2. PENGUKURAN FAKTOR RISIKO PTM
1. Deteksi Dini ObesitasPengukuran Tinggi Badan,
Berat Badan dan Lingkar Perut
2. Deteksi Dini Gangguan Indra (Penglihatan dan
Pendengaran)Tes hitung jari dan Tes berbisik
3. PENGUKURAN BERAT BADAN
Kondisi/syarat pengukuran:
- Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan injak atau
digital, yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu.
- Letakkan alat di lantai yang keras dan rata, posisikan angka
sampai menunjukkan angka nol.
- Upayakan mata pengukur tegak lurus dengan skala
Cara pengukuran:
1. Klien berdiri tegak dengan memakai pakaian seminimal mungkin, tidak membawa
beban atau benda apa pun, dan tanpa alas kaki.
2. Kemudian dilakukan pembacaan hasil, mata kader yang mengukur tegak lurus dengan
jarum penunjuk angka timbangan.
1. DETEKSI DINI OBESITAS
4. PENGUKURAN TINGGI BADAN
Cara Pengukuran:
⁻ Posisikan Klien berdiri tegak pada permukaan lantai yang rata tanpa memakai alas kaki.
⁻ Posisikan ujung tumit kedua telapak kaki dirapatkan dan menempel di dinding dalam posisi agak terbuka
di bagian jari kaki.
⁻ Pada waktu mengukur, posisi tumit, pantat, punggung, dan belakang kepala menempel pada dinding,
posisi kepala tegak, pandangan mata lurus ke depan, dan lengan menggantung santai.
⁻ Meteran mikrotoa diturunkan hingga mengenai puncak kepala Klien.
⁻ Kemudian dilakukan pembacaan hasil
Kondisi / syarat pengukuran:
- Pengukuran dilakukan dengan alat mikrotoa atau alat ukur tinggi badan 2 meter, yang sudah
dikalibrasi/ditera terlebih dahulu.
- Mikrotoa diletakkan di lantai yang rata dan dinding yang tegak lurus. Tarik pita meteran ke atas
sampai menunjukkan angka 0, lalu rekatkan/tempelkan mikrotoa pada dinding.
- Hasil pengukuran dibaca pada garis merah dengan ketelitian 0,1 cm.
12. 2. DETEKSI DINI GANGGUAN INDERA
Sasaran
●Anak Usia 7-15 tahun
●Penduduk usia >15 tahun
Indera Penglihatan dan Indera Pendengaran
• Pemeriksaan tajam penglihatan
menggunakan metode hitung jari
1 2
• Pemeriksaan tajam pendengaran dengan
menggunakan metode berbisik
Penilaian :
• Kata-kata yang dapat diulang > 80% = LULUS
pemeriksaan,
• Kata-kata yang dapat diulang < 80% = TIDAK
LULUS dan disarankan untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut menggunakan 19
13. LANGKAH PEMERIKSAAN “MELIHAT”
LANGKAH 1
MEngambil jarak dengan berjalan 20 langkah normal orang dewasa dari
orang yang akan diperiksa.
• Yang perlu diperhatikan:
Jalan 20 langkah = 6 meter
Posisi orang yang akan diperiksa dengan pemeriksa berhadapan
Langkah kaki biasa normal orang dewasa, tidak berlari atau melompat saat
melangkah
Pemeriksaan dilakukan pada tempat yang tidak gelap (tempat terang atau
dengan pencahayaan yang bagus)
Baik pemeriksa maupun yang akan diperiksa tidak boleh berada pada
sorotan lampu (agar tidak kesulitan dalam melihat)
14. LANGKAH 2
•Lakukan hitung jari mulai dari mata kanan, mata kiri ditutup dengan
telapak tangan, kemudian lanjutkan pemeriksaan yang sama pada
mata kiri.
Yang diperhatikan:
Jari pemeriksa dan mata yang diperiksa harus
sejajar, tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah
Mata diperiksa secara bergantian dengan menutup
salah satu mata yang tidak diperiksa
Mata ditutup harus dengan telapak tangan (agar tidak
mengintip dari sela jari tangan) dan tidak boleh
menekan bola mata
Jari tangan pemeriksa saat melakukan pemeriksaan
hitung jari tidak boleh berurutan
15. Yang diperhatikan:
Pemeriksaan dilakukan pada masing-
masing mata
Dikatakan tidak ada gangguan
penglihatan jika benar dalam hitung jari
3 kali berturut-turut
Jika dalam pemeriksaan 3 kali hitung jari
tersebut salah maka dicurigai
mempunyai gangguan penglihatan.
LANGKAH 4
Jika ditemukan ada gangguan maka di rujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
16. PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN/ TES BERBISIK
Persiapan :
Pastikan kondisi lingkungan sekitar tidak terlalu bising.
Ruangan sunyi, jarak pemeriksaan 1 meter.
Pemeriksaan :
1. Posisi pemeriksa berada setengah meter di belakang orang
yang akan diperiksa.
2. Pada telinga yang tidak diperiksa, dilakukan masking yaitu
menekan bagian tragus (bagian menonjol dari telinga
bagian depan yang dekat dengan pipi) kemudian
menggesek-gesek sehingga timbul bunyi.
Gambar 1
Posisi Pemeriksaan
Gambar 2. Masking telinga yang tidak
diperiksa
17. 3. Pemeriksaan dimulai pada telinga kanan
terlebih dahulu. Posisi kepala pemeriksa
menjauh dari telinga yang diperiksa.
4. Pemeriksa membisikkan kata-kata yang
terdiri dari dua suku kata seperti mata, kaki,
muka, susu, kaca dan meminta orang yang
diperiksa untuk mengulang kembali kata-kata
tersebut.
5. Kata-kata yang dibisikkan harus mengandung
huruf lunak yang terdiri dari frekuensi rendah
dan huruf desis yang terdiri dari frekuensi
tinggi. Berikut daftar kata-kata yang
digunakan untuk Tes Bisik Modifikasi.
Gambar 3. Posisi kepala pemeriksa pada
pemeriksaan telinga kanan
Gambar 4. Pemeriksa menyebutkan kata-kata
18. 6. Pemeriksaan diulang pada telinga kiri dengan
langkah-langkah yang sama. Pemeriksaan
pada telinga sebelah kiri, maka telinga kanan
dilakukan masking.
PENILAIAN :
• Bila kata-kata yang dapat diulang lebih dari
80%, maka dinyatakan lulus dari
pemeriksaan.
• Bila kata-kata yang dapat diulang kurang dari
80%, maka dinyatakan tidak lulus dan
disarankan untuk melakukan pemeriksaan
lebih lanjut menggunakan audiometri. Segera
bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
diperiksa kembali pendengarannya lebih
lanjut.