2. NAMA KELOMPOK
• Deshi Anggraini, S.Kep Citra Cicilia, S.Kep
• Suharni, S.Kep Eva Solina, S.Kep
• Padhila, S.Kep Ari Yuliatun, S.Kep
• Fronica, S.Kep Marissa, S.Kep
• Alentia R, S.Kep Aldyan Rananda, S.Kep
• Tri Mulyati, S.Kep
3. DEFENISI
Ankle-Brachial Index adalah rasio tekanan
darah sistolik (TDS) yang diukur di kaki
(dorsalis pedis dan posterior tibial) dan di
lengan (brachial). Pertama kali diperkenalkan
oleh Winsor pada tahun 1950
4. Indikasi
• Menegakkan diagnosis arterial disease pada pasien dengan suspect
Lower Extremity Arterial Disease (LEAD)
• Mengesampingkan LEAD pada pasien dengan luka pada ekstremitas
bawah
• Klaudikasi intermiten
• Usia lebih dari 65 tahun
• Usia lebih dari 50 tahun dengan riwayat merokok atau diabetes
• Menentukan aliran darah arterial yang adekuat pada ekstremitas bawah
sebelum dilakukan terapi kompresi atau debridement luka
• Jika ABI < 0,8 kompresi tinggi berkelanjutan (misal 30-40 mmHg pada
kaki) tidak direkomendasikan
• Pada kasus campuran antara penyakit vena/arterial (misal ABI antara ˃
0.5 s.d < 0.8), dianjurkan untuk menurunkan level kompresi (23-30
mmHg). Jika ABI < 0,5 maka kompresi harus dihindari dan pasien harus
dirujuk ke dokter bedah vaskuler untuk dilakukan evaluasi atau
pemeriksaan lanjutan.
• Mengkaji potensi penyembuhan luka
5. Kontraindikasi
• Nyeri yang luar biasa pada tungkai bawah/kaki
• Deep vein thrombosis, yang dapat menyebabkan
dislodgement thrombosis
• Nyeri berat yang berhubungan dengan luka pada
ekstremitas bawah
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi ABI
saat istirahat
• Umur: menurun seiring bertambahnya usia dikarenakan
kekakuan pada arteri
• Tinggi Badan: Seseorang dengan tinggi badan yang lebih
tinggi akan memiliki ABI yang lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang pendek sebagai konsekuensi
peningkatan TDS dengan jarak yang lebih jauh dari
jantung.
• Jenis kelamin: perempuan memiliki ABI lebih rendah
dibanding laki-laki
• Etnik: kulit hitam memiliki ABI lebih rendh dibandingkan
kulit putih
7. Alat dan bahan
• Doppler portable dengan probe 8-10 MHz, gunakan
probe 5 MHz jika terdapat edema yang besar di daerah
tungkai bawah/kaki
• Sphygmomanometer aneroid
• Gel ultrasound
• Alcohol pads untuk membersihkan Doppler.
• Kassa, tissue atau pads untuk membersihkan gel dari
kulit pasien
• Handuk atau selimut untuk menutup tungkai dan
ekstremitas
• Kertas dan pena untuk menuliskan hasil pengukuran,
kalkulator
8. Prosedur
• Tanyakan kepada pasien tentang aktifitas yang dilakukan
sebelum pemeriksaan yaitu merokok, meminum caffeine,
alcohol, aktivitas berat dan adanya nyeri (jika dimungkinkan,
saranan kepada pasien untuk menghindari stimulant atau
latihan fisik berat 1 jam sebelum pengukuran)
• Lakukan pengukuran ABI pada kondisi lingkungan yang
nyaman untuk mencegah vasokonstriksi arteri
• Hasil ABI terbaik didapatkan ketika pasien rileks, nyaman dan
kandung kencing kosong
• Jelaskan prosedur kepada pasien
• Lepaskan kaos kaki, sepatu dan pakaian yang ketat agar
memungkinkan pemasangan manset dan akses nadi dengan
Doppler
9. • Anjurkan pasien berbaring terlentang (supine), dengan
posisi lengan dan kaki sama tinggi dengan posisi jantung
minimum selama 5-10 menit sebelum pengukuran.
Tempatkan bantal dibawah kepala pasien agar pasien
merasa nyaman. Pilih ukuran manset tekanan darah
yang sesuai baik untuk lengan maupun kaki. Lebar
manset minimal 40% dari lingkar tungkai
10. • Pasang selimut pada tungkai dan ekstremitas
untuk mencegah kedinginan
• Pasang manset di lengan kanan atas dan jangan
sampai menutupi arteri kemudian palpasi nadi
brachialis
11. • Tandai nadi brachialis hasil
palpasi dengan gel ultrasound
• Tempatkan probe vascular Doppler
ultrasound diatas arteri brachialis
dengan sudut 45-60 derajat dan
ubahlan posisi probe hingga
terdengar suara yang terjelas.
