Teks tersebut merangkum teori belajar Robert Gagne. Teori ini membedakan berbagai jenis hasil belajar seperti informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, dan keterampilan motorik. Prinsip utama teori ini adalah bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kemampuan seseorang yang berlangsung dalam jangka panjang akibat lingkungan, bukan pertumbuhan.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1
A. LATAR BELAKANG
Dalam mempelajari ilmu pendididkan, sering dikemukakan pertanyaan
berupa ”mengapa seseorang perlu belajar?” untuk menjawab pertanyaan ini,
sepertinya kita sependapat bahwa di dunia ini tak ada makhluk hidup yang
ketika baru dilahirkan dapat melakukan segala sesuatu dengan sendirinya,
begitu juga dengan manusia. Sejak ia bayi, bahkan ketika dewasa pun, ia pasti
membutuhkan bantuan orang lain.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari
manusia dewasa lainnya, tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup sebagai
manusia jika ia tidak dididik oleh manusia. Oleh karena itu, manusia disebut
sebagai makhluk sosial. Selain itu, manusia juga makhluk berbudaya, sehingga
belajar merupakan kebutuhan yang vital sejak manusia dilahirkan. Manusia
selalu memerlukan dan melakukan perbuatan belajar kapan saja dan dimana
saja ia berada.
Banyak ilmuan yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori
belajar tersebut adalah teori belajar dari Robert M. Gagne, yang akan kami
bahas dalam maklah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakng tersebut, rumusan masalah yang kami buat
adalah:
1. Bagaiman teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne?
2. Apa sajakah prinsip belajar Robert Gagne?
3. Apa sajakah prinsip pembelajaran Robert Gagne?
4. Bagaimana implikasi teori Gagne dalam pembelajaran?
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami teori belajar yang dikemukakan
oleh Gagne.
2. 2. Untuk mengetahui dan memahami prinsip belajar yang dikemukakan
2
Robert Gagne.
3. Untuk mengetahui dan memahami prinsip pembelajaran yang
dikemukakan Robert Gagne.
4. Untuk mengetahui implikasi teori Gagne dalam pembelajaran.
3. BAB II
PEMBEHASAN
I. PRINSIP BELAJAR ROBERT GAGNE
Manusia melakukan banyak kegiatan yang merupakan hasil dari belajar.
Masalah dalam teori-teori lama yang membahas belajar adalah mereka tidak
menangkap perbedaan kompleksitas aktivitas yang membedakan manusia
dengan spesies lainnya. Gagne (1972,1977a) berpendapat bahwa kunci untuk
mengembangkan teori yang komprehensif adalah memulai dengan analisis
berbagai macam kinerja dan keterampilan yang dilakukan oleh manusia.
3
A. Asumsi Dasar
Asumsi dasar dari teori Gagne mendeskripsikan sifat unik dari kegiatan
belajar manusia dan definisinya tentang belajar.
1. Keunikan Hakekat Belajar Manusia
Elemen penting dalam analisis Gagne adalah kaitan belajar dengan
perkembangan, kompleksitas belajar pada manusia, dan masalah khusus
dengan pandangan-pandangan sebelumnya.
a. Kaitan Belajar dengan Perkembangan.
Dalam model kesiapan pertumbuhan (model Gesellian),
pertumbuhan tubuh terkait erat dengan pertumbuhan mental. Salah satu
pendapat mengatakan bahwa kemunculan gigi permanen pada anak
mengindikasikan usia perkembangan yang tepat untuk memulai
pembelajaran membaca. Akan tetapi menyamakan belajar dengan
pertumbuhan tidaklah tepat, karena faktor utama yang mempengaruhi
keduanya berbeda. Dimana faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah genetik, sedangkan faktor utama yang
mempengaruhi belajar adalah kegiatan-kegiatan di lingkungan individu
itu sendiri.
b. Kompleksitas Belajar Manusia
Banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan untuk berbagai
macam situasi. Keterampilan yang kompleks didasarkan pada belajar
sebelumnya. Sebagai contoh, siswa yang belajar menulis paragraf
4. deskriptif akan menggunakan pengetahuannya tentang penulisan kalimat
dan memilih kata.
c. Masalah dalam Pandangan Sebelumnya
Ide-ide yang dikemukakan oleh teoritisi awal terkait dengan situasi
spesifik yang berasal dari studi belajar laboratorium, namun mereka
tidak dapat menjelaskan kapasitas manusia untuk mempelajari
keterampilan dan kemampuan yang kompleks.
