Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Cbr ehb
1. Buku Utama: Suharmi Arikunto (2012), Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Buku Pembanding: Dr. Purwanto, MPd (2009), Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta: Pustaka
Belajar
OLEH: KELOMPOK 5
Dewi Amalina Pulungan 7192142003
Ferdi Ardiansyah Putra 7193142011
Nada Adilla 7192142001
Syaidah Ashri 7193342023
KELAS : Reguler B 2019
DOSEN PENGAMPU : Rini Herliani SE M.Si, Ak, CA
Dra. Effi Aswita Lubis M.Pd M.Si
MATA KULIAH : Evaluasi Pembelajaran
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
OKTOBER 2020
CRITICAL BOOK REVIEW
MK. EVALUASI PEMBELAJARAN
PRODI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI
Skor Nilai:
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta hidayahNya kami dapat menyelesaikan tugas ”CRITICAL BOOK REVIEW” yang
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kami yaitu “Evaluasi Pembelajaran dengan
dosen pengampun Ibu Dra. Effi Aswita Lubis M.Pd. M.Si dan Ibu Rini Herliani SE.M.Si Ak.
CA.
Kami sangat berharap hasil critical book review ini dapat berguna bagi semua orang dan
dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita semua khususnya dalam hal evaluasi
pembelajaran. kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di tugas critical book review ini masih
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu kami mohon maaf karena sesungguhnya pegetahuan dan
pemahaman kami masih terbatas. Karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan tugas critical book review yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun guna menyempurnakan tugas ini.
Semoga hasil tugas critical book review sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Dan kami berharap sekiranya tugas critical book review yang telah disusun ini
dapat berguna bagi pembaca dan bagi kami khususnya. Atas perhatian nya, kami mengucapkan
terima kasih.
Medan, 10 Oktober 2020
Kelompok 2
3.
4. 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR 1
B. Tujuan Penulisan CBR 1
C. Manfaat CBR 1
D. Identitas Buku Yang Direview 2
a. Buku Utama 2
b. Buku Pembanding 2
BAB II RINGKASAN ISI BUKU 3
A. Ringkasan Buku Utama 3
B. Ringkasan Buku Pembanding 19
BAB III KELEBIHAN DAN KELEMAHAN 25
A. Buku Utama 25
Kelebihan Buku 25
Kelemahan Buku 25
B. Buku Pembanding 25
Kelebihan Buku 25
Kelemahan Buku 26
BAB IV PENUTUP 27
A. Kesimpulan 27
B. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
5. 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR
Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas dan
menganalisis sebuah buku, mengenal dan memberikan penilaian serta mengkritik sebuah buku
yang dianalisis.
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang kita
hanya memilih satu buku untuk di dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari
segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu membuat CBR Evaluasi Pembelajaran ini
untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok bahasan
mengenai evaluasi pembelajaran.
Dari mengkritik inilah kita jadi mendapatkan informasi yang kompeten dengan cara
menggabungkan informasi dari buku yang lain. Hal ini adalah salah satu upaya KKNI untuk
benar benar menjadikan mahasiswa yang unggul dalam segala hal, salah satu nya yaitu
mengkritik buku.
B. Tujuan Penulisan CBR
Critical Book Review ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran. Dengan adanya tugas CBR ini maka akan menambah pengetahuan dan informasi
mengenai Evaluasi Pembelajaran, meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengulas isi
sebuah buku, menganalisis kelebihan dan kelemahan sebuah buku, dan menguatkan critical
thingking mahasiswa berupa melatih individu agar berfikir kritis dalam mencari informasi yang
ada disetiap buku.sss
C. Manfaat CBR
1. Memberikan pengetahuan dan informasi baru mengenai Evaluasi Pemeblajaran.
2. Melatih critical thingking mahasiswa dalam berfikir kritis dalam mencari informasi di
setiap buku.
3. Dapat dijadikan rujukan dalam memilih referensi buku yang sesuai dengan materi
Evaluasi Pembelajaran
6. 6
D. Identitas Buku Yang Direview
a. Buku Utama
Judul : Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan
Pengarang : Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
Penerbit : Bumi Aksara
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2012
ISBN : 978-602-2172-47-5
Halaman : 320 Halaman
b. Buku Pembanding
Judul : Evaluasi Hasil Belajar
Pengarang : Dr. Purwanto, MPd
Penerbit : Pustaka Belajar
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2009
ISBN : 978-602-8479-05-09
Halaman : 224 Halaman
7. 7
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A. Ringkasan Buku Utama
BAB I: PENDAHULUAN
1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dalam bukunya dasar-dasar evaluasi pendidikan, yang
menyatakan: kita tidak dapat mengadakan penilain sebelum kita mengadakan pengukuran.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat
kuantitatif.
Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan
buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai
Jadi, dalam istilah asing pengukuran adalah Measurement, sedang penilaian adalah
Evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata evaluasi yang berarti menilai (tetapi
dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Jadi evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, yang
dimaksudkan untuk membantu para guru dalam pengambil keputusan dalam usaha menjawab
pertanyaan atau permasalahan yang ada. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah
menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan
kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
2. Penilaian Pendidikan
Dalam pendidikan, ada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan
prestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini
mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan tercapai. Jika belum, bagaimana yang
belum dan apa sebabnya. Definisi ini diperluaskan oleh dua ahli lain, yakni Cronbach dan
8. 8
Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur
sejauh mana tujuan tercapai, digunakan untuk membuat keputusan.
3. Tujuan atau Fungsi Penilaian
Dengan diketahuinya makna dari penilaian, maka dapat dikatakan bahwa fungsi penilaian
adalah sebagai berikut:
a. Penilaian berfungsi selektif.
Dengan cara penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksiatau penilaian
terhadap siswanya.
b. Penilaian berfungsi diagnostik.
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi syarat, maka dengan melihat
hasilnya guru dapat mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu akan diketahui pula sebab-
sebab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian guru sebanarnya melakukan diagnosis
kepada siswanya.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Setiap siswa sejak lahir telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga belajar akan lebih
efektif jika di sesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat menentukan dengan pasti
kelompok mana yang sesuai dengan kemampuan siswa, maka digunakan suatu penilaian.
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu mana suatu program berhasil diterapkan
kepada siswa.Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan
dalam proses belajar.
BAB II: Subjek dan sasaran Evaluasi
1. Subjek Evaluasi
Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan
pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, di
tentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.
9. 9
Ada pandangan lain yang mengatakan subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang yang di
evaluasi, dalam hal ini yang di pandang sebagai objek evaluasi adalah mata pelajarannya.
Pandangan lain mengatakan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjek evaluasi.
2. Sasaran Evaluasi
Adapun sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran penilaian untuk unsure-
unsurnya, meliputi : Input, Transformasi dan Output.
a. InPut
Berkenaan dengan hal ini ada beberapa aspek yang harus di perhatikan untuk mencapai hasil
yang di inginkan, yaitu:
Kemampuan: Jika sebuah institusi menginginkan out put yang berguna bagi nusa dan
bangsa maka haruslah memperhatikan atau memilah-milah kemampuan dari beberapa
calon murid. Adapun tes yang di gunakan adalah tes kemampuan.
Kepribadian: Kepribadian adalah sesuatau yang terdapat pada diri manusia serta tampak
bentuknya dalam tingkah laku, sehingga seorang pendidik akan mengetahui satu-persatu
calon peserta didiknya. Adapun alat yang di pakai adalah tes kepribadian.
Sikap: Sikap adalah bagian dari tingkah laku manusia yang menggambarkan kepribadian
seseorang, akan tetapi karena sikap ini sangat menonjol dalam pergaulan maka banyak
orang yang ingin tahu lebih dalam informasi khusus terkait dengannya. Adapun alat yang
di pakai adalah tes sikap.
Intelegensi: Dalam hal ini para ahli seperti binet dan simon menciptakan tes buatan yang
di kenal dengan tes binet-simon yang dapat mengetahui IQ seseorang, karena IQ
bukanlah intelegensi.
b. Transformasi
Di sini ada beberapa unsur yang dapat menjadi sasaran atau objek pendidikan demi di
perolehnya hasil pendidikan yang di harapkan, yaitu :
Kurikulum/materi.
Metode dan cara penilaian.
10. 10
Media.
Sistem administrasi.
Pendidik dan anggotahnya.
c. Out Put
Penilaian atas lulusan suatu sekolah di lakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkah
pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program tersebut dengan
menggunakan tes pencapaian.
BAB III: PRINSIP DAN ALAT EVALUASI
1. Prinsip Evaluasi
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau
hubungan erat tiga komponen, yaitu:
a. Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru
dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah yang
menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM
mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari
tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
b. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah
tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di
lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang
sudah dirumuskan.
c. Hubungan antara KBM dengan evaluasi
Seperti yang sudah disebutkan dalam poin (a), KBM dirancang dan disusun dengan mengacu
pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula dalam poin (b) bahwa alat evaluasi
juga disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus
mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan belajar-
11. 11
mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya juga
harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan.
2. Alat Evaluasi
Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci macam-macam tes dan
non tes.
a. Teknik Non Tes
Ada beberapa teknik non-tes yaitu:
Skala Bertingkat: Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu
hasil pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor yang diberikan oleh guru di sekolah
untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa.
Kuesioner: Kuesioner (questionaire) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya,
kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur.
b. Teknik Tes
Dibawah ini ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian tes.
