1. 1
هُتاَكَرَبَو ِهللا ُةَْْحَرَو ْمُكْيَلَع ُمَالَّلسَا
.ُرَبْكَا ُهللَا ُرَبْكَا ُهللَا ُرَبْكَا ُهللَا .ُرَبْكَا ُهللَا ُرَبْكَا ُهللَا ُرَبْكَا ُهللَاُهللَاْكَا ُهللَا .ُرَبْكَا ُهللَا ُرَبْكَا ُهللَا ُرَبْكَاُرَب
اًريِثَك ِهللُدمَْْلاَاوًريِبَكُهللا َو ُهللاَّالِا َلهِاَال .ًاليِصَاَو ًةَرْكُب ِهللا َناَحْبُسَوُدْمَْْلا ِهللَو ُرَبْكَا ُهللَا ُرَبْكَا .
َصُُْتَالَو ُّدَعُتَال ِِتَّلا ِهِمَعِن َلىَع َاىلَعَتَو ُهَناَحْبُس ُهُدَْْحَا . ِ
ه
ِلِلُدْمَْْلَاَابََُو ِِْرَالْاَو ِِاَََمَّالس ُُْلُُ ُهَل . ىَمُهَنْياََُو ا
َّالِا َهَلِآلا ْنَاُدَهْشَا . ىَرْبُتَال ِهِتَلْيِضَفَو ِهِائَطَع ُهُرُكْشَاَو . ىَرَّالث َتَُْتًنََْتُُاًدْيََِْْت ُهَل َُِْْرَشَال ُهَدَْْو ُهللاِهْيِنَْتَْا ا
ِةَْاَفْلا ِمََْيِلِهْيَلَاعًرِاهَظَتُُ . ََنَتَُْْملا َمْعِنَل ُهَّنِاَوِس ُناَسهِاللَو ُناَنِْْلاَّنَاُدَهْشَاَو .اَنَلَعَاوار
ُهُلَُْسَرَو ُهُدْبَاعًدَّمَُُمَرَعِباَفََْوَو . ْرَمَتْعاَو َّجََْو ْرَََنَو ىَّلَص ْنَُ ُلَضْفَالَع ْمهِلَسَو هِلَص َّمُهَّللَا . ْرََْعَْملاَو َةَفَى
ِلَا َلىَعَو ٍدَّمَُُم َُِلَُْسَرَو َكِدْبَعْجهِرال ُمُهْنَع هللا َبَهْذَا َنِْْذَّلا ِهِباَحْصَاَو ِهَبْكَا ُهللا َو ُهللاَّالِا َهَلِاَال . َّْرهَََو َس. ُر
ُدْمَْْلا َه
ِلِلَو ُرَبْكَا ُهللَا
: ُدْعَب اََُّا!! َِّاسناالَهُّْ َااَيَفَاَوَّالِا َّنُتَََُْتَالَو ِهِاتََُت َّقَْ َاهللاَََُّتِاْنَنَُْمِلْسُُ ْمُت
ِب .ِمْيِجَّالر ِانَطْيََّال َنُِ ِاهللِبُذَُْعَا : ِْْيِرَكْلا ِهِباَتِك ِِف َاىلَعَت ُهللا َالََْاكَنْيَطْعَااَّنِا .ِمْيَِّْالر ِنَْْحَّالر ِهللا ِمْس.َرََََْكْلا
ُرَتْبَالْا ََُه ََُئِانَش َّنِا .ْرَْاَنَو َُهِبَرِل هِلَصَف
ُمَلْعاَوَرْدَْ ُهللا َعَفَر . ٌلْيِلَج ٌفِْْرَش ٌدْيِعَو . ٌلْيِضَف ٌمََْْاَذَه ْمُكَََُْْ َّنَااَْْرَبْكَالْا هِجَْْلا َمََْْ ُاهَََسَو . ْرَْهظَاَوُه.
