Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas empat sumber pengetahuan menurut filsafat ilmu modern yaitu otoritas, indra, akal, dan intuisi.
2. Masing-masing sumber pengetahuan dijelaskan peranannya dalam membentuk pengetahuan ilmiah secara singkat.
3. Dokumen ini memberikan gambaran tentang pandangan filsafat ilmu modern terhadap sumber-sumber pengetahuan.
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
FILSAFAT ILMU
1. TUGAS 2 Makassar, 25/11/2015
FILSAFAT ILMU DAN METODE ILMIAH
Dalam Penerapan Sekuler dan Islami
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2015/2016
NAMA : ANDI ROY
Kelas : MM-1 / 0024 01 42 2015
2. Soal
1. Buatlah ringkasan tentang filsafat ilmu sebanyak 20 halaman.
2. Kemukakan alasan penting mempelajari filsafat ilmu dibidang kerja
anda sebanyak 10 halaman
3. Buatlah kajian filsafat tentang sumber yang anda ingin teliti.
3. 1.
SUMBER PENGETAHUAN
Ilmu adalah salah satu bentuk pengetahuan (knowledge). Dalam
hal ini ilmu adalah bagian dari pengetahuan dan ia disebut pengetahuan
ilmiah ( scientific knowledge). Karena itu, pembicaraan mengenai sumber
pengetahuan ilmiah.
2.1 Sumber Pengetahuan menurut Filsafat Science Moderen.
Filsafat moderen atau lebih khusus lagi filsafat science moderent
memandang bahwa dalam berpengetahuan sebenarnya selalu ada dua
hal yang berhubungan, yaitu obyek-obyek yang diketahui dan subyek
yang mengetahui. Karena itu, harus ada perbedaan antara sumber-
sumber eksternal dan internal pengetahuan.
Obyek-obyek yang ingin diketahui pada dasarnya adalah sumber
pengetahuan, yakni sumber eksternal Pengetahuan. Sedangkan pada
subyek yang mengetahui, yaitu manusia, terdapat potensi-potensi yang
dengannya pengetahuan menjadi mungkin diaktualkan. Dalam hal ini
Para filsuf sciece moderen berpendapat bahwa potensi-potensi itu
adalah sumber-sumber internal pengetahuan.
Rasionalisme adalah salah satu aliran filsafat yang secara umum
menekankan rasio (dari kata Latin : ratio) sebagai sumber utama
4. pengetahuan. Bahkan dalam penekanan kata “isme” pada kata rasional
menegaskan mutlaknya rasio sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang niscaya. Artinya, menurut penganut raaasionalisme,
satu-satunya sumber pengetahuan yang mungkin adalah rasio. Ia
merupakan sumber pengetahuan yang mungkin adalah rasio. Ia
merupakan sumber pengetauan yang pada hakikatnya tidak tergantung
ataubebas dari pengaatan inderawi, ilmu pengetahuan sebagai suatu
perolehan hasil upaya pencapaian manusia pada dasarnya adalah
sistem deduktif rasional yang hanya secara tidak langsung berhubugan
dengan pengalaman inderawi. Dalam filsafat Barat (moderen) tokoh
aliran ini ialah Rene Descartes (1596 – 1650) yang bahkan disebut
sebagai peletak dasar aliran rasionalisme Barat, dan beberapa tokoh
pasca Descartes, antara lain : Nocolas Malerbranche (1638 – 1775) ,
De Spinoza (1632 – 1677), Gottfriend Wilhenlm Leibniz (1646 – 1716),
Blaise Pascal (1623 – 1662).
Selanjutnya, pada pihak lain empirisme adalah juga salah-satu
aliran filsaafat yang meletakkan doktrin bahwa sumber sleuruh
pengetahuan harus dicari dan karena ia hanya bersumber dari
pengalaman. Empirisme yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah empiricism, dalam bahasa latin dikenal istilah experientia yang
artinya pengalaman. Dalam bahasa yunani ia dikenal dengan istilah
5. emperia, atau empeiros yang mengandung pengertian: berpengalaman
dalam, berkenalan dengan atau terampil untuk.
Dalam memberi arti terhadap kata pengalaman, empirisme
meletakkannya pada pengamtan inderawi. Karena itu, pengalaman
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, Menurut paham empirisme
tergantung pada dan hanya pada data inderawi.
Dalam sejarah filsafat Barat, tokoh aliran ini antara lain Thomas
Hobbes (1588 – 1679), John Locke (1632 – 1704), George Berkeley
(1665 – 1753) dan David Hume (1711 – 1776).
Demikianlah secara sangat singkat dikemukakan pandangan
mengenai sumber pengetahuan dalam rasionalisme dan emporirme
yang sangat besar peranannya dalam teori pengetahuan atau
epistemologi.
Disini ia hanya dikemukakan secara sangat singkat melalui
pengertian dan doktrin utamanya mengenai sumber pengetahuan,
karena lebih jauh keduanya akan dibicarakan dalam epistemologi.
Sebenarnya terdapat aliran ketiga yang diletakkan oleh Immanuel
Kant (1724 – 1804), yang sekaligus menjadi kritik atas rasionalisme dan
empirisme. Aliran itu dikenal dengan Kritisisme (Kant), yang pada
6. dasarnya bertujuan mengeliminir kecenderungan ekstrim rasionalisme
dan empirisme.
Kant berpandangan bahwa baik rasionalisme maupun empirisme,
berat sebelah. Dikatakan, pengetahuan manusia terjadi dari sintesa
unsur-unsur aposteriori ( sesudah pengalaman). Karena itu, untuk
mencapai obyektivitas ilmu pengetahuan, orang harus menghindarkan
diri dari sikap sepihak rasionalisme atau empirisme.
Dalam buku Living Issues in Philosophy, Harold H. Titus, Marulyn
S. Smith dan Richard T. Nolan mengemukakan bahwa dalam
pembahasan moderen dewasa ini ada empat sumber pengetahuan
yang mungkin.
