dalam perhitungan sehingga kecukupan asupan kalori ini juga menggambarkan keseimbangan energi. Pada asupan kalori yang melebihi kebutuhannya, maka pemasukan energi akan melebihi pengeluaran energi. Kelebihan kalori yang dikonsumsi dapat mengubah komposisi tubuh, dimana semakin tinggi konsumsi kalori akan meningkatkan komposisi lemak maupun glikogen tubuh.43,44 Hasil analisis post-hoc asupan kalori kurang dengan cukup tidak sesuai
  • 55. 41 4.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan seperti sebagai berikut: i. Status gizi memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya, dalam penelitian ini hanya asupan nutrisi dan aktivitas fisik yang diteliti. ii. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data asupan nutrisi hanya food record sehingga ada kemungkinan data asupan yang didapatkan tidak dapat menggambarkan asupan nutrisi dalam jangka panjang. Terdapat terbedaan antara kelompok dengan asupa kalori lebih dengan asupan kalori cukup maupun kurang. Perbedaan ini terjadi akibat perbedaan deposit cadangan energi. Pada kelompok yang mengonsumsi kalori melebihi yang dibutuhkan, kelebihan kalori baik yang berasal dari karbohidrat maupun lemak akan disimpan dalam bentuk cadangan energi berupa glikogen dan lemak sehingga massa tubuh akan meningkat dan meningkatkan status gizi.43,44
  • 56. 42 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Mahasiswa FK UIN memiliki status gizi sebagian besar tergolong normal sebanyak 54,1% dan 30,7% tergolong gizi lebih serta rerata tingkat aktivitas 2. Mahasiswa kedokteran sebaiknya meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. 3. Penelitian berikutnya dapat dilakukan dengan jumlah subjek yang lebih besar dan dengan faktor yang mempengaruhi status gizi yang lebih beragam sehingga dapat dilihat berbagai aspek yang mempengaruhi status gizi. 4. Penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan metode food record yang dikombinasikan dengan FFQ sehingga dapat dilihat asupan nutrisi jangka panjang. fisik yang digambarkan dengan nilai PAL/hari sebesar 1,29 yang tergolong aktivitas fisik rendah (sedentary). 2. Asupan kalori mahasiswa FK UIN memiliki rerata yang tergolong kurang jika dibandingkan dengan RDA dari Kementrian Kesehatan RI dengan kekurangan sekitar 1000 kkal dengan rerata komposisi yang sesuai dengan anjuran komposisi makronutrien. 3. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kecukupan kalori (p=0,001) dan dengan keseimbangan komposisi makronutrien (p=0,001). Tidak ada hubungan antara status gizi dengan tingkat aktivitas fisik (p=0,737). 5.2 Saran 1. Mahasiswa kedokteran seharusnya mengonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang sesuai dengan kebutuhan dan disertai komposisi makronutrien yang seimbang.