ِهللا َىلِا َنَُْبَّرَََتََْو هِجَْْلا َُ ِاسَنَُ َنَُْلِمْكَتْسَْ ََنِِِب ُّاجَْْلا ِهْيِف ُعِمَتََْيَّثالِبْيِبَا َةَّنُس َنَُْيُُْي . هِجَْْلاَو هِجَمْيِاهَرْبِا ْمِه
ِمْيِظَْعلا ِمََْْيلااَذَه ِِف َنَََُْبْذَْاَِِب
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
احلمد هللو ، أكرب هللا ،أكرب هللا ، أكرب هللا…
Di hari ‘Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah 1436 H ini, berjuta-juta kaum Muslimin dari segala
penjuru dunia terhampar di padang ‘Arafah, menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima.
Inilah hari besar kemanusiaan dan keimanan, yang ditandai dengan syi’ar penyembelihan
hewan kurban, untuk mengenang peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam setelah
beliau menerima wahyu llahy melalui mimpi, yang memerintahkan beliau menyembelih
puteranya, Ismail ‘alaihissalam.
Seorang ayah yang sudah berusia lanjut, dan sedang mencurahkan kerinduan hatinya, harapan
pun tertumpah pada kader muda penerus risalahnya, sekaligus putera beliau yang sedang
menanjak dewasa. Dalam keadaan demikian, datanglah perintah Allah untuk menyembelih
putera kesayangan dan satu-satunya itu. Sungguh ujian keimanan yang amat sukar dan berat
dilaksanakan, bahkan tidak terbayangkan dari segi kemanusiaan.
Ketika Nabi Ibrahim bersiap-siap hendak menyembelih putera kesayangannya, dengan pisau
tergenggam di tangan, dan Ismail pun siap menyerahkan lehernya, tiba-tiba terdengar
panggilan Allah:
2. 2
( ُيمِاهَرْبِإ اَي ْنَأ ُاهَنْيَادَنَو104( َنيِنِسْحُمْلا يِزََْن َكِلَذَك اَّنِإ اَيْؤُّالر َتْقَّدَص ْدَق )105ُنيِبُمْلا ُء ََلَبْلا َوََُل اَذَه َّنِإ )
(106( ٍميِظَع ٍحْبِذِب ُاهَنْيَدَفَو )107)
“Maka Kami berseru kepadanya: “Wahai Ibrahim, kamu telah membenarkan
mimpimu. Sungguh Kami akan memberi pahala kepada orang-orang yang
beramal shalih.” Sungguh perintah Allah kepada Ibrahim itu merupakan satu
ujian keimanan yang sangat jelas. Kami ganti Ismail dengan seekor domba yang
sangat besar.”
[Ash-Shaffat, 37: 104-107]
Ibrahim ‘alaihissalam, bapak para Nabi itu sadar, ternyata Allah Yang Maha Rahman sedang
menguji keimanannya. Apakah rasa sayang dan kecintaan kepada putera lelakinya,
menghalanginya untuk menaati perintah Allah? Tekadnya bulat, tidak ada kebimbangan
maupun keraguan, perintah Allah wajib dijalankan apapun resiko serta pengorbanan yang mesti
diberikan. Nabi Ibrahim, akhirnya lulus menghadapi ujian Ilahy.
Keikhlasan dan kepasrahan Nabi Ibrahim dalam melaksanakan syari’at Allah sekalipun dengan
mengorbankan harta, jiwa, bahkan putera kesayangannya. Dan kesetiaan Ismail untuk menaati
ayahandanya dalam rangka melaksanakan Syari’at Allah, walau harus menyerahkan nyawanya
sendiri, terpancar melalui pernyataan spektakuler dan inspiratif berbasis tauhid.
( َينِرِباَّالص َنِم ُهللا َاءَش ْنِإ ِِنُدِجَتَس ُرَمْؤُت اَم ْلَعْاف ِتََبأ اَي َالَق102)
“Ismail berkata: “Wahai ayahku tersayang, lakukanlah apa yang diperintahkan
kepadamu.InsyaAllah,engkauakan mendapati aku termasuk orang yang sabar.”
[Ash-Shaffat, 37: 102]
Kronologi sejarah ‘Idul Qurban ini merupakan peristiwa agung yang memantul dari keteguhan
iman, kerendahan hati, dan tawakal sepenuhnya kepada Allah Rabbul Alamin. Dan balasan Allah
subhanahu wa ta’ala atas ketaatan mereka berdua sungguh menjadi dambaan setiap orang
beriman. Mereka dianugerahi kemampuan mengalahkan hawa nafsunya demi mematuhi
perintah Allah. Selain itu, mereka berdua mendapatkan pujian dan keridhaan Allah, mengangkat
derajatnya serta memberikan syafaat bagi keturunan yang mewarisi pola hidup tauhid yang
beliau dakwahkan.