Beberapa teori berbasis laboratorium memang menjelaskan
subkomponen belajar manusia, namun subketerampilan ini bukan tujuan
utama dari belajar. Contohnya, Model Pavlov mengenai stimulus yang
dikondisikan “menandakan” adanya emosi atau reaksi lain, seperti
perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh mainan. Perspektif lain adalah
teori Stimulus-Respon (S-R) dari Thorndike dan Skinner. Contoh dari
koneksi S-R adalah bayi belajar memegang botol minuman, menjangkau
dan memegang mainan, dan menggucapkan sesuatu. Saat anak
mendapatkan jumlah koneksi S-R semakin banyak, mereka mulai
membentuk rantai koneksi. Seperti mengancingkan baju sendiri,
mengucapkan ucapan yang runtut.
Psikolog Gestalt juga menjelasknan sifat sesungguhnya dari
belajar. Mereka berpendapat bahwa belajar terjadi ketika subjek melihat
hubungan baru dalam situasi masalah. Akan tetapi, mereka tidak menilai
belajar yang telah dilakukan sebelumnya oleh subjek, yang dapat
menjelaskan perilaku memecahkan masalah.
Pada 1960-an, kecerendungan riset lain memperkenalkan
perspektif baru dalam diskusi belajar. Mereka adalah (a) riset
komunikasi, yang memandang pemelajaran sebagai sistem pemrosesan
informasi yang kompleks, (b) munculnya komputer berkecapatan tinggi,
yang diikuti dengan sederet petunjuk pemrosesan, dan (c) deskripsi yang
mengikuti aturan mengenai bagaimana individu memproses bahasa.
Perubahan utama dalam pemikiran belajar yang diawali oleh
perkembangan ini adalah bahwa individu tidak sekedar beraksi terhadap
stimuli, sebaliknya mereka memproses stimulasi yang diterima dari
4
5. lingkungan. Model ini tidak membahas hasil spesifik dari belajar, namun
konsep bertindak pada stimuli di lingkungan dalam berbagai cara
memberikan implikasi bagi pembelajaran.
5
2. Definisi Belajar
Analisis Gagne mengidentifikasi persyaratan untuk definisi belajar
yang komprehensif dan deskripsi belajar pada manusia. Fokus yang
memaksakan semua belajar ke dalam satu deskripsi adalah salah satu
kesalahan prinsip belajar sebelumnya. Temuan ini mengindikasikan
bahwa belajar adalah bukan proses tunggal. Riset laboratorium yang
dilakukan oleh psikolog kognitif di awal 1980-an menyebabkan riset itu
menjadi terpaku hanya pada saluran belajar yang sempit. Deskripsi yang
memadai dari belajar manusia harus berlaku untuk berbagai macam
aktivitas manusia di beragam latar dan situasi belajar itu terjadi.
Belajar adalah mekanisme yang membuat individu menjadi
berfungsi sebagai anggota masyarakat secara kompeten. Belajar juga
melahirkan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang
didapat oleh manusia. Dalam pengertian umum belajar merupakan
perubahan disposisi kapabilitas (kemampuan) manusia yang bertahan
dalam jangka waktu yang lama dan bukan hasil dari pertumbuhan. Ketika
didefinisikan secara formal, belajar menghasilkan berbagai disposisi yang
dipertahankan yang tercermin dalam berbagai macam perilaku atau hasil
kinerja tertentu, yaitu perbandingan antara hasil kinerja sebelumnya
dengan sesudah pembelajaran. Menurut Gagne, kapabilitas (kemampuan)
ini terdiri dari komponen mental (disposisi yang dipertahankan) dan
komponen perilaku (kinerja). Kedua komponen kapabilitas ini didapatkan
oleh manusia melalui stimulasi dari lingkungan, dan pemrosesan kognitif
yang mengubah stimulus dari lingkungan menjadi kapabilitas baru.