Dalam bukunya “Evaluasi Pendidikan”, Drs. Amin Daien Indrakusuma mengatakan
bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh
data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara
yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
Dalam bukunya “Teknik-teknik Evaluasi”, Mucthar Bukhori mengatakan tes ialah suatu
percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran
tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.
Dalam buku “Encyclopedia of Educational Evaluation”, diterangkan “Test is
comprehensive assessment of an individual or to an entire program evaluation effort” (tes
adalah penilaian yang kompherensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha
evaluasi program.
12. 12
Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat
pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih
resmi karena penuh dengan batasan-batasan.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya tiga macam tes,
yaitu:
Tes diagnostic. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan
pemberian perlakuan yang tepat.
Tes Formatif. Dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif”maka
evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk
setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif
dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif
mempunyai manfaat baik bagi siswa, guru, maupun bagi program itu sendiri.
Tes Sumatif merupakan tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya sekelompok program
atau sebuah program yang lebih besar.
BAB IV: MASALAH TES
1. Pengertian
Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti piring untuk
menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan sebagai ujian atau
percobaan.
Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan.
2. Ciri-Ciri Tes yang Baik
Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik apabila
memenuhi lima syarat yaitu:
13. 13
a. Validitas merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur dikatakan valid jika tes itu
tepat pada hasil belajar dan akan menghasilkan yang valid pula.
b. Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak terpengaruh oleh
apapun.
c. Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya, tidak ada unsur
subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut.
d. Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak mengecoh. Mudah
pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi dengan petunjuk sehingga dapat
diberikan kepada orang lain.
e. Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang mahal dan tidak
membuang waktu.
BAB V: VALIDITAS
1. Pengertian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya,
instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. (Suharsimi Arikunto 2006).
2. Macam -Macam Validitas
Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris.
Sementara validitas itu terbagi menjadi beberapa4 yaitu validitas isi, validitas konstrak, validitas
“ada sekarang” dan validitas predictive.
a. Validitas isi (content validity)
Yaitu pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan
materi atau isi pelajaran yang diberikan.Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan
melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari
jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup
keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?” atau
berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan.
14. 14
Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara merinci materi
kurikulum atau meteri buku pelajaran. Yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur
hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan
materi atau bahan pelajaran yang harus diuji.
b. Validitas Konstruksi (Contruct validity)
Secara etimologis, kata kontruksi mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan. Sebuah
tes dikatakan memiliki validitas kontruksi apabila butir- butir soal yang membangun tes tersebut
mengukur setiap aspek berfikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus.
Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan
perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Hasil estimasi validitas konstrak tidak
dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien validitas.
Dengan kata lain jika butir- butir soal mengukur aspek berfikir tersebut sudah sesuai dengan
aspek berfikir yang menjadi tujuan instruksional.
Sebagai contoh jika rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK), “Siswa dapat mengenal
tata cara memandikan mayat”, maka butir soal pada tes merupakan perintah bagaimana cara
memandikan mayat dengan baik.
c. Pengujian Validitas Tes secara Empiris
Istilah “Validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman” sebuah
instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Yang
dimaksud dengan validitas empiris adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil
analisis yang bersifat empirik. Sedangkan menurut Ebel bahwa Empirical Validity adalah
validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut
adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
Jadi empirical validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan
suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin
diramalkan oleh pengukuran. Bertitik tolak dari itu maka tes hasil belajar dapat dikatakan telah
memiliki validitas empirik apabila berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil
15. 15
pengamatan dilapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan secara tepat telah dapat
mengukur hasil belajar yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes hasil belajar tersebut.
d. Validitas Ramalan (Predictive Validity)
Setiap kali kita menyebutkan istilah “ramalan” maka didalamnya akan terkandung pengertian
mengenai “sesuatu yang bakal terjadi masa yang akan datang “ atau sesuatu yang pada saat
sekarang belum terjadi dan baru akan terjadi pada waktu-waktu yang akan datang. Apabila istilah
ramalan dikaitkan dengan validitas tes maka yang dimaksut dengan validitas ramalan dari suatu
tes adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan
secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa
yang akan datang.
Jadi pada dasarnya tes yang dilakukan adalah dengan memberikan bentuk soal, item dan sarat
yang diberikan harus memiliki tujuan akhir yang akan ditempuh sehingga proses atau hasil yang
dicapai dapat diprediksi sebelumnya.
e. Validitas Bandingan (concurrent validity)
Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes
tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu menunjukkan adanya
hubungan yang searah antara tes pertama dengan tes berikutnya. Menurut Suharsimi dalam hal
ini tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah
lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada.
