SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
 
1 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suarjaya, (2010) berpendapat: tekanan stratejik membutuhkan pemikiran
yang integratif/menyeluruh, sehingga mampu mengindentifikasi dan memecahkan
masalah dari sudut pandang yang bersifat lintas fungsi (cross functional 
). Fungsi
 bisnis sering diidentifikasi sebagai pemasaran, produksi, keuangan, akuntasi dan
controllership. Fungsi tersebut bukan dipandang sebagai permasalahan, seperti
  permasalah produksi, permasalahan pemasaran dan permasalahan akuntansi dan
keuangan, pendekatan yang menyeluruh/integratif menggabungkan keahlian dari
semua fungsi secara simultan dengan menggunakan tim yang bersifat lintas
fungsi.
Pendekatan yang integratif diperlukan dalam lingkungan yang dinamis dan
kompetitif. Perhatian perusahaan difokuskan pada pemuasan kebutuhan
  pelanggan, dan semua sumber daya perusahaan, dari semua fungsi, diarahkan
untuk tujuan tersebut. Manajemen biaya stratejik merupakan pengembangan
informasi manajemen biaya untuk membantu fungsi manajemen utama, yaitu
menejemen stratejik.
Perhitungan harga pokok berdasarkan kegiatan dapat meningkatkan
keakuratan biaya produk tradisional secara berarti. Karenanya, penilaian
  persediaan membaik dan manajer (dan pengguna informasi lainnya) memiliki
informasi yang lebih baik mengenai biaya produk sehingga keputusan yang lebih
  baik dapat diambil. Perencanaan dan pengambilan keputusan stratejik 
membutuhkan seperangkat informasi biaya yang lebih jauh lebih luas
dibandingkan yang diberikan oleh definisi biaya produk tradisional; analisis
stratejik juga membutuhkan informasi non-biaya seperti data mengenai
 pelanggan, pesaing dan peraturan pemerintah.
Perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan lingkungan bisnis
melakukan berbagai upaya, misalnya rekayasa ulang (reengineering) pada proses
 
2 
operasionalnya, mengurangi tenaga kerja, memakai jasa perusahaan lain
(outsourcing 
) untuk fungsi-fungsi yang berkaitan dengan pelayanan dan
 pengembangan struktur dan kebijakan organisasi yang lebih kecil, lebih efisien,
dan lebih berorientasi pada pertanggungjawaban sosial. Manajemen selalu
  berusaha untuk lebih adaptif terhadap adanya perubahan-perubahan sehingga
 perusahaan cenderung berusaha memiliki perangkat informasi yang lebih luas.
Perangkat informasi yang lebih luas ini setidaknya harus memenuhi dua
syarat. Pertama, perangkat informasi ini harus mencakup informasi mengenai
lingkungan perusahaan dan lingkungan kerja perusahaan. Kedua, perangkat
informasi tersebut juga harus memberikan pandangan mengenai periode dan
kegiatan di masa-masa mendatang.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, penulis merumuskan permasalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana Manajemen Biaya Stratejik dapat
memberi keyakinan yang memadai bagi perusahaan di dalam pertumbuhan dan
menciptakan kelangsungan jangka panjang?
 
3 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Biaya Stratejik 
Menurut Hansen & Mowen, (2000) pengambilan keputusan yang
mempengaruhi posisi bersaing jangka panjang perusahaan secara eksplisit harus
mempertimbangkan elemen stratejik dari keputusan. Elemen stratejik yang paling
  penting bagi perusahaan adalah pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan.
Pengambilan keputusan stratejik melibatkan pemilihan di antara alternatif strategi
dengan sasaran pemilihan strategi, atau strategi-strategi yang memberikan
keyakinan yang memadai bagi perusahaan mengenai pertumbuhan dan
kelangsungan jangka panjang. Kunci untuk mencapai sasaran ini adalah untuk 
memenangkan keunggulan pesaing. Manajemen biaya stratejik adalah
 penggunaan data biaya untuk mengembangkan dan mengidentifikasikan strategi
yang unggul yang akan menghasilkan keunggulan bersaing yang berkelanjutan.
2.1.1 Menciptakan dan Mempertahankan Keunggulan Bersaing
Untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing
diantaranya dapat dilakukan dengan cara meningkatkan: 
a. Keunggulan Bersaing
Menciptakan nilai pelanggan yang lebih baik dengan biaya yang sama atau
lebih rendah dibandingkan pesaing atau menciptakan nilai yang setara dengan
 biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing.
  b. Nilai Pelanggan
Perbedaan antara apa yang diterima pelanggan (realisasi anggaran) dan apa
yang pelanggan berikan (pengorbanan pelanggan). Apa yang pelanggan terima
dari pada sekedar tingkatan kinerja yang diberikan produk. Apa yang diterima
dinamakan total produk.
 
4 
c. Total Produk 
Rentang yang lengkap dari manfaat berwujud dan tidak berwujud yang
diterima pelanggan dari produk yang dibeli, karenanya realisasi
  pelanggan mencakup karakteristik dasar dan spesial dari produk,
 pelayanan, mutu, instruksi penggunaan, reputasi, merek, dan faktor-faktor 
lain yang diangap penting bagi pelanggan.
d. Biaya Purna Jual
Pengorbanan pelanggan mencakup biaya pembelian produk, waktu dan
usaha yang dicurahkan untuk memperoleh dan mempelajari penggunaan
  produk tersebut, dan biaya purna jual, yaitu biaya penggunaan,
mempertahankan dan membuang produk tersebut.
2.1.2 Mengembangkan Strategi yang Kompetitif untuk Memperoleh Posisi
Stratejik 
Menurut Michael Porter, (1985) konsep strategi kompetitif dapat
dijelaskan dengan tiga jenis strategi kompetitif utama yaitu: keunggulan dalam
cost (cost leadership), deferensiasi, dan fokus. Perusahaan melakukan tiga tahap
analisis strategi kompetitif untuk mengidentifikasikan strategi kompetitifnya.
a.  Strategi Keunggulan C ost 
 
Keunggulan pada cost  produksi merupakan strategi perusahaan menghadapi
 pesaingnya dengan cara memproduksi produk dan jasa pada cost yang paling
rendah. Strategi ini muncul dari produktivitas dalam proses pemanufakturan
dan penghematan tenaga kerja langsung. Contohnya, inovasi teknologi dalam
 proses pemanufakturan dan penghematan tenaga kerja langsung.
Kelemahan utamanya adalah kecenderungan untuk mereduksi biaya yang
dapat menjatuhkan permintaan terhadap produk dan jasa, contohnya dengan
menghilangkan model-model penting.
 b.  Strategi Deferensiasi
Strategi deferensiasi diimplementasikan dengan cara menciptakan persepsi
  pelanggan bahwa produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan bersifat unik,
 
5 
dalam hal tertentu yang penting, biasanya kualitas yang lebih tinggi. Banyak 
 perusahaan yang melakukan deferensiasi dihampir semua industri, termasuk 
industri mobil, elektronik, dan peralatan industri.
Kelemahan utamanya adalah terletak pada kecenderungan perusahaan untuk 
menurunkan biaya produk atau mengabaikan rencana pemasaran yang agresif 
dan kontinyu, kecenderungan tersebut dapat menjatuhkan kekuatannya.
c.  Strategi Fokus
Strategi ini diimplementasikan dengan cara memberi target kepada
  perusahaan, perhatian yang serius pada segmen pasar tertentu, misalnya
melalui jenis pelanggan, lini produk dan geografi. Strategi ini digunakan untuk 
memilih peluang pasar dimana persaingannya tidak ketat atau perusahaan
memiliki keunggulan kompetitif karena teknologi atau bentuk lain dari
deferensiasi.
Kelemahannya adalah peluang bisa saja tiba-tiba hilang karena adanya
  perubahan teknologi dalam industri atau adanya perubahan pada selera
 pelanggan.
2.1.3 Kerangka, Hubungan, dan Kegiatan Rantai Nilai (Value Chain)
Menurut Blocher (2002) kerangka rantai nilai adalah suatu pendekatan
  pendorong untuk memahami kegiatan perusahaan yang penting secara strategis.
Dasar dari kerangka rantai nilai adalah pengakuan adanya hubungan yang
kompleks dan saling keterkaitan di antara kegiatan baik di dalam maupun di luar 
  perusahaan. Ada dua jenis hubungan yang harus dianalisis dan dipahami :
hubungan internal dan hubungan eksternal.
Internal linkage adalah hubungan diantara kegiatan yang dilakukan dalam
  bagian rantai nilai perusahaan. Sebaiknya,  External linkage menjelaskan
hubungan kegiatan rantai nilai perusahaan yang dilakukan dengan pemasok dan
 pelanggannya. Hubungan eksternal terdiri dari dua jenis yaitu hubungan pemasok 
dan hubungan pelanggan. 
Selain itu terdapat kegiatan dan pendorong organisasi dimana kegiatan
yang menentukan struktur organisasi dan proses bisnis. Aktivitas operasional
 