B. Komponen Belajar
Pendekatan Gagne untuk pemahaman belajar pada manusia berbeda
dengan pendekatan sebelumnya, terutama dalam hal keharusan langkah awal
untuk menganalisis keragaman belajar manusia, dan belajar dan pembelajaran
6. merupakan satu kesatuan yang harus dikembangkan secara beriringan.
Kerangka belajar yang dikembangkan Gagne terdiri atas ragam belajar,
kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal.
Lima variasi belajar yang dikemukakan Gagne adalah informasi verbal,
keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif.
Kelima variasi belajar ini merepresentasikan hasil belajar yang merupakan
kapabilitas.
a. Informasi Verbal
Informasi verbal dimulai sejak masa kanak-kanak awal ketika bayi
mulai belajar nama-nama objek, hewan, dan peristiwa. Berlanjut
disepanjang hayat saat mereka belajar tentang dunia sekitar. Karakteristik
esensial dari informasi verbal yaitu dapat ditulis atau dikatakan
(diverbalkan), dan beberapa kata dari informasi verbal memiliki makna
bagi individual.
Kapabilitas yang ditunjukkan antara lain label dan fakta, prosa atau
puisi yang terkait secara bermakna, dan isi informasi yang tertata.
Informasi verbal juga merupakan pengetahuan deklaratif, yang
menyiratkan kemampuan untuk mengumumkan atau menyatakan sesuatu.
Informasi verbal mengacu pada memilih teks yang terkoneksi
secara bermakna, dan mengorganisasikan bagian-bagian informasi. Hasil
dari informasi verbal adalah menyatakan informasi.
6
b. Keterampilan Intelektual
Yang termasuk dalam keterampilan intelektual adalah
membedakan, mengombinasikan, menabulasikan, mengklasifikasikan,
mengaalisis, dan mengkuantifikasikan objek, kejadian, dan simbol-simbol
lain. Contohnya, menerjemahkan ton menjadi kilogram. Yang juga
termasuk dalam keterampilan intelektual adalah aplikasi kaidah yang
mengatur aktivitas bicara, menulis dan membaca, dan dalam matematika
biasanya menggunakan aturan perhitungan dan memecahkan masalah soal
cerita. Keterampilan intelektual sering dijumpai dalam beberapa jenis
pekerjaan mulai dari perawat hingga programer komputer. Ketermapilan
7. ini merupakan kapabilitas yang membuat manusia berfungsi secara
kompeten dalam masyarakat.
Informasi verbal dan keterampilan intelektual merupakan dua
kategori yang saling ketergantungan, namun keduanya memiliki
pembeda. Keterampilan intelektual tidak dapat di pelajari hanya dengan
mendengar atau mencari informasi. Sebaliknya seseorang merespons
situasi dengan memanipulasi simbol dengan berbagai macam cara.
Karakteristik unik lainnya adalah, keterampilan intelektual terdiri dari
empat keterampilan lain yaitu:
Belajar diskriminasi, merupakan merespon secara berbeda pada
karakteristik yang membedakan objek. Contohnya, membedakan
gambar segitiga tertutup dengan geometris lainnya.
Belajar konsep konkret dan definisi, merupakan mengidentifikasi
objek atau kegiatan sebagai anggota dari satu kelompok konsep,
belajar melalui pertemuan langsung dengan contoh konkret.
Contohnya, mengidentifikasi berbagai bentuk segitiga dari segitiga
yang tinggi sampai yang lebar.
Belajar kaidah atau aturan, merupakan merespon satu kelompok
situasi dengan kelompok kinerja yang berkaitan. Contohnya,
menjawab 5 x (2 + 3) dengan menjumlahkan (5 x 2) + (5 x 3)
Belajar pemecahan masalah, merupakan memecahkan masalah
dengan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya. Contohnya, untuk mencari FPB dari 15 dan 30 harus
mengetahui dan mengaplikasikan pemfaktoran atau faktorisasi
prima dari 15 dan 30.
7
c. Strategi Kognitif
Keterampilan Intelektual membentuk struktur dasar untuk belajar.