Validitas bandingan juga sering dikenal dengan istilah : validitas sama saat, validitas
pengalaman atau validitas ada sekarang. Dikatakan sama saat sebab validitas tes itu ditentukan
atas dasar data hasil tes yang pelaksanaannya dilakukan pada kurun waktu yang sama. Dikatakan
validitas pengalaman sebab validitas tes tersebut ditentukan atas dasar pengalaman yang telah
diperoleh. Adapun dikatakan sebagai validitas ada sekarang sebab setiap kali kita menyebut
istilah pengalaman maka istilah itu akan selalu kita kaitkan dengan hal-hal yang telah ada atau
hal-hal yang telah terjadi pada waktu yang lalu, sehingga data mengenai pengalaman masa yang
lalu itu pada saat ini sudah ada di tanggan.
16. 16
Jadi dalam rangka menguji validitas bandingan, data yang mencerminkan pengalaman yang
diperoleh masa yang lalu itu, kita bandingkan dengan data hasil tes yang diperoleh sekarang ini.
Jika hasil tes yang ada sekarang ini mempunyai hubungan searah dengan hasil tes berdasarkan
pengalaman yang lalu, maka tes yang memiliki karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah
memiliki validitas bandingan.
BAB VI: REALIBILITAS
1. Cara-Cara Mencari Besarnya Realibilitas.
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama. Untuk
mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil. Kriterium yang digunakan
untuk mengetahui ketetapan ada yang berada diluar tes (consistency external) dan pada tes itu
sendiri (consistency internal).
a. Metode bentuk Paralel (equivalen)
Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan,
tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa inggris
disebut alternate-forms method (parallel forms).
b. Metode tes ulang (test-retest method)
Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam
menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua
kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut
dengan single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua tes tersebut dihitung
korelasinya.
c. Metode belah dua atau split-half method
Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes dua kali
percobaandiatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam menggunakan metode
ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes yang dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut
juga single-test-single-trial method.
BAB VII: TAKSONOMI
17. 17
1. Taksonomi Bloom
Menurut taksonomi Bloom ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan), dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci
berdasarkan hirarkhinya. Domain-domain tersebut antara lain:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dalam
ranah ini hirarkinya adalah pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dalam
ranah ini hirarkinya adalah pandangan atau pendapat (opinion) dan sikap atau nilai
(attitude, value)
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Ranah ini tersusun atas keterampilan (skill) dan kemampuan
(abilities)
BAB VIII: TES STANDAR DAN TES BUATAN GURU
1. Pengertian Tes Standar
Tes adalah salah satu bentuk instrumen evaluasi untuk mengukur seberapa besar kemampuan
siswa dalam memahami dan menguasai pokok-pokok materi yang sudah diajarkan. Tes ada yang
dibuat oleh seorang guru yang kemudian disebut tes buatan guru dan ada tes yang sudah
memenuhi standar suatu satuan pendidikan maupun lembaga pendidikan yang kemudian disebut
tes terstandar. Tes kemampuan pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu: Aptitude test
dan Achievement tes.
Perbedaan antara dua tes ini sebenearnya tidak tegas, soal – soal mengenai kedua tes tersebut
sering kali saling melingkupi ( overlap ). Untuk kedua macam tes ini biasanya menggunakan
hitung – hitungan dan perbendaharaan kata – kata dan sekelompok tes dari kedua macam tes ini
biasanya juga menguji tentang keterampilan membaca. Kesamaan yang lain adalah bahwa
keduanya telah digunakan untuk meramalkan hasil untuk yang masa akan dating, walaupun pada
18. 18
umumnya jika kita menggunakan tes prestasi penilai melihat apa yang telah diperoleh setelah
siswa (tercoba) itu diberi suatu pelajaran.
2. Tes Prestasi Standar
Di antara tes prestasi yang digunakan di sekolah ada yang dinamakan tes prestasi standar.
Dalam salah satu kamus, arti kata ”standar” adalah: “A degree of level of requirement,
excellence, or attainment”.
Standar untuk siswa dapat dimaksudkan sebagai suatu tingkat kemampuan yang harus
dimiliki bagi suatu program tertentu. Mungkin standar bagi suatu kursus A berbeda dengan B.
Jadi standar ini dapat dibuat “keras” maupun “lunak” tergantung dari yang mempunyai
kebijaksanaan.
Prosedur yang digunakan untuk menyusun tes standar untuk tes prestasi melalui cara
langsung yang ditumbuhkan dari tes yang digunakan di kelas. Sedangkan spesifikasi yang
digunakan untuk menentukan isi dalam tes bakat biasanya didasarkan atas analisis job (jabatan)
atau analisis tugas yang merupakan tuntutan calon pekerjaannya. Disamping itu juga
mempertimbangkan sifat-sifat yang ada pada manusia. Analisis jabatan analisis tugas yang
dilakukan biasanya tidak tidak didasarkan atas satu kurikulum, tetapi diambil dari masyarakat.