6 
adalah kegiatan hari ke hari yang dilakukan sebagai hasil dari struktur dan proses
yang dipilih oleh organisasi.
Organizational cost driver  (pendorong biaya organisasi) adalah faktor 
struktural dan prosedural yang menentukan struktur biaya jangka panjang dari
suatu perusahaan sehingga pendorong biaya organisasi memegang peranan yang
sangat penting pada strategi pengurangan biaya apapun. O
 perational cost driver 
 
adalah faktor-faktor yang mendorong biaya operasional kegiatan. Pendorong ini
mencakup faktor-faktor seperti jumlah suku cadang, jumlah perpindahan, jumlah
 produk, jumlah pesanan pelanggan, dan jumlah produk yang dikembalikan.
Kegiatan organisasi ada dua jenis : struktural dan prosedural. Kegiatan
struktural adalah kegiatan yang menentukan struktur ekonomi perusahaan yang
mendasari. Kegiatan prosedural adalah kegiatan yang mendefinisikan proses suatu
organisasi dan secara langsung berhubungan dengan kemampuan suatu organisasi
untuk melaksanakan dengan berhasil. Pendorong biaya organisasi dijelaskan
dalam dua kategori, berhubungan dengan dua jenis kegiatan : pendorong biaya
struktural dan pendorong biaya prosedural. 
Tabel 2.1
Pendorong Biaya Struktural
Kegiatan struktural Pendorong biaya struktural
Membangun pabrik sentralisasi Jumlah pabrik, skala, tingkat
Menyusun struktur manajemen Gaya dan filosofi manajemen
Pengelompokan karyawan Jumlah dan jenis unit kerja
Kompleksitas Jumlah lini produk, jumlah proses yang
unik, jumlah bagian yang unik 
Integrasi vertikal Membeli daya, menjual daya
Menyeleksi dan menggunakan teknologi
 proses
Jenis proses teknologi
Sumber: Blocher (2002)
Tabel 2.2
Pendorong Biaya Prosedural
Kegiatan Prosedural Pendorong biaya prosedural
Menggunakan karyawan Tingkat keterlibatan
Memberikan mutu Pendekatan manajemen mutu
Menyediakan tata letak pabrik Efisiensi tata letak pabrik 
Merancang dan memproduksi produk Konfigurasi produk 
Menyediakan kapasitas Utilitas kapasitas
Sumber: Blocher (2002)
 
7 
Perbedaan  structural cost driver dan executional cost driver  yaitu : Structural 
 
cost driver  (pendorong biaya struktural) adalah kegiatan yang menentukan
struktur ekonomi perusahaan yang mendasari sedangkan execitional cost driver 
 
(pendorong biaya eksesional) adalah kegiatan yang mendefinisikan proses suatu
organisasi dan secara langsung berhubungan dengan kemampuan suatu organisasi
untuk melaksanakan dengan berhasil.
Misalnya : Bagaimana karyawan diorganisasikan dan berapa banyak karyawan
yang digunakan untuk mempengaruhi struktur biaya jangka panjang suatu
organisasi.
2.1.3.1 Analisis Rantai-Nilai
Analisis rantai nilai mengidentifikasi hubungan internal dan eksternal yang
dihasilkan dalam pencapaian perusahaan baik kepemimpinan biaya atau strategi
diferensiasi (manapun yang ditentukan akan membentuk keunggulan bersaing
yang dapat bertahan). Pemanfaatan hubungan tergantung pada analisis bagaimana
 biaya dan faktor non-keuangan lainnya dapat bervariasi sesuai dengan berbagai
kelompok kegiatan yang berbeda yang dipertimbangkan. Sifat rantai nilai
tergantung ada sifat industri dan berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur,
  perusahaan jasa dan organisasi yang tidak berorientasi pada laba. Rantai-nilai
untuk industri pemanufakturan disajikan pada gambar berikut ini:
Sumber: Hartanto dan Zulkifli (2002); Gambar 2.1 Rantai -Nilai pada Industri Pemanufakturan
Aliran Pengembangan Produk 
Desain
Pergudangan dan Distributor 
Pemanufakturan: Perakitan,
Pengujian, dan Pengepakan
Perolehan Bahan
Penjual Eceran
Pelayanan Pelanggan
 
8 
Penentuan di bagian mana perusahaan berada dari total rantai-nilai merupakan
analisis stratejik, bedasarkan pertimbangan terhadap keunggulan kompetitif yang
ada pada setiap perusahaan yaitu kondisi dimana perusahaan dapat diberikan nilai
terbaik untuk pelanggan utama dengan biaya serendah mungkin. (Blocher, 2002)  
2.1.3.2 Pemanfaatan Hubungan Internal
Hubungan dengan kegiatan eksternal pada perusahaan dapat pula
dimanfaatkan. Memanfaatkan hubungan hubungan eksternal berarti mengelola
hubungan ini sehingga baik perusahaan maupun pihak eksternal menerima
 peningkatan manfaat. Kegiatan sebelum dan sesudah produksi harus dikenali dan
dimanfaatkan.
Memanfaatkan hubungan internal berarti bahwa hubungan antara kegiatan
dinilai dan digunakan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan nilai. Misalnya
kegiatan desain produk dan pengembangan terjadi sebelum produksi dan terkait
dengan kegiatan produksi. Cara produk tersebut didesain mempengaruhi biaya
 produksi.
Bagaimana biaya produksi terpengaruh membutuhkan pengetahuan
mengenai pendorong biaya, jika insinyur desain mengetahui bahwa jumlah suku
cadang merupakan pendorong biaya untuk berbagai kegiatan produksi
(penggunaan bahan, penggunaan tenaga kerja langsung, penanganan bahan dan
 pembelian, merupakan contoh dari kegiatan dimana biaya dapat dipengaruhi oleh
 jumlah suku cadang). Insinyur tersebut melakukan desain ulang produk sehingga
  produk tersebut memiliki lebih sedikit suku cadang sehingga akan mengurangi
 biaya produksi.
Pengetahuan tentang hubungan internal ini digunakan oleh pengusaha
Jepang untuk menurunkan jumlah suku cadang pada VCR sebesar 50%.
Pengurangan ini memungkinkan mereka mengurangi harga VCR dari $1 300
menjadi $298.
Kegiatan desain juga terkait dengan kegiatan jasa dalam rantai nilai
 perusahaan, dengan memproduksi produk dengan suku cadang yang lebih sedikit
terdapat lebih sedikit kemungkinan kesalahan pada produk, dan karenanya lebih
 
9 
sedikit biaya yang berhubungan dengan kesepakatan garansi. Biaya reparasi
  produk juga menurun karena dengan suku cadang yang lebih sedikit berarti
 prosedur perbaikan menjadi lebih sederhana.
2.1.3.3 Analisis Hubungan Internal
Sebuah perusahaan memproduksi beragam produk medis berteknologi
tinggi. Satu dari produk tersebut memiliki 20 suku cadang. Insinyur desain telah
diberitahu bahwa jumlah suku cadang merupakan pendorong kegiatan yang
 penting (pendorong biaya operasional) dan mengurangi jumlah suku cadang akan
mengurangi permintaan untuk berbagai kegiatan di bawahnya dalam rantai nilai.
Berdasarkan masukan ini insinyur desain menghasilkan konfigurasi baru
untuk produk tersebut yang hanya membutuhkan delapan suku cadang.
Manajemen ingin mengetahui pengurangan biaya yang dihasilkan oleh desain
 baru. Mereka berencana mengurangi harga per unit dengan penghematan per unit.
Saat ini 10.000 unit diproduksi. Pengaruh desain baru pada permintaan akan
empat kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.3
Pengaruh desain baru pada permintaan akan empat kegiatan
Kegiatan
Pendorong
kegiatan
Kapasitas
Permintaan
Sekarang
Permintaan
yang
Diharapkan
Penggunaan
 bahan baku
Jumlah
 bagian 200.000 200.000 80.000
Penggunaan
tenaga kerja
Jam kerja
tenaga
langsung 10.000 10.000 5.000
Pembelian
Jumlah
 pemesanan 15.000 12.500 6.500
Perbaikan
dengan garansi
Jumlah
 produk yang
rusak 1.000 1.000 500
Sumber: Hansen & Mowen (2000) 
Data biaya:
Penggunaan bahan = $3 per suku cadang yang digunakan, tidak ada biaya tetap
kegiatan.
 
10 
Penggunaan tenaga kerja = $12 per jam tenaga kerja langsung, tidak ada biaya
tetap kegiatan.
Pembelian: tiga pegawai dengan gaji, masing-masing memperoleh gaji tahunan
$30.000, tiap pegawai mampu memproses 5000 pesanan pembelian, biaya
variabel kegiatan $0,50 per pesanan pembelian yang diproses untuk formulir,
 prangko, dan lain-lain.
Garansi: dua agen reparasi, masing-masing digaji $28.000 per tahun; tiap agen
reparasi mampu memperbaiki 500 unit per tahun, biaya variabel kegiatan $20 per 
 produk yang diperbaiki.
Berdasarkan informasi pada tabel dan data biaya, potensi penghematan
yang dihasilkan oleh desain baru sebagai berikut:
Penurunan Biaya dari Pemanfaatan Hubungan Internal
Penggunaan bahan baku = (200.000-80.000) $3 = $360.000
Penggunaan tenaga kerja = (10.000-5000) $12 = $ 60.000
Pembelian = ($30.000 + $0,50 (12500-6500) = $ 33.000
Perbaikan dgn garansi= ($28.000 + $20 (800-500) = $ 34.000
Jumlah penghematan $487.000 
Jumlah Unit 10.000
Penghematan/unit $ 48,70
2.1.3.4 Memanfaatkan Hubungan Eksternal
Perusahaan tidak dapat mengabaikan interaksi antara kegiatan rantai-
nilainya dengan rantai nilai dari pemasok dan pembelinya. Memanfaatkan
hubungan eksternal berarti mengelola hubungan ini sehingga baik perusahaan
maupun pihak eksternal menerima peningkatan pemanfaatan.
Pemasok memberikan masukan dan, sebagian konsekuensinya, dapat
memiliki pengaruh yang besar pada kepemimpinan biaya dan strategi diferensiasi
  pengguna. Misalnya, asumsikan perusahaan mengadopsi pendekatan  gugus
kendali mutu untuk melakukan diferensiasi dan mengurangi biaya mutu secara
keseluruhan. Gugus Kendali mutu merupakan pendekatan untuk mengelola mutu
 
