1. Kelompok 6:
Asyifa Robiatul Adawiyah
Dhea Ayunanda
Heny Fitriani
Dosen Pengajar: Prof. Dr. Rachmadi P, dr., MPH
2. 1. Siklus Air 2. Pencemaran Air
3. Sumber
Pencemaran Air
4. Pengelompokan
Limbah
5. Dampak Buruk
Limbah
6. Parameter
dalam Air Limbah
7. Dasar-Dasar
Proses Pengolahan
Biologis Untuk Air
Limbah
8. Pengelolaan Air
Limbah
9. Pengelolaan
Excreta
KEY CONCEPT
3. 1. Siklus Air
• 30% dari curah hujan jatuh di
daratan.
• 10% membasahi daratan dan
menjadi air tanah, dan 20%
mengalir ke danau dan sungai
yang berujung pada lautan.
• Dari jumlah ini, sekitar 70%
diuapkan (melalui vegetasi)
langsung kembali ke atmosfer.
Gerakan keseluruhan air dari
curah hujan melalui berbagai jalur
yang ada di bumi dan kembali ke
atmosfer disebut siklus hidrologi
4. 2. Pencemaran Air
Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat
digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan
pencemaran air (Darmono, 1995)
Air tersebut juga mempunyai standar 3B (tidak berwarna,berbau,dan beracun).
Dalam PP 82 tahun 2001 pasal 31 disebutkan bahwa setiap orang wajib :
• Melestarikan kualitas air pada sumber air
• Mengendalikaan pencemaran air pada sumber air
pada Pasal 32 ditegaskan bahwa setiap orang yang melakukan usaha
dan atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar
dan akurat mengenai pelaksanaan kewajiban pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air.
5. 3. Sumber
Pencemaran Air
Salah satu penyebab pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa
pengolahan ke dalam suatu badan air. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
18/1999 Jo.PP 85/1999
Tinja
(faeces)
Air seni
(urine)
Grey
water
Air Limbah
Air Limbah
Rumah Tangga
Air Limbah
Industri
Proses
Produksi
Sebagai air
pendingin
mentransportasikan
produk atau bahan
baku
Sebagai air
proses
mencuci dan
membilas
produk
1
2
7. 4. Pengelompokan Limbah
(Berdasarkan Senyawa)
Limbah Organik
Berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah organik merupakan segala limbah yang
mengandung unsure karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup yang dapat
dijadikan sumber nutrisi bagi mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur.
8. Limbah Anorganik
Berdasarkan pengertian
secara kimiawi, limbah
anorganik meliputi
limbah-limbah yang
tidak mengandung
unsur karbon sehingga
tidak dapat diurai oleh
mikroorganisme,
seperti logam yang pada
umumnya berasal dari
industri yang
menggunakan unsur-
unsur logam.
9. “Bila limbah anorganik langsung dibuang di air lingkungan, maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Ion logam yang berasal dari logam
berat, bila terbuang ke air lingkungan sangat berbahaya bagi kehidupan
khususnya manusia”
10. 4. Pengelompokan Limbah
(Berdasarkan Wujud)
Limbah Cair
Limbah cair
domestik
(domestic
wastewater)
Limbah cair
industri
(industrial
wastewater)
Rembesan
dan luapan
(infiltration
and inflow)
Air Hujan
(strom
water)
11. Limbah Padat
Lingkup limbah padat yaitu limbah hasil proses IPAL berupa endapan (slude) yang
biasanya hasil dari proses filter press. Slude dapat dikategorikan tidak berbahaya dan
dapat juga dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
4. Pengelompokan Limbah
(Berdasarkan Wujud)
12. Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
1. Mudah meledak (explosive)
2. Pengoksidasi (oxidizing)
3. Amat sangat mudah terbakar
(extremely flammable)
4. Sangat mudah terbakar (highly
flammable)
5. Mudah terbakar (flammable)
6. Amat sangat beracun (extremely
toxic)
7. Sangat beracun (highly toxic)
8. Beracun (moderately toxic)
9. Berbahaya (harmful)
10. Korosif (corrosive)
11. Bersifat mengiritasi (irritant)
12. Berbahaya bagi lingkungan
(dangerous to the environment)
13. Karsinogenik, dapat
menyebabkan kanker
14. Teratogenik, dapat menyebabkan
kecacatan janin
15. Mutagenic, dapat menyebabkan
mutasi genetik
13. Penyakit Yang
Berhubungan dengan
Air (WaterBorne
Diseases)
5. Dampak Buruk
Limbah
Gangguan
kesehatan
Bahaya Zat
Kimia Dalam
Air Minum
Penurunan
kualitas
lingkungan
Gangguan
terhadap
keindahan
Gangguan
terhadap
kerusakan
benda
Air limbah yang
tidak dikelola
dengan baik dapat
menimbulkan
dampak buruk
bagi mahluk hidup
dan
lingkungannya.
