Makalah ini membahas tentang pengelolaan sumber daya alam yang lestari dan optimal untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dibahas pula prinsip-prinsip dan parameter kebijakan pengelolaan sumber daya alam, serta sistem kelembagaan yang terlibat dalam pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia.
1. MAKALAH
PENGETAHUAN LINGKUNGAN
“Sumber Daya Alam”
Disusun Oleh :
Kelompok / Kelas : IV (Empat) / 3 ID08
Nama / NPM : 1. Andre Fikri / 30412811
2. Dadang Pujo P. / 38412352
3. Neneng Suryani / 35412283
4. Panji Satrio W. / 35412649
5. Pittauli Aritonang / 35412674
6. Sandy Sulaiman / 36412817
7. Sul Hasan Bahri / 37412190
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2015
2. 1. Kebijakan Sumber Daya Alam
Sumber daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya
manusia, sumber daya alam, baik hayati maupun non hayati dan sumber daya
buatan. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
mahluk hidup lain. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Daya
dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia dan mahluk hidup lain. Daya tampung lingkungan hidup
adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Human Settlement
pada dasarnya merupakan ekosistem buatan yang dibangun di atas ekosistem
alami. Ekosistem alami merupakan hasil karya gaya-gaya asal dalam
(gaya epirogenesis dangaya orogenesis) dan gaya gaya asal luar di dalam
kerangka waktu (time frame) geologis. Ekosistem buatan dan atau pemanfaatan
sumber daya alam di dalam time frame manusia. Berlangsung perubahan
ekosistem buatan secara cepat di atas ekosistem alami yang sesungguhnya
mengalami perubahan secara lambat
1.1 Arah Kebijakan Bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Hidup dalam GHBN 1999 – 2004
Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.
Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup
dengan melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan, dengan
menerapkan teknologi ramah lingkungan. Menerapkan indikator-indikator yang
3. memungkinkan pelestarian kemampuan keterbaharuan dalam pengelolaan sumber
daya alam yang dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat
balik. Mendelegasikan secara bertahap wewenang pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam secara
selektif dan pemeliharaan lingkungan hidup sehingga kualitas ekosistem tetap
terjaga, yang diatur dengan undang-undang. Mendayagunakan sumber daya alam
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian
fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan,
kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta penataan ruang, yang
pengusahaannya diatur dengan undang-undang.
1.2 Arah kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam dalam TAP
MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam
Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dalam rangka
sinkronisasi kebijakan antarsektor yang berdasarkan prinsip-prinsip sebagaimana
dimaksud Pasal 5 Ketetapan ini. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan berbagai
sumber daya alam melalui identifikasi dan inventarisasi kualitas dan kuantitas
sumber daya alam sebagai potensi dalam pembangunan nasional. Memperluas
pemberian akses informasi kepada masyarakat mengenai potensi sumber daya
alam di daerahnya dan mendorong terwujudnya tanggung jawab sosial untuk
menggunakan teknologi ramah lingkungan termasuk teknologi tradisional.
Memperhatikan sifat dan karakteristik dari berbagai jenis sumber daya alam dan
melakukan upaya-upaya meningkatkan nilai tambah dari produk sumber daya
alam tersebut. Menyelesaikan konflik-konflik pemanfaatan sumber daya alam
yang timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa
mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan
atas prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 5 Ketetapan ini. Menyusun
strategi pemanfaatan sumber daya alam yang didasarkan pada optimalisasi
manfaat dengan memperhatikan kepentingan dan kondisi daerah maupun nasional.
4. 1.3 Parameter Kebijakan PSDA bagi Pembangunan Berkelanjutan
Reformasi pengelolaan sumber daya alam sebagai prasyarat bagi
terwujudnya pembangunan berkelanjutan dapat dinilai dengan baik apabila
terumuskan parameter yang memadai. Secara implementatif, parameter yang
dapat dirumuskan diantaranya:
1. Desentralisasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
dengan mengikuti prinsip dan pendekatan ekosistem, bukan administratif.
2. Kontrol sosial masyarakat dengan melalui pengembangan transparansi proses
pengambilan keputusan dan peran serta masyarakat . Kontrol sosial ini dapat
dimaknai pula sebagai partisipasi dan kedaulatan yang dimiliki (sebagai hak)
rakyat. Setiap orang secara sendiri-sendiri maupun berkelompok memiliki hak
yang sama dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan,
pengawasan serta evaluasi pada pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam
dan lingkungan hidup.
