SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
KELANGKAAN BBM DIKARENAKAN PENIMBUNAN DAN 
PERMAINAN POLITIK 
Disusun Guna Memenuhi Tugas Hukum dan Politik 
Oleh : 
DELA ASFARINA C. 
8111412264 
FAKULTAS HUKUM 
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 
2014
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Hampir semua orang mengetahui sikap pemerintah dalam menetapkan kenaikan harga 
BBM (Bahan Bakar Minyak). Kenaikan ini terjadi karena pemerintah tak mampu lagi 
memberikan subsidi pada BBM. Pemerintah telah mempertimbangkannya, yaitu bersamaan 
dengan naiknya harga minyak mentah dunia di pasaran Internasional. Sebelum diputuskan, 
rencana pemerintah menaikan harga BBM ini menimbulkan banyak persoalan. Banyak rakyat 
kelas menengah ke bawah mungkin merasa tercekik dengan kondisi yang sedemikian rupa. Ini 
logis, sebab kenaikan harga BBM juga akan memicu kenaikan harga sembako dan harga-harga 
lainnya. Masyarakat kelas kecil semakin tersudutkan. Selain itu dampak lainnya adalah 
permintaan BBM melonjak naik. Hal ini diduga banyaknya aksi sejumlah warga melakukan 
spekulasi untuk meraup keuntungan besar dengan cara menimbun BBM dan dijual pada saat 
harga sudah naik. Tindakan ini bertujuan untuk meraup laba dengan jumlah besar, karena ia 
membeli dengan harga yang belum dinaikkan, jauh di bawah harga penjualan nantinya kalau 
suda dinaikkan. BBM yang ditimbun pun tak sedikit jumlanya. Aksi ini juga membuat 
permintaan BBM di SPBU bertambah, dan dikhawatirkan terjadi kelangkaan. Kabar berita 
kenaikan harga saja sudah menyulitkan, apalagi dengan penimbunan oleh spekulan-spekulan itu. 
Kalau kita amati seksama, penimbunan BBM bukan hanya merupakan kasus biasa. Di dalam 
tindakan tersebut, telah terjadi adanya pelanggaran nilai- nilai luhur ideologi bangsa, yaitu 
pancasila. 
Kalau kita amati seksama, penimbunan BBM bukan hanya merupakan kasus biasa. 
Didalam tindakan tersebut, telah terjadi adanya pelanggaran nilai- nilai luhur ideologi bangsa 
yaitu pancasila, hakekat negara dengan penimbunan BBM, pengaruh wilayah dan institusi 
terhadap pengontrolan distribusi BBM, dan pelanggaran mengenai hubungan dan batasan hak 
dan kewajiban warga negara 
1.2 Perumusan Masalah 
 Bagaimana pengaruh wilayah dan institusi terhadap pengontrolan disribusi BBM? 
 Bagaimana hubungan batasan hak dan kewajiban warga negara dengan penimbunan 
BBM? 
 Bagaimana hak dan kewajiban negara yang seharusnya diterapkan terkait dengan 
penimbunan BBM?
1.3 Hipotesis 
Kurangnya penerapan dan pemahaman mengenai Pancasila, negara dan pemerintah 
Indonesia serta kewarganegaraan menyebabkan terjadinya penimbunan BBM 
1.4 Tujuan Penulisan 
Adapun tujuan penulisan dari makalah penulis yang berjudul “Penimbunan BBM” 
 Memberikan informasi mengenai faktor- faktor apa saja yang menyebabkan 
masalah BBM terjadi di Indonesia. 
 Memberikan informasi mengenai hubungan hakekat negara dengan penimbunan 
`BBM. 
 Memberikan informasi mengenai pengaruh wilayah dan institusi terhadap 
pengontrolan distribusi BBM. 
 Memberikan informasi mengenai hubungan batasan dan kewajiban warga negara 
dengan penimbunan BBM. 
 Memberikan informasi mengenai hak dan kewaj iban negara yang seharusnya 
diterapkan terkait dengan penimbunan BBM. 
1.5 Metode Penulisan 
Dalam makalah penulis yang berjudul “Penimbunan BBM” ini penulis menggunakan 
metode analisis studi literatur
BAB II 
LANDASAN TEORI 
LANDASAN TEORI 
2.1 Pancasila 
Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pancasila juga merupakan ideologi dan 
identitas negara Indonesia. 
Sebagai dasar dan ideologi negara, Pancasila dapat dilihat setidaknya dari tiga aspek: (1) 
aspek filosofis, (2) aspek yuridis, dan (3) aspek politis. Secara filosofis, Pancasila merupakan 
dasar keyakinan masyarkat Indonesia yang dicita-citakan. Secara yuridis, Pancasila merupakan 
dasar dan tujuan setiap hukum di Indonesia. Secara politis, Pancasila dapat dipandang sebagai 
kesepakatan luhur yang mengikat seluruh bangsa Indonesia menjadi kesatuan. Sebagai ideologi, 
artinya Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam 
kehidupan bernegara. 
Selain itu, Pancasila dari segi pandangan hidup merupakan jiwa bangsa Indonesia. Isi 
Pancasila mencerminkan apa yang menjadi jiwa bangsa dan kepribadian bangsa Indonesia. 
Dalam Pancasila, tercakup nilai-nilai kehidupan bernegara. Berikut adalah sila-sila Pancasila: 
1. Ketuhanan yang Maha Esa 
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 
3. Persatuan Indonesia 
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam 
permusyawaratan/perwakilan 
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 
Sebagai dasar negara, mengubah bahkan menolak Pancasila sama saja seperti kehilangan 
identitas diri sebab Pancasila juga merupakan landasan visi dan misi pembangunan Indonesia. 
Meski demikian, Pancasila tidak boleh dipandang sebagai suatu hal yang kaku. Pancasila 
merupakan ideologi terbuka yang berarti Pancasila merorientasi ke depan dan mampu 
menghadapi perubahan dengan luwes dan fleskibel. Hal ini berarti Pancasila mampu 
menyesuaikan diri dengan zaman. Oleh karena itu, Pancasila dapat dijadikan acuan negara 
Indonesia.
Bersama UUD 1945, Pancasila adalah salah satu pemersatu bangsa Indonesia yang 
heterogen. Melihat betapa pentingnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, 
keberadaannya harus dipertahankan dan kelima silanya harus diamalkan bukan hanya 
menghafalkan Pancasila agar keberlangsungan dan keutuhan bangsa dan negara tetap terjaga. 
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa itu 
mempunyai kebudayaan sendiri yang berbeda dengan suku bangsa lainnya, baik dalam bahasa, 
adat istiadat, cara hidup, dan sebaginya. Oleh karena itu, Indoensia merpuakan bangsa yang 
majemuk dengan berbagai suku bangsa yang membentuk menjadi satu kesatuan yaitu bangsa 
Indonesia. 
Konsekuensi dari pluralitas masyarakat Indonesia adalah kemungkinan terjadinya konflik 
karena kemungkinan terdapat perbedaan dalam cara pandang tertentu. Oleh karena itu, 
dibutuhkan Pancasila sebagai pemersatu bangsa yang mengatur kehidupan bernegara rakyat 
Indonesia. 
Pada era globalisasi masa kini, rakyat Indonesia mudah melupakan budaya sendiri dan 
meniru gaya hidup negara lain. Kita juga sering mendengar peristiwa pertikaian antara satu suku 
bangsa dengan suku bangsa yang lain, atau satu golongan dengan golongan yang lain. Masalah-masalah 
ini berkaitan dengan rasa kebangsaan rakyat Indonesia yang juga berhubungan dengan 
jati diri bangsa. 
Kebanggaan menjadi bangsa Indonesia dan persatuan bangsa Indonesia perlu terus 
diupayakan sehingga jati diri bangsa Indonesia mengarah pada nilai-nilai yang menunjukkan diri 
kita sejatinya bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu mengikat bangsa Indonesia menjadi suatu 
kesatuan, seperti yang terumuskan dalam Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, acuan bagi 
jati diri bangsa Indonesia sebagai ideologi dan dasar dalam bernegara adalah Pancasila dan UUD 
1945, yang harus dilaksanakan secara benar dan konsisten. 
2.2 Hakikat Negara 
Bangsa terbentuk karena semakin bertambahnya banyaknya manusia yang bersatu karena 
suatu persamaan. Kemudian bangsa tersebut membentuk wadah organisasi yang disebut negara 
(state) yang akan melindungi diri dan tempat tinggalnya. Dalam pengertian ini, negara meliputi 
wilayah, rakyat, dan pemerintah yang bersifat konstitutif sesuai Konvensi Montevideo.
Wilayah adalah merupakan wilayah yang telah dinyatakan sebagai milik negara dan 
batas-batasnya ditentukan dalam perjanjian internasional. Rakyat adalah semua orang yang 
mendiami wilayah tersebut tunduk pada peraturan negara tersebut. Pemerintah adalah 
pemerintah yang berhak mengatur dan berwenang merumuskan serta melaksanakan peraturan 
perundang-undangan yang mengikat rakyatnya. Selain ketiga syarat tersebut, ditambahkan pula 
adanya pengakuan dari negara lain (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2001: 36) dan tujuan 
negara yang tertulis dalam kontitusi. 
Negara tidak terlepas dari konsep kedaulatan, yaitu konsep mengenai kekuasaan tertinggi 
suatu negara. Kedaulatan pada prinsipnya dipegang oleh seseseorang, sekelompok orang, suatu 
badan, atau sekelompok badan yang melakukan legislasi dan administrasi fungsi-fungsi 
pemerintahan. Dalam ilmu hukum, terdapat lima teori kedaulatan, yaitu (1) kedaulatan Tuhan, 
(2) kedaulatan raja, (3) kedaulatan negara, (4) kedaulatan hukum, dan (5) kedaulatan rakyat. 
Indonesia menganut kedaulatan rakyat sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Konsep 
kedaulatan rakyat adalah prinsip dasar dari yang selanjutnya dikenal sebagai konsep demokrasi. 
Dapat disimpulkan bahwa negara adalah merupakan suatu organisasi dalam satu wilayah 
yang memiliki kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Negara bersifat memaksa, 
monopoli, dan mencakup semua. Negara bersifat memaksa berarti negara mempunyai kekuatan 
fisik secara legal, misalnya polisi atau tentara, dan semua peraturan perundang-undangan yang 
berlaku diharapkan ditaati sehingga keamanan dan ketertiban negara tercapai. Negara bersifat 
monopoli berarti negara menetapkan tujuan bersama masyarakat, menentukan mana yang boleh 
dan tidak boleh karena dianggap bertentangan dengan tujuan negara dan masyarakat. Negara 
bersifat mencakup semua berarti segala peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua 
orang tanpa kecuali. 
Dibutuhkan ideologi dan konstitusi negara agar kehidupan berbangsa dan bernegara 
berjalan lancar. Ideologi bangsa digali dari budaya bangsa tersebut. Menurut Kaelan, makna 
ideologi bagi negara adalah (1) mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa, dan negara 
serta membentuk cita-cita, (2) sumber motivasi bangsa, dan (3) terbuka, reformatif, dan dinamis. 
Sementara itu, konstitusi adalah aturan dasar pembentukan negara yang berfungsi 
membatasi kekuasaan pemerintah sehingga penyelenggara kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. 
Indonesia telah melalui tujuh periode dalam pelaksanaan UUD di Indonesia. 
1. Periode UUD 1945 (1945 – 1949) 
2. Periode Konstitusi RIS (1949 – 1950) 
3. Periode UUDS (1950 – 1959)
4. Kembali ke UUD 1945 (1959 – 1966) 
5. Periode UUD 1945 Masa Orde Baru (1966- 1998) 
6. Periode UUD 1945 Pasca Order Baru (21 Mei 1998 – 19 Oktober 1998) 
7. Periode UUD 1945 yang Diamandemen (1998 – sekarang [Reformasi]) 
2.3 Negara dalam Arti Wilayah dan Institusi/Organisasi 
 Negara dalam Arti Wilayah 
Negara dalam arti wilayah dapat dibedakan atas (1) negara daratan yang berbatasan 
dengan daratan negara tetangga dan (2) negara yang berbatasan dengan laut. Negara yang 
