SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN
PERJANJIAN KERJA
PERATURAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR : 7 TAHUN 2022
DIUNDANGKAN : 14 APRIL 2022
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
PERATURAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2022
TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN CUTI
PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 93 Peraturan
Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, perlu
menetapkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara tentang
Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang
Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6264);
3. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2013 tentang Badan
Kepegawaian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 128);
- 2 -
4. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 29 Tahun
2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Kepegawaian Negara (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 189);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI
PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang
selanjutnya disingkat PPPK adalah Warga Negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu
tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
2. Pejabat Pembina Kepegawaian yang selanjutnya disingkat
PPK adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian pegawai aparatur sipil negara dan
pembinaan manajemen aparatur sipil negara di instansi
pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan
dalam jangka waktu tertentu.
4. Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti adalah PPK
atau pejabat yang mendapat delegasi sebagian wewenang
dari PPK untuk memberikan Cuti.
- 3 -
BAB II
PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN CUTI
DAN JENIS CUTI
Bagian Kesatu
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti
Pasal 2
(1) Cuti diberikan oleh PPK.
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. menteri di kementerian, Jaksa Agung, dan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. pimpinan lembaga di lembaga pemerintah
nonkementerian, Kepala Badan Intelijen Negara, dan
pejabat lain yang ditentukan oleh Presiden;
c. sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan
lembaga nonstruktural dan Sekretaris Mahkamah
Agung;
d. gubernur di provinsi; dan
e. bupati/walikota di kabupaten/kota.
Pasal 3
(1) PPK dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya
kepada pejabat di lingkungannya untuk memberikan
Cuti.
(2) Pejabat di lingkungannya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling rendah pejabat administrator atau pejabat
lain yang setara yang memimpin satuan unit kerja.
(3) Pendelegasian wewenang pemberian Cuti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
PPK.
(4) Format keputusan PPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
- 4 -
Bagian Kedua
Jenis Cuti
Pasal 4
Cuti terdiri atas:
a. cuti tahunan;
b. cuti sakit;
c. cuti melahirkan; dan
d. cuti bersama.
BAB III
TATA CARA PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI
Bagian Kesatu
Cuti Tahunan
Pasal 5
(1) PPPK yang telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun
secara terus menerus berhak atas cuti tahunan.
(2) Lamanya hak atas Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan paling lama 12 (dua belas) hari kerja.
(3) Permintaan cuti tahunan dapat diberikan paling sedikit 1
(satu) hari kerja.
Pasal 6
(1) Untuk menggunakan cuti tahunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), PPPK mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti.
(2) Permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diajukan melalui atasan langsung atau pejabat
lain yang setara.
(3) Atasan langsung atau pejabat lain yang setara
memberikan pertimbangan berupa menyetujui,
mengubah, menangguhkan, atau menolak pengajuan
Cuti yang diajukan PPPK.
- 5 -
(4) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan pertimbangan atasan
langsung atau pejabat lain yang setara sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti menetapkan keputusan pemberian cuti
tahunan.
(5) Keputusan pemberian Cuti oleh Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti dapat berupa menyetujui, mengubah,
menangguhkan, atau menolak pengajuan Cuti yang
diajukan PPPK.
(6) Format permintaan, pertimbangan, dan keputusan
pemberian Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
Pasal 7
(1) Hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) yang tidak digunakan dalam tahun yang
bersangkutan, dapat digunakan dalam tahun berikutnya
untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk
cuti tahunan dalam tahun berjalan.
(2) Hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih
berturut-turut dapat digunakan dalam tahun berikutnya
untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja
termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.
(3) Hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan bagi yang memiliki masa perjanjian kerja di
atas 2 (dua) tahun.
(4) Hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan bagi yang memiliki masa perjanjian kerja di
atas 3 (tiga) tahun.
- 6 -
Pasal 8
(1) Dalam hal cuti tahunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) akan digunakan di tempat yang sulit
perhubungannya maka jangka waktu cuti tahunan dapat
ditambah untuk paling lama 6 (enam) hari kalender.
(2) Tempat yang sulit perhubungannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan lokasi yang sulit