3. Perbandingan Antara Tes Standar dengan Tes Buatan Guru
Tes standar disusun dalam tipe-tipe soal yang sama yang meliputi bahan atau pengetahuan
yang sama banyak dengan bahan atau pengetahuan yang dicakup oleh tes buatan guru. Lalu
apakah perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru, atau apakah keburukan dan
keuntungan tes standar?
BAB IX: TES TERTULIS UNTUK PRESTASI BELAJAR
1. Bentuk-Bentuk Tes
a. Tes subyektif. Secara umum soal subyektif adalah pertanyaan yang menuntut peserta
didik menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Jumlah soal-soal
bentuk subyektif biasanya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu
19. 19
kurang lebih 90-120 menit. Soal-soal bentuk ini menuntut kemampuan peserta didik
untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, dan menghubungkan pengertian-pengertian
yang telah dimiliki.
b. Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif (Arikunto, 1995: 165). Karena sifatnya yang objektif maka penskorannya dapat
dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan
penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan salah. Apabila respons
siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka respons tersebut benar dan biasa
diberi skor 1. Apabila kondisi yang terjadi sebaliknya, maka respons siswa salah dan
biasa diberi skor 0. Jawaban siswa bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar
(convergence).
2. Macam-Macam Tes Objektif
a. Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test). Tes benar salah adalah bentuk tes yang
mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua
pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti
pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan
tersebut benar atau salah. Cara Melakukan Penskoran Tes Benar Salah
Dengan Denda. Skor = Jumlah jawaban benar – Jumlah jawaban Salah.
Tanpa Denda. Skor = Jumlah jawaban yang benar
b. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test). Tes pilihan ganda merupakan tes yang
menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya
maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah
disiapkan.
c. Menjodohkan (Matching Test). Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu
sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa
ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan
mempunyai jawaban yang benar. Cara Memberikan Skor: Penskoran pada tes
menjodohkan tidak diberikan denda terhadap jawaban yang salah. Skor = Jumlah
jawaban benar
20. 20
d. Tes Isian (Complementary Test). Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi
titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian
yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.
Contoh:
(1) Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah …..
(2) Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari
kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia
sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran
……………….. beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran
pasti berasal dari rasio (akal). Aliran ……………, sebaliknya, meyakini
pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi.
c. Pengukuran Ranah Afektif
Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam
ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima (memperhatikan), merespon,
menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.Sedangkan tujuan penilaian afektif
adalah :
a. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan
(remedial program) bagi anak didiknya.
b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain
diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan
kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.
c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan
tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
BAB X: MENGANALISISS HASIL TES
1. Menilai Tes yang Dibuat Sendiri
21. 21
Guru yang sudah banyak berpengalaman, mengajar dan menyusun soal-soal tes, juga masih
sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu cara yang paling baik
adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa. Cara untuk menilai tes, yaitu:
Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh
jawaban tentang ketidak jelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain
keadaan soal tersebut.
Mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu prosedur Yang
sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir
tes yang kita susun. Faedah mengadakan analisis soal:
2. Analisis Butir Soal(Item Analysis)
Analisis butir soal yang dalam bahasa inggris disebut item analiysis dilakukan terhadap
empirik.Maksudnya, analisis itu baru dapat dilakukan apabila suatu tes telah dilaksanakan dan
hasil jawaban terhadap butir-butir soal telah kita peroleh.
Untuk mengetahui kapan soal dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang jelek sangat
berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal.
a. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya
soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran.
Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal yang indeks kesukaran 0,0
menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya
terlalu mudah.
Didalam istilah evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi). Rumus mencari P
adalah: P = B JS
Dimana:
P = indeks kesukaran
22. 22
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:
Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
b. Daya Pembeda.
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, indeks
diskriminasi ini sama dengan indeks kesukaran yaitu berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya
bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif tetapi pada indeks diskriminasi ada
tanda negatif.
Jika seluruh kelompok atas (pandai) dapat menjawab soal dengan benar, sedang seluruh
kelompok bawah (bodoh) menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai diskriminasi paling
besar, yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok
bawah menjawab betul, maka nilai diskriminasinya adalah -1,00. Tetapi jika siswa kelompok
atas dan siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah,
maka soal tersebut mempunyai nilai diskriminasi 0,00 karena tidak mempunyai daya pembeda
sama sekali.
Rumus mencari nilai Diskriminasi adalah:
D = BA/JA – BB/JB = PA – PB
Dimana:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
23. 23
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB BA/JA = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.
PA = BB/JB = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( P sebagai indeks
kesukaran).
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
c. Pola Jawaban Soal
Pola jawaban yang dimaksud adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan jawaban
pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya
testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun.
Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai
pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti
bahwa pengecoh itu jelek, sebaliknya sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik
apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut – pengikut tes yang
kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.
Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui:
a. Taraf kesukaran soal
b. Daya pembeda soal
c. Baik dan tidaknya distraktor
Kekurangan suatu soal mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya
perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya.
B. Ringkasan Buku Pembanding
BAB I: PENGUKURAN DAN EVALUASI DALAM PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan sebuah program. Sebagai program, pendidikan merupakan aktivitas
sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mengetahui apakah tujuan telah
tercapai, diperlukan sebuah evaluasi.
Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria.
Pengambilan keputusan evaluasi dilakukan berdasarkan hasil pengukuran yang dibandingkan
24. 24
dengan standar kriteria yang ditetapkan. Oleh karena itu, terdapat dua kegiatan dalam evaluasi,
yaitu melakukan pengukuran dan membuat keputusan dengan membandingkan hasil pengukuran
dengan standar kriteria.
Pengukuran dan evaluasi mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi penempatan, seleksi,
diagnostik, dan pengukuran keberhasilan. Memiliki empat ciri, yakni meniru model pengukuran
dalam ilmu alam, bersifat tidak langsung, menggunakan ukuran kuantitatif dan mengandung
kesalahan.
BAB II: KOMPONEN DAN MODEL-MODEL EVALUASI PENDIDIKAN
Evaluasi program adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program.
Jadi, evaluasi program pendidikan dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program
pendidikan.
Model evaluasi program pendidikan yang ada, antara lain model pengukuran, model
kesesuaian, model evaluasi sistem dan model iluminatif. Perbedaan model terletak pada
perbedaannya pada komponen dan aspek yang dievaluasi. Evaluasi model pengukuran
komponen hasil belajar dari ranah kognitif. Model kesesuaian mengevaluasi komponen hasil
belajar dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Model evaluasi sistem mengevaluasi semua
komponen pendidikan secara terpisah. Model iluminatif mengevaluasi mengevaluasi semua
komponen secara keseluruhan.
BAB III: TUJUAN PENDIDIKAN DAN HASIL BELAJAR: DOMAIN DAN
TAKSONOMI
Tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku yang diinginkan terjadi setelah siswa belajar.
Tujuan pendidikan dapat dijabarkan dari tujuan nasional, institusional, kurikuler dan
instruksional.
Tujuan nasional pendidikan adalah cita-cita negara terhadap warga negara setelah mengikuti
pendidikan. Tujuan institusional adalah tujuan pendidikan pada masing-masing jenjang
pendidikan dan merupakan penjabaran dari tujuan nasional. Tujuan kurikuler adalah tujuan untuk
setiap bidang studi. Sedangkan tujuan instruksional adalah tujuan pendidikan di tingkat
pengajaran.
25. 25
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dilakukan sebagai cermin untuk melihat
apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai
dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar.
Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses
pendidikan. Perilaku kejiwaan ini dibagi dalam tiga domain: kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dalam domain kognitif diklasifikasikan menjadi pemahaman hafalan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam domain afektif hasil belajar meliputi level penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi dan karakterisasi. Sedangkan domain psikomotorik terdiri dari
level persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas.
BAB IV: TES SEBAGAI INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA HASIL BELAJAR
Untuk memperoleh data yang objektif, maka pengumpulannya dilakukan dengan cara
pengukuran. Dalam pengukuran dilakukan proses pengunpulan data dengan menggunakan alat
atau instrumen. Instrumen dalam pendidikan sangat berhubungan dengan variabel yang hendak
diukur.
Tes merupakan salah satu jenis instrumen. Tes sebagai instrumen berhubungan dengan
fungsinya untuk mengukur penampilan maksimal. Dalam kegiatan pengukurannya, tes dapat
dibagi menjadi dua yaitu tes yang mengukur penguasaan dan tes yang mengukur kemampuan.
Tes yang mengukur penguasaan mengukur apa yang diperoleh, sedangkan tes kemampuan
mengukur apa yang dimiliki.
Tes hasil belajar (THB) merupakan salah satu jenis tes yang megukur penguasaan. Menurut
macamnya, THB terdiri dari tes formatif, sumatif, diagnostik dan penempatan.
Komponen THB terdiri dari perangkat, petunjuk pengerjaan, butir soal, pilihan, kunci
jawaban dan pengecoh. Dalam pelaksanaannya, THB dapat dilakukan dengan pengamatan, lisan
dan tertulis.