berbatasan dengan latu dibedakan lagi menjadi tiga: (a) negara pantai, (b) negara pulau, dan (c) 
negara kepulauan. 
Merujuk pada Pasal 46 UNCLOS 1982, Negara Kepulauan adalah suatu negara yang 
terdiri atas satu kepulauan atau lebih yang dapat mencakup-cakup pulau-pulau lainnya. Istilah 
“kepulauan” dapat diartikan sebagai gugusan pulau. 
Ciri khas negara Indonesia adalah bahwa Indonesia (1) merupakan negara kepulauan, (2) 
berada di antara dua samudera, yaitu Samudera India dan Samudera Pasifik dan berada di antara 
dua benua yaitu benua Asia dan Australia, serta (3) berada di bwah lintasan Geostationary 
Satelite Orbit (GSO) sepanjang 12,8% GSO bumi. 
 Negara dalam Arti Institusi/Organisasi 
Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan yang kekuasaan utamanya berada di 
tangan Pemerintah Pusat. Negara Indonesia menganut asas kedaulatan rakyat seperti yang tertera 
pada sila keempat Pancasila. Akan tetapi, makna “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat 
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” adalah bahwa demokrasi Pancasila berbeda 
dari demokrasi Barat yang berwatak individualistik dan juga berbeda dari demokrasi sosialis 
yang lebih mengutamakan golongan daripada individu. Bangsa Indonesia lebih mengutamakan 
keserasian hidup sehingga lebih memilih bermusyawarah untuk mufakat dalam setiap 
penyelesaian masalah. 
Sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem pemerintahan presidensial dengan 
pemisahan kekuasaan negara (separation of power) menjadi tiga bagian seperti doktrin Trias 
Politica oleh Montesquieu. Doktrin ini membagi kekuasaan negara menjadi tiga bagian, yaitu 
kekuasaan legislatif (membuat undang-undang), kekuasaan eksekutif (melaksanakan undang-
undang), dan kekuasaan yudikatif (mengawasi undang-undang). DPR dan DPD berfungsi 
sebagai badan legislatif, pemerintah adalah badan eksekutif, dan Mahkamah Agung, Mahkamah 
Konstitusi, serta Komisi Yudisial berfungsi sebagai badan yudikatif. 
 Hak Warga Negara dan Batasan-batasan terhadap Hak dan Kebebasan Warga 
Negara 
Hak asasi manusia (HAM) pada dasarnya melekat pada individu bahkan sejak dia belum 
dilahirkan. HAM melekat pada manusia dan bukan diberikan oleh masyarakat sehingga hak ini 
tidak dapat dihilangkan atau dinyatakan tidak berlaku oleh negara. Hak-hak asasi manusia dapat 
dibagi atas hak mempertahankan diri, hak kemerdekaan, hak persamaan pendapat, hak untuk 
dihargai, dan hak bergaul bersama manusia. 
Hak warga negara Indonesia dilindungi oleh UUD 1945. Hak warga negara dapat 
dikelompokkan dalam tiga kategori: (1) keamanan, (2) kesetaraan, dan (3) kemerdekaan. Dalam 
Pembukaan UUD dikatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa 
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Ini berarti negara menjamin keamanan dan 
keselamatan warga negara. 
Bila ditinjau lebih jauh, aktivitas politik yang dilakukan tiap warga negara juga 
merupakan saana untuk memenuhi hak-haknya. Berikut adalah hak-hak yang berkaitan dengan 
aktivitas politk: hak untuk mengeluarkan pendapat dan mendapat informasi, hak berserikat, hak 
untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing, hak untuk 
memilih dalam pemilu, hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. 
Pemenuhan hak-hak warga negara tidak berarti warga negara dapat melaksanakan haknya 
tanpa batasan. Dalam kehidupan sehari-hari, kebebasan manusia juga memiliki batasan-batasan 
karena sebagai warga negara, seorang indivud juga berhadapan dengan hak orang lain dan hak 
masyarkaat. Jika haknya tidak dibatasi, seorang individu dapat melanggar hak orang lain. Maka 
negara berwenang menetapkan peraturan yang membatasi hak warga negara. Hal ini dilakukan 
untuk menjaga keamanan dan keselamatan seluruh warga negara dan ketertiban masyarakat 
secara umum. Dengan kesadaran bahwa orang lain dan masyarakat juga memiliki hak-hak yang 
harus dipenuhi, tiap warga negara diharapkan menyadari bahwa untuk memenuhi hak-haknya, 
dia juga wajib menghargai hak-hak orang lain.
 Kewajiban Warga Negara 
Seiring dengan hak warga negara, warga negara juga mempunyai kewajiban warga 
negara agar kegiatan berbangsa dan bernegara berjalan dengan baik. Kewajiban warga negara 
meliputi (1) mematuhi hukum dan pemerintahan, (2) membela negara, (3) membayar pajak, (4) 
mengikuti pendidikan dasar/wajib sekolah, dan (5) menghormati hak asasi orang lain. 
2.5 Kewajiban dan Hak Negara 
Kewajiban negara tercantum pada alinea keempat Alinea ke-4 yaitu (1) melindungi 
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) dan untuk memajukan 
kesejahteraan umum, (3) mencerdaskan kehidupan bangsa, (4) dan ikut melaksanakan ketertiban 
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara juga 
berkewajiban menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan Pancasila. Agar keempat tujuan 
tersebut tercapai, negara memiliki wewenang untuk membuat kebijakan-kebijakan agar keempat 
tujuan negara tersebut terlaksana. 
Sementara itu, warga negara wajib memenuhi hak negara yaitu, mempertahankan 
kemerdekaan negara, memnayar pajak, mematuhi hukum, bela negara, dan lain-lain. 
Dengan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban warga negara serta hak dan kewajiban 
negara, tujuan negara akan tercapai dan hak-hak warga negara akan terpenuhi pula.
BAB III 
PEMBAHASAN 
DATA 
3.1 Terungkap 29 Kasus Penimbunan BBM 
Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak, khususnya premium, banyak 
dimanfaatkan sekelompok masyarakat untuk berbuat curang. Indikasi bakal adanya kecurangan 
tersebut diantisipasi oleh jajaran Polda Jabar melalui Operasi Dian Lodaya 2013. Hanya dalam 
sepuluh hari, mulai 20-29 April, Polda Jabar dan jajarannya berhasil mengungkap 29 kasus 
penimbunan BBM. 
Dari 29 kasus yang berhasil diungkap, Polda Jabar mengamankan 33 tersangka dengan 
barang bukti kejahatan sebanyak 21.319 liter (21,3 ton) BBM. Adapun barang bukti yang disita 
terdiri dari 15.974 liter (solar), 1.915 liter premium, dan 3.520 liter minyak tanah. Selain BBM, 
polisi juga mengamankan sejumlah tabung gas elpiji. Para tersangka, akan dijerat Pasal 53 huruf 
c dan d dan atau pasal 55 Undang- Undang No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, 
dengan ancaman hukuman maksimal enam tahun penjara dan denda maksimal Rp 60 Miliar. 
3.2 Menjawab Persoalan Distribusi BBM Indonesia 
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas mensosialisasikan penyaluran bahan bakar minyak 
bersubsidi untuk jenis tertentu di sektor transportasi laut. BPH Migas terus meningkatkan 
sosialisasi penyaluran BBM bersubsidi untuk jenis tertentu khususnya transportasi laut kepada 
para pihak termasuk di Bengkulu. 
Pihak BPH Migas mengatakan, sosialisasi tersebut juga bertujuan meningkatkan pengawasan 
pendistribusian jenis bahan bakar tertentu khususnya transportasi laut yang rawan 
penyelewengan. Para pihak yang dilibatkan antara lain Administrator Pelabuhan Baai, Kantor 
Pelabuhan Malakoni Pulau Enggano, lembaga penyalur, PT Pertamina, Dinas Perhubungan 
Komunikasi dan Informatika provinsi dan kabupaten/kota. Menurutnya, mekanisme subsidi 
BBM jenis tertentu merupakan pengeluaran negara yang dihitung dari selisih kurang antara harga 
eceran per liter jenis BBM tertentu.Penyediaan kuota BBM bersubsidi untuk industri tra nsportasi 
laut disesuaikan dengan trayek dan jumlah penggunanya dan diutamakan untuk kapal 
penumpang, pelayaran rakyat, dan kapal beroperasi secara tetap, katanya.nSebelumnya,
sosialisasi serupa sudah digelar di empat provinsi lainnya di wilayah II yaitu Sumatra Selatan, 
Jambi, Lampung, dan Bangka Belitung. 
Konsultan Mitra BPH Migas Abdul Gofur mengatakan, penyelewengan bahan bakar minyak 
bersubsidi untuk transportasi laut masih tinggi sehingga penyalurannya perlu diawasi dengan 
ketat. Temuan Badan Pemeriksa Keuangan pada 2008 diketahui bahwa penyelewengan bahan 
bakar minyak terbesar terjadi pada sektor transportasi laut. Penyelewengan yang tinggi mencapai 
63 persen sehingga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak tepat sasarann. Dijelaskan, 
pendistribusian jenis BBM tertentu premium dan solar, yang masih menggunakan sistem terbuka 
membuka peluang terjadi penyaluran yang tidak tepat sasaran dan tepat volume. Dampaknya 
jumlah yang didistribusikan belum menggambarkan kebutuhan yang nyata dari konsumsi 
transportasi laut. 
Sistem pengawasan distribusi bahan bakar minyak (BBM) subsidi oleh Badan Pengatur Hilir 
Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dinilai sangat lemah dan tidak komprehensif. Akibatnya, 
realisasi pendistribusian BBM subsidi melebihi kuota dan tidak pada tempatnya, sehingga 
sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di berbagai daerah kekurangan stok BBM 
seperti yang terjadi belakangan ini. Pengamat Migas yang juga Direktur Pusat Study Kebijkan 
Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria mengatakan, seharusnya BPH Migas mampu menerapkan 
sistem dan mekanisme pengawasan dalam menghapus segala bentuk penyelewengan distribusi 
BBM subsidi di samping menekan kebijkan lonjakan konsumsi BBM subsidi yang trendnya terus 
meningkat. 
3.3 Pemerintah dan Para Oknum Penimbun BBM 
Kenaikan BBM kala ini terjadi karena pemerintah tak mampu lagi memberikan subsidi pada 
BBM. Pemerintah telah mempertimbangkannya, yaitu bersamaan dengan naiknya harga minyak 
mentah dunia di pasaran Internasional. Sebelum diputuskan, rencana pemer intah menaikan harga 
BBM ini menimbulkan banyak persoalan. Banyak rakyat kelas menengah ke bawah mungkin 
merasa tercekik dengan kondisi yang serupa. Ini logis, sebab kenaikan harga BBM juga akan 
memicu kenaikan harga sembako dan harga-harga lainnya. Selain itu dampak lainnya adalah 
penimbunan BBM melonjak naik. Hal ini diduga banyaknya aksi sejumlah warga yang 
melakukan spekulasi untuk meraup keuntungan besar dengan cara menimbun BBM dan dijual 
pada saat harga sudah naik. Tindakan ini bertujuan untuk meraup laba dengan jumlah besar,
karena ia membeli dengan harga yang belum dinaikan, jauh di bawah harga penjualan nantinya 
kalau sudah dinaikkan. 
Sikap pemerintah untuk menindak para penimbun BBM sudah cukup tegas. Hal ini dapat 
dikatakan demikian karena pemerintah telah menetapkan Undang–Undang (UU) Minyak dan 
Gas Bumi nomor : 22 tahun 2001 pasal 55 yang berbunyi, setiap orang yang menyalahgunakan 
pengangkutan dan atau niaga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disubsidi pemerintah, dipidana 
dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling tinggi 60 miliar rupiah. Dengan 
dasar hukum ini tinggal pemerintah melakukan tindakan penangkapan yang didasarkan pada 
