1. IKHLAS
1. Definisi Ikhlas
Secara bahasa, Ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan
sesuatu bersih dari kotoran. Sedangkan secara istilah, Ikhlas berarti niat
mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan
yang lain. Oleh karena itu, bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika
ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah,
mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan
dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian Si
Muslim tersebut menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan
kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan
demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dan yang berkarakter seperti
itulah yang mempunyai semboyan “Allahu Ghayaatunaa”, yang artinya Allah
adalah tujuan kami, dalam segala aktivitas dalam mengisi kehidupan.
2. Kedudukan Ikhlas
Rasulullah SAW. Pernah bersabda, “ Ikhlaslah dalam beragama, cukup
bagimu amal yang sedikit.” Dalam hadist lain Rasulullah SAW. bersabda,“
Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan
mengharap ridha-Nya.” Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang
temannya,“ Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar
kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan
terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa
Jalla.” Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini,“
Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir.
Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata,“
Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para
pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin
Allah mencela orang-orang munafik.” Dari beberapa contoh hadist di atas
2. menunjukkan bahwa ikhlas itu memang sangat penting bagi umat muslim dalam
melaksanakan ibadah, karena tanpa rasa ikhlas dan hanya mengharap ridho dari
Allah SWT ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah.
Ikhlas memang tidak mudah. Akan tetapi kita harus belajar dan
mempraktekkan keihlasan itu sendiri. Demikian pula seperti yang tercantum
dalam hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Sesunggunhnya Allah telah berfirman:
Aku sangat tidak butuh kepada sekutu, barang siapa yang mengerjakan suatu
amalan yang dia menyekutukanKu di dalamnya maka akan Aku tinggalkan dia
dan sekutunya" (HR. Muslim).
3. Ciri-Ciri Orang Ikhlas
Terjaga dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT, baik sedang
bersama dengan manusia atau sendiri. Disebutkan dalam hadits,“ Aku
beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan
kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya
seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu,
dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu.
Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan
Allah.” (HR Ibnu Majah)
Senantiasa beramal di jalan Allah SWT baik dalam keadaan sendiri atau
bersama orang orang lain, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib
r.a. berkata,“ Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan
rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika
dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”
Selalu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT dan selalu
bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Mudah memaafkan kesalahan orang lain.
3. 4. Pengelompokan Ikhlas
Iklhas Mubtadi’ : Yakni orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam
hatinya terbesit keinginan pada dunia. Ibadahnya dilakukan hanya untuk
menghilangkan kesulitan dan kebingunan. Ia melaksanakan shalat tahajud dan
bersedekah karena ingin usahanya berhasil. Ciri orang yang mubtadi’ bisa
terlihat dari cara dia beribadah. Orang yang hanya beribadah ketika sedang
butuh biasanya ia tidak akan istiqamah. Ia beribadah ketika ada kebutuhan.
Jika kebutuhannya sudah terpenuhi, ibadahnyapun akan berhenti.
Ikhlas Abid : Yakni orang yang beramal karena Allah dan hatinya bersih dari
riya’ serta keinginan dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena Allah dan demi
meraih kebahagiaan akhirat, menggapai surga, takut neraka, dengan dibarengi
keyakinan bahwa amal ini bisa menyelamatkan dirinya dari siksaan api neraka.
Ibadah seorang abid ini cenderung berkesinambungan, tetapi ia tidak
mengetahui mana yang harus dilakukan dengan segera (mudhayyaq) dan
mana yang bisa diakhirkan (muwassa’), serta mana yang penting dan lebih
penting. Ia menganggap semua ibadah itu adalah sama.
Ikhlas Muhibb : Yakni orang yang beribadah hanya karena Allah, bukan ingin
surga atau takut neraka. Semuanya dilakukan karena bakti dan memenuhi
perintah dan mengagungkan-Nya.
Ikhlas Arif, yaitu orang yang dalam ibadahnya memiliki perasaan bahwa ia
digerakkan Allah. Ia merasa bahwa yang beribadah itu bukanlah dirinya. Ia
hanya menyaksikan ia sedang digerakkan Allah karena memiliki keyakinan
bahwa tidak memiliki daya dan upaya melaksanakan ketaatan dan
meninggalkan kemaksiatan. Semuanya berjalan atas kehendak Allah.