Peristiwa bersejarah ini mengandung pelajaran, bahwa anak yang shalih dan shalihah hanya
dapat lahir dari keturunan dan lingkungan keluarga yang shalih juga, sekalipun selalu ada
pengecualian. Laksana pepatah, “Daun jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.”
Lebih dari itu, peristiwa ini mengajarkan kita bagaimana menjadi hamba Allah yang taat dan
patuh melalui pengamalan Syari’at-Nya. Menjalankan perintah Allah dengan ikhlas, dan rela
berkorban harta bahkan nyawa, itulah totalitas kepasrahan Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail
‘alaihimassalam.
3. 3
Sekiranya umat Islam dewasa ini, mengamalkan Syari’at Allah menauladani kepatuhan dan
kepasrahan Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam, niscaya umat Islam akan dianugerahi
kemenangan menghadapi musuh-musuhnya, ditinggikan derajatnya serta dinampakkan
kemuliaan di hadapan lawan-lawannya.
Namun apa yang terjadi di kalangan umat Islam sekarang? Munculnya tokoh-tokoh agama Islam
yang menggunakan lisannya, bukan saja untuk merusak citra Islam di mata orang kafir, tapi juga
menjadi kontributor orang kafir untuk merusak citra Islam di mata orang Islam sendiri. Mereka
mencerca ajaran jihad sebagai terorisme, menganggap busana jilbab bagi Muslimah sebagai
Arabisme, bahkan menolak formalisasi Syari’at Islam di lembaga Negara dan menganggapnya
sebagai sektarianisme. Dengan pemahaman seperti itu, mereka mengadili ajaran Islam
menggunakan parameter demokrasi dan memvonis perbuatan umat Islam berdasarkan UU
HAM.
Segala kebaikan ajaran Islam, seakan hanya absah, bisa diterima bila mendapat rekomendasi
demokrasi dan lolos sensor dari kontrol hak asasi manusia (HAM). Tidak sedikit dari kalangan
umat Islam yang percaya, bila menginginkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
tercapai, kita harus menjalankan demokrasi secara sempurna. Masih ada yang percaya,
perekonomian Indonesia akan maju bila kapitalisme global yang menghalalkan riba dan
menjual barang haram menjadi sistem perekonomian Negara. Kata mereka, kemajuan teknologi
dan kesejahteraan Negara hanya bisa diraih bila menggunakan sistem hidup yang tanpa embel-
embel agama, seperti di Amerika dan Eropa.
Mengapa mereka selalu berfikir negatif terhadap agamanya sendiri? Mengapa umat Islam
bersikap apriori terhadap Islam, lalu memilih dan memilah manakah dari ajaran Islam yang bisa
dilaksnakan tanpa menyinggung rasa kemanusiaan masyarakat, dan tidak dianggap radikal oleh
orang kafir. Mereka mencoba merevisi ajaran Islam agar sesuai dengan semangat toleransi ala
barat dan tidak bertentangan dengan HAM versi imprialis.
Pada gilirannya, ajaran Islam yang paripurna dan mulia itu malah dibonsai oleh umatnya
sendiri. Lihatlah akibatnya, di hadapan orang-orang kafir, bobot umat Islam semakin ringan.
Ibarat buih yang mengapung di atas permukaan gelombang, mudah dipermainkan dan diadu
domba orang kafir. Tidak percaya diri dengan Islam menyebabkan kaum Muslimin mudah
ditaklukkan di banyak sektor kehidupan: politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan.
Padahal orang-orang kafir di barat maupun timur, Amerika maupun Eropa, yang
mempropagandakan paham demokrasi, selalu mengancam eksistensi umat Islam. Jika mereka
memasuki negeri kaum Muslimin, baik sebagai diplomat, tentara maupun pengusaha, adalah
untuk menjajah rakyatnya, mengeksploitasi kekayaan alam, menghancurkan moral, dan
menghinakan masyarakat yang mulia di negeri itu. Persis intimidasi AS dengan pendekatan stick
and carrot: “Jika kalian mengikuti cara hidup kami, akan kami beri dolar, tapi bila kalian
melawan dan menolak misi kami akan kami kirimkan rudal.”