Surat Keputusan (SK) Bupati. Agar pihak Satuan Polisi Pamong Praja (sat-Pol PP) bersama 
pihak Kepolisian melakukan Sidak. 
Namun seperti pepatah mengatakan, keputusan dibuat untuk dilanggar. Ada-ada saja 
tindakan para oknum untuk menimbun BBM, mulai dari menggelapkannya terang-terangngan 
hingga melakukan berbagai cara dalam menimbun BBM demi meraup keuntungan besar. 
Pemerintah pun tidak tinggal diam mengenai hal ini, tim intelejen pun dibentuk untuk 
mengawasi dan melakukan sidak terhadap para oknum. Namun sebelum sidak dilakukan, rahasia 
sidak pun terbongakar sehingga para oknum melarikan diri dan menyebabkan aparat kesulitan 
dalam menangkap mereka. 
Banyak spekulasi yang mucul di masyarakat mengenai tindak sidak para oknum penimbun 
BBM yang seharusnya dirahasikan namun dengan cepat terbongkar. Setelah dilakukan 
penyelidikan oleh beberapa pihak, hasilnya sungguh sangat mengecewakan. Alasan mengapa 
cepatnya rahasia sidak yang terbongkar adalah karena adanya orang dalam dari pemerintah 
sendiri yang “menjual” informasi sidak kepada para oknum. Hal ini mengindikasikan adanya 
tidak pidana “korupsi informasi” yang dilakukan oleh orang dalam dari pemerintah yang tidak 
bertanggung jawab. Hal ini sungguh sangat disayangkan mengingat peraturan dibuat oleh 
pemerintah namun dalam pelaksanaannya peraturan tersebut dilanggar pertama kali oleh oknum 
orang dalam dari pemerintah sendiri yang tidak bertanggung jawab. 
Batasan hak dan kewajiban warga negara terhadap penimbunan BBM 
Batasan-batasan terhadap kebebasan warga negara dapat dilihat bahwa hak warga negara 
bukanlah tak terbatas, karena hak warga negara, sebagai seorang individu, harus berhadapan 
dengan hak orang lain dan hak masyarakat. Pihak negara (pemerintah) dapat menetapkan UU
atau peraturan-peraturan yang membatasi hak-hak warga negara. Hal itu dilakukan untuk 
menjaga keamanan dan keselamatan warga negara dan ketertiban masyarakat secara umum. 
Dengan kesadaran bahwa orang lain dan masyarakat juga memiliki hak-hak yang harus dipenuhi, 
maka tiap warga negara diharapkan menyadari bahwa untuk memenuhi hak-haknya secara penuh 
ia pun wajib menghargai hak-hak orang lain pula. 
Melihat pembahasan di atas, secara keseluruhan kita memperoleh kesimpulan bahwa 
kebebasan warga negara bukan berarti bahwa mereka bebas melakukan apa saja yang mereka 
inginkan. Namun kebebasan tersebut ada batasnya. Batasnya tidak lain adalah kebebasan dan 
hak orang lain. Dalam kasus ini penimbun BBM melanggar batasan kebebasan masyarakat untuk 
memperoleh haknya karena dengan penimbunan BBM ini masyarakat dirugikan. 
Hak dan kewajiban negara yang seharusnya diterapkan terkait dengan penimbunan BBM 
Hak dan kewajiban negara Indonesia diatur dalam UUD 1945 alinea ke-4. Mengawasi 
dan mengatur penyaluran bahan bakar minyak (BBM) secara adil bagi seluruh rakyatnya juga 
termasuk kewajiban negara sesuai dengan sila ke-2 dan ke-5 yaitu kemanusiaan yang adil dan 
beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hak 
memperoleh BBM dengan harga yang adil. Apabila negara membiarkan penimbun BBM tidak 
resmi beraksi, sejumlah warga negara dirugikan karena mereka tidak dapat memperoleh BBM 
dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dengan harga umum yang dipasarkan 
negara, yaitu Rp4500,-. Jika mereka terpaksa harus membeli dari penimbun tidak resmi, mereka 
harus membayar lebih mahal dan akibatnya, mereka memberi keuntungan besar hanya didapat 
sepihak oleh para penimbun tidak resmi. Padahal seharusnya seluruh rakyat Indonesia dapat 
membeli BBM, yang disubsidi pemerintah, dengan harga yang sama karena negara yang 
menanggung sebagian biayanya. Sementara itu, negara juga dirugikan kare na tujuan negara 
memberi subsidi BBM untuk meringankan beban ekonomi rakyat miskin tidak tercapai. Malahan 
penimbun tidak resmi yang mendapat keuntungannya. 
Negara mengatur hal mengenai penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dalam Peraturan 
Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis 
Bahan Bakar Minyak Tertentu. Yang termasuk BBM tertentu adalah minyak tanah, bensin RON 
88, dan minyak solar. Pada Perpres ini, dinyatakan bahwa terminal BBM/Depot/Penyalur adalah 
tempat penimbunan yang dimiliki atau dikuasai PT Pertamina atau badan usaha lain yang 
mendapat penugasan khusus. Pada Pasal 7 Ayat 1, tertulis bahwa badan usaha dan/atau
masyarakat dilarang melakukan penimbunan dan/atau penyimpanan serta penggunaan jenis 
BBM tertentu yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaku 
penimbunan akan diberi sanksi sesuai undang-undang. 
Negara memiliki hak menghukum para pelaku penimbunan BBM tidak resmi dengan 
tegas agar mereka jera dan orang lain tidak mau mengikuti tindakan mereka. Selain itu, negara 
juga seharusnya lebih ketat dalam mengawasi penyaluran BBM sehingga penimbunan BBM 
tidak resmi dapat dicegah. Sebaiknya negara juga mengajarkan pendidikan berdasarkan 
Pancasila pada rakyatnya sehingga mereka menjadi manusia yang beradab dan berkarakter 
sehingga mereka tidak mau melakukan tindakan tercela seperti menimbun BBM ilegal. Dengan 
demikian, negara melaksanakan kewajibannya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan 
kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila. 
Lengahnya pemerintah terhadap penimbun BBM 
Hampir semua orang mengetahui kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM (Bahan 
Bakar Minyak). Kenaikan ini terjadi karena pemerintah tak mampu lagi memberikan subsidi 
pada BBM. Pemerintah telah mempertimbangkannya, yaitu bersamaan dengan naiknya harga 
minyak mentah dunia di pasaran Internasional. Sebelum diputuskan, rencana pemerintah 
menaikan harga BBM ini menimbulkan banyak persoalan. Banyak rakyat kelas menengah ke 
bawah mungkin merasa tercekik dengan kondisi yang serupa. Ini logis, sebab kenaikan harga 
BBM juga akan memicu kenaikan harga sembako dan harga-harga lainnya. Selain itu dampak 
lainnya adalah penimbunan BBM melonjak naik. Hal ini diduga banyaknya aksi sejumlah warga 
yang melakukan spekulasi untuk meraup keuntungan besar dengan cara menimbun BBM dan 
dijual pada saat harga sudah naik. Tindakan ini bertujuan untuk meraup laba dengan jumlah 
besar, karena ia membeli dengan harga yang belum dinaikan, jauh di bawah harga penjualan 
nantinya kalau sudah dinaikkan. 
Sikap pemerintah untuk menindak para penimbun BBM sudah cukup tegas. Hal ini dapat 
dikatakan demikian karena pemerintah telah menetapkan Undang–Undang (UU) Minyak dan 
Gas Bumi nomor : 22 tahun 2001 pasal 55 yang berbunyi, setiap orang yang menyalahgunakan 
pengangkutan dan atau niaga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disubsidi pemerintah, dipidana 
dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling tinggi 60 miliar rupiah. Dengan 
dasar hukum ini tinggal pemerintah melakukan tindakan penangkapan yang didasarkan pada
Surat Keputusan (SK) Bupati. Agar pihak Satuan Polisi Pamong Praja (sat-Pol PP) bersama 
pihak Kepolisian melakukan Sidak. 
Namun seperti pepatah mengatakan, keputusan dibuat untuk dilanggar. Ada-ada saja 
tindakan para oknum untuk menimbun BBM, mulai dari menggelapkannya terang-terangngan 
hingga melakukan berbagai cara dalam menimbun BBM demi meraup keuntungan besar. 
Pemerintah pun tidak tinggal diam mengenai hal ini, tim intelejen pun dibentuk untuk 
mengawasi dan melakukan sidak terhadap para oknum. Namun sebelum sidak dilakukan, rahasia 
sidak pun terbongakar sehingga para oknum melarikan diri dan menyebabkan aparat kesulitan 
dalam menangkap mereka. 
Banyak spekulasi yang mucul di masyarakat mengenai tindak sidak para oknum 
penimbun BBM yang seharusnya dirahasikan namun dengan cepat terbongkar. Setelah dilakukan 
penyelidikan oleh beberapa pihak, hasilnya sungguh sangat mengecewakan. Alasan mengapa 
cepatnya rahasia sidak yang terbongkar adalah karena adanya orang dalam dari pemerintah 
sendiri yang “menjual” informasi sidak kepada para oknum. Hal ini mengindikasikan adanya 
tidak pidana “korupsi informasi” yang dilakukan oleh orang dalam dari pemerintah yang tidak 
bertanggung jawab. Hal ini sungguh sangat disayangkan mengingat peraturan dibuat oleh 
pemerintah namun dalam pelaksanaannya peraturan tersebut dilanggar pertama kali oleh oknum 
orang dalam dari pemerintah sendiri yang tidak bertanggung jawab. 
Selain itu, sikap pemerintah terdahulu yang tidak konsisten terhadap kenaikan BBM juga 
menjadi polemik di masyarakat. Hal ini menyebabkan kelangkaan BBM di berbagai daerah 
akibat dari permainan pihak-pihak tertentu. Penimbunan BBM bersubsidi sudah dilakukan oleh 
para oknum penimbun BBM sebelum rencana kenaikan harga BBM ditetapkan, dan nantinya 
setelah harga BBM bersubsudi dinaikkan, barulah para oknum menjualnya dengan harga yang 
mahal sehingga mereka mendpatkan keuntungan yang tidak sepantasnya.
BAB IV 
PENUTUP 
 KESIMPULAN 
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dampak kenaikan BBM disebabkan oleh 
marakanya oknum penimbun BBM di masyarakat. Maraknya penimbunan BBM di daerah-daerah 
juga menyebabkan kelangkaan BBM bersubsidi. Masalah ini sesungguhnya tidak lepas 
dari campur tangan pemerintah yang menyebabkan polemik di masyarakat. Hal ini dapat 
dikatakan demikian karena sikap pemerintah yang tidak konsisten terhadap menerapkan 
peraturan dalam menaikkan harga BBM. Oknum orang dalam dari pemerintah yang 
membocorkan rahasia sidak kepada para penimbun juga merupakan salah satu penyebab 
masalah penimbunan BBM tidak dapat diatasi dengan tuntas. 
 SARAN 
Pemerintah seharusnya dalam perencanaan dan program untuk subsidi BBM dan 
sebagainya lebih dimatangkan agar mempersempit ruang gerak permainan politik. Pemerintah 
pula harusnya memberikan sanksi lebih tegas terhadap penimbun BBM karena memberikan 
kerugian besar bagi negara. 
 DAFTAR PUSTAKA 
1. http://www.jurnalparlemen.com/view/8185/ketua-dpr-minta-pt-pertamina-tanggung-jawab- 
atas-kelangkaan-bbm.html 
2. http://www.jurnalbandung.com/category/politik-pemerintahan/page/5/ 
3. http://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2012/03/09/tni-back-up-penanganan-demo-kenaikan- 
bbm/ 
4. www.academia.edu 
5. Rama, dkk. 2007. Menghasilkan Biodiesel Murah Mengatasi Polusi & Kelangkaan 
BBM. Jakarta : PT ArgoMedia Pustaka. 
6. Rahman,ahmad.2007 Sistem politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu Undang-undang 
No12 Tahun 2003 
7. Tatang H. Soerawidjaya, Tirto P. Brodjonegoro, dan Iman K. Reksowardojo. 2005. 
Prospek, Status, dan Tantangan Penegakan Industri Biodiesel di Indonesia. 
Bandung:ITB. 
8. Bambang. 2006. Biodiesel Sumber Energi Alternatif Pengganti Solar Yang Terbuat 
Dari Ekstraksi Minyak Jarak Pagar. Surabaya : Trubus Agrisarana.
PENIMBUNAN BBM MENYEBABKAN KELANGKAAN