Beberapa dampak
buruk tersebut
adalah sebagai
berikut:
DAMPAK
BURUK
• Nitrat
• Fluorida (F)
• Air raksa
(Merkuri, Hg)
• Kadmium
• Selenium
14. 6. Parameter Dalam
Air Limbah
BOD (Biochemical
Oxygen Demand)
• banyaknya
oksigen dalam
ppm atau
miligram/liter
(mg/lt) yang
diperlukan untuk
menguraikan
benda organik
oleh bakteri pada
suhu 20 0C
selama 5 hari
COD (Chemical
Oxygen Demand)
• jumlah total
oksigen yang
diperlukan untuk
mengoksidasi
bahan organik
secara kimiawi,
baik yang
didekomposisi
secara biologis
(biodegradable)
maupun yang
sukar
didekomposisi
secara biologis
(non
biodegradable).
DO (Dissolved
Oxygen) atau
Oksigen terlarut
• banyaknya
oksigen yang
terkandung di
dalam air dan
diukur di dalam
satuan miligram
per liter.
Kesadahan
(hardness)
• gambaran kation
logam divalen
(valensi 2) yang
terdapat di dalam
air. Kation-kation
ini dapat bereaksi
dengan sabun
membentuk
endapan
(presipitasi)
maupun anion-
anion yang
terdapat di dalam
air
15. Settleable solid
• Lumpur yang
mengendap
dengan sendirinya
pada kondisi yang
tenang selama 1
jam
TSS (Total
Suspended Solid)
• Jumlah berat
dalam mg/l
lumpur kering
yang ada di dalam
air limbah setelah
mengalami
penyaringan
dengan membran
berukuran 0,45
mikron.
MLSS (Mixed Liquor
Suspended Solid)
• Jumlah TSS yang
berasal dari bak
pengendapan
lumpur aktif
setelah dipanaskan
pada suhu 103 –
105 0C.
MLVSS (Mixed
Liquor Volatile
Suspended Solid)
• Kandungan
organik matter
yang terdapat
dalam MLSS.
Didapat dari
pemanasan MLSS
pada suhu 600 0C,
benda volatile
menguap disebut
MLVSS.
6. Parameter Dalam
Air Limbah
16. 6. Parameter Dalam
Air Limbah
Kekeruhan
(turbidity)
• ukuran yang
menggunakan
efek cahaya
sebagai dasar
untuk mengukur
keadaan air
sungai, kekeruhan
ini disebabkan
oleh adanya benda
tercampur atau
benda koloid
dalam air.
Lumpur aktif
(activated sludge)
• Endapan lumpur
yang berasal dari
air limbah yang
telah mengalami
pemberian udara
(aerasi) secara
teratur. Lumpur ini
sangat banyak
mengandung
bakteri pengurai,
sehingga sangat
baik dipergunakan
untuk pemakan
zat organik pada
air limbah
yangmasih baru
Effluent
• Cairan yang keluar
dari salah satu
bagian dari
bangunan
pengolah atau dari
bangunan
pengolahan secara
keseluruhan.
j. Trickling filter
• Teknik untuk
meningkatkan
kontak dari air
limbah dengan
mikroorganisme
yang mengambil
oksigen untuk
metabolismenya.
Saringannya
berupa hamparan
batu koral
berukuran sedang
diletakkan pd air
yg menetes dan
berkontak dengan
mikroorganisme
yang menempel
pada batu koral
tersebut.
