1. Gugus Kendali Mutu (GKM)
Quality Control Circle (QCC)
A. Definisi Gugus Kendali Mutu
Gugus Kendali Mutu adalah sekelompok
karyawan yang terdiri dari 3-8 orang dari unit
kerja yang sama, yang dengan sukarela
secara berkala dan berkesinambungan
mengadakan pertemuan untuk melakukan
kegiatan pengendalian mutu di tempat
kerjanya dengan menggunakan alat kendali
mutu dan proses pemecahan masalah.
2. Definisi lain GKM adalah sejumlah karyawan
dengan pekerjaan yang sejenis yang bertemu
secara berkala untuk membahas dan
memecahkan masalah-masalah pekerjaan
dan lingkungannya dengan tujuan
meningkatkan mutu usaha dengan
menggunakan perangkat kendali mutu.
3. Mutu usaha secara
keseluruhan meliputi
1. Quality produk, biaya dan waktu
penyediaan
2. Keamanan,keselamatan dan karyawan kerja
3. Dampak yang ditimbulkan terhadap
lingkungan disekitarnya
4. B. Asas-asas Pokok GKM
1. Asas Pembangunan Manusia
Sejarah GKM adalah sejarah yang bertolak dari
upaya pemecahan masalah dengan penempatan
peranan manusia yang lebih bermakna, khususnya
para pekerja pelaksana dalam pemecahan masalah
pekerjaan.Titik tolak falsafah pembangunan
manusia (people building philosophy) yang tanpa
batas ini hendaknya senantiasa dipertahankan agar
dalam menghadapi berbagai masalah produktivitas,
asas ini tidak ditinggalkan sehingga GKM akan tetap
menjadi seperti apa yang dicita-citakan.
5. 2. Asas Dinamika Kelompok dan Kerjasama Kelompok
(Group Dynamic andTeamwork)
Upaya dan karya GKM adalah upaya dan karya bersama
(kelompok), artinya kemajuan dan keberhasilan GKM
adalah bertumpu pada sumber daya kekuatan-kekuatan
kelompok yang saling menunjang (human synergistic) dan
saling mengindahkan (win-win style), sehingga semua
pihak yang berkepentingan terhadap keberhasilan GKM
hendaknya senantiasa ikut serta dalam mengarahkan dan
memelihara kelompok atau gugus ini, sehingga akan tetap
bertahan menjadi kelompok dan bukan sejumlah orang
yang dikumpulkan semata-mata.
6. C. Asas-asas Umum GKM
1. Asas Informalitas
Organisasi GKM adalah organisasi yang informal
atau tidak resmi, artinya tidak terikat pada
struktur organisasi formal yang ada, yang
mungkin saja akan membatasi sekali gerakan
GKM. Namun demikian, pimpinan perusahaan
sangat berkepentingan dan harus merestui
(mendukung) sepenuhnya atas terbentuknya
GKM sekalipun pimpinan perusahaan tidak ikut
campur dalam menetapkan sasaran, kegiatan
dan mekanisme kerja gugus ini.
7. 2. Asas Kesukarelaan
Keikutsertaan seseorang karyawan dalam
GKM adalah diundang, yang hendaknya
berdasarkan kesukarelaan semata-mata,
sehingga pada dasarnya karyawan bisa saja
tidak ikut serta dalam GKM sampai ia merasa
dirugikan atau merasa membutuhkan sendiri.
8. 3. Asas KeterlibatanTotal
Dengan kemampuan apapun, tanpa
perkecualian, tiap karyawan yang menjadi
anggota GKM hendaknya dilibatkan atau
melibatkan diri dalam kebersamaan dan
segala upaya memecahkan permasalahan
yang ditetapkan secara bersama-sama oleh
gugus.