Kata yang mungkin dalam pandanga Titus et al di atas cukup
penting untuk digaris bawahi untuk menekankan bahwa dalam realitas
pembicaraan filsafat moderen. Khususnya filsafat science moderen,
pertentangan filosofis untuk saling menegasikan antara rasionalisme
dan empririme tidak lagi dibahas secara berlarut – larut. Keduan –
duanya dinilai sebagai bagian dari sumber – sumber pengetahuan yang
mungkin. Karena itu menurut filsafat science moderen, empat sumber
pengetahuan yang dimaksudkan diatas adalah :
1. Orang yang memiliki otoritas.
7. Titus et al (1984) mengawali penjelasan mengenai hal ini dengan
ilustrasi pertanyaan, bagaimana kita mengetahui bahwa Socrates dan
Julius Caesar pernah hidup di dnia ? apakah mereka itu orang –orang
khayalan seperti nama –nama lain yang kita baca dalam mitologia dan
novel – novel moderen ? jawabnya, kita punya pengetahuan tentang
Socrates dan Julius Caesar sebagai orang – orang yang perna ada
dan hidup didunia, yakni dari kesaksian orang – orang yang pernah
ada dan hidup di dunia, yakni dari kesaksian orang – orang yang
pernah ada serta hidup sezaman dan setempat dengan mereka, serta
juga ahli – ahli sejarah. Artinya, ada orang yang ditepatkan sebagai
yang memiliki otoritas sebagai sumber pengetahuan mengenai hal
yang ingin diketahui, yaitu mereka yang punya kesaksian dan
pengalaman dan pengethuan berkenaan dengan itu. Demikian filsaat
science moderen meberi alasan untuk menempatkan adanya orang
yang mempuyai otoritas sebagai sumber pengetahuan, yaitu mereka
yangkaena otoritasnya, tepat dan relevan dijadikan segai sumber
pengetahuan tentan gsuatu hal otoritas tersebut didasarkan pada
kesaksian yag bisa diberikannya.
Pada zaman moeren ini, orang yang ditempatkan memiliki
otoritas, misalnya, dengan pengakuan melalui gelar, diploma/ijazah.
Termasuk juga dalam hal ini. Misalnya, hsil publikasi resmi mengenai
8. kesaksian otoritas tersebut, seperti buku buku atau publikasi resmi
pengetahuan lainnya.
Namun, penempata otoritas sebagai sumber pengetahuan
tidaklah dilakukan dengan penyadaran pendapat sepnuhnya, dalama
arti tidak dilakukan secara kritis untuk tetap bisa enilai kebenaran
adan kesalahannya, karena it, otoritas hanya ditempatkan sebagai
sumber kedua, yang berkedudukan sebagai sumber eksternal
sendangkan sumber – sumber internla pada diri sendiri tetap sebagai
sumber pertama.
2. Indra
Dalam pandangan filsafat science moderen, indra aflalah
peralatan pada diri manusia sebagai salah satu sumber internal
pengetahuan. Untuk memahami posisi indra sebagai sumber
pengetahuan biasanya diajukan pertanyaan misalnya, bagaimana
bahwa besi memuai bila dipanaskan atau air membeku bila
didinginkan hingga mencapai derajat kedinginan tertentu? Terhadap
pengetahuan semcam itu, filsafat sience moderen berpandangan
bahwa indra lah yang menjadi sumbernya.
Bahkan pandangan empirisme yang diserapkan dalam dilasafat
science oderen menyatakan bahwa pengetahauan pada dasarnya
adalah dan hanyalah pengalaman – pengalaman konkrit kita yang
9. tebentuk karena pesepsi indra, sperti persepsi penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman dan pencicipan dengan lidah.
Sains moderen mengembangkan prinsiptersebuy secara metodis
melalui pangamatan terarah dan eksperimen untuk mendapatkan data
dari fakta empirik untuk mewujudkan hal itu, science moderen
menggunakan peralatan teknologis untuk menjalankan prinsip
persepsi indra dalam mempersepsi secara terarah terhadap data fakta
yang relevan, dan sekaligus memberikanukurannya. Yang dilakukan
sesudah itu adalah inferensi induktif yaitu penarikan simpulan
(inferensi) yang bersifat umum sebagai sebuah pengetahuan, dari
pemahaman akan gejala – gejala individual yang telah diamati, dalam
menuju simpulan yang dipandang benar, biasanya terlebih dahulu
dirumuskan hiptesis sebagai penetahuan sementara, untuk kemudian
diui kebenarannya.
Namun dalam menempatkan indra sebagai sumber pengetahuan,
filsafat science moderen juga menekankan pentingnya kehati –hatian,
utamanya terhadap kemungkinan pengaruh prasangka dan emosi
yang akan merusak obyektifitas. Dalam hal ini diingatkan akan
kecenderungan kodrat dimana orang dipengaruhi oelh keinginan
hanya melihat apa yang ingin dilihatnya dan/atau melihat apa yang ia
telah terlatih untuk melihatny. Padalah yang diharapkan apa yang ia
elah terlatih untu melihatny. Padahal yang diharapkan dari sini
10. 9dengan persepsi indra ini ), sebenarnya adalah penampakan (
appearance) sesuatu menurut kenyataannya (realitasnya).
3. Akal
Dalam kenyataannya ada pengetahuan tertentu yang bisa
dibangun oleh manusia tanpa harus atau tidak bisa mempersepsinya
dengan idra terlebih dahulu. Manusia bisa membangun pengetahuan,
misalnya. dari anggapan dua entitas yang masing-masing sama
besarnya dengan entitas ketiga adalah entitas sama besar.
Pengetahuan semacam itu jelas dengan sendirinya, demikian
argumentasi yang dibangun para filsuf science untuk melandasi
pemikiran mereka mengenai akal sebagai sumber pengetahuan.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut , maka filsafat sicence
moderen menempatkan akal adalah salah satu sumber pengetahuan
yang mungkin untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Pandangan ini
merupakan representasi dari pandangan filsafat rasionalisme, yang
dalam pandangan moderatnya berpendirian bahwa manusia memiliki
potensi mengetahui dengan pasti dengan sendirinya, tentang
beberapa hal yang relevan. Misalnya kenyataan-kenyataan :
keseluruhan adalah lebih besar dari bagian- bagiannya; satu adalah
sepauh dari dua; keliling lingkaran lebih besar dari garis tengahnya,
adalah pengetahuan yang dapat diketahui dengan pasti dan dengan
sendirinya karena potensi akal.
11. Istilah bahasa indonesia yang biasanya digunakan untuk akal
ialah budi, yang dalam bahasa inggris disebutt reason dan bahasa
latin disebut ratio dan intellectus. Mengenai akal budi ini, aristoteles
berpandangan bahwa akal budi mempunyai potensi untuk memahami
bentuk atau representasi suatu objek terindra. Potensi ini dilakukan
oleh akal budi pasif. Akan tetapi potensialitas akal budi pasif
dimungkinkan olehh akal budi aktif dengan cara membuat
representasi eksplisit untuk menyadari obyek tersebut melalui
pengabstraksian dari pengalaman indra. Selanjutnya, aristoteles
menempatkan apa yang dinamakannya sebagai akal budi praktis
sebagai potensi akal budi dalam bentuk:
(1) Kemampua yang memungkinkan manusia mengetahui cara-cara
bagaimana yang tersedia untuk mencapai pengetahuan, dan
kemudian memilih cara yang paling tepat serta relevan untuk itu,
(2) Kemampuan memberi pertimbangan sehingga akal melakukan
penalaran atau pemmikiran untuk menghasilkan keputusan dalam
bentuk pilihan, tindakakn atau resolusi. Pada pihak lain, aristoteles
menemakan akal budi teoritis yang memiliki potensi kontemplasi
dalam arti : (1) Penalaran ataua pemikiran untuk mencapai
pengetahuaan, dan (2) kemampuan yang dengannyya penalaran
atau pemikiran untuk mencapai pengetahuan itu dilakukan.