BAB V: PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR
THB yang baik digunakan setelah melalui proses pengembangan. Pengembangan THB
dilakukan melalui beberapa kegiatan, yaitu:
26. 26
1. Identifikasi hasil belajar
2. Dekripsi materi
3. Pengembangan spesifikasi
a. Menentukan bentuk dan jenis tes
b. Menentukan banyak butir
c. Menentukan waktu pengerjaan
d. Menentukan peserta uji coba
e. Menentukan waktu uji coba
f. Menentukan aturan skorsing
g. Menentukan kriteria uji coba
h. Menentukan tujuan instruksional umum
i. Menentukan tujuan instruksional khusus
j. Menentukan kisi-kisi
4. Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban
5. Mengumpulkan data uji coba
6. Menguji kualitas tes
7. Melakukan kompilasi
BAB VI: ANALISIS BUTIR TES HASIL BELAJAR
Sebagai sebuah alat ukur, THB harus memenuhi syarat alat ukur yang baik yaitu validitas
dan reliabilitas. Sebelum pengujian syarat alat ukur yang baik dilakukan, terlebih dahulu butir-
butir THB diujicobakan menggunakan analisis butir. Analisis butir dapat dilakukan
menggunakan teori klasik.
Dalam analisis butir menggunakan teori klasik, yang diuji adalah tingkat kesukaran, daya
beda dan efektivitas pengecoh. Dalam pengujian itu, keputusan butir yang baik ditarik
berdasarkan kriteria yaitu tingkat kesukaran harus sedang, daya beda harus positif dan tinggi, dan
pengecoh harus dipilih paling tidak satu orang peserta tes.
BAB VII: PENGUJIAN VALIDITAS TES HASIL BELAJAR
Validitas adalah salahsatu syarat THB yang baik. Validitas berhubungan dengan kemampuan
THB untuk mengukur keadaan yang akan diukurnya.
27. 27
Pengujian validitas dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu validitas isi, kriteria dan
konstruk. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan cara menelaah butir, meminta
pertimbangan ahli dan menghitung korelasi butir dengan total. Pengujian validitas kreteria dapat
berupa validitas konkuren dan prediktif. Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan
menelaah butir, meminta pertimbangan ahli, konvergensi dan diskriminabilitas, multitrait-
multimethod dan analisis faktor.
BAB VIII: PENGUJIAN VALIDITAS KONSTRUK HASIL BELAJAR DENGAN
ANALISIS FAKTOR
Analisis Faktor merupakan analisis uji validitas konstruk. Analisis ini dilakukan dengan
menguji butir-butir atau variabel-variabel yang sangat banyak diringkas menjadi faktor-faktor
yang lebih sedikit dan sederhana. Peringkasan dilakukan dengan menyatukan butir-butir atau
variabel-variabel yang mempunyai varians faktor bersama yang besar ke dakam satu faktor
karena dalam kedaan demikian butir-butir atau variabel-variabel tersebut sebenarnya mengukur
dimensi yang sama. Dalam penggunaannya analisis faktor dapat dilakukan secara eksploratif
maupun konfirmatif.
Analisis faktor ditempuh dengan prosedur yang melibatkan beberapa langkah, yaitu menguji
kelayakan analisis, menyajikan matriks korelasi, melakukan ektraksi, melakukan rotasi dan
member nama faktor. Hasil perhitungan akan ditafsirkan data dapat dianalisis bila sampel cukup
dan berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien KMO minimal 0,80 dan taraf
signifikasi yang ditetapkan di bawah rekomendasi hasil perhitungan. Butir yang mempunyai
dimensi sama memiliki interkorelasi minimal 0,20 dalam matriks korelasi.
BAB IX: PENGUJIAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR
Reliabilitas adalah salah satu syarat THB ynag baik. Reliabilitas adalah koefisien yang
menunjukkan kemampuan THB untuk memberikan hasil pengukuran yang relative tetap.
Reliabilitas dapat dipandang sebagai stabilitas internal. Metode pengujian yang memandang
reliabilitas sebagai stabilitas eksternal adalah metode tes ulang dan parallel. Sedangkan metode
yang memandang reliabilitas sebagai koefisien stabilitas internal adalah metode belah dua,
Flanagan, Rulon, Kuder Richardson, Hoyt, dan Alpha Cronbach.
28. 28
Keputusan reliabilitas dilakukan dengan mengonfirmasikan koefisien reliabilitas hasil
perhitungan dengan kriteria batas tertentu. Beberapa ahli memandang kriteria itu merupakan
batas relatif, beberapa memberikan petunjuk tentang besar koefisien minimal, beberapa yang lain
memandang koefisien reliabilitas sebagai koefisien korelasi yang konfirmasi signifikasinya
menggunakan tabel.
Di samping koefisien reliabilitas, dalam THB yang digunakan untuk mengukur skor-skor
yang akan dibandingkan, perlu dipertimbangkan juga kesalahan standard pengukurannya.
BAB X: PENGUMPULAN DATA HASIL BELAJAR
Data hasil belajar adalah keterangan kuantitatif mengenai hasil belajar siswa. Data itu
mencerminkan perubahan perilaku siswa setelah belajar. Data hasil belajar dapat dikelompokkan
dalam beberapa macam. Berdasarkan pengumpulannya terdapat data primer dan data sekunder.