9. 4. Asas Memadukan
GKM dalam kegiatannya memadukan
pengelolaan sumber daya kelompok manusia
dan sumber daya non manusia secara seimbang
dengan senantiasa memperhatikan proses
kelompoknya (synergistic decision making),
mengingat manusia adalah sekaligus sebagai
sumber daya dan sebagai pengelola sumber
daya tersebut yang sangat berbeda hakekatnya
dengan sumber daya yang lain.
10. 5. Asas Belajar Bersama secara Berkesinambungan
GKM adalah kelompok yang memecahkan masalah
secara terus-menerus dan sambil belajar bersama
serta berkembang bersama baik di dalam maupun di
luar pertemuan gugus. Pertemuan gugus yang satu
ke pertemuan lain adalah kegiatan yang
berkesinambungan sehingga tidak akan terjadi
masalah yang tanpa penyelesaian. Bagi GKM,
berkesinambungan adalah jauh lebih penting
daripada jumlah masalah yang dirampungkan, sebab
kesinambungan lebih menjamin mutu pekerjaan dan
kepuasan kerja gugus.
11. 6. Asas Kegunaan
Dalam upaya pemecahan masalah,GKM menganut asas
kegunaan praktis, artinya keberhasilan upaya pemecahan
masalahnya akan diukur terutama dari segi praktisnya..
7. Asas Keterbukaan
Kepentingan GKM adalah kepentingan semua pihak dan
kemajuan yang maksimal hanya akan dicapai jika ada
keterbukaan untuk saling belajar dari semua pihak, lebih-
lebih antar gugus, sehingga asas keterbukaan ini perlu
senantiasa dipelihara dan dipertahankan oleh pihak
manapun.
12. 8. Asas Loyalitas pada Organisasi
Kesetiaan atau loyalitas karyawan anggota
gugus yang dituntut adalah kesetiaan pada
organisasi perusahaannya, bukan pada
pribadi, baik atasan, pucuk pimpinan maupun
pemiliknya. Ketergantungan pada pribadi
seseorang akan sangat mengganggu
kemantapan stabilitas) kegiatan anggotanya.
13. D. Tujuan Umum GKM
1. Meningkatkan keterlibatan karyawan anggota pada persoalan-persoalan
pekerjaan dan paya pemecahannya.
2. Menggalang kerjasama kelompok (teamwork) yang lebih efektif.
3. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Meningkatkan pengembangan pribadi dan kepemimpinan.
5. Menanamkan kesadaran tentang pencegahan masalah.
6. Mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan mutu kerja.
7. Meningkatkan motivasi karyawan.
8. Meningkatkan komunikasi dalam kelompok.
9. Menciptakan hubungan atasan-bawahan yang lebih serasi.
10. Meningkatkan kesadaran tentang keselamatan kerja.
11. Meningkatkan pengendalian dan pengurangan biaya.
14. E. Hubungan GKM dengan TQC
Pengendalian MutuTerpadu (TQC) adalah suatu
sistem yang memadukan pengembangan
pemeliharaan, perbaikan mutu usaha untuk
mencapai produksi pada tingkat yang paling
ekonomis dan dapat memenuhi kepuasan pelanggan
(konsumen).
Dalam penerapannya,TQC membutuhkan
partisipasi dari semua orang (karyawan) dan
melibatkan semua fungsi departemen yang ada di
dalam suatu perusahaan atau disebut dengan
CompanyWideQuality Control (pengendalian mutu
perusahaan secara menyeluruh).
15. Dalam pelaksanaannya juga, program TQC
dilandasi oleh beberapa hal, yaitu :
· People Building
Manusia sebagai subjek yang dinamis sehingga sangat penting adanya usaha untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada.
·Team Building
Adanya pembentukan kelompok-kelompok kecil yang dinamis yang berupaya untuk
menyelesaikan masalah operasional di lokasi kerjanya masing-masing.
· Market in
Semua usaha atau langkah tindakan perlu mencerminkan kepuasan bagi pihak yang
menggunakan hasil kerja kita atau disebut dengan istilah yang populer yaitu the next
process in our customer.
