Tanah merupakan lapisan alami yang terbentuk dari berbagai faktor seperti iklim, organisme, batuan induk, topografi, dan waktu. Tanah memiliki berbagai fungsi penting seperti sebagai tempat tumbuh tanaman, penyedia hara dan air bagi tanaman, serta habitat bagi biota tanah. Terdapat berbagai jenis tanah di Indonesia seperti latosol, organosol, alluvial, dan lainnya yang memiliki karakteristik dan sebaran tersendiri
2. tanah merupakan suatu lapisan yang berada di permukaan bumi,
berbentuk padat (tetapi bukan batuan), dengan penyebaran secara
horizontal dan vertikal yang berbeda untuk satu daerah dengan daerah
yang lainnya. Tanah sangat mendukung berbagai aktivitas kehidupan
manusia dan organisme lainnya. Sehingga dapat kita katakan, tanpa
adanya tanah, hampir semua aktivitas kehidupan manusia di dunia akan
terganggu. Pengertian tanah bukanlah hal yang baku. Pengertiannya akan
selalu berbeda antara satu orang ahli dengan yang lainnya tergantung
kepada profesi dan sejauh mana hubungan manusia tersebut dengan
tanah. Bagi seorang ahli ilmu tanah, tanah adalah suatu lapisan bahan
alami yang terbentuk akibat adanya pengaruh-pengaruh seperti iklim,
organisme, batuan induk, topografi, dan waktu. Adanya perbedaan setiap
faktor juga menyebabkan perbedaan jenis dan karakteristik tanah yang
dibentuk.
Arti Penting Tanah
3. Fungsi tanah
Merupakan tempat tumbuh dan berkembangya
perakaran yang memungkinkan tanaman tumbuh tegak
dan mendapatkan nutrisi makanan.
Tanah merupakan penyedia kebutuhan pokok tanaman
seperti air, udara, dan beberapa nutrisi yang sangat
dibutuhkan tanaman untuk tumbuh, bekembang, dan
menghasilkan.
Penyedia kebutuhan sekunder yang berfungsi untuk
menunjang metabolisme tanaman seperti zar pengatur
tumbuh, enzim, dan antibiotik.
Habitat biota tanah yang seringkali menunjang
pertumbuhan tanaman.
4. Ciri-ciri tanah di Indonesia:
Banyak mengandung unsur hara
Struktur tanahnya baik, artinya susunan butir-butir tanah tidak
terlalu padat dan tidak terlalu lenggang
Cukup mengandung air yang berguna untuk melarutkan unsur
hara
Mempunyai garam-garaman dalam jumlah banyak
6. Tanah Regosol
regosol merupakan tanah yang termasuk
ordo entisol. Secara umum, tanah entisol
adalah tanah yang belum mengalami
perkembangan yang sempurna, dan hanya
memiliki horizon A yang marginal. Contoh
yang tergolong entisol adalah tanah yang
berada di sekitar aliran sungai, kumpulan
debu vulkanik, dan pasir. Umur yang masih
muda menjadikan entisol masih miskin
sampah organik sehingga keadaannya
kurang menguntungkan bagi sebagian
tumbuhan.
Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir
kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan
bahan organik rendah. Sifat tanah yang
demikian membuat tanah tidak dapat
menampung air dan mineral yang dibutuhkan
tanaman dengan baik.
Dengan kandungan bahan organik yang
sedikit dan kurang subur, regosol lebih
banyak dimanfaatkan untuk tanaman
palawija, tembakau, dan buah-buahan yang
juga tidak terlalu banyak membutuhkan air.
Regosol banyak tersebar di Jawa, Sumatera,
dan Nusa Tenggara yang kesemuanya
memiliki gunung berapi.
7. Tanah Latosol
jenis tanah latosol ini masuk dalam golongan
inseptisol. Inseptisol berkembang pada daerah
yang lembab. Perkembangan horizon inseptisol
berlangsung lambat sampai sedang.
