Penelitian tentang perbaikan arsitektur bisnis pada divisi marketing menggunakan Business Process Management Common Body Of Knowledge (BPM CBOK) dilakukan untuk menciptakan suatu arsitektur bisnis yang baik terutama pada divisi marketing. Hasil penelitian ini merupakan usulan perbaikan arsitektur bisnis yang efisien, efektif.
Kelompok 10 mpb analisis implementasi manajemen mutu dan dampaknya pada kual...
Analisis Arsitektur Bisnis Dengan BPM CBOK
1. Prosiding Seminar RiTekTra 2014 ISBN : xxxxxxxxxxxxxxxx
ANALISIS PERBAIKAN ARSITEKTUR BISNIS PADA BAGIAN
MARKETING DENGAN MENGGUNAKAN BPM CBOK
Feliks Prasepta S. Surbakti1, Stefanus Agusta2
Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering,
Atma Jaya Indonesia Catholic University, Jakarta, Indonesia
1feliks.prasepta@atmajaya.ac.id;2stefanus.agusta@yahoo.com
Abstrak — Penelitian tentang perbaikan arsitektur bisnis di
PT. Bina Busana Internusa pada divisi marketing
menggunakan Business Process Management Common Body Of
Knowledge (BPM CBOK) dilakukan untuk menciptakan suatu
arsitektur bisnis yang baik terutama pada divisi marketing.
Hasil penelitian ini merupakan usulan perbaikan arsitektur
bisnis yang efisien, efektif dan berguna bagi divisi marketing
PT. Bina Busana Internusa. Diharapkan hasil penelitian ini
menjadi rekomendasi untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Kata kunci — Peta Strategi, Peta Operasional, Arsitektur
Bisnis, BPM CBOK.
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini, berbagai kemajuan pesat di bidang industri,
baik industri manufaktur maupun jasa, mensyaratkan
perusahaan yang berkembang sejalan dengan kemajuan
tersebut, yang berarti operasional organisasi menjadi kian
kompleks.Perkembangan di dibidang industri diikuti oleh
perkembangan bisnis bahkan setiap kegiatan unit bisnis di
dalamnya dan menjadi t idak efekt if seiring dengan
perkembangan yang pesat saat ini.
Perkembangan dunia bisnis yang kompetit if saat ini
menyebabkan timbulnya kebutuhan bagi perusahaan untuk
terus meningkatkan kinerja perusahaannya. Proses bisnis
yang di dalamnya merupakan segala aktifitas yang
dilakukan oleh unit bisnis ini, tentu saja adalah sebuah
prosedur serta seluruh kebijakan dan otoritas terkait di
dalam proses bisnis tersebut guna mencapai apa yang
menjadi sasaran perusahaan.
Di sisi lain, perubahan lingkungan bisnis ekternal
pada umumnya membawa dampak secara tidak langsung
terhadap keberadaan suatu organisasi. Besar kecilnya
pengaruh dari perubahan dalam lingkungan bisnis akan
sangat tergantung dari kemampuan pihak manajemen untuk
memprediksi dan membuat kebijakan yang mengantisipasi
perubahan sehingga dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan tersebut dapat diminimalisir.
Perusahaan yang selama ini berfokus terhadap
pasar domestik, kini dituntut untuk bersaing dengan pasar
global. Perubahan mendasar tersebut membuat seluruh
organisasi bisnis dan keterkaitannya dengan lingkungan
internal maupun eksternal harus menelaah kembali
kesesuaian, efektivitas dan efisiensi proses bisnis yang
terjadi di perusahaan.
Era perdagangan bebas ini berdampak kepada
seluruh perusahaan yang ada secara global dan
meningkatkan tingkat persaingan yang sebelumnya dinilai
cukup kompetit if dalam skala nasional menjadi
hiperkompetit if karena perubahan mindset dan fokus setiap
perusahaan untuk melakukan penyesuaian dan peningkatan
performa secara terus menerus sehingga secara tidak
langsung standar performa yang berujung kepada
profitabilitas sendiri akan meningkat tajam
Dalam era globalisasi, terdapat beberapa perubahan
mendasar yang akan terjadi dalam lingkungan bisnis.