11 
dan mengharuskan produksi produk tanpa cacat. Mengurangi cacat, pada
gilirannya mengurangi total biaya yang dikeluarkan pada kegiatan mutu.
Contoh numerik:
Misalkan perusahaan Thompson memproduksi suku cadang presisi untuk 
11 pembeli utama. Sistem biaya berdasar kegiatan digunakan untuk 
membebankan biaya produksi pada produk.
Perusahaan mengenakan harga tiap pesanan pelanggan dengan menambahkan
 biaya pemenuhan pesanan pada biaya produksi dan kemudian menambahkan 20%
kenaikan harga (untuk menutupi segala biaya administrasi ditambah laba).
Biaya pemenuhan pesanan sejumlah $606.000 dan sekarang dibebankan
sebanding dengan volume penjualan (diukur dari jumlah suku cadang yang
terjual). Dari 11 pelanggan, 1 rekening untuk 50% penjualan dan 10 sisanya untuk 
50% lainnya. Sepuluh pelanggan lebih kecil membeli suku cadang dalam jumlah
kira-kira sama. Pesanan yang dilakukan oleh pelanggan yang lebih kecil juga kira-
kira berukuran sama. Data keterkaitan dengan kegiatan pelanggan Thompson
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 4
Data Kegiatan pelanggan Thompson
Uraian Pelanggan
Besar
Sepuluh Pelanggan
Terkecil
Unit yang dibeli 500000 500.000
Pesanan yang Diterima 2 200
Biaya Produksi $3.000.000 $300.000
Alokasi biaya pemenuhan pesanan $303.000 $303.000
Biaya pesanan per unit $0.606 $0.606 
Sumber: Hansen & Mowen (2000) 
Diasumsikan pelanggan besar mengeluhkan harga yang dikenakan dan
mengancam memindahkan bisnisnya ke tempat lain. Pelanggan mengajukan
  penawaran dari pesaing Thompson yakni $0,50 tiap suku cadang lebih murah
dibandingkan harga yang dikenakan Thompson.
Thompson meyakini bahwa sistem biaya ABC membebankan biaya
  produksi secara tepat, lalu menyelidiki pembebanan biaya pemenuhan pesanan
 
12 
dan menemukan bahwa jumlah pesanan penjualan yang diproses merupakan
  pendorong biaya yang jauh lebih baik dibandingkan jumlah suku cadang yang
dijual.
Permintaan kegiatan diukur dengan jumlah pesanan penjualan, dan biaya
  pemesanan seharusnya dibebankan pada pelanggan dengan mengenakan tarif 
kegiatan $3.000 per pesanan ($606.000/202 pesanan). Dengan menggunakan tarif 
ini pelanggan besar seharusnya dikenakan $6.000 untuk biaya pemenuhan
 pesanan.
Selama ini pelanggan besar dikenai biaya tambahan $297.000 tiap tahun,
atau sekitar $0,59 per suku cadang. ($297.000/500.000 unit). Pengenaan tambahan
20% atas biaya menghasilkan harga $0,71 lebih tinggi (1,2x$0,59)
Dibantu dengan informasi ini, manajemen Thompson segera menawarkan
untuk menurunkan harga yang dikenakan pada pelanggan besar setidaknya
sebesar $0,50, oleh karenanya satu manfaat bagi pelanggan besar adalah koreksi
harga. Hal ini juga menguntungkan Thompson karena koreksi harga diperlukan
untuk mempertahankan setengah dari bisnisnya sekarang. Kesulitannya
Thompson harus mengumumkan kenaikan harga untuk pelanggannya yang lebih
kecil.
Mengidentifikasi pendorong biaya yang tepat (jumlah pesanan yang
diproses) menunjukkan hubungan antara kegiatan pemenuhan pesanan dan
  perilaku biaya. Pesanan kecil sering membebankan biaya pada Thompson, yang
kemudian dipindahkan pada semua pelanggan melalui penggunaan alokasi
volume penjualan.
Jumlah pesanan yang menurun akan menurunkan biaya pemenuhan
  pesanan Thompson. Mengetahui hal ini Thompson dapat menawarkan rabat
(potongan) harga pada pesanan yang lebih besar. Menggandakan ukuran pesanan
dari pelanggan kecil akan memotong jumlah pesanan sebesar 50%, menghemat
$300.000 bagi Thompson. Hampir cukup untuk membuat tidak perlu menaikkan
harga jual pada pelanggan kecil.
Pesanan yang lebih besar dan jarang akan menurunkan permintaan
kegiatan internal lainnya, seperti penyetelan peralatan dan penanganan bahan.
 
13 
Pengurangan permintaan pada kegiatan lain akan menghasilkan pengurangan
  biaya lebih lanjut dan tambahan potongan harga membuat Thompson lebih
 bersaing. Dapat dikatakan memanfaatkan hubungan pelanggan dapat membuat
 penjual dan pelanggan menjadi lebih baik.
2.1.4 Isu Stratejik Lainnya
Perusahaan mengalami keberhasilan dengan mengadopsi dan
mengimplementasikan salah satu dari strategi-strategi yang telah diuraikan diatas.
Berikut ringkasan dari aspek khusus dari strategi kompetitif disajikan pada tabel
 berikut.
Tabel. 2.5
Strategi Kompetitif 
Aspek  Cost Leadership Deferensiasi
Target Stratejik Lintas Sektoral Pasar Lintas Sektoral Pasar 
Dasar Keunggulan
Kompetitif 
Biaya Terendah dalam
Industri
Produk atau Jasa yang Unik 
Lini Produk Pemilihan yang Terbatas Bervariasai, Model yang
terdeferensiasi
Tekanan Produksi Biaya Serendah Mungkin
dengan Kualitas yang
Tinggi dan Tampilan
Produk 
Inovasi dalam Hal
Deferensiasi Produk 
Tekanan
Pemasaran
Harga Jual Rendah Harga Tinggi dan Inovatif,
tampilan produk yang
terdeferensiasi
Sumber: Harnanto dan Zulkifli (2003) 
Disamping satu strategi yang secara umum dominan, sebagian besar 
  perusahaan tampaknya juga menerapkan dua atau lebih dari strategi-strategi
tersebut pada saat yang sama, contohnya dengan mengkombinasikan strategi cost 
leadership dan deferensiasi. Meskipun demikian, perusahaan yang menerapkan
dua atau lebih dari strategi-strategi tersebut biasanya akan berhasil jika
  perusahaan tersebut dapat mencapai salah satu dari strategi-strategi yang
dipilihnya. Hal ini sering terjadi pada suatu perusahaan yang sudah berhasil
dalam hal deferensiasi, kemudian melebarkan sayap untuk untuk hal-hal yang
 berada diluar keahliannya, dimana terdapat persaingan yang ketat.
 
14 
Cara lain yang bisa menyebabkan perusahaan hanya berhenti di tengah
saja adalah ketika perusahaan melakukan pengembangan strateginya dari strategi
yang satu ke strategi yang lainnya sejalan dengan perkembangan perusahaan
tersebut. Seringkali perusahaan yang pada awalnya merupakan perusahaan yang
kecil dan sukses melalui strategi deferensiasi atau fokus yang efektif dan
  produknya sudah mapan dipasaran, kemudian sejalan dengan pertumbuhan
  perusahaan, perusahaan tersebut mulai mengubah strateginya dengan µ cost 
leadership¶ 
sebagai cara untuk mencapai keberhasilan. Perusahaan harus berhati-
hati dalam mengidentifikasikan tahap-tahap ini dalam pertumbuhannya dan harus
mengadaptasikan secara tepat ke dalam strategi perusahaan. (Hernanto & Zulkifli,
2003)
2.1.5 Faktor-faktor Keberhasilan Kritis ( Critical Succsess Factors) 
Menurut Harnanto dan Zulkifli (2003), Identifikasi strategi kompetitif 
untuk perusahaan tertentu dapat diterapkan dalam tiga tahap yaitu:
Tahap 1: Melakukan analisis stratejik terhadap perusahaan dengan
menggunakan analisis SWOT. Apa saja kekuatan dan kelemahan
  perusahaan, peluang serta tantangannya? Menentukan strategi dan
faktor-faktor keberhasilan kritis yang dimiliki perusahaan.
Tahap 2: Mengembangkan ukuran yang relevan dan dapat dipercaya untuk 
faktor-faktor keberhasilan kritis yang telah diidentifikasikan pada
tahap pertama.
Tahap 3: Mengembangkan sistem informasi kos stratejik untuk mendukung
stratejik perusahaan secara keseluruhan dan untuk melaporkan faktor-
faktor keberhasilan kritis kepada para manajer yang sesuai.
Penjelasan secara singkat masing-masing tahap strategi kompetitif, sebagai
 berikut:
Tahap pertama merupakan prosedur sistematis untuk mengidentifikasikan
faktor-faktor keberhasilan kritis (critical success factors) yang dimiliki oleh
  perusahaan meliputi kekuatan dan kelemahan internalnya, dan peluang serta
 
