SlideShare a Scribd company logo
1 of 75
PELATIHAN
KELUARGA SEHAT
MATERI INTI 4
dr. Esti Pangastuti MA
Happy Family
Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan
7/21/2022 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 3
PELAYANAN PTM DI KELUARGA
HIPERTENSI
KESEHATAN JIWA
BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN
Indikator
Keluarga
Sehat
4
A Program Gizi, Kesehatan Ibu & Anak:
1 Keluarga mengikuti KB
2 Ibu bersalin di faskes
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4 Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan
B Pengendalian Peny. Menular & Tidak Menular:
6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar
7 Penderita Hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8
Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
C Perilaku dan kesehatan lingkungan:
9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10 Keluarga memiliki/memakai air bersih
11 Keluarga memiliki/memkai jamban sehat
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes
5
• mampu memahami pelayanan
penyakit tidak menular dan gangguan
jiwa di keluarga
A.Tujuan
Pembelajaran
Umum
B.Tujuan Pembelajaran Khusus :
Mampu menjelaskan :
Hipertensi
Kesehatan jiwa
Bahaya merokok bagi kesehatan
Instrumen pendataan Pelayanan
Penyakit Tidak Menular
SISTIMATIKA
PENDAHULUAN
HIPERTENSI , GANGGUAN JIWA, MEROKOK
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
PRAKTEK
6
Sumber : Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles
Penyebab Utama dari Beban Penyakit, 1990-2015
7
1990 2000 2010 2015
Trend ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan perilaku hidup
(pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll).
Upaya Promotif-Preventif yang efektif harus diutamakan agar dapat menurunkan
beban penyakit.
Faktor Risiko
Perilaku Penyebab
Terjadinya PTM
Yang Harus
Diperbaiki
SEPULUH PENYEBAB KEMATIAN UTAMA (SEMUA UMUR)
SAMPLE REGISTRATION SYSTEM (SRS)
INDONESIA, 2014
0
5
10
15
20
25
21,1
12,9
6,7
5,7 5,7
4,9
2,7 2,6 2,1 1,9
Mengapa PTM Menjadi
Masalah
Sebagian besar
masyarakat
belum mengerti
12
Sumber : Riskesdas 2013
www.themegallery.com Company Logo
Data Riskesdas (2013)
1
Gangguan mental emosional
(gejala depresi dan anxietas)
≥15 tahun  6% (>14 juta jiwa)
2
3
Gangguan jiwa berat (psikosis) adalah
1.7/1000 (> 400.000 jiwa)
14,3% penderita
gangguan jiwa berat
tersebut pernah dipasung
• menurunkan status kesehatan fisik
• menimbulkan dampak psikososial antara lain: tindak
kekerasan, penyalahgunaan napza, pemasungan, maupun
tindakan percobaan bunuh diri.
14
Estimasi WHO:
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang belum mendapatkan
layanan kesehatan jiwa di Negara-negara dengan penghasilan
rendah-menengah termasuk Indonesia adalah >85%.
• Pemasungan pada ODGJ:
bentuk pengekangan kebebasan yang dilakukan
pada ODGJ di komunitas  melanggar HAM
Berakibat perampasan kebebasan mengakses
layanan untuk membantu pemulihan fungsi ODGJ
tersebut
sebagian besar dilakukan oleh keluarga inti
Beberapa alasan pemasungan: kurangnya
pengetahuan, kesulitan akses dan keterjangkauan
ke layanan kesehatan jiwa.
APAKAH HIPERTENSI ?
Pengertian
 Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah secara menetap
≥ 140/90 mmHg.
 Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah arterial yang menetap
16
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH
JNC 7 - 2003
17
Tekanan darah (mm Hg) Kategori
SISTOLIK DIASTOLIK
<120 dan <80 Normal
120-139 atau 80-89 Prehipertensi
140-159 atau 90-99 Hipertensi derajat 1
≥160 atau ≥100 Hipertensi derajat 2
GEJALA DAN TANDA
1.Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual dan muntah
4. Sesak napas
5. Napas pendek
(terengah-engah)
6. Gelisah
18
7. Pandangan menjadi kabur
8. Mata berkunang-kunang
9. Mudah marah
10.Telinga berdengung
11.Sulit tidur
12.Rasa berat di tengkuk
Seringkali hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga
penderita tidak merasa sakit. Gejala dan tanda muncul
biasanya karena sudah terjadi kelainan organ
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
19
1. Tidak Dapat Diubah
Umur, Jenis Kelamin, Genetik
2. Dapat Diubah
Merokok, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih,
kurang aktifitas fisik, kegemukan, konsumsi alkohol,
dyslipidemi, stress
Pencegahan dan Pengendalian
20
Orang atau kelompok masyarakat yang masih
sehat atau memiliki faktor risiko PTM
TATALAKSANA HIPERTENSI
21
NON
FARMAKOLOGI
(MODIFIKASI
GAYA HIDUP)
FARMAKOLOGI
(OBAT ANTI
HIPERTENSI)
MODIFIKASI GAYA HIDUP UNTUK
TATALAKSANA HIPERTENSI
Modifikasi Rekomendasi Penurunan tek darah
sistolik (kurang lebih)
Penurunan berat badan Pertahankan berat badan normal
(Indeks massa tubuh 18.5-24.9
kg/m2)
5-20 mm Hg untuk setiap
penurunan berat badan 10 kg
Adaptasi diet DASH
(Dietary Approach to Stop
Hypertension)
Konsumsi buah, sayur sebanyak 5
porsi/hari, produk rendah lemak
dan rendah lemak jenuh
8-14 mm Hg
Diet rendah garam Konsumsi garam tidak lebih dari
2.0 g/hari atau 1 sendok teh peres
2-8 mm Hg
Peningkatan aktifitas fisik Lakukan aktifitas aerobik secara
teratur seperti jalan
(30 menit/hari setiap hari)
4-9 mm Hg
Tidak mengkonsumsi
alkhohol
Tidak mengkonsumsi alkhohol 2-4 mm Hg
22
KESEHATAN JIWA KELUARGA
Gangguan jiwa
kumpulan gejala dari gangguan pikiran, gangguan perasaan
dan gangguan tingkah laku yang menimbulkan penderitaan
dan terganggunya fungsi sehari-hari (fungsi pekerjaan dan
sosial) dari orang tersebut
Gangguan
Pikiran
• Sulit konsentrasi
• Pikiran berulang
• Bingung, kacau,
ketakutan yang
tidak beralasan
• Gangguan
penerimaan
pancaindera yang
ada
objek/sumbernya
Gangguan
Perasaan
• Cemas
berlebihan dan
tdk masuk akal
• Sedih yang
berlarut
• Marah tdk
beralasan
Gangguan
Perilaku
• Menyendiri
• Gaduh gelisah
• Perilaku yg terus
diulang
• Perilaku kacau
• hiperaktif
Gejala Fisik
• Gangguan tidur
dan makan
• Pusing, tegang,
sakit kepala
berdebar-debar,
keringat dingin
• Sakit ulu hati,
diare, mual
• Kurang gairah
kerja dan seksual
Gangguan Fungsi
Pekerjaan /Sosial
• Tidak mampu
kerja/sekolah
• Sering bolos
sekolah/kerja
• Prestasi menurun
• Tdk mampu
bergaul
• Menarik diri dari
pergaulan
4 JENIS GANGGUAN JIWA TERBANYAK
DI MASYARAKAT
GANGGUAN
CEMAS
GANGGUAN
BIPOLAR
GANGGUAN
PSIKOTIK/
SKIZOFRENIA
GANGGUAN
DEPRESI
GANGGUAN CEMAS
Gejala Utama:
Rentang emosi: mudah tersinggung, tidak sabar,
gelisah, tegang, frustasi
Ciri Fisik : gelisah, berkeringat, jantung berdegup
kencang, kepala seperti diikat, gemetar dan sering
buang air kecil
Ciri Perilaku: gelisah, tegang, gemetar, gugup, bicara
cepat dan kurang koordinasi
Ciri Kognitif: sulit konsentrasi, gejala panik, merasa
tidak bisa mengendalikan semua, merasa ingin
melarikan diri dari tempat tersebut, serasa ingin mati
GANGGUAN DEPRESI
Gejala Utama:
Merasa sedih berkepanjangan
lebih dari 2 minggu dan
bertahan selama 2 bulan
Hilang minat dan ketertarikan
terhadap aktivitas yang
biasanya menyenangkan
Mudah lelah
•Depresi sering disertai dengan keluhan fisik seperti
nyeri kepala, gangguan lambung, dan keluhan fisik lain
yang kronis atau tidak sembuh-sembuh dengan
pengobatan fisik biasa.
Gejala tambahan:
Rasa bersalah
Merasa tidak berguna
Pandangan masa depan suram/
pesimis
Harga diri dan kepercayaan diri
berkurang
Gangguan tidur
Gagasan/perbuatan yang
membayakan diri (ide bunuh diri)
Gangguan pola makan
GANGGUAN BIPOLAR
Definisi: gangguan suasana perasaan yang berganti-ganti
antara episode manik dan depresi dalam periode
waktu yang berbeda
EPISODE MANIK:
 Suasana hati yang
gembira berlebihan
 Sangat
bersemangat
 Tidak mudah Lelah
 Harga diri tinggi
 Gagasan/ide yang
melompat-lompat
 Banyak bicara
 Perhatian mudah
teralih
 Kebutuhan tidur
berkurang
 Dorongan untuk
membelanjakan
sesuatu tanpa
perhitungan
 Pengendalian diri
kurang
EPISODE DEPRESI:
Murung (sedih) sepanjang