dijangkau dan lokasi dengan alat transportasi sangat
terbatas.
(3) Penambahan jangka waktu untuk paling lama 6 (enam)
hari kalender sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada saat permintaan cuti tahunan atau saat
menjalankan cuti tahunan.
Pasal 9
(1) PPPK berhak atas cuti tahunan dengan mengecualikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
dalam hal:
a. ibu, bapak, istri/suami, anak, dan/atau mertua sakit
keras atau meninggal dunia;
b. salah seorang anggota sebagaimana dimaksud dalam
huruf a meninggal dunia dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan
harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya
yang meninggal; atau
c. melangsungkan perkawinan pertama.
(2) Sakit keras sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan rawat
inap dari Unit Pelayanan Kesehatan.
(3) Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan paling lama 6 (enam) hari kerja.
(4) Dalam hal PPPK telah bekerja paling sedikit 1 (satu)
tahun secara terus menerus dan telah mengambil cuti
tahunan karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Cuti dimaksud mengurangi cuti tahunan yang
bersangkutan.
- 7 -
Pasal 10
(1) PPPK yang menduduki jabatan guru pada sekolah dan
jabatan dosen pada perguruan tinggi yang mendapat
liburan menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan, disamakan dengan PPPK yang telah
menggunakan cuti tahunan.
(2) Liburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
liburan pada saat akhir semester di masing-masing
sekolah dan perguruan tinggi sesuai dengan kalender
akademik.
Pasal 11
(1) Pemberian cuti tahunan harus memperhatikan kekuatan
jumlah pegawai pada unit kerja yang bersangkutan.
(2) PPPK yang menjalankan cuti tahunan tetap menerima
penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Kedua
Cuti Sakit
Pasal 12
(1) Setiap PPPK yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
(2) PPPK yang sakit 1 (satu) hari menyampaikan surat
keterangan sakit secara tertulis kepada atasan langsung
atau pejabat lain yang setara dengan melampirkan surat
keterangan dokter.
(3) PPPK yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan
14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan
ketentuan PPPK harus mengajukan permintaan secara
tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan
Cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter.
(4) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) paling sedikit memuat pernyataan tentang
perlunya diberikan Cuti, lamanya Cuti, dan keterangan
lain yang diperlukan.
- 8 -
Pasal 13
(1) PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari
berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan harus
mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
Yang Berwenang Memberikan Cuti dengan melampirkan
surat keterangan dokter pemerintah.
(2) Dokter pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan dokter yang berstatus pegawai negeri sipil
atau dokter yang bekerja pada unit pelayanan kesehatan
pemerintah.
(3) Surat keterangan dokter pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat
pernyataan tentang perlunya diberikan Cuti, lamanya
Cuti, dan keterangan lain yang diperlukan.
(4) Lamanya hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan paling lama 1 (satu) bulan.
Pasal 14
(1) PPPK yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti
sakit untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan.
(2) Untuk mendapatkan hak atas cuti sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), PPPK yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
Yang Berwenang Memberikan Cuti dengan melampirkan
surat keterangan dokters atau bidan.
Pasal 15
PPPK yang mengalami kecelakaan kerja sehingga yang
bersangkutan perlu mendapat perawatan berhak atas cuti
sakit sampai dengan berakhirnya masa hubungan perjanjian
kerja.
- 9 -
Pasal 16
PPPK yang menjalankan cuti sakit tetap menerima
penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 17
(1) Untuk menggunakan cuti sakit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (1), PPPK mengajukan permintaan
secara tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti.
(2) Permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diajukan melalui atasan langsung atau pejabat
lain yang setara.
(3) Atasan langsung atau pejabat lain yang setara
memberikan pertimbangan persetujuan atas pengajuan
Cuti yang diajukan PPPK.
(4) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan pertimbangan atasan
langsung atau pejabat lain yang setara sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti menetapkan keputusan pemberian cuti
sakit.
(5) Format permintaan, pertimbangan, dan keputusan
pemberian cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
Bagian Ketiga
Cuti Melahirkan
Pasal 18
(1) Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran
anak ketiga pada saat menjadi PPPK, PPPK berhak atas
cuti melahirkan.
- 10 -
(2) Kelahiran anak pertama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kelahiran anak pertama saat yang
bersangkutan sudah berstatus PPPK.
(3) Lamanya hak atas cuti melahirkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama 3 (tiga)
bulan.
Pasal 19
(1) Untuk menggunakan cuti melahirkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), PPPK mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti.
(2) Permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diajukan melalui atasan langsung atau pejabat
lain yang setara.
(3) Atasan langsung atau pejabat lain yang setara