15 
ancaman yang bersifat eksternal. Kekuatan (strengths) adalah keahlian dan
sumber daya utama yang dimiliki oleh perusahaan. Keahlian (skills) atau
kompetensi yang secara khusus dimiliki olah perusahaan yang disebut µ core
competencies¶ 
. Konsep µ core competencies¶  merupakan konsep yang penting
karene hal itu menunjukkan keunggulan kompetitif yang signifikan yang dimiliki
  perusahaan dan juga dapat digunakan untuk membentuk strategi perusahaan
secara keseluruhan. Sebaliknya, kelemahan menunjukan kekurangan perusahaan
dalam keahlian tertentu, yang relatif dimiliki oleh perusahaan pesaing.
Analisis SWOT mengarahkan analisis strategik dengan cara memfokuskan
  perhatian pada kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) yang merupakan hal yang kritis bagi
keberhasilan perusahaan. Dengan melakukan identifikasi secara hati-hati pada
faktor keberhasilan kritis (critical success factor), para eksekutif dan manajer 
dapat menemukan perbedaan-perbedaan pandangan. Tujuan utama dari analisis
SWOT, adalah mengidentfikasi strategi perusahaan secara keseluruhan dan
critical success factor¶  (CSFs), dan sebagai awal untuk pengembangan
 pemufakatan (konsensus) diantara para eksekutif dan para manajer terkait.
Tahap kedua bertujuan untuk menentukan ukuran yang spesifik sehingga
memungkinkan perusahaan untuk memonitor perkembangannya dan mencapai
tujuan strategik perusahaan. Dalam pengembangan ukuran CSFs harus melibatkan
studi secara hati-hati terhadap proses bisnis perusahaan. Pengembangan produk,
 pemanufakturan, pemasaran, manajemen dan fungsi keuangan harus dilihat untuk 
menetukan spesifikasi fungsi-fungsi ini dalam memberikan kontribusi untuk 
langkah terakhir dalam pengukuran CSFs perusahaan.
Tahap ketiga adalah mengembangkan sistem informasi biaya strategik 
untuk mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan dan untuk melaporkan
µ critical success factor¶  kepada manajer yang sesuai. Penentuan awal sistem
informasi strategik adalah mempertimbangkan indentifikasi terhadap strategi
kompetitif. Jika CSFs sudah diidentifikasi dan diukur, langkah akhir adalah
 pengembangan sistem informasi strategik untuk mengukur dan melaporkan CSFs
tersebut. Hal ini sering dilakukan dalam bentuk µ balanced scorecard¶. Balanced 
 
16 
 scorecard  merupakan laporan manajemen biaya yang meringkas CSFs untuk 
menarik perhatian manajemen dalam pencapaian keberhasilan kompetitif. Gambar 
  berikut menyajikan balanced scorecard  yang menberikan tindakan manajemen
untuk mencapai keberhasilan kompetitif.
Sumber: Blocher (2002); Gambar 2.2 Balanced Scorecard  untuk pencapaian
keberhasilan kompetitif 
Pertimbangan terakhir adalah pengembangan dan pelaporan CSFs harus
dihubungakan dengan tujuan keuangan perusahaan. Contoh, jika kualitas
merupakan tujuan perusahaan (coorperate goal), maka tingakat pengembalian
garansi merupakan CSFs yang relevan dengan kualitas, kemudian sistem
informasi strategik seharusnya mengembangkan informasi yang relevan tentang
 biaya dan manfaat penurunan tingakat pemgembalian garansi. Hal lain yang perlu
diperhatikan yaitu apa dampak tingkat pengembalian garansi terhadap laba jangka
 pendek dan laba jangka panjang? Manajemen strategik perusahaan meminta para
2.Ukuran Kinerja Keuangan
(Apakah laba meningkat?)
1.Keputusan Pelanggan
(Apakah persentase ketepatan
waktu pengiriman meningkat?)
4.Prose Bisnis Intenal
(Apakah produktivitas
meningkat?)
3.Inovasi dan Pembelajaran
(Berapa banyak hak paten yang
ditunda pada tahun ini?)
Keberhasilan
Kompetitif 
 
17 
manajer untuk membuat CSFs dan memotitor perkembangannya dalam mencapai
tujuan strategik dengan cara melihat tujuan profitabilitas jangka pendek maupun
 jangka panjang, dengan menggunakan sistem informasi strategik.
 
18 
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Manajemen biaya strategik merupakan usaha jangka panjang yang
membangun budaya kerja organisasi agar penurunan biaya menjadi budaya yang
mampu bertahan lama, melalui keunggulan bersaing, strategi kompetitif dan
analisis rantai nilai (value chain). Biaya strategik harus dilandasi oleh semangat
untuk melakukan perbaikan terus-menerus secara berkelanjutan atas kinerja
  perusahaan. Manajemen biaya strategik harus berpedoman kepada perbaikan
  pelayanan masyarakat. Keseriusan manajemen puncak merupakan penentu
efektivitas program pengurangan biaya karena pada dasarnya manajemen biaya
strategik merupakan stategi manajemen puncak. Penurunan biaya dapat dilakukan
melalui perencanaan dan pengendalian aktivitas. 
3.2 Saran
Strategi yang berbeda memerlukan aktivitas yang berbeda. Aktivitas yang
 berbeda akan menyebabkan biaya yang berbeda. Manajemen hendaknya memiliki
komitmen untuk memilih strategi yang memerlukan biaya terendah untuk 
mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Pengurangan biaya dapat dicapai dengan
meminimalkan sumberdaya yang digunakan. Pendekatan pengurangan aktivitas
dimaksudkan untuk peningkatan efisiensi dengan catatan aktivitas yang dikurangi
adalah aktivitas yang tidak menambah nilai (non-value-added 
) bagi kesejahteraan
masyarakat
 
19 
DAFTAR PUSTAKA
Manajemen Biaya Strategi (http://dedysuarjaya.blogspot.com), diunduh tanggal;
13 Oktober 2011. 20.30 WIB
Blocher 
 , Edward J., Kung H.Chen, Thomas W.Lin.  C ost Accounting 2e. New
York : McGraw-Hill, 2002 
Hansen
 , Don R. and Maryanne M. Mowen. 2000. Manajemen Biaya: Akuntansi
dan Pengendalian. Edisi Pertama. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat
Porter, M.E. (1985). C ompetitive Advantage, C 
reating and Sustaining Superior 
 Performance. New York : The Free Pross.
Harnanto dan Zulkifli. 2003. Manajemen Biaya. Yogyakarta: UPP AMP YKPN

More Related Content

What's hot

Sistem pengendalian manajemen
Sistem pengendalian manajemenSistem pengendalian manajemen
Sistem pengendalian manajemenqatrunnada aisy
 
Makalah manajemen biaya strategik
Makalah manajemen biaya strategikMakalah manajemen biaya strategik
Makalah manajemen biaya strategikFirman Pratama
 
4, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, analisis lingkungan internal organisasi (r...
4, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, analisis lingkungan internal organisasi (r...4, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, analisis lingkungan internal organisasi (r...
4, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, analisis lingkungan internal organisasi (r...lia_auriga
 
Strategi cost management chap 2 john K shank
Strategi cost management chap 2 john K shankStrategi cost management chap 2 john K shank
Strategi cost management chap 2 john K shankAmelia Arista
 
Dukungan manajemen puncak terhadap strategi purchasing dalam berkomunikasi de...
Dukungan manajemen puncak terhadap strategi purchasing dalam berkomunikasi de...Dukungan manajemen puncak terhadap strategi purchasing dalam berkomunikasi de...
Dukungan manajemen puncak terhadap strategi purchasing dalam berkomunikasi de...www.didiarsandi.com
 
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Unit Bisnis,Universitas Mercubuana,20...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Unit Bisnis,Universitas Mercubuana,20...SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Unit Bisnis,Universitas Mercubuana,20...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Unit Bisnis,Universitas Mercubuana,20...Intan Wachyuni
 
sm, annisa nulestari, hapzi ali, long-term objective and generic strategy , u...
sm, annisa nulestari, hapzi ali, long-term objective and generic strategy , u...sm, annisa nulestari, hapzi ali, long-term objective and generic strategy , u...
sm, annisa nulestari, hapzi ali, long-term objective and generic strategy , u...Annisa Nurlestari
 
Sm, khoirul anwar, hapzi ali, business level strategi, strategi di tingkat un...
Sm, khoirul anwar, hapzi ali, business level strategi, strategi di tingkat un...Sm, khoirul anwar, hapzi ali, business level strategi, strategi di tingkat un...
Sm, khoirul anwar, hapzi ali, business level strategi, strategi di tingkat un...khoirulanwar99
 
Analisis dan Pengembangan Rantai Nilai (Value Chains) untuk Pengurangan Kemis...
Analisis dan Pengembangan Rantai Nilai (Value Chains) untuk Pengurangan Kemis...Analisis dan Pengembangan Rantai Nilai (Value Chains) untuk Pengurangan Kemis...
Analisis dan Pengembangan Rantai Nilai (Value Chains) untuk Pengurangan Kemis...Dr. Astia Dendi
 
Sm.siti waliha.hapzi ali.analisis business level strategy.universitas mercubu...
Sm.siti waliha.hapzi ali.analisis business level strategy.universitas mercubu...Sm.siti waliha.hapzi ali.analisis business level strategy.universitas mercubu...
Sm.siti waliha.hapzi ali.analisis business level strategy.universitas mercubu...sitiwaliha
 
Analisis Arsitektur Bisnis Dengan BPM CBOK
Analisis Arsitektur Bisnis Dengan BPM CBOKAnalisis Arsitektur Bisnis Dengan BPM CBOK
Analisis Arsitektur Bisnis Dengan BPM CBOKStefanus Agusta
 
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Executive summary mengenai: Long term- object...
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Executive summary  mengenai: Long term- object...SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Executive summary  mengenai: Long term- object...
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Executive summary mengenai: Long term- object...Ipung Sutoyo
 
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10 Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10 giatamaistian1
 
Bisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-converted
Bisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-convertedBisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-converted
Bisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-convertedDindaSeptiahArini
 

What's hot (20)

Sistem pengendalian manajemen
Sistem pengendalian manajemenSistem pengendalian manajemen
Sistem pengendalian manajemen
 
80764721 makalah
80764721 makalah80764721 makalah
80764721 makalah
 
Makalah manajemen biaya strategik
Makalah manajemen biaya strategikMakalah manajemen biaya strategik
Makalah manajemen biaya strategik
 
4, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, analisis lingkungan internal organisasi (r...
4, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, analisis lingkungan internal organisasi (r...4, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, analisis lingkungan internal organisasi (r...
4, sm, marlia yusdarti, hapzi ali, analisis lingkungan internal organisasi (r...
 
BUSINESS UNIT STRATEGY
BUSINESS UNIT STRATEGYBUSINESS UNIT STRATEGY
BUSINESS UNIT STRATEGY
 
Strategi cost management chap 2 john K shank
Strategi cost management chap 2 john K shankStrategi cost management chap 2 john K shank
Strategi cost management chap 2 john K shank
 
Chapter#2
Chapter#2Chapter#2
Chapter#2
 
Strategi pada industri makanan
Strategi pada industri makananStrategi pada industri makanan
Strategi pada industri makanan
 
Presentasion 4
Presentasion 4Presentasion 4
Presentasion 4
 
Dukungan manajemen puncak terhadap strategi purchasing dalam berkomunikasi de...
Dukungan manajemen puncak terhadap strategi purchasing dalam berkomunikasi de...Dukungan manajemen puncak terhadap strategi purchasing dalam berkomunikasi de...
Dukungan manajemen puncak terhadap strategi purchasing dalam berkomunikasi de...
 
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Unit Bisnis,Universitas Mercubuana,20...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Unit Bisnis,Universitas Mercubuana,20...SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Unit Bisnis,Universitas Mercubuana,20...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Unit Bisnis,Universitas Mercubuana,20...
 
sm, annisa nulestari, hapzi ali, long-term objective and generic strategy , u...
sm, annisa nulestari, hapzi ali, long-term objective and generic strategy , u...sm, annisa nulestari, hapzi ali, long-term objective and generic strategy , u...
sm, annisa nulestari, hapzi ali, long-term objective and generic strategy , u...
 
Sm, khoirul anwar, hapzi ali, business level strategi, strategi di tingkat un...
Sm, khoirul anwar, hapzi ali, business level strategi, strategi di tingkat un...Sm, khoirul anwar, hapzi ali, business level strategi, strategi di tingkat un...
Sm, khoirul anwar, hapzi ali, business level strategi, strategi di tingkat un...
 
Analisis dan Pengembangan Rantai Nilai (Value Chains) untuk Pengurangan Kemis...
Analisis dan Pengembangan Rantai Nilai (Value Chains) untuk Pengurangan Kemis...Analisis dan Pengembangan Rantai Nilai (Value Chains) untuk Pengurangan Kemis...
Analisis dan Pengembangan Rantai Nilai (Value Chains) untuk Pengurangan Kemis...
 
Sm.siti waliha.hapzi ali.analisis business level strategy.universitas mercubu...
Sm.siti waliha.hapzi ali.analisis business level strategy.universitas mercubu...Sm.siti waliha.hapzi ali.analisis business level strategy.universitas mercubu...
Sm.siti waliha.hapzi ali.analisis business level strategy.universitas mercubu...
 
Analisis Arsitektur Bisnis Dengan BPM CBOK
Analisis Arsitektur Bisnis Dengan BPM CBOKAnalisis Arsitektur Bisnis Dengan BPM CBOK
Analisis Arsitektur Bisnis Dengan BPM CBOK
 
Sistem pengendalian manajemen
Sistem pengendalian manajemenSistem pengendalian manajemen
Sistem pengendalian manajemen
 
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Executive summary mengenai: Long term- object...
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Executive summary  mengenai: Long term- object...SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Executive summary  mengenai: Long term- object...
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Executive summary mengenai: Long term- object...
 
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10 Konsep six sigma  pt adhi karya kelompok 10
Konsep six sigma pt adhi karya kelompok 10
 
Bisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-converted
Bisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-convertedBisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-converted
Bisnis pt.adhi karya tbk kelompok 10 13.15-converted
 

Similar to MANAJEMEN_BIAYA_STRATEJIK

205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis
205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis
205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisisZakik Bsm
 
Bahan belajar uts Manajemen Stratejik
Bahan belajar uts Manajemen StratejikBahan belajar uts Manajemen Stratejik
Bahan belajar uts Manajemen StratejikFarah Fauziah Hilman
 
Mgt Biaya (1) Introducing
Mgt Biaya   (1) IntroducingMgt Biaya   (1) Introducing
Mgt Biaya (1) Introducingmondru mondru
 
Ppt materi bab 1 manajemen biaya Fakultas ekonomi dan bisnis
Ppt materi bab 1 manajemen biaya Fakultas ekonomi dan bisnisPpt materi bab 1 manajemen biaya Fakultas ekonomi dan bisnis
Ppt materi bab 1 manajemen biaya Fakultas ekonomi dan bisnisafnivarian25
 
Strategi Operasi Untuk Barang Dan Jasa
Strategi Operasi Untuk Barang Dan JasaStrategi Operasi Untuk Barang Dan Jasa
Strategi Operasi Untuk Barang Dan Jasahenrianto leo
 
6, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: Michael Porters Generi...
6, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali,  Strategic Management: Michael Porters Generi...6, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali,  Strategic Management: Michael Porters Generi...
6, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: Michael Porters Generi...aryarhms
 
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Implementasi Strategi,Universitas Mercubuana,2...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Implementasi Strategi,Universitas Mercubuana,2...SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Implementasi Strategi,Universitas Mercubuana,2...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Implementasi Strategi,Universitas Mercubuana,2...Intan Wachyuni
 
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Kontrol,Universitas Mercubuana,2018.PDF
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Kontrol,Universitas Mercubuana,2018.PDFSM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Kontrol,Universitas Mercubuana,2018.PDF
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Kontrol,Universitas Mercubuana,2018.PDFIntan Wachyuni
 
PELAKSANAAN STRATEGI BISNIS DAN PEMASARAN PT. BLUE BIRD, TBK
PELAKSANAAN STRATEGI BISNIS DAN PEMASARAN PT. BLUE BIRD, TBK PELAKSANAAN STRATEGI BISNIS DAN PEMASARAN PT. BLUE BIRD, TBK
PELAKSANAAN STRATEGI BISNIS DAN PEMASARAN PT. BLUE BIRD, TBK Iwan Kurniawan Subagja
 
Sim, adam dermawan,hapzi ali,keunggulan kompetitif,universitas mercu buana 2017
Sim, adam dermawan,hapzi ali,keunggulan kompetitif,universitas mercu buana 2017Sim, adam dermawan,hapzi ali,keunggulan kompetitif,universitas mercu buana 2017
Sim, adam dermawan,hapzi ali,keunggulan kompetitif,universitas mercu buana 2017adamdermawan97
 
magister management (business unit level strategy)
magister management (business unit level strategy)magister management (business unit level strategy)
magister management (business unit level strategy)Wina Winarsih
 
KELOMPOK 4 STRATEGIC MANAGEMENT_BAB 13-15.pptx
KELOMPOK 4 STRATEGIC MANAGEMENT_BAB 13-15.pptxKELOMPOK 4 STRATEGIC MANAGEMENT_BAB 13-15.pptx
KELOMPOK 4 STRATEGIC MANAGEMENT_BAB 13-15.pptxWannabetheone
 
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
Internal  Environment Analysis from Value Chain ManagementInternal  Environment Analysis from Value Chain Management
Internal Environment Analysis from Value Chain ManagementAlfrianty Sauran
 
7,SM,Lusianasari,Prof.Dr.Ir.Hapzi Ali.MM.CMA,Business Level Strategi,strategi...
7,SM,Lusianasari,Prof.Dr.Ir.Hapzi Ali.MM.CMA,Business Level Strategi,strategi...7,SM,Lusianasari,Prof.Dr.Ir.Hapzi Ali.MM.CMA,Business Level Strategi,strategi...
7,SM,Lusianasari,Prof.Dr.Ir.Hapzi Ali.MM.CMA,Business Level Strategi,strategi...ana_sari
 
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...Donna Wibiananda Suryaman
 
Strategic management. canvas model, diversification, balance scorecard. umb. ...
Strategic management. canvas model, diversification, balance scorecard. umb. ...Strategic management. canvas model, diversification, balance scorecard. umb. ...
Strategic management. canvas model, diversification, balance scorecard. umb. ...Donna Wibiananda Suryaman
 

Similar to MANAJEMEN_BIAYA_STRATEJIK (20)

205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis
205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis
205101795 analisis-rantai-nilai-value-chain-analisis
 
Bahan belajar uts Manajemen Stratejik
Bahan belajar uts Manajemen StratejikBahan belajar uts Manajemen Stratejik
Bahan belajar uts Manajemen Stratejik
 
Mgt Biaya (1) Introducing
Mgt Biaya   (1) IntroducingMgt Biaya   (1) Introducing
Mgt Biaya (1) Introducing
 
Ppt materi bab 1 manajemen biaya Fakultas ekonomi dan bisnis
Ppt materi bab 1 manajemen biaya Fakultas ekonomi dan bisnisPpt materi bab 1 manajemen biaya Fakultas ekonomi dan bisnis
Ppt materi bab 1 manajemen biaya Fakultas ekonomi dan bisnis
 
Strategi Operasi Untuk Barang Dan Jasa
Strategi Operasi Untuk Barang Dan JasaStrategi Operasi Untuk Barang Dan Jasa
Strategi Operasi Untuk Barang Dan Jasa
 
6, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: Michael Porters Generi...
6, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali,  Strategic Management: Michael Porters Generi...6, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali,  Strategic Management: Michael Porters Generi...
6, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: Michael Porters Generi...
 
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Implementasi Strategi,Universitas Mercubuana,2...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Implementasi Strategi,Universitas Mercubuana,2...SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Implementasi Strategi,Universitas Mercubuana,2...
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Implementasi Strategi,Universitas Mercubuana,2...
 
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Kontrol,Universitas Mercubuana,2018.PDF
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Kontrol,Universitas Mercubuana,2018.PDFSM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Kontrol,Universitas Mercubuana,2018.PDF
SM, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Strategi Kontrol,Universitas Mercubuana,2018.PDF
 
PELAKSANAAN STRATEGI BISNIS DAN PEMASARAN PT. BLUE BIRD, TBK
PELAKSANAAN STRATEGI BISNIS DAN PEMASARAN PT. BLUE BIRD, TBK PELAKSANAAN STRATEGI BISNIS DAN PEMASARAN PT. BLUE BIRD, TBK
PELAKSANAAN STRATEGI BISNIS DAN PEMASARAN PT. BLUE BIRD, TBK
 
Klmpk 5.AKMEN_.pptx
Klmpk 5.AKMEN_.pptxKlmpk 5.AKMEN_.pptx
Klmpk 5.AKMEN_.pptx
 
Rbb 4 suhartono
Rbb 4 suhartonoRbb 4 suhartono
Rbb 4 suhartono
 
Sim, adam dermawan,hapzi ali,keunggulan kompetitif,universitas mercu buana 2017
Sim, adam dermawan,hapzi ali,keunggulan kompetitif,universitas mercu buana 2017Sim, adam dermawan,hapzi ali,keunggulan kompetitif,universitas mercu buana 2017
Sim, adam dermawan,hapzi ali,keunggulan kompetitif,universitas mercu buana 2017
 
magister management (business unit level strategy)
magister management (business unit level strategy)magister management (business unit level strategy)
magister management (business unit level strategy)
 
Implementasi strategi
Implementasi strategi Implementasi strategi
Implementasi strategi
 
KELOMPOK 4 STRATEGIC MANAGEMENT_BAB 13-15.pptx
KELOMPOK 4 STRATEGIC MANAGEMENT_BAB 13-15.pptxKELOMPOK 4 STRATEGIC MANAGEMENT_BAB 13-15.pptx
KELOMPOK 4 STRATEGIC MANAGEMENT_BAB 13-15.pptx
 
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
Internal  Environment Analysis from Value Chain ManagementInternal  Environment Analysis from Value Chain Management
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
 
1-Decision Making Models (1).pptx
1-Decision Making Models (1).pptx1-Decision Making Models (1).pptx
1-Decision Making Models (1).pptx
 
7,SM,Lusianasari,Prof.Dr.Ir.Hapzi Ali.MM.CMA,Business Level Strategi,strategi...
7,SM,Lusianasari,Prof.Dr.Ir.Hapzi Ali.MM.CMA,Business Level Strategi,strategi...7,SM,Lusianasari,Prof.Dr.Ir.Hapzi Ali.MM.CMA,Business Level Strategi,strategi...
7,SM,Lusianasari,Prof.Dr.Ir.Hapzi Ali.MM.CMA,Business Level Strategi,strategi...
 
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...
Strategic Management. Canvas Model, Diversification, Balance Scorecard. Unive...
 
Strategic management. canvas model, diversification, balance scorecard. umb. ...
Strategic management. canvas model, diversification, balance scorecard. umb. ...Strategic management. canvas model, diversification, balance scorecard. umb. ...
Strategic management. canvas model, diversification, balance scorecard. umb. ...
 

MANAJEMEN_BIAYA_STRATEJIK

  • 1.   1  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suarjaya, (2010) berpendapat: tekanan stratejik membutuhkan pemikiran yang integratif/menyeluruh, sehingga mampu mengindentifikasi dan memecahkan masalah dari sudut pandang yang bersifat lintas fungsi (cross functional  ). Fungsi  bisnis sering diidentifikasi sebagai pemasaran, produksi, keuangan, akuntasi dan controllership. Fungsi tersebut bukan dipandang sebagai permasalahan, seperti   permasalah produksi, permasalahan pemasaran dan permasalahan akuntansi dan keuangan, pendekatan yang menyeluruh/integratif menggabungkan keahlian dari semua fungsi secara simultan dengan menggunakan tim yang bersifat lintas fungsi. Pendekatan yang integratif diperlukan dalam lingkungan yang dinamis dan kompetitif. Perhatian perusahaan difokuskan pada pemuasan kebutuhan   pelanggan, dan semua sumber daya perusahaan, dari semua fungsi, diarahkan untuk tujuan tersebut. Manajemen biaya stratejik merupakan pengembangan informasi manajemen biaya untuk membantu fungsi manajemen utama, yaitu menejemen stratejik. Perhitungan harga pokok berdasarkan kegiatan dapat meningkatkan keakuratan biaya produk tradisional secara berarti. Karenanya, penilaian   persediaan membaik dan manajer (dan pengguna informasi lainnya) memiliki informasi yang lebih baik mengenai biaya produk sehingga keputusan yang lebih   baik dapat diambil. Perencanaan dan pengambilan keputusan stratejik  membutuhkan seperangkat informasi biaya yang lebih jauh lebih luas dibandingkan yang diberikan oleh definisi biaya produk tradisional; analisis stratejik juga membutuhkan informasi non-biaya seperti data mengenai  pelanggan, pesaing dan peraturan pemerintah. Perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan lingkungan bisnis melakukan berbagai upaya, misalnya rekayasa ulang (reengineering) pada proses
  • 2.   2  operasionalnya, mengurangi tenaga kerja, memakai jasa perusahaan lain (outsourcing  ) untuk fungsi-fungsi yang berkaitan dengan pelayanan dan  pengembangan struktur dan kebijakan organisasi yang lebih kecil, lebih efisien, dan lebih berorientasi pada pertanggungjawaban sosial. Manajemen selalu   berusaha untuk lebih adaptif terhadap adanya perubahan-perubahan sehingga  perusahaan cenderung berusaha memiliki perangkat informasi yang lebih luas. Perangkat informasi yang lebih luas ini setidaknya harus memenuhi dua syarat. Pertama, perangkat informasi ini harus mencakup informasi mengenai lingkungan perusahaan dan lingkungan kerja perusahaan. Kedua, perangkat informasi tersebut juga harus memberikan pandangan mengenai periode dan kegiatan di masa-masa mendatang. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang, penulis merumuskan permasalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana Manajemen Biaya Stratejik dapat memberi keyakinan yang memadai bagi perusahaan di dalam pertumbuhan dan menciptakan kelangsungan jangka panjang?
  • 3.   3  BAB II PEMBAHASAN 2.1 Manajemen Biaya Stratejik  Menurut Hansen & Mowen, (2000) pengambilan keputusan yang mempengaruhi posisi bersaing jangka panjang perusahaan secara eksplisit harus mempertimbangkan elemen stratejik dari keputusan. Elemen stratejik yang paling   penting bagi perusahaan adalah pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan. Pengambilan keputusan stratejik melibatkan pemilihan di antara alternatif strategi dengan sasaran pemilihan strategi, atau strategi-strategi yang memberikan keyakinan yang memadai bagi perusahaan mengenai pertumbuhan dan kelangsungan jangka panjang. Kunci untuk mencapai sasaran ini adalah untuk  memenangkan keunggulan pesaing. Manajemen biaya stratejik adalah  penggunaan data biaya untuk mengembangkan dan mengidentifikasikan strategi yang unggul yang akan menghasilkan keunggulan bersaing yang berkelanjutan. 2.1.1 Menciptakan dan Mempertahankan Keunggulan Bersaing Untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing diantaranya dapat dilakukan dengan cara meningkatkan:  a. Keunggulan Bersaing Menciptakan nilai pelanggan yang lebih baik dengan biaya yang sama atau lebih rendah dibandingkan pesaing atau menciptakan nilai yang setara dengan  biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing.   b. Nilai Pelanggan Perbedaan antara apa yang diterima pelanggan (realisasi anggaran) dan apa yang pelanggan berikan (pengorbanan pelanggan). Apa yang pelanggan terima dari pada sekedar tingkatan kinerja yang diberikan produk. Apa yang diterima dinamakan total produk.
  • 4.   4  c. Total Produk  Rentang yang lengkap dari manfaat berwujud dan tidak berwujud yang diterima pelanggan dari produk yang dibeli, karenanya realisasi   pelanggan mencakup karakteristik dasar dan spesial dari produk,  pelayanan, mutu, instruksi penggunaan, reputasi, merek, dan faktor-faktor  lain yang diangap penting bagi pelanggan. d. Biaya Purna Jual Pengorbanan pelanggan mencakup biaya pembelian produk, waktu dan usaha yang dicurahkan untuk memperoleh dan mempelajari penggunaan   produk tersebut, dan biaya purna jual, yaitu biaya penggunaan, mempertahankan dan membuang produk tersebut. 2.1.2 Mengembangkan Strategi yang Kompetitif untuk Memperoleh Posisi Stratejik  Menurut Michael Porter, (1985) konsep strategi kompetitif dapat dijelaskan dengan tiga jenis strategi kompetitif utama yaitu: keunggulan dalam cost (cost leadership), deferensiasi, dan fokus. Perusahaan melakukan tiga tahap analisis strategi kompetitif untuk mengidentifikasikan strategi kompetitifnya. a.  Strategi Keunggulan C ost    Keunggulan pada cost  produksi merupakan strategi perusahaan menghadapi  pesaingnya dengan cara memproduksi produk dan jasa pada cost yang paling rendah. Strategi ini muncul dari produktivitas dalam proses pemanufakturan dan penghematan tenaga kerja langsung. Contohnya, inovasi teknologi dalam  proses pemanufakturan dan penghematan tenaga kerja langsung. Kelemahan utamanya adalah kecenderungan untuk mereduksi biaya yang dapat menjatuhkan permintaan terhadap produk dan jasa, contohnya dengan menghilangkan model-model penting.  b.  Strategi Deferensiasi Strategi deferensiasi diimplementasikan dengan cara menciptakan persepsi   pelanggan bahwa produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan bersifat unik,
  • 5.   5  dalam hal tertentu yang penting, biasanya kualitas yang lebih tinggi. Banyak   perusahaan yang melakukan deferensiasi dihampir semua industri, termasuk  industri mobil, elektronik, dan peralatan industri. Kelemahan utamanya adalah terletak pada kecenderungan perusahaan untuk  menurunkan biaya produk atau mengabaikan rencana pemasaran yang agresif  dan kontinyu, kecenderungan tersebut dapat menjatuhkan kekuatannya. c.  Strategi Fokus Strategi ini diimplementasikan dengan cara memberi target kepada   perusahaan, perhatian yang serius pada segmen pasar tertentu, misalnya melalui jenis pelanggan, lini produk dan geografi. Strategi ini digunakan untuk  memilih peluang pasar dimana persaingannya tidak ketat atau perusahaan memiliki keunggulan kompetitif karena teknologi atau bentuk lain dari deferensiasi. Kelemahannya adalah peluang bisa saja tiba-tiba hilang karena adanya   perubahan teknologi dalam industri atau adanya perubahan pada selera  pelanggan. 2.1.3 Kerangka, Hubungan, dan Kegiatan Rantai Nilai (Value Chain) Menurut Blocher (2002) kerangka rantai nilai adalah suatu pendekatan   pendorong untuk memahami kegiatan perusahaan yang penting secara strategis. Dasar dari kerangka rantai nilai adalah pengakuan adanya hubungan yang kompleks dan saling keterkaitan di antara kegiatan baik di dalam maupun di luar    perusahaan. Ada dua jenis hubungan yang harus dianalisis dan dipahami : hubungan internal dan hubungan eksternal. Internal linkage adalah hubungan diantara kegiatan yang dilakukan dalam   bagian rantai nilai perusahaan. Sebaiknya,  External linkage menjelaskan hubungan kegiatan rantai nilai perusahaan yang dilakukan dengan pemasok dan  pelanggannya. Hubungan eksternal terdiri dari dua jenis yaitu hubungan pemasok  dan hubungan pelanggan.  Selain itu terdapat kegiatan dan pendorong organisasi dimana kegiatan yang menentukan struktur organisasi dan proses bisnis. Aktivitas operasional
  • 6.   6  adalah kegiatan hari ke hari yang dilakukan sebagai hasil dari struktur dan proses yang dipilih oleh organisasi. Organizational cost driver  (pendorong biaya organisasi) adalah faktor  struktural dan prosedural yang menentukan struktur biaya jangka panjang dari suatu perusahaan sehingga pendorong biaya organisasi memegang peranan yang sangat penting pada strategi pengurangan biaya apapun. O  perational cost driver    adalah faktor-faktor yang mendorong biaya operasional kegiatan. Pendorong ini mencakup faktor-faktor seperti jumlah suku cadang, jumlah perpindahan, jumlah  produk, jumlah pesanan pelanggan, dan jumlah produk yang dikembalikan. Kegiatan organisasi ada dua jenis : struktural dan prosedural. Kegiatan struktural adalah kegiatan yang menentukan struktur ekonomi perusahaan yang mendasari. Kegiatan prosedural adalah kegiatan yang mendefinisikan proses suatu organisasi dan secara langsung berhubungan dengan kemampuan suatu organisasi untuk melaksanakan dengan berhasil. Pendorong biaya organisasi dijelaskan dalam dua kategori, berhubungan dengan dua jenis kegiatan : pendorong biaya struktural dan pendorong biaya prosedural.  Tabel 2.1 Pendorong Biaya Struktural Kegiatan struktural Pendorong biaya struktural Membangun pabrik sentralisasi Jumlah pabrik, skala, tingkat Menyusun struktur manajemen Gaya dan filosofi manajemen Pengelompokan karyawan Jumlah dan jenis unit kerja Kompleksitas Jumlah lini produk, jumlah proses yang unik, jumlah bagian yang unik  Integrasi vertikal Membeli daya, menjual daya Menyeleksi dan menggunakan teknologi  proses Jenis proses teknologi Sumber: Blocher (2002) Tabel 2.2 Pendorong Biaya Prosedural Kegiatan Prosedural Pendorong biaya prosedural Menggunakan karyawan Tingkat keterlibatan Memberikan mutu Pendekatan manajemen mutu Menyediakan tata letak pabrik Efisiensi tata letak pabrik  Merancang dan memproduksi produk Konfigurasi produk  Menyediakan kapasitas Utilitas kapasitas Sumber: Blocher (2002)