Perubahan yang mendasar tersebut mampu membawa
konsekuensi yang sangat besar terhadap proses dan aktivitas
bisnis sebuah organisasi. Secara umum, perusahaan akan
dituntut untuk lebih berorientasi secara global dalam
melakukan aktivitasnya, hal ini berarti setiap aktivitas yang
terjadi di perusahaan tersebut harus mampu menunjang
kepada tujuan global.
II. LANDASAN TEORI
Arsitektur Bisnis merupakan suatu rancangan proses
bisnis sebuah perusahaan yang menggambarkan hubungan
keterkaitan antara berbagai tujuan strategis perusahaan
seperti misi, visi, value dalam sebuah strategic map dengan
penggambaran yang lebih lanjut, termasuk didalamnya
rumusan penawaran nilai produk dan jasa untuk
pelanggannya dan rangkaian proses bisnisnya.
Arsitektur bisnis merupakan landasan utama
organisasi dan operasional (sistem & proses kerja) di sebuah
perusahaan, lengkap dengan komponen-komponen kerjanya
yang terhubung satu sama lain, termasuk dengan
lingkungannya disertai dengan prinsip-prinsip penggunaan
dan perbaikannya. Dengan kata lain, arsitektur bisnis
merupakan blue print dari bisnis perusahaan untuk
penyelenggaraan atau operasional perusahaan secara
komprehensif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, atau
eksekusi, evaluasi, dan perbaikan atau yang biasa dikenal
dengan PDCA (Plan, Do, Check, & Action).
Menurut Mathias Thayib (2008) Arsitektur Bisnis
adalah rancangan jangka panjang pada perusahaan yang
terstruktur, terintegrasi dan memiliki hubungan sebab akibat
mulai dari tujuan strategis sampai pada aktivitas
operasional, untuk menciptakan produk dan jasa perusahaan
yang memiliki keunikan sehingga tidak mudah dit iru oleh
pihak lain.
Menurut Porter (1996) Strategi Perusahaan adalah
dimana dan bagaimana perusahaan harus mencapai
keunikannya untuk memenangkan persaingan yang
berkelanjutan.
Arsitektur Bisnis merupakan kerangka kerja praktis
yang bersifat logis dan terstruktur dan mudah dipahami oleh
banyak pihak berdasarkan pengetahuan dasar atas Balanced
2. Prosiding Seminar RiTekTra 2014 ISBN : xxxxxxxxxxxxxxxx
Scorecard, Strategic Map, Value Chain, Business Process
dan Fishbone Diagram.
Dengan Arsitektur Bisnis akan terlihat dengan jelas
hubungan yang saling terkait dan terintegrasi antara tujuan
strategis perusahaan yang biasa dirumuskan dalam bentuk
Misi, Visi dan Nilai perusahaan dengan pekerjaan
operasional dilapangan maupun dilantai pabrik yang
dilakukan karyawan.
Gambar 1. Rancangan Arsitektur Bisnis
Menurut Rosdaya Manajemen Proses
Bisnis (BPM) adalah sebuah pendekatan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi melalui
pembangunan otomatisasi proses dan ketangkasan untuk
mengelola perubahan. BPM membantu perusahaan dalam
mengawasi dan mengontrol seluruh elemen pada proses
bisnis, seperti karyawan, pelanggan, pemasok, dan
workflow. BPM meningkatkan kualitas proses bisnis
melalui penyediaan mekanisme feedback yang lebih baik.
Review yang berkesinambungan dan real-time akan
membantu perusahaan dalam mengidentifikasi masalah dan
kemudian mengatasinya secara lebih cepat sebelum masalah
tersebut berkembang menjadi lebih besar.
