2. ORIGAMI ADALAH SEBUAH SENI LIPAT YANG BERASAL DARI JEPANG. BAHAN
YANG DIGUNAKAN ADALAH KERTAS ATAU KAIN YANG BIASANYA BERBENTUK
PERSEGI. SEBUAH HASIL ORIGAMI MERUPAKAN SUATU HASIL KERJA TANGAN
YANG SANGAT TELITI DAN HALUS PADA PANDANGAN.
ORIGAMI MERUPAKAN SATU KESENIAN MELIPAT KERTAS YANG DIPERCAYAI
BERMULA SEJAK KERTAS DIPERKENALKAN PADA ABAD PERTAMA DI ZAMAN
TIONGKOK KUNO PADA TAHUN 105 MASEHI OLEH TS'AI LUN.
PEMBUATAN KERTAS DARI POTONGAN KECIL TUMBUHAN DAN KAIN
BERKUALITAS RENDAH MENINGKATKAN PRODUKSI KERTAS. CONTOH-CONTOH
AWAL ORIGAMI YANG BERASAL DARI TIONGKOK ADALAH TONGKANG (JUNG) DAN
KOTAK.
PADA ABAD KE-6, CARA PEMBUATAN KERTAS KEMUDIAN DIBAWA KE SPANYOL
OLEH ORANG-ORANG ARAB. PADA TAHUN 610 PADA MASA PEMERINTAHAN
KAISAR WANITA SUIKO (ZAMAN ASUKA), SEORANG BIKSU BUDDHA BERNAMA
DONCHŌ (DOKYO) YANG BERASAL DARI GOGURYEO (SEMENANJUNG KOREA)
DATANG KE JEPANG MEMPERKENALKAN CARA PEMBUATAN KERTAS DAN TINTA.
ORIGAMI PUN MENJADI POPULER DI KALANGAN ORANG JEPANG SAMPAI
SEKARANG TERUTAMA DENGAN KERTAS LOKAL JEPANG YANG DISEBUT WASHI.
3. Origami ternyata memiliki sejarah dan asal-usul yang panjang. Siapa
tak kenal origami. Seni melipat kertas yang sangat populer di negeri
sakura ini, merujuk pada seni melipat kertas menjadi suatu bentuk
atau gambaran tertentu. Bentuk yang dimaksud bisa berupa hewan,
tumbuhan, ataupun benda tertentu.
Origami bisa menggunakan berbagai jenis bentuk kertas. Bisa pula
menggunakan kertas putih maupun berwarna, sebagian yang lain
bahkan memberi warna saat bentuk akhir origami berhasil dibuat.
Meski demikian, ada juga beberapa purist (sebutan untuk para
pengamal origami) yang memberlakukan syarat ketat pada origami,
diantaranya:
*Hanya kertas berbentuk bujursangkar yang digunakan
*Gunting, lem, dan alat tulis tidak digunakan sama sekali
Origami dipercaya telah ada sejak kertas pertama kali digunakan,
yaitu pada abad pertama Cina. Tepatnya pada 105 M oleh Ts’ai Lun.
Contoh-contoh awal origami yang berasal dari Cina antara lain
tongkang Cina dan kotak. Pada abad ke enam, cara pembuatan
kertas itu kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab dan ke
Jepang (610 M) oleh seorang sami Buddha bernama Dokyo yang juga
merupakan doktor peribadi Ratu Shotoku.
4. Perjalanan Origami Tradisional di Jepang
Di Jepang, Origami dipercaya telah ada sejak Zaman Heian (741-1191)
di kalangan kaum sami Shinto sebagai penutup botol sake (arak
beras) saat upacara penyembahan, wanita dan kanak-kanak. Pada
masa itu origami masih dikenal dengan istilah orikata, orisui ataupun
orimono. Pada masa itu memotong kertas menggunakan pisau
diperbolehkan. Bentuk yang dikenal pada zaman Kamakura (1185-
1333) adalah noshi. Noshi adalah kependekan dari noshi-awabi, yaitu
daging tiram nipis yang dijemur dan dianggap sebagai hidangan
istimewa orang-orang Jepang. Noshi dianggap sebagai pembawa
keberuntungan pada siapa saja yang menerimanya.
Senjak Zaman Muromachi (1338-1573) penggunaan pisau untuk
memotong kertas telah dihentikan. Origami kemudian berkembang
menjadi suatu cara memisahkan masyarakat golongan kelas atas dan
kelas bawah. Samurai mengikuti ajaran Ise sementara masyarakat
biasa mengikut ajaran Ogasawara. Dalam perkembangannya origami
telah menjadi begitu identik dengan budaya Jepang, yang diwariskan
secara turun-temurun dari masa ke masa. Origami terutama
berkembang dengan menggunakan kertas asli Jepang yang disebut
Washi. Saat ini origami telah menjadi sesuatu yang tak terpisahkan
dari budaya orang Jepang. Terutama dalam dalam upacara adat
keugamaan Shinto yang tetap dipertahankan hingga sekarang.
5. BUKU SENBAZURU ORIKATA
Dalam tradisi shinto, kertas segi empat dipotong dan dilipat menjadi lambang
simbolik Dewata dan digantung di Kotai Jingu (Kuil Agung Imperial) di Ise
sebagai sembahan. Pada upacara perkimpoian Shinto, kertas membentuk
rama-rama jantan (o-cho) dan rama rama betina (me-cho) menggunakan asas
bom air “water bom”, membalut botol sake (arak beras) sebagai lambang
pengantin lelaki dan perempuan. Selain itu Origami juga digunakan untuk
upacara keagamaan yang lain. Pada mulaannya Origami hanya diajarkan
secara lisan. Panduan tertulis membuat origami dikenal ada dalam buku
Senbazuru Orikata (Bagaimana Melipat Seribu Burung Jenjang/Orizuru)) pada
1797.
Ketika itu origami masih dikenali sebagai orikata. Buku ini dianggap buku
Origami tertua di dunia dan mengandungi 49 REN-ZURU (Jenjang berkait) dan
KYO-KA (puisi lucu pendek). Pengarangnya bernama AKISATO RITO yang
mengumpulkan model-model GIDO bersama KYO-KA dan menerbitkannya
sebagai Senbazuru Orikata. Pada tahun yang sama suatu risalah berjudul
“Chushingura Orikata” yang memuat lipatan bentuk manusia turut
dikeluarkan oleh pengarang yang sama. Pada 1850 suatu naskah tulisan lain
berjudul Kayaragusa diterbitkan. Naskah ini berisi 2 bagian origami , yaitu
rehlah dan keagamaan. Kebanyakannya merupakan model origami yang
terdapat pada Chushingura Orikata.
6. Pada 1819 buku “Sekejap mata menghasilkan burung kertas”
memperlihatkan bagaimana burung dihasilkan dari kertas. Kemudian
pada tahun 1845 kumpulan lengkap bentuk lipatan tradisi Jepang
ditulis dan diterbitkan dalam buku Kan no mado. Buku itu berisi lebih
kurang 150 contoh origami, termasuk model katak. Pada tahun 1880
seni melipat kertas itu mulai orang dengan Origami. Kata itu berasal
dari bahasa Jepang oru (melipat) dan kami (kertas). Kata origami
kemudian mulai menggantikan istilah orikata, orisui ataupun orimono.
Pada zaman Showa (1926-1989) origami kurang diminati dan hanya
noshi yang masih populer digunakan untuk pertukaran hadiah antara
samurai. Waktu itu kertas merah dan putih digunakan untuk
membalut kepingan nipis daging, tiram, atau ikan.
Pada zaman Edo (1600-1868) produksi kertas yang berlimpah
menjadikan kertas mudah diperoleh. Ini menjadikan origami
berkembang lebih pesat. Pada akhir zaman Edo hampir 70 bentuk
dihasilkan termasuk burung jenjang (Orizuru), katak, kapal dan balon
yang masih tetap dikenal hingga sekarang. Pada era Genroku (1688-
1704), corak kain origami burung jenjang (Orizuru), dan corak
pelbagai bot menjadi populer dan sering dibuat dalam corak kain
Ukiyoe. Ini memperlapang jalan origami untuk berkembang lebih luas
pada masa sekarang. Pada zaman Meiji (1868-1912), origami
digunakan sebagai alat mengajar di taman kanak-kanak dan sekolah
dasar. Itu semua berkat pengaruh dari ahli pendidikan Friedrich
Wilhelm August Fröbel (1782-1852).
7. FRIEDRICH WILHELM AUGUST FRÖBEL
Beliau adalah seorang pendidik Jerman pada
abad ke-19. Beliau menggunakan origami
tradisional eropa untuk menghasilkan bentuk
geometrik. Konsep ini kemudian dipakai
secara meluas di Taman Kanak-kanak di
Jepang.