memberikan pertimbangan menyetujui, mengubah,
menangguhkan, atau menolak atas pengajuan Cuti yang
diajukan PPPK.
(4) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan pertimbangan atasan
langsung atau pejabat lain yang setara sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Pejabat Yang Berwenang
Memberikan Cuti menetapkan keputusan pemberian cuti
melahirkan.
(5) Format permintaan, pertimbangan, dan keputusan
pemberian Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
(6) PPPK yang menggunakan hak cuti melahirkan, tetap
menerima penghasilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
- 11 -
Bagian Keempat
Cuti Bersama
Pasal 20
(1) Cuti bersama bagi PPPK mengikuti ketentuan cuti
bersama bagi pegawai negeri sipil.
(2) Cuti bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
mengurangi cuti tahunan.
(3) Cuti bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(4) PPPK yang karena jabatannya tidak menggunakan cuti
bersama, hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan
jumlah cuti bersama yang tidak digunakan.
(5) Penambahan hak atas cuti tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) hanya dapat digunakan pada
tahun berjalan.
(6) Ketentuan penggunaan hak atas cuti tahunan tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dikecualikan
dalam hal tanggal cuti bersama merupakan beberapa hari
terakhir dalam tahun berjalan.
(7) Penambahan hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) dapat digunakan pada tahun berikutnya.
BAB IV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 21
(1) PPPK yang sedang menjalani cuti tahunan dan cuti
bersama dapat dipanggil kembali bekerja apabila terdapat
kepentingan dinas mendesak.
(2) Dalam hal PPPK dipanggil kembali bekerja, jangka waktu
Cuti yang belum digunakan tetap menjadi hak PPPK.
- 12 -
Pasal 22
(1) Hak atas cuti tahunan, cuti sakit, dan cuti melahirkan
yang akan dijalankan di luar negeri, hanya dapat
diberikan oleh PPK.
(2) Dalam hal mendesak sehingga PPPK tidak dapat
menunggu keputusan dari PPK, pejabat yang tertinggi di
tempat PPPK bekerja dapat memberikan izin sementara
secara tertulis untuk menggunakan Cuti.
(3) Pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus segera diberitahukan oleh pejabat yang
tertinggi di tempat PPPK bekerja kepada PPK atau pejabat
lain yang mendapat kuasa.
(4) PPK atau pejabat lain yang mendapat kuasa setelah
menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) memberikan hak atas Cuti kepada PPPK yang
bersangkutan.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
LAMPIRAN I
PERATURAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2022
TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH
DENGAN PERJANJIAN KERJA
KEPUTUSAN PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI
KEPUTUSAN MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA/GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*
NOMOR………………………………………………….
TENTANG
PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN
PERJANJIAN KERJA
MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA/GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*
Menimbang : a. bahwa untuk memperlancar pelaksanaan pemberian cuti
Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja, perlu
menunjuk pejabat yang diberikan wewenang untuk
menetapkan pemberian cuti bagi Pegawai Negeri Sipil
dalam lingkungannya masing-masing;
b. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.. . . .;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 224, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6264);
3. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun
2022 tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai
Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 406);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA/GUBERNUR/
BUPATI/WALIKOTA* …………. TENTANG PENDELEGASIAN
WEWENANG PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH
DENGAN PERJANJIAN KERJA DALAM LINGKUNGAN
KEMENTERIAN/LEMBAGA/PROVINSI /KABUPATEN/KOTA*
...............………………………
KESATU : Memberikan delegasi wewenang kepada PNS yang menduduki
jabatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....... . ... . . . . . . . . .
Untuk memberikan/mengubah/menangguhkan/menolak
permintaan cuti Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja
yang berada dalam lingkungannya masing-masing, sepanjang
yang menyangkut: **
a. Cuti Tahunan;
b. Cuti Sakit;
c. Cuti Melahirkan.
LAMPIRAN II
PERATURAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2022
TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH
DENGAN PERJANJIAN KERJA
Formulir Permintaan dan Pemberian Cuti Pegawai Pemerintah Dengan perjanjian Kerja
……………………….., ………………………..
Kepada
Yth. ………………………..
di
…………………..
FORMULIR PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI
I. DATA PEGAWAI
Nama NIP
Jabatan Masa Kerja
Unit Kerja
II. JENIS CUTI YANG DIAMBIL**
1. Cuti Tahunan
2. Cuti Sakit
3. Cuti Melahirkan
III.ALASAN CUTI
IV.LAMANYA CUTI
Selama (hari/bulan/tahun)* mulai tanggal s/d
VI. ALAMAT SELAMA MENJALANKAN CUTI
TELP
Hormat saya,
(. . . . . . . . . . . . . . . . . .)
NIP. . . . . . . . . . . . . . . ..
VII. PERTIMBANGAN ATASAN LANGSUNG**
DISETUJUI PERUBAHAN**** DITANGGUHKAN**** TIDAK DISETUJUI****
Ttd. yang disertai Nama
dan NIP Pejabat
VIII.KEPUTUSAN PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN CUTI**
DISETUJUI PERUBAHAN**** DITANGGUHKAN**** TIDAK DISETUJUI****
Ttd. yang disertai Nama
dan NIP Pejabat
V. CATATAN CUTI***
1. CUTI TAHUNAN
2. CUTI SAKIT
3. CUTI MELAHIRKAN
CUTI PPPK