waktu
Kehilangan minat/keinginan
Mudah lelah/tak bertenaga
Gejala tambahan :
Rasa bersalah
Merasa tidak berguna
Pandangan masa depan
suram/ pesimis
Harga diri dan kepercayaan
diri berkurang
Gangguan tidur
Gagasan/perbuatan yang
membayakan diri (ide bunuh
diri)
Gangguan pola makan
GANGGUAN PSIKOTIK/SKIZOFRENIA
Gejala Utama
• Perilaku aneh atau kacau
(pembicaraan tidak nyambung /tidak
relevan)
• Rentang emosi labil, mudah
tersinggung, gelisah sampai tidak
terkontrol
• Menarik diri dari lingkungan (diam
dan atau mengurung diri),
• Kecurigaan atau keyakinan yang jelas
keliru dan dipertahankan
(delusi/waham)
• Halusinasi (mendengar suara /
melihat sesuatu tidak nyata), kadang
terlihat bicara sendiri dan sulit tidur
• Tidak dapat bertanggung jawab
terhadap yang biasa dikerjakan
(aktivitas pekerjaan, sekolah, rumah
tangga, dan sosial)
Faktor Biologik
• Genetik/Keturunan
• perubahan struktur
otak dan
keseimbangan kimia
otak
• penyakit fisik
(kondisi medis
kronis dan kondisi
penggunaan
obat2an/narkoba)
Faktor Sosial:
• Relasi interpersonal
yang kurang baik
(disharmoni
keluarga)
• Stress yang
berlangsung lama
• Masalah kehidupan
• Kurangnya
dukungan keluarga
dan lingkungan
Faktor Psikologik
• Tipe kepribadian
(dependen,
perfeksionis,
introvert) kurang
motivasi
• kurang dapat
menyesuaikan diri
terhadap
perubahan
kehidupan
FAKTOR RISIKO GANGGUAN JIWA
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA
 Adakah anggota keluarga yang sering mengalami:
»marah-marah tanpa alasan yang jelas, memukul, merusak
barang, mudah curiga berlebihan, tampak bicara sendiri,
bicara kacau atau pikiran yang aneh?
»sedih terus menerus lebih dari 2 minggu, berkurangnya minat
terhadap hal-hal yang dulunya dinikmati, dan mudah lelah
atau tenaganya berkurang sepanjang waktu?
»cemas, khawatir, was-was. Kurang konsentrasi disertai
dengan keluhan fisik seperti sering berkeringat, jantung
berdebar, sesak, mual?
»gembira berlebihan, merasa sangat bersemangat, merasa
hebat dan lebih dari orang lain, banyak bicara dan mudah
tersinggung?
»gejala tersebut di atas mengalami pengekangan kebebasan
berupa pengikatan fisik atau pengurungan/pengisolasian?
1. Tanyakan riwayat gangguan
jiwa sebelumnya atau dalam
keluarga
2. Tanyakan apa yang dipikirkan
dan dirasakan? Apakah ada
pikiran yang mengganggu?
3. Keluarga dapat menjadi
tempat berbagi cerita dan rasa
4. Kalau sulit /tidak teratasi minta
bantuan kader kesehatan,
dokter atau datang ke PKM
5. Jika ada ODGJ dipasunglapor
kader/pamong setempat
Gangguan Jiwa dapat
diobati jika diketahui
dan ditangani sejak
awal
Peran keluarga dalam
memperhatikan
tingkah laku anggota
keluarga lain, kalau
ada perubahan,
segera telusuri:
Penanganan awal dan perawatan ODGJ
(Orang Dengan Gangguan Jiwa) di keluarga
INFORMASI PENTING BAGI KELUARGA
Jelaskan bahwa gejala dari keluhan di atas merupakan gejala
gangguan mental, yang juga termasuk penyakit medis.
Pengobatan tergantung kepada jenis, berat-ringannya
penyakit/gangguan jiwa yang dialami.
Dukungan keluarga penting untuk kepatuhan berobat
(compliance) dan rehabilitasi.Organisasi masyarakat dapat
menyediakan dukungan yang berharga untuk pasien dan
keluarga.
KONSELING PASIEN DAN KELUARGA
Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga,
minum obat secara teratur dapat mencegah kekambuhan.
Informasikan obat tidak dapat dikurangi atau dihentikan
tiba-tiba tanpa persetujuan dokter.
Informasikan juga tentang efek samping yang mungkin
timbul dan cara penanggulangannya (bagi dokter).
Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan
seoptimal mungkin di pekerjaan dan aktivitas harian lain.
Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan
masyarakat (berpakaian, berpenampilan dan berperilaku
pantas).
Menjaga keselamatan pasien dan orang yang
merawatnya pada fase akut
Meminimalisasi stres dan stimulasi
Gaduh gelisah yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan
masyarakat memerlukan rawat inap atau pengamatan
ketat di tempat yang aman.
KONSELING PASIEN DAN KELUARGA
BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN
41
a. Masalah Kesehatan Akibat
Konsumsi Rokok
1) Karakteristik Asap Rokok
2) Penyakit Terkait Konsumsi
Rokok
b. Pencegahan dan Upaya Berhenti
Merokok
1) Perlindungan Terhadap Paparan
asap Rokok
2) Peningkatan Kewaspadaan
Masyarakat Akan Bahaya
Produk Rokok
3) Upaya Layanan Berhenti
Merokok
Asap rokok mengandung 4000 zat kimia
dan 43 diantaranya BERACUN
Karakteristik Asap Rokok
42
Akibat merokok pada
kesehatan manusia
43
PENYAKIT
TERKAIT
KONSUMSI
ROKOK
44
Sumber: Susenas 2015
Kawasan Tanpa Rokok
adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, mengiklankan, dan/ mempromosikan produk
tembakau.
Tujuan untuk melindungi perokok pasif dari bahaya asap
rokok, memberikan lingkungan yang bersih dan sehat
dan meningkatkan kesadaran bahaya asap rokok.
Selain itu rumah tangga juga harus menerapkan
kawasan rumah tanpa rokok, untuk melindungi seluruh
anggota keluarga terhadap paparan asap rokok, dengan
melarang semua orang merokok di rumah termasuk
orang yang berkunjung kerumah tersebut.
Perlindungan Terhadap
Paparan Asap Rokok
45
Peningkatan Kewaspadaan Masyarakat
akan Bahaya Rokok
• Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 28
tentang Pencantuman
Informasi dan Peringatan
Kesehatan Bergambar
pada Kemasan Rokok.
• Meningkatkan
pengetahuan masyarakat
tentang bahaya merokok
terhadap kesehatan diri
sendiri maupun orang lain
atau lingkungan sekitarnya.
46
Upaya Layanan Berhenti Merokok
• Upaya Layanan Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas
kesehatan tingkat pertama (FKTP)melalui :
– Peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam dan
menyediakan sarana dan prasarana layanan Berhenti
Merokok di FKTP
– Peningkatan kapasitas guru dalam melakukan
skrining dan konseling Berhenti Merokok bagi siswa.
• Selain itu Kementerian kesehatan telah menyediakan
layanan berhenti merokok (Quitline) melalui telepon tanpa
bayar (hotline) di 0800-177-6565
47
Upaya Layanan Berhenti Merokok
• Sebagai pembina keluarga sehat, wajib menjelaskan
bahaya merokok dan paparan asap rokok bagi kesehatan
kepada seluruh anggota keluarga yang menjadi binaannya
dan menganjurkan anggota keluarga yang merokok untuk
berhenti merokok dan menginformasikan layanan berhenti
merokok di FKTP dan FKRTL serta layanan QUITLINE
yang tersedia.
48
KESIMPULAN
49
Hipertensi dapat dicegah dan dikendalikan
Tatalaksana / Pengobatan Hipertensi :
–Modifikasi pola hidup sehat
–Obat
Dengan “PATUH” , tekanan darah dikendalikan
dan kerusakan/ komplikasi organ akibat
Hipertensi dapat dicegah
Pengobatan ODGJ perlu dilanjutkan meskipun
gejala telah mereda. Tidak memberhentikan atau
mengurangi obat tanpa persetujuan dokter.
KESIMPULAN (2)
50
antisipasi kekambuhan gangguan jiwa, dengan minum
obat dan mengikuti terapi lain (misalnya: psikoterapi)
secara teratur.
KTR bertujuan untuk melindungi perokok pasif dari
bahaya asap rokok, menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat serta meningkatkan kesadaran
bahaya asap rokok
Keluarga/rumah tangga harus menerapkan kawasan
rumah tanpa rokok
KESIMPULAN (3)
51
•Pembina keluarga sehat, wajib menjelaskan bahaya
merokok dan paparan asap rokok bagi kesehatan
kepada seluruh anggota keluarga yang menjadi
binaannya dan menganjurkan anggota keluarga yang
merokok untuk berhenti merokok
•Pembina keluarga dan anggota masyarakat berperan
penting dalam pencegahan dan pengendalian Penyakit
Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa
52
INSTRUMEN PENDATAAN PELAYANAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR
DAN KESEHATAN JIWA
DEFINISI OPERASIONAL
NO. INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL
7
Penderita hipertensi
berobat teratur
Jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang berdasar