3. Pendekatan utuh menyeluruh atau komprehensif dalam pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup. Pada parameter ini, pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup harus menghilangkan pendekatan sektoral, namun
berbasis ekosistem dan memperhatikan keterkaitan dan saling ketergantungan
antara faktor-faktor pembentuk ekosistem dan antara satu ekosistem dengan
ekosistem lainnya.
4. Keseimbangan antara eksploitasi dengan konservasi dalam pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup sehingga tetap terjaga kelestarian dan
kualitasnya secara baik.
5. Rasa keadilan bagi rakyat dalam pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan hidup. Keadilan ini tidak semata bagi generasi sekarang semata,
tetapi juga keadilan untuk generasi mendatang sesudah kita yang memiliki hak
atas lingkungan hidup yang baik.
5. Visi Pengelolaan Sumber Daya Alam
“Terwujudnya Lingkungan Hidup yang handal dan proaktif, serta berperan dalam
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, dengan menekankan pada ekonomi
hijau”.
Misi Pengelolaan Sumber Daya Alam
1. Mewujudkan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
terintegrasi, guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan, dengan
menekankan pada ekonomi hijau;
2. Melakukan koordinasi dan kemitraan dalam rantai nilai proses pembangunan
untuk mewujudkan integrasi, sinkronisasi antara ekonomi dan ekologi dalam
pembangunan berkelanjutan;
3. Mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran sumber
daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan
hidup;
4. Melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik serta mengembangkan
kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup secara terintegrasi.
Secara umum, sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah
mewujudkan perbaikan fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya
alam yang mengarah pada pengarusutamaan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Sasaran khusus yang hendak dicapai adalah:
1. Terkendalinya pencemaran dan kerusakan lingkungan sungai, danau, pesisir
dan laut, serta air tanah;
2. Terlindunginya kelestarian fungsi lahan, keanekaragaman hayati dan ekosistem
hutan;
3. Membaiknya kualitas udara dan pengelolaan sampah serta limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3);
4. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup terintegrasi.
6. 2. Pengelolaan sumber daya alam
Pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia, dikelola oleh beberapa
pihak, baik dari pihak Pemerintah maupun Swasta. Kedua pihak saling
mendukung satu sama lain dalam membuat regulasi (peraturan) SDA, menjadi
operator pengelolaan SDA, dan saling mengontrol dalam pengelolaan SDA.
Pemanfaatan SDA, harus mengutamakan dua prinsip, yaitu optimal dan lestari.
Hal ini disebabkan karena sumber daya alam yang tersedia saat ini tidak hanya
diperuntukkan untuk generasi ini saja, tetapi juga akan digunakan untuk generasi
yang akan datang. Sekarang mari kita pelajari lebih lanjut tentang prinsip-prinsip
dalam pengelolaan sumber daya alam dan sistem kelembagaan yang ada dalam
pemanfaatan SDA.
2.1 Prinsip Optimal Pengelolaan Sumber Daya Alam
UUD 1945 pasal 33 ayat 3, menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Berdasarkan ayat tersebut, optimalisasi
dari pengelolaan sumber daya alam mutlak harus dilakukan. Optimalisasi sumber
daya alam dapat berupa pemanfaatan sumber daya alam dengan cara mengambil
kekayaan alam secara menyeluruh dengan memaksimalkan keuntungan dan
meminimalkan resiko kerugian, demi kepentingan negara dan rakyat, tetapi tetap
memperhatikan keberlanjutan sumber daya alam tersebut dikemudian hari.
Optimalisasi pengambilan sumber daya alam ini, tidak serta merta mengizinkan
untuk mengambil seluruh kekayaan alam tanpa batas dan tanpa perencanaan yang
matang, melainkan dilakukan secara arif dan bijaksana, dengan menerapkan asas
pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan masa kini, tentu saja tanpa mengorbankan hak
pemenuhan kebutuhan generasi masa mendatang. Artinya, dalam eksploitasi
kekayaan alam yang ada, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada
masa sekarang, tetapi dilakukan tanpa mengorbankan kebutuhan generasi
mendatang. Dengan demikian, anak cucu kita sebagai generasi yang akan datang
7. juga dapat merasakan dan menikmati kekayaan alam negara yang saat ini kita
rasakan.