More Related Content

Similar to CUTI PPPK

Peraturan bkn no. 7 tahun 2021
Peraturan bkn no. 7 tahun 2021Peraturan bkn no. 7 tahun 2021
Peraturan bkn no. 7 tahun 2021KutsiyatinMSi
 
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014BBPP_Batu
 
Pemberhentian pegawai
Pemberhentian pegawaiPemberhentian pegawai
Pemberhentian pegawaiOvienMardiana
 
76 pmk05 2017(1)
76 pmk05 2017(1)76 pmk05 2017(1)
76 pmk05 2017(1)hafid abdul
 
Materi Pak Nura.pdfzxcvzxsvzgvzxcvzxcvzxcvzvzxc
Materi Pak Nura.pdfzxcvzxsvzgvzxcvzxcvzxcvzvzxcMateri Pak Nura.pdfzxcvzxsvzgvzxcvzxcvzxcvzvzxc
Materi Pak Nura.pdfzxcvzxsvzgvzxcvzxcvzxcvzvzxcrizkyaditama29
 
Tata cara memperoleh
Tata cara memperolehTata cara memperoleh
Tata cara memperolehFathur Marah
 
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utangPP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utangMuhammadNorman9
 
Arah revisi uu asn
Arah revisi uu asnArah revisi uu asn
Arah revisi uu asnFrans Dione
 
P.5 2013 pedoman_kehadiran_pns_kehutanan_
P.5 2013 pedoman_kehadiran_pns_kehutanan_P.5 2013 pedoman_kehadiran_pns_kehutanan_
P.5 2013 pedoman_kehadiran_pns_kehutanan_Dadyo Satriyotomo
 
