SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 37 TAHUN 2004
TENTANG
LARANGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang pokok- pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan
Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri sebagai unsur
aparatur negara harus netral dari semua golongan dan partai politik, tidak
diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan
dilarang menjadi Anggota dan/Pengurus Partai Politik;
b. bahwa dalam Penjelasan Umum Undang- Undang tersebut, antara lain
disebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang menjadi Anggota dan/atau
Pengurus Partai Politik harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri, baik
dengan hormat atau tidak dengan hormat;
c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut pada huruf a dan huruf b,
dipandang perlu mengatur Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota
Partai Politik dengan Peraturan Pemerintah;
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang- undang nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 43
Tahun 1999 (Lembaran Negara tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3890);
3. Undang- undang nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik (Lembaran
Negara tahun 2002 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4245);
4. Undang- undang nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara tahun 2003 Nomor 37,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4277);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara tahun 1979 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3149) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 1994 (Lembaran Negara tahun 1994, Nomor 1);
6. Peraturan…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara tahun 1980 Nomor 50, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3176);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang wewenang
pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4263);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG LARANGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJADI
ANGGOTA PARTAI POLITIK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Pegawai Negeri Sipil adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubaha dengan
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999.
2. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang memepunyaia kewenangan
mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Partai Politik adalah partai politik sebagaimana diatur dalam perundang-
undangan yang berlaku.
4. Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik
adalah Pegawai Negeri Sipil yang terdaftar sebagai anggota dan/atau
pengurus partai politik.
BAB II
LARANGAN DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
(1). Pegawai Negeri sipil dilarang menjadi anggotadan/atau pengurus partai
politik.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
(2) Pegawai…
(2). Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 3
(1). Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik wajib mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
(2). Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
(3). Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlaku terhitung
mulai akhir bulan mengajukan pengunduran diri.
Pasal 4
(1). Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Yang mengajukan pengunduran diri
ditangguhkan, apabila :
a. masih dalam pemeriksaan pejabat yang berwenang karena diduga
melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil yang dapat
dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil;
b. sedang mengajukan upaya banding administratif kepada Badan
Pertimbangan Kepegawaian karena dijatuhi hukuman disiplin berupa
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil;
atau
c. mempunyai tanggung jawab kedinasan yang dalam waktu singkat
tidak dapat dialihkan kepada Pegawai Negeri Sipil lainnya.
(2). Penangguahn sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf b
dilakukan sampai dengan adanya keputusan yang mempunyai kekueatan
hukum yang tetap.
(3). Penangguhan sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) huruf c dilakukan untuk
paling lama 6 (enam) bulan.
Pasal 5
(1). Pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) diajukan
secara tertulis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan tembusannya
disampaikan kepada :
a. atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan serendah-
rendahnya pejabat struktural eselon IV;
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
b. pejabat…
b. pejabat yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian instansi yang
bersangkutan; dan
c. pejabat yang bertanggung jawab di bidang keuangan instansi yang
bersangkutan.
(2). Atasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, wajib
menyampaikan pertimbangan kepada pejabat Pembina Kepegawaian
selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah
diterimanya tembusan pengunduran diri.
(3). Pejabat Pembina Kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
wajib mengambil keputusan dalam waktu selambat-lambatnya 10
(sepuluh) hari kerja sejak diterimanya pertimbangan dari atasan langsung
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
(4). Apabila sampai dalam jangka waktu 10 hari kerja sejak atasan langsung
menerima surat pengunduran diri tidak memberikan pertimbangan kepada
Pejabat Pertimbangan Kepegawaian, maka selambat-lambatnya 20 hari
kerja sejak diterimanya surat pengunduran diri keputusan pemberhentian
dapat diterapkan tanpa pertimbangan atasan langsung Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan.
(5). Apabila setelah tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
Pejabat Pembina Kepegawaian tidak mengambil keputusan, maka usul
pengunduran diri Pegawai Negeri Sipil tersebut dianggap dikabulkan.
(6). Pejabat Pembina Kepegawaian sebagaimana dimaksud ayat (5) sudah harus
menetapkan keputusan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan selambat-lambatnya dalam tenggang waktu 30 hari sejak
dianggap dikabulkan.
Pasal 6
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri sebagaimana
dalam pasal 3 ayat (2) ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
(1). Dalam hal pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri
ditangguhkan, maka pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan
harus memberikan alasan secara tertulis sesuai dengan Pasal 4 ayat (1).
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
(2) Pejabat…
(2). Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan wewenangnya atau
memberi kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya serendah-rendahnya
pejabat struktural eselon II untuk menangguhkan pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil.
Pasal 8
Keputusan pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil atau penangguhan
pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan Pasal 7, disampaikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dan pejabat lain yang
berkepentingan.
Pasal 9
(1). Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik tanpa mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil,
diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
(2). Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku terhitung
mulai akhir bulan yang bersangkutan menjadi anggota dan/atau pengurus
partai politik.
(3). Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri dan ditanggguhkan
pemberhentiannya, tetapi tetap menjadi anggota dan/atau pengurus
partai politik, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri
Sipil terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik.
BAB III
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 10
Ketetuan dalam Peraturan Pemerintah ini berlaku juga bagi Pegawai Negeri
Sipil yang akan menjadi calon anggota Dewan Perwakilan Daerah.
Pasal 11
Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan
hormat berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, diberikan hak-haknya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 -
BAB IV…
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 12
(1). Pegawai Negeri Sipil yang sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota Partai
Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 1999 sampai dengan berlakunya Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian telah menjadi anggota dan/atau Pengurus
Partai Politik, sudah mengajukan permohonan berhenti tetapi belum
diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil, diberhentikan dengan hormat
sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan April Tahun 2000
dan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-perundangan yang berlaku.
(2). Pegawai Negeri Sipil yang sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota Partai
Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 1999 sampai dengan berlakunya Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian telah menjadi anggota dan/atau Pengurus
Partai Politik, tidak mengajukan permohonan berhenti sebagai Pegawai
Negeri Sipil, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri
Sipil terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik dan diberikan hak-hak kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-perundangan.
(3). Pegawai Negeri Sipil yang sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun
1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sampai dengan berlakunya
Peraturan Pemerintah ini, telah menjadi anggota dan/atau Pengurus
Partai Politik, sudah mengajukan permohonan berhenti tetapi belum
diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil, diberhentikan dengan hormat
sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan yang
bersangkutan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 7 -
diberikan hak-hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-perundangan yang berlaku.
(4) Pegawai…
(4). Pegawai Negeri Sipil yang sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun
1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sampai dengan berlakunya
Peraturan Pemerintah ini, telah menjadi anggota dan/atau Pengurus
Partai Politik, belum pernah mengajukan permohonan berhenti sebagai
Pegawai Negeri Sipil, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai
Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan menjadi
anggota dan/atau pengurus partai politik dan diberikan hak-hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
perundangan yang berlaku.
(5). Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) berkewajiban untuk
mengembalikan penghasilan yang terlanjur diterimanya.
(6). Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (4) berkewajiban untuk
mengembalikan penghasilan yang terlanjur diterimanya.
Pasal 13
Keputusan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik yang ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Ketentuan teknis yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini
diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara.
Pasal 15
Pada saat berlakunya Peraturaqn Pemerintah ini, maka peraturan Permerintah
nomor 5 Tahun 1999 tentang pegawai negeri sipil yang Menjadi Anggota Partai
Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Noimor 12
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 8 -
Tahun 1999, dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 16…
Pasal 16
Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua ketentuan yang
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 17
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 16 Oktober 2004
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd,
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 16 Oktober 2004
SEKERTARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
BAMBANG KESOWO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 128
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
LARANGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK
I. UMUM
Dalam ketentuan Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah denagn Undang-undang Nomor
43 Tahun 1999, antara lain disebutkan bahwa Pegawai Negeri berkedudukan
sebagai unsur aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.
Dalam kedudukan dan tugas tersebut, Pegawai Negeri harus netral dari
pengaruh semua golongan dan partai politik secara tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjamin netralitas
Pegawai Negeri dimaksud, maka dilarang menjadi Anggota dan/atau Pengurus
Partai Politik.
Selanjutnya, dalam Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
tersebut, antara lain ditegaskan, bahwa dalam upaya menjaga netralitas
Pegawai Negeri dari pengaruh partai politik dan untuk menjamin keutuhan,
kekompakan, dan persatuan Pegawai Negeri, serta agar dapat memusatkan
segala perhatian, pikiran, dan tenaganya pada tugas yang dibebankan
kepadanya, maka Pegawai Negeri dilarang menjadi Anggota dan/atau
Pengurus Partai Politik. Oleh karena itu, Pegawai Negeri yang menjadi
Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik harus diberhentikan sebagai
Pegawai Negeri. Pemberhentian tersebut dapat dilakukan dengan hormat
atau tidak dengan hormat.
Berdasarkan hal-hal tersebut, untuk supermasi hukum dan wibawa Pegawai
Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri, perlu diatur dalam Peraturan
Pemerintah mengenai Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai
Politik. Peraturan Pemerintah ini pada pokoknya mengatur prosedur
pengunduran diri dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang menjadi
Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik.
II. PASAL DEMI PASAL…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Ketentuan ini bahwa sebelum seseorang Pegawai Negeri Sipil
menjadi Anggota dan/atau pengurus partai politik, yang
bersangkutan terlebih dahulu harus mengundurkan diri sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Pada prinsipnya Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri harus
diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Namun demikian,
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dapat ditangguhkan apabila
terdapat alasan-alasan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini,
namun penangguhan tersebut tidak meniadakan proses
pemberhentian atau yang bersangkutan tidak dapat kembali
menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
Huruf b…
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf C
Berdasarkan tembusan permohonan pengunduran diri Pegawai
Negeri Sipil tersebut, maka pejabat yang bertanggung jawab di
bidang keuangan instansi yang bersangkutan, menghentikan
pembayaran gaji terhitung mulai tanggal 1 bulan berikutnya dari
tanggal permohonan pengunduran diri.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Karena “dianggap dikabulkan”, maka Pegawai Negeri Sipil
tersebutsudah dapat menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik tanpa harus menunggu keputusan pemberhentiannya, dan
proses administrasi pemberhentian dengan hormat tetap harus
dilakukan.
Ayat (6)
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
Pasal 10…
Pasal 10
Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini diberlakukan bagi Pegawai
Negeri Sipil yang akan menjadi calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah,
karena sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku saat ini
yaitu Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang pemilihan umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang mengatur bahwa Pegawai Negeri Sipil
yang akan menjadi calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah harus
mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 11
Hak-hak kepeagawaian bagi :
 Pegawai Negeri yang diberhentikan dengan hormat dengan hak
pensiun berhak menerima pensiun, tunjangan hari tua dan tabungan
perumahan apabila belum pernah menerima bantuan dari program
tabungan perumahan.
 Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormast tanpa hak
pensiun dan diberhentikan tidak dengan hormat berhak menerima
pengembalian nilai iuran pensiun, tunjangan hari tua dan tabungan
perumahan apabila belum pernah menerima bantuan dari program
tabungan perumahan.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Pengembalian penghasilan yang terlanjur diterima termasuk gaji
dan tunjangan sejak akhir bulan yang bersangkutan menjadi
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik.
Pasal 13…
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4440

