1. Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan konseling Solution Focused Brief Therapy (SFBT). SFBT didasarkan pada pandangan filsafat postmodern dan berfokus pada solusi daripada masalah. SFBT memandang manusia mampu membangun solusi dan tidak terpaku pada masalah.
1. 1
PENDEKATAN KONSELING SOLUTION FOCUSED BRIEF THERAPY
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Solution-focused brieftherapy merupakan salah satu teori konseling yang
berbasis postmodern. Teori postmodern didasarkan pada pemahaman filsafat
postmodern yang menyatakan bahwa kebenaran merupakan kesepakatan yang
diambil oleh masyarakat tertentu. Filsafat postmodern memandang kebenaran itu
maknanya relative bagi setiap individu dan kebenaran berada dalam diri setiap
individu, sehingga bisa dikatakan bahwa kebenaran tidaklah tunggal. Hal ini tentu
berlawanan dengan pandangan filsafat sebelum postmodern yang memandang
kebenaran adalah tunggal dan berada di luar diri individu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana falsafah pendekatan SFBT?
2. Bagaimana hakikat manusia dalam SFBT?
3. Bagaimana pandangan tentang pribadi individu?
4. Bagaimana kondisi pengubahan dalam SFBT
5. Bagaimana mekanisme pengubahan SFBT
6. Apa saja kelemahan dan kelebihan SFBT?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui falsafah pendekatan SFBT
2. Untuk mengetahui hakikat manusia dalam SFBT
3. Untuk mengetahui pandangan tentang pribadi individu
4. Untuk mengetahui kondisi pengubahan dalam SFBT
5. Untuk mengetahui mekanisme pengubahan SFBT
6. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan SFBT.
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIRI DAN PENGEMBANG
Steve de Shazer adalah salah satu pendiri SFBT (Solution-Focused Brief
Therapy). De Shazer awalnya lulus dengan gelar di bidang musik dari University
of Wisconsin di Milwaukee. Ia belajar jazz saxophone. Namun, ia adalah seorang
pembaca yang rakus, terutama tentang konsep filosofis. Salah satu buku yang ia
baca adalah Strategies of Psychoterapy oleh Jay Haley (1963).
De Shazer kembali ke University of Wisconsin dan memperoleh gelar
Masters of Science in Social Work (MSSW) pada tahun 1971. Buku-buku yang ia
baca menginspirasinya untuk menjadi psikiatris yang inovatif. Ide-ide Milton
Erickson menjadi prinsip dasar dan praktek dari solution focus. De Shazer (1985)
menyatakan, “Secara singkat, brief therapy dapat dilihat sebagai penyempurnaan
dan pengembangan prinsip-prinsip Erickson untuk memecahkan masalah klinis”.
Insoo Kim Berg juga salah satu yang ikut mendirikan SFBT yang menjadi
generasi pertama di Korea. Di Korea, ia dilatihsebagai apoteker dan ia ke Amerika
Serikat untuk melanjutkan pelatihannya. Ia diperkenalkan pada pekerjaan sosial
yang tidak ada di negara asalnya. Ia mengejar karier pada pekerjaan sosial dan
lulus pada tahun 1969 dengan gelar MSSW dari University of Wisconsin di
Milwaukee. Pada tahun 1974, Insoo bekerja di klinik terapi keluarga di
Milwaukee. Ia memiliki waktu ekstra di sana dan ia memutuskan untuk juga
bekerja di klinik yang lain daripada menggunakan waktu ekstranya untuk jalan-
jalan. Insoo bertanya pada John Weakland dan John Weakland
mempertemukannya dengan Steve. Di sinilah Steve dan Insoo bertemu. Mereka
berdua menjalani kehidupan bersama dan menjadi mitra bisnis.
B. HAKIKAT MANUSIA
SFBT mempunyai asumsi-asumsi bahwa manusia itu sehat, mampu
(kompeten), memiliki kapasitas untuk membangun, merancang ataupun
mengkonstruksikan solusi-solusi, sehingga individu tersebut tidak terus-menerus
berkutat dalam problem-problem yang sedang ia hadapi. Manusia tidak perlu
3. 3
terpaku pada masalah, namun ia lebih berfokus pada solusi, bertindak dan
mewujudkan solusi yang ia inginkan.
C. PANDANGAN TENTANG PRIBADI INDIVIDU
SFBT berdasar pada asumsi optimis menyatakan bahwa semua manusia
adalah sehat. Manusia memiliki kapasitas untuk membangun solusi-solusi,
sehingga mereka tidak terus-menerus berkutat dalam problem-problem yang
sedang ia hadapi. Tanpa memperhatikan seperti apa keadaan konseli ketika
mereka memulai konseling, Berg percaya bahwa konseli mampu dan itu
merupakan aturan dari konselor untuk membantu konseli menyadari kemampuan
yang mereka miliki (sebagaimana disebutkan oleh west, Bubenzer, Smith, &
Hamm, 1997). Menurut SFBT, tidak ada individu yang bermasalah karena
konseling ini menganut paham konstruktivistik.
