1. Dokumen tersebut membahas tentang adab terhadap Allah, Rasulullah, dan sesama makhluk. Beberapa poin pentingnya adalah mengenai iman dan taat kepada Allah, menaati perintah Rasulullah, serta berinteraksi dengan sesama dengan adab yang tepat sesuai martabat masing-masing.
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
ADAB DALAM ISLAM
1.
2.
3. Addabani Robbi fa Ahsana
Ta’dibi
Hadist ini diriwayatkan oleh Ibn’Asakir dari Anas dan
merupakan hadist dhoif.
4.
5. Bahkan menurut Hamka tujuan
pendidikan dalam Islam adalah tujuan
pendidikan adab itu sendiri yaitu
menanamkan moral terpuji dan secara
empirik mampu direalisasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
6. Menurut Syaikhul Islam Ibnu
Qayyim Al Jauziyyah, adab
merupakan buah nyata dari ilmu.
Adab adalah tanda dalamnya ilmu
dan tingginya wara seseorang.
13. “wahai orang-orang yang
beriman, tetaplah beriman kepada Allah
dan Rosulnya. Dan kepada kitab yang Allah
turunkan kepada RosulNya serta kepada
kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikatNya, kitab-
kitabNya,rosul-rosulNya, dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu
telah sesat sejauh-jauhnya (An Nisa: 136)
1. Adab terhadap Allah
a. Iman dan tidak kufur
14. “mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal
kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan
kamu, kemudian kamu dimatikan dan
dihidupkan-Nya kembali, kemudian hanya
kepada-Nya lah kamu dikembalikan” (Al
baqoroh:28)
15. “Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelum
kamu, Jika kamu mempersekutukan (Allah),
niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi” (Az Zumar:65)
16. “Karena itu ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku
ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah
kepadaKu, janganlah kamu mengingkari
(nikmat)Ku “ (Al Baqoroh: 152)
b. Syukur dan tidak kufur nikmat
Begitu banyak nikmat yang telah
diberikan Allah, dan kewajiban
hamba adalah mensyukurinya
dan mempergunakan nikmat
untuk keridhoan-Nya. Firman
Allah:
17. “Dan janganlah kamu seperti orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka
itulah orang-orang yang fasik” (Al Hasyr:19)
c. Ingat kepada Allah dan tidak melupakan-Nya
“Karena itu ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku
ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah
kepadaKu, janganlah kamu mengingkari
(nikmat)Ku “ (Al Baqoroh: 152)
18. “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rosul(Nya), dan ulil amri (ulama
dan amaro) diantara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah kepada Allah (al quran)
dan Rosul (sunnahnya). Jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu adalahlebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya” (an nisa :59)
d. Taat dan tidak bermaksiat
19. Hai orang-orang yang beiman, jangan kamu
mendahului Allah dan RosulNya, dan bertaqwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha
mendengar lagi maha mengetahui” (Al Hujurat:1)
Imam ibnu qoyyim rahmahullah berkata: maksud
dari ayat tersebut adalah, janganlah kamu
berkata sebelum Nabi memerintah, janganlah
kamu berfatwa sebelum Nabi berfatwa, dan
janganlah kamu memutuskan perkara sebelum
Nabi memutuskannya dan melangsungkan
keputusannya (i’lamul muwaqqi’ih 2/49)
e. Tidak mendahului Allah dan RosulNya
20. “karena itu janganlah kamu takut kepada
manusia (tetapi) takutlah kepadaKu, dan
janganlah kamu menukar ayat-ayatKu dengan
harga yang sedikit” (Al maidah:44)
Syaikh Muhammad bin shalih al Utsaimin
rohimullah berkata: takut itu ada bebera macam:
takut karena ibadah, merendahkan diri,
pengagungan, dan ketundukan (disebut juga
khauf sirr). Ini tidak pantas kecuali hanya kepada
Allah subhanahu wa Ta’ala
f. Takut terhadap siksaNya
21. Dari Abdullah bin Mas ud, dia berkata: Rosulullah sallalahu alaihi
wassalam bersabda:”Hendaklah kamu merasa malu kepada
Allah subhanahu wa ta’ala! Kami menjawab:”wahai Rosulullah ,
alhamdulillah kami malu (kepada Allah subhana wa ta’ala)”
beliau bersabda:” bukan begitu”, tetapi malu terhadap
Allahsubhana wa ta’ala dengan sebenar2nya adalah dengan
menjaga kepala dan apa yang dikumpulkannya, menjaga
g. Malu kepada-Nya
22. Perut dan apa yang dikandungnya, serta mengingat kematian dan
kebinasaan. Dan barang siapa menghendaki akhirat, dia akan
meninggalkan perhiasan dunia. Barang siapa telah melakukan ini,
maka dia telah malu kepada Allah subhana wa ta’ala dengan
sebenar-benarnya (HR Tirmizi, 2458, Ahmad no.3662, syaikh Al
Albani menyatakan hasan lighoirihi, dalam kitab shahih at
Targhib, 3/6, no. 2638, penerbit Maktabah al maarif)
23. h. Bertaubat kepada -Nya
Semua anak adam banyak berbuat kesalahan, dan sebaik-
baiknya orang yang banyak berbuat kesalahan adalah yang
bertaubat (HR Tirmizi, no. 2499; Ibnu Majah; Ahmad; ad
Darimi. Dihasankan oleh syaikh al Albani)
24. Katakanlah : “ hai hamba-hambaku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asadari rahmat Allah
subhana wa ta’ala. Sesungguhnya Allah subhana
wa ta’alamengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah yang maha pengampun