Untuk mengimbangi lingkungan yang kompetitif
dan terus berkembang dan berubah, sangat lah penting untuk
memegang teguh konsep “continuous imp rovement” atau
perbaikan terus menerus menuju kesempurnaan. Organisasi
harus memiliki fleksibilitas dan kelincahan untuk
menangani perubahan perubahan seperti kebutuhan
pelanggan yang terus berubah, perkembangan teknologi,
karyawan, dan perusahaan juga harus efektif dan efisien
agar dapat mengembangkan bisnisnya dalam jangka
menengah maupun jangka panjang. Bisnis dan teknologi
juga harus bergabung dan berjalan bersamaan untuk
mencapai optimasi dengan bahasa dan tujuan yang sama
Kegiatan pengelolaan proses bisnis dapat
dikelompokkan menjadi enam kategori: visi, desain,
pemodelan, pelaksanaan, pemantauan, dan optimasi. Fungsi
yang dirancang di sekitar visi strategis dan tujuan dari suatu
organisasi. Setiap fungsi terpasang dengan daftar proses.
Setiap kepala fungsional dalam suatu organisasi
bertanggung jawab untuk set tertentu proses terdiri dari
tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan dilaporkan sesuai
dengan yang direncanakan.
Beberapa proses dikumpulkan untuk fungsi prestasi
dan beberapa fungsi dikumpulkan untuk mencapai tujuan
organisasi. Siklus BPM meliputi:
• Process Modeling
Modeling mengambil desain teorit is dan memperkenalkan
kombinasi variabel (misalnya, perubahan sewa atau biaya
bahan, yang menentukan bagaimana proses bisa beroperasi
dalam keadaan yang berbeda).
• Process Design
Proses Desain meliputi baik identifikasi pros es yang ada
dan desain “to-be” proses.
Desain yang baik mengurangi jumlah masalah selama
masa proses. Apakah atau tidak proses yang ada dianggap,
tujuan dari langkah ini adalah untuk memastikan bahwa
desain teoritis yang benar dan efisien disiapkan.
• Process Analysis
Pendekatan lain adalah dengan menggunakan kombinasi
perangkat lunak dan campur tangan manusia, namun
pendekatan ini lebih kompleks. Aturan bisnis telah
digunakan oleh sistem untuk memberikan definisi untuk
mengatur perilaku, dan mesin aturan bisnis dapat digunakan
untuk mendorong proses eksekusi dan resolusi.
• Process Performance Management
Pemantauan meliputi pelacakan proses individu, sehingga
informasi tentang kinerja mereka dapat dengan mudah
dilihat, dan statistik terhadap kinerja satu atau lebih proses
dapat disediakan.
Selain itu, informasi ini dapat digunakan untuk bekerja
dengan pelanggan dan pemasok untuk meningkatkan proses
mereka terhubung. Contoh statistik adalah generasi tindakan
pada seberapa cepat pesanan pelanggan diproses atau berapa
banyak pesanan yang diproses di bulan lalu. Langkah-langkah
ini cenderung masuk ke dalam tiga kategori yaitu:
waktu siklus, tingkat kecacatan dan produktivitas.
• Process Transformation and Optimization
Optimasi termasuk proses mengambil informasi kinerja
proses dari pemodelan
Proses Modeling
Proses Analisis Proses Design
Gambar 2. Tahapan BPM
Proses Kinerja
Management
III. METODE PENELITIAN
Proses
Transformasi
Dalam melakukan suatu penelitian, terdapat beberapa
rangkaian aktivitas yang tersusun secara berurutan.
Rangkaian aktivitas ini perlu disusun dengan baik agar
penelitian dapat berjalan dengan lancar dan hambatan –
hambatan dapat dihindari. Bagian metodologi ini berisi
penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam tahap –
tahap penelitian, mencakup pula hal teknis yang berkaitan
dengan penelitian.
3. Prosiding Seminar RiTekTra 2014 ISBN : xxxxxxxxxxxxxxxx
Identifikasi
Permasalahan
Studi
Pendahuluan
Pemetaan BPM CBOK
Gambar 3. Skema Metodologi Penelitian
IV. PENGUMPULAN DATA
PT. Bina Busana Internusa 2 didirikan pada tanggal 10
November 1989 oleh inisiat if dari PT. Astra Export
Company yang didukung sepenuhnya oleh T.P. Rachmat.
PT. Bina Busana Internusa 2 memulai produksi dengan
hanya menggunakan 2 line production yang terfokus pada
pemesanan seragam rumah sakit yang dipesan oleh Nagai –
Japan. PT. Bina Busana Intrenusa bekerja sungguh-sungguh
terhadap pesanan yang diberikan oleh Nagai – Japan serta
memberikan usaha terbaik untuk menyesuaikan semua
persyaratan standar kualitas dan waktu pengiriman agar
tepat waktu. Meskipun persyaratan yang diberikan terlihat
sangat sederhana, namun pada kenyataannya persyaratan
yang diberikan tersebut tidak demikian sederhana, karena
pemenuhan persyaratan yang diberikan membutuhkan
konsentrasi penuh mengenai kerapihan dari hasil jahitan,
kebersihan produk sampai di tangan konsumen, dan standar
kualitas yang tinggi untuk setiap produk. Berdasarkan
standar kualitas yang tinggi dari PT. Bina Busana Internusa,
Nagai – Japan setuju untuk memberikan kontrak jangka
panjang untuk memproduksi produk Nagai – Japan, karena
hal tersebut PT. Bina Busana Internusa 2 dapat
mengembangkan line production menjadi 8 line pada tahun
1996.
Sejak Tahun 2006, PT. Bina Busana Internusa 2
menjadi bagian dari Triputra Group dan juga memperkuat
posisi PT. Bina Busana Internusa 2. Triputra Group
memberikan system pengelolan yang memimpin dan juga
mengarahakan visi dan misi yang lebih jelas bagi PT. Bina
Busana Internusa 2 dan juga bagi pegawai, system
manajeman dari atas langsung menuju kebawahan.
Perusahaan memiliki visi, misi, kebijakan mutu,
keselamatan, kesehatan kerja, nilai dan strategi sebagai
berikut.
VISI
PT. Bina Busana Internusa 2 memiliki visi untuk menjadi
perusahaan kelas dunia melalui kualitas, layanan,
fleksibilitas, serta kemitraan life time.
MISI
PT. Bina Busana Internusa 2 memiliki misi sebagai
perusahaan yang berkomitmen untuk menjadi perusahaan
yang berhasrat dan peduli masyarakat dengan cara
memberikan produk pakaian yang berkualitas guna
memuaskan konsumen.
Kebijakan manejemen ini berlaku untuk semua pegawai
dan pihak ket iga yang melakukan kegiatan di dalam PT.
Bina Busana Internusa 2, serta dilakukan proses peninjaunan
secara teratur dan berkala.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, berikut
adalah data input dan output proses bisnis guna mengetahui
batasan secara jelas cakupan proses yang akan dikaji lebih
lanjut dalam pengolahan data :
Bagian Input Ouput
Chief Marketing
Officer
Negosiasi, pencarian
buyer
Penanganan order
Marketing Officer Penanganan order Pemilihan order
Mkt Uniform Penerimaan order Proses order
Mkt Fashion Penerimaan order Proses order
MD Uniform Pembuatan plan model Plan model
MD Fashion Pembuatan plan model Plan model
MD Knitting Proses plan model Pengiriman ke bag.
produksi
Tabel 1 Input-Output Proses Bisnis Divisi Marketing
V. PENGOLAHAN DATA
Dalam proses perbaikan arsitektur bisnis, dilakukan
tahapan-tahapan seperti :
Langkah 1 : Membuat peta strategi.
Langkah 2 : Membuat peta operasional.
Langkah 3 : Melakukan proses BPM CBOK.
Langkah 4 : Membuat usulan perbaikan.
Dalam penelit ian kali ini, peneliti membuat peta strategi
pada divisi marketing:
Penerjemahan Visi dan Misi
Perusahaan
Pemetaan Strategy Map
Pemetaan Peta Operasional
Pengolahan Data
Latar Belakang
Masalah
Perumusan dan
Pembatasan
Masalah
Tujuan
Penelitian
Studi Pendahuluan Studi Literatur
Proses :
1 . Wawancara
2 . Data Perusahaan
3 . Observasi
Data Yang Diperlukan :
1 . Gambaran umum perusahaan
2 . Job Description perusahaan
3 . Data wawancara bagian Marketing perusahaan
4 . Data input dan output perusahaan
Pengumpulan
Data
Analisa Arsitektur
Bisnis Sekarang
dan Perbaikan
Analaisa Model
BPM CBOK
Analisa
Kesimpulan
&
Saran
Pengukuran dilihat dari
Balanced Scorecard
Proses Penilaian Perbaikan
Proses
Model
Proses
Design
Proses
Analisis
Proses Kinerja
Management
Proses
Transformasi
4. Prosiding Seminar RiTekTra 2014 ISBN : xxxxxxxxxxxxxxxx
NILAI
KEUANGAN
Sumber-sumber
dana
PELANGGAN
Kepercayaan
Konsumen dan
Klien
Penanganan
PROSES INTERNAL BISNIS
Gambar 4. Peta Strategi
Peningkatan Profit
Efisiensi
Setelah membuat peta strategi, kemudian penelit i
membuat peta operasional hubungan proses utama dengan
proses pendukung:
Gambar 5 Peta Operasional
Penanganan order
Pengelolaan keuangan
Sistem informasi
Setelah membuat peta strategi dan peta operasional,
peneliti menerapkan ke dalam proses BPM CBOK:
1. Proses Modelling
Gambar 6. Modelling Marketing
2. Proses Analisis
Setelah mengetahui terdapat beberapa proses utama
yang menjadi masalah, terdapat dua proses cara untuk
mengganti proses yang berkaitan pada divisi marketing.
Berikut adalah ide perbaikan untuk divisi marketing agar
kedepannya lebih baik:
Ide I : Pengeliminasian Proses Utama
Pada proses ini proses eksekusi kerja dan proses
pengiriman harus segera dihilangkan atau dapat digantikan
agar lebih memaksimalkan divisi yang lain sehingga divisi
market ing bisa juga lebih fokus terhadap pekerjaannya,
terlebih divisi marketing harus bisa memperkiraan waktu
dalam proses pengerjaan produksi.
Ide II : Subtitusi Proses Utama
Pada proses ini, proses pengurutan proses utama
harus dirubah hal ini bertujuan untuk mengefisienkan
kinerja divisi market ing. Divisi marketing merupakan divisi
yang paling utama dalam perusahaan PT. Bina Busana
Internusa 2 ini. Dalam divisi market ing juga masih banyak
terdapat pekerjaan ganda sehingga dapat memakan banyak
waktu dalam pengerjaan prosesnya. Hal ini perlu perbaikan
perubahan urutan proses utama untuk memudahkan kinerja
divisi marketing.
3. Proses Design
Gambar 7 Perbaikan I
Penerimaan
buyer
Gambar 8. Perbaikan 2
Penagihan
Perundingan
konsep kerja
Negosiasi
penjualan
Management
Development
Penanganan order
Pengelolaan keuangan
Sistem informasi
Pengadaan dan pengeluaran barang
Penanganan order
Pengelolaan keuangan
Sistem informasi
Internal audit
Penerimaan
buyer
Perundingan
konsep kerja
Penagihan
Pengadaan dan pengeluaran barang
Internal audit
Marketing
Mkt Fashion MD Fashion
Mkt Uniform MD Uniform MD Knitting
Penerimaan
buyer
Pengiriman
Eksekusi
kerja
Perundingan
konsep kerja
Penagihan
Pengadaan dan pengeluaran barang
Internal audit / penanganan customer
PEMBELAJARAN dan PERTUMBUHAN
Sikap dan
Keterampilan
Produk yang
nyaman
Kesesuaian
Design Model
Kesesuaian Model
produk
Kepuasan
Pelanggan
Terhadap Produk
Perundingan
Fee
Proses
Negosiasi
Penangan
Order
Pencarian
Klien
Kinerja Karyawan Produktivitas Kerja
Sistem
Informasi
5. Prosiding Seminar RiTekTra 2014 ISBN : xxxxxxxxxxxxxxxx
4. Proses Kinerja Management
Dalam tahap ini dilihat kinerja management dari
divisi marketing, dengan melihat suatu tugas lama dengan
tugas yang baru. Proses kinerja management ini disebut juga
sebagai proses evaluasi kinerja pada individu, kelompok
atau organisasi. Tahapan ini menjadi sangat penting dari
tahapan BPM CBOK karena dengan melihat kinerja dari
divisi marketing dapat dilihat perbandingan kinerja proses
lama dengan proses perbaikannya.
5. Proses Transformasi
Dalam proses transformasi ini akan diaplikasikan
di perusahaan. Menurut peneliti dengan memperbaiki sistem
arsitektur bisnis yang terjadi dapat memperbaiki sistem,
jobdesk serta pemanfaatan lainnya dalam divisi marketing.
Perbedaan dalam proses kerja yang lama dapat dilihat
bahwa divisi marketing masih banyak ikut terlibat dalam
proses produksi hingga pengiriman.
Menurut peneliti hal tersebut akan membuat
pekerjaan pada divisi marketing semakin banyak, hal
tersebut dapat menghambat kinerja divisi lainnya. Dengan
mengurangi proses kegiatan utama atau dengan mengganti
proses kegiatan utama serta proses pendukung diharapkan
pada divisi marketing dapat berjalan dengan baik.
V. ANALISA
Proses analisis disini yaitu akan di menganalisis proses
perbaikan arsitektur bisnis pada divisi marketing. Hal yang
dilakukan pada proses perbaikan arsitektur dengan
menggunakan metode BPM CBOK. Dengan penggunaan
BPM CBOK diharapkan proses -proses pada divisi
market ing yang menghambat dapat dihilangkan, dan proses
yang menghambat dapat segera diperbaiki. Dengan
penggunaan metode BPM CBOK dengan menempatkan
model fishbone diagram. Dapat dilihat juga ada dua proses
utama pada divisi marketing yang menurut peneliti tidak
efisien dan perlu diperbaiki sistem arsitektur bisnis pada
divisi marketing.
Perbaikan arsitektur bisnis pada divisi marketing
dapat menambah nilai pada divisi-divisi lainnya. Perbaikan
ini diharapkan meningkatkan kinerja dari divisi marketing,
dan juga berdampak positif bagi divisi lainnya. Perbaikan
arsitektur bisnis yang telah diperbaiki lebih efisien dalam
segi waktu dan efektif menurut perspektif peneliti untuk
proses bisnis produksi pakaian.
Tabel 2 Perbandingan Kinerja
Divisi/Pekerjaan Kinerja Lama Kinerja Baru
Pengadaan dan
Pengeluaran Barang
Mencari buyer,
negosiasi dengan
buyer, merundingkan
kerjasama
Tidak mencari buyer,
hanya melakukan
negosiasi
Perundingan Bentuk
Model
Membahas model
bersama buyer,.
membuat kesepakatan
kerja
Membahas model
bersama klien,
pembahasan
pembayaran dilakukan
Eksekusi Kerja Mengambil bagian
dalam produksi
produk.