pengukuran adalah penderita tekanan darah tinggi
(hipertensi), ia berobat sesuai dengan petunjuk
dokter/petugas kesehatan.
8
Penderita gangguan
jiwa berat tidak
ditelantarkan
Jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang
menderita gangguan jiwa berat, penderita tersebut tidak
ditelantarkan dan/atau dipasung.
9
Tidak ada anggota
keluarga yang
merokok
Jika tidak ada seorang pun anggota keluarga yang sering
atau kadang-kadang menghisap rokok atau produk lain
dari tembakau. Termasuk di sini adalah jika anggota
keluarga tidak pernah atau sudah berhenti dari kebiasaan
menghisap rokok atau produk lain dari tembakau.
53
54
DO INDIKATOR
7. Penderita hipertensi yang berobat sesuai aturan: (ART > 15 tahun )
a. Pernah didiagnosis menderita hipertensi : 1. Ya 2. Tidak
b. Meminum obat hipertensi secara teratur: 1. Ya 2. Tidak
Hasil pengukuran tekanan darah : Normal dan tekanan darah tinggi
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “ya”  Y
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “tidak”  T
Jika (a) jawabannya “ya” maka tidak perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah
Jika (a) jawabannya “tidak” maka dilakukan pengukuran tekanan darah
Jika (a) jawabannya “tidak” dan hasil pengukuran normal  N
Jika (a) jawabannya “tidak” dan hasil pengukuran darah tinggi  T
55
DO INDIKATOR
8. Penderita gangguan jiwa berat (Schizoprenia) yang mendapat pelayanan
pengobatan (ART > 15 tahun)
a. pernah didiagnosis menderita Schizoprenia 1. Ya 2. Tidak
b. meminum obat gangguan jiwa berat secara teratur 1. Ya 2. Tidak
Jika (a) jawabannya “tidak”  N
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “ya”  Y
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “tidak”  T
9. Ada anggota keluarga yang merokok: (ART > 15 tahun)
Apakah Saudara merokok? 1. Ya 2. Tidak
Jawaban “ya”  T
Jawaban “tidak”  Y
56
B. GANGGUAN KESEHATAN
Berlaku untuk Anggota Keluarga berumur ≥ 15 tahun
8. Apakah Saudara pernah didiagnosis menderita
tekanan darah tinggi/hipertensi?
1. Ya 2. Tidak P.10a
9. Bila ya, apakah selama ini Saudara meminum obat
tekanan darah tinggi/hipertensi secara teratur?
1. Ya 2. Tidak
10. a. Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah?
1. Ya 2. Tidak
b. Hasil pengukuran tekanan darah
b.1. Sistolik (mmHg)
b.2. Diastolik (mmHg)
A. HIPERTENSI
57
II. KETERANGAN KELUARGA
7. Apakah ada Anggota Keluarga yang pernah didiagnosis
menderita gangguan jiwa berat (Schizoprenia)?
1. Ya 2. Tidak P.9
8. Bila ya, apakah selama ini penderita tersebut meminum obat
gangguan jiwa berat secara teratur?
1. Ya 2. Tidak
9. Apakah ada Anggota Keluarga yang dipasung?
1. Ya 2. Tidak
B.KESEHATAN JIWA
C.BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN
B. GANGGUAN KESEHATAN
Berlaku untuk semua umur
1. Apakah Saudara mempunyai kartu jaminan kesehatan atau JKN?
1. Ya 2. Tidak
2. Apakah Saudara merokok?
1. Ya (setiap hari, sering/kadang-kadang) 2. Tidak
(tidak/sudah berhenti)
59
1. Buku Pedoman Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi , Dit PPTM , 2015
Kementerian Kesehatan RI
2. Buku Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer , 2016 Kementerian Kesehatan RI
3. Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di FKTP 2015, Kementerian Kesehatan RI
4. Buku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia ( PPDGJ ) III,
1993 Kementerian Kesehatan RI
5. Buku Penatalaksanaan Gangguan Jiwa di FKTP , 2014 Kementerian Kesehatan RI
6. Buku Pedoman Penanggulangan Pemasungan pada ODGJ 2016, Kementerian
Kesehatan RI
Referensi
60
PENGUKURAN TEKANAN
DARAH
61
PANDUAN PENUGASAN
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
I. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok
II.Masing masing kelompok , dibagi lagi menjadi 2.
a)Duduk berhadapan mempraktekkan cara
mengukur tekanan darah yang baik dan benar
sampai mencatatkannya di formulir.
b)Dilakukan bergiliran, sehingga semua peserta
mempraktekkan sebagai pasien dan petugas.
62
Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter
Digital. Pengukuran ini untuk mendapatkan data
tekanan darah pada penduduk.
1)Alat dan bahan
a.Tensimeter digital
b.Manset besar
c.Batu baterai AA
63
a. Prosedur sebelum pengukuran
1) pemasangan baterai
• Balikkan alat, hingga bagian bawah
menghadap keatas
• Buka tutup baterai sesuai tanda panah
• Masukkan 4 buah baterai “AA” sesuai
dengan arah yang benar.
64
2) Cara pengukuran
Pemasangan Batu Baterai
65
2) Penggantian baterai
– Matikan alat sebelum mengganti baterai
– Keluarkan baterai jika alat tidak akan digunakan
selama lebih dari 3 bulan.
– Jika baterai dikeluarkan >30 detik, maka tanggal/waktu
perlu disetting kembali.
– Buang baterai yang sudah tidak terpakai pada tempat
yang sesuai
– Jika tanda baterai bersilang muncul, segera ganti
baterai dengan yang baru
– Walaupun tanda baterai bergaris muncul, saat masih
dapat digunakan untuk mengukur sebentar, akan
tetapi baterai harus segera diganti
66
a) Tekan tombol “start/stop” untuk
mengaktifkan alat
67
3) Prosedur pengukuran
b) Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah,
responden sebaiknya menghindar kegiatan
aktifitas fisik seperti olah raga, merokok, dan
makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran.
Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit
sebelum pengukuran.
c) Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi
stres. Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam
ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenang
dan posisi duduk.
68
Petugas Yang Ramah dan Ruangan
Yang Nyaman
69
d) Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak
menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai.
Letakkan lengan kiri responden di atas meja sehingga
manset yang sudah terpasang sejajar dengan jantung
responden
e) Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kiri responden
dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak,
dan tidak berbicara pada saat pengukuran. Apabila
responden menggunakan baju berlengan panjang,
singsingkan lengan baju ke atas tetapi pastikan lipatan baju
tidak terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran darah
dilengan
f) Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak
tangan terbuka ke atas
70
Posisi pengukuran tekanan darah
71
Posisi
jongkok
Posisi
berdiri
Sambil
berbicara
g) Jika pengukuran selesai, manset akan
mengempis kembali dan hasil pengukuran
akan muncul. Alat akan kembali menyimpan
hasil pengukuran secara otomatis
h) Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat.
Jika anda lupa untuk mematikan alat, maka
alat akan mati dengan sendirinya dalam 5
menit
72
a. Masukkan ujung pipa manset pada bagian alat
b. Perhatikan arah masuknya perekat manset
c. Pakai manset, perhatikan arah selang
d. Perhatikan jarak manset dengan garis siku lengan ±1-2 cm.
e. Pastikan selang sejajar dengan jari tengah, dan posisi
lengan terbuka keatas
f. Jika manset sudah terpasang dengan benar, rekatkan
manset
g. Pastikan cara menggunakan manset dengan baik dan
benar, sehingga menghasilkan pengukuran yang akurat
h. Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil
pengukuran tersebut pada formulir hasil pengukuran dan
pemeriksaan.
73
4) Prosedur penggunaan manset
Cara pemasangan manset
pada tensimeter digital
74
jarak antara
manset dan
lekukan siku 
2jari
• Catatan :
a) Jika hasil pengukuran hasilnya ekstrim, pengukuran dilakukan
dua kali, jarak antara dua pengukuran sebaiknya antara 2
menit dengan melepaskan manset pada lengan.
b) Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih >
10mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat selama 10
menit dengan melepaskan manset pada lengan
c) Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat
dilakukan dengan posisi berbaring, dan catat kondisi tersebut
dilembar catatan.
75