More Related Content

Similar to PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang

Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014BBPP_Batu
 
perpres 68 tahun 2017 tentang tunjangan jabatan fungsional analis kebijakan
perpres 68 tahun 2017 tentang tunjangan jabatan fungsional analis kebijakanperpres 68 tahun 2017 tentang tunjangan jabatan fungsional analis kebijakan
perpres 68 tahun 2017 tentang tunjangan jabatan fungsional analis kebijakanRidho Fitrah Hyzkia
 
Pengertian sumber hukum kepegawaian
Pengertian sumber hukum kepegawaianPengertian sumber hukum kepegawaian
Pengertian sumber hukum kepegawaianHendri Tovan
 
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipilPp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipilKutsiyatinMSi
 
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdf
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdfPP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdf
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdfssuserc65a91
 
UU No 8 ttg pokok pokok kepegawaian
UU No 8 ttg pokok pokok kepegawaianUU No 8 ttg pokok pokok kepegawaian
UU No 8 ttg pokok pokok kepegawaianNorma Irmawati
 
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawai
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawaiMSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawai
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawaiHerlambang Bagus
 
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...Winarto Winartoap
 
Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...
Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...
Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...Nilawati179
 
Batas Usia Pensiun PNS
Batas Usia Pensiun PNSBatas Usia Pensiun PNS
Batas Usia Pensiun PNSAnung Pati
 
2632 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2632 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...2632 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2632 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...Winarto Winartoap
 