12. 4. Intuisi
Dalam mengawali pembicaraan mengenai intuuisi sebagai salah-
satu sumber pengetahuan yang mungkin, dalam Living Issues in
Philosophy, Titus, Smith dan Nolan mengantarnya dengan sebuah
pertanyaan, bagaimana kita mengetahui, misalnya, jika kita
kebetulan bertemu dengan seseorang untuuk pertama kali,
kemudian kita mengetahui bahwa orang tersebut dapat dipercaya?
Apakah kita mempunyai rasa (sense) atau intuisi yang kadang-
kadang memberi kita pengetahuaan yang langsung tentang situasi
kita ?
Pertanyaan tersebut dikemukakan oleh penulis untuk
membicarakan bahwa suatu sumber pengetahuan yang mungkin
adalah intusisi atau pemahaman yang langsung tentang
pengetahuan yang tidak merupakan hasil pemikiran yang sadar
atau persepsi rasa yang langsung.
George santayana (dalam Titus et al, 1984) memakai istilah
intuisi dalam arti kesadaran tentang data-data yang langsung
dirasakan. Misalnya sewaktu kita mendengar bunyi, maka selain
kita mendengar, kita juga sadar tentang pendengaran kita dan
sadar tentang diri kita sebagai yang mendengar. Jadi menurut
Titus, Smith dan Nolan (1984) intuisi terdapat dalam pengetahuan
tentang diri sendiri, kehidupan diri sendiri dan dalam aksioma
13. matematika. Intusisi ada dalam pemahaman kita tentang hubungan
antara kata-kata (Proposition) yang membentuk bermacam-macam
langkah dari argumen. Unsur intuisi adalah dasar dari pengakuan
kita terhdapa keindahan, ukuran moral yangkita terima dari nilai-
nilai agama.
Pandangan lain mengenai intuisi ialah bahwa intuisi
sebenarnya hanya merupakan hasil tumpukan pengalaman dan
pengetahaun seseorang pada masa lalu. Intuisi hanya berperanan
memendekkan proses pengetahuan yang seharunya semula
diungkapkan oleh indra dan pemikiran reklektif. Pandangan ini
mengartikan bahwa intuisis adalah hasil induksi dan deduksi yang
terajdi dibawah sadar. Itulah sebabnya, menurut pendapat ini,
mereka yang mempunyai banyak pengalman dalam berfikir dan
bekerja lebih mudah mempunyai intuii yang baik dalam bidangnya.
Misalnya, pandangan ilmiah lebih mudah muncul pada mereka
yang bergelut terus dengan roblema ilmiah; inspirasi puitik banyak
dialami oleh-penyair; instuisi filsafat atau agama muncul pada
mereka yang banyak mengarahkan perhatiannya pada duaa dunia
itu. Mereka yang banyak mengarahkan perhatiaannya pada dua
dunia itu.
Henri bergson (1859-1941) adalah salah seorang tokih
filsafat moderen yang memandang intuisi sesederhana pandangan
14. di atas. Bahkan ia berpendapat bahwa intuisi dan akal mempunyai
arah yang beertentangan. Menurutnya, intusisi yang sesungguhnya
adalah naluri (instinct) yang menjadi kesadaran diri sendiri dan
bekerja kedalam diri. Jiak ia meluas, maka ia memberi petunjuk
dalam hal-hal yang vital. Intuisi bekerja dari dalam dan langsung.
Memeri elan vital dan bukannya oleh intelek, yang darii luar.
Pengertian intuisi yang berbeda dengan ketiga pengertian
diatas adalah pandangan tentang intusiis mistik. Menurut pandanga
ini praktik-praktik mistik memungkingkan seorang mistikus
mendapatkan pengetahuan langsung dan mengatasi (transcend)
atas pengetahuan yang diperoleh degnan akal dan indra. Hal itu
terjadi secara intuitif, dan intuisinya disebu intuisi mistik, hal ini
dimungkinkan karena seorang mistikus adalah orang yang memiliki
kondisi teramat sadar terhadap kehadiran Yang Maha Riil
(presence of the ultimately real).
Demikian beberapa pandangan singkat mengenai intuisi,
yang waluupun antara satu dengan yang lain menunjukkan
perbedaan, namun dalam pandangan filsafat sicence moderen.
Sekurang-kurangnya dalam perkembangannya yang telah melewati
masa saling menegasikan pandangan tentang sumber-sumber
pengetahuan yang paling niscaya, berpendapat bahwa ada yang
15. bernama intuisi, sebagai salah-satu sumber pengetahuan yang
mungkin.
2.2 Al Quran dan Pandangan Filosofis Tentang Sumber Pengetahuan
Telah dikemukakan diatas beberapa pandangan filosofis mengenai
sumber pengetahuan menurut filsafat science moderen. Sebelum
memberikan tinjuauan kritis terhadap pandangan – pandangan tersebut,
terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa ayat al Quran yang akan kita
jadikan landasan dalam membangun pemikiran filsafati mengenai sumber
pengetahuan.
Artinya :
Sesungguhnya Tuhan kamu sekalian ialah Allah. Tiada tuhan selain Dia,
pengetahuanNya meliputi segala sesuatu.
16. Artinya :
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Mengetahui yang
gaib maupun yang nyata. Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Artinya :
Dan sesungguhnya allah, ilmuNya meliputi segala sesuatu.
Artinya :
Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
sesungguhnya Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
Artinya :
17. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut (kandungan) ibumu dalma
keadaan tidak mengetahui esuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.
Artinya :
Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang
Mengajarkan dengan qalam. Mengajar manusia, apa-apa yang tidak
diketahuinya.
Artinya :
(Tuhan) Yang Maha Rahman. Yang mengajarkan Al Quran. Yang
menciptakan manusia. Mengajarkan al Bayan.
Artinya :
18. Dan Kami turunkan kepadamu kitab, untuk menjadi penjelas (bayan)
“terhadap segala sesuatu.
Artinya:
Sungguh Kami menjelaskan kepadamu ayat-ayat kami, jika kamu
menggunakan akalmu.
Artinya :
Maka bertanyalah kamu kepada orang yang mengetahui (ahl al zikr) jika
kamu tidak mengetahui.
Dari ayat-ayat Al-Quran diatas dapt diturunkan beberapa makna
mendasar yang daripadanya bisa dirumuskan pandangan filosofis
mengenai sumber pengetahuan Makna-makna mendasar terssebut ialah :
1. Bahwa manusia tidak membawa pengetahuan sejak awal diciptakan /
dilahirkan (An Nahl 78), karena itu tidak mungkin menempati posisi
19. sebagai sumber pengetahuan. Susuatu yang pada mulanya tidak
memiliki tidak mungkin menjadi sumber, karena ia juga hanya berpsisi
sebagai yang memperoleh.
2. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu (Thaha 98, At
Thalaq 12) yang pengetahuannya meliputi yang gaib maupun yang
nyata (Al Hasyr 22)
3. Pada hakikatnya hanya Allah Yang Maha Mengetahui dan manusia
pada hakikatnya tidak mengetahui (An Nahl 74)
4. Manusia dikarunia Tuhan “peralatan”,”jalan”, dan petunjuk yang
secara potensial memungkinkan ia memperoleh pengetahuan (An
Nahl 74, Ar Rahman 1-4, An Nahl 89, Ali Imran 118, Al Anbiya’ 7,
Thaha 98, Al Hasyr 22).
5. Perolehan Pengetahuan oleh manusia adalah perolehan dengan
perantaran (Knowledge by...), yakni segala perantara (bil) yang
meniscayakan (qalam) pengetahuan itu diredhai oleh Allah untuk
diperoleh, sebagai perwujudan Allah mengajarkan (‘Allama) kepada
manusia apa-apa yang tidak diketahuinya (ma lam ya’lam)
6. Segala pengetahuan yang diusahakan oleh manusia untuk
diperolehnya, hakikatnya tercakup dan merupakan pengetahuan/ilmu
Allah.
20. Dari makna-makna mendasar yang dijadikan landasan tersebu diatas,
maka filsafat Ilmu Islami berpandangan bahwa satu-satunya sumber
pengetahuan ialah Allah SWT
Dengan pandangan filsafati bahwa hanya Allah sumber
pengetahuan, tidak berarti bahwa manusia tidak memiliki keniscayaan
memiliki pengetahuan/Sebagai sumber pengetahuan yang menyatakan
diriNya mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak
diketahuinya. Dia telah melengkapi manusia segala yang
meniscayakan manusia mengusahakan perolehan pengetahuan (Al
Alaq 3-5). Yang meniscayakan manusia memperoleh pegetahuan ialah
peralatan idrawi lahiriah yang diwakili penyebutan oleh assa’a (
kemampuan mendengar), al Abshaf (kemampuan melihat,
bepandangan), serta indra batiniah (alaP idah) dan kemampuan
berakal (An Nahl 74 dan Ali Imran 118) Peralatan din (qalam internal)
yang meniscayakan pengetahuan tersebut berada pada diri manusia
sebagai peralatan dengan potensialitas internal untuk berpengetahuan.
Kumudian diantara manusia ada yang dapat menjadi “jalan”
lebih lanjut bagi manusia lain untuk memperoleh ilmu. Mereka itu
adalah disebut ahl al zikr (Al Anbiya 7). Ahl al zikr ini adalah mereka
yang diberi otoritas oleh Allah sebagai jalan bagi manusia lain untuk
memperoleh bagian kecil tertentu dari ilmuNya.
21. Kenyataan bahwa pengetahuan tentang sumber pengetahuan
itu sendiri adalah salah-satu bentuk pengetahuan tersendiri yang
diperoleh melalui petunjuk Allah dalam Al Quran semakin menjelaskan
bahwa Allah adalah Sumber Pengetahuan.
Demikian pula, sebagai sumber, Dia mengajarkan manusia
tentang apa saja yang dikaruniakanNya yang meniscayakan
pengetahuan itu diperoleh.
Dia (Allah) juga menjelaskan bahwa salah satu yang utama
meniscayakan diperolehnya pengetahuan itu (baca : Allah mengajarkan
pada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya) ialahpetunjuk Al
Quran. Dalam hal ini, Al Quran adalah referensi utama bagi manusia
untuk memperoleh pengetahuan. Bahkan dalam arti tertentu, untuk
menyatakan Allah sebagai sumber pengetahuan, adakalanya
digunakan istilah Al Quran sebagai sumber pengetahuan.
Dari penjelasan di atas, kita bisa melihat betapa dengan
kembali kepada Allah sebagai Sumber pengetahuan, melalui
petunjuNya dalam Al Quran, kita dapat membagun pandangan Filsafat
lmu Islami tentang Sumber Pengetahuan. Demikian halnya kedudukan
pelatan pada diri manusia serta mereka yang diakui otoritasnya sebagai
jalan untuk memperoleh pengetauan, yang dalam filsafat science
moderen justru ditempatkan sebagai sumber pengetahuan itu sendiri
22. yang kemudian sama sekali memutuskan diri atau meniadakan
pembicaraan mengenai Tuhan sebagai sumber pengetahuan.
Pandangan filsafat Ilmu Islami tentan Allah sebagai sumber
pengetahuan pada hakikatnya merupakan implementasi pandangan
tauhid melalui makna mendasar bahwa pada hakikatnya tiada yang
memiliki ilmu selain allah (An Nahl 74). Bila pandangan ini dikatakan
sebagai pandangan tauhid, maka pandangan mengenai sumber
pengetahuan dalam filsafat science moderen, adalah pandangan anti
tauhid dan bahkan ateistik. Filsafat barat (yang mengejawabkan yang
memutuskan dirinya ke Tuhan an. Dan inilah perwujudan dari yang
dikatakan oleh C.A. Qadir, bahwa filsafat Barat kehilangan dimensnya
yang skaral karena memutuskan diri dari segala yang bersifat ilahi.
Bagaimana keniscayaan pengetahuan itu diperoleh manusia
dengan berpijak pada konsep sumber pengetahuan menurut filsafat
ilmu islmi ini ? hal ini akan dibahas dalam pembicaraan mengenai
Epistemologi dalam Filsafat Ilmu Islam.
23. 2.
Assalamu Alaikum Wr.wb kebetulan saat ini saya bekerja sebagai guru
Honorer di SMK Negeri 3 Parepare maka saya mencoba mengemukakan
alasan penting dalam bidang pendidik dan peserta didik.
PENDIDIK (GURU) DAN PESERTA DIDIK DALAM
PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Dalam pendidikan Islam memberikan perhatian yang sangat besar
terhadap perkembangan daya pikir untuk menciptakan generasi yang
cerdas dan berakhlak mulia, untuk menguatkan kehidupan keagamaan
pada peserta didik agar pada perkembangan teknologi seperti sekarang
ini anak dapat membedakan paradigma pemikiran Islam dan non Islam.
Dalam hal ini diupayakan mewujudkan fungsi pendidikan sebagai wahana
pengembangan sumber daya manusia, perlu dikembangkan iklim belajar
mengajar yang konstruktif bagi perkembangan potensi kreativitas peserta
didik sehingga dapat lahir gagasan-gagasan baru. Upaya tersebut
menuntut terpeliharanya tradisi belajar yang dilandasi oleh semangat dan
nilai-nilai yang relevan diantaranya adalah profesionalisme, toleransi
terhadap keagamaan, pendapat dan keterbukaan, guna mempersiapkan
sumber daya manusia yang potensial di masa yang akan datang.