More Related Content

What's hot

Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaBab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaSyaiful Ahdan
 
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALKONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALDadang Solihin
 
Pancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruPancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruRiskiana Riskiana
 
Makalah penulisan laporan penelitian
Makalah penulisan laporan penelitianMakalah penulisan laporan penelitian
Makalah penulisan laporan penelitianJerusman Marbun
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraWarnet Raha
 
Tugas uud 1945 pasal 28 a
Tugas  uud 1945 pasal 28 aTugas  uud 1945 pasal 28 a
Tugas uud 1945 pasal 28 apycnat
 
Makalah sistem ketatanegaraan
Makalah sistem ketatanegaraanMakalah sistem ketatanegaraan
Makalah sistem ketatanegaraanWarnet Raha
 
Sejarah lahirnya pancasila
Sejarah lahirnya pancasilaSejarah lahirnya pancasila
Sejarah lahirnya pancasilaFadila Maharani
 
pendidikan kewarganegaraan kelompok "Materi identitas nasional"
pendidikan kewarganegaraan kelompok  "Materi identitas nasional"pendidikan kewarganegaraan kelompok  "Materi identitas nasional"
pendidikan kewarganegaraan kelompok "Materi identitas nasional"aliffya_irlandha
 
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Irvan Berutu
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Lela Warni
 
Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia Siti Sahati
 
MATERI BAB 6 KELAS XI GENAP PPT.pptx
MATERI BAB 6 KELAS XI GENAP PPT.pptxMATERI BAB 6 KELAS XI GENAP PPT.pptx
MATERI BAB 6 KELAS XI GENAP PPT.pptxMesinesId
 
Unsur unsur identitas nasional
Unsur unsur identitas nasionalUnsur unsur identitas nasional
Unsur unsur identitas nasionalYabniel Lit Jingga
 
Ringkasan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945
Ringkasan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945Ringkasan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945
Ringkasan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945Malik Arrozzaq
 
Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggi
Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggiSlide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggi
Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggiPajeg Lempung
 
PPt Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi,Ranti Pusriana,oleh Alfidhah
PPt Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi,Ranti Pusriana,oleh AlfidhahPPt Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi,Ranti Pusriana,oleh Alfidhah
PPt Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi,Ranti Pusriana,oleh AlfidhahRanti Pusriana
 

What's hot (20)

Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaBab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
 
Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai Dasar NegaraPancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai Dasar Negara
 
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALKONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
 
Pancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baruPancasila pada era orde baru
Pancasila pada era orde baru
 
Makalah penulisan laporan penelitian
Makalah penulisan laporan penelitianMakalah penulisan laporan penelitian
Makalah penulisan laporan penelitian
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
 
Tugas uud 1945 pasal 28 a
Tugas  uud 1945 pasal 28 aTugas  uud 1945 pasal 28 a
Tugas uud 1945 pasal 28 a
 
Integrasi nasional ppt
Integrasi nasional pptIntegrasi nasional ppt
Integrasi nasional ppt
 
Makalah sistem ketatanegaraan
Makalah sistem ketatanegaraanMakalah sistem ketatanegaraan
Makalah sistem ketatanegaraan
 
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup.ppt
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup.pptPancasila Sebagai Pandangan Hidup.ppt
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup.ppt
 
Sejarah lahirnya pancasila
Sejarah lahirnya pancasilaSejarah lahirnya pancasila
Sejarah lahirnya pancasila
 
pendidikan kewarganegaraan kelompok "Materi identitas nasional"
pendidikan kewarganegaraan kelompok  "Materi identitas nasional"pendidikan kewarganegaraan kelompok  "Materi identitas nasional"
pendidikan kewarganegaraan kelompok "Materi identitas nasional"
 
