Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Maca biografi (rabu_07_oktober_2020)
1. Terjemahan Sunda Hal 40-44
BAHASA SUNDA KELAS 6
Raden Machjar Angga Koesoemadinata
Raden Machjar Angga Koesoemadinata lebih dikenal dengan nama Pa Machyar atau
Pa Mahyar. Lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Desember 1902, meninggal di Bandung, Jawa
Barat, 9 April 1979, pada usia 76 tahun.
Beliau salah satu seniman yang termasuk musikolog Sunda, terkenal sebagai pengarang
lagu-lagu Sunda, salah satu pendidik yang memfokuskan terhadap perkembangan bidang
pelajaran seni kawih Sunda, yang meneliti teori selaku ahli musik Sunda. Beliau merupakan
tokoh yang menciptakan tangga nada Sunda, da mi na ti la, dan juga menemukan sistim 17
tangga nada Sunda.
Pak Mahyar untuk masyarakat Jawa Barat, lebih dikenal sebagai seniman yang
menciptakan lagu-lagu Sunda sebenarnya satu pendidik yang ahli dalam musikologi,
khususnya etnomusikologi, lebih khusus lagi pada pelog dan salendro.
Pengetahuan Pak Mahyar tentang seni musik pelog dan salendro sudah terlihat ketika
beliau masih kecil, hasil dari berguru ke beberapa juru tembang dan penabuh gamelan, di
antarana belajar rebab ke penabuh gamelan yang terkenal yaitu Pa Etjen Basara, Pa Sura, dan
Pa Natadirejo, belajar gamelan ke Pa Sai dan Pa Idi, dan belajar nembang ke Pa Oetje, juru
pantun yang terkenal di Bandung.
Pak Mahyar mengetahui metode sains, ilmu fisika, dan ilmu musik barat ketika jadi
murid di sekolah guru.
Dengan didasarkan oleh ilmu music barat dan ilmu fisika yang sudah benar dikuasai,
Pak Mahyar meneliti, mengukur, serta memperhatikan frekuensi suara-suara dari alat music
gamelan dan lagu-lagu yang dinyanyikan atau ditampilkan oleh rebab.
Pada tahun 1923 (ketika masih sekolah) beliau menciptakan notasi tangga nada sunda
da mi na ti la, dan menulis buku teori seni suara sunda yang judulnya “Elmuning Kawih
Sunda”. Seselesainya dari HKS kemudian diangkat menjadi guru HKS di Sumedang (1924-
1932), beliau melanjutkan penelitian tentang teori seni laras.
2. Suatu ketika yang terbilang paling utama pada karir Pa Mahyar selaku peneliti, yaitu
bertemu dengan Mr. Jaap Kunst, salah satu etnomusikologi Belanda, antara tahun 1927-1929,
yang sedang mengadakan penelitian dalam bidang seni suara di seluruh pulau Nusantara.
Dengan bertemunya dua tokoh seni, saling berbagi ilmu pengetahuan, antara ilmu musik dari
Pak Jaap Kunst dengan ilmu gamelan atau pelog salendro dari Pa Mahyar.
Pada saat itu beliau lebih dalam lagi memahami konsep getarnya suara, serta cara
mengukur alat music yang berkaitan dengan konversi matematika terhadap skala music dengan
menggunakan ilmu pengetahuan dari para ahli music dunia.
Tahun 1933, beliau ditugaskan membangun sistim pendidikan seni suara di seluruh
sekolah pribumi di Jawa Barat dengan menggunakan sistim da mi na ti la. Pada jaman
penjajahan bangsa Jepang (1942-1945) beliau mengajar di sekolah guru, selanjutnya dari tahun
1945 sampai tahun 1947 beliau menjadi guru Ilmu Alam, Sejarah dan Bahasa Inggris di
SMP/SMA Bandung.
Tahun 1947 sampai 1950 beliau diangat jadi kepala kantor Pendidikan (coordinator
Pendidikan Rendah) di Sumedang, kemudian tahun 1950 sampai 1952 ditugaskan di bidang
pendidikan seni suara di sekolah-sekolah yang ada di Jawa Barat yang dipusatkan di Bandung.