Menurut sumber objek pengumpulan data dapat diambil dari sampel dan populasi.
Pengumpulan data hasil belajar dilakukan dengan mengubah jawaban peserta tes ke dalam
ukuran kuantitatif berdasarkan aturan skoring yang ditetapkan. Dalam pengukuran THB, aturan
skoring yang digunakan sangat dipengaruhi oleh bentuk THB dan ketentuan mengenai denda.
Skor data hasil belajar dikelompokkan menurut beberapa macam. Berdasarkan unsurnya, skor
dapat dikelompokkan menjadi skor murni, skor amatan, dan skor kesalahan. Menurut jumlah
unsurnya, dapat berupa skor tunggal atau skor gabungan.
BAB XI: STATISTIKA UNTUK ANALISIS DATA HASIL BELAJAR
Statistika dapat digunakan untuk membantu mengolah skor data hasil belajar menjadi nilai
mealalui proses penelitian. Dalam menganalisis data hasil belajar, statistika melibatkan
melibatkan proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data. Pengumpulan data dilakukan
dengan mengukur menggunakan tes belajar. Penyajian data dilakukan menggunakan tabel dan
grafik. Pengolahan data dilakukan menggunakan statistika deskriptif khususnya mean dan
standar deviasi.
BAB XII: PENILAIAN HASIL BELAJAR
Hail pengukuran berupa skor belum mempunyai arti untuk dapat digunakan dalam membuat
keputusan. Skor hanya bermakna dan dapat digunakan untuk membuat keputusan setelah diubah
29. 29
menjadi nilai melalui proses penilaian. Proses penilaian menggunakan skala dan acuan tertentu.
Oleh karenanya pemberian makna kepada nilai dalam pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan skala dan acuan yang digunakan untuk mengubah skor menjadi nilai.
30. 30
BAB III
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
A. Buku Utama
Kelebihan Buku
1. Memberikan penjelasan sangat detail dengan menjabarkan 10 bab mengenai evaluasi
pendidikan
2. Pembahasan mampu membuat pembaca merasa paham dari subab yang telah
dipaparkan selain itu dalam bahasa buku ini sangat sederhana sehingga membuat
pembaca merasa paham dalam isi buku evaluasi pembelajaran
3. Bahasa buku ini tidak baku sekali dalam pemaparan isi buku sehingga pembaca tidak
merasa kesulitan dalm membaca.
Kelemahan Buku
1. Penulisan buku masih ada penulisan EYD yang kurang tepat sehingga pembaca
merasa kurang puas dalam buku ini
2. Pembahasan buku evaluasi ini masih ada kata yang masih kurang berkenan dalam
pembahasan sehingga pembaca merasakan beberapa subab yang masih pembaca
kurang pahami
3. Pemaparan yang menyangkut analisis kualitas tes itu masih belum paham dalam subab
tersebut dengan demikian penulis lebih rinci dalam pemaparan subab tersebut.
B. Buku Pembanding
Kelebihan Buku
1. Memberikan penjelasan sangat detail dengan menjabarkan 12 bab mengenai evaluasi
hasil belajar
2. Perwajahan buku, pendahuluan buku, isi buku, penyusunan buku dan teknis buku
sudah bisa dikatakan buku ini menjadi pedoman yang baik sebagai buku paduan
evluasi
3. Buku ini baik secara konten dengan isi yang mendalam namun sederhana dan menarik
diikuti dengan bahasa penulis yang tertata rapi dan mudah dimengerti
31. 31
Kelemahan Buku
1. Cetakan yang kurang baik yaitu ketikan ataupun kertas yang digunakan dalam
percetakan
2. Tidak disertai tabel atau kolom kolom yang dimuat agar lebih dimengerti oleh
pembaca
32. 32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kedua buku ini masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Buku utama terdiri dan
10 subbab yang menjelaskan mengenai evaluasi pendidikan. Sedangkan buku pembanding terdiri
dari 12 bab yang menjelaskan mengenai evaluasi hasil belajar. Dan masing masing buku
memiliki kelebihan dan kelemahan.
B. Saran
Semoga dengan adanya Critical Book Review ini pembaca, khusunya pendidik, atau calon
pendidik dapat memberikan perhatian lebih dalam hal yang berkaitan dengan evaluasi sehingga
seorang pendidik akan mempunyai dasar yang kuat dalam melakukan penilaian terhadap
siswanya, utamanya bagi pendidik ataupun calon pendidik untuk lebih memperdalam
pengetahuannya dalam hal evaluasi pembelajaran dan menerapkan proses evaluasi tersebut
secara benar dan tepat.
34. 34
DAFTAR PUSTAKA
Suharmi, Arikunto (2012), Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Purwanto (2009), Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar