SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
87
MODEL SPASIAL KETERSEDIAAN AIRTANAH DAN
INTRUSI AIR LAUT UNTUK PENENTUAN ZONE
KONSERVASI AIRTANAH
Sriyono, Nur Qudus, Dewi Liesnoor Setyowati
Fakultas Ilmu Sosial,Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
Abstrak. Airtanah merupakan sumberdaya air yang paling baik untuk air bersih dan
air minum. Kebutuhan airtanah selalu meningkat sesuai dengan pertambahan
penduduk. Peningkatan pengambilan airtanah pada kawasan pantai memacu
terjadinya intrusi air laut, atau masuknya air laut ke air tawar. Tujuan umum
penelitian membuat model spasial ketersediaan airtanah dan intrusi air laut pada
kawasan pantai. Penelitian dilakukan di kawasan pantai Kota Semarang. Data
meliputi: data fisik lahan, data hasil booring, karakteristik fisik airtanah, kedalaman
muka freatik, fluktuasi airtanah, sifat fisik airtanah, dan karakteristik akifer. Peralatan
penelitian berupa satu set alat geolistrik, GPS, EC-meter, dan Notebook. Pemilihan
dan pengukuran sampel sumur dan pendugaan geolistrik dengan teknik stratified
purposive sampling. Analisis meliputi uji kualitas air, analisis geolistrik dengan
sclumberger, sebaran intrusi, kedalaman dan arah aliran airtanah. Kondisi air sumur
di Pantai Semarang sebagian besar berasa payau sampai asin, dengan nilai DHL
berkisar antara (6.448,1-5,7) ms/cm. Akifer bebas pada kawasan pantai Semarang
tersusun material aluvium campuran dengan batupasir dengan lempung, pada bagian
bawah terdapat lapisan akuitard dan lapisan kedap berupa akuiclud berupa material
lempung. Analisis hubungan antara ketersediaan dengan arah perkembangan wilayah
menghasilkan zone konservasi dalam enam zona, yaitu zone kritis, zone rawan, zone
aman 1, zone aman 2 zone aman 3, zone aman 4. Saran penelitian perlu dilakukan
pemeliharaan dan pembatasan penggunaan airtanah, upaya mencari sumber airtanah,
peningkatan cadangan airtanah dengan konservasi vegetatif, membuat embung,
sumur resapan, biopori.
Kata Kunci: akifer, intrusi, konservasi
PENDAHULUAN
Airtanah merupakan salah satu sumberdaya air yang baik untuk air bersih dan air minum,
dibandingkan dengan sumber air lainnya. Kebutuhan airtanah selalu meningkat sesuai dengan
pertambahan penduduk. Kebutuhan air yang selalu meningkat sering membuat orang lupa bahwa
daya dukung alam ada batasnya dalam memenuhi kebutuhan air. Kebutuhan air manusia terutama
untuk kebutuhan domestik sehari-hari, industri, irigasi, jasa, penyediaan air perkotaan, dan
sebagainya.
Kondisi sistem akifer di dalam tanah sangat rumit, namun dapat dipelajari dan diprediksi
keberadaannya. Pada musim hujan kandungan air pada akifer meningkat sedangkan pada musim
kemarau kandungan air menurun atau tidak ada sama sekali. Padahal air sangat dibutuhan dari
waktu ke waktu untuk mendukung kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Dengan melakukan
upaya-upaya konservasi maka kondisi airtanah pada musim kemarau dapat diatasi dengan teknik
tindakan dan perlakuan tertentu. Kajian imbangan antara ketersediaan airtanah dan intrusi air laut
88
memberikan gambaran tentang kondisi akifer, dinamika potensi airtanah dan penyebaran intrusi
air laut. Secara prinsip airtanah dari darat mengalir ke laut melalui media akifer, sedangkan air
laut juga meresap ke darat karena tekanan hidrostatika air laut.
Keberadaan industri-industri besar yang berlokasi di pelabuhan Tanjung Emas Semarang,
hotel berbintang, kawasan permukiman elit, dan kawasan perkantoran di sepanjang pantai Kota
Semarang memenuhi kebutuhan air bersih berasal dari sumur bor atau airtanah dalam. Pembuatan
sumur bor memang harus berijin dan dikenai pajak, namun banyak para pengusaha dan
masyarakat membuat sumur bor tanpa melakukan proses perijinan. Keberadaan jumlah dan lokasi
sumur bor semakin banyak dan sulit dideteksi atau dilacak. Akibat dari pengambilan airtanah
berlebih akan membuat partikel tanah yang seharusnya terisi air menjadi memadat, sehingga
terjadi penurunan muka tanah di kawasan pantai Kota Semarang. Pengembilan airtanah berlebih
di kawasan pantai Semarang akan menyebabkan terjadi penyusupan air laut ke daratan. Untuk itu
perlu dilakukan pemantauan kualitas airtanah dan sejauhmana intrusi air laut sudah menyusup ke
dataran pantai Kota Semarang.
Permasalahan utama penelitian adalah: sejauhmana terjadi penyusupan air laut ke kawasan
pantai Kota Semarang dan bagaimana zona konservasi airtanah yang sesuai untuk kawasan pantai
Semarang?
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada kawasan pantai Kota Semarang, yang berkembang sebagai
kawasan industri dan permukiman. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi dan pemetaan
kondisi sumur penduduk kawasan pantai Semarang sebanyak 65 sumur gali penduduk. Metode
penentuan sampel sumur dengan teknik purposive sampling. Pemilihan dan pengukuran sampel
untuk pendugaan geolistrik menggunakan teknik stratified purposive sampling, berdasarkan pada
tingkatan atau strata pada topografi kawasan pesisir, dengan rentangan wilayah sepanjang 300
meter. Pengukuran kedalaman sumur diperlukan untuk mengetahui arah aliran air tanah pada
daerah penelitian.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: data fisik lahan, peta-peta yang terkait,
data hasil booring, karakteristik fisik airtanah, kedalaman muka freatik, fluktuasi airtanah, sifat
fisik airtanah, dan karakteristik akifer. Peralatan penelitian antara lain satu set alat geolistrik, GPS,
EC-meter, dan Notebook. Penelitian dilakukan secara bertahap dari persiapan, pengumpulan data,
pengolahan data sampai pembuatan laporan. Survei data primer dilakukan pengambilan sampel
air sumur untuk pengujian kualitas air dan pengukuran lapangan dengan metode pendugaan
geolistrik. Uji kualitas airtanah meliputi pH, TDS, kandungan garam (salinity), daya hantar listrik
(DHL), suhu, warna, dan kekeruhan serta untuk pengukuran kedalaman airtanah.
Analisis data meliputi analisis data numerik dan statistik, uji geolistrik dengan model
sclumberger, analisis sebaran intrusi air laut, analisis kedalaman dan arah aliran airtanah.
Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan analisis data antara lain pendekatan keruangan
(spatial approach), pendekatan ekologi (ecological approach), dan analisis statistik (statistical
analysis).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi air sumur gali di wilayah Pantai Semarang sebagian besar mempunyai kondisi tidak
layak pakai yaitu berasa payau sampai asin, bahkan banyak juga sumur gali yang mempunyai
kondisi banger (bau yang tidak sedap). Kondisi air sumur gali tersebut bervariasi tergantung
besarnya pengaruh dari intrusi air laut yang masuk. Wilayah Kecamatan Genuk yaitu Kelurahan
Genuksari, Kelurahan Gebangsari, Kelurahan Trimulyo, Kelurahan Terboyo Wetan, Kelurahan
Terboyo Kulon sumur-sumur galinya mempunyai kondisi yang asin. Sedangkan di wilayah
89
Kelurahan Banjardowo sumur-sumur galinya mempunyai kondisi yang payau. Variasi perbedaan
kondisi sumur gali tersebut disebabkan oleh besar-kecilnya pengaruh dari intrusi air laut.
Hampir semua penduduk menggunakan sumur artetis dan jasa air dari PDAM untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena sebagian air tanah di Pantai Semarang telah terkena
intrusi dari air laut. Jenis penggunaan air dari PDAM sebesar 86,9%, jenis penggunaan air yang
paling sedikit digunakan oleh penduduk adalah badan pengelola air dengan persentase 2,28% dan
pompa jet atau tangan dengan persentase 2,84%. Penduduk yang menggunakan sumur sebesar
7,99%. Secara lebih rinci jumlah penduduk menurut jenis penggunaan air disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Penggunaan Air
No. Jenis Penggunaan Air Jumlah Persen (%)
1. Sumur 20.202 7,99
2. Badan Pengelola Air 5.753 2,28
3. Pompa jet / pompa tangan 7.167 2,84
4. PDAM 219.625 86,90
Jumlah 252.747 100,00
Sumber: Data Monografi Kelurahan, 2008
Data-data tersebut diatas belum termasuk jumlah penduduk yang menggunakan sumur
artetis. Padahal sebagian penduduk di wilayah Pantai Semarang telah menggunakan sumur artetis
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada umumnya penggunaan sumur artetis hanya untuk
mandi dan mencuci, sedangkan untuk minum dan memasak para penduduk tetap menggunakan
air dari jasa PDAM. Walaupun kedalaman dari sumur-sumur artetis tersebut mencapai puluhan
meter kedalam tanah, tetapi pada musim kemarau kondisi air pada sumur-sumur artetis menjadi
berkurang dan tampak agak keruh. Pada musim kemarau, warga yang tidak memakai jasa PDAM
dan hanya mengandalkan air sumur gali maupun artetis. Salah satu cara yang dilakukan untuk
memperoleh air bersih yaitu dengan membeli air bersih pada agen-agen penjualan air disekitar
daerah mereka.