MATERI WORKSHOP CUTI 28062018.pptx
MATERI WORKSHOP CUTI 28062018.pptxMATERI WORKSHOP CUTI 28062018.pptx
MATERI WORKSHOP CUTI 28062018.pptxRikaAnjaya
 
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...RepublikaDigital
 
PP Nomor 45 Tahun 2015.pdf
PP Nomor 45 Tahun 2015.pdfPP Nomor 45 Tahun 2015.pdf
PP Nomor 45 Tahun 2015.pdfYudiChandra7
 
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipilPp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipilKutsiyatinMSi
 
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdf
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdfPP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdf
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdfssuserc65a91
 
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pns
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pnsPp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pns
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pnsiskandar ridwan
 
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_Azizah Dewi
 
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidanPmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidanliyalugitasari
 

Similar to CUTI PPPK (20)

Peraturan bkn no. 7 tahun 2021
Peraturan bkn no. 7 tahun 2021Peraturan bkn no. 7 tahun 2021
Peraturan bkn no. 7 tahun 2021
 
5. juklak pensiun
5. juklak pensiun5. juklak pensiun
5. juklak pensiun
 
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
 
Pemberhentian pegawai
Pemberhentian pegawaiPemberhentian pegawai
Pemberhentian pegawai
 
76 pmk05 2017(1)
76 pmk05 2017(1)76 pmk05 2017(1)
76 pmk05 2017(1)
 
Materi Pak Nura.pdfzxcvzxsvzgvzxcvzxcvzxcvzvzxc
Materi Pak Nura.pdfzxcvzxsvzgvzxcvzxcvzxcvzvzxcMateri Pak Nura.pdfzxcvzxsvzgvzxcvzxcvzxcvzvzxc
Materi Pak Nura.pdfzxcvzxsvzgvzxcvzxcvzxcvzvzxc
 
Tata cara memperoleh
Tata cara memperolehTata cara memperoleh
Tata cara memperoleh
 
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utangPP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
 
PPT CUTI PNS.pptx
PPT CUTI PNS.pptxPPT CUTI PNS.pptx
PPT CUTI PNS.pptx
 
Arah revisi uu asn
Arah revisi uu asnArah revisi uu asn
Arah revisi uu asn
 
CUTI
CUTICUTI
CUTI
 
P.5 2013 pedoman_kehadiran_pns_kehutanan_
P.5 2013 pedoman_kehadiran_pns_kehutanan_P.5 2013 pedoman_kehadiran_pns_kehutanan_
P.5 2013 pedoman_kehadiran_pns_kehutanan_
 
MATERI WORKSHOP CUTI 28062018.pptx
MATERI WORKSHOP CUTI 28062018.pptxMATERI WORKSHOP CUTI 28062018.pptx
MATERI WORKSHOP CUTI 28062018.pptx
 
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
 
PP Nomor 45 Tahun 2015.pdf
PP Nomor 45 Tahun 2015.pdfPP Nomor 45 Tahun 2015.pdf
PP Nomor 45 Tahun 2015.pdf
 
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipilPp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
 
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdf
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdfPP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdf
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdf
 
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pns
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pnsPp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pns
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pns
 
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_
Pmk no. 28_ttg_izin_dan_penyelenggaraan_praktik_bidan_
 
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidanPmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Pmk no. 28 ttg izin dan penyelenggaraan praktik bidan
 

Recently uploaded

mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukumbrunojahur
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 