More Related Content

Similar to dr. Esti - PTM KS PKM.pptx

pptbuatpusling-221012013749-acb07fd5.pdf
pptbuatpusling-221012013749-acb07fd5.pdfpptbuatpusling-221012013749-acb07fd5.pdf
pptbuatpusling-221012013749-acb07fd5.pdf
PkmKibin
 
Hypno psychosomatic
Hypno psychosomaticHypno psychosomatic
Hypno psychosomatic
nufir2203
 
GANGGUAN JIWA PADA PERIODE KEHAMILAN DAN PASCA PERSALINAN.pdf
GANGGUAN JIWA PADA PERIODE KEHAMILAN DAN PASCA PERSALINAN.pdfGANGGUAN JIWA PADA PERIODE KEHAMILAN DAN PASCA PERSALINAN.pdf
GANGGUAN JIWA PADA PERIODE KEHAMILAN DAN PASCA PERSALINAN.pdf
datakemalang21
 

Similar to dr. Esti - PTM KS PKM.pptx (20)

Mengenal Lebih Dalam Masalah dan Gangguan Jiwa
Mengenal Lebih Dalam Masalah dan Gangguan JiwaMengenal Lebih Dalam Masalah dan Gangguan Jiwa
Mengenal Lebih Dalam Masalah dan Gangguan Jiwa
 
Diagnosis dan terapi gangguan jiwa
Diagnosis dan terapi gangguan jiwa Diagnosis dan terapi gangguan jiwa
Diagnosis dan terapi gangguan jiwa
 
Masalah kesehatan reproduksi remaja
Masalah kesehatan reproduksi remajaMasalah kesehatan reproduksi remaja
Masalah kesehatan reproduksi remaja
 
Kader kesehatan jiwa
Kader kesehatan jiwaKader kesehatan jiwa
Kader kesehatan jiwa
 
ABAT HIV AIDS.ppt
ABAT HIV AIDS.pptABAT HIV AIDS.ppt
ABAT HIV AIDS.ppt
 
slide lansia skrining.ppt
slide lansia skrining.pptslide lansia skrining.ppt
slide lansia skrining.ppt
 
pptbuatpusling-221012013749-acb07fd5.pdf
pptbuatpusling-221012013749-acb07fd5.pdfpptbuatpusling-221012013749-acb07fd5.pdf
pptbuatpusling-221012013749-acb07fd5.pdf
 
PPT KESWA
PPT KESWAPPT KESWA
PPT KESWA
 
Mengenal Gangguan Bipolar [dr. Lahargo Kembaren, SpKJ]
Mengenal Gangguan Bipolar [dr. Lahargo Kembaren, SpKJ]Mengenal Gangguan Bipolar [dr. Lahargo Kembaren, SpKJ]
Mengenal Gangguan Bipolar [dr. Lahargo Kembaren, SpKJ]
 
Hypno psychosomatic
Hypno psychosomaticHypno psychosomatic
Hypno psychosomatic
 
Mental Healt General and HIV.pptx
Mental Healt General and HIV.pptxMental Healt General and HIV.pptx
Mental Healt General and HIV.pptx
 