Kondisi kualitas air sumur di wilayah Kecamatan Semarang Utara terwakili oleh 19
(sembilan belas) titik sampel yang tersebar di wilayah Kecamatan Semarang Utara. Tingkat
keasaman atau pH air sumur gali berkisar antara 5 sampai 8,5. Kondisi TDS (Total Disolve)
paling besar yaitu 3,8 sedangkan TDS yang paling kecil yaitu 0,31 ppm. Kedalaman sumur gali
berkisar antara 0,5 sampai 7 meter, sedangkan sumur artetis mempunyai kedalaman lebih dari 20
meter, bahkan ada yang mencapai kedalaman 50 meter. Kondisi warna air sumur sebagian besar
keruh atau kotor bahkan ada yang berwarna kuning, hanya terdapat 9 titik sampel yang berwarna
bening atau jernih. Rasa air sebagian besar masih berasa tawar, lima titik sampel yang berasa
payau atau asin. Hal ini membuktikan bahwa kandungan garam dari air laut belum sepenuhnya
mengintrusi wilayah Kecamatan Semarang Utara. Suspensi dalam air bervariasi, terdapat sebelas
titik sampel yang mempunyai suspensi yang lain tidak memiliki suspensi.
Pada wilayah Kecamatan Semarang Tengah dan Semarang Timur Terdapat 20 (dua puluh)
titik sampel yang tersebar untuk mengetahui kondisi kualitas air sumur. Kondisi keasaman air
(pH) air sumur gali berkisar antara 6 sampai 8. Kondisi TDS air sumur gali di wilayah ini
mempunyai nilai rata-rata sebesar 1,23 ppm. Nilai TDS terbesar 5,55 ppm dan nilai terendah
sebesar 0,47ms/cm. Sebagian besar sumur gali mempunyai kedalaman tidak lebih dari 6 meter,
dengan kedalaman paling rendah yaitu 1 meter. Kondisi air sumur gali sebagian besar mempunyai
kondisi yang baik, hanya terdapat 4 titik sampel yang berwarna agak keruh sampai keruh dan 2
titik sampel yang mempunyai rasa agak asin dan asin. Kandungan suspensi pada air sumur gali di
wilayah terdapat 7 titik sampel yang terdapat suspensi dari 20 titik sampel yang diambil.
90
Wilayah Kecamatan Genuk dan Gayamsari diambil sampel sebanyak lima belas (15) titik
sampel. Nilai pH air sumur berkisar antara 4 sampai 8, nilai TDS berkisar dibawah 3 ppm. Nilai
DHL air sumur cukup bervariasi, dengan nilai tertinggi sebesar 4.100 ms/cm sedangkan nilai
terendah sebesar 383 ms/cm. Kedalaman sumur-sumur gali mempunyai kedalaman relatif pendek
yaitu kurang dari 4 meter, sedangkan kedalaman sumur terendah 0,47 meter. Kondisi air sumur
gali hampir seluruhnya telah terintrusi, hampir semua sampel memiliki suspensi. Warna air sumur
gali sebagian berwarna keruh bahkan sampai berwarna hitam, terdapatnya tiga titik sampel yang
airnya berwarna hitam. Hampir seluruh sumur gali di wilayah ini memiliki rasa payau sampai
asin.
Kondisi kualitas air sumur di daerah Kecamatan Tugu terwakili oleh tujuh belas (17) titik
sampel. Tingkat keasaman (pH) dari titik-titik sampel yang diambil berkisar antara 4 sampai 7.
Nilai TDS air sumur gali relatif kecil di bawah 2 ppm. Besaran nilai DHL tertinggi sebesar 1.320
ms/cm, sedangkan nilai DHL terendah sebesar 5,7 ms/cm. Kedalaman sumur gali bervariasi dari
18 meter sampai 6,5 meter. Dilihat dari parameter warna, rasa, dan suspensi sumur gali di wilayah
ini hanya sebagian telah terintrusi. Dapat dilihat dari tujuh belas titik sampel terdapat 6 titik
sampel yang berwarna agak keruh dan agak kuning. Kondisi rasa air sumur gali di wilayah ini
cukup bervariasi yaitu tawar, agak asin, agak manis, dan amis.
Nilai DHL dapat digunakan untuk identifikasi pengelompokan jenis airtanah, termasuk
kelompok tawar, payau, atau asin. Airtanah asin diindikasikan sudah tercemar atau terintrusi oleh
air laut. Demikian juga untuk air payau dapat diindikasikan sudah terintrusi oleh air laut yang
berasa asin. Airtanah di kawasan pantai dapat berasa tawar, payau maupun asin. Berdasarkan
pengukuran DHL maka airtanah dapat dikategorikan. Terdapat beberapa klasifikasi penggolongan
nilai DHL sehingga dikatakan air tawar, air payau, atau air asin. Menurut Simoun (1999)
klasifikasi DHL berupa tawar, payau, dan asin, seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi DHL
No Kelas DHL (µmhos/cm) Kelompok
1 Rendah < 650 Airtanah Tawar
2 Sedang 650 - 1.500 Airtanah Payau
3 Tinggi > 1.500 Airtanah Asin
Sumber: Sunarso Simoun (1999)
Nilai DHL (Daya Hantar Listrik) air sumur gali di wilayah Kecamatan Semarang Utara
cukup bervariasi. Nilai DHL tertinggi terdapat pada titik nomor sampel tiga belas yaitu sebesar
5.000 ms/cm, sedangkan nilai DHL terendah terdapat pada titik nomor sampel sebelas yaitu
sebesar 221 ms/cm. Terdapat dua sumur yang sudah termasuk kelompok air asin pada sampel
nomor 13 dan 14, sumur dengan air payau terdapat pada 4 sumur dengan sampel sumur nomor 5,
6, 7, 8, 15, 18, dan 19. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.
Air sumur gali di wilayah Kecamatan Semarang Tengah dan Semarang Timur mempunyai
rata-rata nilai DHL dari seluruh sampel di wilayah ini sebesar 1.144 ms/cm. Titik sampel nomor
14 mempunyai nilai DHL yang tertinggi sebesar 6.448,1 ms/cm, sedangkan titik sampel nomor 20
mempunyai nilai DHL yang terendah sebesar 331 ms/cm. Terdapat empat sumur dengan kategori
air payau yaitu pada sampel sumur nomor 10, 14, 16, dan 17 sedangkan sumur dengan kategori
air asin diketemukan pada sampel sumur dengan nomor 13 dan 15. Pada wilayah Semarang
Tengah dan Semarang Timur sebagian besar sumur dalam kondisi air tawar. Data selengkapnya
disajikan pada Lampiran 2.
Air sumur gali di wilayah Kecamatan Genuk dan Gayamsari mempunyai nilai DHL yang
cukup bervariasi, dengan nilai tertinggi sebesar 4.100 ms/cm terdapat pada titik sampel nomor 15.
Sedangkan nilai terendah sebesar 383 ms/cm terdapat pada titik sampel nomor 7. Nilai rata-rata
DHL air sumur gali di wilayah ini sebesar 1.173,27 ms/cm. Terdapat sembilan (9) sumur dengan
91
kategori air payau yaitu pada sampel sumur nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 11, dan 14 sedangkan sumur
dengan kategori air asin hanya diketemukan pada sampel sumur dengan nomor 12, 13, dan 15,
seperti disajikan pada Tabel 5. Pada wilayah Kecamatan Genuk dan Gayamsari sebagian besar
sumur air sumur masih dalam kondisi air tawar Lampiran 3.
Besaran nilai DHL yang paling tinggi di Kecamatan Tugu berada pada titik sampel nomor 7
yaitu sebesar 1.320 ms/cm, sedangkan besaran nilai DHL yang paling rendah berada pada titik
sampel nomor 16 yaitu sebesar 5,7 ms/cm. Titik sampel lainnya memiliki nilai DHL berkisar
antara 200 sampai 750 ms/cm. Dari tujuh belas titik sampel tersebut mempunyai nilai rata-rata
sebesar 541 ms/cm. Hanya terdapat enam sampel air sumur dengan nomor 3, 4, 5, 7, 8, dan 15
dengan kondisi DHL termasuk kategori air payau, seperti disajikan pada Lampiran 4. Air asin
tidak terdapat di wilayah ini. Sedangkan sebagian besar air sumur dalam kondisi tawar dan dapat
digunakan, untuk dikonsumsi harus dilakukan ter kadar air layak untuk air minum terlebih dahulu.
Peta persebaran intrusi di Kota Semarang disajikan pada peta Intrusi di Kawasan Pantai Kota
Semarang (Lampiran 5).
Pendugaan geolistrik pada penelitian ini dilakukan sebanyak 7 titik pengukuran dengan
memperhatikan aspek kondisi ketinggian tempat dan geomorfologi sistem akifer di daerah
penelitian. Lokasi pengukuran geolistrik ditampilkan seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Lokasi Pengukuran Geolistrik
Titik
Pendugaan
Posisi X Posisi Y
Elevasi Tempat
(mdpal)
Lokasi
G1 434172 9230032 10 Tanah Mas
G2 433604 9229157 17 Tawang Mas
G3 439044 9227899 44 Masjid Agung Jateng
G4 437825 9230530 5 Semarang Timar
G5 436058 9227695 40 Pekunden
G6 430825 9227415 49 Perum Penerbad
G7 432479 9228127 25 Depan Polsek Sembar
Sumber: Pengukuran data di lapangan tahun 2008
Pendugaan geolistrik merupakan salah satu metode penelitian untuk mengetahui
hidrostratigrafi akifer atau susunan perlapisan batuan atau material penyusun akifer, serta dapat
prediksi kandungan air pada formasi akifer tersebut. Pendugaan ini menggunakan prinsip bahwa
lapisan atau material batuan mempunyai nilai tahanan jenis (resistivity) yang berbeda-beda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecil nilai tahanan jenis adalah (a) jenis material; (b)
kandungan air dalam batuan; (c) porositas batuan; dan (d) sifat kimia air.
Tabel 4. Tabel Kedalaman, Material, dan Kondisi Airtanah
Titik Kedalaman Material Asal material Kondisi airtanah
G1 0 – 1,25 m
3 - 28 m
lempung pasiran
pasir halus kecoklatan
luapan sungai
endapan material sungai
belum jenuh
jenuh airtanah
G2 0 – 1,5 m
5 m
10 m
-lempung lanauan
-lempung pasiran abu-abu
kehijauan
-pasir halus kecoklatan
hasil pengendapan akuitard
akifer, jenuh airtanah
G3 0–1,5 m
6 m
25 m
-lempung pasiran, alluvium
-lempung lanauan
-lempung pasiran
-pasir halus kecoklatan
hasil pengendapan akuitard
akuitard
akifer
G4 0–0,5 m
0,5-3 m
11 m
25 m
-Alluvium
-lempung lanauan
-lempung abu-abu kehijauan
-pasir
Dari sungai dan diluapkan
akuitard
akifer.
adanya intrusi air asin
