Hipertiroidisme dan hipotiroidisme merupakan gangguan fungsi kelenjar tiroid yang ditandai dengan produksi hormon tiroid yang berlebihan atau kurang. Hipertiroidisme menyebabkan gejala seperti palpitasi dan kelelahan, sementara hipotiroidisme menimbulkan gejala seperti pembesaran kelenjar dan kulit kering. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan klinis, laboratorium dan radiologi, sementara pengobatannya melip
2. Definisi
Hipertiroid adalah sebuah kondisi yang terjadi ketika fungsi kelenjar
tiroid menjadi tidak normal sehingga menyebabkan produksi dan
pelepasan hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan hipertiroid dapat
menyebabkan thyrotoxicosis.
Thyrotoxicosis didefinisikan sebagai keadaan saat kelebihan hormon
tiroid. Meskipun demikian, thyrotoxicosis bisa saja terjadi pada kondisi
disfungsi tiroid yang tidak menyebabkan hipertiroid.
3. EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi bervariasi bergantung pada populasi, faktor genetik, dan
asupan iodine
• 5 kali lebih besar terjadi pada wanita
• Terjadi pada usia 20-50 tahun, dan lansia.
• Jarang terjadi pada remaja
4. FAKTOR RISIKO
• Kelebihan iodine
• Infeksi bakteri atau virus
• Stress
• Penghentian glukokortikoid
• Kehamilan, khususnya masa nifas
9. • PATOFISIOLOGI
• Untuk memahami patofisiologi dari kondisi hipertiroid, harus dipahami terlebih
mengenai aksis hipotalamus-hipofisis anterior-tiroid. Hipotalamus akan menghasilkan
TRH (Tirotropin Releasing Hormone). TRH akan merangsang sel tirotropin di hipofisis
anterior untuk menghasilkan TSH (Thyroid Stimulating Hormone). TSH akan
merangsang sel folikel di kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormone thyroid yang
dapat berupa tri-iodothyronine (T3) dan tetra-iodothyronine/thyroxine (T4).
• Dalam hal ini tubuh memiliki sistem homeostasis yang baik dengan mekanisme
balik negative. Hormon tiroid yang dilepaskan akan memberikan umpan balik
ke hipotalamus dan hipofisis anterior untuk mengurangi pelepasan TRH dan TSH
sehingga produksi hormon tiroid tidak menjadi berlebihan dalam darah. Apabila
terdapat abnormalitas pada aksis ini tentunya akan berdampak terhadap jumlah
hormon yang beredar dalam darah sehingga dapat terjadi abnormalitas kadar tiroid
dalam darah, bisa penurunan atau peningkatan
10. Aktivasi dari hormon tiroid pada sel target akan menyebabkan sintesis
dari protein baru yang akan berefek utamanya pada metabolisme sel
sehingga terjadi peningkatan Basal Metabolic Rate (BMR), dan juga
berefek pada pertumbuhan, perkembangan CNS, sistem CVS (tachycardia,
tachypnea, peningkatan tekanan darah), dan efek pada sistem yang
lainnya.
Oleh karena itu, pada kondisi hipertiroid dan thyrotoxicosis dimana terjadi
peningkatan hormon tiroid dalam darah, maka akan terjadi peningkatan
metabolisme tubuh secara signifikan yang ditandai dengan menjadi sering
berkeringat meskipun tanpa melakukan aktivitas berat, berat badan
menurun, tachycardia, tachypnea. Kelenjar tiroid juga dapat membesar
dan terpalpasi saat dilakukan pemeriksaan fisik
11.