Perkembangan yang lambat terjadi karena tanah
berada pada ligkungan yang lembab, dingin, dan
mungkin terdapat genangan-genangan air.
Secara spesifik, latosol merupakan tanah yang
berwarna merah hingga coklat sehingga banyak
yang menamainya sebagai tanah merah,
memiliki profil tanah yang dalam, mudah
menyerap air, memiliki kandungan bahan organik
yang sedang, dan pH netral hingga asam. Kadar
humus latosol mudah menurun, dan memiliki
fosfat yang mudah bersenyawa dengan besi dan
almunium. Latosol banyak dijumpai di Sumatra
Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa,
Papua, dan Sulawesi. Saat ini, jenis tanah
latosol banyak digunakan untuk pertanaman
palawija, padi, kelapa, karet, dan kopi.
8. Tanah Organosol
Organosol merupakan jenis tanah yang terbentuk akibat adanya
pelapukan-pelapukan bahan organik. Sebagai hasil pelapukan bahan
organik, tanah jenis ini subur untuk hampir semua jenis tanaman.
Organosol dibedakan menjadi dua yaitu tanah humus dan tanah gambut.
Tanah humus adalah tanah hasil
pelapukan dan pembusukan bahan
organik khususnya dari tanaman
yang sudah mati. Humus sangat
subur untuk pertanian. Kandungan
bahan organik yang tinggi
membuat tanah humus berwarna
kehitam-hitaman. Humus banyak
dimanfaatka untuk media
pertanaman kelapa, nanas, dan
padi. Persebarannya banyak
terdapat di pulau Sumatra,
Sulawesi, Jawa Barat, Kalimantan,
dan Papua.
Tanah gambut adalah tanah hasil
pembusukan bahan-bahan
organik. Akan tetapi, tanah gambut
kurang subur untuk pertanian.
Pembusukan pada tanah gambut
berlangsung dalam keadaan
tergenang air sehingga tanah
menjadi anaerob dan terlalu
masam. Bahan organik yang tidak
lapuk sempurna juga
menyebabkan tanah gambut tidak
subur untuk tanaman. Gambut
banyak terdapat di pantai timur
Sumatra, Kalimantan Barat, dan
pantai selatan Papua. Saat ini
gambut baru dikembangkan untuk
pertanian kelapa sawit.
9. Tanah Alluvial
jenis tanah Alluvial tergolong
dalam ordo inseptisol. Ciri umum
sama dengan pada tanah
latosol. Alluvial merupakan tanah
muda hasil pengendapan
material halus aliran sungai. Ciri
utama tanah alluvial adalah
berwarna kelabu dengan struktur
yang sedikit lepas-lepas.
Kesuburan tanah alluvial sangat
bergantung pada sumber bahan
asal aliran sungai.
Jenis tanah Alluvial terdapat
hampir di seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki sungai-
sungai besar seperti di pulau
jawa, Sumatra, Kalimantan, dan
papua. Alluvial banyak dgunakan
untuk tanaman padi, palawija,
tebu, kelapa, tembakau, dan
buah-buahan.
10. Tanah Podzolik Merah Kuning
Podzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Tanah ultisol
adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub
tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis,
akumulasi lempung pada horizon B dan bersifat agak masam. Tanah
ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol
yang berbentuk bongkah.
Tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk
karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik
merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang
relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning
banyak digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa
sawit. Podzolik merah kuning banyak dijumpai di daerah pegunungan
Sumatra, Jawa Barat, Sulawesi, Maliku, Kalimantan, Papua, dan Nusa
Tenggara.
11. Tanah Laterit
Laterit hampir sama dengan podzolik meah kuning. Hanya saja
jenis tanah ini terbentuk pada suhu yang lebih tinggi. Curah hujan
yang tinggi menyebabkan tanah laterit memiliki kandungan hara yang
rendah sehingga kurang cocok untuk berbagai jenis tanaman. Laterit
banyak dijumpai pada pegunungan yang hutannya sudah gundul
seperti pada Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat,
dan Sulawesi Tenggara. Laterit bayak digunakan untuk pertanaman
jambu mete dan kelapa.
12. Tanah Litosol
Tanah litosol termasuk dalam ordo Entisol, sama dengan tanah
regosol. Lebih spesifik, tanah litosol merupakan tanah muda yang
berasal dari pelapukan batuan yang keras danbesar. Litosol belum
mengalami perkembangan lebih lanjut sehingga hanya memiliki
lapisan horizon yang dangkal. Sebagai tanah muda, latosol memiliki
struktur yang besar-besar dan miskin akan unsure hara.
Litosol banyak terdapat di Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara, Maluku Selatan, dan Papua. Latosol baru bisa
dimanfaatkan untuk palawija.
13. Tanah Rendzina
Tanah Rendzina merupakan tanah organik diatas bahan berkapur yang
memiliki tekstur lempung seperti vertisol. Tanah rendzina memiliki kadar
lempung yang tinggi, teksturnya halus dan daya permeabilitasnya rendah
sehingga kemampuan menahan air dan mengikat air tinggi. Tanah rendzina
berasal dari pelapukan batuan kapur dengan curah hujan yang tinggi.
Tanah jenis ini memiliki kandungan Ca dan Mg yang cukup tinggi, bersifat
basa, berwarna hitam, serta hanya mengandung sedikit unsur hara.
Tanah Rendzina banyak terdapat di Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi
Selatan, Lampung dan pegunungan kapur di selatan Pulau Jawa. Rendzina
digunakan untuk budidaya tanaman keras semusim dan juga tanaman
palawija.
14. Tanah Mediteran
Tanah mediteran merupakan tanah
ordo alfisol. Alfisol berkembang
pada iklim lembab dan sedikit
lembab. Curah hujan rata-rata
untuk pembentukan tanah alfisol
adalah 500 sampai 1300 mm tiap
tahunnya. Alfisol banyak terdapat di
bawah tanaman hutan dengan
karakteristik tanah: akumulasi
lempung pada horizon Bt, horizon E
yang tipis, mampu menyediakan
dan menampung banyak air, dan
bersifat asam. Alfisol mempuyai
tekstur lempung dan bahan
induknya terdiri atas kapur
sehingga permeabilitasnya lambat.
Tanah mediteran merupakan hasil
pelapukan batuan kapur keras dan
batuan sedimen. Warna tanah ini
berkisar antara merah sampai
kecoklatan. Tanah mediteran
banyak terdapat pada dasar-dasar
dolina dan merupakan tanah
pertanian yang subur di daerah
kapur daripada jenis tanah kapur
yang lainnya. Tanah mediteran ini
banyak terdapat di Jawa Timur,
Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, dan Sumatra.
Mediteran cocok untuk tanaman
palawija, jati, tembakau, dan jambu
mete.
15. Tanah Grumosol
Tanah grumosol tergolong dalam ordo
vertisol. Vertisol merupakan tanah
dengan kandungan lempung yang
sangat tinggi. Vertisol sangat lekat ketika
basah, dan menjadi pecah-pecah ketika
kering. Vertisol memiliki keampuan
menyerap air yang tinggi dan juga
mampu menimpan hara yang
dibutuhkan tanaman. Grumosol sendiri
merupakan tanah dengan warna kelabu
hingga hitam serta memiliki pH netral
hingga alkalis. Di Indonesia, jenis tanah
ini terbentuk pada tempat-tempat yang
tingginya tidak lebih dari 300 m di atas
permukaan laut dengan topografi agak
bergelombang hingga berbukit,
temperatur rata-rata 25oC, curah hujan
<2.500 mm, dengan pergantian musim
hujan dan kemarau yang nyata.
Grumosol banyak terdapat
di Sumatra Barat, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, serta Nusa Tenggara
Timur. Grumosol banyak
dimanfaatkan untuk
pertanian jenis rumput-
rumputan atau pohon-pohon
jati.
16. Peta Tanah
Penyebaran jenis dan karakter tanah di suatu daerah, biasanya disusun
dalam suatu bentuk Peta Tanah. Peta ini sangat berguna bagi para
petani dan telah disusun berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan
langsung (observasi) di lapangan. Para pengambil kebijakan sebaiknya
mempertimbangkan pula penyebaran jenis tanah berdasarkan Peta
Tanah yang telah dibuat. Jangan sampai suatu wilayah dengan potensi
tanah dapat menghasilkan produk pertanian unggulan, malah dijadikan
lokasi perdagangan dalam Master Plan-nya. Peta Tanah dibuat secara
berjenjang, misalnya Peta Tanah seluas wilayah kabupaten atau
kecamatan, seperti contoh berikut ini :
17. Manfaat Sumber Daya Tanah
Penyediaan unsur hara untuk tumbuhan. Ketersediaan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tumbuhan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat produksi suatu tumbuhan. Jumlah dan jenis unsur
hara yang tersedia di tanah dan dibutuhkan oleh tumbuhan haruslah sesuai
dan seimbang.
Penyedia makanan untuk biota tanah. Tanah menjadi habitat pengurai yang
menguraikan sisa organisme mati menjadi bahan makanan yang
dibutuhkan oleh tanaman dan organisme lain.
Sebagai habitat hidup dan melakukan kegiatan. Tnah merupakan tempt
manusia dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatannya. Di dalam
tanah, hidup pula berbagai organisme tanah, misalnya cacing tanah.
18. Sumber bahan baku barang kerajianan atau perabot rumah tangga. Kandungan
tanah liat dapat di manfaatkan manusia untuk membuat batu bata, barang-barang
seni dan kerajinan, maupun alat-alat rumah tangga. Tanah liat juga dapat
dimanfaatkan salah satunya sebagai bahan baku genteng penutup atap rumah atau
bangunan.
Memiliki nilai ekologi, yaitu mampu menyerap dan menimpan air (melindungi tata air),
menekan erosi, serta menjaga kesuburan tanah.
Memiliki nilai ekonomis yaitu sebagai aset yang dapat disewakan atau diperjual
belikan
Mengandung barang tambang atau bahan galian yang berguna untuk manusia.
Lanjutan
19. Upaya untuk melestarikan
sumber daya tanah:
Pemupukan diusahakan dengan pupuk hijau / pupuk
kandang / pupuk kompos
Dibuat hutan-hutan cadangan pada lereng-lereng
gunung
Membuat terassering / sengkedan di daerah-daerah
miring
Membuat penghijauan dan reboisasi pada daerah yang
gundul, dan sebagainya.
20. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah
keadaan dimana bahan kimia
buatan manusia masuk dan
mengubah lingkungan tanah
alami. Pencemaran ini biasanya
terjadi karena: kebocoran limbah
cair atau bahan kimia industri
atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya
air permukaan tanah tercemar ke
dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraaan
pengangkut minyak, zat kimia,
atau limbah; air limbah dari
tempat penimbunan sampah
serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat
(illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun
telah mencemari permukaan tanah,
maka ia dapat menguap, tersapu air
hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam
tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak
langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air
tanah dan udara di atasnya. Paparan
kronis (terus-menerus) terhadap
benzena pada konsentrasi tertentu
dapat meningkatkan kemungkinan
terkena leukemia.
21. Penanganan Pencemaran Tanah
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah
yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ
(atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-
site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu
di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap,
kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah.
Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
22. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah
dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air). Menurut Dr. Anton Muhibuddin, salah
satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah
jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat
berperan langsung maupun tidak langsung dalam remediasi tanah.
Berperan langsung, karena kemampuannya menyerap unsur logam
dari dalam tanah dan berperan tidak langsung karena menstimulir
pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi lain seperti bakteri
tertentu, jamur dan sebagainya.
Lanjutan