D. KONDISI PENGUBAHAN
1. Tujuan Konseling
Tujuan SFBT adalah mencerminkan gagasan dasar tentang perubahan,
interaksi, dan mencapai tujuan.
Tujuan SFBT (O’Hanlon & Weiner Davis, 1989):
a. Mengubah situasi atau kerangka acuan; mengubah perbuatan situasi
yang problematis, dan menekan kekuatan konseli dan sumber daya
b. Membantu konseli mengadopsi sebuah sikap dan mengukur
pergeseran dari membicarakan masalah-masalah untuk berbicara
tentang solusi
c. Mendorong konseli untuk terlibat dalam perubahan atau berbicara
solusi tentang masalah dengan asumsi bahwa apa yang kita bicarakan
kebanyakan akan berhasil
2. Peran Konselor
Peran konselor dalam SFBT antara lain:
a. Pemandu konseli untuk mengeksplorasi kekuatan-kekuatan yang
dimilikinya dan membangun solusi.
b. Konselor SFBT menggunakan suatu posisi ”tidak mengetahui” (Not-
Knowing)
4. 4
c. Konselor berupaya menciptakan suatu iklim saling respek, saling
menghargai, dan membangun suatu dialog yang bisa menggali konseli
untuk mengembangkan kisah-kisah yang mereka pahami dan hayati
dalam kehidupan mereka
d. Konselor membantu konseli untuk membayangkan tentang bagaimana
mereka menginginkan sesuatu menjadi berubah dan apa yang akan
dilakukan untuk membuat perubahan-perubahan tersebut.
3. Peran Konseli
Konseli sepenuhnya mengambil bagian dalam proses terapeutik jika
mereka berkeinginan untuk menentukan arah dan tujuan percakapan (Walter
& Peller, 1996). Konseli dan konselor saling menghormati dan konseli bebas
untuk menciptakan dan mengeksplorasi cerita-cerita mereka yang
berkembang (Walter & Peller, 1996).
4. Situasi Hubungan
De Shazer (1988) menggambarkan tiga jenis hubungan yang dapat
dikembangkan antara Konselor dan Konseli untuk membangun SFBT:
a. Pelanggan: konseli dan konselor secara bersama-sama
mengidentifikasi masalah dan solusi. Konseli menyadari bahwa untuk
mencapai tujuannya, usaha pribadi akan diperlukan.
b. Pengadu: Konseli menggambarkan masalah tetapi tidak mampu
berperan dalam membangun sebuah solusi.
c. Pengunjung: konseli yang melakukan konseling karena orang lain
(pasangan, orangtua, guru) berpikir bahwa konseli memiliki masalah.
E. MEKANISME PENGUBAHAN
1. Tahap-tahap Konseling
a. Establishing Rapport (Menciptakan Hubungan baik)
Dalam menciptakan hubungan yang baik dengan konseli, konselor
perlu menciptakan suasana hangat, nyaman, menyenangkan, ramah
dan akrab (tetapi tidak perlu merendah, cukup pada posisi sejajar
antara konselor dengan klien), dan menghilangkan kemungkinan
situasi yang bersifat mengancam. Konselor menciptakan iklim
5. 5
saling menghormati, dialog, pertanyaan, dan penegasan di mana
konseli bebas untuk menciptakan dan mengeksplorasi cerita-cerita
yang berkemmbang dari mereka.
b. Identifiying a Solvable Complaint
Konseli diberikan kesempatan untuk menjelaskan masalah mereka.
Konselor mendengarkan dengan penuh perhatian dan teliti ketika
konseli menjawab pertanyaan konselor.
c. Establishing Goals
Konselor bekerjasama dengan Konseli dalam membangun tujuan-
tujuan yang dibentuk dengan baik dan secepat mungkin.
d. Designing an Intervention
Konselor berusaha untuk menciptakan hubungan kolaboratif untuk
membuka berbagai kemungkinan sekarang dan perubahan masa
depan. Dalam hal ini konselor ikut serta dalam menyusun
perubahan yang diinginkan oleh konseli.
e. Strategic Task That Promote Change
Konselor membantu memandu konseli dalam membuat sebuah
perubahan dari bagian masalah yang pasti menuju sebuah
dunia dengan beberapa kemungkinan yang baru. Seorang
konselor dapat mendorong dan menantang konseli untuk
menuliskan cerita yang berbeda yang dapat mengarahkan
pada akhir yang baru.
f. Identifiying & Empahasizing New Behavior and Changes
Di akhir setiap percakapan membangun-solusi (solution-building),
konselormemberikan dorongandan menyarankan apa yang
mungkin dapat diamati atau dilakukan konseli sebelum sesi
berikutnyauntuk lebih lanjut meyelesaikan permasalahannya.