Setelah siswa berhasil dalam belajar informasi verbal dan keterampilan
intelektual, siswa akan mulai mengembangkan cara untuk mengatur
sendiri proses mental mereka yang diasosiasikan dengan belajar. Secara
spesifik, strategi kognitif merupakan belajar bagaimana cara belajar, cara
8. mengingat, dan cara menjalankan pemikiran reflektif dan analitis yang
dapat melahirkan lebih banyak kegiatan belajar lagi.
Berbeda dengan informasi verbal dan keterampilan intelektual,
yang beroperasi dengan konten tertentu, objek strategi kognitif adalah
proses pemikiran individu yang belajar itu sendiri. Strtaegi kognitif yang
membantu siswa dalam mengelola belajar dan pengingatan antara lain
mencitrakan suatu kata yang hendak dipelajari, menggarisbawahi kalimat
penting, mengecek pemahaman dengan mengerjakan soal latihan.
Strategi kognitif juga membantu individu untuk mengelola
pemikiran mereka dengan membantu mereka menentukan kapan dan
bagaimana menggunakan informasi verbal dan keterampilan intelektual.
Arti penting dari startegi kognif diilustrasikan dalam riset tenntang siswa
yang lemah pada salah satu mata pelajaran. Siswa ini secara khusus
membutuhkan latihan strategi yang intensif. Siswa dengan prestasi rendah
cenderung menggunakan memorisasi tanpa pendalaman dan strategi yang
tidak efisien lainnya. Mereka gagal mengorganisasikan belajar mereka
dan cenderung melewati materi yang tidak dimengerti.
8
d. Keterampilan Motorik
Pada tingkatan tertentu semua kinerja adalah motorik atau gerakan
karena membutuhkan beberapa jenis tindakan. Siswa munggik
menggunakan tangan dan jarinya untuk menggunakan pensil sehingga dia
dapat menulis jawaban soal 5 x 8. Akan tetapi tindakan ini adalah
demonstaris keterampilan intelektual, bukan keterampilan motorik.
Karena keterampilan motorik tidak dapat ditentukan dengan sekedar
mengamati beberapa kinerja gerak yang nyata. Dalam kasus soal
perkalian, siswa sudah tahu cara menulis angka, focus tugasnya adalah
menunjukkan keterampilan intelektual. Tentu saja sebelumnya anak harus
belajar keterampilan motorik yang memungkinkan untuk menulis
jawaban. Meskipun demikian, keterampilan motorik yang baru dipelajari
bergantung pada pengenalan bahwa suatu kinerja motorik tidak ada
sebelum belajar. Contohnya melempar bola, membuat simpul tali,
melakukan serve dalam permainan tenis.
9. Karakteristik dari keterampilan motorik adalah persyaratan untu
mengembangkan kelancaran tindakan, ketepatan, dan pengaturan waktu,
dan hanya dapat diperoleh melalui pengulangan gerakan yang tepat.
Sehingga menuntut latihan gerakan secara berkelanjutan.
Dalam belajar keterampilan motorik ada tiga fase yaitu belajar
tahap-tahap gerakan dalam keterampilan dan pelaksanaan rutin,
menyesuaikan bagian-bagian dari keterampilan secara keseluruhan
melalui latihan, dan memperbaiki pengaturan waktu dan kelancaran
kinerja melalui latihan terus menerus. Fase ini secara otomatis akan
menimbulkan keterampilan, sehingga ia dapat menentukan tindakan yang
mungkin dapat mengganggu. Ketika belajar keterampilan telah selesai,
seseorang mampu untuk merespon isyarat kinestetik yang menandai
perbedaan antara tindakan yang tepat dilakukan dan yang bebas dari
kesalahan.
9
e. Sikap
Sikap adalah keadaan yang memengaruhi atau mengatur perilaku
namun tidak secara langsung menentukan tindakan. Sikap hanya
menyebabkan kemungkinan dilakukannya suatu tindakan.