G5 0–1,5 m -lempung pasiran Dibawa sungai dan
92
1,5-6 m
6-13 m
-lempung lanauan
-lempung pasiran dan lempung
diluapkan akuitard
akifer lapisan bawah berupa
akuiklud
G6 1 m
1-3 m
3-4,5 m
4,5-10 m
10 m
-lempung pasiran
-lempung lanauan
-pasir lempungan
-lempung abu-abu kehijauan-
kecoklatn
-pasir halus kecoklatn dan pasir
lempungan
Dibawa sungai dan
diluapkan
akifer
akifer
akifer
G7 1 m
16 m
-lempung pasiran
-lempung pasiran abu-abu
akifer
BerdasarkanTabel 4, diketahui bahwa pada kedalaman 1 m dari permukaan tanah merupakan
merupakan material lempung pasiran. Pada kedalaman 5m sampai 15 m berupa lempung pasiran
abu-abu kehijauan dan sedikit pasir berupa formasi akifer, ada juga material lempung lanau
berupa akuitard. Pada kedalaman lebih dari 20 m ke bawah masih menyimpan potensi airtanah,
walaupun pada beberapa lokasi berupa material lempung berupa akuiclud.
Kondisi ketersediaan airtanah pada kawasan pantai Kota Semarang diidentifikasi
berdasarkan kelompok akifer dangkal dan akifer dalam. Kedua akifer ini memiliki kedalaman dan
potensi air yang berbeda. Sebaran dan kondisi airtanah di kawasan pantai Semarang diuraikan
sebagai berikut.
1. Akifer dangkal, kedalaman 5,0 sampai lebih dari 15 mbmt, MAT antara 5,0 - 15 mbmt, K
antara 0,22 - 0,72 m/hari, T antara 2,89 - 7,16 m2
/hari, Qs antara 0,03 - 0,07 l/det/m, Qopt
antara 0,07 - 0,15 l/detik dengan jarak minimun antar sumur 2,0 - 27 m. Kualitas airtanah
dangkal baik dan layak untuk air minum.
2. Akifer dalam, kedalaman antara 40 -80 mbmt pada akifer endapan Delta Garang dan 100 -
150 mbmt pada endapan Kuarter, MAT antara 1,0 mamt - 56 mbmt, K antara 37,59 -198,7
m/hari, T antara 37,44 - 388,8 m2
/hari, Qs antara 0,2 - 9,7 l/det/m, Qopt antara 20 - 74 l/det,
dan jarak minimum antar sumur antara 176 -235 m. Kualitas airtanah dalam umumnya baik
dan layak untuk air minum.
Di daerah cekungan air Semarang (CAS) terdapat empat sistem akifer airtanah tertekan,
meliputi kelompok akifer endapan kuarter, akifer formasi damar, akifer breksi volkanik, dan
akifer produk gunung api muda. Daerah penelitian di pantai Kota Semarang termasuk kelompok
akifer endapan kuarter. Berikut ini di paparkan tentang kondisi akifer meliputi kedalaman, nilai
keterusan, dan kemampuan aliran airtanah.
1. Kelompok Akifer Endapan Kuarter, dengan kedalaman akifer antara 30 - 150 m, harga
keterusan (T) antara 17,57 - 1.024,8 m2
/hari, dan aliran airtanah sebesar 278 liter/detik untuk
daerah selebar 7 km.
2. Kelompok Akifer Formasi Damar dengan kedalaman akifer antara 30 - 100 m dan harga T
antara 14,4 - 105,41 m2
/hari.
3. Kelompok Akifer Breksi Volkanik dengan kedalaman akifer lebih dari 20 m dan harga T
antara 21.6 - 128,16 m2
/hari.
4. Kelompok Akifer Produk Gunungapi Muda dengan kedalaman akifer antara 20 - 180 m dan
harga T antara 23,76 - 741,6 m2
/hari.
Jumlah penduduk di Kota Semarang dari tahun ke tahun semakin meningkat, diikuti dengan
kebutuhan airbersih. Kebutuhan air bersih bagi penduduk yang terlayani dari PDAM hanya
sebesar 48% (DGTL, 2004). Sehingga sebagian besar penduduk dan kebutuhan air terutama
untuk industri di Kota Semarang masih harus memenuhi kebutuhan air bersihnya dari budidaya
sendiri, yakni dari airtanah dengan cara membuat sumurgali, sumurpasak, dan sumurbor.
Penentuan zona konservasi airtanah dilaksanakan untuk mengetahui tingkat perubahan
kondisi dan lingkungan airtanah yang disebabkan oleh proses alami dan atau akibat kegiatan
93
manusia. Pelaksanaan kegiatan penentuan zona konservasi dilakukan untuk menentukan upaya
konservasi airtanah dalam kegiatan pendayagunaan airtanah. Zona konservasi airtanah ditentukan
berdasarkan faktor-faktor perubahan kedalaman muka airtanah, kualitas airtanah, lingkungan
airtanah, potensi ketersediaan airtanah. Pembagian zona konservasi airtanah pada suatu daerah
dibedakan dalam kategori aman, rawan, kritis, dan rusak.
Pembuatan pedoman pengaturan pengembangan airtanah dalam bentuk peta pengendalian
pengambilan airtanah atau peta zona konservasi airtanah di Kota Semarang dan sekitarnya, dapat
digunakan untuk analisis zona pengambilan airtanah. Penentuan zona konservasi airtanah
(Lampiran 6) dibedakan dalam 6 (enam) zona pengendalian pengambilan airtanah, yaitu:
a. Zona Kritis (Zona I) merupakan zona akifer tipis dengan produktivitas rendah, potensi
airtanah rendah, dan penyebaran mengelompok terutama pantai timur Semarang sampai
Demak. Kedalaman airtanah 30 -150 m bmt, dampak pengambilan. airtanah berupa amblesan
tanah.
b. Zona Rawan (Zona II) merupakan zona rawan pengambilan airtanah potensi agak rendah,
terdapat pada kedalaman antara 30 - 90 m bmt. Apabila dilakukan pengambilan airtanah yang
besar terdapat gejala amblesan tanah. Penyebaran zona ini meliputi Mororejo Kaliwungu,
Ngebruk, Jrakah, Mangunharjo, Tambakharjo, Puri Anjasmoro PRPP, Poncol, Johar,
Rejosari, Gayamsari, Kabluk, dan Pedurungan.
c. Zona Aman I (Zona III) merupakan zona cukup tebal dengan potensi sedang, aman untuk
pengambilan airtanah pada akifer dengan kedalaman lebih dari 30m bmt, pengambilan
airtanah dibatasi maksimal 150 m3
/hari. Penyebaran zona ini meliputi Mangkang, Krapyak,
Kalibanteng, Karangayu, Bulu, Simongan, Randusari, Mugas, Simpanglima, Gergaji,
Bangkong, Peterongan, Kedungmundu, Karangawen, Gubug, Wonosalam, Demak, dan
Bonang.
d. Zona Aman 2 (Zona IV) merupakan zona aman untuk pengambilan airtanah pada akifer
kedalaman lebih dari 60 m bmt. Penyebaran zona ini berada di Semarang bagian tengah.
Pengambilan airtanah baru dibatasi per-sumur maksimal 200 m3
/hari. Daerah ini dapat
difungsikan sebagai daerah resapan untuk daerah yang belum dikembangkan.
e. Zona Aman 3 (Zona V) merupakan zona khusus diperuntukkan bagi Sumber Baku Air
Bersih Perkotaan. Wilayah Zona 3 berada di Semarang bagian atas meliputi Ungaran,
Gunungpati, dan Boja, berfungsi sebagai daerah resapan.
f. Zona Aman 4 (Zona VI) merupakan kelompok zona dengan produktivitas akifer rendah.
Wilayah ini meliputi Semarang bagian atas meliputi Jatibarang, Sekaran, Sukorejo,
Tinjomoyo, Mangunharjo, dan Meteseh.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Kawasan pantai Semarang merupakan hamparan dataran aluvial yang terbentuk oleh aktivitas
aliran sungai dan mengendapkan material aluvium.
2. Kondisi air sumur gali di wilayah Pantai Semarang sebagian besar tidak layak pakai karena
berasa payau sampai asin, bahkan banyak juga sumur gali yang mempunyai kondisi banger
(berbau anyir atau amis). Warna air sumur keruh berwarna kuning bahkan ada yang hitam.
Persebaran nilai DHL tertinggi (air asin) sebesar 6.835 ms/cm, sedangkan nilai DHL
terendah (tawar) sebesar 5,7 ms/cm. Nilai pH berkisar 3,9 (asam) sampai 8,2 (basa).
3. Penentuan zona konservasi airtanah dilaksanakan untuk mengetahui perubahan airtanah yang
disebabkan oleh proses alami yang berubah karena kegiatan manusia. Penentuan zona
konservasi dilakukan berdasarkan faktor perubahan kedalaman muka airtanah, kualitas
airtanah, lingkungan airtanah, potensi ketersediaan airtanah. Pembagian zona konservasi
airtanah pada suatu daerah dibedakan dalam kategori kritis, rawan, dan aman.
94
4. Upaya konservasi airtanah dilakukan dengan cara vegetatif dan mekanik. Cara vegetatif
merupakan upaya konservasi dengan melakukan penanaman tanaman, seperti reboisasi,
penghijauan, dan pembuatan hutan. Cara mekanik merupakan upaya konservasi dengan
bentukan artifisial yang berfungsi mempertahankan kondisi airtanah, seperti pengaturan
jaringan drainase, pembuatan sumur resapan dan biopori, pembuatan embung dan telaga pada
kawasan cekungan, pengaturan pemanfaatan lahan pada kawasan padat hunian.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Chow,VT. 1964. Handbook of Applied Hydrology, a Compendium of Water Resources
Technology. New York: McGraw-Hill Book Company.
DGTL. 2004. Potensi Cekungan Airtanah Semarang dan Cekungan Airtanah.Ungaran Jawa
Tengah (Ringkasan Eksekutif). Bandung: Departemen Pertambangan dan Energi, Dirjen
Geologi dan Sumberdaya Mineral.
Kruseman, GP. And Ridder, NA. 1991. Analysis and Evaluation of Pumping Tes Data.
Netherland: International Institute for Land Reclamation and Improvement.
Santosa, L.W. 2000. Geolistrik Teknik Geofisika untuk Penyelidikan Air Bawah Permukaan.
Yogyakarta: Laboratorium Geohidrologi Fak. Geografi UGM.
Seyhan, E. 1977. The Watershed as an Hydrologic Unit. Utrecht: Geografisch Institut der
Rijksuniversiteit Utrecht.
Simoun, Sunarso. 1999. Semarang: Bappeda Tingkat I.
Striffler, WD. 1979. Watershed Planning and Manajement. Planning the Use and Management of
Land. Ed. Beatty, MT., GW Petersen, LD Swindale. Number 21 in the series Agronomy.
Sutikno. 1992. Yogyakarta; Fakultas Geografi, UGM.
Todd. D.K. 1980. Groundwater Hydrology. New York: John Willey and Sons Inc.