Belakangan ini, sedang hangat dibicarakan tentang cadangan minyak bumi
dunia, terutama Indonesia, yang semakin menipis. Pemerintah telah mengadakan
beberapa langkah pencegahan, diantaranya adalah dengan mengeluarkkan
kebijakan konversi minyak tanah ke gas. Hal ini dilakukan karena menurut
penelitian para ahli, ketersediaan sumber daya alam gas bumi masih sangat
melimpah di Indonesia. Hal trsebut merupakan contoh pemanfaatan sumber daya
alam secara maksimal, namun tidak mengorbankan kebutuhan generasi
mendatang. Memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang masih
melimpah ruah dan menghemat sumber daya alam yang semakin menipis dengan
tetap memperhatikan keuntungan yang maksimal, namun kerugiannya minimal.
Berbagai pihak telah berdaya upaya untuk melakukan penghematan,
dengan menggunakan energi alternatif. Sumber energi alternatif, akan dapat
mengurangi penggunaan sumber energi tidak terbarukan seperti minyak bumi dan
batu bara. Penggunaan sumber energi alternatif juga akan dapat mengurangi
pencemaran lingkungan dan efek negatif pada SDA, seperti: air, udara, hutan, dan
lain-lain.
2.2 Prinsip Lestari Pengelolaan Sumber Daya Alam
Sumber daya alam dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Lestari
yang dimaksud disini adalah upaya pengelolaan sumber daya alam beserta
ekosistemnya dengan tujuan mempertahankan sifat dan bentuknya. Jadi, prinsip
lestari adalah segala daya upaya yang dilakukan untuk menjaga sumber daya alam
yang ada, tetap ada, baik dilihat dari sifatnya maupun dari bentuknya.
Pada tahun 1972, PBB mengadakan konferensi tentang “The Human
Environment” di Stockholm, membawa negara industri dan berkembang untuk
bersama-sama menggambarkan hak manusia dan keluarganya untuk lingkungan
yang sehat dan produktif yang mengarah pada penciptaan lembaga-lembaga
global dalam sistem PBB.
8. Dengan demikian, sumber daya alam harus senantiasa dikelola secara
seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional. Penerapan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan diseluruh sektor dan wilayah,
menjadi prasyarat utama untuk diinternalisasikan kedalam kebijakan dan
peraturan perundangan, terutama dalam mendorong investasi pembangunan
jangka menengah. Prinsip-prinsip tersebut, saling bersinergis dan melengkapi
dengan pengembangan tata pemerintahan yang baik berdasarkan pada asas
partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas yang mendorong upaya perbaikan
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Berikut
adalah contoh konsep lestari dalam pengelolaan SDA:
a. Menggunakan pupuk alami atau organic
Penggunaan pupuk alami atau pupuk organik dalam pertanian merupakan
pilihan yang sangat tepat, karena dapat menjaga kelestarian tanah. Kandungan
mineral serta zat-zat didalam pupuk organik, sangat cocok untuk menyuburkan
tanah, dan zat-zat tersebut tidak mengandung bahan kimiawi, sehingga sangat
ramah lingkungan. Oleh karenanya, kesuburan tanah yang dipupuk dengan
pupuk organik, tidak akan mudah hilang, karena selalu mengalami regenerasi
oleh jasad hidup yang terkandung didalam pupuk organik. Berbeda dengan
pupuk kimia, tidak semua dapat diuraikan oleh jasad renik didalam tanah,
sehingga dalam jangka waktu yang lama akan mengendap dan akan merusak
tanah.
b. Penggunaan pestisida sesuai kebutuhan
Dalam industri pertanian, penggunaan pestisida merupakan hal yang mutlak
dilakukan untuk mencegah serangan hama penyakit. Namun, untuk mendukung
kelestarian sumber daya alam, pestisida yang digunakan harus sesuai dengan
kebutuhan, agar residu yang dihasilkan tidak begitu banyak dan mengendap.
Sebab, jika residu yang mengendap sudah terlalu banyak pada tempat yang
sama, dapat mempengaruhi kesuburan tanah serta kualitas tanamannya sendiri,
karena terlalu banyak mengandung bahan kimia.