  • 57. 43 DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. Double Burden of Malnutrition [Internet]. [dikutip 29 Juni 2019]. Tersedia pada: https://www.who.int/nutrition/double-burden- malnutrition/en/ 2. Schroeder K, Sonneville K. Adolescent Nutrition. Encycl Food Heal. 2015;43–50. 3. WHO. Overweight and Obesity [Internet]. [dikutip 13 Desember 2019]. Tersedia pada: https://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/overweight_text/en/ 4. Kementrian Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018 [Internet]. Riset Kesehatan Dasar 2018. 2018 [dikutip 2 Agustus 2019]. Tersedia pada: http://labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018 /Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf 5. Delvarianzadeh M, Saadat S, Ebrahimi MH. Assessment of Nutritional Status and Its Related Factors among Iranian University Students: A Cross- Sectional Study. Iran J Heal Sci. 2011;4(4):56–68. 6. WHO. Noncommunicable Disease (NCDs) and Mental Health: Challenges and Solutions [Internet]. [dikutip 29 Juni 2019]. Tersedia pada: https://www.who.int/nmh/publications/ncd-infographic-2014.pdf 7. Priyadarshini V, Dash L. Influence of Nutritional Status on Cognition and Academic Performance of College Students. Int Journals Med Sci. 2017;10(1&2):14–8. 8. Paper C. Direct and Indirect Determinants of Obesity: The Case of Indonesia Proceedings. 2011; 9. Joshi S, Kushwaha A. Assessment of Direct and Indirect Factors Affecting the Nutrition Status of Hostel Girls in Pantnagar ( India ). 2019;8(08):1034–44. 10. Sattar A, Baig S, Rehman N ur, Bashir B. Factors Affecting BMI: Assessment of the Effect of Sociodemographic Factors on BMI in the Population of Ghulam Mohammad Abad Faisalabad. Prof Med J. 2013;20(6):956–64. 11. Asil E, Surucuoglu MS, Cakiroglu FP, Ucar A, Ozcelik AO, Yilmaz MV, et al. Factors That Affect Body Mass Index of Adults. Pakistan J Nutr. 2014;13(5):255–60. 12. Preiser JC, Ichai C, Orban JC, Groeneveld ABJ. Metabolic response to the stress of critical illness. Br J Anaesth. 2014;113(6):945–54. 13. Webster-Gandy J, Madden A, Holdsworth M. Oxford Handbook of Nutrition and Dietetics. Oxford: Oxford University Press; 2006. 14. Grygiel-Górniak B, Tomczak A, Krulikowska N, Przysławski J, Seraszek- Jaros A, Kaczmarek E. Physical activity, nutritional status, and dietary habits of students of a medical university. Sport Sci Health. 2016;12(2):261–7. 15. Kucukkomurler S, Istik O. Energy intake, energy dispersion and body mass index interaction in adolescents. J Hum Sci. 2016;13(2):2793. 16. Rahmawati T. Hubungan Asupan at Gizi dengan Status Gizi Mahasiswa
  • 58. 44 Giiz Semester 3 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Profesi (Profeional Islam. 2017;14(2):49–57. 17. WHO. Obesity and Overweight: Key Facts [Internet]. 2018 [dikutip 14 Desember 2019]. Tersedia pada: https://www.who.int/news-room/fact- sheets/detail/obesity-and-overweight 18. Proverawati A, Wati E. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2017. 19. Kementrian Kesehatan RI. Kamus: Status Gizi [Internet]. [dikutip 29 Juni 2019]. Tersedia pada: http://www.depkes.go.id/index.php?txtKeyword=status+gizi&act=search- by-map&pgnumber=0&charindex=&strucid=1280&fullcontent=1&C- ALL=1 20. Charney P. Nutrition and Dietetics Practice Collection: Nutrition Assessment. New York: Momentum Press; 2016. 21. Khalid M, Khan MN, Kausar N, Yousaf K, Khalid S. Actual Intake Verses Recommended Intake Amongst Female Adolescents. Eur Sci J. 2014;10(36):71–80. 22. Smith AM, Collene AL. Wardlaw’s Contemporary Nutrition. 10th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2013. 23. Mahan L. K, Raymond JL. Krause’s Food & The Nutrition Care Process. 14th ed. Elsevier. Elsevier; 2017. 24. French SA, Tangney CC, Crane MM, Wang Y, Appelhans BM. Nutrition quality of food purchases varies by household income: The SHoPPER study. BMC Public Health. 2019;19(1):1–7. 25. Setiati S, Idrus A, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6 ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014. 