17. 7. Dasar-Dasar Proses Pengolahan
Biologis untuk Air Limbah
Prinsip
pengolahan
menggunakan jasa
bakteri
(mikroorganisme)
untuk
menguraikan
bahan organik
yang terkandung
dalam air limbah
dan enzim yang
ada
mikroorganisme
tersebut akan
mengubah bahan
organik menjadi
unsur-unsur
senyawa
sederhana.
18. 7. Dasar-Dasar Proses Pengolahan
Biologis untuk Air Limbah
Ciri-ciri untuk
beberapa unit
pengolahan
tersebut dapat
dilihat pada
Tabel berikut di
samping ini
19. 8. Pengelolaan
Air Limbah
Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada Instalasi Pengolahan
air limbah/IPAL (Waste Water Treatment Plant/WWTP).
Di dalam IPAL biasanya proses pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama
(Primary Treatment), pengolahan kedua (Secondary Treatment), dan pengolahan lanjutan
(Tertiary Treatment) dan pengolahan lumpur (sludge disposal).
Konsep
Pengolahan
Air Limbah
20. 8. Pengelolaan Air Limbah
(Primary Treatment)
Pengolahan pertama bertujuan untuk memisahkan padatan dari air secara fisik.
Hal ini dapat dilakukan dengan melewatkan air limbah melalui saringan (filter) dan/atau
bak sedimentasi (sedimentation tank).
Penyaringan
(Filtration)
Pengendapan
(sedimentation)
mengurangi
padatan maupun
lumpur tercampur
dan partikel koloid
dari air limbah
Ada 2 aktivitas
yaitu: penyaringan
polutan dan
pembersihan alat
filtrasi tersebut
1
Untuk mempercepat
proses pengendapan
dapat ditambahkan
bahan koagulan
seperti alum (tawas)
Dalam industri dikenal dengan Rapid Mixing dan Slow Mixing.
Rapid Mixing untuk melarutkan koagulan di dalam air.
Slow Mixing untuk mencampurkan larutan koagulan
dengan polutan agar terbentuk fock yang dapat mengendap.
21. Pada pengolahan anaerobik harus tidak ada oksigen, akibatnya
unit pengolahan sistem ini harus selalu tertutup, Bakteri anaerobik menstabilkan zat
organik dalam sedimen (sludge digestion)
8. Pengelolaan Air Limbah
(Secondary Treatment)
ZONA ANAEROB
ZONA ANAEROB
Hasil akhir yang dominan dari proses anaerobic:
1. biogas (campuran methane (CH4) dan carbon
dioksida (CO2))
2. Amonia, asam amino, dan amida
3. Senyawa sulfur H2S, merkaptan, serta sedikit
exces sludge.
Proses di dalam tangki septik adalah proses
pengendapan dan pengeraman lumpur.
Sistem pemisahan antara dua kompartemen
tangki dimaksudkan agar terjadi endapan
sempurna.
2
22. Unit-Unit Pengolahan Anaerobik
yang Umum Digunakan
1. Anaerobik
Filter
• Umumnya
anaerobik filter
digunakan sebagai
pengolahan kedua
setelah septik tank
jika alternatif
peresapan ke tanah
tidak mungkin
dilakukan.
2. UASB (Upflow
Anaerobic Sludge
Blanket)
• Penggunaan UASB
ini biasanya dipakai
pada konsentrasi
BOD di atas 1.000
mg/l, yang
umumnya
digunakan oleh
industri dengan
beban organik
tinggi. Jika beban
organik rendah,
maka akan sukar
untuk membentuk
sludge blanket.
3. Kolam
Anaerobik
(Anaerobic Pond)
• Kolam biasanya
tanpa penutup,
tetapi
permukaannya
diharapkan
tertutup oleh scum
hasil proses
fermentasi. Jadi
pengaturan
kedalaman kolam
sangat diperlukan
untuk menjaga
kondisi anaerob
yaitu berkisar
antara (2-5) m.
4. Phytoremediasi
Phytoremediation
merupakan sistem
dimana tanaman
tertentu yang
bekerjasama dengan
micro-organisme
dalam media (tanah,
koral dan air) dapat
mengubah zat
kontaminan
(pencemar/pollutan)
menjadi tidak
berbahaya bahkan
menjadi bahan yang
berguna
secara ekonomi.