5. Cara Mencapai Ikhlas
Cara agar kita dapat mancapai rasa ikhlas adalah dengan
mengosongkan pikiran dissat kita sedang beribadah kepada Allah SWT. Kita
hanya memikirkan Allah, shalat untuk Allah, zikir untuk Allah, semua amal yang
kita lakukan hanya untuk Allah. Lupakan semua urusan duniawi, kita hanya
tertuju pada Allah. Jangan munculkan ras riya’ atau sombong di dalam diri kita
karena kita tidak berdaya di hadapan Allah SWT. Rasakanlah Allah berada di
4. hadapan kita dan sedang menyaksikan kita. Insya Allah dengan cara di atas anda
dapat mencapai ikhlas. Dan jangan lupa untuk berdoa memohon kepada Allah
SWT agar kita dapat beribadah secara ikhlas untuk-Nya, sebagaimana do’ a Nabi
Ibrahim a.s,” Sesungguhnya jika Rabb-ku tidak memberi hidayah kepadaku,
pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. al An'aam: 77).
6. Dalil mengenai Ikhlas
Dalam agama, ikhlas kepada Allah berarti berusaha mendapatkan
keridhaan Allah dan kepuasan-Nya tanpa mengharapkan keuntungan pribadi
lainnya. Dalam perbuatan dan ibadahnya, seorang mukmin sejati tidak pernah
berusaha untuk mendapatkan cinta, kepuasan, penghargaan, perhatian, dan
pujian dari siapa pun kecuali Allah. Adanya keinginan untuk mendapatkan semua
itu dari manusia adalah tanda bahwa ia gagal menghadapkan wajahnya kepada
Allah dengan keikhlasan dan kesucian. Dalam kenyataan, kita sering menemukan
orang yang “melakukan perbuatan-perbuatan baik atau melakukan ibadah untuk
tujuan-tujuan lain selain mendapatkan keridhaan Allah”. Sebagai contoh, ada
orang yang menyombongkan diri karena menolong kaum miskin atau bermaksud
mendapatkan kehormatan saat ia melakukan perintah agama yang penting,
seperti shalat.
Hadits tentang ikhlas
أ طع : سْأ اَُعَرْساعََِْ أعى صَ ع عل يَ ع سِ رَ عيْااَِْ : اََْط أعرْأيَْ ع اعلْ اعاْط لَْْ عََ أْ يَأر ع نَْا أَْ أيَ عَْ أْيَِ عمَِْْعُلا رْ عأَِعَ عَْن
عََتْط عََ أرََْ ا اعنأكا يْطعع، عََتْط عََ أرََْ ا اع أنْصع أع رِْْسانَِأ أعأِْ رََْ ا اع أنْصع أع رِْْسانَِأ أ . وَْلَْ طاعَأطِن أِّيَطأعَ أ طعنأتاأعَِّ أرم ع طع اِْ
ياأىيَا طع عَِْ رْ مْعِيْ أتا طعأِْ رََْ ا اع أنْصع طع ط رَْْع أنْيَ أ
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata:
Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap
orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya
5. karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia
yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya
(akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al
Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin
Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan
kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .
Diantara Ayat-Ayat Al-Qur’an عTentang عIkhlas
Ayat-Ayat Perintah Agar Ikhlas
Allah Ta’aala berfirman:
“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan
(membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari
syirik).” (QS. Az-Zumar: 2-3).
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama.” (QS. Az -
Zumar: 2-3).
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5).
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS. Al-An’aam: 162-163).
6. Sumber :
- http://abufarras.blogspot.com/2013/03/arti-makna-ikhlas.html
- http://remajabertakwa.blogspot.com/2012/01/dalil-dan-hadist-ikhlas
- http://pendidikan-islamic.blogspot.com/2013/05/ikhlas-kunci-amal-ikhlas-ikhlas-
menurut.html
- http://alfada-network.blogspot.com/2013/03/belajar-sabar-dan-ikhlas-menurut-islam.
html
- http://www.kajianislam.net/2008/10/diantara-ayat-ayat-al-qur-an-tentang-ikhlas/