Memberitahu siswa tentang apa yang akan mereka pelajari dapat
merupakan aspek efektif dalam pembelajaran tertentu. Namun upaya
untuk membangun sikap dengan ajakan logis atau emosional yang
persuasif tidaklah efektif. Contohnya, membaca pesan tertulis seperti
“Jauhi Narkoba!” tidak akan memengaruhi sikap pemelajar.
Sikap pada umumnya dideskripsikan terdiri dari tiga aspek yaitu
kognitif, afektif, dan behavioral. Kognitif yaitu yang mengekspresikan
kaitan seperti “bertambahnya jumlah penduduk meningkatkan jumlah
penangguran di Indonesia”. Aspek kedua yaitu afektif adalah perasaan
yang mengiringi keyakinan kognitif. Aspek behavioral berkaitan dengan
kesiapan untuk bertindak.
Berbagai institusi masyarakat, seperti sekolah tertarik untuk
engembangkan sikap siswa. Sekolah biasanya menekankan sikap seperti
menghormati orang lain, mematuhi aturan, dan bertanggung jawab atas
10. tindakannya. Namun medium yang paling memengaruhi sikap adalah
televisi. Acara televisi yang beraneka ragam menghasilkan dan
memperkuat sikap terhadap beberapa aspek kehidupan sehar-hari.
Untuk dapat memperoleh dan menguasai kelima kategori
kapabilitas tersebut dengan sebaik-baiknya ada sejumlah kondisi yang
perlu diperhatikan oleh para pendidik. Ada kondisi belajar internal, yang
timbul dari memori peserta didik sebagai hasil dari belajar sebelumnya,
dan ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik. Kondisi
eksternal ini bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk
membelajarkan. Misalnya pemanfaatan berbagai media dan sumber
belajar.
10
C. Hakikat Belajar yang Kompleks
Analisis belajar Gagne mencakup dua organisasi kapabilitas yang
merepresentasikan hasil belajar yang kompleks, yaitu prosedur dan hierarki
belajar.
1. Prosedur
Sebuah prosedur adalah seperangkat tindakan yang harus
dilakukan sesuai urutan atau secara langkah demi lanngkah, dan
organisasi keterampilan yang mencakup keterampilan motorik/gerak dan
keterampilan intelektual. Mempelajari prosedur melibatkan belajar
melakukan keterampilan motorik deskret dan mempelajari aturan dan
konsep yang penting.
2. Hierarki Belajar
Menurut kamus ilmiah populer (2006:179) hirarki berarti
berurutan-urutan, peringkat, tingkat. Hirarki belajar merupakan struktur
belajar yang terdiri dari tingkatan-tingkatan belajar. Robert M. Gagne
merupakan salah seorang penganut aliran psikologi tingkah laku. Gagne
memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku
yang kegiatannya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat
diobservasi atau diukur. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan
Gagne dikenal sebagai Teori Hirarki Belajar.
11. Teori hirarki belajar ditemukan oleh Rober M. Gagne yang
didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada
proses belajar manusia. Penelitiannya dimaksudkan untuk menemukan
teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi
konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai
oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang
lebih sulit atau lebih kompleks. Orton dalam Warsita Hirarki belajar
menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down. Dimulai
dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan
yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran dipuncak
hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan atau
pengetahuan prasyarat yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar
mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan diatasnya.
Hirarki ini juga memungkinkan prasyarat yang berbeda untuk
kemampuan yang berbeda pula.
D. Tipe Belajar menurut Robert Gagne
Gagne membedakan delapan tipe belajar yang terurut secara hirarki,
mulai dari tipe belajar yang sederhana sampai dengan tipe belajar yang lebih
kompleks. Kemampuan belajar pada tingkat tertentu ditentukan oleh
kemampuan belajar di tingkat sebelumya. Kedelapan tipe belajar di atas
dikemukakan berikut ini.
1. Belajar isyarat (signal learning)
Belajar isyarat adalah belajar sesuatu dengan tidak sengaja yaitu
sebagai akibat dari suatu rangsangan yang dapat menimbulkan reaksi
tertentu. Dari signal yang dilihat atau didengarnya, anak akan memberi
respon tertentu. Belajar isyarat ini mirip dengan conditioning menurut
Pavlov dan timbul setelah sejumlah pengalaman tertentu. Respons yang
timbul bersifat umum, kabur, dan emosional. Misalnya, siswa menjadi
senang belajar matematika karena gurunya bersikap ramah dan
humoris.