Recently uploaded (13)

mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 

CUTI PPPK

  • 1. BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA PERATURAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 7 TAHUN 2022 DIUNDANGKAN : 14 APRIL 2022
  • 2. BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2022 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 93 Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, perlu menetapkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6264); 3. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2013 tentang Badan Kepegawaian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 128);
  • 3. - 2 - 4. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 29 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 189); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. 2. Pejabat Pembina Kepegawaian yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai aparatur sipil negara dan pembinaan manajemen aparatur sipil negara di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu. 4. Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti adalah PPK atau pejabat yang mendapat delegasi sebagian wewenang dari PPK untuk memberikan Cuti.
  • 4. - 3 - BAB II PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN CUTI DAN JENIS CUTI Bagian Kesatu Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti Pasal 2 (1) Cuti diberikan oleh PPK. (2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. menteri di kementerian, Jaksa Agung, dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; b. pimpinan lembaga di lembaga pemerintah nonkementerian, Kepala Badan Intelijen Negara, dan pejabat lain yang ditentukan oleh Presiden; c. sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan lembaga nonstruktural dan Sekretaris Mahkamah Agung; d. gubernur di provinsi; dan e. bupati/walikota di kabupaten/kota. Pasal 3 (1) PPK dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada pejabat di lingkungannya untuk memberikan Cuti. (2) Pejabat di lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling rendah pejabat administrator atau pejabat lain yang setara yang memimpin satuan unit kerja. (3) Pendelegasian wewenang pemberian Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan PPK. (4) Format keputusan PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
  • 5. - 4 - Bagian Kedua Jenis Cuti Pasal 4 Cuti terdiri atas: a. cuti tahunan; b. cuti sakit; c. cuti melahirkan; dan d. cuti bersama. BAB III TATA CARA PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI Bagian Kesatu Cuti Tahunan Pasal 5 (1) PPPK yang telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus menerus berhak atas cuti tahunan. (2) Lamanya hak atas Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama 12 (dua belas) hari kerja. (3) Permintaan cuti tahunan dapat diberikan paling sedikit 1 (satu) hari kerja. Pasal 6 (1) Untuk menggunakan cuti tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), PPPK mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti. (2) Permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan melalui atasan langsung atau pejabat lain yang setara. (3) Atasan langsung atau pejabat lain yang setara memberikan pertimbangan berupa menyetujui, mengubah, menangguhkan, atau menolak pengajuan Cuti yang diajukan PPPK.
  • 6. - 5 - (4) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pertimbangan atasan langsung atau pejabat lain yang setara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti menetapkan keputusan pemberian cuti tahunan. (5) Keputusan pemberian Cuti oleh Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dapat berupa menyetujui, mengubah, menangguhkan, atau menolak pengajuan Cuti yang diajukan PPPK. (6) Format permintaan, pertimbangan, dan keputusan pemberian Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Pasal 7 (1) Hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) yang tidak digunakan dalam tahun yang bersangkutan, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan. (2) Hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak digunakan 2 (dua) tahun atau lebih berturut-turut dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan. (3) Hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan bagi yang memiliki masa perjanjian kerja di atas 2 (dua) tahun. (4) Hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan bagi yang memiliki masa perjanjian kerja di atas 3 (tiga) tahun.
