Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Aminullah Assagaf_P5_Ak Internasion al_6 Oktober 2021.pptx
1. AKUNTANSI INTERNASIONAL
P1: 8 September 2021
Prof. Dr. Dr. H. Aminullah Assagaf. SE., MS., MM., M.Ak
Email : assagaf29@yahoo.com
HP: 081343409
1_URL:
https://scholar.google.com/citations?user=EFBaeOsAAAAJ&hl=en&oi=ao
2_gen.lib.rus.ec:
http://libgen.rs/search.php?req=principles+of+managerial+finance&open=0&res
=25&view=simple&phrase=1&column=title
3_Slideshare:
https://www2.slideshare.net/search/slideshow?searchfrom=header&q=aminulla
h+assagaf+&ud=any&ft=all&lang=**&sort=
4_Youtube_
https://www.youtube.com/channel/UC26u-Ys3fjKlcJAACrsnAeQ/videos
2. 4 Faktor yang mempengaruhi Kurs Valuta Asing
Secara sederhana, valuta asing bisa diartikan sebagai uang dalam bentuk mata
uang negara lain. Valas bisa berbentuk kertas atau koin, dan biasanya memiliki
nilai fluktuatif di pasaran. Valuta asing memiliki kurs atau harga resmi yang
tercatat di bank sentral.
Menurut Husna Ni'matul Ulya dalam buku Ekonomi Makro Islam: Pendekatan
Teori Makro Ekonomi Konvensional dan Islam (2021), kurs valuta asing adalah
jumlah uang domestik atau lokal yang dibutuhkan untuk mendapat satu unit
mata uang asing.
Kurs valuta asing adalah perbandingan nilai mata uang dalam negeri dengan
negara lain. Kurs ini menunjukkan harga uang suatu negara yang dinyatakan
dalam nilai mata uang negara lain.
3. Faktor yang memengaruhi kurs valuta asing
1. Permintaan dan penawaran valas
Harga valas bisa jadi lebih mahal dari nilai nominal yang berlaku, jika permintaannya lebih
dari jumlah yang ditawarkan.
Ini juga bisa terjadi ketika jumlah permintaannya tetap, sementara penawaran berkurang.
Sebaliknya harga valuta asing akan lebih murah dari harga nominal, ketika permintaannya
sedikit sementara penawaran banyak, atau permintaannya makin menurun meski jumlah
penawarannya tetap.
2. Inflasi
Tingginya angka inflasi menunjukkan harga barang dalam negeri sedang melonjak tajam.
Inflasi adalah kenaikan harga barang atau jasa.
Berkaitan dengan valuta asing, inflasi bisa menurunkan atau meningkatkan nilai mata
uang suatu negara.
Misalnya ketika terjadi inflasi, nilai uang cenderung turun, sehingga kurs valuta asing juga
ikut menurun.
4. 3. Tingkat suku bunga
Faktor yang memengaruhi kurs valuta asing adalah tingkat suku bunga. Jika suatu
negara menaikkan tingkat suku bunganya, ini akan menarik negara lain untuk
memasukkan mata uangnya ke negara tersebut.
Banyaknya jumlah mata uang asing yang masuk ke negara tersebut membuat
permintaan uang lokal kian meningkat, sementara nilai mata uang asingnya menurun.
4. Tingkat pendapatan dan produksi
Tingkat pendapatan dan produksi juga menjadi salah stau faktor yang memengaruhi
kurs valuta asing.
Apabila suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, ini
memperlihatkan bahwa pendapatan masyarakatnya sedang tinggi. Dengan demikian,
daya belinya juga akan meningkat.
Bila hal ini terjadi, maka perlu mengimpor barang dari negara lain. Makin besar nilai
barang yang diimpor, kian besar pula permintaan mata uang asing tersebut.
5. 6 Faktor yang Pengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang
1. Perbedaan Angka Inflasi
Secara umum, sebuah negara dengan tingkat inflasi yang konsisten lebih
rendah menunjukkan peningkatan nilai mata uang, sebagaimana daya
belinya relatif meningkat terhadap mata uang lainnya.
Selama paruh terakhir abad kedua puluh ini, negara-negara yang inflasinya
rendah adalah termasuk Jepang, Jerman dan Swiss, sedangkan Amerika
Serikat dan Kanada mencapai inflasi yang rendah kemudian.
Negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi biasanya akan mengalami
depresiasi pada mata uang mereka jika dibandingkan dengan mata uang
mitra dagang mereka.
Hal ini juga biasanya disertai dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
6. 2. Perbedaan pada Suku Bunga
Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berkorelasi satu sama lain. Dengan
memanipulasi suku bunga, bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia,
memiliki pengaruh terhadap inflasi dan nilai tukar sehingga mengubah
tingkat suku bunga berdampak pada perubahan inflasi dan nilai mata uang.
Suku bunga yang lebih tinggi menawarkan keuntungan lebih bagi kreditur
(pemberi pinjaman) relatif lebih tinggi ketimbang negara-negara lain. Oleh
karena itu, suku bunga yang lebih tinggi menarik modal asing dan
menyebabkan nilai tukar naik. Tentu ini juga berlaku sebaliknya, yakni suku
bunga yang lebih rendah cenderung menurunkan nilai tukar. Namun,
dampak baik dari suku bunga yang lebih tinggi ini kurang berarti, jika inflasi
di dalam negeri jauh lebih tinggi dari pada negara lain, atau jika faktor lain
yang menjadi pendorong nilai mata uang turun
7. 2. Perbedaan pada Suku Bunga
Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berkorelasi satu sama lain. Dengan
memanipulasi suku bunga, bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia, memiliki
pengaruh terhadap inflasi dan nilai tukar sehingga mengubah tingkat suku bunga
berdampak pada perubahan inflasi dan nilai mata uang.