Dudi Fahdy-Pembinaan Kespro Lansia.ppt
Dudi Fahdy-Pembinaan Kespro Lansia.pptDudi Fahdy-Pembinaan Kespro Lansia.ppt
Dudi Fahdy-Pembinaan Kespro Lansia.ppt
 
Rika
RikaRika
Rika
 
Abat(repro napza-porno-hiv aids)
Abat(repro napza-porno-hiv aids)Abat(repro napza-porno-hiv aids)
Abat(repro napza-porno-hiv aids)
 
Dissociative Identity Disorder - Psikologi abnormal
Dissociative Identity Disorder - Psikologi abnormalDissociative Identity Disorder - Psikologi abnormal
Dissociative Identity Disorder - Psikologi abnormal
 
BUKU KIE PERAWAT KESEHATAN JIWA.pdf
BUKU KIE PERAWAT KESEHATAN JIWA.pdfBUKU KIE PERAWAT KESEHATAN JIWA.pdf
BUKU KIE PERAWAT KESEHATAN JIWA.pdf
 
MENTAL DISORDER (KECELARUAN MENTAL)
MENTAL DISORDER (KECELARUAN MENTAL)MENTAL DISORDER (KECELARUAN MENTAL)
MENTAL DISORDER (KECELARUAN MENTAL)
 
Informasi gangguan jiwa
Informasi gangguan jiwaInformasi gangguan jiwa
Informasi gangguan jiwa
 
PPT KESPRO REMAJA.pptx
PPT KESPRO REMAJA.pptxPPT KESPRO REMAJA.pptx
PPT KESPRO REMAJA.pptx
 
GANGGUAN JIWA PADA PERIODE KEHAMILAN DAN PASCA PERSALINAN.pdf
GANGGUAN JIWA PADA PERIODE KEHAMILAN DAN PASCA PERSALINAN.pdfGANGGUAN JIWA PADA PERIODE KEHAMILAN DAN PASCA PERSALINAN.pdf
GANGGUAN JIWA PADA PERIODE KEHAMILAN DAN PASCA PERSALINAN.pdf
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Recently uploaded (20)

PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 

dr. Esti - PTM KS PKM.pptx

  • 2. dr. Esti Pangastuti MA Happy Family Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
  • 3. 7/21/2022 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 3 PELAYANAN PTM DI KELUARGA HIPERTENSI KESEHATAN JIWA BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN
  • 4. Indikator Keluarga Sehat 4 A Program Gizi, Kesehatan Ibu & Anak: 1 Keluarga mengikuti KB 2 Ibu bersalin di faskes 3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 4 Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan 5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan B Pengendalian Peny. Menular & Tidak Menular: 6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar 7 Penderita Hipertensi melakukan pengobatan secara teratur 8 Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan C Perilaku dan kesehatan lingkungan: 9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok 10 Keluarga memiliki/memakai air bersih 11 Keluarga memiliki/memkai jamban sehat 12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes
  • 5. 5 • mampu memahami pelayanan penyakit tidak menular dan gangguan jiwa di keluarga A.Tujuan Pembelajaran Umum B.Tujuan Pembelajaran Khusus : Mampu menjelaskan : Hipertensi Kesehatan jiwa Bahaya merokok bagi kesehatan Instrumen pendataan Pelayanan Penyakit Tidak Menular
  • 6. SISTIMATIKA PENDAHULUAN HIPERTENSI , GANGGUAN JIWA, MEROKOK INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PRAKTEK 6
  • 7. Sumber : Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles Penyebab Utama dari Beban Penyakit, 1990-2015 7 1990 2000 2010 2015 Trend ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan perilaku hidup (pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll). Upaya Promotif-Preventif yang efektif harus diutamakan agar dapat menurunkan beban penyakit.
  • 8.
  • 9. Faktor Risiko Perilaku Penyebab Terjadinya PTM Yang Harus Diperbaiki
  • 10. SEPULUH PENYEBAB KEMATIAN UTAMA (SEMUA UMUR) SAMPLE REGISTRATION SYSTEM (SRS) INDONESIA, 2014 0 5 10 15 20 25 21,1 12,9 6,7 5,7 5,7 4,9 2,7 2,6 2,1 1,9
  • 11. Mengapa PTM Menjadi Masalah Sebagian besar masyarakat belum mengerti
  • 13. www.themegallery.com Company Logo Data Riskesdas (2013) 1 Gangguan mental emosional (gejala depresi dan anxietas) ≥15 tahun  6% (>14 juta jiwa) 2 3 Gangguan jiwa berat (psikosis) adalah 1.7/1000 (> 400.000 jiwa) 14,3% penderita gangguan jiwa berat tersebut pernah dipasung
  • 14. • menurunkan status kesehatan fisik • menimbulkan dampak psikososial antara lain: tindak kekerasan, penyalahgunaan napza, pemasungan, maupun tindakan percobaan bunuh diri. 14 Estimasi WHO: Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang belum mendapatkan layanan kesehatan jiwa di Negara-negara dengan penghasilan rendah-menengah termasuk Indonesia adalah >85%.
  • 15. • Pemasungan pada ODGJ: bentuk pengekangan kebebasan yang dilakukan pada ODGJ di komunitas  melanggar HAM Berakibat perampasan kebebasan mengakses layanan untuk membantu pemulihan fungsi ODGJ tersebut sebagian besar dilakukan oleh keluarga inti Beberapa alasan pemasungan: kurangnya pengetahuan, kesulitan akses dan keterjangkauan ke layanan kesehatan jiwa.
  • 16. APAKAH HIPERTENSI ? Pengertian  Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap ≥ 140/90 mmHg.  Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial yang menetap 16
  • 17. KLASIFIKASI TEKANAN DARAH JNC 7 - 2003 17 Tekanan darah (mm Hg) Kategori SISTOLIK DIASTOLIK <120 dan <80 Normal 120-139 atau 80-89 Prehipertensi 140-159 atau 90-99 Hipertensi derajat 1 ≥160 atau ≥100 Hipertensi derajat 2
  • 18. GEJALA DAN TANDA 1.Sakit kepala 2. Kelelahan 3. Mual dan muntah 4. Sesak napas 5. Napas pendek (terengah-engah) 6. Gelisah 18 7. Pandangan menjadi kabur 8. Mata berkunang-kunang 9. Mudah marah 10.Telinga berdengung 11.Sulit tidur 12.Rasa berat di tengkuk Seringkali hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga penderita tidak merasa sakit. Gejala dan tanda muncul biasanya karena sudah terjadi kelainan organ
  • 19. FAKTOR RISIKO HIPERTENSI 19 1. Tidak Dapat Diubah Umur, Jenis Kelamin, Genetik 2. Dapat Diubah Merokok, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih, kurang aktifitas fisik, kegemukan, konsumsi alkohol, dyslipidemi, stress
  • 20. Pencegahan dan Pengendalian 20 Orang atau kelompok masyarakat yang masih sehat atau memiliki faktor risiko PTM
  • 22. MODIFIKASI GAYA HIDUP UNTUK TATALAKSANA HIPERTENSI Modifikasi Rekomendasi Penurunan tek darah sistolik (kurang lebih) Penurunan berat badan Pertahankan berat badan normal (Indeks massa tubuh 18.5-24.9 kg/m2) 5-20 mm Hg untuk setiap penurunan berat badan 10 kg Adaptasi diet DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) Konsumsi buah, sayur sebanyak 5 porsi/hari, produk rendah lemak dan rendah lemak jenuh 8-14 mm Hg Diet rendah garam Konsumsi garam tidak lebih dari 2.0 g/hari atau 1 sendok teh peres 2-8 mm Hg Peningkatan aktifitas fisik Lakukan aktifitas aerobik secara teratur seperti jalan (30 menit/hari setiap hari) 4-9 mm Hg Tidak mengkonsumsi alkhohol Tidak mengkonsumsi alkhohol 2-4 mm Hg 22
  • 23.
  • 25. Gangguan jiwa kumpulan gejala dari gangguan pikiran, gangguan perasaan dan gangguan tingkah laku yang menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari (fungsi pekerjaan dan sosial) dari orang tersebut Gangguan Pikiran • Sulit konsentrasi • Pikiran berulang • Bingung, kacau, ketakutan yang tidak beralasan • Gangguan penerimaan pancaindera yang ada objek/sumbernya Gangguan Perasaan • Cemas berlebihan dan tdk masuk akal • Sedih yang berlarut • Marah tdk beralasan Gangguan Perilaku • Menyendiri • Gaduh gelisah • Perilaku yg terus diulang • Perilaku kacau • hiperaktif Gejala Fisik • Gangguan tidur dan makan • Pusing, tegang, sakit kepala berdebar-debar, keringat dingin • Sakit ulu hati, diare, mual • Kurang gairah kerja dan seksual Gangguan Fungsi Pekerjaan /Sosial • Tidak mampu kerja/sekolah • Sering bolos sekolah/kerja • Prestasi menurun • Tdk mampu bergaul • Menarik diri dari pergaulan
  • 26. 4 JENIS GANGGUAN JIWA TERBANYAK DI MASYARAKAT GANGGUAN CEMAS GANGGUAN BIPOLAR GANGGUAN PSIKOTIK/ SKIZOFRENIA GANGGUAN DEPRESI
  • 27. GANGGUAN CEMAS Gejala Utama: Rentang emosi: mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah, tegang, frustasi Ciri Fisik : gelisah, berkeringat, jantung berdegup kencang, kepala seperti diikat, gemetar dan sering buang air kecil Ciri Perilaku: gelisah, tegang, gemetar, gugup, bicara cepat dan kurang koordinasi Ciri Kognitif: sulit konsentrasi, gejala panik, merasa tidak bisa mengendalikan semua, merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut, serasa ingin mati
  • 28. GANGGUAN DEPRESI Gejala Utama: Merasa sedih berkepanjangan lebih dari 2 minggu dan bertahan selama 2 bulan Hilang minat dan ketertarikan terhadap aktivitas yang biasanya menyenangkan Mudah lelah
  • 29. •Depresi sering disertai dengan keluhan fisik seperti nyeri kepala, gangguan lambung, dan keluhan fisik lain yang kronis atau tidak sembuh-sembuh dengan pengobatan fisik biasa. Gejala tambahan: Rasa bersalah Merasa tidak berguna Pandangan masa depan suram/ pesimis Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Gangguan tidur Gagasan/perbuatan yang membayakan diri (ide bunuh diri) Gangguan pola makan
  • 30. GANGGUAN BIPOLAR Definisi: gangguan suasana perasaan yang berganti-ganti antara episode manik dan depresi dalam periode waktu yang berbeda
  • 31. EPISODE MANIK:  Suasana hati yang gembira berlebihan  Sangat bersemangat  Tidak mudah Lelah  Harga diri tinggi  Gagasan/ide yang melompat-lompat  Banyak bicara  Perhatian mudah teralih  Kebutuhan tidur berkurang  Dorongan untuk membelanjakan sesuatu tanpa perhitungan  Pengendalian diri kurang EPISODE DEPRESI: Murung (sedih) sepanjang waktu Kehilangan minat/keinginan Mudah lelah/tak bertenaga Gejala tambahan : Rasa bersalah Merasa tidak berguna Pandangan masa depan suram/ pesimis Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Gangguan tidur Gagasan/perbuatan yang membayakan diri (ide bunuh diri) Gangguan pola makan
  • 33. Gejala Utama • Perilaku aneh atau kacau (pembicaraan tidak nyambung /tidak relevan) • Rentang emosi labil, mudah tersinggung, gelisah sampai tidak terkontrol • Menarik diri dari lingkungan (diam dan atau mengurung diri), • Kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru dan dipertahankan (delusi/waham) • Halusinasi (mendengar suara / melihat sesuatu tidak nyata), kadang terlihat bicara sendiri dan sulit tidur • Tidak dapat bertanggung jawab terhadap yang biasa dikerjakan (aktivitas pekerjaan, sekolah, rumah tangga, dan sosial)
  • 34. Faktor Biologik • Genetik/Keturunan • perubahan struktur otak dan keseimbangan kimia otak • penyakit fisik (kondisi medis kronis dan kondisi penggunaan obat2an/narkoba) Faktor Sosial: • Relasi interpersonal yang kurang baik (disharmoni keluarga) • Stress yang berlangsung lama • Masalah kehidupan • Kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan Faktor Psikologik • Tipe kepribadian (dependen, perfeksionis, introvert) kurang motivasi • kurang dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan kehidupan FAKTOR RISIKO GANGGUAN JIWA
  • 35. DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA  Adakah anggota keluarga yang sering mengalami: »marah-marah tanpa alasan yang jelas, memukul, merusak barang, mudah curiga berlebihan, tampak bicara sendiri, bicara kacau atau pikiran yang aneh? »sedih terus menerus lebih dari 2 minggu, berkurangnya minat terhadap hal-hal yang dulunya dinikmati, dan mudah lelah atau tenaganya berkurang sepanjang waktu? »cemas, khawatir, was-was. Kurang konsentrasi disertai dengan keluhan fisik seperti sering berkeringat, jantung berdebar, sesak, mual? »gembira berlebihan, merasa sangat bersemangat, merasa hebat dan lebih dari orang lain, banyak bicara dan mudah tersinggung? »gejala tersebut di atas mengalami pengekangan kebebasan berupa pengikatan fisik atau pengurungan/pengisolasian?
  • 36. 1. Tanyakan riwayat gangguan jiwa sebelumnya atau dalam keluarga 2. Tanyakan apa yang dipikirkan dan dirasakan? Apakah ada pikiran yang mengganggu? 3. Keluarga dapat menjadi tempat berbagi cerita dan rasa 4. Kalau sulit /tidak teratasi minta bantuan kader kesehatan, dokter atau datang ke PKM 5. Jika ada ODGJ dipasunglapor kader/pamong setempat Gangguan Jiwa dapat diobati jika diketahui dan ditangani sejak awal Peran keluarga dalam memperhatikan tingkah laku anggota keluarga lain, kalau ada perubahan, segera telusuri: Penanganan awal dan perawatan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) di keluarga
  • 37. INFORMASI PENTING BAGI KELUARGA Jelaskan bahwa gejala dari keluhan di atas merupakan gejala gangguan mental, yang juga termasuk penyakit medis. Pengobatan tergantung kepada jenis, berat-ringannya penyakit/gangguan jiwa yang dialami. Dukungan keluarga penting untuk kepatuhan berobat (compliance) dan rehabilitasi.Organisasi masyarakat dapat menyediakan dukungan yang berharga untuk pasien dan keluarga.
  • 38. KONSELING PASIEN DAN KELUARGA Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga, minum obat secara teratur dapat mencegah kekambuhan. Informasikan obat tidak dapat dikurangi atau dihentikan tiba-tiba tanpa persetujuan dokter. Informasikan juga tentang efek samping yang mungkin timbul dan cara penanggulangannya (bagi dokter). Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan seoptimal mungkin di pekerjaan dan aktivitas harian lain.
  • 39. Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan masyarakat (berpakaian, berpenampilan dan berperilaku pantas). Menjaga keselamatan pasien dan orang yang merawatnya pada fase akut Meminimalisasi stres dan stimulasi Gaduh gelisah yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan masyarakat memerlukan rawat inap atau pengamatan ketat di tempat yang aman. KONSELING PASIEN DAN KELUARGA
  • 40. BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN
  • 41. 41 a. Masalah Kesehatan Akibat Konsumsi Rokok 1) Karakteristik Asap Rokok 2) Penyakit Terkait Konsumsi Rokok b. Pencegahan dan Upaya Berhenti Merokok 1) Perlindungan Terhadap Paparan asap Rokok 2) Peningkatan Kewaspadaan Masyarakat Akan Bahaya Produk Rokok 3) Upaya Layanan Berhenti Merokok
  • 42. Asap rokok mengandung 4000 zat kimia dan 43 diantaranya BERACUN Karakteristik Asap Rokok 42
  • 43. Akibat merokok pada kesehatan manusia 43 PENYAKIT TERKAIT KONSUMSI ROKOK
  • 45. Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/ mempromosikan produk tembakau. Tujuan untuk melindungi perokok pasif dari bahaya asap rokok, memberikan lingkungan yang bersih dan sehat dan meningkatkan kesadaran bahaya asap rokok. Selain itu rumah tangga juga harus menerapkan kawasan rumah tanpa rokok, untuk melindungi seluruh anggota keluarga terhadap paparan asap rokok, dengan melarang semua orang merokok di rumah termasuk orang yang berkunjung kerumah tersebut. Perlindungan Terhadap Paparan Asap Rokok 45
  • 46. Peningkatan Kewaspadaan Masyarakat akan Bahaya Rokok • Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28 tentang Pencantuman Informasi dan Peringatan Kesehatan Bergambar pada Kemasan Rokok. • Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok terhadap kesehatan diri sendiri maupun orang lain atau lingkungan sekitarnya. 46
  • 47. Upaya Layanan Berhenti Merokok • Upaya Layanan Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)melalui : – Peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam dan menyediakan sarana dan prasarana layanan Berhenti Merokok di FKTP – Peningkatan kapasitas guru dalam melakukan skrining dan konseling Berhenti Merokok bagi siswa. • Selain itu Kementerian kesehatan telah menyediakan layanan berhenti merokok (Quitline) melalui telepon tanpa bayar (hotline) di 0800-177-6565 47
  • 48. Upaya Layanan Berhenti Merokok • Sebagai pembina keluarga sehat, wajib menjelaskan bahaya merokok dan paparan asap rokok bagi kesehatan kepada seluruh anggota keluarga yang menjadi binaannya dan menganjurkan anggota keluarga yang merokok untuk berhenti merokok dan menginformasikan layanan berhenti merokok di FKTP dan FKRTL serta layanan QUITLINE yang tersedia. 48
  • 49. KESIMPULAN 49 Hipertensi dapat dicegah dan dikendalikan Tatalaksana / Pengobatan Hipertensi : –Modifikasi pola hidup sehat –Obat Dengan “PATUH” , tekanan darah dikendalikan dan kerusakan/ komplikasi organ akibat Hipertensi dapat dicegah Pengobatan ODGJ perlu dilanjutkan meskipun gejala telah mereda. Tidak memberhentikan atau mengurangi obat tanpa persetujuan dokter.
  • 50. KESIMPULAN (2) 50 antisipasi kekambuhan gangguan jiwa, dengan minum obat dan mengikuti terapi lain (misalnya: psikoterapi) secara teratur. KTR bertujuan untuk melindungi perokok pasif dari bahaya asap rokok, menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat serta meningkatkan kesadaran bahaya asap rokok Keluarga/rumah tangga harus menerapkan kawasan rumah tanpa rokok
  • 51. KESIMPULAN (3) 51 •Pembina keluarga sehat, wajib menjelaskan bahaya merokok dan paparan asap rokok bagi kesehatan kepada seluruh anggota keluarga yang menjadi binaannya dan menganjurkan anggota keluarga yang merokok untuk berhenti merokok •Pembina keluarga dan anggota masyarakat berperan penting dalam pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa
  • 52. 52 INSTRUMEN PENDATAAN PELAYANAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN KESEHATAN JIWA
  • 53. DEFINISI OPERASIONAL NO. INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL 7 Penderita hipertensi berobat teratur Jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang berdasar pengukuran adalah penderita tekanan darah tinggi (hipertensi), ia berobat sesuai dengan petunjuk dokter/petugas kesehatan. 8 Penderita gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan Jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa berat, penderita tersebut tidak ditelantarkan dan/atau dipasung. 9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok Jika tidak ada seorang pun anggota keluarga yang sering atau kadang-kadang menghisap rokok atau produk lain dari tembakau. Termasuk di sini adalah jika anggota keluarga tidak pernah atau sudah berhenti dari kebiasaan menghisap rokok atau produk lain dari tembakau. 53
  • 54. 54 DO INDIKATOR 7. Penderita hipertensi yang berobat sesuai aturan: (ART > 15 tahun ) a. Pernah didiagnosis menderita hipertensi : 1. Ya 2. Tidak b. Meminum obat hipertensi secara teratur: 1. Ya 2. Tidak Hasil pengukuran tekanan darah : Normal dan tekanan darah tinggi Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “ya”  Y Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “tidak”  T Jika (a) jawabannya “ya” maka tidak perlu dilakukan pengukuran tekanan darah Jika (a) jawabannya “tidak” maka dilakukan pengukuran tekanan darah Jika (a) jawabannya “tidak” dan hasil pengukuran normal  N Jika (a) jawabannya “tidak” dan hasil pengukuran darah tinggi  T
  • 55. 55 DO INDIKATOR 8. Penderita gangguan jiwa berat (Schizoprenia) yang mendapat pelayanan pengobatan (ART > 15 tahun) a. pernah didiagnosis menderita Schizoprenia 1. Ya 2. Tidak b. meminum obat gangguan jiwa berat secara teratur 1. Ya 2. Tidak Jika (a) jawabannya “tidak”  N Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “ya”  Y Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “tidak”  T 9. Ada anggota keluarga yang merokok: (ART > 15 tahun) Apakah Saudara merokok? 1. Ya 2. Tidak Jawaban “ya”  T Jawaban “tidak”  Y
  • 56. 56 B. GANGGUAN KESEHATAN Berlaku untuk Anggota Keluarga berumur ≥ 15 tahun 8. Apakah Saudara pernah didiagnosis menderita tekanan darah tinggi/hipertensi? 1. Ya 2. Tidak P.10a 9. Bila ya, apakah selama ini Saudara meminum obat tekanan darah tinggi/hipertensi secara teratur? 1. Ya 2. Tidak 10. a. Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah? 1. Ya 2. Tidak b. Hasil pengukuran tekanan darah b.1. Sistolik (mmHg) b.2. Diastolik (mmHg) A. HIPERTENSI
  • 57. 57 II. KETERANGAN KELUARGA 7. Apakah ada Anggota Keluarga yang pernah didiagnosis menderita gangguan jiwa berat (Schizoprenia)? 1. Ya 2. Tidak P.9 8. Bila ya, apakah selama ini penderita tersebut meminum obat gangguan jiwa berat secara teratur? 1. Ya 2. Tidak 9. Apakah ada Anggota Keluarga yang dipasung? 1. Ya 2. Tidak B.KESEHATAN JIWA
  • 58. C.BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN B. GANGGUAN KESEHATAN Berlaku untuk semua umur 1. Apakah Saudara mempunyai kartu jaminan kesehatan atau JKN? 1. Ya 2. Tidak 2. Apakah Saudara merokok? 1. Ya (setiap hari, sering/kadang-kadang) 2. Tidak (tidak/sudah berhenti)
  • 59. 59 1. Buku Pedoman Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi , Dit PPTM , 2015 Kementerian Kesehatan RI 2. Buku Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer , 2016 Kementerian Kesehatan RI 3. Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di FKTP 2015, Kementerian Kesehatan RI 4. Buku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia ( PPDGJ ) III, 1993 Kementerian Kesehatan RI 5. Buku Penatalaksanaan Gangguan Jiwa di FKTP , 2014 Kementerian Kesehatan RI 6. Buku Pedoman Penanggulangan Pemasungan pada ODGJ 2016, Kementerian Kesehatan RI Referensi
  • 60. 60
  • 62. PANDUAN PENUGASAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH I. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok II.Masing masing kelompok , dibagi lagi menjadi 2. a)Duduk berhadapan mempraktekkan cara mengukur tekanan darah yang baik dan benar sampai mencatatkannya di formulir. b)Dilakukan bergiliran, sehingga semua peserta mempraktekkan sebagai pasien dan petugas. 62
  • 63. Pengukuran Tekanan Darah Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter Digital. Pengukuran ini untuk mendapatkan data tekanan darah pada penduduk. 1)Alat dan bahan a.Tensimeter digital b.Manset besar c.Batu baterai AA 63
  • 64. a. Prosedur sebelum pengukuran 1) pemasangan baterai • Balikkan alat, hingga bagian bawah menghadap keatas • Buka tutup baterai sesuai tanda panah • Masukkan 4 buah baterai “AA” sesuai dengan arah yang benar. 64 2) Cara pengukuran
  • 66. 2) Penggantian baterai – Matikan alat sebelum mengganti baterai – Keluarkan baterai jika alat tidak akan digunakan selama lebih dari 3 bulan. – Jika baterai dikeluarkan >30 detik, maka tanggal/waktu perlu disetting kembali. – Buang baterai yang sudah tidak terpakai pada tempat yang sesuai – Jika tanda baterai bersilang muncul, segera ganti baterai dengan yang baru – Walaupun tanda baterai bergaris muncul, saat masih dapat digunakan untuk mengukur sebentar, akan tetapi baterai harus segera diganti 66
  • 67. a) Tekan tombol “start/stop” untuk mengaktifkan alat 67 3) Prosedur pengukuran
  • 68. b) Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya menghindar kegiatan aktifitas fisik seperti olah raga, merokok, dan makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum pengukuran. c) Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres. Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenang dan posisi duduk. 68
  • 69. Petugas Yang Ramah dan Ruangan Yang Nyaman 69
  • 70. d) Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kiri responden di atas meja sehingga manset yang sudah terpasang sejajar dengan jantung responden e) Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kiri responden dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat pengukuran. Apabila responden menggunakan baju berlengan panjang, singsingkan lengan baju ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran darah dilengan f) Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak tangan terbuka ke atas 70
  • 71. Posisi pengukuran tekanan darah 71 Posisi jongkok Posisi berdiri Sambil berbicara
  • 72. g) Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis kembali dan hasil pengukuran akan muncul. Alat akan kembali menyimpan hasil pengukuran secara otomatis h) Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat. Jika anda lupa untuk mematikan alat, maka alat akan mati dengan sendirinya dalam 5 menit 72
  • 73. a. Masukkan ujung pipa manset pada bagian alat b. Perhatikan arah masuknya perekat manset c. Pakai manset, perhatikan arah selang d. Perhatikan jarak manset dengan garis siku lengan ±1-2 cm. e. Pastikan selang sejajar dengan jari tengah, dan posisi lengan terbuka keatas f. Jika manset sudah terpasang dengan benar, rekatkan manset g. Pastikan cara menggunakan manset dengan baik dan benar, sehingga menghasilkan pengukuran yang akurat h. Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil pengukuran tersebut pada formulir hasil pengukuran dan pemeriksaan. 73 4) Prosedur penggunaan manset
  • 74. Cara pemasangan manset pada tensimeter digital 74 jarak antara manset dan lekukan siku  2jari
  • 75. • Catatan : a) Jika hasil pengukuran hasilnya ekstrim, pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran sebaiknya antara 2 menit dengan melepaskan manset pada lengan. b) Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih > 10mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat selama 10 menit dengan melepaskan manset pada lengan c) Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat dilakukan dengan posisi berbaring, dan catat kondisi tersebut dilembar catatan. 75