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
 
Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia
 
MATERI BAB 6 KELAS XI GENAP PPT.pptx
MATERI BAB 6 KELAS XI GENAP PPT.pptxMATERI BAB 6 KELAS XI GENAP PPT.pptx
MATERI BAB 6 KELAS XI GENAP PPT.pptx
 
Unsur unsur identitas nasional
Unsur unsur identitas nasionalUnsur unsur identitas nasional
Unsur unsur identitas nasional
 
Ringkasan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945
Ringkasan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945Ringkasan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945
Ringkasan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945
 
Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggi
Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggiSlide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggi
Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggi
 
PPt Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi,Ranti Pusriana,oleh Alfidhah
PPt Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi,Ranti Pusriana,oleh AlfidhahPPt Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi,Ranti Pusriana,oleh Alfidhah
PPt Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi,Ranti Pusriana,oleh Alfidhah
 

Similar to PENIMBUNAN BBM MENYEBABKAN KELANGKAAN

Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan
Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPengantar Pendidikan Kewarganegaraan
Pengantar Pendidikan KewarganegaraanGunadarma University
 
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraanPengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraancoflad
 
Tugas softskill STEFANIE
Tugas softskill STEFANIETugas softskill STEFANIE
Tugas softskill STEFANIEvannystefanie
 
Hubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusi Hubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusi Umi Azizah
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesiarezekysholikhah
 
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusi
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusiMenganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusi
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusiRindha Tanizah
 
Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45Ainul Fikri
 
Undang-Undang Dasar 1945 (Slide 4.lanjutan minggu 5 ).ppt
Undang-Undang Dasar 1945 (Slide 4.lanjutan minggu 5 ).pptUndang-Undang Dasar 1945 (Slide 4.lanjutan minggu 5 ).ppt
Undang-Undang Dasar 1945 (Slide 4.lanjutan minggu 5 ).pptRipreme
 
IMPLEMENTASI EMPAT PILAR KEBANGSAAN
IMPLEMENTASI  EMPAT PILAR KEBANGSAANIMPLEMENTASI  EMPAT PILAR KEBANGSAAN
IMPLEMENTASI EMPAT PILAR KEBANGSAANIWAN SUKMA NURICHT
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan republik indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan republik indonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan republik indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan republik indonesia07051994
 
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraanPengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraandianrafika
 
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraanPengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraanAtikadewilestari
 
Pendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaPendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaSubhan Muslih
 
Rangkuman Materi PPKN SMP Kelas 9 Bab 2 Bagian B Semester Ganjil
Rangkuman Materi PPKN SMP Kelas 9 Bab 2 Bagian B Semester GanjilRangkuman Materi PPKN SMP Kelas 9 Bab 2 Bagian B Semester Ganjil
Rangkuman Materi PPKN SMP Kelas 9 Bab 2 Bagian B Semester GanjilIWAN SUKMA NURICHT
 
Makalah teori nasional
Makalah teori nasionalMakalah teori nasional
Makalah teori nasionalRobet Saputra
 

Similar to PENIMBUNAN BBM MENYEBABKAN KELANGKAAN (20)

Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan
Pengantar Pendidikan KewarganegaraanPengantar Pendidikan Kewarganegaraan
Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan
 
Tugas ideologi
Tugas ideologiTugas ideologi
Tugas ideologi
 
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraanPengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
 
Tugas softskill STEFANIE
Tugas softskill STEFANIETugas softskill STEFANIE
Tugas softskill STEFANIE
 
Hubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusi Hubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusi
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasila
 
2174 roki panjaitan
2174 roki panjaitan2174 roki panjaitan
2174 roki panjaitan
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
 
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusi
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusiMenganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusi
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusi
 
Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45
 
2017 d moh_najmi
2017 d moh_najmi2017 d moh_najmi
2017 d moh_najmi
 
Undang-Undang Dasar 1945 (Slide 4.lanjutan minggu 5 ).ppt
Undang-Undang Dasar 1945 (Slide 4.lanjutan minggu 5 ).pptUndang-Undang Dasar 1945 (Slide 4.lanjutan minggu 5 ).ppt
Undang-Undang Dasar 1945 (Slide 4.lanjutan minggu 5 ).ppt
 
IMPLEMENTASI EMPAT PILAR KEBANGSAAN
IMPLEMENTASI  EMPAT PILAR KEBANGSAANIMPLEMENTASI  EMPAT PILAR KEBANGSAAN
IMPLEMENTASI EMPAT PILAR KEBANGSAAN
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan republik indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan republik indonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan republik indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan republik indonesia
 
Softskill2
Softskill2Softskill2
Softskill2
 
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraanPengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
 
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraanPengantar pendidikan kewarganegaraan
Pengantar pendidikan kewarganegaraan
 
Pendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaPendidikan pancasila
Pendidikan pancasila
 
Rangkuman Materi PPKN SMP Kelas 9 Bab 2 Bagian B Semester Ganjil
Rangkuman Materi PPKN SMP Kelas 9 Bab 2 Bagian B Semester GanjilRangkuman Materi PPKN SMP Kelas 9 Bab 2 Bagian B Semester Ganjil
Rangkuman Materi PPKN SMP Kelas 9 Bab 2 Bagian B Semester Ganjil
 
Makalah teori nasional
Makalah teori nasionalMakalah teori nasional
Makalah teori nasional
 

More from DELA ASFARINA

Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara DELA ASFARINA
 
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak AnakManuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak AnakDELA ASFARINA
 
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikanpenerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikanDELA ASFARINA
 
kasus konsultasi hukum
kasus konsultasi hukumkasus konsultasi hukum
kasus konsultasi hukumDELA ASFARINA
 
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi DELA ASFARINA
 
Lap kkl fak hukum unnes
Lap kkl fak hukum unnesLap kkl fak hukum unnes
Lap kkl fak hukum unnesDELA ASFARINA
 

More from DELA ASFARINA (7)

Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
 
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak AnakManuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
 
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikanpenerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
 
kasus konsultasi hukum
kasus konsultasi hukumkasus konsultasi hukum
kasus konsultasi hukum
 
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
 
PROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSIPROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSI
 
Lap kkl fak hukum unnes
Lap kkl fak hukum unnesLap kkl fak hukum unnes
Lap kkl fak hukum unnes
 

