2. Pendahuluan
Indonesia memiliki 386 kawasan konservasi darat dengan
luas sekitar 17,8 juta ha serta 30 kawasan konservasi laut dengan
luas sekitar 4,75 juta ha, dan dari kawasan konservasi tersebut
terdapat 34 taman nasional darat dan 6 taman nasional laut.
Konservasi adalah proses pengelolaan suatu tempat atau
ruang atau objek agar makna kultural yang terkandung didalamnya
terpelihara dengan baik.
Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai
dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan
untuk pemanfaatan lebih lanjut.
3. PENYU
Penyu hijau (Chelonia mydas)
Penyu pipih (Natator depressus)
Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
Penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea)
Penyu belimbing (Dermochelys coriacea)
Penyu tempayan (Caretta caretta)
The International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah
mengklasifikasikan beberapa jenis penyu sesuai dengan tingkat ancaman dan
kepunahannya.
Penyu belimbing, Penyu Kemp’s Ridley dan penyu sisik diklasifikasikan sebagai
“Sangat terancam punah”.
Penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang atau penyu abu-abu
(Lepidochelys olivacea), dan penyu tempayan atau loggerhead (Caretta caretta)
digolongkan sebagai “Terancam punah”.
Penyu pipih (Natator depressus) yang dinyatakan berisiko rendah setelah
melalui tahap evaluasi.
4. Klasifikasi
Penyu hijau
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Cheloniidae
Genus : Chelonia
Spesies : Chelonia mydas
5. Kenapa harus dikonservasi ?
• Populasi penyu hijau di Indonesia menurun 20 hingga
30% setiap tahunnya.
• Menurut Prof. IB Windia Adnyana dari Universitas
Udayana, Bali. Saat ini, jumlah populasi penyu hijau
(Chelonia mydas) mencapai 35 ribu ekor di seluruh
Indonesia. Dari tahun 1990-2008 tercatat penurunan
populasi sebanyak 20-30 %.
• Potensi ancaman kelestarian penyu disebabkan
beberapa faktor, antara lain pencurian telur penyu,
perburuan penyu, perusakan habitat penyu dan
pengambilan sumber daya alam laut yang menjadi
makanan penyu.
6. Ancaman Yang Dihadapi Penyu
Penyu Hijau adalah salah satu anggota keluarga penyu yang
paling intensif dieksploitasi. Daging dan telurnya merupakan
sumber protein yang digemari masyarakat pesisir.
Bali merupakan konsumen terbesar penyu hijau.
Pemanfaatan penyu hijau oleh masyarakat Bali adalah untuk
ritual keagamaan, konsumsi (Adnyana dkk., 2010). Eksploitasi
ini menyebabkan penurunan drastis penyu hijau sebanyak
80%.
Kabupaten Berau (Kal-Tim), segala bentuk olahan penyu
baik dalam bentuk cinderamata, makanan, maupun telurnya,
menjadi mata pencaharian bagi warga yang tinggal di sekitar
habitat penyu (Yolis, 2013).
8. • Faktor alam
• Dampak dari kegiatan manusia, yang terjadi pada
semua fase pertumbuhan penyu hijau.
9. Bagaimana Upaya Melestarikannya ?
• Meratifikasi Konvensi Perdagangan Internasional untuk
spesies satwa liar atau CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species).
• Menjalani penangkaran Penyu hijau di daerah yang
dekat dengan habitat penyu.
• Penanggulan penyakit dan parasit yang menyerang
Penyu Hijau.
• Pengamanan sarang telur penyu hijau.
• Pembebasan tukik ke habitat aslinya.
• Pemeliharaan habitat asli penyu hijau.
• Monitoring setiap pertumbuhan dan perkembangan
penyu hijau.
10. Habitat dan Siklus Hidup Penyu Hijau....
• Habitat Penyu Hijau ini hidup di perairan tropis dan sub-tropis di
sekitar pesisir benua dan kepulauan. Penyu Hijau juga diketahui
sering terdapat di antara terumbu karang dan padang lamun pada
daerah laut lepas dengan kondisi pasir yang hangat dan sedikit
lembab.
11.
12. Penangkaran Penyu Hijau di daerah yang dekat
dengan habitat penyu
Yang dilakukan di penangkaran :
• memelihara telur-telur penyu dari berbagai ancaman, hingga menetas
dan menjadi tukik, dan tukik kembali ke laut dengan aman.
• melakukan monitoring pada setiap penyu yang mendarat di pantai,
dan lokasi-lokasi peneluran.
• melakukan penelitian yang berkaitan untuk konservasi penyu hijau
berkelanjutan.
13. Penanggulan penyakit dan parasit yang menyerang Penyu
Hijau.
Langkah penanggulangan penyakit dan
parasit pada penyu :
• melakukan karantina terhadap penyu-penyu
yang berpenyakit.
• pemberian obat secara rutin hingga penyu
kembali sehat.
