2. Al-Qur’an telah mengajarkan tentang cinta
beserta rumusan dan kaidahnya.
Cinta yang mengantarkan kepada
keimanan,
menelusuri nilai-nilai ketauhidan,
menyingkap tabir-tabir hikmah penciptaan,
melahirkan ketawadhuan dan,
cinta yang mengenalkan kepada Allah
SWT, Dzat yang bertumpu muara cinta.
3. Berbagai definisi CiNtA
kebergantungan hati kepada sesuatu sehingga
menyebabkan kenyamanan dihati saat berada didekatnya
atau perasaan gelisah saat berada dari jauh darinya.
pada saat berhadapan dengan Yang Kudus, manusia
akan mengalami perasaan disatu pihak menggetarkan
sedangkan dipihak lain mempesonakan.
Yang Kudus dialami sebagai hal yang menawan, memikat,
menyenangkan hati, menarik dan membuat bahagia
manusia.
Cinta sejati bermula dari hati. Jika hati bersih buah cinta pun
akan berbunga surga, namun jika kotor akan membawa
petaka sebagaimana QS Al-Baqarah:216.
4. 17 Dilalah Cinta, Cinta adalah…
Kejujuran
Kasih sayang
Kehormatan
Proporsional
Manifestasi ketawakalan
Wujud kesabaran
Suci
Taubat
Dermawan
Keimanan
Tidak pernah angkuh
Tidak pernah berkhianat
Pengorbanan
Surga
Dzikir
Selalu menyapa
Ibadah dan pengabdian.
6. Cinta Kepada Allah
• Merupakan puncak cinta yang ada pada
manusia , paling luhur, suci, bersifat spiritual dan
kerinduan hebat untuk mendekatkan diri
kepadaNya.
• Melampaui cinta kepada siapapun, baik kepada
dirinya sendiri, anak-anak, istri, ibu,
bapak,keluarga dan harta.
• Cinta yang dapat mewujudkan sebesar-
besarnya kebahagiaan, kegembiraan,
kesenangan, keamanan dan ketentraman dunia
dan akhirat.
7. • “…Tidak ada sesuatu yang lebih Aku cintai
yang bisa mendekatkan hambaKu dengan-
Ku lebih dari melakukan kewajiban yang
Aku perintahkan kepadanya. Dan
senantiasa mendekati-Ku dengan
melaksanakan ibadah-ibadah sunah
sampai Aku mencintainya. Dan
barangsiapa yang telah Aku cintai, maka
Aku akan mendengar, melihat, menolong
dan mendukungnya.” (HR.Anas bin Malik.)
8. Cinta Tuhan, merupakan aktualisasi dari struktur qalbu yaitu cinta
yang mendapatkan cahaya ketuhanan (al-nur al-ilahi).
Cinta Tuhan ini dapat menjadi pemandu bagi cinta insani (relasi linier-
koheren).
Yaitu, aktualisasi cinta persaudaraan, keibuan, erotik dan diri sendiri
merupakan aktualisasi dari cinta pada Tuhan. Cinta ini berpusat pada
Tuhan.
Tuhan adalah Pencinta, Zat yang Dicintai, dan Zat yang menanamkan
cinta pada hambaNya.
Karena percikan cintaNya, maka tumbuh dan berkembang pula cinta
yang lain.
Q.S Al-Maidah ayat 54: “..maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.”
9. Cinta yang paling bermanfaat, paling
tinggi,mulia,agung.
Merupakan rahasia kalimat Laa Ilaha
illallah. yaitu, disembah oleh hati dengan
cinta,pengagungan,penghinaan
diri,ketundukan dan penyembahan.
QS Al-A’araaf ayat 172: sebuah dialog
cinta antara Allah SWT dengan ruh
manusia.
10. Langkah dalam menumbuhkan
cinta kepada Allah yang dapat
mengalahkan cinta kepada yang
lain:
• Muraqabatullah (merasa diawasi Allah)
dan berdzikir.
• Menjaga diri secara maksimal untuk
menjauhi makanan haram.
11. Buah cinta manusia kepada Allah adalah
kasih sayang kepada orang-orang yang
dekat dengan-Nya dengan penuh
penghambaan. Merasa ringan ketika
berzikir kepada Allah menyebabkan
merasakan kenikmatan saat menyindiri,
terutama pada sepertiga malam akhir.