· Problem is Opportunity for Progress
Semua masalah yang timbul jangan dihindari, justru masalah dijadikan suatu kesempatan
untuk melakukan suatu perbaikan (improvement).
16. GKM bisa dijadikan salah satu alat untuk
menunjang penerapanTQC, karena pada
dasarnya GKM juga berangkat dari suatu
kelompok karyawan yang mempunyai
semangat yang besar untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi di lokasi
kerjanya, sehingga bisa dicapai suatu
perbaikan (improvement).
17. Tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah
penerapanTQC tidak bisa dicapai hanya semata-
mata dengan membentukGKM dalam suatu
perusahaan. Adalah suatu anggapan yang keliru
bahwa perusahaan yang sudah melaksanakan GKM
berarti sudah menerapkanTQC, karena GKM lebih
diarahkan untuk kelompok karyawan guna
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
sehari-hari, sedangkanTQC adalah suatu program
yang menyeluruh yang lebih luas cakupannya
sehingga perlu ditunjang juga dengan usaha
(tindakan) yang lain selain membentuk dan
mengaktifkan GKM.
18. PERANAN FASILITATOR DALAM GKM
Keberhasilan dan kedinamisan GKM banyak ditentukan oleh orang yang
berperan sebagai fasilitator dalam gugus tersebut. Karena tugas utama
seorang fasilitator adalah mengembangkan gugus mutu menjadi
kelompok pemecah persoalan yang efektif. Fasilitator harus mampu
turut campur dalam situasi yang tidak positif, seperti timbulnya rasa
bosan atau rasa tegang dalam kelompok, persaingan antar anggota,
tidak adanya partisipasi dari satu atau beberapa orang anggota,
dominasi pemimpin (ketua) atau ketidakmampuan kelompok mencapai
suatu kesepakatan.
Dengan ikut campur seperti di atas, fasilitator memperlihatkan adanya
perhatian dan tanggung jawab terhadap kelompok. Kemampuan untuk
turut campur seperti ini akan dimiliki oleh orang yang memiliki
kemampuan mendengarkan yang baik yang telah membina hubungan
baik dengan bawahan dan rekan sejawat dan yang memiliki bakat
sebagai perantara dalam perbedaan pendapat.
19. A. Perencana
1. Menyusun program kerja sebagai fasilitator untuk mengembangkan GKM.
2. Membuat rencana tindakan dan skala prioritas sebagai fasilitator GKM.
3. Membantu menjadwalkan pertemuan gugus.
B. Pembimbing
1. Meningkatkan rasa tanggung jawab kepada semua anggota gugus.
2. Meningkatkan kemampuan gugus dan anggotanya dalam memecahkan
masalah.
3. Mendidik gugus agar berperan aktif.
4. Membina anggota gugus agar tercipta kerjasama yang baik.
5. Menjelaskan dan meningkatkan kemampuan konsep ber-GKM yang efektif.
20. C. Pendorong
1. Menunjukkan semangat ber-GKM yang baik.
2. Menyampaikan dukungan moral dan semangat terhadap apa yang dilakukan
oleh gugus.
3. Mendukung pengembangan ide-ide gugus yang dilontarkan.
4. Membuat pertemuanGKM yang menggairahkan/menarik minat anggotanya.
5. Memberitahukan hasil-hasil positif yang telah dicapai oleh gugus.
6. Memberikan pujian kepada anggota gugus atas keberhasilan yang dicapai.
7. Menghadiri pertemuan GKM dengan penuh gairah sehingga membangkitkan
semangat dan dorongan kepada gugus tentang pentingnya pemecahan masalah
secara kelompok yang berkesinambungan.
21. D. Pengarah
1. Mengarahkan maksud peningkatan mutu dalam program
GKM.
2. Mengarahkan pemilihan tema yang benar.
3. Meluruskan arah kegiatan gugus sehingga dapat mendukung
tercapainya cita-cita perusahaan dan karyawan.
4. Mengarahkan jalannya disksi gugus (tata cara diskusi) dan cara
berbicara dalam rapat gugus.