6. 6
g. Stabilization
Konselor menanyakan konseli tentang saat di mana masalah-
masalah sudahtidak ada lagi atau saat permasalahan tidak terlalu
berat bagi dirinya.
h. Termination
Konselor dan konseli mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai
konseli dalam mencapai solusi-solusi yang memuaskan dengan
menggunakan suatu skala penilaian.
2. Teknik-teknik Konseling
a. Exception – Finding Question: pertanyan-pertanyan tentang saat-saat
di mana konseli bebas dari masalah
b. Miracle Questions: pertanyaan yang mengarahkan konseli
berimajinasi apa yang akan terjadi jika suatu masalah yang dialami
secara ajaib terselesaikan
c. Scalling Questions: Pertanyaan yang meminta konseli menilai kondisi
dirinya (masalah, pencapaian tujuan)
d. Coping Questions: Pertanyaan yang meminta konseli mengemukakan
pengalaman sukses dalam menangani masalah yang dihadapi
e. Compliments: Pesan tertulis yang dirancang untuk memuji
F. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN SFBT
1. Kelemahan
a. Kurangnya perhatian pada pendefinisian problem
b. Konselor adalah ahli dalam intervensi singkat, karena itu dalam waktu
relatif singkat konselor harus mampu melakukan penilaian untuk
membantu konseli memformulasikan tujuan khusus, dan secara efektif
menggunakan intervensi yang tepatterkesan prematur
c. Kredibilitas hasilnya masih dipertanyakan oleh banyak kalangan,
khususnya bagi yang meragukan efektivitas pendekatannya
d. Posisi not-knowing dapat menjadi kendala dalam seting multikultural
7. 7
2. Kelebihan
a. Pemenuhan kebutuhan dengan layanan yang cepat, efisien dan efektif
b. Manusia mampu membangun solusi yang dapat meningkatkan
kehidupannya
c. Manfaat dari terapi singkat adalah bahwa hal itu dilakukan here and
now dan mengeksplorasi pendekatan yang paling efektif dalam
menangani masalah konseli dalam mengatur waktu skala.Terapi
Singkat juga dapat membantu konseli untuk menghemat biaya
pengobatan jangka panjang.
8. 8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
SFBT (Solution-focused brief therapy) berbeda dari terapi tradisional
karena terapi ini memisahkan bagian masa lalu untuk menggantikan kedua masa,
baik masa sekarang dan masa depan. SFBT juga sangat fokus pada apa saja
kemungkinannya, memiliki sedikit ketertarikan atau tidak sama sekali dalam
pencapaian sebuah pemahaman dari suatu masalah. Menurut SFBT,tidaklah
penting untuk mengetahui penyebab dari permasalahan untuk
menyelesaikannya dan tidak adanya hubungan yang penting antara permasalahan
dan solusinya.
Tahapan konseling SFBT adalah Establishing Rapport, Identifiying a
Solvable Complaint, Establishing Goals, Designing an Intervention, Strategic
Task That Promote Change, Identifiying & Empahasizing New Behavior and
Changes, Stabilization dan Termination. Sedangkan teknik-tekniknya adalah
Exception-Finding Question, Miracle Questions, Scalling Questions, Coping
Questions, dan Compliments.
B. SARAN
Sebagai seorang calon konselor maka sebaiknya kita memahami berbagai
pendekatan konseling agar kita dapat membantu konseli dengan tepat. Konselor
dalam menggunakan konseling SFBT ini sebaiknya juga memahami konseling
yang lain agar dapat menggunakan konseling yang lainnya , sehingga konseling
yang dijalankan dapat berjalan dengan baik dan tidak bergantung pada konseling
SFBT saja.
9. 9
DAFTAR RUJUKAN
Heridha. 2009. Teori-Teori yang Berdasarkan Teori Pembelajaran, Postmodern,
Sosioekonomi, dan Pengambilan Keputusan serta Aplikasinya, (Online),
(http://heridha.wordpress.com/, diakses pada tanggal 27 April 2011).
Jofipasi. 2010. Post Modern Approaches (Pendekatan
Post Modern),(Online),(http://Post Modern Approaches (Pendekatan Post
Modern) « Jofipasi's Blog.htm diakses pada tanggal 20 November 2010).
Sampeu, Ronee. 2011. Pendekatan Postmodern, (Online), (http://www.scribd.
com/doc/38919150/Makalah-Psikoterapi-Postmodern, diakses 9 April
20011).
Simon, Joel K. 2009. Solution Focused Practice in End-of-Life and Grief
Counseling. New York : Springer Publishing Company.
Wikipedia. 2011. Solution Focused Brief Therapy, (Online), (http://en.wikipedia.
org/wiki/Solution_focused_brief_therapy, diakses 9 April 2011).