Kerinduan untuk bermunajat dan zikir
kepada Allah, dapat menggangu tidurnya
dan membangunkannya dari tidur nyenyak.
Pada saat itu, ia tidak merasakan
kenikmatan yang melebihi sikap berdiri di
hadapan Allah, berzikir, bermunajat dan
mengadukan seluruh persoalan yang
dihadapi kepada-Nya
12. Cinta manusia kepada Rabbnya menuntut
adanya kejujuran dan komitmen yang kuat
terhadap Pencipta, melaksanakan perintah-
perintahNya dan menjauhi larangan-
laranganNya
Manusia tidak cukup menggapai ridha Allah
hanya dengan cinta. Namun, cintanya itu harus
diiringi dengan penghambaan yang selalu
menjaga hatinya dalam setiap aktivitas
kehidupan
13. Peran cinta dalam kehidupan manusia itu ada kalanya
mewujudkan keimanan ke dalam perilaku sehari-hari.
Cinta luhur mampu memadamkan api nafsu dan kenikmatan
dunia.
Cinta rabbany, dapat mendekatkan yang jauh dan melunakkan
yang keras, rintangan menjadi kecil, kesulitan menjadi mudah.
Yang menjadikan siapa pun rela melakukan apa pun dengan
segenap jiwa dan raga untuk menggapai Ridha-Nya. Ridha
Allah tidak akan digapai kecuali dengan iman di akal dan cinta
di dalam hati.
14. Cinta kepada diri sendiri
Cinta kepada manusia
Cinta kepada lawan jenis
Cinta kebapakan
Cinta kepada Rasul
15. Cinta kepada diri sendiri
• Secara alamiah ada pada manusia, pun digambarkan
dalam Al-Qur’an.
• QS.Fushilat:49; “manusia tidak jemu memohon kebaikan
dan jika dia ditimpa malapetaka ia menjadi putus asa lagi
putus harapan.”
• Bukti lain yang menggambarkan kecintaan manusia
terhadap dirinya sendiri, ialah bila diberi rahmat maka
bersuka cita, namun bila ditimpa keburukan karena
kesalahan sendiri maka kemudian ingkar. (Asy-Syura:48).
16. Cinta kepada manusia
Termasuk persoalan keimanan ialah
keseimbangan antara kecintaan manusia
kepada dirinya dan kecintaan kepada orang
lain yang akan mewujudkan kemaslahatan
individu dan masyarakat.
Sebagaimana kisah setia kaum anshar dan
muhajirin yang diabadikan Al-Qur’an.
QS.Ali Imran:103, tentang
kecintaan,keharmonisan antar manusia
serta kerja sama, saling setia dan
persahabatan antar sesama manusia.
Hadis Rasulullah:”demi diriku yang ada
dalam genggamanNya. Seorang hamba
belumlah beriman sebelum mencintai
tentangganya atau saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
17. Cinta kepada lawan jenis
Cinta ini yang bertindak melangsungkan
keserasian, keharmonisan dan kerja sama
antar suami dan istri, sebagaimana dalam
QS Ar-Rum:21.
Islam menyeruh agar mengendalikan,
mengontrolnya yang sesuai dengan syariat
(pernikahan).
18. Cinta kebapakan
Merupakan bentuk cinta orang tua kepada
anaknya.
Karena bapak/orang tua merupakan
sumber kesenangan, kegembiraan,
kekuatan, kehormatan bagi anak-anaknya.
Do’a nabi zakariya yang berdoa memohon
kehadiran seorang anak QS Maryam ayat
4-6.
Nabi Nuh dan anaknya
Nabi ya’kub dan nabi yusuf anaknya
Nasihat Luqman.
19. Cinta kepada Rasul
Sebagaimana QS. At-Taubah ayat 24.
ُناَوْخِإَو ْمُكُؤاَنْبَأَو ْمُكُؤاَبآ َانَك ْنِإ ْلُق
ُتَيرِشَعَو ْمُكُجاَوْزَأَو ْمُك
ٌلاَوْمَأَو ْمُك
َداَسَك َن َْوشْخَت ٌةَارَجِتَو اَهوُمُتْفَرَتْاق
َحَأ اَهَن ْوَضْرَت ُنِكاَسَمَو اَه
ْمُكْيَلِإ َّب
َف ِهِليِبَس يِف ٍداَه ِجَو ِهِلوُسَرَو ِ َّ
َّللا َنِم
ُ َّ
َّللا َيِتْأَي ىَّتَح واُصَّبَرَت
ُ َّ
َّللاَو ِه ِ
رْمَأِب
َينِقِساَفْلا َم ْوَقْلا يِدْهَي َ
َل
(
24
)
Seorang mukmin yang benar keimanannya, akan
memikul kecintaan kepada Rasulullah SAW yang
telah bersabar dalam menghadapi segala kesulitan
dalam berdakwah dan berjuang dengan penuh
kepahlawanan dalam menyebarkan Islam ke
seantero dunia, memindahkan manusia dari
kegelapan dan kesesatan menuju cahaya hidayah.
20.
21.
22. PENUTUP
Cinta yang mengantarkan kepada keimanan, menelusuri nilai-nilai
ketauhidan, menyingkap tabir-tabir hikmah penciptaan, melahirkan
ketawadhuan dan cinta yang mengenalkan kepada Allah SWT, Dzat yang
bertumpu muara cinta Adapun cinta dari segala cinta dan merupakan
puncak dari cinta ialah cinta kepada Allah.
Cinta kepada Allah termanifestasikan dalam aktivitas nyata dengan
melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Senantiasa
mengingatNya dalam setiap nafas kehidupan serta konsekuensi adanya
cinta ialah rindu, rindu untuk berjumpa dengan Allah. Dalam hal ini
perjumpaan yang sesungguhnya hanya dapat direalisasikan dengan
kematian. Rasa takut akan kematian akan hilang seiring dengan rasa cinta
dan rindu yang memuncak untuk bertemu dengan Allah SWT.
Sebagaimana panggilan Maha Pecinta kepada manusia dalam Q.S. Al-Fajr
ayat 27-30:” wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang Ridho dan di ridhoiNya. Masuklah ke dalam golongan
hamba-hambaKu. Dan masuklah ke dalam surgaKu. ”
23. Akhirnya, kita Memohon kepada Allah Yang Maha Agung
dan Rabb Arsy yang mulia, agar senantiasa
mendahulukan kecintaan kepadaNya di atas hawa nafsu
serta mengharapkan ridhaNya dan kedekatan
kepadaNya dengan hal tersebut.
24. Daftar Referensi:
• Muhammad Utsman Najati. Psikologi Dalam Al-Qur’an: Terapi
Qur’ani dalam penyembuhan gangguan kejiwaan. Al-Qur’an wa
ilmun nafsi. Penerj: M.Zaka Al-Farisi. Dar Asy-Syuruq, al-
qoohiroh, mesir, 1992. CV Pustaka Setia 2005. Bandung
• Abdul Muta’ali. Tauhid Cinta: untaian cinta dan kisah penuh
makna dalam al-Qur’an;menggapai hakikat cinta yang tenggelam
di lautan hawa nafsu. Purwakarta: Nur El-Syams Publishing. 2008
• Abul Qosim Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairi An-Naisaburi.
Risalah Qusyairiyah; sumber kajian ilmu tasawuf. Penerj: Umar
faruq. Ar-Risalatul Qusyairiyah fi’ilmit Tashawwuf. Jakarta:
Pustaka Amani. 2007
• Abdul Mujib. Kepribadian Dalam Psikologi Islam. Jakarta:2006.
PT Rajagrafindo persada
• Syekh Fattah. Gubahan Pecinta. Penerbit Serambi: 2007. Jakarta.
• Ad-daa’wad Dawaa’. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Penerj:Adni
Kurniawan. Daar Ibnul Jauzi Riyadh, Saudi Arabia. Pustaka Imam
Syafi’i. Jakarta:2009
• Dr.Ramadhan al-buthy. Al-Qur’an kitab cinta. Al-Hubb fil Qur’an
wa Daurul hubb fii hayatil insan. Penerj: bakrun syafi’i. Penerbit
Hikmah. Jakarta:2009.
• Ms. Asfari dan Otto sukatno Cr. Mahabbah Cinta Rabi’ah al-
Adawiyah. Yogyakarta: JEJAK, 2007.