Recently uploaded

MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

PENIMBUNAN BBM MENYEBABKAN KELANGKAAN

  • 1. KELANGKAAN BBM DIKARENAKAN PENIMBUNAN DAN PERMAINAN POLITIK Disusun Guna Memenuhi Tugas Hukum dan Politik Oleh : DELA ASFARINA C. 8111412264 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua orang mengetahui sikap pemerintah dalam menetapkan kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Kenaikan ini terjadi karena pemerintah tak mampu lagi memberikan subsidi pada BBM. Pemerintah telah mempertimbangkannya, yaitu bersamaan dengan naiknya harga minyak mentah dunia di pasaran Internasional. Sebelum diputuskan, rencana pemerintah menaikan harga BBM ini menimbulkan banyak persoalan. Banyak rakyat kelas menengah ke bawah mungkin merasa tercekik dengan kondisi yang sedemikian rupa. Ini logis, sebab kenaikan harga BBM juga akan memicu kenaikan harga sembako dan harga-harga lainnya. Masyarakat kelas kecil semakin tersudutkan. Selain itu dampak lainnya adalah permintaan BBM melonjak naik. Hal ini diduga banyaknya aksi sejumlah warga melakukan spekulasi untuk meraup keuntungan besar dengan cara menimbun BBM dan dijual pada saat harga sudah naik. Tindakan ini bertujuan untuk meraup laba dengan jumlah besar, karena ia membeli dengan harga yang belum dinaikkan, jauh di bawah harga penjualan nantinya kalau suda dinaikkan. BBM yang ditimbun pun tak sedikit jumlanya. Aksi ini juga membuat permintaan BBM di SPBU bertambah, dan dikhawatirkan terjadi kelangkaan. Kabar berita kenaikan harga saja sudah menyulitkan, apalagi dengan penimbunan oleh spekulan-spekulan itu. Kalau kita amati seksama, penimbunan BBM bukan hanya merupakan kasus biasa. Di dalam tindakan tersebut, telah terjadi adanya pelanggaran nilai- nilai luhur ideologi bangsa, yaitu pancasila. Kalau kita amati seksama, penimbunan BBM bukan hanya merupakan kasus biasa. Didalam tindakan tersebut, telah terjadi adanya pelanggaran nilai- nilai luhur ideologi bangsa yaitu pancasila, hakekat negara dengan penimbunan BBM, pengaruh wilayah dan institusi terhadap pengontrolan distribusi BBM, dan pelanggaran mengenai hubungan dan batasan hak dan kewajiban warga negara 1.2 Perumusan Masalah  Bagaimana pengaruh wilayah dan institusi terhadap pengontrolan disribusi BBM?  Bagaimana hubungan batasan hak dan kewajiban warga negara dengan penimbunan BBM?  Bagaimana hak dan kewajiban negara yang seharusnya diterapkan terkait dengan penimbunan BBM?
  • 3. 1.3 Hipotesis Kurangnya penerapan dan pemahaman mengenai Pancasila, negara dan pemerintah Indonesia serta kewarganegaraan menyebabkan terjadinya penimbunan BBM 1.4 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari makalah penulis yang berjudul “Penimbunan BBM”  Memberikan informasi mengenai faktor- faktor apa saja yang menyebabkan masalah BBM terjadi di Indonesia.  Memberikan informasi mengenai hubungan hakekat negara dengan penimbunan `BBM.  Memberikan informasi mengenai pengaruh wilayah dan institusi terhadap pengontrolan distribusi BBM.  Memberikan informasi mengenai hubungan batasan dan kewajiban warga negara dengan penimbunan BBM.  Memberikan informasi mengenai hak dan kewaj iban negara yang seharusnya diterapkan terkait dengan penimbunan BBM. 1.5 Metode Penulisan Dalam makalah penulis yang berjudul “Penimbunan BBM” ini penulis menggunakan metode analisis studi literatur
  • 4. BAB II LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2.1 Pancasila Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pancasila juga merupakan ideologi dan identitas negara Indonesia. Sebagai dasar dan ideologi negara, Pancasila dapat dilihat setidaknya dari tiga aspek: (1) aspek filosofis, (2) aspek yuridis, dan (3) aspek politis. Secara filosofis, Pancasila merupakan dasar keyakinan masyarkat Indonesia yang dicita-citakan. Secara yuridis, Pancasila merupakan dasar dan tujuan setiap hukum di Indonesia. Secara politis, Pancasila dapat dipandang sebagai kesepakatan luhur yang mengikat seluruh bangsa Indonesia menjadi kesatuan. Sebagai ideologi, artinya Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila dari segi pandangan hidup merupakan jiwa bangsa Indonesia. Isi Pancasila mencerminkan apa yang menjadi jiwa bangsa dan kepribadian bangsa Indonesia. Dalam Pancasila, tercakup nilai-nilai kehidupan bernegara. Berikut adalah sila-sila Pancasila: 1. Ketuhanan yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Sebagai dasar negara, mengubah bahkan menolak Pancasila sama saja seperti kehilangan identitas diri sebab Pancasila juga merupakan landasan visi dan misi pembangunan Indonesia. Meski demikian, Pancasila tidak boleh dipandang sebagai suatu hal yang kaku. Pancasila merupakan ideologi terbuka yang berarti Pancasila merorientasi ke depan dan mampu menghadapi perubahan dengan luwes dan fleskibel. Hal ini berarti Pancasila mampu menyesuaikan diri dengan zaman. Oleh karena itu, Pancasila dapat dijadikan acuan negara Indonesia.
  • 5. Bersama UUD 1945, Pancasila adalah salah satu pemersatu bangsa Indonesia yang heterogen. Melihat betapa pentingnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, keberadaannya harus dipertahankan dan kelima silanya harus diamalkan bukan hanya menghafalkan Pancasila agar keberlangsungan dan keutuhan bangsa dan negara tetap terjaga. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa itu mempunyai kebudayaan sendiri yang berbeda dengan suku bangsa lainnya, baik dalam bahasa, adat istiadat, cara hidup, dan sebaginya. Oleh karena itu, Indoensia merpuakan bangsa yang majemuk dengan berbagai suku bangsa yang membentuk menjadi satu kesatuan yaitu bangsa Indonesia. Konsekuensi dari pluralitas masyarakat Indonesia adalah kemungkinan terjadinya konflik karena kemungkinan terdapat perbedaan dalam cara pandang tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan Pancasila sebagai pemersatu bangsa yang mengatur kehidupan bernegara rakyat Indonesia. Pada era globalisasi masa kini, rakyat Indonesia mudah melupakan budaya sendiri dan meniru gaya hidup negara lain. Kita juga sering mendengar peristiwa pertikaian antara satu suku bangsa dengan suku bangsa yang lain, atau satu golongan dengan golongan yang lain. Masalah-masalah ini berkaitan dengan rasa kebangsaan rakyat Indonesia yang juga berhubungan dengan jati diri bangsa. Kebanggaan menjadi bangsa Indonesia dan persatuan bangsa Indonesia perlu terus diupayakan sehingga jati diri bangsa Indonesia mengarah pada nilai-nilai yang menunjukkan diri kita sejatinya bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu mengikat bangsa Indonesia menjadi suatu kesatuan, seperti yang terumuskan dalam Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, acuan bagi jati diri bangsa Indonesia sebagai ideologi dan dasar dalam bernegara adalah Pancasila dan UUD 1945, yang harus dilaksanakan secara benar dan konsisten. 2.2 Hakikat Negara Bangsa terbentuk karena semakin bertambahnya banyaknya manusia yang bersatu karena suatu persamaan. Kemudian bangsa tersebut membentuk wadah organisasi yang disebut negara (state) yang akan melindungi diri dan tempat tinggalnya. Dalam pengertian ini, negara meliputi wilayah, rakyat, dan pemerintah yang bersifat konstitutif sesuai Konvensi Montevideo.
  • 6. Wilayah adalah merupakan wilayah yang telah dinyatakan sebagai milik negara dan batas-batasnya ditentukan dalam perjanjian internasional. Rakyat adalah semua orang yang mendiami wilayah tersebut tunduk pada peraturan negara tersebut. Pemerintah adalah pemerintah yang berhak mengatur dan berwenang merumuskan serta melaksanakan peraturan perundang-undangan yang mengikat rakyatnya. Selain ketiga syarat tersebut, ditambahkan pula adanya pengakuan dari negara lain (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2001: 36) dan tujuan negara yang tertulis dalam kontitusi. Negara tidak terlepas dari konsep kedaulatan, yaitu konsep mengenai kekuasaan tertinggi suatu negara. Kedaulatan pada prinsipnya dipegang oleh seseseorang, sekelompok orang, suatu badan, atau sekelompok badan yang melakukan legislasi dan administrasi fungsi-fungsi pemerintahan. Dalam ilmu hukum, terdapat lima teori kedaulatan, yaitu (1) kedaulatan Tuhan, (2) kedaulatan raja, (3) kedaulatan negara, (4) kedaulatan hukum, dan (5) kedaulatan rakyat. Indonesia menganut kedaulatan rakyat sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Konsep kedaulatan rakyat adalah prinsip dasar dari yang selanjutnya dikenal sebagai konsep demokrasi. Dapat disimpulkan bahwa negara adalah merupakan suatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Negara bersifat memaksa, monopoli, dan mencakup semua. Negara bersifat memaksa berarti negara mempunyai kekuatan fisik secara legal, misalnya polisi atau tentara, dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku diharapkan ditaati sehingga keamanan dan ketertiban negara tercapai. Negara bersifat monopoli berarti negara menetapkan tujuan bersama masyarakat, menentukan mana yang boleh dan tidak boleh karena dianggap bertentangan dengan tujuan negara dan masyarakat. Negara bersifat mencakup semua berarti segala peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Dibutuhkan ideologi dan konstitusi negara agar kehidupan berbangsa dan bernegara berjalan lancar. Ideologi bangsa digali dari budaya bangsa tersebut. Menurut Kaelan, makna ideologi bagi negara adalah (1) mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa, dan negara serta membentuk cita-cita, (2) sumber motivasi bangsa, dan (3) terbuka, reformatif, dan dinamis. Sementara itu, konstitusi adalah aturan dasar pembentukan negara yang berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah sehingga penyelenggara kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Indonesia telah melalui tujuh periode dalam pelaksanaan UUD di Indonesia. 1. Periode UUD 1945 (1945 – 1949) 2. Periode Konstitusi RIS (1949 – 1950) 3. Periode UUDS (1950 – 1959)