Kemampuan berpikir pada peserta didik merupakan aktivitas psikis (akal)
dalam rangka memberikan jawaban terhadap suatu masalah tertentu,
yaitu dengan menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat
menemukan pemecahan dari suatu masalah. Sedang berpikir tersebut
berusaha menggunakan akal untuk memberikan jawaban yang bervariasi
terhadap suatu masalah yang terjadi pada peserta didik.
Pendidikan merupakan sebagai usaha membina dan mengembangkan
pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus
berlangsung secara bertahap. Oleh karena kematangan yang bertitik akhir
pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan melalui proses demi
proses kearah tujuan akhir dari perkembangan tersebut.
24. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwasanya pendidikan
merupakan suatu hal yang urgen dalam setiap lini kehidupan. Sebagai
wahana untuk membentuk manusia ideal, maka pendidikan tidak akan
pernah terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Di lain pihak pendidikan
merupakan faktor penentu kemajuan suatu negara. Maju tidaknya suatu
negara tergantung dari kualitas pendidikan di dalamnya. Sudah jelas
kiranya bahwasanya pendidikan memang memiliki peranan penting dalam
kehidupan umat manusia. Anak didik sebagai salah satu komponen
pendidikan dalam hal ini memerlukan perhatian yang cukup serius,
terlebih selain sebagai objek juga berkeduduna sebagai subjek dalam
pendidikan. Dengan kedudukan yang demikian maka keterlibatan anak
didik menjadi salah satu faktor penting dalam terlaksananya proses
pendidikan.
Sebagai seseorang yang terkenal dengan pakar sosiolog, Ibn Khaldun
mencoba mendefinisikan anak didik sesuai tingkat pemahamannya.
Dengan latar belakang sosiolog dan juga sejarawan, sedikit banyaknya
memberikan pengaruh dalam usahanya memberikan pandangan terhadap
anak didik.
1. Kompetensi Guru
Pendidik disebut juga guru yang mana pendidik menurut ahmad
tafsir[1] yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya
proses pertumbuhan dan perkembangan potensi anak didik, baik potensi
kognitif maupun potensi psikomotoriknya. Dan menurut Imam
Barnabib[2] adalah “ tiap orang dengan sengaja mempengaruhi orang lain
untuk mencapai kedewasaan . pendidik terdiri dari 1. Orang tua, dan 2.
Orang dewasa lain yang bertanggung jawab tentang kedewasaan anak ”.
Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang
sangat mulia. Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Dalam
operasionalnya mendidik merupakan rangakaian proses mengajar,
memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh,
membiasakan dsb. Disamping itu pendidik juga bertugas sebagai
fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh
potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
kompetensi juga di defenisikan sebagai spesifikasi pendidikan,
25. pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki seseorang serta
penerapannya didalam pekerjaannya, sesuai dengan standar kinerja yang
dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia kerja.
Kompetensi itu sendiri memiliki taksonomi standar. taksonomi standar
kompetensi isi ( content standards), standar proses ( processes
standards) , dan standar penampilan ( performance standards). Standar isi
meliputi muatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Standar proses
mencakup criteria kinerja dalam aktifitas transformasi pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dituntut, termasuk daya dukung fasilitatifnya.
Standar penampilan (performance standards) berkenaan dengan criteria
performasi. Merujuk kepada ketiga standar kinerja ini atau penampilan
dipandang sebagai bagian integral dari kompetensi, meski sesungguhnya
kompetensi dan kinerja atau performasi itu berbeda adanya.
Kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan
oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang guru.
Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
Kompetensi pedagogik,
mengusai karakteristik peserta didik,
menguasai teori belajar,
mengembangkan pembelajaran yang mendidik
pengembangan kurikulam dan silabus
perencanaan pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan logis
evaluasi pembelajaran
pemanfaatan tekhnologi pembelajaran
Kompetensi kepribadian:
v bertindak sesuai dengan norma yang berlaku,
v menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,
v menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap
v menampilkan diri sebagai pribadi yang beriman dan bertakwa
v menampilkan diri sebagai pribadi yang demokratis
26. v menampilkan diri sebagai pribadi yang sporif
v menampilkan diri sebagai pribadi yang berwibawa
v menampilkan diri sebagai pribadi yang stabil
v menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa
v menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
v menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia
v mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan
Kompetensi profesional,
Merupakan kemampuan pendidik dalam menjalankan tugasnya secara
professional dalam arti mampu membuat keputusan keahlian khusus,
serta mampu mempertanggung jawabkan berdasarkan teori dan wawasan
keahliannya dalam perspektif islam.
J bersikap inklusif,
J berkomunikasi secara efektif,
J mampu beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Indonesia
Kompetensi social
J menguasai materi pelajaran
J menguasai standart kompetensi
J Mampu memenfaatkan teknologi informasi.
J Bergaul secara santun dan bermasyarakat
J Menerapkan prinsip persaudaraan
2. Interaksi Guru dan Murid
Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas selama ini seringkali satu
arah dimana murid hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru.
Oleh karenanya, murid lebih dilibatkan secara aktif untuk berinteraksi
dengan guru atau antar murid. hubungan yang saat ini terjadi antara guru
dan siswa seringkali satu arah dimana siswa hanya sekadar
27. mendengarkan apa yang disampaikan guru, sehingga siswa akan mampu
mengingat dan memahami materi lebih dalam dan lama jika mereka
mampu menjelaskan isi materi kepada orang lain. Interaksi juga menjadi
poin penting dalam kegiatan belajar mengajar karena tak hanya siswa
saja yang mendapatkan manfaat, namun juga para guru juga memperoleh
umpan balik (feedback) apakah materi yang disampaikan dapat diterima
murid dengan baik. Untuk itu, mendengar pengalaman para siswa dapat
diaplikasikan dalam metode pembelajaran sebelum guru masuk ke dalam
penjelasan teori dan setelah perkenalan.
Ketika merancang dan melakukan revisi materi pembelajaran yang akan
disampaikan kepada para siswa, guru sebaiknya selalu memulai dengan
merancang hasil akhir (outcome) apa yang ingin dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar itu. Seorang guru hanya bisa memilih isi materi dan
tugas pembelajaran setelah ia menyadari benar apa yang dibutuhkan oleh
siswanya dalam memahami keseluruhan materi yang disampaikan.
Namun, dalam prakteknya para guru sering memulai dengan materi atau
tugas dan berlari dengan cepat pada hasil akhir pembelajaran setelahnya.
Akibatnya materi dan hasil pembelajaran pun menjadi tak lagi cocok
dengan tingkat pembelajaran secara keseluruhan. Jangan menganggap
bahwa semua siswa menyukai isi materi yang akan disampaikan seketika
itu juga.
1. Akhlak Guru dan Murid
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang
berkaitan dengan tugas-tugas membri bantuan dan dorongan (supporter)
tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas
yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh
terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani,bebas
dari orang tua,dan orang dewasa lain, moralitas dan tanggung jawab
kemasyarakatan,pengetahuan dan keterampilan dasar,persiapan untuk
perkawinan dan hidup berkeluarga,pemilihan jabatan dan hal-hal yang
bersifat personal dan spiritual.
Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemelihara anak.
Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol
28. setiap aktifitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang
denan norma-norma yang ada.
1. Tugas dan Tanggungjawab Guru dan Murid
Pendidik dan peserta didik merupakan dua jenis status yang dimiliki oleh
manusia-manusia yang memainkan peran fungsional dalam wilayah
aktivitas yang terbingkai sebagai dunia pendidikan. Masing-masing posisi
yang melekat pada kedua pihak tersebut mewajibkan kepada mereka
untuk memainkan seperangkatperan berbeda sesuai dengan konstruksi
struktural lingkungan pendidikan yang menjadi wadah kegiatan mereka.
Antara pendidik dan peserta didik terikat oleh suatu tata nilai terpola yang
menopang terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan posisi yang
diperankan.
Semenjak penyusunan perencanaan pengajaran sampai kepada evaluasi
pengajaran telah melibatkan proses hubungan timbal balik antara guru
dan murid baik secara langsung maupun tidak langsung demi mencapai
tujuan kegiatan. Tentu saja melihat ciri khas tujuan tersebut
mengindikasikan bahwa iklim dan orientasi belajar – mengajar selalu
mengupayakan terjalinnya transformasi nilai substansi pendidikan agar
sampai pada level pemahaman para murid dengan indikasi terpenuhinya
kriteria peningkatan kemampuan pribadi baik pada ranah kognitif, afektif
maupun psikomotorik.
1. a. Tugas dan Tanggung Jawab Guru[3]
Guru (tenaga kependidikan) merupakan salah satu kompenen sekolah
yang sangat esensial karena guru adalah sumberdaya aktif , sedangkan
kompenen-kompenen yang lain bersifat pasif misalnya
kurikulum,dana,sarana,prasarana. Tanpa campur tangan jasa guru
kompenen-kompenen lainya tak ada artinya. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemelihara anak. Guru sebagai penanggung
jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktifitas anak-anak
agar tingkah laku anak tidak menyimpang denan norma-norma yang ada.
Dalam Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang
sangat mulia. Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Dalam
operasionalnya mendidik merupakan rangakaian proses mengajar,
memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh,
membiasakan dsb. Disamping itu pendidikjuga bertugas sebagai fasilitator
29. dan motivator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi
peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.
Keutamaan seorang pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang di
embannya. Tugas yang di emban seorang guru hampir sama dengan
tugas seorang rasul[4].dari pandangan itu dipahami, bahwa tugas pendidik
sebagai “warasat al-anbiya”, yang pada hakikatnya mengemban
misi rahmat li al-‘amin[5], yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk
tunduk dan patuh pada hukum hokum Allah, guna memperoleh
keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian misi ini dikembangkan kepada
pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal saleh dan
bermoral tinggi.
Untuk melaksanakan tugas sebagai “warasah al-anbiya”npendidik
hendaklah bertolak pada amar makruf nahyu wa al-mungkar, menjadikan
prinsip sebagai pusat kegiatan penyebaran misi iman, islam dan ihsan,
kekuatan yang dikembangkan oleh pendidik adalah individualltas, social
dan moral (nilai- nilai agama dan moral)[6].
Menurut al- Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk ber-
taqqarrub kepada Allah[7]. Sejalan dengan ini Abd. Al-Rahman al-
Nahlawi menyebutkan tugas pendidik. Pertama, penyucian yakni berfungsi
sebagai pembersih, pemelihara, dan pengembang fitrah manusia. Kedu
fungsi pengajaran yakni menginternalisasikan dan mentransformasikan
pengetahuan dan nilai- nilai agama kepada manusia[8].
Berangkat dari uraian diatas maka tanggung jawab pendidik sebagaimana
disebut oleh Abd. Al-Rahman al- Nahlawi adalah, mendidik individu
supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan Syariat nya, mendidik
diri supaya beramal sholeh, mendidik masyarakat untuk saling menasehati
dalam melaksanakan kebenaran, saling menasehati dan tabah dal
menghadapi kesusahan, beribadah kepada Allah serta menegakkan
kebenaran[9]. Tanggung jawab itu bukan hanya sebatas tanggung jawab
moral, seorang pendidik terhdap anak didik akan tetapi lebih jauh dari itu.
Pendidikan akan mempertanggungjawabkan atas segala tugas yang
dilaksanakannya kepada Allah sebagai mana hadist Rasul :
Artinya: dari Ibnu Umar r.a berkata:
Rasulullah SAW besabda: masing- masing kamu adalah pengembala dan
masin- masing bertanggung jawab atas gembalanya: pemimpin adalah
pengembala, suami adalah pengembala terhadap anggota keluarganya,
30. dan istri adalah pengembala di tengah- tengah rumah tangga suamin dan
terhadap anaknya. Setiap orang di antara kalian adalah pengembala dan
masing masing bertanggung jawab atas yang di gembalanya. “ H.R
Bukhari Muslim”
Kata Ra’im dalam hadist di ats berarti setipa orang dewasa dibebani
kewajiban dan diserahi kepercayaan untuk menjalankan dan memelihara
suatu urusan serta dituntut untuk berlaku adil dalam urusan itu. Kata
Raiyyah berarti setiap orang yang menjadi beban dan tanggung jawab
bagi orang lain, seperti istri dan anak, suami atau ayah.
Sedangkan kata al- Amir berarti setip orang yang memegang kendali
urusan, mencakup pemerintahan, kepala Negara dan aparatnya.
Tanggung jawab dalam islam bernilai keagamaan, berate kelalaian
seseoarang terhadap nya akan di pertnggung jawabkan di hari Kiamat dan
bernilai keduniawian, dalam arti kelalaian seseorang terhadapnya dapat
dituntut di pengadilan oleh orang-orang dibawah kepemimpinannya[10].
Peran utama ab tentang kedewasaan anak.”apai kedewasaan . pendidik
terdiri dari 1. orang baik potensi kognitguru dalam dunia pendidikan:
1. Guru sebagai model atau contoh bagi anak
Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau
model baginya. Oleh Karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua
atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang
dianut oleh masyarakar,bangsa dan Negara. Karena nilai dasar Negara
dan bangsa Indonesia adalah Pancasila,maka ingkah laku pendidik harus
selalu diresapi oleh nilai-nilai pancasila.
1. Guru sebagai pengajar dan pembimbing dala pengalaman belajar
Setiap guru harus memberikan pengetahuan,keterampilan dan
pengalaman lain diluar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan
kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan
spiritual dan meilih pekerjaan di masyrakat, hasil belajar yang berkaitan
dengan tanggung jawab sosial tingkah laku social anak. Kurikulum harus
berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai
dengan nlai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya,
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam
masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya
lebih lanjut.