9. c. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring / perbukitan)
Upaya pelestarian tanah dapat kita lakukan dengan menggalakkan kegiatan
menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi), terhadap tanah yang
semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang miring posisi
tanahnya, perlu dibangun terasering atau sengkedan untuk menghambat lajunya
aliran air hujan.
d. Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme
bernapas memerlukan udara. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
udara, agar tetap bersih dan sehat, antara lain:
1. Menggalakkan penanaman pohon ataupun tanaman hias di sekitar kita.
Tanaman dapat menyerap gas-gas yang berbahaya bagi manusia, dan
mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Disamping itu,
tumbuhan juga mengeluarkan uap air sehingga kelembaban udara akan
tetap terjaga,
2. Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran,
baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin. Asap yang keluar dari
knalpot kendaraan bermotor dan cerobong asap, merupakan penyumbang
terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu
upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan
menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta
pemasangan filter pada cerobong asap pabrik,
3. Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat
merusak lapisan ozon di atsmosfer. Gas freon yang digunakan untuk
pendingin pada AC atau kulkas serta dipergunakan diberbagai produk
kosmetik, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon sehingga
mengakibatkan lapisan ozon meyusut.
e. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini,
tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan
menjadi rusak. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
10. 1. Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2. Melarang pembabatan hutan
3. Menerapkan sistem tebang-pilih dalam menebang pohon.
4. Menerapkan sistem tebang-tanam dalam kegiatan penebangan hutan
5. Menerapkan sanksi yang berat, bagi mereka yang melanggar ketentuan
mengenai pengolahan hutan.
f. Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi, merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan,
tumbuhan, dan alam sekitar. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem
tersebut, akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh sebab itu,
kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak harus diperhatikan
demi kelangsungan hidup manusia. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk menjaga kelestarian flora dan fauna diantaranya adalah: mendirikan
cagar alam dan suaka margasatwa, serta melarang kegiatan perburuan liar.
g. Pelestarian laut dan pantai
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang sangat luas dan banyak
menyimpan kekayaan alam yang melimpah. Kerusakan biota laut dan pantai,
lebih banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai,
pengrusakan hutan bakau, dan pengrusakan hutan bakaukarang di laut
merupakan kegiatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan
pantai. Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai, dapat dilakukan
dengan cara:
a. Melakukan reklamasi pantai dengan cara menanam kembali tanaman
bakau di areal sekitar pantai.
b. Melarang pengambilan batu karang yang berada disekitar pantai maupun
di dasar laut.
c. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya, dalam
mencari ikan.
11. 3. Karakteristik Ekologi Sumber Daya Alam
Untuk menjamin keberlanjutan fungsi layanan sosial-ekologi alam dan
keberlanjutan sumberdaya alam dalam cakupan wilayah yang lebih luas maka
pendekatan perencanaan SDA dengan instrumen penataan ruang harus dilakukan
dengan mempertimbangkan bentang alam dan kesatuan layanan ekosistem,
endemisme dan keterancaman kepunahan flora-fauna, aliran-aliran energi sosial
dan kultural, kesamaan sejarah dan konstelasi geo-politik wilayah. Dengan
pertimbangan-pertimbangan ini maka pilihan-pilihan atas sistem budidaya,
teknologi pemungutan/ekstraksi SDA dan pengolahan hasil harus benar-benar
mempertimbangkan keberlanjutan ekologi dari mulai tingkat ekosistem lokal
sampai ekosistem regional yang lebih luas. Dengan pendekatan ekosistem yang
diperkaya dengan perspektif kultural seperti ini tidak ada lagi “keharusan” untuk
menerapkan satu sistem PSDA untuk wilayah yang luas. Hampir bisa dipastikan
bahwa setiap ekosistem bisa jadi akan membutuhkan sistem pengelolaan SDA
yang berbeda dari ekosistem di wilayah lain.
Keberhasilan kombinasi beberapa pendekatan seperti ini membutuhkan
partisipasi politik yang tinggi dari masyarakat adat dalam proses penataan ruang
dan penentuan kebijakan pengelolaan SDA di wilayah ekosistem. Semakin tinggi
partisipasi politik dari pihak-pihak berkepentingan akan menghasilkan rencana
tata ruang yang lebih akomodatif terhadap kepentingan bersama yang “intangible”
yang dinikmati bersama oleh banyak komunitas yang tersebar di seluruh wilayah
ekosistem tersebut, seperti jasa hidrologis. Dalam konteks ini maka membangun
kapasitas masyarakat adat yang berdaulat (mandiri) harus diimbangi dengan
jaringan kesaling tergantungan (interdependency) dan jaringan saling
berhubungan antar komunitas dan antar para pihak. Untuk bisa mengelola
dinamika politik di antar para pihak yang berbeda kepentingan seperti ini
dibutuhkan tatanan organisasi birokrasi dan politik yang partisipatif demokrasi
(participatory democracy).
