2. MODUL 9
KEGIATAN REMEDIAL DAN
KEGIATAN PENGAYAAN
KEGIATAN BELAJAR 1
KEGIATAN REMEDIAL
A. Hakikat, Tujuan, dan Fungsi
Kegiatan Remedial
3. Hakikat Kegiatan Remedial
Dalam Random House webster’s College Dictionary (1991) remedial
diartikan sebagai kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki
keterampilan yang kurang baik dalam suatu bidang tertentu.
Kegiatan remedial adalah kegiatan membantu siswa dalam
menguasai materi pelajaran.
Tujuan Remedial
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu
siswa yang mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah
ditentukan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Secara umum
tujuan kegiatan remedial adalah sama dengan pembelajaran pada
umumnya yakni memperbaiki miskonsepsi siswa sehingga siswa
dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Secara khusus kegiatan remedial bertujuan
membantu siswa yang belum tuntas menguasai kompetensi
ditetapkan melalui kegiatan pembelajaran tambahan. Melalui
kegiatan remedial siswa dibantu untuk mengatasi kesulitan belajar
yang dihadapinya.
4. Fungsi Kegiatan Remedial
Pengajaran remedial mempunyai fungsi yang penting dalam proses pembelajaran.
Beberapa fungsi pengajaran tersebut bila dirinci adalah sebagai berikut:
1. Fungsi korektif, artinya melalui pengajaran remedial dapat diadakan perbaikan terhadap
sesuatu yang dipandang masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan
proses pembelajaran. Hal-hal yang diperbaiki dan dibetulkan melalui pengajaran remedial
antara lain: perumusan tujuan, penggunaan metode mengajar, cara-cara belajar, materi dan
alat pengajaran, materi dan alat pengajaran, evaluasi dan segi-segi pribadi murid.
2. Fungsi pemahaman, artinya pengajaran remedial dapat membantu murid untuk lebih
menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar. Murid dapat belajar sesuai
dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai peluang yang lebih
besar untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
3. Fungsi pengayaan, artinya bahwa materi pengajaran remedial dapat memperkaya
varian/jenis metode pengajaran. Materi yang disampaikan dalam pengajaran dalam
pengajaran tidak menggunakan metode pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran
reguler, metode pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran remedial lebih mengacu
pada materi yang telah lalu yang sulit dipahami, sehingga pengajaran lebih bersifat
pengayaan.
4. Fungsi akselerasi, artinya pengajaran remedial dapat membantu mempercepat proses
pembelajaran, karena pengajaran remedial memberi pengajaran khusus yang memudahkan
penangkapan materi oleh siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar untuk mengerti dan
menguasai materi sesuai dengan tujuan instruksional dan kurikuler sesuai waktu yang telah
ditentukan dalam kurikulum.
5. 5. Fungsi terapeutik, artinya secara langsung maupun tidak langsung
menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian murid yang
diperkirakan menunjukan ada penyimpangan (bimbingan dan konseling).
Komponen
Pembelajaran
Pelajaran
Biasa
Kegiatan
Remedial
Tujuan Berlaku bagi semua siswa
(klasikal)
Bersifat individual
Materi Sama untuk semua siswa Sesuai dengan kesulitan
siswa
Kegiatan Pembelajaran - Diikuti semua siswa
- - Metode dan media
bersifat klasikal
- Diikuti oleh siswa yang
bermasalah
- - Metode dan media
bersifat individu dan
kelompok
Evaluasi Sama untuk semua siswa Bersifat individu atau
kelompok
6. B. Pendekatan dalam Kegiatan Remedial
Secara garis besar ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh
(Ross & Stanley), yaitu pendekatan kuratif dan preventif. Sedangkan
Warkitri dkk.(1991)menambahkan satu lagi yaitu yang bersifat
pengembangan.
1. Pendekatan Bersifat Preventif
Pendekatan ini disebut juga sebagai pencegahan. Pendekatan preventif
ditujukan kepada siswa yang diperkirakan mempunyai kesulitan
berdasarkan informasi yang diperoleh. Kegiatan remedial ini
dilaksanakan sebelum kegiatan belajar biasa dilakukan. Alat evaluasi
yang digunakan guru dalam pendekatan ini adalah pretest. Kegiata
remedial diberikan kepada siswa yang hasil pretestnya menunjukkan
ketidakmampuan siswa dalam menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan dengan waktu yang disediakan.
2. Pendekatan yang Bersifat Kuratif
Tindakan pengajaran dikatakan bersifat kuratif bilamana diberikan setelah selesainya
kegiatan belajar diselenggarakan. Alat yang digunakan adalah tes formatif. Kegiatan
remedial bersifat kuratif ini diberikan kepada siswa yang hasil evaluasi formatifnya
menunjukkan ketidakmampuan menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
7. 3. Pendekatan Pengajaran Remidi bersifat Pengembangan (Developmental)
Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan
remedial dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa.
Tujuan utamanya agar siswa dapat segera mengatasi hambatan atau kesulitan
yang mungkin akan dialaminya.
C. Jenis-jenis Kegiatan Remedial
Menurut Suke (1991), beberapa bentuk kegiatan remedial yang dapat
dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Mengajarkan kembali
Berarti guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami atau dikuasai
siswa.
2. Menggunakan alat peraga
Berarti guru menggunakan alat peraga untuk membantu siswa dalam
memahami materi yang belum dikuasai.
3. Kegiatan kelompok
Berarti guru memiliki tugas dalam menentukan anggota kelompok. Dalam
anggota kelompok tersebut diharapkan ada siswa yang benar-benar
menguasai materi dan mampu menjelaskan dengan cukup baik kepada siswa
yang lainnya.
8. 4. Tutorial
Dalam kegiatan ini guru meminta bantuan siswa lain yang lebih pandai atau
yang tingkatannya lebih tinggi untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang telat ditetapkan.
5. Sumber belajar yang relevan
Guru dapat menggunakan bantuan sumber lain yang masih relevan untuk
membantu siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
D. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan Remedial
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebelum menerapkan salah
satu bentuk kegiatan remedial (Suke, 1991), diantaranya. 1. Apabila terdapat
beberapa orang siswa yang mengalami kesuliatan yang sama, maka kegiatan
remedial hendaknya diberikan terhadap kelompok siswa secara
bersamasama. 2. Proporsi bantuan yang diberikan sesuai dengan kesulitan
yang dihadapi siswa. 3. Dapat dilaksanakan sdendiri oleh guru, guru bersama
siswa, atau meminta bantua siswa lain. 4. Metode yang diterapkan hendaknya
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, serta dapat membangkitkan
motivasi siswa.
9. E. Prinsip Pemilihan Kegiatan
Lebih lanjut Wardani (1991) menyatakan bahwa dalam memilih bentuk
kegiatan dan metode yang akan diterapkan dalam kegiatan remedial, guru
perlu memerhatikan hal-hal berikut.
1. Memanfaatkan latihan khusus
2. Menekankan segi kekuatan yang dimiliki siswa
3. Memanfaatkan penggunaan media yang multi-sensori
4. Memanfaatkan permainan sebagai sarana belajar.
F. Prosedur Kegiatan Remedial
Dalam melaksanakan kegiatan remedial sebaiknya mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Analisis Hasil Diagnosis
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses pemeriksaan terhadap siswa
yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Melalui kegiatan diagnosis
guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapatkan bantuan. Untuk
keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi fokus perhatian adalah
siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar .
10. b. Menemukan Penyebab Kesulitan
Setelah guru mengetahui siswa-siswa mana yang harus mendapatkan
remedial, informasi selanjutnya yang harus diketahui guru adalah topik atau
materi apa yang belum dikuasai oleh siswa tersebut. Sebelum merancang
kegiatan remedial, terlebih dahulu harus mengetahui mengapa siswa
mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
c. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial
Setelah diketahui siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial, topik yang
belum dikuasai setiap siswa, serta faktor penyebab kesulitan, langkah
selanjutnya adalah menyusun rencana pembelajaran. Sama halnya pada
pembelajaran pada umumnya, komponen-komponen yang harus
direncanakan dalam melaksanakan kegiatan remedial adalah sebagai berikut;
1. Merumuskan indikator hasil belajar
2. Menentukan materi yang sesuai engan indikator hasil belajar
3. Memilih strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa
4. Merencanakan waktu yang diperlukan
5. Menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian.
11. d. Melaksanakan Kegiatan Remedial
Setelah kegiatan perencanaan remedial disusun,langkah berikutnya adalah
melaksanakan kegiatan remedial. Sebaiknya pelaksanaan kegiatan remedial
dilakukan sesegera mungkin, karena semakin cepat siswa dibantu mengatasi
kesulitan yang dihadapinya, semakin besar kemungkinan siswa tersebut
berhasil dalam belajarnya.
e. Menilai Kegiatan Remedial
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah
dilaksanakan, harus dilakukan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan
cara mengkaji kemajuan belajar siswa.Apabila siswa mengalami kemauan
belajar sesuai yang diharapkan, berarti kegiatan remedial yang direncanakan
dan dilaksanakan cukup efektif membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Tetapi, apabila siswa tidak mengalami kemajuan dalam belajarnya
berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan dilaksanakan kurang efektif.
12. KEGIATAN BELAJAR 2
KEGIATAN PENGAYAAN
A. Hakikat Pembelajaran Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada
siswa kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara
optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya. Pengayaan
merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan
sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan
minat, bakat, dan kecakapannya.
Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan
berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi,
inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran
pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki
kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk
membantu.
13. B. Jenis Kegiatan Pengayaan
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru
menerapkan pendekatan individu. Kegiatan pengayaan lebih bersifat fleksibel
dibandingkan dengan kegiatan remedial. Artinya, kegiatan pengayaan dalam
rangka memanfaatkan sisa waktu merupakan kegiatan yang menyenangkan
dan dapat merangsang kreatifitas siswa secara mandiri.
Ada beberapa kegiatan yang dapat dirancang dan dilaksanakan oleh
guru dalam kaitannya dengan pengayaan. Berikut ini adalah beberapa
kegiatan pengayaan yang dikemukakan oleh Julaeha (2007):
1. Tutor Sebaya
Melalui keiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan
meningkat karena selain mereka harus menguasai konsep yang akan
dijelaskan mereka juga harus mencari teknik menjelaskan konsep tersebut
kepada temannya. Selain itu tutor sebaya juga dapat mengembangkan
kemampuan kognitif tingkat tinggi.
2. Mengembangkan Latihan
Siswa kelompok cepat dapat diminta untuk mengembangkan latihan praktis
yang dapat dilaksanakan oleh teman-temannya yang lambat. Kegiatan ini
dapat dilakukan untuk pendalaman materi yang menuntut banyak latihan,
misalnya pada mata pelajaran matematika. Guru juga bisa meminta siswa
kelompok cepat untuk membuat soal-soal latihan beserta jawabannya yang
akan digunakan dalam kegiatan remedial atau sebagai bahan latihan dalam
14. 3. Mengembangkan Media dan Sumber Pembelajaran
Siswa kelompok cepat diberi kesempatan untuk membuat hasil karya berupa
model, permainan atau karya tulis yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa
kelompok lambat.
4. Melakukan Proyek
Keterlibatan siswa dalam suatu proyek atau mempersiapkan suatu laporan
khusus berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari merupakan kegiatan
pengayaan yang paling menyenangkan. Kegiatan ini mampu meningkatkan
motivasi belajar, kesempatan mengembangkan bakat, dan menambah
wawasan baru bagi siswa kelompok cepat.
5. Memberikan Permainan, Masalah atau Kompetensi Antarsiswa
Dalam kegiatan ini, guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk
memecahkan suatu masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi
pelajaran agar mereka merasa tertantang. Melalui kegiatan ini, mereka akan
berusaha untuk memecahkan masalah atau permainan dan mereka juga akan
belajar satu sama lain denganmembandingkan strategi/teknik yang mereka
gunakan dalam memecahkan permasalahan atau permainan yang diberikan.