  • 7. 4. Kembali ke UUD 1945 (1959 – 1966) 5. Periode UUD 1945 Masa Orde Baru (1966- 1998) 6. Periode UUD 1945 Pasca Order Baru (21 Mei 1998 – 19 Oktober 1998) 7. Periode UUD 1945 yang Diamandemen (1998 – sekarang [Reformasi]) 2.3 Negara dalam Arti Wilayah dan Institusi/Organisasi  Negara dalam Arti Wilayah Negara dalam arti wilayah dapat dibedakan atas (1) negara daratan yang berbatasan dengan daratan negara tetangga dan (2) negara yang berbatasan dengan laut. Negara yang berbatasan dengan latu dibedakan lagi menjadi tiga: (a) negara pantai, (b) negara pulau, dan (c) negara kepulauan. Merujuk pada Pasal 46 UNCLOS 1982, Negara Kepulauan adalah suatu negara yang terdiri atas satu kepulauan atau lebih yang dapat mencakup-cakup pulau-pulau lainnya. Istilah “kepulauan” dapat diartikan sebagai gugusan pulau. Ciri khas negara Indonesia adalah bahwa Indonesia (1) merupakan negara kepulauan, (2) berada di antara dua samudera, yaitu Samudera India dan Samudera Pasifik dan berada di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia, serta (3) berada di bwah lintasan Geostationary Satelite Orbit (GSO) sepanjang 12,8% GSO bumi.  Negara dalam Arti Institusi/Organisasi Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan yang kekuasaan utamanya berada di tangan Pemerintah Pusat. Negara Indonesia menganut asas kedaulatan rakyat seperti yang tertera pada sila keempat Pancasila. Akan tetapi, makna “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” adalah bahwa demokrasi Pancasila berbeda dari demokrasi Barat yang berwatak individualistik dan juga berbeda dari demokrasi sosialis yang lebih mengutamakan golongan daripada individu. Bangsa Indonesia lebih mengutamakan keserasian hidup sehingga lebih memilih bermusyawarah untuk mufakat dalam setiap penyelesaian masalah. Sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem pemerintahan presidensial dengan pemisahan kekuasaan negara (separation of power) menjadi tiga bagian seperti doktrin Trias Politica oleh Montesquieu. Doktrin ini membagi kekuasaan negara menjadi tiga bagian, yaitu kekuasaan legislatif (membuat undang-undang), kekuasaan eksekutif (melaksanakan undang-
  • 8. undang), dan kekuasaan yudikatif (mengawasi undang-undang). DPR dan DPD berfungsi sebagai badan legislatif, pemerintah adalah badan eksekutif, dan Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, serta Komisi Yudisial berfungsi sebagai badan yudikatif.  Hak Warga Negara dan Batasan-batasan terhadap Hak dan Kebebasan Warga Negara Hak asasi manusia (HAM) pada dasarnya melekat pada individu bahkan sejak dia belum dilahirkan. HAM melekat pada manusia dan bukan diberikan oleh masyarakat sehingga hak ini tidak dapat dihilangkan atau dinyatakan tidak berlaku oleh negara. Hak-hak asasi manusia dapat dibagi atas hak mempertahankan diri, hak kemerdekaan, hak persamaan pendapat, hak untuk dihargai, dan hak bergaul bersama manusia. Hak warga negara Indonesia dilindungi oleh UUD 1945. Hak warga negara dapat dikelompokkan dalam tiga kategori: (1) keamanan, (2) kesetaraan, dan (3) kemerdekaan. Dalam Pembukaan UUD dikatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Ini berarti negara menjamin keamanan dan keselamatan warga negara. Bila ditinjau lebih jauh, aktivitas politik yang dilakukan tiap warga negara juga merupakan saana untuk memenuhi hak-haknya. Berikut adalah hak-hak yang berkaitan dengan aktivitas politk: hak untuk mengeluarkan pendapat dan mendapat informasi, hak berserikat, hak untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing, hak untuk memilih dalam pemilu, hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Pemenuhan hak-hak warga negara tidak berarti warga negara dapat melaksanakan haknya tanpa batasan. Dalam kehidupan sehari-hari, kebebasan manusia juga memiliki batasan-batasan karena sebagai warga negara, seorang indivud juga berhadapan dengan hak orang lain dan hak masyarkaat. Jika haknya tidak dibatasi, seorang individu dapat melanggar hak orang lain. Maka negara berwenang menetapkan peraturan yang membatasi hak warga negara. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan dan keselamatan seluruh warga negara dan ketertiban masyarakat secara umum. Dengan kesadaran bahwa orang lain dan masyarakat juga memiliki hak-hak yang harus dipenuhi, tiap warga negara diharapkan menyadari bahwa untuk memenuhi hak-haknya, dia juga wajib menghargai hak-hak orang lain.
  • 9.  Kewajiban Warga Negara Seiring dengan hak warga negara, warga negara juga mempunyai kewajiban warga negara agar kegiatan berbangsa dan bernegara berjalan dengan baik. Kewajiban warga negara meliputi (1) mematuhi hukum dan pemerintahan, (2) membela negara, (3) membayar pajak, (4) mengikuti pendidikan dasar/wajib sekolah, dan (5) menghormati hak asasi orang lain. 2.5 Kewajiban dan Hak Negara Kewajiban negara tercantum pada alinea keempat Alinea ke-4 yaitu (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) dan untuk memajukan kesejahteraan umum, (3) mencerdaskan kehidupan bangsa, (4) dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara juga berkewajiban menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan Pancasila. Agar keempat tujuan tersebut tercapai, negara memiliki wewenang untuk membuat kebijakan-kebijakan agar keempat tujuan negara tersebut terlaksana. Sementara itu, warga negara wajib memenuhi hak negara yaitu, mempertahankan kemerdekaan negara, memnayar pajak, mematuhi hukum, bela negara, dan lain-lain. Dengan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban warga negara serta hak dan kewajiban negara, tujuan negara akan tercapai dan hak-hak warga negara akan terpenuhi pula.
  • 10. BAB III PEMBAHASAN DATA 3.1 Terungkap 29 Kasus Penimbunan BBM Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak, khususnya premium, banyak dimanfaatkan sekelompok masyarakat untuk berbuat curang. Indikasi bakal adanya kecurangan tersebut diantisipasi oleh jajaran Polda Jabar melalui Operasi Dian Lodaya 2013. Hanya dalam sepuluh hari, mulai 20-29 April, Polda Jabar dan jajarannya berhasil mengungkap 29 kasus penimbunan BBM. Dari 29 kasus yang berhasil diungkap, Polda Jabar mengamankan 33 tersangka dengan barang bukti kejahatan sebanyak 21.319 liter (21,3 ton) BBM. Adapun barang bukti yang disita terdiri dari 15.974 liter (solar), 1.915 liter premium, dan 3.520 liter minyak tanah. Selain BBM, polisi juga mengamankan sejumlah tabung gas elpiji. Para tersangka, akan dijerat Pasal 53 huruf c dan d dan atau pasal 55 Undang- Undang No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, dengan ancaman hukuman maksimal enam tahun penjara dan denda maksimal Rp 60 Miliar. 3.2 Menjawab Persoalan Distribusi BBM Indonesia Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas mensosialisasikan penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi untuk jenis tertentu di sektor transportasi laut. BPH Migas terus meningkatkan sosialisasi penyaluran BBM bersubsidi untuk jenis tertentu khususnya transportasi laut kepada para pihak termasuk di Bengkulu. Pihak BPH Migas mengatakan, sosialisasi tersebut juga bertujuan meningkatkan pengawasan pendistribusian jenis bahan bakar tertentu khususnya transportasi laut yang rawan penyelewengan. Para pihak yang dilibatkan antara lain Administrator Pelabuhan Baai, Kantor Pelabuhan Malakoni Pulau Enggano, lembaga penyalur, PT Pertamina, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika provinsi dan kabupaten/kota. Menurutnya, mekanisme subsidi BBM jenis tertentu merupakan pengeluaran negara yang dihitung dari selisih kurang antara harga eceran per liter jenis BBM tertentu.Penyediaan kuota BBM bersubsidi untuk industri tra nsportasi laut disesuaikan dengan trayek dan jumlah penggunanya dan diutamakan untuk kapal penumpang, pelayaran rakyat, dan kapal beroperasi secara tetap, katanya.nSebelumnya,
  • 11. sosialisasi serupa sudah digelar di empat provinsi lainnya di wilayah II yaitu Sumatra Selatan, Jambi, Lampung, dan Bangka Belitung. Konsultan Mitra BPH Migas Abdul Gofur mengatakan, penyelewengan bahan bakar minyak bersubsidi untuk transportasi laut masih tinggi sehingga penyalurannya perlu diawasi dengan ketat. Temuan Badan Pemeriksa Keuangan pada 2008 diketahui bahwa penyelewengan bahan bakar minyak terbesar terjadi pada sektor transportasi laut. Penyelewengan yang tinggi mencapai 63 persen sehingga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak tepat sasarann. Dijelaskan, pendistribusian jenis BBM tertentu premium dan solar, yang masih menggunakan sistem terbuka membuka peluang terjadi penyaluran yang tidak tepat sasaran dan tepat volume. Dampaknya jumlah yang didistribusikan belum menggambarkan kebutuhan yang nyata dari konsumsi transportasi laut. Sistem pengawasan distribusi bahan bakar minyak (BBM) subsidi oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dinilai sangat lemah dan tidak komprehensif. Akibatnya, realisasi pendistribusian BBM subsidi melebihi kuota dan tidak pada tempatnya, sehingga sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di berbagai daerah kekurangan stok BBM seperti yang terjadi belakangan ini. Pengamat Migas yang juga Direktur Pusat Study Kebijkan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria mengatakan, seharusnya BPH Migas mampu menerapkan sistem dan mekanisme pengawasan dalam menghapus segala bentuk penyelewengan distribusi BBM subsidi di samping menekan kebijkan lonjakan konsumsi BBM subsidi yang trendnya terus meningkat. 3.3 Pemerintah dan Para Oknum Penimbun BBM Kenaikan BBM kala ini terjadi karena pemerintah tak mampu lagi memberikan subsidi pada BBM. Pemerintah telah mempertimbangkannya, yaitu bersamaan dengan naiknya harga minyak mentah dunia di pasaran Internasional. Sebelum diputuskan, rencana pemer intah menaikan harga BBM ini menimbulkan banyak persoalan. Banyak rakyat kelas menengah ke bawah mungkin merasa tercekik dengan kondisi yang serupa. Ini logis, sebab kenaikan harga BBM juga akan memicu kenaikan harga sembako dan harga-harga lainnya. Selain itu dampak lainnya adalah penimbunan BBM melonjak naik. Hal ini diduga banyaknya aksi sejumlah warga yang melakukan spekulasi untuk meraup keuntungan besar dengan cara menimbun BBM dan dijual pada saat harga sudah naik. Tindakan ini bertujuan untuk meraup laba dengan jumlah besar,