Kondisi seperti ini bisa diciptakan dengan pendekatan informal, misalnya
dengan membentuk “Dewan Konsultasi Multi-Pihak tentang Kebijakan Sumber
Daya Alam Wilayah atau Daerah” atau “Forum Multi-Pihak Penataan Ruang
12. Wilayah atau Daerah” yang berada di luar struktur pemerintahan tetapi secara
politis dan hukum memiliki posisi cukup kuat untuk melakukan intervensi
kebijakan. Untuk wilayah/kabupaten yang populasi masyarakat adatnya cukup
banyak, maka wakil masyarakat adat dalam lembaga seperti ini harus ada.
4. Pengertian Daya Dukung Lingkungan
Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk
mendukung perikehidupan semua makhluk hidup meliputi ketersediaan
sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar atau tersedianya cukup ruang
untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu. Keberadaan sumberdaya alam
di bumi tidak tersebar merata sehingga daya dukung lingkungan pada setiap
daerah akan berbeda-beda. Oleh karena itu pemanfaatannya harus dijaga agar
terus berkesinambungan dan tindakan eksploitasi harus dihindari. Daya dukung
lingkungan disebut juga carrying capacity yang merupakan batas atas dari
pertumbuhan suatu populasi dimana jumlah populasi tersebut tidak dapat lagi
didukung oleh sarana sumberdaya (SD) dan lingkungan yang ada. Konsep ini
berasumsi bahwa terdapat kepastian keterbatasan lingkungan yang bertumpu pada
pembangunan (Zoer aini, 1997). Adanya konsep carrying capacity (CC)
berdasarkan sebuah pemikiran bahwa lingkungan mempunyai batas kapasitas
maksimum guna mendukung pertumbuhan populasi penduduk yang berbanding
lurus dengan azas manfaatnya. Kapasitas daya tampung dibedakan atas empat
tingkatan, yaitu:
1. CC maksimum apabila SD yang tersedia telah dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan telah melebihi daya dukung SD dalam memenuhi kebutuhan
populasi penghuninya.
2. CC subsistem apabila pemanfaatan SD melebihi kapasitas daya tampung SD
akan tetapi populasi tidak optimum sehingga melebihi kebutuhan populasi.
3. CC suboptimum apabila pemanfaatan SD yang ada berada dibawah rata-rata
kebutuhan populasi.
4. CC optimum apabila kapasitas daya tampung SD berada dibawah rata-rata
kebutuhan populasi.
13. 4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung
Daya dukung berkelanjutan ditentukan oleh banyak faktor, baik faktor
biofisik maupun sosial-budaya-ekonomi. Kedua kelompok faktor ini saling
mempengaruhi. Faktor biofisik penting yang menentukan daya dukung daya
dukung berkelanjutan ialah proses ekologi yang merupakan sistem pendukung
kehidupan dan keanekaragaman jenis yang merupakan sumberdaya gen. Misalnya
hutan adalah salah satu faktor ekologi dalam sistem pendukung kehidupan. Hutan
melakukan fotosintesis menghasilkan oksigen yang kita perlukan untuk
pernafasan kita. Apabila proses fotosintesis terhenti atau menurun dengan drastis
karena hutan atau tumbuhan pada umumnya habis atau sangat berkurang,
kandungan oksigen dalam udara akan menurun dan kehidupan kita akan
terganggu. Hutan juga mempunyai fungsi orologi yaitu melindungi tata air dan
tanah dari erosi. Kerusakan hutan akan mengakibatkan rusaknya tata air dan
terjadinya erosi tanah. Erosi tanah akan menurunkan kesuburan tanah yang berarti
menurunkan produksi dan menambah biaya produksi, menyebabkan
pendangkalan sungai, waduk dan saluran irigasi; menurunkan produksi ikan dan
memperbesar bahaya banjir. Mahluk hidup secara keseluruhan merupakan sistem
dalam daur materi. Rusaknya daur materi akan mengakibatkan pencemaran. Dan
lebih hebatnya lagi , kerusakan daur materi akan mengancam kelangsungan hidup
semua mahluk hidup.