1. Guru sebagai pelajar
31. Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan
keterampilan agar supaya pengetahun dan keterampilan yang dikuasai
tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan
pengembangan tugas professional, tetapi juga tugas kemasyarakatan
maupun tugas kemanusiaan.
1. Guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan
Seorang guru diharapkan dapat membantu dalam mengembangkan
kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui petemuan-
pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
1. Guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat
Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan
disegala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan
kemampuannya pada bidang-bidang yang dikuasainya.
1. Guru sebagai administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga
sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh
karena itu seorang guru dituntut bekerja administrasi teratur. Segala
pelaksanaan dalam kegiatannya proses belajar mengajar perlu
diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti
memmbuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya
merupakan dokumen yang berharaga bahwa ia telah melaksanakan
tugasnya dengan baik.
1. b. Tugas dan Tanggung Jawab Murid
Murid disebut juga sebagai peserta didik yang mana suatu komponen
dalam system pendidikan islam. Peserta didik merupakan “raw material”
didalam proses transformasi yang disebut pendidikan.
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis,
pertumbuhan dan perkembangan merupakan cirri dari seseorang peserta
didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Setiap siswa harus menanamkan rasa tanggungjawab pada diri masing-
masing. Tanggungjawab siswa sebagai pelajar adalah belajar dengan
baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan kepadanya,
disiplin dalam menjalani tata tertib sekolah. Artinya setiap siswa wajib dan
32. mutlak melaksanakan tanggungjawab tersebut tanpa terkecuali. Tapi
kenyataannya banyak siswa yang merasa terbebani dengan kewajiban
mereka sebagai pelajar. siswa berangkat ke sekolah tidak lagi untuk
tujuan belajar, akan tetapi dijadikan sebagai ajang untuk ketemu, kumpul
dengan teman-teman, ngobrol dan lain sebagainya. Sementara tugas
sejatinya untuk belajar dan menimba ilmu sudah bukan lagi menjadi
pokok. Tapi ini realita dan potret siswa masa kini. selalu menginginkan
sesuatu tanpa bersusah payah. Menyerah sebelum berjuang, kalah
sebelum bertanding.
Syamsul Nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta didik:
¯ Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunia
sendiri
¯ Peserta didik memiliki pondasi perkembangan dan pertumbuhan
¯ Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu
baik disebabkan oleh factor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada
¯ Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani unsure
jasmani memiliki daya fisik dan unsure rohani memiliki daya hati nurani
dan nafsu
¯ Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang
dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
Kewajiban peserta didik[11]:
ü Sebelum mulai belajar, peserta didik harus terlebih dahulu memberikan
hatinya dari segala sifat yang busuk, karena belajar dan mengajar
nerupakan ibadat.
ü Dengan belajar itu peserta didik bermaksud hendak mengisi jiwanya
dengan fadhillah, mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukanlah dengan
maksud menonjolkan diri, berbangsa dan bergagah
ü Bersedia mencari ilmu
ü Jangan terlalu sering menukarklah pendidikan, tetapi haruslah berfikir
terlebih dahulu sebelum bertindak untuk mengganti pendidik.
ü Hendaklah peserta didik menghormati pendidik dan memuaskannya
33. ü Janagn merepotkan pendidik dengan banyak pertanyaan, jangan
melethkan dia untuk menjawab
ü Bersungguh- sungguh dan tekun belajar, bertanggung jawab untuk
memperoleh pengetahuan
ü Bertekat untuk belajar hingga akhir umur.
Hak peserta Didik:
J peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama
J peserta didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat dan minat
J mendapatkan beasiswa bagi yang berprestrasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayainya
J mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak
mampu membiyainya
J pindah ke program pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikan
J Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
masing- masing.
Kebutuhan peserta didik
Suatu hal yang sangat perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam
membimbing peserta didik adalah kebutuhan mereka. Al-
Qussy[12] membagi pula kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok
yaitu:
ü kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum,
seks, dll.
ü kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan rohaniah.
Kebutuhan rohaniah terbagi enam macam:
a) kebutuhan kasih saying
b) kebutuhan akan rasa aman
34. c) kebutuhan akan harga diri
d) kebutuhan akan rasa bebas
e) kebutuhan akan sukses
f) kebutuhan akan sesuatu kekuatan pembimbing atau pengendalian
diri manusia, seperti pengetahuan pengetahuan lain yang ada pada setiap
manusia berakal.
Dimensi- dimensi peserta didik yang akan dikembangkan
1) Dimensi Fisik (jasmani)
Fisik atau jasmani terdiri dari organisme fisik. Organisme fisik manusia
lebih sempurna dibandingkan organism- organism makhluk lainnya. Pada
dimensi ini, proses penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan
hewan ataupun tumbuhan, sebab semuanya termasuk bagian dari alam.
hasil penelitian membuktikan bahwa jasad manusia tersusun dari sel- sel
yang berbentuk dari bagian- bagian yang disebut organel yang tersusun
dari molekul- molekul senyawa unsur kimiwi yang terdapat di
bumi.[13]Namun manusia merupakan makhluk biotic yang unsure- unsure
pembentukan materialnya bersifat professional antara keempat unsure
tersebut, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang sempurna dan
terbaik penciptaanya.
2) Dimensi Akal
Fungsi akal manusia terbagi kepada enam yaitu:
J Akal adalah penahan nafsu. Dengan akal manusia dapat mengerti apa
yang tidak dikehendaki oleh amanat yang dibebankan kepadanya sebagai
kewajiban.
J akal adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam
menghadapi sesuatu baik yang tampak jelas maupun yang tidak jelas
J akal dalah petunjuk yang dapat membedakan hidayah dan kesesatan
J akal adalah kesadaran batin dan pengaturan
J Akal adalah pandangan batin yang berdaya tembus melebihi
penglihatan mata.
35. 3) Dimensi Keberagamaan
Manusia adalah hasil proses dari pedidikan yang mempunyai tujuan
tertentu. Tujuan pendidikan akan mudah tercapai kalau ia mempunyai
kesamaan dengan sifat- sifat dasar dan kecendrungan manusia pada
objek- objek tertentu. Menurut Abdurrahman Shaleh Abdullah [14] praktek
pendidikan yang tidak dibangun diatas dasar konsep yang jelas tentang
sifat dasar manusia pasti akan gagal. untuk itu, pendidikan islam
dirumuskan untuk membentuk insane muttaqin yng memiliki
keseimbangan dalam segala hal berdasarkan iman yang matap untuk
mendapatkan kebhagiaan hidup didunia dan akhirat.
4) Dimensi Akhlak
Pendidkan agama berkaitan rapat dengan pendidkan akhlak. Tidak
berlebih- lebihan kalau dikatakan bahwa dalam pengertian Islam adalah
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidkan agama. sebab yang
baik adalah yang di anggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa
yang di anggap buruk oleh agama. sehingga nilai akhlak, keutamaan
akhlak dalam masyarakat islam adalah akhlak dan keutamaan yang di
ajarkan oleh agama. Sehingga seorang muslim tudak sempurna
agamanya bila akhlaknya tidak baik.
5) Dimensi Rohani (Kejiwaan)
Dimensi kejiwaan merupakan suatu dimensi yang sangat penting dan
memiliki pengaruh dalam mengendalikan keadaan manusia agar dapat
hidup sehat, tentram dan bahagia. Penciptaan manusia mengalami
kesempurnaan setelah Allah meiupkan sebagian ruh ciptaan-Nya. Dengan
kata lain, dalam rangka terlaksananya usaha untuk mewujudkan
kebahagiaan adalah dengan pendidikan agama. Yaitu pendidikan agama
tidak hanya upaya untuk membekali anak didik dengan pengetahuan
agama, tapi sekaligus upaya untuk menanamkan nilai keagamaan dan
membentuk sikap keagamaan sehingga menjadi bagian dari nilai
kepribadian mereka.
6) Dimensi Seni (Keindahan)
Seni adalah ekspresi roh dan daya mausia yang mengandung dan
mengungkapkan keindahan. Seni adalah bagian dari hidup manusia. Seni
adalah sebagai salah satu potensi rohani, maka nilai seni dapat
36. diungkapkan seorang dengan kecendrungannya , atau oleh sekelompok
masyarakat sesuai dengan budayanya, tanpa adanya batasan yang ketat
kecuali yang digariskan Allah.
Dimensi seni pada diri manusia tidak boleh diabaikan. Sebaiknya perlu
ditumbuhkan, karena keindahan itu kan menggerakan batinnya,
memenuhi relung- relung hatinya, meringankan beban kehidupannya yang
kadang menjemukan, dan menjadikan merasakan keberadaan nilai- nilai
serta lebih mampu menikmati keindahan hidup.
Islam tidak hanya mengajak manusia untuk merasakan manusia untuk
merasakan keindahan, mencintai dan menikmatinya, tetapi juga
menekankan agar manusia mengungkapkan perasaan dan kecintaan itu
juga merupakan suatu keindahan.
37. 3.
Keterkaitan Filsafat dengan Pendidikan
Berbicara tentang sejarah timbulnya filsafat sangat terkait dan bersamaan
dengan pembicaraan manusia, karena sesungguhnya usia filsafat sama
tuanya dengan usia manusia. Karena pada dasanya manusia merupakan
jenis makhluk yang berfilsafat sesuai dengan potensi rasio (akal) yang
dimilikinya. Selain itu, manusia harus memiliki pendidikan karena
pendidikan merupakan sebuah proes pembelajaran bagi seseorang dan
dari sanalah terdapat perbedaan antara manusia dengan makhluk-
makhluk lainnya. Oleh karena itu manusia harus mempunyai potensi
mendidik dan di didik.
Dengan akal manusia dapat berpikir dan memikirkan diri dan
lingkungannya, dan ketika itulah proses berfilsafat bermula. Proses itu
akan berhenti manakala manusia telah memiliki pengetahuan tentang apa
yang dia pikirkan dengan lahirnya ilmu. Hal ini sesuai dengan fungsi
filsafat sebagai alat analisis yang digunakan manusia dalam mengamati
gejala dan kenyataan.
Beberapa ahli Beerling dan Plato mengatakan bahwa filsafat timbul
karena ketakjuban menyaksikan keindahan dan kerahasian alam semesta
dan kemudian menimbulkan pertanyaan dan keingintahuan. Pertanyaan
itu pun membutuhkan jawaban dan bila pemikir menemukan jawaban,
jawaban itu dipertanyakan lagi karena ia selalu sangsi pada kebenaran
yang diungkapkan.
Sedangkan secara harfiyah, filsafat berarti “Cinta kepada ilmu”. Filsafat
berasal dari kata “Philo” yang berarti “cinta” dan “Sophos” berarti
“ilmu/hikmah”. Secara historis, filsafat berarti menjadi induk segala ilmu
pengetahuan yang berkembang sejak zaman Yunani Kuno sampai zaman
modern sekarang.
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogic” yang akar
katanya “pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya membimbing.
Jadi, “paedagogic” berarti membimbing yang diberikan kepada anak.
Dalam bahasa Inggris pendidikan diterjemahkan menjadi “Education”.
Education berasal dari bahasa Yunani “educare” yang berarti membawa
38. keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan
berkembang.
Soeganda Poerbakawatja dalam “Ensiklopedi Pendidikan” menguraikan
pengertian pendidikan dalam artinya yang luas, bahwa semua perbuatan
dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya (orang
menamakan hal ini dengan “mengalihkan” kebudayaan) kepada generasi
muda, sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi
hidupnya baik jasmani maupun rohani. Dapat juga dikatakan bahwa
pendidikan itu adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk
dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu
diartikan maupun memikul tanggung jawab moril dari segala
perbuatannya.
Sedangkan, filsafat pendidikan memiliki banyak pengertian dari beberapa
ahli, antara lain:
1. John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik
menyangkut daya piker maupun daya perasaan, menuju ke arah
tabiat manusia dan manusia biasa, maka filsafat juga diartikan
sebagai teori umum pendidikan. John Dewey memandang bahwa
filsafat memiliki hubungan dengan pendidikan, karena filsafat
memiliki tugas yang sama dengan pendidikan yaitu sama-sama
memajukan kehidupan manusia. Kalau ahli filsafat lebih
memperhatikan tugas yang berkaitan dengan startegi pembentukan
manusia, sedangkan ahli pendidikan bertugas untuk lebih
memperhatikan taktik (cara) agar strategi itu menjadi terwujud dalam
kehidupan sehari-hari melalui proses kependidikan.
2. Thomson, mengartikan filsafat melihat seluruh masalah tanpa ada
batas atau implikasinya. Filsafat dipandang sebagai suatu bentuk
pemikiran yang konsekuen tanpa kenal kompromi tentang hal-hal
yang harus diungkapkansecara menyeluruh dan bulat.
Para ahli juga ada mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian
pendidikan Islam adalah antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebani,
mengartikan bahwa usaha mengubah tingkah laku individu dalam
39. kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan
kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses pendidikan.
2. Hasil Rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960,
memberikan pengertian pendidikan islam sebagai bimbingan
terhadap pertumbuhan rohani dan jasmanimenurut ajaran islam
dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan
mengawasi berlakunya semua ajaran islam.
Jadi, dari beberapa pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa filsafat
sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Karena filsafat itu ada
berdasarkan pemikiran manusia yang selalu merasa takjub melihat
sesuatu serta memiliki rasa ingin tau yang tinggi dan tidak pernah puas.
Selain itu, manusia juga membutuhkan pendidikan karena manusia pada
saat lahir membawa potensi tetapi potensi tersebut belum terpola.
Pendidikan merupakan alat pembeda antara manusia dengan makhluk-
makhluk lainnya