lagi maha penyayang (az Zumar:53)
25. Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian
pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu, namun
kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari
apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah
prasangkamu yang telah kamu sangka kepada Robbmu,
prasangka itu telah membinaskan kamu, maka kamu menjadi
termasuk orang-orang yang merugi. (Fushshilat: 22-23)
i. Husnuzhan (berbaik sangka) kepada-Nya
26. 2. Adab kepada Rosulullah
a. Mengimani bahwa beliau adalah hamba dan Rosul-Nya
shallalahu alaihi wassalam
27. “apa yang diberikan Rosul kepadamu, maka terimalah, dan apa
yang dilarang bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya” (Al
Hasyr:7)
c. Menjauhi larangan
d. Membenarkan setiap sabdanya
“demi Allah yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tidak ada
seorangpun yang mendengar tentang diriku dari umat ini; baik
orang yahudi maupun nasrani, lalu ia meninggal dalam keadaan
tidak beriman kepada yang aku bawa kecuali ia pasti termasuk
penghuni neraka (HR Muslim)
28. “dan taatlah kepada Allah dan taatlah kamu
kepada Rosul-Nya dan berhati-hatilah. Jika kamu
berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
kewajiban Rosul kami, hanyalah menyampaikan
(amanah Allah) dengan terang. (Al maidah:92)
“maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih” (An Nuur:63)
b. Menaati perintahnya
29. “barang siapa yang mengerjakan amalan yang tidak kami
perintahkan, maka amalan itu tertolak.” (HR Bukhori dan
Muslim)
e. Beribadah kepada Allah sesuai contohnya
f. Mencintainya di atas kecintaan kepada diri sendiri,
anak, ayah,, dan manusia seluruhnya
“tidak (sempurna) iman salah seorang diantara kalian,
sampai aku lebih dicintai daripada ayahnya, anaknya,
dan manusia semuannya” (HR Bukhori dan Muslim)
30. Imam Bukhori meriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam,
bahwa Umar bin Khaththab pernah berkata kepada
Rosulullah shalallahu alaihi wa sallam, “ wahai Rosulullah ,
sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu
selain diriku.”, maka Nabi shalallahu alihi wa sallam
bersabda: “tidak demi Allah yang diriku ada di Tangan-Nya,
bahkan sampai aku lebih dicintai olehmu daripada dirimu”
Umar berkata, “Sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai
daripada diriku.”
Rosulullah shalallahu alaihi wa sallam kemudian bersabda,
“sekarang (sempurna imanmu), wahai Umar.” (HR. Bukhori)
31. “barang siapa mencontohkan dalam Islam sunnah yang
baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala
orang yang mengamalkan setelahnya. Barangsiapa
yang mencontohkan sunnah yang buruk, maka ia akan
menanggung dosanya dan dosa orang yang
mengamalkan setelahnya tanpa dikurangi sedikitpun
dari dosa-dosa mereka”. (HR Muslim)
g. Menghidupkan sunnahnya, menyampaikan
dakwahnya dan melaksanakan pesan-pesannya
32. Imam abu hanifah pernah berkata:
“ jika aku mengatakan sebuah perkataan yang
menyelisihi kitab Allah ta’ala dan berita Rosul shalallahu
alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku”
Imam Malik pernah berkata:
“tidak ada seorangpun setelah Nabi shalallahu alaihi wa
sallam melainkan pendapatnya boleh diambil dan
ditinggalkan selain Nabi shalallahu alaihi wa sallam:
h. Mengedepankan perkataan beliau di atas
perkataan manusia
33. Imam abu Syafii pernah berkata:
“kaum muslim sepakat, bahwa barang siapa yang telah
jelas baginya sunnah Rosulullah alaihi wa sallam, maka
tidak halal baginya meninggalkan karena pendapat
seseorang.”
Imam ahmad pernah berkata:
“barangsiapa yang menolak hadits Rosulullah shalallahu
alaihi wa sallam, maka dia berada ditepi jurang
kebinasaan
34. Yaitu berinteraksi dengan mereka sesuai dengan
martabat yang mereka miliki, karena masing-
masing mempunyai adab sendiri. Oleh karena itu
ada adab tersendiri ketika berinteraksi dengan
orang tua, pengajar, kerabat, penguasa, tetangga,
rekan, tamu dan keluarga. Begitu pula disetiap
kondisi berlaku adab khusus . Adab khusus ketika
makan, minum, berkendara dan lain-lain.
3. Adab kepada sesama makhluk
35. Beberapa dalil tentang adab – adab kesesama
makhluk.
Firman Allah subhan wa ta’ala:
“ dan hamba-hamba tuhan yang maha
penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan
di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan” ( Al Furqon:63)
36. Dan firman Allah Azza wajalla:
“dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan
di muka bumi dengan angkuh, Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri. Dan sederhanakanlah kamu dalamberjalan dan
lunakkan suaramu, sesungguhnya seburuk-buruknya
suara ialah suara keledai” (Luqman: 18-19)
37. DanfirmanAllahsubhanawata’ala:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamudapatmengambilpelajaran(AnNahl:90)
38. Dari abu Dzar, ia berkata, Rosulullah shalallahu alaihi
wa sallam bersabda kepadaku : “Taqwalah kamu
kepada Allah dimana saja kamu berada, dan ikutilah
kejelekan itu dengan kebaikan yang menghapusnya, dan
berakhlaqlah kepada manusia dengan akhlq yang baik”
(HR At Tirmizi no. 1987, ia berkata hasan)