22. Pengendali
1. Memantau jalannya kegiatan gugus.
2. Mengendalikan waktu dan biaya pelaksanaan
gugus supaya sesuai dengan program yang telah
disepakati.
3. Memberikan batasan-batasan atau kebijakan
operasional gugus.
4. Memberikan koreksi dan saran terhadap
penyimpangan yang terjadi dalam gugus
23. F. Katalisator
1. Mengkoordinir permasalahan-permaalahan
yang ada dalam gugus.
2. Membantu atau mendekatkan masalah
dengan jalan kelarnya.
3. Menjelaskan proses pemecahan masalah pada
masing-masing kasus, terutama pada kasus-
kasus yang sulit.
24. G. Koordinator
1. Mengintegrasikan GKM bagian yang 1
dengan yang lainnya
2. Mengadakan kerjasama antar fasilitator
demi perkembangan GKM di perusahaan.
3. Menyelaraskan jalannya kerjasama antar
gugus di perusahaan.
25. H. Penghubung
1. Membina hubungan kerjasama antara gugus
dengan bidang-bidang fungsional lain
2. Mempertemukan atau menjembatani gugus
dengan manajemen.
3. Menjabarkan keinginan atau pengarahan
manajemen kepada anggota gugus.
4. Menjelaskan pada gugus dimana kedudukan
gugus dalam perusahaan.
26. I. Evaluator
1. Menyusun kriteria apa saja yang perlu dievaluasi.
2. Mencatat dan mengevaluasi hasil kegiatan dan
pola kerja gugus.
3. Mencatat dan mengevaluasi kontribusi gugus
terhadap sasaran perusahaan.
4. Membandingkan perkembangan gugus dengan
standar kriteria yang telah disepakati.
27. PEMECAHAN MASALAH DALAM GKM
Pemecahan masalah adalah media perantara untuk mencapai
tujuan GKM, artinya melalui pemecahan masalah ini peranan
gugus akan memperoleh makna pengakuan serta penghargaan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan akhir GKM, yaitu
peningkatan atau usaha dalam arti yang seluas-luasnya. Dengan
demikian, pemecahan masalah adalah kegiatan yang sentral dan
sekaligus vital yang patut memperoleh perhatian besar dari
semua pihak. Masalah-masalah yang digarap oleh gugus adalah
masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan yang
pada akhirnya akan mempengaruhi mutu suatu usaha
sebagaimana tercermin secara teknis manajemen, moral-etika,
serta teknis ilmiah bagi kepentingan semua pihak yaitu
produsen, konsumen dan pemerintah serta masyarakat luas.
28. Metode pemecahan masalah dalam GKM secara umum dikenal
dengan menggunakan tujuh (7) perangkat alat dan delapan (8)
langkah pemecahan masalah
Tujuh (7) perangkat alat dalam GKM:
1. Stratifikasi
2. Lembar Data
3. Diagram Pareto
4. Diagram Ishikawa (tulang ikan)
5. Peta Kendali
6. Histogram
7. DiagramTebar
29. Delapan (8) langkah dalam GKM:
1. Menentukan tema masalah.
2. Mengumpulkan dan menyajikan data.
3. Menentukan sebab-sebab masalah.
4. Menyusun rencana perbaikan
5. Melaksanakan rencana perbaikan
6. Memeriksa hasil perbaikan.
7. Menentukan standarisasi.
8. Menetapkan rencana berikutnya.
30. A. Tujuh (7) Perangkat Alat dalam GKM
1. Stratifikasi (Pengelompokan)
Adalah usaha untuk menguraikan dan mengklasifikasikan persoalan
menjadi kelompok-kelompok atau golongan sejenis atau menjadi unsur
tunggal dari persoalan, sehingga persoalan menjadi lebih sederhana dan
mudah dimengerti serta menghindari salah interpretasi.
2. Lembar Periksa (Lembar Data)
Adalah lembaran (sheet) yang digunakan untuk mencatat kegiatan atau
kejadian (data) dengan format yang sudah disiapkan terlebih dahulu.
Pengisi sheet tinggal memberikan tanda pada kolom yang sudah
disediakan.
Guna lembar periksa ini selain memudahkan dalam pemeriksaan juga
memudahkan dalam membuat rekapitulasi dan memudahkan analisis
terhadap masalah.
31. 3. Diagram Pareto
Diagram pareto digunakan untuk menampilkan
data dengan tujuan untuk mengetahui suatu
penyebab yang memberikan pengaruh yang
paling besar terhadap akibat. Dengan demikian
bisa segera dilakukan langkah perbaikan
berdasarkan skala prioritas, yaitu penyebab yang
paling besar pengaruhnya terhadap akibat.
32. 4. Diagram Ishikawa (Tulang Ikan) / Fish Bone Chart
Diagram ini digunakan untuk menggambarkan
hubungan antara sebab dan akibat dari suatu
kegiatan. Dengan diagram Ishikawa kita dapat
menjabarkan banyak sekali semua penyebab, mulai
dari penyebab yang paling dekat dengan akibat
(masalah), sampai penyebab yang tidak dekat
dengan akibat (masalah). Diagram Ishikawa biasa
juga disebut sebagai diagramTulang Ikan (Fish Bone
Chart) karena melihat bentuk dari anak panah yang
menyerupai tulang ikan.
33. Untuk memudahkan dalam menginventarisasi semua penyebab yang
berpengaruh terhadap akibat (masalah) dengan menggunakan diagram
Ishikawa harus mempertimbangkan faktor 4M dan 1L yaitu : Mesin,
Material, Metode (cara), Man (orang) dan Lingkungan, yang
ditempatkan pada tulang ikan yang pertama. Secara baku bentuk
diagram Ishikawa (tulang ikan) bisa dilihat di bawah ini:
Untuk menguraikan lebih dalam lagi semua penyebab, sebaiknya
menggunakan metode sumbang saran (brain storming), karena semakin
banyak informasi yang dikumpulkan, semakin baik hasilnya. Selain itu
dengan metode bertanya “mengapa” yang berulang bisa
mengefektifkan dalam menguraikan semua penyebab yang
berpengaruh terhadap akibat, baik langsung maupun tidak langsung.
Pertanyaan “mengapa” ini bisa dihentikan, jika dirasakan pertanyaan
“mengapa” tersebut sudah tidak diperlukan karena sudah terbayang
suatu tindakan penanggulangan dari penyebab tersebut.
34. 5. Peta Kendali (Control Chart)
Merupakan grafik garis dengan pencantuman batas maksimum
dan minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Peta
kendali juga bisa dipergunakan untuk mengukur apakah proses
(kegiatan produksi) dalam keadaan terkendali atau tidak. Proses
dikatakan dalam keadaan terkendali jika unit yang diukur berada
dalam batas-batas kendali.
Pada peta kendali bisa diketahui adanya penyimpangan tetapi
tidak terlihat penyebab penyimpangan tersebut. Peta kendali
hanya menunjukkan perubahan data dari waktu ke waktu.
Ada beberapa jenis peta kendali, tetapi untuk penyajian data
yang sering dipakai adalah peta kendali X-R, yang bentuknya
seperti di bawah ini :
35. 6. Histogram
Histogram adalah diagram berupa diagram batang (balok) yang
menggambarkan penyebaran (distribusi) data yang ada, jadi
dengan menggnakan histogram, data yang dikumpulkan akan
dengan mudah diketahui sebenarnya (distribusinya).
7. DiagramTebar
Diagram tebar adalah diagram yang digunakan untuk
mengetahui apakah ada korelasi (hubungan) atau tidak antara 2
variabel. Diagram tebar bisa juga digunakan untuk mengetahui
apakah suatu penyebab yang diduga mempengaruhi atau tidak
terhadap akibat (masalah) yang sedang dihadapi.