26. Sampaio ADS, Epifanio M, Costa CAD, Bosa VL, Benedetti FJ, Sarria EE, et al. Evidence on nutritional assessment techniques and parameters used to determine the nutritional status of children and adolescents: Systematic review. Cienc e Saude Coletiva. 2018;23(12):4209–19. 27. Lee RD, Nieman DC. Nutritional assessment. 6th ed. New York: McGraw- Hill Company; 2013. 28. Nuttall FQ. Body mass index: Obesity, BMI, and health: A critical review. Nutr Today. 2015;50(3):117–28. 29. Butriss JL, Welch AA, Keaney JM, Lanham-New SA. Public Health Nutrition. 2nd ed. West Sussex: The Nutrition Society; 2018. 30. Baharudin A, Ahmad MH, Naidu BM, Hamzah NR, Zaki NAM, Zainuddin AA, et al. Reliability, technical error of measurement and validity of height measurement using portable stadiometer. Pertanika J Sci Technol. 2017;25(3):675–86. 31. Gordon SA, Fredman L, Orwig DL, Alley DE. Comparison of methods to measure height in older adults. J Am Geriatr Soc. 2013;61(12):2244–6. 32. Ross AC, Caballero B, Cousins RJ, Tucker K, Ziegler TR. Modern Nutrion in Health and Disease. 11th ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2014. 33. WHO. The Asia-Pasific Perspective: Redefining Obesity and Its Treatment [Internet]. 2000 [dikutip 31 Juli 2019]. Tersedia pada: http://www.wpro.who.int/nutrition/documents/docs/Redefiningobesity.pdf
  • 59. 45 34. Nix S. Williams Basic Nutrition and Diet Therapy. 15th ed. Missouri: Elsevier; 2017. 35. Roehrig M, Duncan J, Sularz A. Caloric Intake. In: Gellman MD, Turner JR, editor. Encyclopedia of Behavioral Medicine. New York, NY: Springer New York; 2013. hal. 282–3. 36. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi. 2013. hal. 10. 37. Lawrence J, Douglas P, Gandy J. Dietetic and Nutrition Case Studies. West Sussex: Wiley-Blackwell; 2016. 38. WHO. Global Strategy on Diet, Physical Activity, and Health: Physical Activity [Internet]. [dikutip 1 Agustus 2019]. Tersedia pada: https://www.who.int/dietphysicalactivity/pa/en/ 39. Strath SJ, Kaminsky LA, Ainsworth BE, Ekelund U, Freedson PS, Gary RA, et al. Guide to the assessment of physical activity: Clinical and research applications: A scientific statement from the American Heart association. Circulation. 2013;128(20):2259–79. 40. Brennan AM, Ross R. Physical activity and cardiometabolic health. Nutr Cardiometabolic Heal. 2017;101–22. 41. Organização Mundial da Saúde (OMS). Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) Analysis Guide. Geneva World Heal Organ [Internet]. 2012;1–22. Tersedia pada: http://scholar.google.com/scholar?hl=en&btnG=Search&q=intitle:Global+ Physical+Activity+Questionnaire+(GPAQ)+Analysis+Guide#1 42. IPAQ Group. Guidelines for Data Processing and Analysis of the International Physical Activity Questionnaire ( IPAQ ) [Internet]. 2005 [dikutip 10 Oktober 2019]. Tersedia pada: Guidelines for Data Processing and Analysis of the International Physical Activity Questionnaire ( IPAQ ). (2005). 43. Lieberman M, Peet A. Marks’ Basic Medical Biochemistry: A Clinical Approach. 5th ed. Philadelphia: Wolter Kluwer; 2018. 44. Hall JE, Guyton AC. Guyton and Hall: Textbook of Medical Physiology. 13 ed. Philadelphia: Elsevier; 45. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbin’s Basic Pathology. 10th Editi. Elsevier; 2017. 46. Enns G. Metabolic Disease [Internet]. 2019 [dikutip 25 Desember 2019]. Tersedia pada: https://www.britannica.com/science/metabolic- disease/Disorders-of-carbohydrate-metabolism 47. Dahlan MS. Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. 4 ed. Jakarta: Epidemiologi Indonesia; 2016. 48. Candrawati S. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Lingkar Pinggang Mahasiswa. Soedirman J Nurs. 2011;6(2):112–8. 49. Supanto J. Statistik: Teori dan Aplikasi. 7 ed. Jakarta: Erlangga; 50. Zaccagni L, Masotti S, Donati R, Mazzoni G, Gualdi-Russo E. Body image and weight perceptions in relation to actual measurements by means of a new index and level of physical activity in Italian university students. J Transl Med. 2014;12(1):1–8. 51. Brown RE, Sharma AM, Ardern CI, Mirdamadi P, Mirdamadi P, Kuk JL.