Selanjutnya menjadi staff ahli di bagian Kebudayaan Jawa Barat di Bandung.
Pada tahun 1958 beliau diangkat menjadi Direktur Konservator Karawitan Sunda
Bandung sampai tahun 1959, dan juga menjadi dosen luar biasa untuk mengulamg ilmu akustik
dan gamelan sunda di Konservatori Karawitan Surakarta yang berlangsung dari tahun 1953
sampai tahun 1959.
Pak Mahyar menikah dengan Ibu saminah salah satu lulusan dari sekolah Guru Wanita
Van Deventer di Salatiga. Beliau dikaruniai 10 orang anak, namun tidak ada anaknya yang
melanjutkan di bidang seni, kebanyakan di bidang ilmu alam.
Para anak Pak Mahyar, yaitu Machjeu Koesoemadinata (alm), Kama Kusumadinata
(alm), ahli volkanologoi di Direktorat Vulkanologi, Departemen Pertambangan, Ny. Karlina
Sudarsono (alm), dr Soetedja Koesoemadinata (alm), Prof. Dr.R. Prajatna Koesoemadinata
(guru besar emeritus dalam ilmu geologi ITB), Dr. Santosa Koesoemadinata (pensiunan
penelititain biologi di Departemen Pertanian), dr. Rarasati Djajakusumah (alm), Prof. Dr.
Roekmiati Tjokronegoro, (guru besar dalam ilmu kimia di Unversitas Padjajaran), Muhamad
3. Sabar Koesoemadinata (ahli Geologi Kwarter di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi),
dan Ir. Margana Koesemadinata (alm), ahli akustik di LIPI dan kemudian di KLH).
Sebagai seniman pengarang lagu, Pak Mahyar banyak menciptakan lagu-lagu Sunda,
diantaranya Lemah Cai, Dewi Sartika, dan sinom puspasari, selain dari itu beliau mengarang
lagu-lagu sunda tradisional menggunakan tangga nada da mi na ti la.
Sebagai seniman beliau juga menyusun naskah sandiwara, menjadi perintis
terwujudnya Gending Karesmen (opera Sunda) yang oleh beliau disebut Rinnenggasari dan
karya-karya yang lainnya, diantaranya Sarkam Sarkim ( 1926), Permana Permana Sari (1930),
Sekar Mayang (1935), Tresnawati (1959) dan Iblis Mindo Wahyu (1968).
Sebagai ahli teori music, khususnya tentang pelog dan salendro, beliau menyusun
notasi da mi na ti la menggunakan lagu sunda, menelaah dengan menulis teori seni raras dan
gamelan diantaranya Ringkesan Pangwikan Riengga Swara (1950), Ilmu seni Raras (1969),
dan buku lagu-lagu Sunda lainnya.
Dengan Mr.Jaap Kunst beliau banyak menghasilkan tulisan (publikasi) tentang teori
gamelan. Di antaranya hasil penelitian dan berbagai cipta Pa Mahyar tersebut gamelan
eksprerimental menggunakan tangga nada (1937) menggunakan pelog dan gamelan 10 tangga
nada meggunakan salendro (1938) tapi sayangnya keduanya pada hilang ketika penjajahan
Jepang ( 1942-1945)
Dari hasil karya serta jasa-jasanya mengembangkan seni musik Sunda, pak Mahyar
diberi berbagai macam penghargaan, di antaranya penghargaan di bidang budaya, yaitu
Piagam Anugrah Seni, sebagai ahli serta penyusun teori karawitan Sunda, dari Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan ( 17 Agustus 1969), penghargaan dalam rangka pengarang lagu
rampak sekar Ibu Dewi Sartika (4 Desember v1975), serta pemghargaan dari Ikatan Seniman
Sunda (9 Mei 1959)
TUGAS : Menjawab pertanyaan hal 44 (a-j), dikirim via link paling lambat pkl 16.00