Faktor sosial budaya juga mempunyai peranan yang sangat penting,
bahkan menentukan dalam daya dukung berkelanjutan. Sebab akhirnya
manusialah yang menentukan apakah pembangunan akan berjalan terus atau
terhenti. Kemelaratan pada salah satu pihak merupakan hambatan untuk
pembangunan. Tetapi pada lain pihak kemelaratan juga merupakan cambuk untuk
perjuangan memperbaiki nasib diri sendiri. Sebaliknya kekayaan pada salah satu
pihak mengandung kekuatan untuk pembangunan.
Faktor-faktor yang dapat menentukan daya dukung lingkungan dalam
kondisi baik atau tidak antara lain adalah ketersediaan bahan baku dan energi,
akumulasi limbah dari aktivitas produksi (termasuk manajemen limbahnya) dan
tentu interaksi antar makhluk hidup yang ada didalam lingkungan.
14. 5. Keterbatasan Manusia dalam Mengelola Sumber Daya Alam
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah
dibumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi. Manusia
memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara biologis
umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara rohani manusia
dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya. Kehidupan
manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada
manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan
manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam,
dan manusia dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan
selaras dan seimbang. Menurut Paula J.C dan Jenet W.K Manusia adalah mahluk
terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas
keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan
unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.
5.1 Sumber Daya Alam dan Landasan Kebijaksanaan
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat
langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia
melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran
etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi
umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang
peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang
seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia
modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu
saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi
penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian
spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran
dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi
kehidupan sehari-hari manusia.
Warganegara atau masyarakat tentunya mempunyai hak yang sama atas
pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup yang baik dan sehat. Sehingga,
15. setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup. Selain mempunyai hak, setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan sekaligus perusakan lingkungan hidup.dari penjelasan
menunjukkan bahwa betapa pentingnya untuk terus menjaga kelestarian secara
bersinergi bagi semua pihak. Baik dari perwujudan kebijakan pemerintah dan
didukung oleh seluruh komponen masyarakat. Jika pemerintah mampu
memberikan kebijakan yang berpihak terhadap kelestarian lingkungan, maka
dengan sendirinya masyarakat juga akan mengikuti dan bahwa mendorong
terwujudnya lingkungan yang lestari dan kenyamanan.
Kelemahan manusia untuk pengelolahan sumber daya alam pada orientasi
hidup manusia modern yang cenderung materialistik dan hedonistik juga sangat
berpengaruh. Kesalahan cara pandang atau pemahaman manusia tentang sistem
lingkungannya, mempunyai andil yang sangat besar terhadap terjadinya kerusakan
lingkungan yang terjadi dunia saat ini. Cara pandang dikhotomis yang yang
dipengaruhi oleh paham antroposentrisme yang memandang bahwa alam
merupakan bagian terpisah dari manusia dan bahwa manusia adalah pusat dari
sistem alam mempunyai peran besar terhadap terjadinya kerusakan lingkungan.
Cara pandang demikian telah melahirkan perilaku yang eksploitatif dan tidak
bertanggung jawab terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungannya.
Disamping itu paham materialisme, kapitalisme dan pragmatisme dengan
kendaraan sain dan teknologi telah ikut pula mempercepat dan memperburuk
kerusakan lingkungan baik dalam lingkup global maupun lokal, termasuk di
negara kita.
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia
sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap
yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang
diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung. Nilai
tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai
nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya
akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan
16. manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana
bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi
pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
17. DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajad. 2002. Ekonomika Pembangunan: Teori, Masalah, dan
Kebijakan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Samadi S.Pd, M.si, 2006. Geografi 2. Yudhistira (Quadra) perpustakaan nasional.
Santoso Budi, 1999, “Ilmu Lingkungan Industri”, Jakarta, QX Graphic Design.
Soerjani, Mohamad, dkk. 2007. Lingkungan Hidup (The Living Environment)
Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan dan Kelangsungan Pembangunan
(Education, Envorinmental management and Sustainable Development)
Edisi Kedua.Jakarta : Yayasan Institut Pendididikan dan Pengembangan
Lingkungan (IPPL).
Sutikno & Maryunani. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam. Malang: Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya