2. PENDAHULUAN
Sejak tahun 1960 hemodialisa diterapkan sebagai suatu terapi pengganti ginjal pada
pasien gagal ginjal akut dan gagal ginjal terminal. Hemodialisa merupakan terapi pengganti yang
bertindak sebagai ginjal buatan (artificial kidney atau dialyzer). Hemodialisa sebagai terapi
penyakit ginjal end-stage digunakan lebih dari 300.000 orang di Amerika Serikat. Standarisasi
terapi ini dimulai pada tahun 1973 oleh beberapa ahli seperti Kolff, Merrill, Sribner dan Schreiner.
Hemodialisa merupakan salah satu terapi faal ginjal dengan tujuan untuk
mengeluarkan zat – zat metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan air dan
elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan kompartemen larutan dialisat melalui
membrane semipermeabel yang bersifat sebagai pengganti ginjal.
3. DEFINISI HEMODIALISA
Hemodialisa berasal dari
kata hemo dan dialisa. Hemo adalah
darah sedangkan dialisa adalah
pemisahan atau filtrasi. Pada
prinsipnya hemodialisa menempatkan
darah berdampingan dengan cairan
dialisat atau pencuci yang dipisahkan
oleh suatu membran atau selaput semi
permeabel. Membran ini dapat dilalui
oleh air dan zat tertentu atau zat
sampah. Proses ini disebut dialysis
yaitu proses berpindahnya air atau
zat, bahan melalui membran semi
permeable.
Menurut Price dan Wilson, dialisa merupakan suatu proses
solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran
berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya.
Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang
digunakan dalam dialisa.
Sedangkan menurut Tisher dan Wilcox, hemodialisa
didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien
melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat. Dializer
juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume
cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan
hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan
perbandingan sedikit larutan) melalui membran.
4. TIPE DIALISIS
Ada 2 tipe dialisis. Yang pertama adalah
hemodialisis, pada proses hemodialisis darah di
pompa keluar dari tubuh menggunakan mesin ginjal
buatan dan dikembalikan ke dalam tubuh melalui
selang yang menghubungkan tubuh dengan mesin
hemodialisis. Yang kedua adalah peritoneal dialisis,
dimana perut dapat berfungsi juga sebagai penyaring
alami. Proses pembuangan dibantu dengan cairan
pembersih yang disebut dialisat, yang keluar masuk
melalui perut secara terus menerus.
5. INDIKASI HEMODIALISA
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik
Stadium Fungsi Ginjal Laju Filtrasi Glomerulus (mL/menit/1,73m2)
Risiko
meningkat
Normal > 90, terdapat faktor risiko
Stadium 1 Normal atau meningkat > 90, terdapat kerusakan ginjal, proteinuria
menetap, kelainan sedimen urin, kelainan kimia
darah dan urin, kelainan pada pemeriksaan
radiologi.
Stadium 2 Penurunan ringan 60-89
Stadium 3 Penurununan sedang 30-59
Stadium 4 Penurunan berat 15-29
Stadium 5 Gagal Ginjal <15
Menurut konsensus Perhimpunan
Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003)
secara ideal semua pasien dengan Laju
Filtrasi Glomerolus (LFG) kurang dari 15
mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit
dengan gejala uremia atau malnutrisi dan
LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun
tanpa gejala dapat menjalani dialisis.
Selain indikasi tersebut juga disebutkan
adanya indikasi khusus yaitu apabila
terdapat komplikasi akut seperti oedem
paru, hiperkalemia, asidosis metabolik
berulang, dan nefropatik diabetic.
6. INDIKASI HEMODIALISA
Perbandingan Nilai Kreatinin, Laju Filtrasi Glomerulus dan Clearance Creatinin Rate untuk
menilai Fungsi Ginjal
Nilai GFR (mg/dl) Kreatinin (ml/menit/1,73 m2) Clearance
Rate
(ml/menit)
Normal >90 Pria : <1,3
Wanita : <1,0
Pria : 90-145
Wanita : 75-
115
Gangguan Ginjal Ringan 60-89 Pria : 1,3-1,9
Wanita : 1,0-1,9
56-100
Gangguan Ginjal Sedang 30-59 2-4 35-55
Gangguan Ginjal Berat 15-29 >4 <35
7. INDIKASI HEMODIALISA
Kreatinin > 8mg/dL
Ureum darah > 200 u/dL
Hiperkalemia
pH darah < 7,1
PEMERIKSAAN LAB DITEMUKAN
Penderita dapat mengalami
gangguan kesadaran. Adanya gangguan
asidosis metabolik dan atau gejala
sindrom uremia seperti mual, muntah dan
anoreksia. Tanda – tanda overload cairan
seperti edem, sesak napas akibat edema
paru, serta adanya gangguan jantung.
Penderita juga dapat mengeluhkan sulit
kencing (anuria) lebih dari 5 hari.
13. PENGGUNAAN ANTI KOAGULAN
Pemberian antikoagulan berperan penting dalam proses hemodialisis agar tidak terjadi bekuan darah
pada aparatus hemodialisis. Heparin merupakan antikoagulan yang paling sering diberikan. Dosis heparin
yang diberikan secara ideal dimonitor dengan pemeriksaan APTT. APTT diharap sebesar 2 kali APTT
kontrol. Dalam prakteknya, APTT jarang diperiksa kecuali pada kasus dengan potensial berdarah atau
riwayat perdarahan pada hemodialisis sebelumnya.
16. KESIMPULAN
Hemodialisa merupakan pengganti terapi faal ginjal dengan tujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
protein dan koreksi gangguan keseimbangan air dan elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan kompartemen
larutan dialisat melalui selaput semipermeabel yang bertindak sebaagai ginjal buatan. Tujuan dari hemodialisa adalah
untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan
kemudian dikembalikan ketubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan
ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa
tidak menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas
metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan tampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup
pasien.