36. B. Delapan (8) Langkah dalam GKM
Sebenarnya delapan langkah untuk
menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapi oleh GKM merpakan siklus PDCA
yaitu Plan (rencana), Do (mengerjakan),
Check (memeriksa), Action (tindakan). Hal ini
dapat dilihat pada gambar dibawah :
37. 1. Langkah 1 : MenentukanTema Masalah
Tema merupakan kejadian atau masalah yang perlu ditanggulangi oleh GKM yang diambil dari
masalah yang berkembang di lingkungan kerja GKM. Cara penentuan tema bisa dilakukan 2 cara :
a. Mengambil salah 1 masalah tema) yang menjadi prioritas dari beberapa masalah yang ada di
lokasi kerja gugus. Hal-hal yang mendasari prioritas ini misalnya masalah tersebut mempunyai
peluang besar kontribusinya terhadap mutu usaha (cost, kualitas produk, safety, dsb).
b. Mengambil 1 masalah (tema) yang ada di lokasi kerja gugus yang menjadi kesepakatan dari
semua anggota gugus.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tema (penilaian masalah) :
a. Menyangkut bidang kerja dan mengacu pada kebijaksanaan manajemen (perusahaan).
b. Mampu dipecahkan oleh gugus, terutama pada awal terbentuknya gugus, sebaiknya memilih
tema yang relatif mudah.
c. Masalah (tema) yang dipilih harus spesifik (tidak terlalu luas), sehingga siapapun bisa mengerti
dengan jelas dengan membaca tema tersebut.
38. 2. Langkah 2 : Menyajikan Fakta dan Data
Langkah kedua ini ditujukan untuk menyajikan semua fakta dan data yang diperlukan untuk
mendukung beberapa hal, misalnya :
a. Menyajikan data sebagai dasar pemilihan tema (masalah).
b. Menyajikan data yang menggambarkan masalah yang dihadapi (yang akan diselesaikan)
Alat-alat yang bisa digunakan pada langkah kedua ini misalnya :
a. Diagram Pareto, digunakan untuk memparetokan semua masalah yang ada di lokasi kerja
sehingga bisa diketahui masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan terlebih dahulu.
b. Histogram, digunakan untuk menyajikan data-data sebagai gambaran awal dari suatu masalah
yang akan diselesaikan.
c. Peta Kendali, digunakan untuk menyajikan penyimpangan-penyimpangan dari suatu masalah
yang dihadapi dan yang akan diselesaikan.
d. Stratifikasi, lembar periksa, yang keduanya bisa digunakan untuk memulai suatu penentuan
tema (masalah)
39. 3. Langkah 3 : Menentukan Penyebab
Menentukan penyebab dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Menentukan semua penyebab yang mungkin
berpengaruh terhadap masalah. Untuk menentukan semua
penyebab ini bisa digunakan alat diagramTulang Ikan
(Ishikawa) dengan teknik sumbang saran yang melibatkan
semua anggota gugus.
b. Memilih penyebab yang paling mungkin (dominan) di
antara semua penyebab yang ada (point no. 1). Untuk
memilih penyebab yang dominan ini bisa dilakukan 2 cara
sesuai dengan karakteristik penyebabnya.
40. · Jika penyebab-penyebab tersebut pengaruhnya bisa dikuantitatifkan,
maka bisa menggunakan diagram pareto sehingga akan dipilih
penyebab yang berpengaruh paling besar, atau bisa menggunakan
diagram tebar sehingga akan diketahui penyebab-penyebab yang
benar-benar memberikan pengaruh terhadap masalah.
· Jika penyebab-penyebab tersebut pengaruhnya tidak bisa
dikuantitatifkan (kualitatif), pemilihan penyebab yang dominan bisa
dilakukan melalui kesepakatan yang melibatkan semua anggota gugus.
Perlu diingat juga bahwa sering dijumpai dari penyebab-penyebab yang
sudah dikumpulkan sangat sulit untuk menentukan penyebab yang
dominan. Oleh karena itu, pemilihan penyebab yang dominan ini bisa
diabaikan dan semua penyebab yang sudah dkumpulkan tadi langsung
dibuat rencana penanggulangannya (rencana perbaikan).
41. 4. Langkah 4 : Merencanakan Perbaikan
Langkah ke-4 ini bertujuan mencari pemecahan untuk
menghilangkan semua penyebab (penyebab yang
dominan) yang sudah ditentukan sebelumnya.
Merencanakan langkah perbaikan di dalam GKM dapat
ditentukan dengan teknik sumbang saran (penyampaian
ide) dari semua anggota gugus dengan tetap mengacu
pada pemilihan langkah perbaikan yang paling efektif dan
efisien.
Untuk memudahkan penjabarannya, merencanakan
langkah perbaikan bisa menggunakan prinsip 1H-5W yaitu
How,What,Why,Where, Who, danWhen.
42. 5. Langkah 5 : Melaksanakan Perbaikan
Langkah ke-5 ini adalah melaksanakan semua
rencana perbaikan yang sudah disepakati dan
dibahas dengan matang oleh semua anggota gugus.
Dalam melaksanakan perbaikan ini perlu dijelaskan
juga tentang pentingnya kesungguhan dan
partisipasi penuh dari semua anggota gugus sesuai
tugas yang sudah dibagikan dan diharapkan juga
semua pelaksanaan dari rencana perbaikan bisa
diselesaikan sesuai dengan waktu yang disepakati.
43. 6. Langkah 6 : Memeriksa Hasil Perbaikan
Setelah semua rencana sudah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan yang
disepakati, maka langkah selanjutnya adalah memeriksa hasil dari perbaikan
tersebut, untuk mengukur apakah semua perbaikan yang dilakukan oleh gugus
bisa menanggulangi penyebab yang mempengaruhi suatu masalah.
Cara memeriksa hasil perbaikan ini bisa dilakukan dengan membandingkan
kondisi masalah sebelum perbaikan dan kondisi masalah setelah perbaikan atau
dengan membandingkan data yang menggambarkan masalah sebelum
perbaikan dan data yang menggambarkan setelah perbaikan.
Penyajian data yang menggambarkan masalah setelah perbaikan hendaknya
menggunakan alat yang sama dengan penyajian data yang menggambarkan
masalah sebelum perbaikan. Jika sebelumnya menggunakan diagram pareto,
maka setelah perbaikan harus menggunakan diagram pareto. Alat-alat lain yang
digunakan di langkah ke-6 selain diagram pareto adalah lembar periksa,
histogram dan peta kendali.
44. 7. Langkah 7 : Standarisasi
Setelah langkah perbaikan yang dilakukan sudah
diperiksa dan bisa mengatasi penyebab masalah
yang dihadapi, langkah berikutnya perlu dibuatkan
standarisasi yang bisa dijadikan acuan kerja di lokasi
kerja gugus dan ditujukan pula untuk mencegah
masalah yang muncul sebelumnya akan terulang
lagi. Jika perlu standarisasi ini juga bisa
disebarluaskan kepada lokasi kerja yang lain yang
sejenis dengan lokasi kerja gugus. Standarisasi yang
dibuat bisa meliputi standar untuk cara kerja
(metode), manusia (operator/mekanik), material,
mesin dan lingkungan kerja.
45. 8. Langkah 8 : Merencanakan Langkah Berikutnya
Pada dasarnya merencanakan langkah berikutnya
adalah menentukan masalah selanjutnya yang akan
diselesaikan oleh gugus dan prinsipnya sama dengan
penentuan tema masalah seperti di langkah pertama
yaitu masalah yang dipilih untuk diselesaikan bisa
melalui 2 cara yaitu :
· Memilih masalah yang paling prioritas dari
masalah-masalah yang ada di lokasi kerja, atau
· Memilih masalah melalui kesepakatan semua
anggota gugus