• menciptakan kondisi lingkungan yang sehat
dan bersih.
•Pemberian pakan yang cukup dan bergizi
14. Pengamanan sarang telur Penyu Hijau
• Setelah proses peneluran selesai, sarang telur penyu tersebut
harus diberi tanda dan label yang minimal berisi informasi nomor
sarang, jenis penyu yang bertelur dan waktu bertelur (tanggal dan
jam).
• Diberi batas atau pagar yang tidak menghalangi atau menghambat
tukik menuju ke laut ketika baru menetas.
• Pemantauan terhadap sarang telur tersebut harus dilakukan secara
rutin.
• Menghilangkan jejak setelah penyu kembali ke laut dengan cara
menghapus track induk penyu dan menguburkan sarang penyu
tersebut.
15. Pembebasan tukik ke habitat aslinya.
• Pelepasan yang dimaksud adalah pelepasan tukik ke laut hasil
pemeliharaan yang dilakukan dalam bak-bak penampungan.
• Tukik-tukik ini dapat berasal dari penetasan secara alami maupun
hasil penetasan buatan.
• Tujuan pelepasan adalah untuk memperbanyak populasi penyu di
laut.
• Pelepasan tukik dilakukan pada waktu malam hari sekitar jam
19.00-05.30 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar tukik
tidak mudah dimangsa oleh predator.
16. Pemeliharaan habitat asli Penyu Hijau
Pembinaan atau pengelolaan habitat peneluran penyu secara umum
dapat dilakukan dengan cara:
• Menyediakan area atau lokasi untuk stasiun penangkaran penyu
yang tersebar di seluruh Indonesia, minimal setiap provinsi memiliki
satu stasiun penangkaran penyu.
• Menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi penyu
• Melarang siapapun memasuki dan melakukan kegiatan di kawasan
konservasi penyu tersebut, kecuali dengan izin khusus untuk tujuan
pendidikan dan penelitian.
Pulau Kerabak, Pesisir Selatan
Sumatera Barat .
17. Monitoring perkembangan Penyu Hijau
• Kegiatan monitoring rutin dapat dilakukan di stasiun penangkaran
penyu, kegiatan monitoring periodik dapat dilakukan dalam periode
tertentu.
• Kegiatan monitoring juga dapat dilakukan secara langsung maupun
dengan bantuan alat, seperti untuk memantau intensitas peneluran
dan pertumbuhan dengan bantuan metal tag, dan untuk memantau
pola migrasi penyu dengan bantuan tagging satelit.
• Aspek-aspek yang akan dimonitor dalam pengelolaan konservasi
penyu meliputi :
- Monitoring telur dan sarang telur
- Monitoring terhadap tukik
- Monitoring terhadap penyu yang bertelur
- Monitoring terhadap habitat penyu hijau
18. Kesimpulan
Konservasi penyu hijau (Chelonia mydas) merupakan upaya
yang sangat penting untuk menjamin keberlangsungan populasi
penyu tersebut. Kelangkaan yang terjadi secara terus-menerus
dengan kecenderungan semakin lama semakin sulit ditemukan,
dapat menjurus pada kepunahan. Penyu hijau, sebagai salah satu
hewan langka yang perlu segera dilakukan upaya konservasi.
Secara global perdagangan dan pemanfaatan semua jenis
penyu diatur dalam ketentuan Convention of International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Di Indonesia
pemanfaatan penyu juga telah diatur dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa
Liar.
19. Daftar Referensi
Adnyana, I.B.W. 2004. Turtle Trade in Bali: A Retrospective, Current Situations and
Future Challenges for its Control. Bali-Indonesia.
Adnyana, I.B.W., Creusa Hitipeuw, IGBN Trilaksana, I.M. Damriyasa, I.M. Jaya Ratha. 2010. Sigi
Pemanfaatan dan Perdagangan Penyu di Bali serta Rekomendasi pengentasannya. Laporan
untuk program Konservasi Penyu. WWF Indonesia.
Limpus, C.A. Fleay and V. Baker. 1989. The Flatback Turtle, Chelonia Depressa in Queensland.
“Reproductive Periodicity”.
McConnaughey, B.H. 1974. Introduction to Marine Biology, Second Edition With 287 Illustrations, The
C.V. Mosby. Co Saint Louis.
Mertens, R. 1930. Die Amphibien and Reptilien den Inseln Bali, Lombok, Sumbawa and Flores,
Abhandugen der Sehenden Gesellscaft Band 42. Riefering 3.
Persor, J.J. 1962. The Green Turtle and Man. Gainesville. Univ. of Florida Press.
Pramoto, Erna W. 2004. Evaluasi Kebijakan Perlindungan Penyu Hijau Di Indonesia.
Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga. Sukabumi.
Yolis P. R. 2013. Implementasi CITES (Convention On International Trade In Endangered Species)
dalam Upaya Konservasi Penyu Di Indonesia. eJournal Ilmu Hubungan Internasional. 1(3): 919-
930.