23. 8. Pengelolaan Air Limbah
(Secondary Treatment)
ZONA AEROB
Pengolahan kedua bertujuan untuk mengkoagulasikan dan menghilangkan koloid serta
menstabilisasi zat organik dalam air limbah. Proses penguraian bahan organik dilakukan
oleh mikroorganisme secara aerobik atau anaerobik.
1.oksigen sebagai Electron Acceptor
mikroorganisme
2.Proses aerobik biasanya dilakukan dengan
bantuan lumpur aktif (Activated Sludge)
3.Hasil akhir yang dominan dari proses ini
bila konversi terjadi secara sempurna
adalah karbon dioksida, uap air serta
excess sludge.
Terdapat dua hal
penting dalam proses
ini, yaitu proses
pertumbuhan bakteri
dan proses
penambahan oksigen
Ada 2 cara untuk menambahkan oksigen ke dalam air
limbah, sebagai berikut:
1. Memasukkan udara ke dalam air limbah
2. Memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen
ZONA AEROB
2
24. Unit-Unit Pengolahan Aerobik
yang Umum Digunakan
1. Kolam Aerasi
(aerated lagoon)
• Kolam aerasi
menggunakan
peralatan aerator
mekanik berupa
surface aerator
yang digunakan
untuk membantu
mekanisasi
pasokan oksigen
terlarut di dalam
air.
2. Kolam Aerasi
Fakultatif
• Tipe ini selaras
dengan kolam
algae pada pada
kolam stabilisasi,
hanya oksigen
yang diperlukan
disuplai melalui
aerator dan bukan
melalui proses
fotosintesis algae.
3. Tipe Aerobic
Flow Through
• Tipe ini pada
prinsipnya
menempatkan
aerator yang dapat
mengangkat
seluruh endapan
tersuspensi dalam
aliran sehingga
dianggap terjadi
pengadukan
lengkap dari
seluruh sisi kolam
sebagaimana
terjadi pada aerasi
di tangki sistem
activated
sludge/lumpur
aktif.
4. Tipe Aerated
lagoon Extended
Aearation
• Proses pengolahan
air limbah dengan
menggunakan
lumpur aktif
extended aeration
merupakan
pengembangan
dari proses lumpur
aktif konvensional
(standar) yang
secara umum
terdiri dari bak
pengendap awal,
bak aerasi, dan bak
pengendap akhir,
serta bak klorinasi
untuk membunuh
bakteri patogen.
25. Unit-Unit Pengolahan Aerobik
yang Umum Digunakan
5. Lumpur Aktif
(Activated Sludge)
• Lumpur aktif
adalah seluruh
lumpur yang
tersuspensi dan
diberi oksigen
sehingga seluruh
mikroorganisme
aerobik yang ada
dan melekat
dengan lumpur
menjadi sangat
aktif. Ada dua jenis
lumpur aktif yaitu
tipe konvensional
dan tipe extended
aeration.
6. Oxidation Ditch
• Pada prinsipnya
sistem oxidation
ditch adalah
extended aeration
yang semula
dikembangkan
berdasarkan
saluran sirkular
dengan kedalaman
1-1,5 m yang
dibangun dengan
pasangan batu.
7. Kolam stabilisasi
fakultatif
• Pengolahan sistem
ini menggunakan
teknolgi paling
sederhana yaitu
proses
mengandalkan O2
dari fotosintesis
algae. Sedangkan
penguraian bakteri
terhadap bahan
organik menjadi
posfat dan
amoniak
diperlukan algae
sebagai nutrisinya
(fertilizer) untuk
pertumbuhannya.
8. RBC ( Rotating
Biological
Contactor)
• Prinsip pengolahan
dengan RBC
adalah pengolahan
zat-zat organik
yang ada pada air
limbah dengan
mengunakan
bakteri yang
melekat pada
media berbeda
dengan trickling
filter yang
menggunakan
filter media yang
diam sebagai
tempat koloni
bakteri
berkembang.