12. MANIFESTASI KLINIS
Symptoms
• Hyperaktivitas, gelisah,
dysphoria
• Heat intolerance dan
berkeringat
• Palpitasi
• Lelah dan lemas
• Penurunan BB dengan nafsu
makan meningkat
• Diare
• Poliuria
• Oligomenorrhea, libido menurun
Signs
• Takikardia, AF pada
lanjut usia
• Tremor
• Goiter
• Kulit lembab dan hangat
• Muscle weakness,
proximal myopathy
• Lid retraction
• Ginekomastia
14. Gejala tirotoksikosis
• Hiperaktivitas
• Iritabel
• Disforia
• Tidak tahan terhadap udara panas
• Berkeringat berlebih
• Palpitasi
• Lelah
• Penurunan BB (namun nafsu makan meningkat)
• Diare
• Poliuria
• Oligomenorea
• Penurunan libido
15. DD
Hipertiroidism sekunder karena terlalu banyak TSH
• Tumor hipofisis
• Stimulator abnormal yang berasal dari sejenis trofoblas (Mola
Hidatidosa atau koriokarsinoma)
Hipertiroidisme karena :
• Adenoma toksik
• Tiroiditis subakut
• Tiroiditis kronik
Tirotoksikosis, dimana hormon tiroid bukan berasal dari kelenjar tiroid
• Jaringan tiroid ektopik (struma ovarii)
• Tirotoksikosis factitia (hormon tiroid eksogen)
16. Diagnosis
1. Anamnesis
Terkait gejala umum tirotoksikosis
Terkait gejala khas graves disease
Pada pasien usia lanjut gejala yang kemungkinan timbul
hanya berupa kelelahan dan penurunan berat badan ->
tirotoksikosis apeatetik
17. 2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum seperti retraksi kelopak mata, eksoftalmos,
takikardi, tremor, kulit yang hangat dan lembap, kelemahan otot
Pemeriksaan neurologi menunjukkan adanya peningkatan reflex,
wasting otot
Pemeriksaan kelenjar tiroid menunjukkan adanya pembesaran yan
difuse dan peningkatan vascular bruit
18. 3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium : penurunan TSH dan peningkatan
hormon T4 dan T3
Pemeriksaan radiologi menggunakan radioaktif I123
Pemeriksaan uji autoantibody immunoglobulin
CT scan orbital untuk melihat pembengkakakn extraocular mata
Thyroid biopsy untuk melihat ada tidaknya keganasan
Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi penyakit penyerta
22. 2. Tindakan Bedah
• Dilakukan apabila terjadi relaps setelah diberi OAT
• Subtotal atau total thyroidectomi untuk pasien dengan kelenjar
besar atau multinodular goiter, alergi obat.
• Komplikasi yang mungkin muncul adalah perdarahan, edema laring,
hipoparatiroidisme, dan cedera nervus laringeus rekurens
• Sebelum operasi, pasien diberikan OAT sapai eutiroid kemudian
diberikan cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau cairan lugol
10-15 tetes/hari selama 10 hari sebelum dioperasi
23. Indikasi dilakukannya operasi
• Pasien umur muda dengan struma yang besar serta tidak mempan
dengan OAT
• Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan OAT dosis besar
• Alergi terhadap OAT, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
• Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
• Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
24. 3. Terapi radioiodine
- Penggunaan radioaktif yodium (I-131) dimana bertujuan
untuk menghancurkan sel-sel tiroid secara prograsif
- Dilakukan saat terjadi relaps setalah pengobatan OAT
- Kontraindikasi pada ibu hamil dan menyusui
25. Komplikasi
Krisis tirotoksis (“thyroid storm”) adalah
- Eksaserbasi akut dari semua gejala tirotoksikosis
- Seringkali terlihat seperti sindroma yang dapat mengancam
jiwa
- Mortality rate 50%
CHF ; FIBRILASI ATRIAL
SHOCK
OPTHALMOPATHY
OSTEOPOROSIS
GRAVE’S DERMOPATHY
26. Prognosis
• Setelah diberi terapi, 25% berkembang menjadi hipotiroid dan
membutuhkan follow up seumur hidup
• Follow up terapi seumur hidup diperlukan untuk pasien grave’s disease
29. Diagnosis
1. Anamnesis
- Tanyakan mengenai tanda dan gejala
- Riwayat penyakit dan keluarga
2. PE
- Pembesaran kelenjar
- Kulit kering
- Edema piting
- Menurunnya reflek tendon
- Bradikardi
- Dll
3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan darah mengetahui kadar hormone
- Kadar TSH meningkat
- Menurunnya T4
30.
31. Penatalaksanaan
1. Levotiroksin (T4)
Dosis 1.6µg/KgBB/hari (total : 100-150 µg/hari)
Dosis rendah (<60th tanpa disertai penyakit jantung dan pembuluh
darah) : 50µg/hari
Jika 2 bln belum mencapai batas normal penambahan 12.5-
25µg/hari
Penurunan sebesar 12.5-25µg/hari dilakukan jika kadar TSH menurun
dibawah normal