احلمد هللو ، أكرب هللا ،أكرب هللا ، أكرب هللا…
Inilah potret dan realita sejarah tatkala kaum kafir dan musyrik menghadapi umat Islam.
4. 4
( َنوُدَتْعُمْلا ُمُه َكِئَلُوأَو ًةَّمِذ ََلَو اَلِإ ٍنِمْؤُم ِِف َنوُبُقْرَي ََل10)
“Kaum musyrik tidak mau memperhatikan hak ikatan kekerabatan dengan
seorang mukmin sedikit pun, walaupun telah diadakan perjanjian. Mereka itu
adalah orang-orang yang suka melanggar perjanjian.”
[At-Taubah, 9: 10]
Pada masa awal Islam, orang-orang yang memeluk Islam amat dibenci oleh masyarakat Arab
Jahiliyah, bahkan diperangi dan diputus hubungan kekeluargaan. Apabila dalam posisi kuat dan
menang, orang-orang kafir dan musyrik selalu menindas orang Islam, memperlakukannya
secara biadab dan tidak manusiawi. Dan setiap kali mengadakan perjanjian dengan orang Islam,
pasti orang-orang kafir berkhianat dan melanggar perjanjian tersebut.
Apakah potret sejarah masa lalu yang telah lama tenggelam dalam kegelapan, sebagaimana
diinformasikan Al-Qur’an, hanya dilakukan oleh orang-orang Arab Jahiliyah, Romawi maupun
Persia? Ternyata tidak. Realita sejarah kegelapan itu menginspirasi penguasa sekuler di zaman
modern ini.
Pemusnahan biadab dan terkutuk yang dilakukan para penganut paganisme Budha di Rohingya,
Burma, terhadap penduduk minoritas Muslim merupakan fakta yang tidak terbantahkan.
Mereka tidak peduli dengan hubungan kemanusiaan sesama masyarakat Burma. Begitu pula,
perlakuan kaum Syi’ah yang bersekongkol dengan komunis di Suriah. Sedemikian biadabnya
bahkan setanpun tidak akan bertindak sekejam itu.
Tragedi kemanusiaan yang menimpa Mesir, penangkapan besar-besaran terhadap anggota
Ikhwanul Muslimin pasca penggulingan kekuasaan Presiden Muhammad Mursi di Mesir, 3 Juli
2013, adalah contoh warisan sejarah masa Fir’aun. Kekuasaan Mursi hanya bertahan kurang
dari setahun, karena rongrongan dari pihak Kristen Koptik bersekongkol dengan militer yang di
dukung Amerika dan zionis. Padahal Muhammad Mursi menjadi Presiden Mesir hasil pemilu
demokratis.
Terdapat kerjasama antara komunisme, salibisme, liberalisme, paganisme dengan penguasa-
penguasa sekuler yang sedang melakukan pemusnahan terhadap gerakan Islam. Mereka saling
membantu berupa uluran tangan persahabatan dan dana untuk mengkhianatai perjanjian yang
disepakati.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
احلمد هللو ، أكرب هللا ،أكرب هللا ، أكرب هللا…
Mengakhiri khutbah ini marilah kita berdo’a dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan
menjernihkan fikiran, semoga Allah memperkenankan do’a hamba-Nya yang ikhlas:
5. 5
اَنُغِِّلَبُاتَم َكِتَاعَط ْنِمَو ، َكِتَيِصْعَم َْنيَبَو اَتَنْيَب ِهِب ُلْوَُاَتَم َكِتَيْشَخ ْنِم اَنَل ْمِسْقا َّمُهَّللَااَم ِْنيِقَيْلا َنِمَو ، َكََّتنَج ِهِب
َأَو اَنِاعََْْسأِب اَنْعِّ
ِتَم َّمُهَّللَا . َايْنُّالد َبِآئَصَم اَنْيَلَع ِهِب ُنِِّوَهُتاَنَرْأَث ْلَعْاجَو ، َّانِم َثِراَوْلا ُهْلَعْاجَو ، اَنَتْيَيَْحأاَم اَنِتَّوُقَو اَنِراَصْب
يْنُّالد ِلَعََْتََلَو ، اَنِنْيِد ِِف اَنَتَبْيِصُم ْلَعََْتََلَو ، اَناَادَع ْنَم ىَلَع اَنْرُصْناَو ، اَنَمَلَظ ْنَم ىَلَعِع َغَلْبَمَو ، اَنِّ
َِه َرَبْكَأ َا، اَنِمْل
َّلا َْنيِكِرْشُمْلاَو ِابَتِكْلا ِلَْهأ ْنِم َةَرَفَكْلا ِنَعْلا َّمُهَّللَا . اَنََُحْرَي ََل ْنَم اَنْيَلَع ْطِِّلَسُتََلَو، َكِلْيِبَس ْنَع َنُّْودُصَي َنْيِذ
َْنيَب ْفِِّلَا َّمُهَّللَا . َكَآءَيِلْوَا َنْوُلِاتَقُيَو ، َكَلُسُر َنْوُبِِّذَكُيَواَنِّ
ََِنَو ، ِمََلَّالس َلُبُس اَنِدْاهَو ، اَنِنْيَب َاتَذ ْحِلَْصأَو ، اَنِبْوُلُق
ِاتَّيِّ
ِرُذَو اَن ِاجَوْزَأَو اَنِبْوُلُقَو اَنِراَصْبَاَو اَنِاعََْْسأ ِِف اَنَل ْكِراَبَو ، ِرُّْوالن ََلِإ ِاتَمُلُّظال َنِمَّالت َتْنَأ َكَّنِإ اَنْيَلَع ْبُتَو ، اَنُبَّو
. َْنيِمَلاَالع ِّ
ِبَر ِهلل ُدْمَْحلاَو . َْنيِعَْْجَا ِهِبْحَصَو ِهِآل ىَلَعَو ٍدَّمَُُم ىَلَع ُهللا ىَّلَصَو . ِمْيِحَّالر
Ya Allah,ya Tuhankami, bagi-bagikanlahkepadakamidemitakutkepada-Muapa
yangdapatkiranya menghalangiantarakamidan ma’siat kepada-Mu; dan (bagi-
bagikan juga kepada kami) demi taat kepada-Mu apa yang sekiranya dapat
menyampaikan kami ke surga-Mu; dan (bagi-bagikan juga kepada kami) demi
taat kepada-Mu dan demi suatu keyakinan yang kiranya meringankan beban
musibah dunia kami.
Ya Allah, ya Tuhan kami senangkanlah pendengaran-pendengaran kami,
penglihatan-penglihatan kami dan kekuatan kami pada apa yang Engkau telah
menghidupkankami,danjadikanlahia sebagaiwarisandari kami, dan jadikanlah
pembelakami terhadap orang-orang yang menzhalimi kami serta bantulah kami
dari menghadapiorang-orang yang memusuhi kami; dan jangan kiranya Engkau
jadikan musibah kami mengenai agama kami, jangan pula Engkau jadikan dunia
ini sebagai cita-cita kami yang paling besar, juga sebagai tujuan akhir dari ilmu
pengetahuankami;danjanganlahEngkaukuasakan atas kami orang-orang yang
tidak menaruh sayang kepada kami.
Ya Allah, laknatilah orang-orang kafir ahli kitab dan orang-orang musyrik yang
menghalang-halangi jalan-Mu, mendustakan Rasul-rasulMu, dan membunuh
kekasih-kekasih-Mu.
Ya Allah, persatukanlah hati-hati kami dan perbaikilah keadaan kami dan
tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan dan entaskanlah kami dari kegelapan
menuju cahaya yang terang. Jauhkanlah kami dari kejahatan yang tampak
maupun tersembunyi dan berkatilah pendengaran-pendengaran kami,
penglihatan-penglihatan kami, hati-hati kami dan isteri-isteri serta anak
keturunan kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkaulah yang maha
pengampun lagi Maha Penyayang. Shalawat atas Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam dan ahli keluarga serta sahabat-sahabat beliau semuanya.
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.