Dokumen tersebut membahas tentang berbagai konsep berbakti kepada orangtua secara religius dan budaya, serta sikap yang tepat dalam menjalin hubungan dengan orangtua.
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA (BIRUL WALIDAIN)
1. Nama : Muhammad Taha
Nim : 20100111065
Mata kuliah : Media Pembelajaran
2. Siswa dapat mengaplikasikan konsep
berbakti kepada Orangtua
3. Siswa dapat mengetahui konsep berbakti
kepada orangtua
Siswa dapat memahami konsep berbakti
kepada orangtua
Siswa dapat mengajarkan konsep berbakti
kepada Orangtua.
4. Di Persia, pernikahan dengan mahram menjadi budaya.
Mereka meyakini bahwa hal itu untuk mendekatkan kepada
tuhan-tuhan mereka. Pada tahun 478 M Mazdak
mengembangkan ajaran kepemilikan bersama, termasuk
wanita. Akibatnya, banyak pengikut Mazdak yang
merampas harta dan memperkosa wanita yang mereka
temui.
5. Di Romawi, sejumlah kaisar terkenal dengan
kegilaan mereka, salah satunya adalah Gaius Caesar
Augustus Germanicus (lebih dikenal dengan
Caligula). Senang berzina dengan istri orang--setelah
mengancam dan memaksa suami mereka
melepasnya--juga melakukan incest (hubungan
sedarah) dengan tiga saudara perempuannya.
6. Di Jazirah Arab, para istri dan ibu tiri tak memiliki
kehormatan. Jika ditinggal mati suaminya, maka
ayahnya, saudara lelakinya atau anak lelakinya akan
menjadi ‘ahli waris’ janda tersebut dan boleh
menikahinya. Jika janda itu segera pergi ke
keluarganya, ia bebas.
7. Adalah orang yang patut dimuliakan oleh anak-anak mereka.
Allah Swt. bahkan mengingatkan kaum Muslimin akan
kewajiban berbakti kepada orangtua (Birrul Walidain). Ada
14 ayat dalam al-Quran yang membahas tentang berbakti
kepada orangtua: al-Baqarah [83; 180; 215], an-Nisaa [36], al-
An’aam [151], Ibrahim [41], al-Israa’ [23], Maryam [14], an-
Naml [19], al-’Ankabuut [8], Luqman [14], al-Ahqaf [15; 17],
Nuh [28]
Rasulullah saw. juga mewanti-wanti kaum Muslimin untuk
berbakti kepada kedua orangtua mereka. Sabda beliau:
“(Dosa besar) adalah mempersekutukan Allah, durhaka pada
kedua orang tua, membunuh manusia, dan bersaksi
palsu.”(HR Bukhari)
8. Menghormati, menyayangi, menghargai, dan merasa
bangga dengan orangtua kita sendiri.
Tidak menyakiti hatinya, tidak membencinya, dan tidak
merendahkanya.
Tetap menaruh rasa hormat, tetap menjaga hubungan
silaturahmi, dan tetap sabar meski orangtua kita tidak
sejalan pikir dan rasanya dengan kita.
9. Insya Allah dimuliakan oleh Allah Swt. dalam hidupnya.
Insya Allah hidupnya berkah karena orangtuanya akan
senantiasa mendoakannya. Sabda Rasulullah saw.: “"Tiga
macam doa yang pasti terkabulkan; doa orang tua untuk
anaknya, doa orang musafir, dan doa orang yang
teraniaya". (Silsilah al-hadits ash-Shahihah, Imam al-
Albani)
11. Jangan ada jarak di antara orangtua dan kita.
Pelajari kebiasaan orangtua kita.
Belajar mengalah demi mencapai ‘kemenangan’:
tetap terjalin silaturahmi.
Berani jujur untuk mengungkapkan keinginan kita.
Upayakan untuk menyamakan persepsi.
12. Sabar menghadapi orangtua.
Dahulukan keinginan orangtua (asal bukan hal prinsip dalam
agama).
Jagalah bahasa tubuhmu saat berkomunikasi dengan orangtua.
Siapkan saran, bukan melulu permintaan.
Andai harus bicara, pastikan tidak kasar. Sampaikan dengan
terang dan ringkas.
13. Hormati sepenuh hati. Jangan ada benci dan dendam
sedikit pun.
Jangan pernah sakiti hati mereka.
Yakinkah bahwa kita sanggup menjadi baik dan bisa
menjadi kebanggaan mereka.
Tampilkan prestasi yang nyata, bermanfaat, benar dan baik
di hadapan orangtua.
14. Besarkan peduli kita kepada orangtua kita.
Menjalin komunikasi yang sehat, benar, dan baik dengan
orangtua.
Jangan terjebak opini negatif dari orang lain tentang
orangtua dan keluarga kita sendiri.
Jalani dengan rileks dan diri kita merasa cair ketika kondisi
orangtua atau keluarga kita belum ideal. Kita tetap menaruh
empati dan simpati kepada orangtua kita.