More Related Content

What's hot

Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran bantenPraktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran bantenPT. SASA
 
Ekosistem sungai 1
Ekosistem sungai 1Ekosistem sungai 1
Ekosistem sungai 1PT. SASA
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...suningterusberkarya
 
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi AgroteknologiIrigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi AgroteknologiPurwandaru Widyasunu
 
Ekosistem sungai
Ekosistem sungaiEkosistem sungai
Ekosistem sungaiPT. SASA
 
Pengelolaan ciliwung
Pengelolaan ciliwungPengelolaan ciliwung
Pengelolaan ciliwungaryopuv
 
Hazard assessment kekeringan gunungkidul
Hazard assessment kekeringan gunungkidulHazard assessment kekeringan gunungkidul
Hazard assessment kekeringan gunungkidulIzaina Nurfitriana
 
Indah sari 06 juni 2012
Indah sari 06 juni 2012Indah sari 06 juni 2012
Indah sari 06 juni 2012Arman Ammank
 
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...Tri Luthfiani
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...suningterusberkarya
 
hasil persentase kami Pengolahan air laut menjadi air bersih
hasil persentase kami Pengolahan air laut menjadi air bersihhasil persentase kami Pengolahan air laut menjadi air bersih
hasil persentase kami Pengolahan air laut menjadi air bersihRizky Olang
 
Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas limbah
Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas limbahFaktor faktor yang mempengaruhi kualitas limbah
Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas limbahAhmad Yansah
 
Defisit Air Bersih dan Layak Konsumsi di Indonesia
Defisit Air Bersih dan Layak Konsumsi di IndonesiaDefisit Air Bersih dan Layak Konsumsi di Indonesia
Defisit Air Bersih dan Layak Konsumsi di IndonesiaClarissa Tiffany
 
Pengolahan air asin dan payau dgn sistem osmosis balik
Pengolahan air asin dan payau dgn sistem osmosis balikPengolahan air asin dan payau dgn sistem osmosis balik
Pengolahan air asin dan payau dgn sistem osmosis balikChristina Natalia
 
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATANDISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATANRepository Ipb
 

What's hot (20)

Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran bantenPraktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
 
Ekosistem sungai 1
Ekosistem sungai 1Ekosistem sungai 1
Ekosistem sungai 1
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
 
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi AgroteknologiIrigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
 
Ekosistem sungai
Ekosistem sungaiEkosistem sungai
Ekosistem sungai
 
etdfyhjhk
etdfyhjhketdfyhjhk
etdfyhjhk
 
158 128-1-pb
158 128-1-pb158 128-1-pb
158 128-1-pb
 
Pengelolaan ciliwung
Pengelolaan ciliwungPengelolaan ciliwung
Pengelolaan ciliwung
 
Kelompok vi persentasi
Kelompok vi persentasiKelompok vi persentasi
Kelompok vi persentasi
 
Hazard assessment kekeringan gunungkidul
Hazard assessment kekeringan gunungkidulHazard assessment kekeringan gunungkidul
Hazard assessment kekeringan gunungkidul
 
Tambak udang
Tambak udangTambak udang
Tambak udang
 
Indah sari 06 juni 2012
Indah sari 06 juni 2012Indah sari 06 juni 2012
Indah sari 06 juni 2012
 
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...
Desain alat destilasi air laut berbasis tenaga surya sebagai alternatif penye...
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
 
hasil persentase kami Pengolahan air laut menjadi air bersih
hasil persentase kami Pengolahan air laut menjadi air bersihhasil persentase kami Pengolahan air laut menjadi air bersih
hasil persentase kami Pengolahan air laut menjadi air bersih
 
Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas limbah
Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas limbahFaktor faktor yang mempengaruhi kualitas limbah
Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas limbah
 
Defisit Air Bersih dan Layak Konsumsi di Indonesia
Defisit Air Bersih dan Layak Konsumsi di IndonesiaDefisit Air Bersih dan Layak Konsumsi di Indonesia
Defisit Air Bersih dan Layak Konsumsi di Indonesia
 
Defisit Air Bersih
Defisit Air BersihDefisit Air Bersih
Defisit Air Bersih
 
Pengolahan air asin dan payau dgn sistem osmosis balik
Pengolahan air asin dan payau dgn sistem osmosis balikPengolahan air asin dan payau dgn sistem osmosis balik
Pengolahan air asin dan payau dgn sistem osmosis balik
 
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATANDISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
DISTRIBUSI SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
 

Similar to 326 379-1-pb

6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-20106 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010Risda moe
 
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...Repository Ipb
 
Waduk ajibarang untuk antisipasi banjir kota semarang
Waduk ajibarang untuk antisipasi banjir kota semarangWaduk ajibarang untuk antisipasi banjir kota semarang
Waduk ajibarang untuk antisipasi banjir kota semarangARIFRAHMAN513
 
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...Repository Ipb
 
10 sumberdaya-alam-air
10 sumberdaya-alam-air10 sumberdaya-alam-air
10 sumberdaya-alam-airKoran Bekas
 
Sempro Powerpoint Template.pptx
Sempro Powerpoint Template.pptxSempro Powerpoint Template.pptx
Sempro Powerpoint Template.pptxBoyAko1
 
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdfmateri kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdfvandamustika
 
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganDrainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganYahya M Aji
 
2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm2575 5225-1-sm
2575 5225-1-smmorila mei
 
EVALUASI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KAB.KAMPAR KOTA BANGKINANG
EVALUASI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KAB.KAMPAR KOTA BANGKINANGEVALUASI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KAB.KAMPAR KOTA BANGKINANG
EVALUASI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KAB.KAMPAR KOTA BANGKINANGcocone_jk
 
Moch salim studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...
Moch salim    studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...Moch salim    studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...
Moch salim studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...MochSalim1
 
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakartaKeragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakartaAnjas Asmara, S.Si
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Luhur Moekti Prayogo
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutPosma Andri Octavia Siagian
 

Similar to 326 379-1-pb (20)

6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-20106 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
 
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
 
MAKALAH WADUK BENANGA
MAKALAH WADUK BENANGAMAKALAH WADUK BENANGA
MAKALAH WADUK BENANGA
 
Waduk ajibarang untuk antisipasi banjir kota semarang
Waduk ajibarang untuk antisipasi banjir kota semarangWaduk ajibarang untuk antisipasi banjir kota semarang
Waduk ajibarang untuk antisipasi banjir kota semarang
 
Bab I Pendahuluan
Bab I PendahuluanBab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
 
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...
KAJIAN KAPASITAS ASIMILASI BEBAN PENCEMARAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI PERAIRAN...
 
Makalh pengambilan sampel air
Makalh pengambilan sampel airMakalh pengambilan sampel air
Makalh pengambilan sampel air
 
10 sumberdaya-alam-air
10 sumberdaya-alam-air10 sumberdaya-alam-air
10 sumberdaya-alam-air
 
Sempro Powerpoint Template.pptx
Sempro Powerpoint Template.pptxSempro Powerpoint Template.pptx
Sempro Powerpoint Template.pptx
 
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdfmateri kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
 
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganDrainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
 
Pengaruh penggundulan hutan terhadap krisis air
Pengaruh penggundulan hutan terhadap krisis airPengaruh penggundulan hutan terhadap krisis air
Pengaruh penggundulan hutan terhadap krisis air
 
Met1
Met1Met1
Met1
 
2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm2575 5225-1-sm
2575 5225-1-sm
 
EVALUASI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KAB.KAMPAR KOTA BANGKINANG
EVALUASI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KAB.KAMPAR KOTA BANGKINANGEVALUASI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KAB.KAMPAR KOTA BANGKINANG
EVALUASI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KAB.KAMPAR KOTA BANGKINANG
 
Moch salim studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...
Moch salim    studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...Moch salim    studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...
Moch salim studi penyusunan dan pemetaan potensi budidaya laut di perairan...
 
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakartaKeragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta
Keragaman plankton sebagai indikator kualitas sungai di kota surakarta
 
Air permukaan
Air permukaanAir permukaan
Air permukaan
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
 