Suku bunga yang lebih tinggi menawarkan keuntungan lebih bagi kreditur
(pemberi pinjaman) relatif lebih tinggi ketimbang negara-negara lain. Oleh
karena itu, suku bunga yang lebih tinggi menarik modal asing dan menyebabkan
nilai tukar naik.
Tentu ini juga berlaku sebaliknya, yakni suku bunga yang lebih rendah cenderung
menurunkan nilai tukar.
Namun, dampak baik dari suku bunga yang lebih tinggi ini kurang berarti, jika
inflasi di dalam negeri jauh lebih tinggi dari pada negara lain, atau jika faktor lain
yang menjadi pendorong nilai mata uang turun
8. 3. Defisit Akun Berjalan
Transaksi berjalan adalah neraca perdagangan antara negara dan mitra
dagangnya yang merupakan semua pembayaran antar negara untuk barang,
jasa, bunga dan dividen.
Defisit transaksi berjalan menunjukkan negara ini menghabiskan lebih banyak
dana pada perdagangan luar negeri daripada pendapatannya, dan karena itu
harus meminjam modal dari sumber-sumber asing untuk menutupi defisit.
Dengan kata lain, negara membutuhkan lebih mata uang asing dari yang
diterimanya melalui penjualan ekspor, dan memasok lebih dari mata uang
sendiri daripada permintaan mata uang asing untuk produk-produknya.
Kelebihan permintaan untuk mata uang asing menurunkan nilai tukar mata
uang dalam negeri.
Penurunan ini akan terjadi terus sampai barang dan jasa domestik sudah
dianggap cukup murah untuk orang asing, dan aset asing terlalu mahal untuk
dijual demi kepentingan dalam negeri.
9. 4. Utang Publik
Negara akan terlibat dalam pembiayaan defisit besar-besaran untuk membayar proyek-proyek
sektor publik dan pendanaan pemerintah untuk merangsang ekonomi domestik. Sementara,
faktanya, negara-negara dengan defisit publik dan utang yang besar kurang menarik bagi
investor asing. Alasannya? Sebuah utang besar mendorong inflasi, dan jika inflasi tinggi, utang
tak akan dibayar seketika dan akhirnya terbayar dengan dolar nyata lebih murah di masa depan.
Dalam skenario terburuk, pemerintah mungkin mencetak uang untuk membayar sebagian dari
hutang yang besar, tetapi meningkatkan jumlah uang beredar pasti menyebabkan inflasi.
Apalagi, jika pemerintah tidak dapat mengatasi defisit melalui cara-cara dalam negeri (menjual
obligasi dalam negeri, meningkatkan jumlah uang beredar), maka harus meningkatkan pasokan
penjualan sekuritas asing, sehingga menurunkan harga mereka.
Akhirnya, utang besar dapat menimbulkan kekhawatiran bagi orang asing, yakni ketika mereka
percaya bahwa negara berisiko men-default (memutihkan) utang-utangnya.
Orang asing akan kurang bersedia untuk memiliki surat berharga dalam mata uang dalam negeri
jika risiko defaultnya besar.
Untuk alasan ini, peringkat utang negara (sebagaimana ditentukan oleh Moody atau Standard &
Poor, misalnya) adalah penentu penting dari nilai tukar.
10. 5. Ketentuan Perdagangan
Sebagai rasio yang membandingkan harga ekspor dan impor, ketentuan
perdagangan yang terkait dengan rekening giro dan neraca pembayaran.
Jika harga ekspor suatu negara meningkat dengan tingkat yang lebih besar
daripada impornya, Ketentuan perdagangannya baik dan menguntungkan.
Peningkatan ketentuan perdagangannya menunjukkan permintaan yang lebih
besar untuk ekspor negara itu. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan
meningkatnya pendapatan dari ekspor, yang menyediakan peningkatan
permintaan untuk mata uang negara (dan peningkatan nilai mata uang).
Jika harga ekspor naik dengan tingkat yang lebih kecil daripada impornya, nilai
mata uang akan menurun secara relative terhadap negara mitra dagang.
11. 6. Stabilitas Politik dan Kinerja Ekonomi
Investor asing pasti mencari negara yang stabil dengan kinerja ekonomi yang kuat di mana
untuk menanamkan modalnya.
Sebuah negara dengan situasi positif seperti itu akan menarik dana investasi daripada negara-
negara lain yang dianggap memiliki resiko politik dan ekonomi.
Kekacauan politik, misalnya, dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap mata uang
dan pergerakan modal beralih pada mata uang dari negara-negara yang lebih stabil.
Kesimpulan
Nilai tukar mata uang merupakan faktor dalam portofolio investasi menentukan imbal hasil riil
dari portofolio tersebut. Nilai tukar menurun jelas mengurangi daya beli pendapatan dan
keuntungan modali.
Selain itu, pengaruh nilai tukar mempengaruhi faktor pendapatan lainnya seperti suku bunga,
inflasi dan bahkan keuntungan modal dari surat berharga domestik. Sementara nilai tukar
ditentukan oleh berbagai faktor yang kompleks yang sering membuat para ekonom paling
berpengalaman bingung, investor harus masih memiliki beberapa pemahaman tentang
bagaimana nilai mata uang dan nilai tukar memainkan peran penting dalam tingkat
pengembalian investasi mereka