  • 12. karena ia membeli dengan harga yang belum dinaikan, jauh di bawah harga penjualan nantinya kalau sudah dinaikkan. Sikap pemerintah untuk menindak para penimbun BBM sudah cukup tegas. Hal ini dapat dikatakan demikian karena pemerintah telah menetapkan Undang–Undang (UU) Minyak dan Gas Bumi nomor : 22 tahun 2001 pasal 55 yang berbunyi, setiap orang yang menyalahgunakan pengangkutan dan atau niaga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disubsidi pemerintah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling tinggi 60 miliar rupiah. Dengan dasar hukum ini tinggal pemerintah melakukan tindakan penangkapan yang didasarkan pada Surat Keputusan (SK) Bupati. Agar pihak Satuan Polisi Pamong Praja (sat-Pol PP) bersama pihak Kepolisian melakukan Sidak. Namun seperti pepatah mengatakan, keputusan dibuat untuk dilanggar. Ada-ada saja tindakan para oknum untuk menimbun BBM, mulai dari menggelapkannya terang-terangngan hingga melakukan berbagai cara dalam menimbun BBM demi meraup keuntungan besar. Pemerintah pun tidak tinggal diam mengenai hal ini, tim intelejen pun dibentuk untuk mengawasi dan melakukan sidak terhadap para oknum. Namun sebelum sidak dilakukan, rahasia sidak pun terbongakar sehingga para oknum melarikan diri dan menyebabkan aparat kesulitan dalam menangkap mereka. Banyak spekulasi yang mucul di masyarakat mengenai tindak sidak para oknum penimbun BBM yang seharusnya dirahasikan namun dengan cepat terbongkar. Setelah dilakukan penyelidikan oleh beberapa pihak, hasilnya sungguh sangat mengecewakan. Alasan mengapa cepatnya rahasia sidak yang terbongkar adalah karena adanya orang dalam dari pemerintah sendiri yang “menjual” informasi sidak kepada para oknum. Hal ini mengindikasikan adanya tidak pidana “korupsi informasi” yang dilakukan oleh orang dalam dari pemerintah yang tidak bertanggung jawab. Hal ini sungguh sangat disayangkan mengingat peraturan dibuat oleh pemerintah namun dalam pelaksanaannya peraturan tersebut dilanggar pertama kali oleh oknum orang dalam dari pemerintah sendiri yang tidak bertanggung jawab. Batasan hak dan kewajiban warga negara terhadap penimbunan BBM Batasan-batasan terhadap kebebasan warga negara dapat dilihat bahwa hak warga negara bukanlah tak terbatas, karena hak warga negara, sebagai seorang individu, harus berhadapan dengan hak orang lain dan hak masyarakat. Pihak negara (pemerintah) dapat menetapkan UU
  • 13. atau peraturan-peraturan yang membatasi hak-hak warga negara. Hal itu dilakukan untuk menjaga keamanan dan keselamatan warga negara dan ketertiban masyarakat secara umum. Dengan kesadaran bahwa orang lain dan masyarakat juga memiliki hak-hak yang harus dipenuhi, maka tiap warga negara diharapkan menyadari bahwa untuk memenuhi hak-haknya secara penuh ia pun wajib menghargai hak-hak orang lain pula. Melihat pembahasan di atas, secara keseluruhan kita memperoleh kesimpulan bahwa kebebasan warga negara bukan berarti bahwa mereka bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan. Namun kebebasan tersebut ada batasnya. Batasnya tidak lain adalah kebebasan dan hak orang lain. Dalam kasus ini penimbun BBM melanggar batasan kebebasan masyarakat untuk memperoleh haknya karena dengan penimbunan BBM ini masyarakat dirugikan. Hak dan kewajiban negara yang seharusnya diterapkan terkait dengan penimbunan BBM Hak dan kewajiban negara Indonesia diatur dalam UUD 1945 alinea ke-4. Mengawasi dan mengatur penyaluran bahan bakar minyak (BBM) secara adil bagi seluruh rakyatnya juga termasuk kewajiban negara sesuai dengan sila ke-2 dan ke-5 yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hak memperoleh BBM dengan harga yang adil. Apabila negara membiarkan penimbun BBM tidak resmi beraksi, sejumlah warga negara dirugikan karena mereka tidak dapat memperoleh BBM dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dengan harga umum yang dipasarkan negara, yaitu Rp4500,-. Jika mereka terpaksa harus membeli dari penimbun tidak resmi, mereka harus membayar lebih mahal dan akibatnya, mereka memberi keuntungan besar hanya didapat sepihak oleh para penimbun tidak resmi. Padahal seharusnya seluruh rakyat Indonesia dapat membeli BBM, yang disubsidi pemerintah, dengan harga yang sama karena negara yang menanggung sebagian biayanya. Sementara itu, negara juga dirugikan kare na tujuan negara memberi subsidi BBM untuk meringankan beban ekonomi rakyat miskin tidak tercapai. Malahan penimbun tidak resmi yang mendapat keuntungannya. Negara mengatur hal mengenai penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. Yang termasuk BBM tertentu adalah minyak tanah, bensin RON 88, dan minyak solar. Pada Perpres ini, dinyatakan bahwa terminal BBM/Depot/Penyalur adalah tempat penimbunan yang dimiliki atau dikuasai PT Pertamina atau badan usaha lain yang mendapat penugasan khusus. Pada Pasal 7 Ayat 1, tertulis bahwa badan usaha dan/atau
  • 14. masyarakat dilarang melakukan penimbunan dan/atau penyimpanan serta penggunaan jenis BBM tertentu yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaku penimbunan akan diberi sanksi sesuai undang-undang. Negara memiliki hak menghukum para pelaku penimbunan BBM tidak resmi dengan tegas agar mereka jera dan orang lain tidak mau mengikuti tindakan mereka. Selain itu, negara juga seharusnya lebih ketat dalam mengawasi penyaluran BBM sehingga penimbunan BBM tidak resmi dapat dicegah. Sebaiknya negara juga mengajarkan pendidikan berdasarkan Pancasila pada rakyatnya sehingga mereka menjadi manusia yang beradab dan berkarakter sehingga mereka tidak mau melakukan tindakan tercela seperti menimbun BBM ilegal. Dengan demikian, negara melaksanakan kewajibannya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila. Lengahnya pemerintah terhadap penimbun BBM Hampir semua orang mengetahui kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Kenaikan ini terjadi karena pemerintah tak mampu lagi memberikan subsidi pada BBM. Pemerintah telah mempertimbangkannya, yaitu bersamaan dengan naiknya harga minyak mentah dunia di pasaran Internasional. Sebelum diputuskan, rencana pemerintah menaikan harga BBM ini menimbulkan banyak persoalan. Banyak rakyat kelas menengah ke bawah mungkin merasa tercekik dengan kondisi yang serupa. Ini logis, sebab kenaikan harga BBM juga akan memicu kenaikan harga sembako dan harga-harga lainnya. Selain itu dampak lainnya adalah penimbunan BBM melonjak naik. Hal ini diduga banyaknya aksi sejumlah warga yang melakukan spekulasi untuk meraup keuntungan besar dengan cara menimbun BBM dan dijual pada saat harga sudah naik. Tindakan ini bertujuan untuk meraup laba dengan jumlah besar, karena ia membeli dengan harga yang belum dinaikan, jauh di bawah harga penjualan nantinya kalau sudah dinaikkan. Sikap pemerintah untuk menindak para penimbun BBM sudah cukup tegas. Hal ini dapat dikatakan demikian karena pemerintah telah menetapkan Undang–Undang (UU) Minyak dan Gas Bumi nomor : 22 tahun 2001 pasal 55 yang berbunyi, setiap orang yang menyalahgunakan pengangkutan dan atau niaga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disubsidi pemerintah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling tinggi 60 miliar rupiah. Dengan dasar hukum ini tinggal pemerintah melakukan tindakan penangkapan yang didasarkan pada
  • 15. Surat Keputusan (SK) Bupati. Agar pihak Satuan Polisi Pamong Praja (sat-Pol PP) bersama pihak Kepolisian melakukan Sidak. Namun seperti pepatah mengatakan, keputusan dibuat untuk dilanggar. Ada-ada saja tindakan para oknum untuk menimbun BBM, mulai dari menggelapkannya terang-terangngan hingga melakukan berbagai cara dalam menimbun BBM demi meraup keuntungan besar. Pemerintah pun tidak tinggal diam mengenai hal ini, tim intelejen pun dibentuk untuk mengawasi dan melakukan sidak terhadap para oknum. Namun sebelum sidak dilakukan, rahasia sidak pun terbongakar sehingga para oknum melarikan diri dan menyebabkan aparat kesulitan dalam menangkap mereka. Banyak spekulasi yang mucul di masyarakat mengenai tindak sidak para oknum penimbun BBM yang seharusnya dirahasikan namun dengan cepat terbongkar. Setelah dilakukan penyelidikan oleh beberapa pihak, hasilnya sungguh sangat mengecewakan. Alasan mengapa cepatnya rahasia sidak yang terbongkar adalah karena adanya orang dalam dari pemerintah sendiri yang “menjual” informasi sidak kepada para oknum. Hal ini mengindikasikan adanya tidak pidana “korupsi informasi” yang dilakukan oleh orang dalam dari pemerintah yang tidak bertanggung jawab. Hal ini sungguh sangat disayangkan mengingat peraturan dibuat oleh pemerintah namun dalam pelaksanaannya peraturan tersebut dilanggar pertama kali oleh oknum orang dalam dari pemerintah sendiri yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, sikap pemerintah terdahulu yang tidak konsisten terhadap kenaikan BBM juga menjadi polemik di masyarakat. Hal ini menyebabkan kelangkaan BBM di berbagai daerah akibat dari permainan pihak-pihak tertentu. Penimbunan BBM bersubsidi sudah dilakukan oleh para oknum penimbun BBM sebelum rencana kenaikan harga BBM ditetapkan, dan nantinya setelah harga BBM bersubsudi dinaikkan, barulah para oknum menjualnya dengan harga yang mahal sehingga mereka mendpatkan keuntungan yang tidak sepantasnya.
  • 16. BAB IV PENUTUP  KESIMPULAN Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dampak kenaikan BBM disebabkan oleh marakanya oknum penimbun BBM di masyarakat. Maraknya penimbunan BBM di daerah-daerah juga menyebabkan kelangkaan BBM bersubsidi. Masalah ini sesungguhnya tidak lepas dari campur tangan pemerintah yang menyebabkan polemik di masyarakat. Hal ini dapat dikatakan demikian karena sikap pemerintah yang tidak konsisten terhadap menerapkan peraturan dalam menaikkan harga BBM. Oknum orang dalam dari pemerintah yang membocorkan rahasia sidak kepada para penimbun juga merupakan salah satu penyebab masalah penimbunan BBM tidak dapat diatasi dengan tuntas.  SARAN Pemerintah seharusnya dalam perencanaan dan program untuk subsidi BBM dan sebagainya lebih dimatangkan agar mempersempit ruang gerak permainan politik. Pemerintah pula harusnya memberikan sanksi lebih tegas terhadap penimbun BBM karena memberikan kerugian besar bagi negara.  DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.jurnalparlemen.com/view/8185/ketua-dpr-minta-pt-pertamina-tanggung-jawab- atas-kelangkaan-bbm.html 2. http://www.jurnalbandung.com/category/politik-pemerintahan/page/5/ 3. http://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2012/03/09/tni-back-up-penanganan-demo-kenaikan- bbm/ 4. www.academia.edu 5. Rama, dkk. 2007. Menghasilkan Biodiesel Murah Mengatasi Polusi & Kelangkaan BBM. Jakarta : PT ArgoMedia Pustaka. 6. Rahman,ahmad.2007 Sistem politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu Undang-undang No12 Tahun 2003 7. Tatang H. Soerawidjaya, Tirto P. Brodjonegoro, dan Iman K. Reksowardojo. 2005. Prospek, Status, dan Tantangan Penegakan Industri Biodiesel di Indonesia. Bandung:ITB. 8. Bambang. 2006. Biodiesel Sumber Energi Alternatif Pengganti Solar Yang Terbuat Dari Ekstraksi Minyak Jarak Pagar. Surabaya : Trubus Agrisarana.