Recently uploaded

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 

326 379-1-pb

  • 1. 87 MODEL SPASIAL KETERSEDIAAN AIRTANAH DAN INTRUSI AIR LAUT UNTUK PENENTUAN ZONE KONSERVASI AIRTANAH Sriyono, Nur Qudus, Dewi Liesnoor Setyowati Fakultas Ilmu Sosial,Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Abstrak. Airtanah merupakan sumberdaya air yang paling baik untuk air bersih dan air minum. Kebutuhan airtanah selalu meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk. Peningkatan pengambilan airtanah pada kawasan pantai memacu terjadinya intrusi air laut, atau masuknya air laut ke air tawar. Tujuan umum penelitian membuat model spasial ketersediaan airtanah dan intrusi air laut pada kawasan pantai. Penelitian dilakukan di kawasan pantai Kota Semarang. Data meliputi: data fisik lahan, data hasil booring, karakteristik fisik airtanah, kedalaman muka freatik, fluktuasi airtanah, sifat fisik airtanah, dan karakteristik akifer. Peralatan penelitian berupa satu set alat geolistrik, GPS, EC-meter, dan Notebook. Pemilihan dan pengukuran sampel sumur dan pendugaan geolistrik dengan teknik stratified purposive sampling. Analisis meliputi uji kualitas air, analisis geolistrik dengan sclumberger, sebaran intrusi, kedalaman dan arah aliran airtanah. Kondisi air sumur di Pantai Semarang sebagian besar berasa payau sampai asin, dengan nilai DHL berkisar antara (6.448,1-5,7) ms/cm. Akifer bebas pada kawasan pantai Semarang tersusun material aluvium campuran dengan batupasir dengan lempung, pada bagian bawah terdapat lapisan akuitard dan lapisan kedap berupa akuiclud berupa material lempung. Analisis hubungan antara ketersediaan dengan arah perkembangan wilayah menghasilkan zone konservasi dalam enam zona, yaitu zone kritis, zone rawan, zone aman 1, zone aman 2 zone aman 3, zone aman 4. Saran penelitian perlu dilakukan pemeliharaan dan pembatasan penggunaan airtanah, upaya mencari sumber airtanah, peningkatan cadangan airtanah dengan konservasi vegetatif, membuat embung, sumur resapan, biopori. Kata Kunci: akifer, intrusi, konservasi PENDAHULUAN Airtanah merupakan salah satu sumberdaya air yang baik untuk air bersih dan air minum, dibandingkan dengan sumber air lainnya. Kebutuhan airtanah selalu meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk. Kebutuhan air yang selalu meningkat sering membuat orang lupa bahwa daya dukung alam ada batasnya dalam memenuhi kebutuhan air. Kebutuhan air manusia terutama untuk kebutuhan domestik sehari-hari, industri, irigasi, jasa, penyediaan air perkotaan, dan sebagainya. Kondisi sistem akifer di dalam tanah sangat rumit, namun dapat dipelajari dan diprediksi keberadaannya. Pada musim hujan kandungan air pada akifer meningkat sedangkan pada musim kemarau kandungan air menurun atau tidak ada sama sekali. Padahal air sangat dibutuhan dari waktu ke waktu untuk mendukung kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Dengan melakukan upaya-upaya konservasi maka kondisi airtanah pada musim kemarau dapat diatasi dengan teknik tindakan dan perlakuan tertentu. Kajian imbangan antara ketersediaan airtanah dan intrusi air laut
  • 2. 88 memberikan gambaran tentang kondisi akifer, dinamika potensi airtanah dan penyebaran intrusi air laut. Secara prinsip airtanah dari darat mengalir ke laut melalui media akifer, sedangkan air laut juga meresap ke darat karena tekanan hidrostatika air laut. Keberadaan industri-industri besar yang berlokasi di pelabuhan Tanjung Emas Semarang, hotel berbintang, kawasan permukiman elit, dan kawasan perkantoran di sepanjang pantai Kota Semarang memenuhi kebutuhan air bersih berasal dari sumur bor atau airtanah dalam. Pembuatan sumur bor memang harus berijin dan dikenai pajak, namun banyak para pengusaha dan masyarakat membuat sumur bor tanpa melakukan proses perijinan. Keberadaan jumlah dan lokasi sumur bor semakin banyak dan sulit dideteksi atau dilacak. Akibat dari pengambilan airtanah berlebih akan membuat partikel tanah yang seharusnya terisi air menjadi memadat, sehingga terjadi penurunan muka tanah di kawasan pantai Kota Semarang. Pengembilan airtanah berlebih di kawasan pantai Semarang akan menyebabkan terjadi penyusupan air laut ke daratan. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan kualitas airtanah dan sejauhmana intrusi air laut sudah menyusup ke dataran pantai Kota Semarang. Permasalahan utama penelitian adalah: sejauhmana terjadi penyusupan air laut ke kawasan pantai Kota Semarang dan bagaimana zona konservasi airtanah yang sesuai untuk kawasan pantai Semarang? METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada kawasan pantai Kota Semarang, yang berkembang sebagai kawasan industri dan permukiman. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi dan pemetaan kondisi sumur penduduk kawasan pantai Semarang sebanyak 65 sumur gali penduduk. Metode penentuan sampel sumur dengan teknik purposive sampling. Pemilihan dan pengukuran sampel untuk pendugaan geolistrik menggunakan teknik stratified purposive sampling, berdasarkan pada tingkatan atau strata pada topografi kawasan pesisir, dengan rentangan wilayah sepanjang 300 meter. Pengukuran kedalaman sumur diperlukan untuk mengetahui arah aliran air tanah pada daerah penelitian. Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: data fisik lahan, peta-peta yang terkait, data hasil booring, karakteristik fisik airtanah, kedalaman muka freatik, fluktuasi airtanah, sifat fisik airtanah, dan karakteristik akifer. Peralatan penelitian antara lain satu set alat geolistrik, GPS, EC-meter, dan Notebook. Penelitian dilakukan secara bertahap dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data sampai pembuatan laporan. Survei data primer dilakukan pengambilan sampel air sumur untuk pengujian kualitas air dan pengukuran lapangan dengan metode pendugaan geolistrik. Uji kualitas airtanah meliputi pH, TDS, kandungan garam (salinity), daya hantar listrik (DHL), suhu, warna, dan kekeruhan serta untuk pengukuran kedalaman airtanah. Analisis data meliputi analisis data numerik dan statistik, uji geolistrik dengan model sclumberger, analisis sebaran intrusi air laut, analisis kedalaman dan arah aliran airtanah. Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan analisis data antara lain pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan ekologi (ecological approach), dan analisis statistik (statistical analysis). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi air sumur gali di wilayah Pantai Semarang sebagian besar mempunyai kondisi tidak layak pakai yaitu berasa payau sampai asin, bahkan banyak juga sumur gali yang mempunyai kondisi banger (bau yang tidak sedap). Kondisi air sumur gali tersebut bervariasi tergantung besarnya pengaruh dari intrusi air laut yang masuk. Wilayah Kecamatan Genuk yaitu Kelurahan Genuksari, Kelurahan Gebangsari, Kelurahan Trimulyo, Kelurahan Terboyo Wetan, Kelurahan Terboyo Kulon sumur-sumur galinya mempunyai kondisi yang asin. Sedangkan di wilayah
  • 3. 89 Kelurahan Banjardowo sumur-sumur galinya mempunyai kondisi yang payau. Variasi perbedaan kondisi sumur gali tersebut disebabkan oleh besar-kecilnya pengaruh dari intrusi air laut. Hampir semua penduduk menggunakan sumur artetis dan jasa air dari PDAM untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena sebagian air tanah di Pantai Semarang telah terkena intrusi dari air laut. Jenis penggunaan air dari PDAM sebesar 86,9%, jenis penggunaan air yang paling sedikit digunakan oleh penduduk adalah badan pengelola air dengan persentase 2,28% dan pompa jet atau tangan dengan persentase 2,84%. Penduduk yang menggunakan sumur sebesar 7,99%. Secara lebih rinci jumlah penduduk menurut jenis penggunaan air disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Penggunaan Air No. Jenis Penggunaan Air Jumlah Persen (%) 1. Sumur 20.202 7,99 2. Badan Pengelola Air 5.753 2,28 3. Pompa jet / pompa tangan 7.167 2,84 4. PDAM 219.625 86,90 Jumlah 252.747 100,00 Sumber: Data Monografi Kelurahan, 2008 Data-data tersebut diatas belum termasuk jumlah penduduk yang menggunakan sumur artetis. Padahal sebagian penduduk di wilayah Pantai Semarang telah menggunakan sumur artetis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada umumnya penggunaan sumur artetis hanya untuk mandi dan mencuci, sedangkan untuk minum dan memasak para penduduk tetap menggunakan air dari jasa PDAM. Walaupun kedalaman dari sumur-sumur artetis tersebut mencapai puluhan meter kedalam tanah, tetapi pada musim kemarau kondisi air pada sumur-sumur artetis menjadi berkurang dan tampak agak keruh. Pada musim kemarau, warga yang tidak memakai jasa PDAM dan hanya mengandalkan air sumur gali maupun artetis. Salah satu cara yang dilakukan untuk memperoleh air bersih yaitu dengan membeli air bersih pada agen-agen penjualan air