15. C. Faktor Yang Harus Diperhatikan
Agar kegiatan pengayaan dapat berjalan sebagaimana mestinya, ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan guru dalam menentukan
kegiatan pengayaan. Warkitri, dkk (1991) mengemukakan ada tiga faktor yang
harus dipertimbangkan dalam memilih dan melaksanakan kegiatan
pengayaan. Ketiga faktor tersebut adalah faktor siswa, manfaat dan waktu.
1. Faktor Siswa
Setiap siswa memiliki minat yang berbeda. Hal ini sangat perlu diperhatikan
oleh guru dalam memilih dan menentukan kegiatan pengayaan. Kesesuaian
kegiatan pengayaan dengan minat siswa akan memacu siswa untuk lebih
berhasil dalam belajarnya. Jika kegiatan yang dipilih tidak sesuai dengan
minatnya maka semangat siswa akan melemah dalam mempelajari sesuatu.
2. Faktor Manfaat Edukatif
Faktor penting kedua yang perlu diperhatikan oleh guru adalah
kebermanfaatan kegiatan pengayaan itu sendiri. Sebaiknya kegiatan
pengayaan yang dilaksanakan benar-benar bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan potensinya. Sehingga
bermanfaat dalam menambah pengetahuan, keterampilan, dan nilai/sikap
siswa.
16. 3. Faktor Waktu
Kegiatan pengayaan diberikan untuk mengembangkan potensi siswa dengan
memanfaatkan kelebihan waktu pada saat siswa lain melakukan kegiatan
remedial. Jika siswa yang lambat telah menguasai kompetensi sesuai harapan
dan kegiatan pembelajaran biasa akan dilaksanakan/dilanjutkan, maka secara
terprogram kegiatan pengayaan untuk kelompok siswa cepat harus segera
berakhir.
17. MODUL 10
PENGELOLAAN KELAS
KEGIATAN BELAJAR 1
HAKIKAT PENGELOLAAN KELAS
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru dihadapkan pada
masalah-masalah pembelajaran dan pengelolaan kelas. Untuk mengatasi
masalah pembelajaran dituntut pendekatan yang berbeda dengan
pendekatan untuk mengatasi masalah pengelolaan kelas.
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas (classroom management) dapat di defenisikan beragam,
tergantung dari sudut pandang yang dipakai.
- Pendekatan otoriter (authority approach) memandang pengelolaan kelas
sebagai kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Tugas guru
menciptakan dan memelihara aturan di dalam kelas melalui penerapan
disiplin (Weber, 1977). Guru yang menganut pendekatan otoriter akan
menghukum setiap siswa yang melanggar disiplin kelas.
- Kebalikan dari pendekatan otoriter adalah pendekatan permisif (permissive
approach) yang memaksimalkan kebebasan siswa. Peran guru membantu
siswa merasakan kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan
kapanpun mereka mau (weber, 1977)
18. Weber (1977) mengemukakan tiga pengertian lain dari pengelolaan kelas,
yaitu:
1. pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk
mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan
menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan. Pendekatan ini didasarkan
pada modifikasi tingkah laku (behavior modification approach), peran guru
membantu siswa mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui
penerapan prinsip-prinsip yang berasal dari teori penguatan.
2. pengelolaan kelas adlah serangkaian kegiatan yang dilaksan akan guru
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-
emosional kelas yang positif / pendekatan iklim sosio-emosional (socio
emotional climate
approach). Peran guru menciptakan hubungan interpersonal yang sehat, baik
antara guru dan siswa maupun antara siswa dan siswa.
3. pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk
menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang efektif. Pengertian ini
berdasarkan pendekatan proses kelompok (group-process approach) dimana
tugas guru adalah membantu mengembangkan dan melaksanakan system
kelas yang efektif.
19. Dari ketiga pengertian pengelolaan kelas tersebut, tidak satupun yang paling
baik karena guru tidak harus terikat pada satu pengertian pengelolaan kelas
dalam menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan siswa-
siswa dapat belajar. Jadi,
pengelolaan kelas adalah usaha guru untuk menciptakan, memelihara dan
mengembangkan iklim belajar yang kondusif. Sejalan dengan Winzer (1995)
pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan
lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan
pada siswa untuk mencapai tujuan alademis dan sosial.
B. Perbedaan Pengelolaan Kelas Dari Pembelajaran
- Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk
memudahkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya
melakukan diagnosis kebutuhan siswa, rencana pembelajaran, menyajikan
informasi, mengajukan pertanyaan dan menilai kemajuan belajar siswa.
- Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan guru yang dilakukan untuk
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya
proses pembelajaran yang efektif. Guru yang efektif harus mampu
membedakan antara masalah-masalah pembelajaran yang membutuhkan
pemecahan pembelajaran dengan masalah-masalah pengelolaan kelas yang
membutuhkan pemecahan pengelolaan kelas.
20. C. Pentingnya Pengelolaan Kelas Dalam Proses Pembelajaran
Salah satu tugas guru dalam membantu siswa belajar ialah menciptakan
situasi kelas yang hangat, aman dan sehat. Situasi kelas yang penuh
keakraban akan memberikan rasa aman dan kebebasan kepada siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran hingga tercapainya tujuan
pembelajaran. Pengelolaan kelas merupakan aspek penting dalam proses
pembelajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat bagi
terciptanya proses pembelajaran yang efektif.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENATAAN LINGKUNGAN KELAS
Keadaan ruang kelas dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Selain itu,
hubungan sosio-emosional antara guru-siswa dan siswa-siswa juga dapat
mempengaruhi kelancaran kegiatan pembelajaran.
A. PENATAAN LINGKUNGAN FISIK KELAS
Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan
isinya. Penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat
keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran (Winzer, 1995)
21. 1. Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik, efektif
serta mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Tujuan utama
penataan lingkungan fisik kelas ialah mengarahkan kegiatan siswa dan
mencegah munculnya tingkah lakusiswa yang tidak diharapkan melalui
penataan tempat duduk, perabot, pajangan dan barang-barang lainnya.
Menurut Louisell (1992), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus
mempertimbangkan lima hal yaitu:
a. Keleluasaan pandangan (visibility)
Artinya penempatan atau penataan barang-barang didalam kelastidak
mengganggu pandangan siswa dan gurusehingga siswa secara leluasa dapat
memandang guru atau benda atau kegiatan yang sedang berlangsung.
b. Mudah dicapai (accessibility)
Barang-barang yang digunakan siswa dalam pembelajaran diletakkan pada
tempat yang dapat dengan mudah dijangkau oleh siswa.
c. Keuiwesan (flexibility)
Mudah untuk menata dan memindahkan baran-barang untuk kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa dan guru. d. Kenyamanan
Prinsip kenyamanan berkenaan dengan temperature ruangan, cahaya, suara
dan kepadatan kelas.
22. e. Keindahan
Prinsip ini berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelasyang
menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Kelas yang indah
dan menyenangkan menggambarkan harapan guruterhadap prosesbelajar
yang harus dilakukan dan tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran.
2. Penataan Tempat Duduk
Setiap strategi pembelajaran yang diterapkan guru menuntut tatanan tempat
duduk yang berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata tempat
duduk siswa untuk memperlancar kegiatan pembelajaran. Pengaturan tempat
duduk berpengaruh pada waktu yang digunakan siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas (Winzer, 1995). Hasil penelitin (Louisell, 1992) menunjukkan
bahwa tempat duduk yang ditata berjejer menghadap guru meningkatkan
jumlah kerja yang dilakukan siswa.
B. PENATAAN LINGKUNGAN PSIKO-SOSIAL KELAS
Winzer (1995) menyatakan bahwa iklim psiko-sosial kelas
berpengaruh terhadap hasil belajar, konsep diri, rasa harga diri, dan sikap
siswa terhadap sekolah. Iklim psiko-sosial kelas berkenaan dengan hubungan
sosial-pribadi antara guru dan siswa serta antara siswa. Hubungan yang
harmonis ini akan menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat dan efektif
bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
23. 1. Karakteristik Guru
Keberhasilan guru dalam mengelola iklim psiko-sosial kelas dipengaruhi oleh
karakteristik guru itu sendiri. Beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru
untuk terciptanya iklim psiko-sosial kelas:
a. Disukai oleh siswanya
Sifat guru yang memungkinkan disenangi ialah periang, ramah, tulus hati, dan
mendengarkankeluhan siswa serta percaya diri.
b. Memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya
Guru yang memiliki pandangan realistikterhadapkemampuan siswanya dan
dirinya dapat menghambat efektivitas kegiatan pembelajaran. Guru yang
terlalu memandang rendah kemampuan siswanya akan mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang membosankan. Guru yang memandang rendah
kemampuan dirinya akan menunjukkan kurang percaya diri. Guru harus
menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki siswanya. Disisi lain,
guru juga berusaha meningkatkan kelebihan yang dimiliki siswa. Guru yang
penuh perhatian, selalu memuji dan mempercayai siswa dapat menciptakan
lingkungan psiko-sosial kelas yang memungkinkan siswa untuk berperan aktif
dalam proses pembelajaran.
24. c. Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa
Guru perlu menyediakan waktu untuk mengenal siswa lebih banyak.
Berbincangbincang dengan siswa diluar waktu sekolah tentang keluarga, hobi
dan sebagainya akan banyak memberikan informasi kepada guru. namun
perlu diingat bahwa hubungan yang terlalu dekat dengan siswa perlu
dihindari agar siswa tetap menghormati dan menghargai guru.
d. Bersikap positif terhadap pertanyaan / respon siswa
Sikap positif guru terhadap pertanyaan siswa akan muncul apabila guru
memang menguasai materi yang sedang dibahas
e. Sabar, teguh dan tegas
Sebagai guru kita dituntut untuk sabr. Bila kita tidak sabar, siswa akan merasa
ketakutan untuk mengajukan masalh yang dihadapi. Selain itu, guru juga
harus teguh dan tegas dalam memegang aturan.
25. 2. Hubungan Sosial Antarsiswa
Hubungan sosial yang kurang baik antarsiswa dapat mengganggu lancarnya
kegiatan pembelajaran. Apabila hubungan sosial antarsiswa terbina dengan
baik, maka apabila ada temannya yang mengalami masalah, mereka akan
membantunya. Perasaan ini bisa tumbuh pada diri siswa dengan cara
memberikan kesempatan pada mereka untuk belajar kelompok. Melalui
kegiatan belajar kelompok siswa diharapkan akan dapat saling menerima
serta menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Agar kegiatan
kelompok dapat berhasil dengan baik, perhatikan hal berikut (Weber, 1977)
a. Perilaku yang diharapkan
Perilaku yang diharapkan harus dinyatakan kepada siswa dengan jelas, pasti
dan realistik.
b. Fungsi kepemimpinan
Mengacu pada upaya untuk memperlancar tercapainya tujuan kegiatan
kelompok. Guru menciptakan kegiatan kelompok yang tidak di dominasi oleh
seorang atau beberapa orang siswa tetapi kepada semua anggota kelompok
untuk bekerja sama.
26. c. Pola persahabatan siswa
Memebentuk hubungan interpersonal antar siswa, menunjukkan keakraban
satu sama lain
d. Norma / aturan
Sebagai pedoman bagi anggota kelompok tentang apa yang harus mereka
lakukan dan bagaimana tindakan mereka terhadap anggota lain.
e. Kemampuan berkomunikasi
Mengacu pada kemampuan verbal dan nonverbal dalam menyampaikan ide
kepada orang lain dan menangkap ide orang lain
f. Kebersamaan
Memiliki rasa kebersamaan sehingga mererka merasa bahwa tugas kelompok
adalah tanggung jawab mereka semua.