26. 9. Sistem IPAL
Bio-filter
• Air limpasan
dari bak
pengendap
awal
selanjutnya
dialirkan ke bak
kontaktor
anaerob
dengan arah
aliran dari atas
ke bawah, dan
dari bawah ke
atas.
Unit-Unit Pengolahan Aerobik
yang Umum Digunakan
27. 8. Pengelolaan Air Limbah
(Tertiary Treatment)
pengolahan ini
menghilangkan
nutrisi/unsur hara
khususnya nitrat dan
posfat.
Disamping itu juga pada
tahapan ini dapat
dilakukan pemusnahan
mikro organisme
patogen dengan
penambahan Chlor pada
air limbah.
3
28. 8. Pengelolaan Air Limbah
(Teknologi Pengolahan Lumpur)
Untuk mengurangi
volume lumpur
dengan
membuang
supernatannya
mengurangi
bakteri
pathogen,
mengurangi bau
yang
menyengat dan
mengendalikan
pembusukan zat
organik.
diperlukan
untuk
menghilangkan
bau dan
memudahkan
pengeringan
lumpur.
Lumpur
dikeringkan
untuk
memudahkan
pembuangannya
terutama dalam
hal transpotasi
setelah melalui proses digesting sebenarnya sudah merupakan
humus sehingga dapat digunakan untuk conditioning tanah
tandus, dan dapat juga digunakan sebagai landfill.
29. 9. Pengelolaan
Excreta
• Air
Limbah
Rumah
Tangga
Timbunan
• Septik Tank
• cubluk
• Jamban
Pengelolaan
Setempat
• Truk tinja
Pengurasan
dan
Pengangkutan
• Instalasi
Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT)
Pengolahan
• Sungai
• Saluran
air
Badan Air
Penerima
Pengelolaan
Excreta
On-site Off-site
Community
on-site
30. 9. Pengelolaan
Excreta
Pengelolaan
Excreta
On-site Off-site
Community
on-site
Pada pengelolaan off-site, excreta dialirkan ketempat
pengolahan untuk mengalami pengolahan selanjutnya
Pengelolaan excreta dapat dilakukan di
dalam septic tank.
Di dalam septic tank excreta akan
dikonversi secara anaerobic menjadi
biogas (campuran gas carbondioksida
dan gas Methane).
32. Kesimpulan
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab pencemaran air
adalah aktivitas manusia yang menciptakan limbah rumah tangga, selain itu
pencemaran air juga disebabkan dari limbah industri yang dibuang sembarangan
di sungai, selokan, laut, dll. Proses pengolahan air buangan dapat mengurangi
pencemaran air dari limbah rumah tangga atau limbah industri. Proses
pengolahan air buangan dimulai dari penanganan primer, sekunder, tersier, dan
pengolahan lumpur.
• Diharapkan kepada seluruh masyarakat memperhatikan
kesehatan lingkungannya dengan senantiasa memelihara
perilaku hidup bersih.
• Diperlukan ketrampilan industri untuk pengolahan air buangan
atau mengolah limbah menjadi air bersih, untuk mencegah
penurunan kualitas hidrosfir yang disebabkan air limbah.
33. Referensi
-------------Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 1990, Tentang
Pengendalian Pencemaran Air.
-------------Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82 Tahun 2001 Pasal 31
Annonim: Study on Urban Drainage and Wastewater Disposal In The City of Jakarta, Master
Plan Study, Supporting Report (Draft) Vol. 1, 1990.
Dr. Azrul Azwar M.P.H, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan: Jakarta, Mutiara Sumber
Widiya, 1990.
James F. McKenzie,at.al, An Introduction To Community Health, EGC, 2002.
JICA: Water Supply Engineering Vol 1. Edited by Japan Water Work Association.
Moeller, Dade W., Environmental Health Third Edition: United States of America, Harvard
University Press, 2005.
Ricki M. Mulia, Kesehatan Lingkungan, yogyakarta, Graha Ilmu, 2005 .
Slamet, Juli Soemirat, Kesehatan Lingkungan, Jogjakarta: Gajah Mada University Press,
2002.
Wiley, John and Sons, Environmental Health From Global to Local: United States of America,
A Wiley Imprint, 2010.
World Health Organization (WHO), Water Recreation and Disease: Ukraina, IWA Publishing,
2005.