disekitar daerah mereka. Kondisi kualitas air sumur di wilayah Kecamatan Semarang Utara terwakili oleh 19 (sembilan belas) titik sampel yang tersebar di wilayah Kecamatan Semarang Utara. Tingkat keasaman atau pH air sumur gali berkisar antara 5 sampai 8,5. Kondisi TDS (Total Disolve) paling besar yaitu 3,8 sedangkan TDS yang paling kecil yaitu 0,31 ppm. Kedalaman sumur gali berkisar antara 0,5 sampai 7 meter, sedangkan sumur artetis mempunyai kedalaman lebih dari 20 meter, bahkan ada yang mencapai kedalaman 50 meter. Kondisi warna air sumur sebagian besar keruh atau kotor bahkan ada yang berwarna kuning, hanya terdapat 9 titik sampel yang berwarna bening atau jernih. Rasa air sebagian besar masih berasa tawar, lima titik sampel yang berasa payau atau asin. Hal ini membuktikan bahwa kandungan garam dari air laut belum sepenuhnya mengintrusi wilayah Kecamatan Semarang Utara. Suspensi dalam air bervariasi, terdapat sebelas titik sampel yang mempunyai suspensi yang lain tidak memiliki suspensi. Pada wilayah Kecamatan Semarang Tengah dan Semarang Timur Terdapat 20 (dua puluh) titik sampel yang tersebar untuk mengetahui kondisi kualitas air sumur. Kondisi keasaman air (pH) air sumur gali berkisar antara 6 sampai 8. Kondisi TDS air sumur gali di wilayah ini mempunyai nilai rata-rata sebesar 1,23 ppm. Nilai TDS terbesar 5,55 ppm dan nilai terendah sebesar 0,47ms/cm. Sebagian besar sumur gali mempunyai kedalaman tidak lebih dari 6 meter, dengan kedalaman paling rendah yaitu 1 meter. Kondisi air sumur gali sebagian besar mempunyai kondisi yang baik, hanya terdapat 4 titik sampel yang berwarna agak keruh sampai keruh dan 2 titik sampel yang mempunyai rasa agak asin dan asin. Kandungan suspensi pada air sumur gali di wilayah terdapat 7 titik sampel yang terdapat suspensi dari 20 titik sampel yang diambil.
  • 4. 90 Wilayah Kecamatan Genuk dan Gayamsari diambil sampel sebanyak lima belas (15) titik sampel. Nilai pH air sumur berkisar antara 4 sampai 8, nilai TDS berkisar dibawah 3 ppm. Nilai DHL air sumur cukup bervariasi, dengan nilai tertinggi sebesar 4.100 ms/cm sedangkan nilai terendah sebesar 383 ms/cm. Kedalaman sumur-sumur gali mempunyai kedalaman relatif pendek yaitu kurang dari 4 meter, sedangkan kedalaman sumur terendah 0,47 meter. Kondisi air sumur gali hampir seluruhnya telah terintrusi, hampir semua sampel memiliki suspensi. Warna air sumur gali sebagian berwarna keruh bahkan sampai berwarna hitam, terdapatnya tiga titik sampel yang airnya berwarna hitam. Hampir seluruh sumur gali di wilayah ini memiliki rasa payau sampai asin. Kondisi kualitas air sumur di daerah Kecamatan Tugu terwakili oleh tujuh belas (17) titik sampel. Tingkat keasaman (pH) dari titik-titik sampel yang diambil berkisar antara 4 sampai 7. Nilai TDS air sumur gali relatif kecil di bawah 2 ppm. Besaran nilai DHL tertinggi sebesar 1.320 ms/cm, sedangkan nilai DHL terendah sebesar 5,7 ms/cm. Kedalaman sumur gali bervariasi dari 18 meter sampai 6,5 meter. Dilihat dari parameter warna, rasa, dan suspensi sumur gali di wilayah ini hanya sebagian telah terintrusi. Dapat dilihat dari tujuh belas titik sampel terdapat 6 titik sampel yang berwarna agak keruh dan agak kuning. Kondisi rasa air sumur gali di wilayah ini cukup bervariasi yaitu tawar, agak asin, agak manis, dan amis. Nilai DHL dapat digunakan untuk identifikasi pengelompokan jenis airtanah, termasuk kelompok tawar, payau, atau asin. Airtanah asin diindikasikan sudah tercemar atau terintrusi oleh air laut. Demikian juga untuk air payau dapat diindikasikan sudah terintrusi oleh air laut yang berasa asin. Airtanah di kawasan pantai dapat berasa tawar, payau maupun asin. Berdasarkan pengukuran DHL maka airtanah dapat dikategorikan. Terdapat beberapa klasifikasi penggolongan nilai DHL sehingga dikatakan air tawar, air payau, atau air asin. Menurut Simoun (1999) klasifikasi DHL berupa tawar, payau, dan asin, seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi DHL No Kelas DHL (µmhos/cm) Kelompok 1 Rendah < 650 Airtanah Tawar 2 Sedang 650 - 1.500 Airtanah Payau 3 Tinggi > 1.500 Airtanah Asin Sumber: Sunarso Simoun (1999) Nilai DHL (Daya Hantar Listrik) air sumur gali di wilayah Kecamatan Semarang Utara cukup bervariasi. Nilai DHL tertinggi terdapat pada titik nomor sampel tiga belas yaitu sebesar 5.000 ms/cm, sedangkan nilai DHL terendah terdapat pada titik nomor sampel sebelas yaitu sebesar 221 ms/cm. Terdapat dua sumur yang sudah termasuk kelompok air asin pada sampel nomor 13 dan 14, sumur dengan air payau terdapat pada 4 sumur dengan sampel sumur nomor 5, 6, 7, 8, 15, 18, dan 19. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 1. Air sumur gali di wilayah Kecamatan Semarang Tengah dan Semarang Timur mempunyai rata-rata nilai DHL dari seluruh sampel di wilayah ini sebesar 1.144 ms/cm. Titik sampel nomor 14 mempunyai nilai DHL yang tertinggi sebesar 6.448,1 ms/cm, sedangkan titik sampel nomor 20 mempunyai nilai DHL yang terendah sebesar 331 ms/cm. Terdapat empat sumur dengan kategori air payau yaitu pada sampel sumur nomor 10, 14, 16, dan 17 sedangkan sumur dengan kategori air asin diketemukan pada sampel sumur dengan nomor 13 dan 15. Pada wilayah Semarang Tengah dan Semarang Timur sebagian besar sumur dalam kondisi air tawar. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 2. Air sumur gali di wilayah Kecamatan Genuk dan Gayamsari mempunyai nilai DHL yang cukup bervariasi, dengan nilai tertinggi sebesar 4.100 ms/cm terdapat pada titik sampel nomor 15. Sedangkan nilai terendah sebesar 383 ms/cm terdapat pada titik sampel nomor 7. Nilai rata-rata DHL air sumur gali di wilayah ini sebesar 1.173,27 ms/cm. Terdapat sembilan (9) sumur dengan
  • 5. 91 kategori air payau yaitu pada sampel sumur nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 11, dan 14 sedangkan sumur dengan kategori air asin hanya diketemukan pada sampel sumur dengan nomor 12, 13, dan 15, seperti disajikan pada Tabel 5. Pada wilayah Kecamatan Genuk dan Gayamsari sebagian besar sumur air sumur masih dalam kondisi air tawar Lampiran 3. Besaran nilai DHL yang paling tinggi di Kecamatan Tugu berada pada titik sampel nomor 7 yaitu sebesar 1.320 ms/cm, sedangkan besaran nilai DHL yang paling rendah berada pada titik sampel nomor 16 yaitu sebesar 5,7 ms/cm. Titik sampel lainnya memiliki nilai DHL berkisar antara 200 sampai 750 ms/cm. Dari tujuh belas titik sampel tersebut mempunyai nilai rata-rata sebesar 541 ms/cm. Hanya terdapat enam sampel air sumur dengan nomor 3, 4, 5, 7, 8, dan 15 dengan kondisi DHL termasuk kategori air payau, seperti disajikan pada Lampiran 4. Air asin tidak terdapat di wilayah ini. Sedangkan sebagian besar air sumur dalam kondisi tawar dan dapat digunakan, untuk dikonsumsi harus dilakukan ter kadar air layak untuk air minum terlebih dahulu. Peta persebaran intrusi di Kota Semarang disajikan pada peta Intrusi di Kawasan Pantai Kota Semarang (Lampiran 5). Pendugaan geolistrik pada penelitian ini dilakukan sebanyak 7 titik pengukuran dengan memperhatikan aspek kondisi ketinggian tempat dan geomorfologi sistem akifer di daerah penelitian. Lokasi pengukuran geolistrik ditampilkan seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Lokasi Pengukuran Geolistrik Titik Pendugaan Posisi X Posisi Y Elevasi Tempat (mdpal) Lokasi G1 434172 9230032 10 Tanah Mas G2 433604 9229157 17 Tawang Mas G3 439044 9227899 44 Masjid Agung Jateng G4 437825 9230530 5 Semarang Timar G5 436058 9227695 40 Pekunden G6 430825 9227415 49 Perum Penerbad G7 432479 9228127 25 Depan Polsek Sembar Sumber: Pengukuran data di lapangan tahun 2008 Pendugaan geolistrik merupakan salah satu metode penelitian untuk mengetahui hidrostratigrafi akifer atau susunan perlapisan batuan atau material penyusun akifer, serta dapat prediksi kandungan air pada formasi akifer tersebut. Pendugaan ini menggunakan prinsip bahwa lapisan atau material batuan mempunyai nilai tahanan jenis (resistivity) yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecil nilai tahanan jenis adalah (a) jenis material; (b) kandungan air dalam batuan; (c) porositas batuan; dan (d) sifat kimia air. Tabel 4. Tabel Kedalaman, Material, dan Kondisi Airtanah Titik Kedalaman Material Asal material Kondisi airtanah G1 0 – 1,25 m 3 - 28 m lempung pasiran pasir halus kecoklatan luapan sungai endapan material sungai belum jenuh jenuh airtanah G2 0 – 1,5 m 5 m 10 m -lempung lanauan -lempung pasiran abu-abu kehijauan -pasir halus kecoklatan hasil pengendapan akuitard akifer, jenuh airtanah G3 0–1,5 m 6 m 25 m -lempung pasiran, alluvium -lempung lanauan -lempung pasiran -pasir halus kecoklatan hasil pengendapan akuitard akuitard akifer G4 0–0,5 m 0,5-3 m 11 m 25 m -Alluvium -lempung lanauan -lempung abu-abu kehijauan -pasir Dari sungai dan diluapkan akuitard akifer. adanya intrusi air asin G5 0–1,5 m -lempung pasiran Dibawa sungai dan
  • 6. 92 1,5-6 m 6-13 m -lempung lanauan -lempung pasiran dan lempung diluapkan akuitard akifer lapisan bawah berupa akuiklud G6 1 m 1-3 m 3-4,5 m 4,5-10 m 10 m -lempung pasiran -lempung lanauan -pasir lempungan -lempung abu-abu kehijauan- kecoklatn -pasir halus kecoklatn dan pasir lempungan Dibawa sungai dan diluapkan akifer akifer akifer G7 1 m 16 m -lempung pasiran -lempung pasiran abu-abu akifer BerdasarkanTabel 4, diketahui bahwa pada kedalaman 1 m dari permukaan tanah merupakan merupakan material lempung pasiran. Pada kedalaman 5m sampai 15 m berupa lempung pasiran abu-abu kehijauan dan sedikit pasir berupa formasi akifer, ada juga material lempung lanau berupa akuitard. Pada kedalaman lebih dari 20 m ke bawah masih menyimpan potensi airtanah, walaupun pada beberapa lokasi berupa material lempung berupa akuiclud. Kondisi ketersediaan airtanah pada kawasan pantai Kota Semarang diidentifikasi berdasarkan kelompok akifer dangkal dan akifer dalam. Kedua akifer ini memiliki kedalaman dan potensi air yang berbeda. Sebaran dan kondisi airtanah di kawasan pantai Semarang diuraikan sebagai berikut. 1. Akifer dangkal, kedalaman 5,0 sampai lebih dari 15 mbmt, MAT antara 5,0 - 15 mbmt, K antara 0,22 - 0,72 m/hari, T antara 2,89 - 7,16 m2 /hari, Qs antara 0,03 - 0,07 l/det/m, Qopt antara 0,07 - 0,15 l/detik dengan jarak minimun antar sumur 2,0 - 27 m. Kualitas airtanah dangkal baik dan layak untuk air minum. 2. Akifer dalam, kedalaman antara 40 -80 mbmt pada akifer endapan Delta Garang dan 100 - 150 mbmt pada endapan Kuarter, MAT antara 1,0 mamt - 56 mbmt, K antara 37,59 -198,7 m/hari, T antara 37,44 - 388,8 m2 /hari, Qs antara 0,2 - 9,7 l/det/m, Qopt antara 20 - 74 l/det, dan jarak minimum antar sumur antara 176 -235 m. Kualitas airtanah dalam umumnya baik dan layak untuk air minum. Di daerah cekungan air Semarang (CAS) terdapat empat sistem akifer airtanah tertekan, meliputi kelompok akifer endapan kuarter, akifer formasi damar, akifer breksi volkanik, dan akifer produk gunung api muda. Daerah penelitian di pantai Kota Semarang termasuk kelompok akifer endapan kuarter. Berikut ini di paparkan tentang kondisi akifer meliputi kedalaman, nilai keterusan, dan kemampuan aliran airtanah. 1. Kelompok Akifer Endapan Kuarter, dengan kedalaman akifer antara 30 - 150 m, harga keterusan (T) antara 17,57 - 1.024,8 m2 /hari, dan aliran airtanah sebesar 278 liter/detik untuk daerah selebar 7 km. 2. Kelompok Akifer Formasi Damar dengan kedalaman akifer antara 30 - 100 m dan harga T antara 14,4 - 105,41 m2 /hari. 3. Kelompok Akifer Breksi Volkanik dengan kedalaman akifer lebih dari 20 m dan harga T antara 21.6 - 128,16 m2 /hari. 4. Kelompok Akifer Produk Gunungapi Muda dengan kedalaman akifer antara 20 - 180 m dan harga T antara 23,76 - 741,6 m2 /hari. Jumlah penduduk di Kota Semarang dari tahun ke tahun semakin meningkat, diikuti dengan kebutuhan airbersih. Kebutuhan air bersih bagi penduduk yang terlayani dari PDAM hanya sebesar 48% (DGTL, 2004). Sehingga sebagian besar penduduk dan kebutuhan air terutama untuk industri di Kota Semarang masih harus memenuhi kebutuhan air bersihnya dari budidaya sendiri, yakni dari airtanah dengan cara membuat sumurgali, sumurpasak, dan sumurbor. Penentuan zona konservasi airtanah dilaksanakan untuk mengetahui tingkat perubahan kondisi dan lingkungan airtanah yang disebabkan oleh proses alami dan atau akibat kegiatan
  • 7. 93 manusia. Pelaksanaan kegiatan penentuan zona konservasi dilakukan untuk menentukan upaya konservasi airtanah dalam kegiatan pendayagunaan airtanah. Zona konservasi airtanah ditentukan berdasarkan faktor-faktor perubahan kedalaman muka airtanah, kualitas airtanah, lingkungan airtanah, potensi ketersediaan airtanah. Pembagian zona konservasi airtanah pada suatu daerah dibedakan dalam kategori aman, rawan, kritis, dan rusak. Pembuatan pedoman pengaturan pengembangan airtanah dalam bentuk peta pengendalian pengambilan airtanah atau peta zona konservasi airtanah di Kota Semarang dan sekitarnya, dapat digunakan untuk analisis zona pengambilan airtanah. Penentuan zona konservasi airtanah (Lampiran 6) dibedakan dalam 6 (enam) zona pengendalian pengambilan airtanah, yaitu: a. Zona Kritis (Zona I) merupakan zona akifer tipis dengan produktivitas rendah, potensi airtanah rendah, dan penyebaran mengelompok terutama pantai timur Semarang sampai Demak. Kedalaman airtanah 30 -150 m bmt, dampak pengambilan. airtanah berupa amblesan tanah. b. Zona Rawan (Zona II) merupakan zona rawan pengambilan airtanah potensi agak rendah, terdapat pada kedalaman antara 30 - 90 m bmt. Apabila dilakukan pengambilan airtanah yang besar terdapat gejala amblesan tanah. Penyebaran zona ini meliputi Mororejo Kaliwungu, Ngebruk, Jrakah, Mangunharjo, Tambakharjo, Puri Anjasmoro PRPP, Poncol, Johar, Rejosari, Gayamsari, Kabluk, dan Pedurungan. c. Zona Aman I (Zona III) merupakan zona cukup tebal dengan potensi sedang, aman untuk pengambilan airtanah pada akifer dengan kedalaman lebih dari 30m bmt, pengambilan airtanah dibatasi maksimal 150 m3 /hari. Penyebaran zona ini meliputi Mangkang, Krapyak, Kalibanteng, Karangayu, Bulu, Simongan, Randusari, Mugas, Simpanglima, Gergaji, Bangkong, Peterongan, Kedungmundu, Karangawen, Gubug, Wonosalam, Demak, dan Bonang. d. Zona Aman 2 (Zona IV) merupakan zona aman untuk pengambilan airtanah pada akifer kedalaman lebih dari 60 m bmt. Penyebaran zona ini berada di Semarang bagian tengah. Pengambilan airtanah baru dibatasi per-sumur maksimal 200 m3 /hari. Daerah ini dapat difungsikan sebagai daerah resapan untuk daerah yang belum dikembangkan. e. Zona Aman 3 (Zona V) merupakan zona khusus diperuntukkan bagi Sumber Baku Air Bersih Perkotaan. Wilayah Zona 3 berada di Semarang bagian atas meliputi Ungaran, Gunungpati, dan Boja, berfungsi sebagai daerah resapan. f. Zona Aman 4 (Zona VI) merupakan kelompok zona dengan produktivitas akifer rendah. Wilayah ini meliputi Semarang bagian atas meliputi Jatibarang, Sekaran, Sukorejo, Tinjomoyo, Mangunharjo, dan Meteseh. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Kawasan pantai Semarang merupakan hamparan dataran aluvial yang terbentuk oleh aktivitas aliran sungai dan mengendapkan material aluvium. 2. Kondisi air sumur gali di wilayah Pantai Semarang sebagian besar tidak layak pakai karena berasa payau sampai asin, bahkan banyak juga sumur gali yang mempunyai kondisi banger (berbau anyir atau amis). Warna air sumur keruh berwarna kuning bahkan ada yang hitam. Persebaran nilai DHL tertinggi (air asin) sebesar 6.835 ms/cm, sedangkan nilai DHL terendah (tawar) sebesar 5,7 ms/cm. Nilai pH berkisar 3,9 (asam) sampai 8,2 (basa). 3. Penentuan zona konservasi airtanah dilaksanakan untuk mengetahui perubahan airtanah yang disebabkan oleh proses alami yang berubah karena kegiatan manusia. Penentuan zona konservasi dilakukan berdasarkan faktor perubahan kedalaman muka airtanah, kualitas airtanah, lingkungan airtanah, potensi ketersediaan airtanah. Pembagian zona konservasi airtanah pada suatu daerah dibedakan dalam kategori kritis, rawan, dan aman.
  • 8. 94 4. Upaya konservasi airtanah dilakukan dengan cara vegetatif dan mekanik. Cara vegetatif merupakan upaya konservasi dengan melakukan penanaman tanaman, seperti reboisasi, penghijauan, dan pembuatan hutan. Cara mekanik merupakan upaya konservasi dengan bentukan artifisial yang berfungsi mempertahankan kondisi airtanah, seperti pengaturan jaringan drainase, pembuatan sumur resapan dan biopori, pembuatan embung dan telaga pada kawasan cekungan, pengaturan pemanfaatan lahan pada kawasan padat hunian. DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Chow,VT. 1964. Handbook of Applied Hydrology, a Compendium of Water Resources Technology. New York: McGraw-Hill Book Company. DGTL. 2004. Potensi Cekungan Airtanah Semarang dan Cekungan Airtanah.Ungaran Jawa Tengah (Ringkasan Eksekutif). Bandung: Departemen Pertambangan dan Energi, Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral. Kruseman, GP. And Ridder, NA. 1991. Analysis and Evaluation of Pumping Tes Data. Netherland: International Institute for Land Reclamation and Improvement. Santosa, L.W. 2000. Geolistrik Teknik Geofisika untuk Penyelidikan Air Bawah Permukaan. Yogyakarta: Laboratorium Geohidrologi Fak. Geografi UGM. Seyhan, E. 1977. The Watershed as an Hydrologic Unit. Utrecht: Geografisch Institut der Rijksuniversiteit Utrecht. Simoun, Sunarso. 1999. Semarang: Bappeda Tingkat I. Striffler, WD. 1979. Watershed Planning and Manajement. Planning the Use and Management of Land. Ed. Beatty, MT., GW Petersen, LD Swindale. Number 21 in the series Agronomy. Sutikno. 1992. Yogyakarta; Fakultas Geografi, UGM. Todd. D.K. 1980. Groundwater Hydrology. New York: John Willey and Sons Inc.