  • 7. - 6 - Pasal 8 (1) Dalam hal cuti tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) akan digunakan di tempat yang sulit perhubungannya maka jangka waktu cuti tahunan dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) hari kalender. (2) Tempat yang sulit perhubungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lokasi yang sulit dijangkau dan lokasi dengan alat transportasi sangat terbatas. (3) Penambahan jangka waktu untuk paling lama 6 (enam) hari kalender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saat permintaan cuti tahunan atau saat menjalankan cuti tahunan. Pasal 9 (1) PPPK berhak atas cuti tahunan dengan mengecualikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dalam hal: a. ibu, bapak, istri/suami, anak, dan/atau mertua sakit keras atau meninggal dunia; b. salah seorang anggota sebagaimana dimaksud dalam huruf a meninggal dunia dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal; atau c. melangsungkan perkawinan pertama. (2) Sakit keras sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan rawat inap dari Unit Pelayanan Kesehatan. (3) Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama 6 (enam) hari kerja. (4) Dalam hal PPPK telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus menerus dan telah mengambil cuti tahunan karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Cuti dimaksud mengurangi cuti tahunan yang bersangkutan.
  • 8. - 7 - Pasal 10 (1) PPPK yang menduduki jabatan guru pada sekolah dan jabatan dosen pada perguruan tinggi yang mendapat liburan menurut ketentuan peraturan perundang- undangan, disamakan dengan PPPK yang telah menggunakan cuti tahunan. (2) Liburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan liburan pada saat akhir semester di masing-masing sekolah dan perguruan tinggi sesuai dengan kalender akademik. Pasal 11 (1) Pemberian cuti tahunan harus memperhatikan kekuatan jumlah pegawai pada unit kerja yang bersangkutan. (2) PPPK yang menjalankan cuti tahunan tetap menerima penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Cuti Sakit Pasal 12 (1) Setiap PPPK yang menderita sakit berhak atas cuti sakit. (2) PPPK yang sakit 1 (satu) hari menyampaikan surat keterangan sakit secara tertulis kepada atasan langsung atau pejabat lain yang setara dengan melampirkan surat keterangan dokter. (3) PPPK yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PPPK harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter. (4) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat pernyataan tentang perlunya diberikan Cuti, lamanya Cuti, dan keterangan lain yang diperlukan.
  • 9. - 8 - Pasal 13 (1) PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter pemerintah. (2) Dokter pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dokter yang berstatus pegawai negeri sipil atau dokter yang bekerja pada unit pelayanan kesehatan pemerintah. (3) Surat keterangan dokter pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat pernyataan tentang perlunya diberikan Cuti, lamanya Cuti, dan keterangan lain yang diperlukan. (4) Lamanya hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama 1 (satu) bulan. Pasal 14 (1) PPPK yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan. (2) Untuk mendapatkan hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPPK yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dengan melampirkan surat keterangan dokters atau bidan. Pasal 15 PPPK yang mengalami kecelakaan kerja sehingga yang bersangkutan perlu mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai dengan berakhirnya masa hubungan perjanjian kerja.
  • 10. - 9 - Pasal 16 PPPK yang menjalankan cuti sakit tetap menerima penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 17 (1) Untuk menggunakan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), PPPK mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti. (2) Permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan melalui atasan langsung atau pejabat lain yang setara. (3) Atasan langsung atau pejabat lain yang setara memberikan pertimbangan persetujuan atas pengajuan Cuti yang diajukan PPPK. (4) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pertimbangan atasan langsung atau pejabat lain yang setara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti menetapkan keputusan pemberian cuti sakit. (5) Format permintaan, pertimbangan, dan keputusan pemberian cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Bagian Ketiga Cuti Melahirkan Pasal 18 (1) Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga pada saat menjadi PPPK, PPPK berhak atas cuti melahirkan.
  • 11. - 10 - (2) Kelahiran anak pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kelahiran anak pertama saat yang bersangkutan sudah berstatus PPPK. (3) Lamanya hak atas cuti melahirkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama 3 (tiga) bulan. Pasal 19 (1) Untuk menggunakan cuti melahirkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), PPPK mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti. (2) Permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan melalui atasan langsung atau pejabat lain yang setara. (3) Atasan langsung atau pejabat lain yang setara memberikan pertimbangan menyetujui, mengubah, menangguhkan, atau menolak atas pengajuan Cuti yang diajukan PPPK. (4) Berdasarkan permintaan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pertimbangan