11
12. 2. Belajar stimulus-respons (stimulus-response learning)
Belajar stimulus-respons adalah belajar yang disengaja dan
responsnya seringkali secara fisik (motoris). Respons atau kemampuan
yang timbul tidak diperoleh dengan tiba-tiba melainkan melalui
pelatihan-pelatihan. Respons itu dapat diatur dan dikuasai. Misalnya,
seorang siswa dapat menyelesaikan suatu soal setelah memperhatikan
contoh penyelesaian soal yang serupa oleh gurunya.
12
3. Rantai atau rangkaian (chaining)
Belajar rantai atau rangkaian (gerak, tingkah laku) adalah belajar
yang menunjukkan kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau
lebih hasil belajar stimulus–respon secara berurutan. Chaining terbatas
hanya pada serangkaian gerak, bukan serangkaian produk bahasa lisan.
Misalnya, siswa belajar melukis garis melalui dua titik melalui
rangkaian gerak: mengambil pensil, membuat dua titik sembarang,
memegang penggaris, meletakkan penggaris tepat di samping kedua
titik, kemudian menarik ruas garis melalui kedua titik itu.
4. Asosiasi verbal (verbal association)
Belajar asosiasi verbal adalah tipe belajar yang menggabungkan
hasil belajar yang melibatkan unit bahasa (lisan) seperti memberi nama
sebuah objek/benda. Sebagai contoh, bila diperlihatkan suatu bentuk
geometris, seorang siswa dapat mengatakan bentuknya adalah ’persegi’.
Sebelumnya, ia harus dapat membedakan bentuk-bentuk geometris agar
dapat mengenal ’persegi’ sebagai salah satu bentuk geometris.
Hubungan itu terbentuk bila unsur-unsur itu terdapat dalam urutn
tertentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi (contiguity).
5. Belajar diskriminasi (discrimination learning)
Belajar diskriminasi atau memperbedakan adalah belajar untuk
membedakan hubungan stimulus-respons agar dapat memahami
berbagai objek fisik dan konsep. Ada dua macam belajar diskriminasi,
yaitu belajar disriminasi tunggal dan belajar diskriminasi jamak.
Sebagai contoh belajar diskriminasi tunggal, siswa dapat membedakan
lambang ∩ dan ∪ dalam operasi himpunan. Belajar diskriminasi jamak,
13. misalnya siswa dapat membedakan sudut dan sisi pada segitiga lancip,
siku-siku, dan tumpul, atau pada segitiga sama sisi, sama kaki, dan
sembarang.
6. Belajar konsep (concept learning)
Belajar konsep adalah belajar memahami sifat-sifat bersama dari
benda-benda konkrit atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokkan
menjadi satu jenis. Untuk mempelajari suatu konsep, anak harus
mengalami berbagai situasi dan stimulus tertentu. Pada tipe belajar ini,
mereka dapat mengadakan diskriminasi untuk membedakan apa yang
termasuk atau tidak termasuk dalam suatu konsep. Melalui pemahaman
konsep siswa mampu mengidentifikasikan benda lain yang berbeda
ukuran, warna, maupun materinya, namun masih memiliki
kararkteristik dari objek itu sendiri. Sebagai contoh, seorang siswa
dikatakan telah belajar konsep himpunan jika ia telah dapat
menunjukkan kumpulan objek yang merupakan contoh himpunan atau
bukan contoh himpunan.
13
7. Belajar aturan (rule learning)
Belajar aturan adalah tipe belajar yang memungkinkan peserta
didik dapat menghubungkan dua konsep atau lebih untuk membentuk
suatu aturan. Harus diingat, mengenal aturan tanpa memahaminya akan
merupakan verbal-chain saja, dan hal ini merupakan cara
pembelajaran yang keliru. Seorang siswa dikatakan telah belajar aturan
jika ia telah mampu mengaplikasikan aturan itu Misalnya, dalam
matematika siswa dapat memahami bahwa (a + b)(a – b) = a2 – b2
berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, seperti perkalian dua bilangan,
perkalian berulang, perkalian dua bilangan berbeda tanda, dan
penjumlahan/pengurangan dua bilangan.
8. Memecahkan masalah (problem solving)
Belajar memecahkan masalah merupakan tipe belajar yang lebih
tinggi dan lebih kompleks dibandingkan dengan tipe belajar yang lain.
Dalam belajar pemecahan masalah, ada empat langkah penting dalam
proses pemecahan masalah menurut Polya (dalam Pirdaus, 2007), yaitu
14. (1) memahami masalahnya, dalam arti menentukan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan, (2) merencanakan cara penyelesaiannya, (3)
melaksanakan rencana; dan (4) menafsirkan atau mengecek hasilnya.
Dalam belajar pemecahan masalah, siswa harus memiliki pemahaman
sejumlah konsep dan aturan. Selain itu, siswa juga harus memiliki
strategi yang dapat memberikan arah pada pemikirannya untuk
memecahkan masalah itu.
14
E. FASE BELAJAR
Menurut Gagne belajar melalui empat fase utama yaitu :
1. Fase pengenalan (apprehending phase).
Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian
menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian
ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. ini berarti bahwa belajar
adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya
setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang
unik yang dia terima pada situasi belajar.
2. Fase perolehan (acqusition phase).
Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan
menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan
sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi
antara informasi baru dan informasi lama.
3. Fase penyimpanan (storage phase).
Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada
informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka
panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek
dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
4. Fase pemanggilan (retrieval phase).
Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau
memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang
dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan
dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu
15. informasi yang baru dan yang lama disusun secara teror ganisasi, diatur
dengan baik atas pengelompokan.
II. PRINSIP PEMBELAJARAN ROBERT GAGNE
Robert Gagne memberi kerangka pada analisis kondisi belajar yang
memengaruhi belajar manusia dari perspektif pengidentifikasian faktor-faktor
yang dapat memberi perbedaan dalam pembelajaran. Akibatnya,
peralihan dari prinsip belajar secara teoretis ke dalam prinsip pembelajaran
tidak membutuhkan penerjemahan. Menurut asumsi Gagne, pembelajaran
di kelas mencakup sifat dari pembelajaran dan proses yang disebut sebagai
desain pembelajaran. Desain pembelajaran yang dimaksud adalah untuk
menangani semua kejadian yang mungkin mempengaruhi belajar
individual. Prinsip Gagne untuk desain dan pengembangan pembelajaran
adalah bagian dari upaya yang lebih besar yang dikenal sebagai desain
sistem. Lima asumsi yang mendukung rekomendasi Gagne untuk desain
pembelajaran yakni sebagai berikut :
Asumsi Alasan
1. Pembelajaran harus
dirancang untuk
menfasilitasi belajar siswa
individual.
15
1. Meskipun siswa sering
dikelompokkan untuk
pembelajaran, belajar terjadi di
dalam individual.
2. Baik itu tahapan jangka
panjang maupun menengah
harus dimasukkan dalam
desain pembelajaran.
2. Guru atau perancang
pembelajaran, merencanakan
pelajaran haria, namun
pelajaran itu harus berada di
dalam segmen unit dan
pelajaran yang lebih luas
danharus serasi
3. Perencanaan pembelajaran
tidak boleh sembarangan
atau sekadar memberikan
lingkungan yang mengasuh.
3. Perencanaan yang
sembarangan dapat melahirkan
orang dewasa yang tidak
kompeten. Karena itu,
16. 16
pembelajaran harus
dikembangkan sesitematis
mungkin.
4. Pembelajaran harus didesain
menggunakan pendekatan
sisem
4. Pendakatan sistem adalah
pemilihan komponen yang
terorganisasi daan sekuensial
yang : (a) menggunakan data,
informasi dan prinsip teoretis
sebagai masukan untuk setiap
tahap perencanaan; (b) tes dan
cek silang hasil dari tahap
perkembangan ; dan (c)
membuat perubahan jika
diperlukan.
5. Desain pembelajaran harus
didasarkan pada cara
manusia belajar
5. Data dari temuan riset dan uji
coba pembelajarandapat
memberi informasi hal-hal
yang berhasil dikerjakan.
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan
sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, sebagai berikut:
1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat
siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi,
atau kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the
objectives) : memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa
setelah selesai mengikuti pelajaran.
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall
or prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang
17. telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi
yang baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) :
menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) :
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur
berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
6. Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ;
siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau
penguasaannya terhadap materi.
7. Memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa
jauh ketepatan performance siswa.
8. Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan
tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan
pembelajaran.
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and
transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer
dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau
mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
III. IMPLIKASI TEORI GAGNE DALAM PEMBELAJARAN
1. Mengontrol perhatian siswa.
2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang
17
diharapkan guru.
3. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa.
4. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
5. Memberikan bimbingan belajar.
6. Memberikan umpan balik.
7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang
telah dicapainya.
8. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.
9. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan
kemampuan yang baru diberikan.
18. BAB III
PENUTUP
18
A. SIMPULAN
Prinsip belajar Gagne berbeda dengan prinsip-prinsip dari teoritisi
sebelumnya yang menemukan prinsip belajar melalui studi belajar
laboratorium. Gagne lebih memusatkan perhatiannya pada kompleksitas
belajar manusia yang memiliki keunikan yang membedakannya dengan
spesies yang lain. Belajar menurut Gagne adalah seperangkat proses yang
bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil dari transformasi
rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang
bersangkutan. Bertolak dari define belajar tersebut, Gagne mengungkapkan
bahwa dalam belajar terdapat komponen kondisi belajar internal dan eksternal
yang mengalami interaksi akan menghasilkan suatu kapabilitas (kemampuan)
sebagai hasil belajar. Ada lima kriteria hasil belajar yaitu informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Menurut asumsi Gagne, pembelajaran di kelas mencakup sifat dari
pembelajaran dan proses yang disebut sebagai desain pembelajaran. Desain
pembelajaran yang dimaksud adalah untuk menangani semua kejadian yang
mungkin mempengaruhi belajar individual. Dalam buku Condition of
Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat
dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu: Menarik perhatian
(gaining attention), menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of
the objectives), mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari
(stimulating recall or prior learning), menyampaikan materi pelajaran
(presenting the stimulus), memberikan bimbingan belajar (providing learner
guidance) : memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing
proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik,
memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance), memberikan
balikan (providing feedback), menilai hasil belajar (assessing performance)
dan Memperkuat retensi dan transfer belajar.
Aplikasi pembelajaran Gagne bertitik tumpu pada variasi tau ragam
belajar yang ditemukannya. Dalam aplikasi pmbelajarannya Gagne
19. menguraikan beberapa hal, (a) isu kelas, dimana isu kelas ini merukapan
sebuah persiapan bagi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang
terdiri dari kesiapan mental dan juga pemberian motivasi dalam belajar; (b)
mengembangkan strategi kelas, pengembangan strategi kelas ini mengulas
tentang model perancangan system dan langkah-langkah dalam merangcang
pembelajaran yang tentunya merupakan suatu hal yang harus dikuasai oleh
seorang pendidik; (c) contoh kelas, contoh kelas merupakan segala kegiatan
yang dilakukan oleh guru dan siswa terbagi dalam Sembilan peristiwa
pembelajaran yang ditemukan oleh Gagne; (d) ulasan teori, Pavlof, Skinner,
dan Gestalt mengembangkan teorinya dalam laboratorium, namun Gagne
menemukan ragam belajar manusia yang kemudian di aplikasikannya dalam
teori pembelajaran.
19
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat
mengetahui tentang kondisi belajar Robert Gagne yang diulas secara luas
melalui teori, prinsip, dan aplikasinya. Dalam menulis makalah ini, penulis
mengharapkan adanya suatu saran dan kritik agar nantinya makalah ini dapat
direvisi dan disempurnakan lagi. Semoga makalah ini dapat menjadi sebuah
refrensi untuk memecahkan masalah-masalah yang ada yang khususnya
berkaitan dengan kondisi belajar Robert Gagne.