  • 60. 46 Secular differences in the association between caloric intake, macronutrient intake, and physical activity with obesity. Obes Res Clin Pract. 2016;10(3):243–55.
  • 62. 48 Lampiran 2 Kuesioner Penjaringan Responden Kuesioner Penjaringan Responden Assalamu’alaikum wr.wb. 2. Apakah Anda memiliki gangguan metabolisme yang sudah dikonfirmasi oleh dokter? Ya Tidak 3. Apakah Anda sedang berada dalam program diet? Ya Tidak 4. Apakah Anda sedang sakit infeksi? Seperti batuk, pilek, demam selama beberapa hari terakhir Ya Tidak Tidak Ya Nama: Angkatan: NIM: 1. Apakah Anda memiliki penyakit kronik yang sudah dikonfirmasi oleh dokter? Saya Ika Alifa Suryabrata mahasiswi FK UIN 2016. Saat ini saya sedang menyelesaikan penelitian saya untuk skripsi mengenai status gizi, asupan nutrisi, dan aktivitas fisik. Mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner berikut. Kuesioner berikut ini merupakan kuesioner penjaringan yang bertujuan untuk menentukan apakah Anda termasuk dalam kriteria eksklusi penelitian ini. Saya berharap Anda menjawan secara jujur pertanyaan dalam kuesioner ini sesuai dengan keadaan Anda saat ini. Hasil kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas kesediaan dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
  • 63. 49 Lampiran 3 Lembar Informed Consent Halaman 1
  • 66. 52 Lampiran 4 Tabel Berat Badan dan Tinggi Badan Responden DATA BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN Angkatan NIM Usia Berat Badan Tinggi Badan
  • 67. 53 Lampiran 5 Form Food Record FOOD RECORD Nama: Waktu Makanan / Minuman Jumlah Porsi Ukuran Cara Masak Angkatan/NIM:
  • 68. 54 Keterangan:  Waktu makan: Jam konsumsi, contoh 12.00, 13.00  Makanan/ Minuman: Nama bahan makanan yang dikonsumsi, menu makanan bukan berupakan nama makanan. Contoh yang dituliskan: ayam, tahu, tempe. Contoh yang tidak boleh dituliskan: nasi ayam penyet. o Khusus minuman dengan merk atau kemasan, tuliskan sama persis dengan yang dikonsumsi. Contoh: Nutrisari 1 saset, coca cola 1 botol 350 mL. o Untuk minuman yang diracik sendiri, cantumkan jumlah bahan tambahan yang digunakan. Contoh: gula 1 sdm, susu kental manis 2 sdm, dst o Untuk makanan yang dimasak, cantumkan jenis bumbu dan jumlahnya secara lengkap, contoh: kecap, gula jawa, dst.  Jumlah porsi: Ukuran porsi konsumsi berupa angka  Ukuran: ukuran yang digunakan dalam porsi seperti sendok, piring, mangkuk, gelas.  Cara masak: khusus untuk makanan, tuliskan cara memasaknya berupa goreng, bakar, kukur, tumis, dst.
  • 69. 55 Lampiran 6 Kuesioner Aktivitas Fisik KUESIONER AKTIVITAS FISIK (Dimodifikasi dari IINTERNATIONAL PHYSICAL ACTIVITY QUESTIONNAIRE) Berikut ini adalah kuesioner untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas fisik dalam keseharian Anda, yang Anda lakukan dalam 7 hari terakhir. Kuesioner akan menanyakan waktu yang Anda habiskan untuk melakukan aktivitas fisik. Ingat kembali aktivitas fisik yang Anda lakukan saat bekerja di luar rumah, kegiatan rumah tangga, aktivitas dalam perjalanan, serta aktivitas saat waktu luang/senggang, dan aktivitas saat berolahraga. Yang dimaksud dengan aktivitas fisik BERAT adalah segala aktivitas yang membutuhkan usaha berat dan membuat Anda terengah-engah. Aktivitas fisik SEDANG adalah aktivitas yang membutuhkan usaha sedang, dan membuat Anda harus bernapas lebih cepat dari biasanya. BAGIAN 1: AKTIVITAS FISIK TERKAIT PEKERJAAN Bagian pertama kuesioner ini adalah tentang pekerjaan Anda. Yang dimaksud dengan pekerjaan adalah segala kegiatan dan aktivitas fisik yang menghasilkan uang, bercocok tanam, kerja sosial, kursus/pelatihan, dan kegiatan lain yang Anda lakukan di luar rumah. Hal ini TIDAK TERMASUK kegiatan yang dilakukan di sekitar rumah seperti kegiatan mengurus rumah, berkebun, dan mengurus keluarga. Kegiatan ini akan ditanyakan di Bagian III. 1. Apakah saat ini Anda memiliki pekerjaan atau kegiatan tidak berbayar yang dilakukan di luar rumah? Ya Tidak Langsung ke bagian II: TRANSPORTASI Pertanyaan berikut ini adalah tentang kegiatan fisik yang Anda lakukan pada 7 hari terakhir sebagai bagian dari pekerjaan atau kegiatan luar rumah lainnya. Aktivitas BERANGKAT dan PULANG KERJA, TIDAK TERMASUK dalam kegiatan ini. 2. dalam 7 hari terakhir ini, berapa HARI Anda lakukan untuk melakukan AKTIVITAS FISIK BERAT, seperti mengangkat barang nerat, bertukang, atau memanjat/menaiki tangga sebagai bagian dari pekerjaan Anda? Pikirkan hanya aktivitas fisik yang dilakukan selama setidaknya 10 menit. hari per minggu Tidak ada aktivitas fisik berat dalam seminggu ini Langsung ke no. 4
  • 70. 56 3. Berapa lama dalam sehari Anda melakukan aktivitas fisik berat sebagai bagian dari pekerjaan/kegiatan rutin Anda? menit per hari 4. Dalam 7 hari terakhir ini, berapa HARI Anda melakukan pekerjaan AKTIVITAS FISIK SEDANG sebagai bagian dari pekerjaan Anda? Contoh aktivitas fisik sedang adalah mengangkat/membawa barang yang tidak terlampau berat. Pikirkan kegiatan yang Anda lakukan setidaknya selama 20 menit, tidak termasuk kegiatan berjalan. hari per minggu Tidak ada aktivitas sedang dalam seminggu ini Langsung ke no. 6 5. Berapa lama biasanya dalam sehari Anda melakukan aktivitas sedang sebagai bagian dari pekerjaan rutin Anda? menit per hari 6. Dalam 7 hari terakhir, berapa HARI Anda melakukan kegiatan BERJALAN selama setidaknya 10 menit sebagai bagian dari pekerjaan Anda? Kegiatan berjalan berangkat dan dari rumah ke tempat kerja tidak termasuk dalam kegiatan ini. hari per minggu Tidak ada kegiatan berjalan Langsung ke bagian II: TRANSPORTASI 7. Berapa lama biasanya dalam sehari Anda habiskan waktu untuk kegiatan berjalan sebagai bagian dari pekerjaan rutin Anda? menit per hari