Editor's Notes

  1. Kematian akibat PTM semakin meningkat dan akan terus meningkat seiring dengan pola hidup tidak sehat (diet tidak sehat dan seimbang, kurang aktivitas fisik, merokok, minum alkohol dan stress)
  2. Dari 10 penyebab kematian utama untuk segala umur berdasarkan sample registrasi sistem (SRS), delapan diantaranya adalah penyakit tidak menular yaitu stroke di nomor pertama, penyakit jantung koroner di nomor kedua, dan diabetes melitus dengan komplikasi di urutan ketiga. Sementara urutan selanjutnya adalah hipertensi dengan komplikasi (urutan 5), penyakit paru obstruksi kronis (urutan 6) dan kecelakaan lalu lintas (urutan 8)
  3. The Silent Killer Hipertensi sering disebut sebagai “the silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi. Hasil Riskesdas 2013 dan studi di Puskesmas diketahui bahwa hanya sepertiga penderita hipertensi (36,8%) yang terdiagnosa oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7% yang minum obat. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur =18 tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis.
  4. Pasung dilakukan sebagian besar dilakukan oleh keluarga ini sebagai upaya upaya perlindungan akibat perilaku kekerasan yang berpotensi dilakukan oleh ODGJ akibat gejala yang dialami
  5. WHO ( 2011) 1 milyar orang di dunia menderita Hipertensi , 2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sedang. Prevalensi akan meningkat tajam prediksi 2025 , sekitar 29% orang dewasa diseluruh dunia menderita Hipertensi. Hipertensi mengakibatkan kematian sekitar 8 juta /tahun. 1,5 juta kematian terjadi di Asia
  6. Nikotin adalah zat yang terdapat dalam Nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. TAR adalah kondensat asap yang merupakan total residu saat rokok dibakar setelah dikurangi dengan nikotin dan air, yang bersifat karsinogenik.
  7. Pada perokok aktif, bahaya mengancam hampir semua organ, berupa gangguan fungsi organ hingga kanker. Perokok pasif juga mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif. Perokok pasif juga mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif. Perokok pasif juga mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif. Perokok pasif juga mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif.
  8. Survei Kesehatan Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh BPS, rokok merupakan komoditi ke 2 terbanyak yang dikeluarkan oleh masyarakat setelah Beras dan mengalahkan telur, sayur, tahu, tempe, ikan dan daging serta pendidikan dan kesehatan.
  9. Studi WHO menunjukkan banyak diantara perokok aktif berupaya untuk keluar dari ketergantungan merokok, demikian pula para perokok pasif mengharapkan keluarga atau kerabat dekatnya untuk tidak merokok.