SURAT EDARAN KEPALA BKN tentang BATAS USIA PENSIUN
SURAT EDARAN KEPALA BKN tentang BATAS USIA PENSIUNSURAT EDARAN KEPALA BKN tentang BATAS USIA PENSIUN
SURAT EDARAN KEPALA BKN tentang BATAS USIA PENSIUNiceu novida adinata
 
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal iv
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal ivPengawasan netralitas pns direktur wasdal iv
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal ivKutsiyatinMSi
 
Disiplin pns 2010.53. pp
Disiplin pns 2010.53. ppDisiplin pns 2010.53. pp
Disiplin pns 2010.53. ppata bik
 

Similar to PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang (20)

Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
 
Pp no 44_2011
Pp no 44_2011Pp no 44_2011
Pp no 44_2011
 
Murad65
Murad65Murad65
Murad65
 
perpres 68 tahun 2017 tentang tunjangan jabatan fungsional analis kebijakan
perpres 68 tahun 2017 tentang tunjangan jabatan fungsional analis kebijakanperpres 68 tahun 2017 tentang tunjangan jabatan fungsional analis kebijakan
perpres 68 tahun 2017 tentang tunjangan jabatan fungsional analis kebijakan
 
5. juklak pensiun
5. juklak pensiun5. juklak pensiun
5. juklak pensiun
 
Pengertian sumber hukum kepegawaian
Pengertian sumber hukum kepegawaianPengertian sumber hukum kepegawaian
Pengertian sumber hukum kepegawaian
 
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipilPp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
 
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdf
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdfPP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdf
PP Nomor 94 Tahun 2021 (1).pdf
 
Pp 4 tahun 2017
Pp 4 tahun 2017Pp 4 tahun 2017
Pp 4 tahun 2017
 
UU No 8 ttg pokok pokok kepegawaian
UU No 8 ttg pokok pokok kepegawaianUU No 8 ttg pokok pokok kepegawaian
UU No 8 ttg pokok pokok kepegawaian
 
Uu 20 1952
Uu 20 1952Uu 20 1952
Uu 20 1952
 
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawai
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawaiMSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawai
MSDM SP - Perbandingan UU Kepegawaian & skema michigan rekrutmen pegawai
 
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2633 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
 
Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...
Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...
Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...
 
Batas Usia Pensiun PNS
Batas Usia Pensiun PNSBatas Usia Pensiun PNS
Batas Usia Pensiun PNS
 
2632 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2632 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...2632 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
2632 surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai neg...
 
SURAT EDARAN KEPALA BKN tentang BATAS USIA PENSIUN
SURAT EDARAN KEPALA BKN tentang BATAS USIA PENSIUNSURAT EDARAN KEPALA BKN tentang BATAS USIA PENSIUN
SURAT EDARAN KEPALA BKN tentang BATAS USIA PENSIUN
 
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal iv
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal ivPengawasan netralitas pns direktur wasdal iv
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal iv
 
Batas Usia Pensiun PNS
Batas Usia Pensiun PNSBatas Usia Pensiun PNS
Batas Usia Pensiun PNS
 
Disiplin pns 2010.53. pp
Disiplin pns 2010.53. ppDisiplin pns 2010.53. pp
Disiplin pns 2010.53. pp
 

Recently uploaded

Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxBudyHermawan3
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 

Recently uploaded (8)

Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 

PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang

  • 1. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok- pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara harus netral dari semua golongan dan partai politik, tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan dilarang menjadi Anggota dan/Pengurus Partai Politik; b. bahwa dalam Penjelasan Umum Undang- Undang tersebut, antara lain disebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang menjadi Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri, baik dengan hormat atau tidak dengan hormat; c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut pada huruf a dan huruf b, dipandang perlu mengatur Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik dengan Peraturan Pemerintah; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang- undang nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); 3. Undang- undang nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik (Lembaran Negara tahun 2002 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4245); 4. Undang- undang nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara tahun 2003 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4277); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara tahun 1979 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3149) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1994 (Lembaran Negara tahun 1994, Nomor 1); 6. Peraturan…
  • 2. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 - 6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara tahun 1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3176); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang wewenang pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4263); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG LARANGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal I Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pegawai Negeri Sipil adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubaha dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang memepunyaia kewenangan mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Partai Politik adalah partai politik sebagaimana diatur dalam perundang- undangan yang berlaku. 4. Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik adalah Pegawai Negeri Sipil yang terdaftar sebagai anggota dan/atau pengurus partai politik. BAB II LARANGAN DAN KEWAJIBAN Pasal 2 (1). Pegawai Negeri sipil dilarang menjadi anggotadan/atau pengurus partai politik.
  • 3. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 3 - (2) Pegawai… (2). Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pasal 3 (1). Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik wajib mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil. (2). Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. (3). Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlaku terhitung mulai akhir bulan mengajukan pengunduran diri. Pasal 4 (1). Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Yang mengajukan pengunduran diri ditangguhkan, apabila : a. masih dalam pemeriksaan pejabat yang berwenang karena diduga melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil yang dapat dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil; b. sedang mengajukan upaya banding administratif kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian karena dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil; atau c. mempunyai tanggung jawab kedinasan yang dalam waktu singkat tidak dapat dialihkan kepada Pegawai Negeri Sipil lainnya. (2). Penangguahn sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf b dilakukan sampai dengan adanya keputusan yang mempunyai kekueatan hukum yang tetap. (3). Penangguhan sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) huruf c dilakukan untuk paling lama 6 (enam) bulan. Pasal 5 (1). Pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan tembusannya disampaikan kepada : a. atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan serendah- rendahnya pejabat struktural eselon IV;
  • 4. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 4 - b. pejabat… b. pejabat yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian instansi yang bersangkutan; dan c. pejabat yang bertanggung jawab di bidang keuangan instansi yang bersangkutan. (2). Atasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, wajib menyampaikan pertimbangan kepada pejabat Pembina Kepegawaian selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterimanya tembusan pengunduran diri. (3). Pejabat Pembina Kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib mengambil keputusan dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya pertimbangan dari atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. (4). Apabila sampai dalam jangka waktu 10 hari kerja sejak atasan langsung menerima surat pengunduran diri tidak memberikan pertimbangan kepada Pejabat Pertimbangan Kepegawaian, maka selambat-lambatnya 20 hari kerja sejak diterimanya surat pengunduran diri keputusan pemberhentian dapat diterapkan tanpa pertimbangan atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. (5). Apabila setelah tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Pejabat Pembina Kepegawaian tidak mengambil keputusan, maka usul pengunduran diri Pegawai Negeri Sipil tersebut dianggap dikabulkan. (6). Pejabat Pembina Kepegawaian sebagaimana dimaksud ayat (5) sudah harus menetapkan keputusan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan selambat-lambatnya dalam tenggang waktu 30 hari sejak dianggap dikabulkan. Pasal 6 Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri sebagaimana dalam pasal 3 ayat (2) ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 7 (1). Dalam hal pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri ditangguhkan, maka pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan harus memberikan alasan secara tertulis sesuai dengan Pasal 4 ayat (1).
  • 5. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 5 - (2) Pejabat… (2). Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan wewenangnya atau memberi kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya serendah-rendahnya pejabat struktural eselon II untuk menangguhkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Pasal 8 Keputusan pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil atau penangguhan pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan Pasal 7, disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dan pejabat lain yang berkepentingan. Pasal 9 (1). Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik tanpa mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. (2). Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. (3). Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri dan ditanggguhkan pemberhentiannya, tetapi tetap menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. BAB III KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 10 Ketetuan dalam Peraturan Pemerintah ini berlaku juga bagi Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi calon anggota Dewan Perwakilan Daerah. Pasal 11 Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, diberikan hak-haknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • 6. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 6 - BAB IV… BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 12 (1). Pegawai Negeri Sipil yang sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1999 sampai dengan berlakunya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian telah menjadi anggota dan/atau Pengurus Partai Politik, sudah mengajukan permohonan berhenti tetapi belum diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan April Tahun 2000 dan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-perundangan yang berlaku. (2). Pegawai Negeri Sipil yang sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1999 sampai dengan berlakunya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian telah menjadi anggota dan/atau Pengurus Partai Politik, tidak mengajukan permohonan berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-perundangan. (3). Pegawai Negeri Sipil yang sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sampai dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, telah menjadi anggota dan/atau Pengurus Partai Politik, sudah mengajukan permohonan berhenti tetapi belum diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan
  • 7. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 7 - diberikan hak-hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-perundangan yang berlaku. (4) Pegawai… (4). Pegawai Negeri Sipil yang sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sampai dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, telah menjadi anggota dan/atau Pengurus Partai Politik, belum pernah mengajukan permohonan berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan- perundangan yang berlaku. (5). Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) berkewajiban untuk mengembalikan penghasilan yang terlanjur diterimanya. (6). Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (4) berkewajiban untuk mengembalikan penghasilan yang terlanjur diterimanya. Pasal 13 Keputusan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik yang ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Ketentuan teknis yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara. Pasal 15 Pada saat berlakunya Peraturaqn Pemerintah ini, maka peraturan Permerintah nomor 5 Tahun 1999 tentang pegawai negeri sipil yang Menjadi Anggota Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Noimor 12
  • 8. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 8 - Tahun 1999, dinyatakan tidak berlaku. Pasal 16… Pasal 16 Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 17 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 16 Oktober 2004 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd, MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 16 Oktober 2004 SEKERTARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA ttd. BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 128
  • 9. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK I. UMUM Dalam ketentuan Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah denagn Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, antara lain disebutkan bahwa Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas tersebut, Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik secara tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjamin netralitas Pegawai Negeri dimaksud, maka dilarang menjadi Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik. Selanjutnya, dalam Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tersebut, antara lain ditegaskan, bahwa dalam upaya menjaga netralitas Pegawai Negeri dari pengaruh partai politik dan untuk menjamin keutuhan, kekompakan, dan persatuan Pegawai Negeri, serta agar dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaganya pada tugas yang dibebankan kepadanya, maka Pegawai Negeri dilarang menjadi Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik. Oleh karena itu, Pegawai Negeri yang menjadi Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri. Pemberhentian tersebut dapat dilakukan dengan hormat atau tidak dengan hormat. Berdasarkan hal-hal tersebut, untuk supermasi hukum dan wibawa Pegawai Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri, perlu diatur dalam Peraturan Pemerintah mengenai Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik. Peraturan Pemerintah ini pada pokoknya mengatur prosedur pengunduran diri dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang menjadi Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik. II. PASAL DEMI PASAL…
  • 10. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 - II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup Jelas Pasal 3 Ayat (1) Ketentuan ini bahwa sebelum seseorang Pegawai Negeri Sipil menjadi Anggota dan/atau pengurus partai politik, yang bersangkutan terlebih dahulu harus mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil. Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 4 Ayat (1) Pada prinsipnya Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Namun demikian, pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dapat ditangguhkan apabila terdapat alasan-alasan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini, namun penangguhan tersebut tidak meniadakan proses pemberhentian atau yang bersangkutan tidak dapat kembali menjadi Pegawai Negeri Sipil. Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Pasal 5 Ayat (1) Huruf a Cukup Jelas
  • 11. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 3 - Huruf b… Huruf b Cukup Jelas Huruf C Berdasarkan tembusan permohonan pengunduran diri Pegawai Negeri Sipil tersebut, maka pejabat yang bertanggung jawab di bidang keuangan instansi yang bersangkutan, menghentikan pembayaran gaji terhitung mulai tanggal 1 bulan berikutnya dari tanggal permohonan pengunduran diri. Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Karena “dianggap dikabulkan”, maka Pegawai Negeri Sipil tersebutsudah dapat menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik tanpa harus menunggu keputusan pemberhentiannya, dan proses administrasi pemberhentian dengan hormat tetap harus dilakukan. Ayat (6) Cukup Jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup Jelas
  • 12. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 4 - Pasal 10… Pasal 10 Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini diberlakukan bagi Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah, karena sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku saat ini yaitu Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang mengatur bahwa Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah harus mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pasal 11 Hak-hak kepeagawaian bagi :  Pegawai Negeri yang diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun berhak menerima pensiun, tunjangan hari tua dan tabungan perumahan apabila belum pernah menerima bantuan dari program tabungan perumahan.  Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormast tanpa hak pensiun dan diberhentikan tidak dengan hormat berhak menerima pengembalian nilai iuran pensiun, tunjangan hari tua dan tabungan perumahan apabila belum pernah menerima bantuan dari program tabungan perumahan. Pasal 12 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Ayat (6) Pengembalian penghasilan yang terlanjur diterima termasuk gaji dan tunjangan sejak akhir bulan yang bersangkutan menjadi
  • 13. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 5 - Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik. Pasal 13… Pasal 13 Cukup Jelas Pasal 14 Cukup Jelas Pasal 15 Cukup Jelas Pasal 16 Cukup Jelas Pasal 17 Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4440