  • 71. 57 Langsung ke no. 12 Tidak pernah bersepeda 9. Berapa lama biasanya Anda mengendarai kendaraan bermotor tersebut dalam sehari? menit per hari Pertanyaan no. 10-13 menanyakan kegiatan Anda terkait bersepeda dan berjalan yang mungkin Anda lakukan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, misalnya dari rumah ke tempat kerja, atau tujuan lainnya. 10. Dalam 7 hari terakhir, berapa HARI Anda melakukan kegiatan BERSEPEDA setidaknya 10 menit untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain? hari per minggu Langsung ke no. 10 hari per minggu Tidak mengendarai kendaraan bermotor BAGIAN II: TRANSPORTASI Pertanyaan berikut ini akan menanyakan bagaimana Anda berpindah dari satu tempat ke tempat lain, termasuk kegiatan berangkat dari rumah ke tempat kerja, pasar/toko, bioskop, dan lain-lain. 8. Dalam 7 hari terakhir, dalam berapa HARI Anda MENGENDARAI KENDARAAN BERMOTOR seperti motor, mobil, bis, atau kereta api? 11. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk bersepeda, berpindah dari 1 tempat ke tempat lain? menit per hari 12. Dalam 7 hari terakhir, berapa HARI Anda melakukan kegiatan BERJALAN setidaknya 10 menit untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain? hari per minggu Tidak pernah berjalan Langsung ke BAGIAN III: KEGIATAN RUMAH TANGGA DAN MENGURUS KELUARGA
  • 72. 58 13. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk berjalan, berpindah dari 1 tempat ke tempat lain? menit per hari BAGIAN III: KEGIATAN RUMAH TANGGA DAN MENGURUS KELUARGA Bagian ini menanyakan tentang kegiatan aktivitas fisik Anda dalam 7 hari terakhir di dan sekitar rumah, seperti kegiatan membersihkan rumah, memasak, berkebun, dan merawat keluarga. 14. Dalam 7 harit erakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan AKTIVITAS FISIK BERAT seperti seperti mengangkat barang berat, memotong pohon, menggali, dan lain-lain, setidaknya selama 10 menit di kebun/ halaman? hari per minggu Tidak ada aktivitas fisik berat Langsung ke no. 16 15. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk melakukan aktivitas fisik berat di kebun/halaman? menit per hari 16. Dalam 7 hari terakir, berapa HARI Anda melakukan kegiatan AKTIVITAS FISIK SEDANG seperti mengangkat barang ringan-sedang, menyapu dan kegiatan lainnya di kebun/halaman, selama setidaknya 10 menit? hari per minggu Tidak ada aktivitas fisik berat Langsung ke no. 18 17. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk melakukan aktivitas fisik sedang di kebun/halaman? menit per hari
  • 73. 59 18. Dalam 7 hari terkahir, berapa hari Anda melakukan kegiatan AKTIVITAS FISIK SEDANG seperti mengangkat berang ringan-sedang, menyapu laintai, mengepel, membersihkan kaca, dan kegiatan lainnya di dalam rumah, selama setidaknya 10 menit? hari per minggu Tidak ada aktivitas fisik sedang Langsung ke Bagian IV: REKREASI, OLAHRAGA, DAN Tidak ada kegiatan berjalan Langsung ke no.22 21. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk berjalan di waktu senggang? menit per hari 22. Dalam 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan aktivitas fisik berat seperti berolahraga aerobic, lari, jogging, bersepeda cepat, atau berenang cepat setidaknya selama 10 menit di waktu senggang? hari per minggu Tidak ada aktivitas fisik berat Langsung ke no.24 BAGIAN III: REKREASI, OLAHRAGA, DAN AKTIVITAS FISIK SAAT SENGGANG Bagian ini menanyakan tentang aktivitas fisik yang Anda lakukan dalam 7 hari terakhir untuk rekreasi, olehraga, atau kegiatan lain untuk bersenang-senang dalam waktu senggang. 20. Tanpa menghitung kegiatan berjalan yang sudah Anda jawab di pertanyaan sebelumnya, dalam 7 hari terakhir, berapa HARI Anda habiskan untuk BERJALAN setidaknya 10 menit dalam waktu senggang Anda? hari per minggu AKTIVITAS FISIK SAAT SENGGANG 19. Berapa lama waktu yang Anda habiskan biasanya dalam sehari untuk melakukan aktivitas fisik sedang di dalam rumah? menit per hari