Pompa manset hingga 20 mmHg
diatas menghilangnya tekanan
darah sistolik Kempiskan manset
perlahan, perhatikan suara pertama
yang dideteksi oleh probe hasilnya
merupakan tekanan darah systolic
brachialis.Bersihkan gel dari kulit
pasien
12. • Pasang manset tensimeter di
pergelangan kaki dan pastikan
ukurannya sesuai. Palpasi nadi
dorsalis pedis.
• Tandai nadi dorsalis pedis
hasil palpasi dengan gel
ultrasuond
13. Tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas
arteri dorsalis pedis dengan sudut 45-60 derajat dan
ubahlan posisi probe hingga terdengar suara yang
terjelas. Pompa manset hingga 20 mmHg diatas
menghilangnya tekanan darah sistolik. Kempiskan
manset perlahan, perhatikan suara pertama yang
dideteksi oleh probe hasilnya merupakan tekanan
darah systolic dorsalis pedis.Bersihkan gel dari kulit
pasien
14. • Palpasi nadi posterior tibial dan tandai
nadi hasil palpasi dengan gel
ultrasound
• Tempatkan probe vascular Doppler
ultrasound diatas arteri posterior tibial
dengan sudut 45-60 derajat dan
ubahlan posisi probe hingga
terdengar suara yang terjelas. Pompa
manset hingga 20 mmHg diatas
menghilangnya tekanan darah
sistolik. Kempiskan manset perlahan,
perhatikan suara pertama yang
dideteksi oleh probe hasilnya
merupakan tekanan darah systolic
posterior tibial. Bersihkan gel dari kulit
pasien
15. • Lakukan pengukuran selanjutnya di posterior tibial
kiri, dorsalis pedis kiri, dan lengan kiri
• Ulangi pengukuran pada diakhir urutan dan kedua
hasil pengukuran pada lengan kanan harus dirata-
rata terkecuali bila perbedaan antara kedua
pengukuran pada lengan kanan melebihi 10
mmHg. Dalam kasus ini, hanya pengukuran
lengan kanan kedua yang digunakan.
16. Cara penghitungan ABI
• ABI kanan= Tekanan tertinggi pada kaki kanan
Tekanan tertinggi pada kedua lengan
• ABI kiri = Tekanan tertinggi pada kaki kiri
Tekanan tertinggi pada kedua lengan
17.
18. Interpretasi
ABI ≤ 0,90 merupakan batas untuk menegakkan
diagnosis PAD ekstremitas bawah.
Selama follow up, penurunan ABI ˃ 0,15
beberapa kali dapat secara efektif mendeteksi
perkembangan PAD yang signifikan.
19. Nilai ABI Status perfusi
> 1,3 Elevated/incompressible vessels
> 1,0 Normal
≤ 0,9 LEAD
≤ 0,6 - 0,8 Borderline
≤ 0,5 Severe ischemia
< 0,4 Critical ischemia, limb threatened
20. Dokumentasi
• Catat toleransi pasien terhadap prosedur, masalah yang
terjadi pada saat test atau ketidakmampuan untuk
melakukan ABI
• Catat semua tekanan brachial dan ankle pada rekam
medis. Catat adanya perbedaan antar ekstremitas
• Jika terdapat perbedaan antara 15-20 mmHg pada
tekanan brachialis, menandakana adanya stenosis
subclavia
• Perbedaan antara 20-30 mmHg pada tekanan di ankle,
menandakan adanya penyakit obstruksi (obstructive
disease) pada kaki dengan tekanan yang lebih rendah
21. • Catat nilai ABI dan interpretasi status perfusinya
• Catat jika ada edukasi yang diberikan kepada
pasien/keluarganya dan pemahaman atau
respon dari pasien/keluarga
• Beritahukan kepada tempat yankes yang akan
dirujuk jika ada inkonsistensi pada ABI dan
temuan klinis atau ketidakmampuan untuk
melakukan ABI
• Catat adanya rencana follow up dan
rujukan/komunikasi dengan tenaga kesehatan
lain
22. • Onset baru LEAD
• ABI < 0,9 dalam kasus dimana ulkus gagal membaik
dalam 2-4 minggu dengan treatment yang memadai atau
pasien mengeluhkan nyeri berat saat istirahat atau
klaudikasi intermiten.
• Tekanan kaki (toe pressure) < 30 mmHg atau TBI < 0,6
• Borderline, severe atau critical ischemia
• Inkonsistensi antara ABI dan keluhan klinis atau
observasi
• Ketidakmampuan melakukan ABI
• Naiknya ABI> 1,3 tes vaskuler lanjutan seperti
photoplethysmography, transcutaneous oxygen
measures, segmental pressures, duplex ultrasound,
magnetic resonance angiography, or computed
tomography
Indikasi rujukan ke dokter bedah vaskuler untuk evaluasi atau tes
lanjutan
23. Indikasi rujukan segera ke dokter bedah
vaskuler atau IGD
o Gangrene
o Infeksi pada luka atau cellulitis pada tungkai
yang iskemik
o Onset tiba-tiba tand-tanda 6P (pain,
pulselessness, pallor, parathesia, paralysis,
polar [coldness]), yang mengindikasikan
iskemia akut pada tungkai dengan thrombosis.