Tidak mengambil
bagian dalam kegiatan
produksi, merancang
model tetap dilakukan
pihak marketing
Penagihan Melakukan penagihan
ke pihak buyer,
menyiapkan form
pembayaran,
menyiapkan laporan
Menyiapkan laporan-laporan
keuangan,
semua form penagihan
sudah dilakukan pihak
sebelumnya, menelpon
pihak buyer
Pengiriman Bagian marketing
masih mengambil
bagian untuk
pengiriman
Tidak mengambil
bagian, semua sudah
dikerjakan dari awal
hanya membuat
laporan keuangan
setelah diterima
pengiriman barang
VI. KESIMPULAN
Arsitektur bisnis diterapkan sebagai penyempurnaan
sistem operasi divisi marketing. Dari arsitektur bisnis
perusahaan dapat melihat lebih jelas mengenai proses bisnis
internal dan kegiatan proses yang lebih detail sehingga dapat
mengetahui kegiata-kegiatan apa saja yang berpengaruh
terhadap kinerja proses bisnisnya serta indikator yang
berpengaruh.
Dengan perbaikan arsitektur bisnis pada divisi
Marketing, dapat mengetahui pembagian tugas dan
tanggung jawab dari setiap proses yang ada sehingga
eksekutif perusahaan dapat mengontrol jalan proses dengan
lebih baik.
Dengan penerapan metode BPM CBOK
diharapkan dapat memberi perubahan arsitektur bisnis pada
kinerja divisi Marketing.
Perbaikan arsitektur bisnis yang dibuat bukan
hanya bersifat operasional semata, namun secara
keseluruhan memberikan saran untuk segala hal terkait
arsitektur bisnis sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
[1] 1. ABPMP. 2009. Guide to the business process
management common body of knowledge (CBOK). USA,
Terre Haute Indiana dari http://www.abpmp.org (diakses
tanggal 23 Januari 2014)
[2] Davenport, T. 1993. Process innovation: Reengineering work
through information technology. Boston: Harvard Business
School Press.
Dunamis. 2013. Succesful implementation of knowledge
management in Indonesia. Jakarta: PT. Dunamis Intra Sarana.
[3] Indra. 2012. Rancangan perbaikan proses bisnis pemasaran
teh, kopi dan kakao pada PT. Khasrisma Pemasaran Bersama
Nusantara. Jakarta: Universitas Katolik Atmajaya.
[4] Kaplan, Robert S., Norton, D.P. 1992. The Balanced
Scorecard : Measures That Drive Performance. Harvard
Bussines Review
[5] Kaplan, Robert S., Norton, D.P. 1996. Using the Balanced
Scorecard as a Strategic Management System. Harvard
Bussines Review.
6. Prosiding Seminar RiTekTra 2014 ISBN : xxxxxxxxxxxxxxxx
[6] Ridzky. 2012. Perancangan arsitektur bisnis dan pengukuran
kinerja berbasis balanced scorecard pada PT. Galang Kreasi
Sempurna. Jakarta: Universitas katolik Atmajaya.
[7] Rosdaya, R. 2005. Manfaat penerapan metode balanced
scorecard dalam penilaian kinerja perusahaan.. Bandung:
Universitas Widyatama.
[8] Sulianta, S., Kurniali, S. 2011. Membangun perusahaan
unggulan dengan bpm. Jakarta: Elex Media Komputindo.
[9] Thayib, M. 2012. Modul pelatihan perancangan arsitektur
bisnis. Alomet and Friends.
[10] Teja, H. 2011. Penerapan arsitektur bisnis pada pengelolaan
universitas. Jurnal Teknik Industri.
[11] Yunis, R., Surendro, K., Telaumbauna, K. 2010. Arsitektur
bisnis: Pemodelan proses bisnis dengan object oriented.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.