Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan SOPHI.pptx
e7ef7_Geometrik_Jalan_Pada_Terowongan_v.pdf
1. GEOMETRIK JALAN
pada
TEROWONGAN
Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Insfrastruktur Wilayah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DR. Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc.
Puslitbang Jatan dan Jembatan
2. Perencanaan geometrik jalan
• ditetapkan berdasarkan klasifikasi jalan:
– kewenangan
– sistem jaringan jalan
– fungsi
– penyediaan prasarana jalan
– kelas penggunaan jalan
• ditetapkan berdasarkan LHRT rencana dan kelas Jalan
– 2 lajur 2 arah tak terbagi;
– 4 lajur arah tak terbagi;
– 4 lajur 2 arah terbagi; .... dst
• Lebar minimal dan konfigurasinya diatur dalam PTJ.
3. Kelas dan Fungsi Jalan
UU no.22/2009 tentang LLAJ
KELAS
JALAN
FUNGSI
JALAN
DIMENSI KENDARAAN
BERMOTOR
MST
Panjang Lebar Tinggi
(meter) (meter) (Meter) (Ton)
Kelas I
Arteri
Kolektor
≤ 18 ≤ 2,50 ≤ 4.200 10
Kelas II Arteri
Kolektor
Lokal
Lingkungan
≤ 12 ≤ 2,50 ≤ 4.200 8
Kelas III ≤ 9 ≤ 2,10 ≤ 3.500 ≤ 8 *)
Kelas
Khusus
Arteri > 18 > 2,50 ≤ 4.200 >10
Catatan: *) dalam keadaan tertentu, MST dapat lebih kecil dari 8 Ton.
4. Spesifikasi penyediaan prasarana Jalan
PP no.34/2006 tentang Jalan, ps 31, 32
SPPJ
Sifat
Pelayan-
an Jalan
Pengenda-
lian jalan
masuk
Simpang
sebidang
Jumlah dan
lebar lajur
paling sedikit
Ketersedia-
an median
Ketersedi-
aan pagar
Rumija
JBH Penuh
Tidak
ada
2 lajur per
arah,
LLAJUR=3,50m
Dilengkapi Dilengkapi
Jalan Raya
Melayani
LL
menerus
Terbatas
2 lajur per
arah,
LLAJUR=3,50m
Dilengkapi
Jalan Sedang
Melayani
LL jarak
sedang
Tidak
dibatasi
2 lajur 2 arah,
LJALUR=7,0m
Jalan Kecil
Melayani
LL
setempat
2 lajur 2 arah,
LJALUR=5,5m
5. • Volume Lalu Lintas Rencana:
– Volume Lalin untuk desain geometrik jalan :
• Volume LHRT rencana hasil proyeksi
• Volume lalin jam perencanaan (LHRT dikali faktor-k)
• Lebih detail dapat mengacu pada MKJI.
– Volume Lalin untuk desain perkerasan jalan :
Lintasan ekivalen sumbu as tunggal selama umur rencana
Lebih detail di dalam pedoman perencanaan perkerasan.
Volume Lalu lintas
6. Kapasitas
• kemampuan jalan melayani Lalin selama usia
pelayanan dengan tingkat pelayanan RVK≤85%
• Kapasitas harus ditingkatkan pada saat RVK>85%
mencapai kumulatif 100 jam (1,14%) dalam 1 tahun
atau rata-rata 16 menit dalam 1 hari
• Usia pelayanan jalan:
– Arteri & Kolektor paling kecil 10 tahun
– Lokal dan Lingkungan paling kecil 5 tahun
• Konstruksi dapat dilaksanakan secara bertahap
• Tingkat pelayanan dievaluasi setiap 5 tahun
• Cara perhitungan tingkat pelayanan mengacu MKJI
7. Perkiraan Kapasitas (dasar) Jalan
Spesifikasi Penyediaan Prasaran Kapasitas jalan harian,
smp/hari
(dibulatkan)
Tipe Jalan
Lebar lajur
Lebar Bahu jalan
Luar Dalam
m m m Datar Bukit Gunung
Ruas jalan dalam sistem jaringan jalan Primer
2Lajur - 2Arah Tak Terbagi
7,00 1.50 22,000 21,500 20,800
5,50 1.00 17,000 16,300 15,800
4 Lajur - 2 Arah Terbagi 2 x {7,00} 2.00 0.50 61,000 59,800 58,100
6 Lajur - 2 Arah Terbagi 2 x {10,50} 2.00 0.50 82,000 79,900 77,500
8 Lajur - 2 Arah Terbagi 2 x {14,00} 2.00 0.50 110,000 106,600 103,400
Ruas Jalan dalam sistem jaringan jalan Sekunder
2 Lajur - 2 Arah Tak Terbagi
7,00 1.50 27,100
5,50 1.00 19,500
4 Lajur - 2 Arah Terbagi 2 x {7,00} 2.00 0.50 72,900
6 Lajur - 2 Arah Terbagi 2 x {10,50} 2.00 0.50 109,400
8 Lajur - 2 Arah Terbagi 2 x {14,00} 2.00 0.50 145,900
Ruas Jalan BEBAS HAMBATAN
4 Lajur - 2 Arah Terbagi 2 x {7,00} 3.00 1.00 78,000 77,000 73,000
6 Lajur - 2 Arah Terbagi 2 x {10,50} 3.00 1.00 117,000 115,000 110,000
8 Lajur - 2 Arah Terbagi 2 x {14,00} 3.00 1.00 156,000 153,000 146,000
8. Persyaratan geometri jalan
• harus mengikuti kaidah-kaidah geometri jalan yang
berazaskan keselamatan lalu lintas
• Elemen geometri jalan yang meliputi alinemen
horizontal dan vertikal, serta potongan melintang,
diatur oleh ketentuan Persyaratan Teknis Jalan
• Pengecualian terhadap ketentuan tersebut dapat
dilakukan dgn membuktikan bahwa:
– mampu memberikan keselamatan bagi pengguna jalan
– disetujui penyelenggara jalan
9. JALUR LALU LINTAS
• JEMBATAN
• LINTAS ATAS/LINTAS
BAWAH
• JALAN LAYANG
• TEROWONGAN
PENDUKUNG
KONSTRUKSI JALAN
• SALURAN TEPI JALAN
• GORONG-GORONG
• DINDING PENAHAN
TANAH
FASILITAS LALU LINTAS
DAN PENGGUNA
JALAN
• JEMBATAN/
TEROWONGAN
PENYEBERANGAN
PEJALAN KAKI
• PULAU JALAN
• TEMPAT PARKIR
DIBADAN JALAN
• TELUK BIS YANG
DILENGKAPI HALTEU
Bangunan pelengkap jalan
12. Terowongan penyeberangan pejalan kaki
• melintang di bawah permukaan jalan
• untuk pejalan kaki
• Konstruksi harus kuat dan mudah dipelihara;
• Lebar ≥ 2,5 m
• kelandaian tangga ≤ 200
• tinggi ≥ 3 m
• harus dilengkapi dengan penerangan yang memadai;
• harus mempertimbangkan fasilitas sistem aliran udara sesuai
dengan kebutuhan.
13. Perlengkapan jalan
• harus direncanakan sesuai ketentuan, dengan
prioritas mewujudkan keselamatan lalu lintas.
• Setiap jalan wajib memenuhi ketentuan
perlengkapan jalan.
• Ketentuan mengenai perlengkapan jalan
dijelaskan dalam PTJ dan ketentuan terkait
14. Kelestarian lingkungan hidup (KLH)
• KLH wajib dipertimbangkan untuk setiap perencanaan
teknis jalan.
• Setiap perencanaan teknis jalan harus dilengkapi dokumen:
– AMDAL, atau
– Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL), atau
– Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), atau
– Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPL) sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
• Integrasi pertimbangan lingkungan dilakukan dengan mema-
sukkan rekomendasi lingkungan yang terdapat di dalam
AMDAL/UKL/UPL/SPPL ke dalam Perencanaan Teknis Rinci
(DED)
15. VR mendasari perencanaan teknis jalan
Pertimbangan pemilihan VR
o Jaringan Jalan (Primer atau Sekunder)
o Tipe Medan (Datar, Bukit, Gunung)
o Volume Lalu lintas Harian Rata-rata Tahunan (LHRT)
o Fungsi, Kelas, dan Spesifikasi Penyediaan Prasarana
Ketentuan
o Pilih VR tertinggi, kecuali
o VR harus seragam
o VR boleh diturunkan 20Km/J
Kecepatan Rencana (VR)
16. VR,
Km/Jam
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN
JALAN BEBAS
HAMBATAN
JALAN
RAYA
JALAN
SEDANG
JALAN
KECIL
MEDAN DATAR 80 – 120 60 - 120 60 - 80 30 - 60
MEDAN BUKIT 70 – 110 50 - 100 50 - 80 25 - 50
MEDAN GUNUNG 60 – 100 40 – 80 30 - 80 20 - 40
FUNGSI
dan
KELAS JALAN
Arteri
(Kelas I, II, III,
Khusus)
Arteri
(Kelas I, II, III, Khusus)
Kolektor
(Kelas I, II, III)
Kolektor
(Kelas I, II, III)
Lokal
(Kelas II, III)
Lokal dan
Lingkungan
(Kelas III)
TIPE JALAN
PALING KECIL
4/2-T 4/2-T 2/2-TT 2/2-TT
17. Bagian-bagian Jalan
Bahu harus diperkeras
- JBH berpenutup
- JR, JS, JK, JLing minimal
perker berbutir
Badan Jalan
Garis
sempadan
bangunan
18. Ukuran
Ruang jalan
paling kecil
TIPE JALAN
J.B.H. J. Raya J. Sedang J. Kecil
8/2-T 6/2-T 4/2-T 8/2-T 6/2-T 4/2-T 2/2-TT 2/2-TT
RUMAJA
Lebar, m 42,5 35,5 28,5 38 31 24 13 8,5
Tinggi, m 5,0
Dalam, m 1,5
RUMIJA Lebar, m 30 25,0 15 11
RUWASJA
Arteri 15 15,0 15 -
Kolektor 10 10,0 10 -
Lokal - 7,0 7 7
Lingkung
an
- - 5 5
Jembatan 100 100 100 100
20. Pertimbangan membuat terowongan
Jika alinemen jalan harus melalui halangan alam atau
suatu lingkungan masyarakat yang harus berdampak
sekecil mungkin, seperti:
• Bukit/Gunung; Ruang sempit dan panjang
• Persimpangan yang luas
• Jalan KA, Landasan pacu pesawat, atau sejenisnya
• Taman atau ruang jalan yang lain
• Kondisi dimana biaya pembebasan tanah lebih
mahal dari pembuatan terowongan
Perlu perhatian: terowongan ~ mahal
21. Tipe terowongan
• digali (seperti lubang tambang): melalui batu-
an keras atau tanah lunak atau dibawah air
• digali dan kemudian ditutup:
– Trench: bagian prefabricated dibuat ditempat lain
dan ditempatkan di bawah air dan disatukan dgn
bagian lain
– cut-and-cover: dangkal, di perkotaan, Nagreg
25. Pertimbangan desain
• Alinemen horizontal
– Sependek mungkin: mahal dan traffic noise tidak nyaman
– Selurus mungkin:
• minimum panjang, akan lebih effisiensi.
• Jika ada tikungan, jarak pandang pengemudi harus sangat diperhatikan
• Alinemen Vertikal:
– grade dan panjangnya harus didasarkan pada kenyamanan pengemudi dan
biaya (konstruksi, operasi, dan pemeliharaan), eg. lampu, ventilasi
• Rambu:
– Sesedikit mungkin, kecuali sangat diperlukan
• Ramp:
– Jarak dari portal terowongan ke tempat keluar harus cukup untuk
penempatan rambu, ≥ 300m
– Tidak ada merge, diverge, weave dalam terowongan sehingga ramp
masuk/keluar harus dihindarkan
26.
27. Kriteria Teknik Bagian Terowongan
Permen 19/2011 ttg PTJ & KPTJ
Lebar badan jalan = ruas jalan;
Bahu agar dipenuhi sapanjang terowongan. Jika tidak, harus
ada tempat dan kendaraan “emergency” yang dipakai untuk
menarik/mengamankan kendaraan yang mogok/berhenti/ber-
masalah agar terowongan dapat mengalirkan lagi arus lalin.
Profil Potongan melintang:
– Jalan Sedang:
• Lebar jalur lalu lintas antar-Kerb: 7,0 + 0,6m ~ 7,6m
• Lebar trotoar minimum di kedua sisi masing-masin 0,5m
• Jarak antar diding terowongan paling kecil 9,0m
– Jalan Kecil:
• Lebar jalur lalu lintas antar-Kerb: 5,5 + 0,6m ~ 6,1m
• Lebar trotoar minimum di kedua sisi masing-masin 0,5m
• Jarak antar diding terowongan paling kecil 9,0m
28. Harus dilengkapi:
Sistem drainase
Tempat utilitas
Aliran udara buatan
– Panjang ≥ 300m; LHRT≥6000kend/hari atau 75% Kapasitas – harus ada
– Panjang ≥1000m -- harus ada
– LHRT<6000 kend./hari -- dapat tidak ada
Lampu Penerangan Jalan Umum
Fasilitas untuk keadaan darurat, minimum setiap 500m
– Pintu darurat + jalur evakuasi
– Pemadam kebakaran
– Air/hidran
harus memperhatikan kebutuhan ruang minimum utk semua fasilitas & unsur
arsitektur yg memadai;
Kelandaian jalur lalu lintas maksimum 3%
Dapat dibangun per arah
Lajur tepian paling kecil 0,5m dan Trotoar paling kecil 0,5m
Lebar badan paling kecil 8,0m
Ruang bebas, tinggi 5,10m; bawah 1,0m
Panjang jalan keluar ke persimpangan ≥ 300 meter
29. Tipikal jalan 2 lajur dalam terowongan
Paling kecil (AASHTO’2010)
30. Tipikal jalan 2 lajur dalam terowongan
Desirable (AASHTO’2010)
38. Tipikal Konfigurasi Badan Jalan Pada Jalan Raya
2.50 3.50
3.50 0.50
1.00
0.50 3.50 2.50
3.50
BAHU LUAR
BAHU
LUAR
BERPENUTUP
MARKA
PEMBAGI
LAJUR
MARKA
GARIS
JALAN
MARKA
GARIS
MENERUS
BANGUNAN
MEDIAN
DITINGGIKAN
MARKA
GARIS
MENERUS
MARKA
PEMBAGI
LAJUR
BAHU
DALAM
LEBAR BADAN JALAN PALING KECIL = 21.00 M
BAHU
DALAM
DENGAN UKURAN LEBAR LAJUR LALU LINTAS, MEDIAN, DAN BAHUJALAN PALING KECIL
KONFIGURASI BADAN JALAN PADA JALAN BEBAS HAMBATAN
JALUR LALU LINTAS
LAJUR LALU LINTAS LAJUR LALU LINTAS
JALUR LALU LINTAS
LAJUR LALU LINTAS
MEDIAN
LAJUR LALU LINTAS
MARKA
GARIS
JALAN
BAHU
LUAR
BERPENUTUP
BAHU LUAR
PERKERASAN JALAN PERKERASAN JALAN
TANAH DASAR
39.
40.
41. JALAN KECIL
Utk kendaraan bermotor
beroda 3 atau lebih
< 110.000 < 82.000 < 61.000 < 22.000 < 17.000
< 106.600 < 79.900 < 59.800 < 21.500 < 16.300
< 103.400 < 77.700 < 58.100 < 20.800 < 15.800
Arteri (Kelas I, II, III, Kelas Khusus)
Kolektor (Kelas I, II, III)
Lokal (Kelas II, III)
2/2-TT 2/2-TT
TANPAPENUTUP
KERIKIL/TANAH
khusus untuk
LHRT≤500 spm/hari
IRI paling besar 8 10
RCI paling kecil SEDANG SEDANG
Medan Datar 60 - 80 30 - 60
Medan Bukit 50 - 80 25 - 50
Medan Gunung 30 - 80 20 - 40
Lebar, m 38 31 24 13 8,5
Tinggi, m 5 5
Dalam, m 1,5 1,5
15 11,00
Arteri 15 -
Kolektor 10 -
Lokal 7 7
Lingkungan - 5 5
Jembatan 100 100
POTONGAN
MELINTANG
RUWASJA paling
kecil, m
15
10
7
100
RUMAJA paling kecil 5
1,5
RUMIJA paling kecil, m
KECEPATAN RENCANA, VR
(Km/J)
60 - 120
50 - 100
40 - 80
25
BERPENUTUP
ASPAL/BETON
KERATAAN
6
BAIK - SEDANG
TIPE JALAN PALING KECIL 4/2-T
PERKERASAN
JALAN Jenis Perkerasan
BERPENUTUP ASPAL/BETON
Medan Gunung
FUNGSI JALAN (PENGGUNAAN JALAN)
Lokal, Lingkungan
PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTIM JARINGAN JALAN PRIMER
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN RAYA
JALAN
SEDANG
LHRT (SMP/Hari)
Medan Datar
Medan Bukit
Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.19/2011
42. JALAN KECIL
Utk kendaraan bermotor
beroda 3 atau lebih
Arteri 11,00 11,00
Kolektor 9,00 9,00
Lokal - - 7,50
Lingkungan - 6,50
Lingkungan
untuk roda dua
- 3,50
2 x (4x3,50) 2 x (3x3,50) 2 x (2x3,50) 2x3,50 2x2,75
Medan Datar 1,00 1,00
Medan Bukit 1,00 1,00
Medan Gunung 0,50 0,50
Direndahkan
Dengan Rambu
Tanpa Rambu
Untuk jalan
Sepeda motor
1,00 1,00 1,00
1,00 0,5
1,00 1,00
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN RAYA
JALAN
SEDANG
POTONGAN
MELINTANG
Lebar Trotoar, m
Lebar Saluran Tepi paling kecil, m 1,00
1,00
Lebar Pemisah
Lajur paling kecil, m.
2,00
Tanpa jalur
pemisah
Tanpa jalur
pemisah
1,00
Lebar Ambang Pengaman paling kecil, m
Lebar Median paling
kecil, m
9,00
Tanpa Median Tanpa Median
Ditinggikan
1,50; ditinggikan setinggi kereb untuk
kecepatan rencana <60Km/Jam; Dan
menjadi 1,80 jika median dipakai sebagai
lapak penyeberangan. Konfigurasi lebar
bahu dalam + lebar bangunan pemisah
setinggi kereb + lebar bahu dalam di sisi lain
adalah 0,50 +0,50+0,50; dan menjadi
0,50+0,80+0,50 jika dipakai lapak
penyeberangan.
2,00; ditinggikan 1,10m berupa penghalang
beton untuk kecepatan rencana ≥
60Km/Jam; Konfigurasi lebar bahu dalam +
lebar bangunan pemisah setinggi 1,10m +
lebar bahu dalam di sisi lain adalah 0,75
+0,50+0,75.
Lebar jalur lalu-lintas, m
Lebar Bahu Jalan
paling kecil, m.
Badan Jalan, lebar
paling kecil, m
18,00
18,00
-
-
Bahu luar 2.00 dan bahu dalam 0.50
1,50 + 0,50
1,00 + 0,50
43. JALAN KECIL
Utk kendaraan bermotor
beroda 3 atau lebih
8 8
0,14 0,14
0,33 0,33
Alinemen Datar 6 6
Alinemen Bukit 7 8
Alinemen Gunung 10 12
0,33
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN RAYA
JALAN
SEDANG
POTONGAN
MEMANJANG
Untuk mempertahankan kecepatan arus lalu-lintas, jarak antara jalan
masuk terdekat pada jalan arteri tidak kurang dari 1,00 Km dan pada
jalan kolektor 0,50 Km. Pada jalan lama, untuk mengatasi jalan masuk
yang banyak dapat dibuat jalur samping untuk menampung semua jalan
masuk dan membatasi bukaan sebagai jalan masuk ke jalur utama
sesuai jarak terdekat di atas.
-
Untuk mempertahankan kecepatan arus lalu-lintas pada jalan arteri agar
diupayakan jarak antara persimpangan sebidang terdekat tidak kurang
dari 3,00 Km dan pada jalan kolektor 0,50 Km
-
Jarak antara Jalan masuk paling dekat, m
Jarak antar persimpangan sebidang
paling dekat, km
Kelandaian Paling
besar, %
5
6
10
Superelevasi paling besar, % 8
Kekesatan melintang paling tinggi 0,14
Kekesatan memanjang paling tinggi