atasan langsung atau pejabat lain yang setara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti menetapkan keputusan pemberian cuti melahirkan. (5) Format permintaan, pertimbangan, dan keputusan pemberian Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. (6) PPPK yang menggunakan hak cuti melahirkan, tetap menerima penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 12. - 11 - Bagian Keempat Cuti Bersama Pasal 20 (1) Cuti bersama bagi PPPK mengikuti ketentuan cuti bersama bagi pegawai negeri sipil. (2) Cuti bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi cuti tahunan. (3) Cuti bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Presiden. (4) PPPK yang karena jabatannya tidak menggunakan cuti bersama, hak cuti tahunannya ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak digunakan. (5) Penambahan hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya dapat digunakan pada tahun berjalan. (6) Ketentuan penggunaan hak atas cuti tahunan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dikecualikan dalam hal tanggal cuti bersama merupakan beberapa hari terakhir dalam tahun berjalan. (7) Penambahan hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat digunakan pada tahun berikutnya. BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 21 (1) PPPK yang sedang menjalani cuti tahunan dan cuti bersama dapat dipanggil kembali bekerja apabila terdapat kepentingan dinas mendesak. (2) Dalam hal PPPK dipanggil kembali bekerja, jangka waktu Cuti yang belum digunakan tetap menjadi hak PPPK.
  • 13. - 12 - Pasal 22 (1) Hak atas cuti tahunan, cuti sakit, dan cuti melahirkan yang akan dijalankan di luar negeri, hanya dapat diberikan oleh PPK. (2) Dalam hal mendesak sehingga PPPK tidak dapat menunggu keputusan dari PPK, pejabat yang tertinggi di tempat PPPK bekerja dapat memberikan izin sementara secara tertulis untuk menggunakan Cuti. (3) Pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus segera diberitahukan oleh pejabat yang tertinggi di tempat PPPK bekerja kepada PPK atau pejabat lain yang mendapat kuasa. (4) PPK atau pejabat lain yang mendapat kuasa setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memberikan hak atas Cuti kepada PPPK yang bersangkutan. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
  • 14.
  • 15. LAMPIRAN I PERATURAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2022 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA KEPUTUSAN PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI KEPUTUSAN MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA/GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA* NOMOR…………………………………………………. TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA/GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA* Menimbang : a. bahwa untuk memperlancar pelaksanaan pemberian cuti Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja, perlu menunjuk pejabat yang diberikan wewenang untuk menetapkan pemberian cuti bagi Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungannya masing-masing; b. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6264); 3. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 406); MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA/GUBERNUR/ BUPATI/WALIKOTA* …………. TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DALAM LINGKUNGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA/PROVINSI /KABUPATEN/KOTA* ...............……………………… KESATU : Memberikan delegasi wewenang kepada PNS yang menduduki jabatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....... . ... . . . . . . . . . Untuk memberikan/mengubah/menangguhkan/menolak permintaan cuti Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja yang berada dalam lingkungannya masing-masing, sepanjang yang menyangkut: ** a. Cuti Tahunan; b. Cuti Sakit; c. Cuti Melahirkan.
  • 16.
  • 17. LAMPIRAN II PERATURAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2022 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA Formulir Permintaan dan Pemberian Cuti Pegawai Pemerintah Dengan perjanjian Kerja ……………………….., ……………………….. Kepada Yth. ……………………….. di ………………….. FORMULIR PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI I. DATA PEGAWAI Nama NIP Jabatan Masa Kerja Unit Kerja II. JENIS CUTI YANG DIAMBIL** 1. Cuti Tahunan 2. Cuti Sakit 3. Cuti Melahirkan III.ALASAN CUTI IV.LAMANYA CUTI Selama (hari/bulan/tahun)* mulai tanggal s/d VI. ALAMAT SELAMA MENJALANKAN CUTI TELP Hormat saya, (. . . . . . . . . . . . . . . . . .) NIP. . . . . . . . . . . . . . . .. VII. PERTIMBANGAN ATASAN LANGSUNG** DISETUJUI PERUBAHAN**** DITANGGUHKAN**** TIDAK DISETUJUI**** Ttd. yang disertai Nama dan NIP Pejabat VIII.KEPUTUSAN PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN CUTI** DISETUJUI PERUBAHAN**** DITANGGUHKAN**** TIDAK DISETUJUI**** Ttd. yang disertai Nama dan NIP Pejabat V. CATATAN CUTI*** 1. CUTI TAHUNAN 2. CUTI SAKIT 3. CUTI MELAHIRKAN