  • 7.   7  Perbedaan  structural cost driver dan executional cost driver  yaitu : Structural    cost driver  (pendorong biaya struktural) adalah kegiatan yang menentukan struktur ekonomi perusahaan yang mendasari sedangkan execitional cost driver    (pendorong biaya eksesional) adalah kegiatan yang mendefinisikan proses suatu organisasi dan secara langsung berhubungan dengan kemampuan suatu organisasi untuk melaksanakan dengan berhasil. Misalnya : Bagaimana karyawan diorganisasikan dan berapa banyak karyawan yang digunakan untuk mempengaruhi struktur biaya jangka panjang suatu organisasi. 2.1.3.1 Analisis Rantai-Nilai Analisis rantai nilai mengidentifikasi hubungan internal dan eksternal yang dihasilkan dalam pencapaian perusahaan baik kepemimpinan biaya atau strategi diferensiasi (manapun yang ditentukan akan membentuk keunggulan bersaing yang dapat bertahan). Pemanfaatan hubungan tergantung pada analisis bagaimana  biaya dan faktor non-keuangan lainnya dapat bervariasi sesuai dengan berbagai kelompok kegiatan yang berbeda yang dipertimbangkan. Sifat rantai nilai tergantung ada sifat industri dan berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur,   perusahaan jasa dan organisasi yang tidak berorientasi pada laba. Rantai-nilai untuk industri pemanufakturan disajikan pada gambar berikut ini: Sumber: Hartanto dan Zulkifli (2002); Gambar 2.1 Rantai -Nilai pada Industri Pemanufakturan Aliran Pengembangan Produk  Desain Pergudangan dan Distributor  Pemanufakturan: Perakitan, Pengujian, dan Pengepakan Perolehan Bahan Penjual Eceran Pelayanan Pelanggan
  • 8.   8  Penentuan di bagian mana perusahaan berada dari total rantai-nilai merupakan analisis stratejik, bedasarkan pertimbangan terhadap keunggulan kompetitif yang ada pada setiap perusahaan yaitu kondisi dimana perusahaan dapat diberikan nilai terbaik untuk pelanggan utama dengan biaya serendah mungkin. (Blocher, 2002)   2.1.3.2 Pemanfaatan Hubungan Internal Hubungan dengan kegiatan eksternal pada perusahaan dapat pula dimanfaatkan. Memanfaatkan hubungan hubungan eksternal berarti mengelola hubungan ini sehingga baik perusahaan maupun pihak eksternal menerima  peningkatan manfaat. Kegiatan sebelum dan sesudah produksi harus dikenali dan dimanfaatkan. Memanfaatkan hubungan internal berarti bahwa hubungan antara kegiatan dinilai dan digunakan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan nilai. Misalnya kegiatan desain produk dan pengembangan terjadi sebelum produksi dan terkait dengan kegiatan produksi. Cara produk tersebut didesain mempengaruhi biaya  produksi. Bagaimana biaya produksi terpengaruh membutuhkan pengetahuan mengenai pendorong biaya, jika insinyur desain mengetahui bahwa jumlah suku cadang merupakan pendorong biaya untuk berbagai kegiatan produksi (penggunaan bahan, penggunaan tenaga kerja langsung, penanganan bahan dan  pembelian, merupakan contoh dari kegiatan dimana biaya dapat dipengaruhi oleh  jumlah suku cadang). Insinyur tersebut melakukan desain ulang produk sehingga   produk tersebut memiliki lebih sedikit suku cadang sehingga akan mengurangi  biaya produksi. Pengetahuan tentang hubungan internal ini digunakan oleh pengusaha Jepang untuk menurunkan jumlah suku cadang pada VCR sebesar 50%. Pengurangan ini memungkinkan mereka mengurangi harga VCR dari $1 300 menjadi $298. Kegiatan desain juga terkait dengan kegiatan jasa dalam rantai nilai  perusahaan, dengan memproduksi produk dengan suku cadang yang lebih sedikit terdapat lebih sedikit kemungkinan kesalahan pada produk, dan karenanya lebih
  • 9.   9  sedikit biaya yang berhubungan dengan kesepakatan garansi. Biaya reparasi   produk juga menurun karena dengan suku cadang yang lebih sedikit berarti  prosedur perbaikan menjadi lebih sederhana. 2.1.3.3 Analisis Hubungan Internal Sebuah perusahaan memproduksi beragam produk medis berteknologi tinggi. Satu dari produk tersebut memiliki 20 suku cadang. Insinyur desain telah diberitahu bahwa jumlah suku cadang merupakan pendorong kegiatan yang  penting (pendorong biaya operasional) dan mengurangi jumlah suku cadang akan mengurangi permintaan untuk berbagai kegiatan di bawahnya dalam rantai nilai. Berdasarkan masukan ini insinyur desain menghasilkan konfigurasi baru untuk produk tersebut yang hanya membutuhkan delapan suku cadang. Manajemen ingin mengetahui pengurangan biaya yang dihasilkan oleh desain  baru. Mereka berencana mengurangi harga per unit dengan penghematan per unit. Saat ini 10.000 unit diproduksi. Pengaruh desain baru pada permintaan akan empat kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.3 Pengaruh desain baru pada permintaan akan empat kegiatan Kegiatan Pendorong kegiatan Kapasitas Permintaan Sekarang Permintaan yang Diharapkan Penggunaan  bahan baku Jumlah  bagian 200.000 200.000 80.000 Penggunaan tenaga kerja Jam kerja tenaga langsung 10.000 10.000 5.000 Pembelian Jumlah  pemesanan 15.000 12.500 6.500 Perbaikan dengan garansi Jumlah  produk yang rusak 1.000 1.000 500 Sumber: Hansen & Mowen (2000)  Data biaya: Penggunaan bahan = $3 per suku cadang yang digunakan, tidak ada biaya tetap kegiatan.
  • 10.   10  Penggunaan tenaga kerja = $12 per jam tenaga kerja langsung, tidak ada biaya tetap kegiatan. Pembelian: tiga pegawai dengan gaji, masing-masing memperoleh gaji tahunan $30.000, tiap pegawai mampu memproses 5000 pesanan pembelian, biaya variabel kegiatan $0,50 per pesanan pembelian yang diproses untuk formulir,  prangko, dan lain-lain. Garansi: dua agen reparasi, masing-masing digaji $28.000 per tahun; tiap agen reparasi mampu memperbaiki 500 unit per tahun, biaya variabel kegiatan $20 per   produk yang diperbaiki. Berdasarkan informasi pada tabel dan data biaya, potensi penghematan yang dihasilkan oleh desain baru sebagai berikut: Penurunan Biaya dari Pemanfaatan Hubungan Internal Penggunaan bahan baku = (200.000-80.000) $3 = $360.000 Penggunaan tenaga kerja = (10.000-5000) $12 = $ 60.000 Pembelian = ($30.000 + $0,50 (12500-6500) = $ 33.000 Perbaikan dgn garansi= ($28.000 + $20 (800-500) = $ 34.000 Jumlah penghematan $487.000  Jumlah Unit 10.000 Penghematan/unit $ 48,70 2.1.3.4 Memanfaatkan Hubungan Eksternal Perusahaan tidak dapat mengabaikan interaksi antara kegiatan rantai- nilainya dengan rantai nilai dari pemasok dan pembelinya. Memanfaatkan hubungan eksternal berarti mengelola hubungan ini sehingga baik perusahaan maupun pihak eksternal menerima peningkatan pemanfaatan. Pemasok memberikan masukan dan, sebagian konsekuensinya, dapat memiliki pengaruh yang besar pada kepemimpinan biaya dan strategi diferensiasi   pengguna. Misalnya, asumsikan perusahaan mengadopsi pendekatan  gugus kendali mutu untuk melakukan diferensiasi dan mengurangi biaya mutu secara keseluruhan. Gugus Kendali mutu merupakan pendekatan untuk mengelola mutu
  • 11.   11  dan mengharuskan produksi produk tanpa cacat. Mengurangi cacat, pada gilirannya mengurangi total biaya yang dikeluarkan pada kegiatan mutu. Contoh numerik: Misalkan perusahaan Thompson memproduksi suku cadang presisi untuk  11 pembeli utama. Sistem biaya berdasar kegiatan digunakan untuk  membebankan biaya produksi pada produk. Perusahaan mengenakan harga tiap pesanan pelanggan dengan menambahkan  biaya pemenuhan pesanan pada biaya produksi dan kemudian menambahkan 20% kenaikan harga (untuk menutupi segala biaya administrasi ditambah laba). Biaya pemenuhan pesanan sejumlah $606.000 dan sekarang dibebankan sebanding dengan volume penjualan (diukur dari jumlah suku cadang yang terjual). Dari 11 pelanggan, 1 rekening untuk 50% penjualan dan 10 sisanya untuk  50% lainnya. Sepuluh pelanggan lebih kecil membeli suku cadang dalam jumlah kira-kira sama. Pesanan yang dilakukan oleh pelanggan yang lebih kecil juga kira- kira berukuran sama. Data keterkaitan dengan kegiatan pelanggan Thompson adalah sebagai berikut: Tabel 2. 4 Data Kegiatan pelanggan Thompson Uraian Pelanggan Besar Sepuluh Pelanggan Terkecil Unit yang dibeli 500000 500.000 Pesanan yang Diterima 2 200 Biaya Produksi $3.000.000 $300.000 Alokasi biaya pemenuhan pesanan $303.000 $303.000 Biaya pesanan per unit $0.606 $0.606  Sumber: Hansen & Mowen (2000)  Diasumsikan pelanggan besar mengeluhkan harga yang dikenakan dan mengancam memindahkan bisnisnya ke tempat lain. Pelanggan mengajukan   penawaran dari pesaing Thompson yakni $0,50 tiap suku cadang lebih murah dibandingkan harga yang dikenakan Thompson. Thompson meyakini bahwa sistem biaya ABC membebankan biaya   produksi secara tepat, lalu menyelidiki pembebanan biaya pemenuhan pesanan
  • 12.   12  dan menemukan bahwa jumlah pesanan penjualan yang diproses merupakan   pendorong biaya yang jauh lebih baik dibandingkan jumlah suku cadang yang dijual. Permintaan kegiatan diukur dengan jumlah pesanan penjualan, dan biaya   pemesanan seharusnya dibebankan pada pelanggan dengan mengenakan tarif  kegiatan $3.000 per pesanan ($606.000/202 pesanan). Dengan menggunakan tarif  ini pelanggan besar seharusnya dikenakan $6.000 untuk biaya pemenuhan  pesanan. Selama ini pelanggan besar dikenai biaya tambahan $297.000 tiap tahun, atau sekitar $0,59 per suku cadang. ($297.000/500.000 unit). Pengenaan tambahan 20% atas biaya menghasilkan harga $0,71 lebih tinggi (1,2x$0,59) Dibantu dengan informasi ini, manajemen Thompson segera menawarkan untuk menurunkan harga yang dikenakan pada pelanggan besar setidaknya sebesar $0,50, oleh karenanya satu manfaat bagi pelanggan besar adalah koreksi harga. Hal ini juga menguntungkan Thompson karena koreksi harga diperlukan untuk mempertahankan setengah dari bisnisnya sekarang. Kesulitannya Thompson harus mengumumkan kenaikan harga untuk pelanggannya yang lebih kecil. Mengidentifikasi pendorong biaya yang tepat (jumlah pesanan yang diproses) menunjukkan hubungan antara kegiatan pemenuhan pesanan dan   perilaku biaya. Pesanan kecil sering membebankan biaya pada Thompson, yang kemudian dipindahkan pada semua pelanggan melalui penggunaan alokasi volume penjualan. Jumlah pesanan yang menurun akan menurunkan biaya pemenuhan   pesanan Thompson. Mengetahui hal ini Thompson dapat menawarkan rabat (potongan) harga pada pesanan yang lebih besar. Menggandakan ukuran pesanan dari pelanggan kecil akan memotong jumlah pesanan sebesar 50%, menghemat $300.000 bagi Thompson. Hampir cukup untuk membuat tidak perlu menaikkan harga jual pada pelanggan kecil. Pesanan yang lebih besar dan jarang akan menurunkan permintaan kegiatan internal lainnya, seperti penyetelan peralatan dan penanganan bahan.
  • 13.   13  Pengurangan permintaan pada kegiatan lain akan menghasilkan pengurangan   biaya lebih lanjut dan tambahan potongan harga membuat Thompson lebih  bersaing. Dapat dikatakan memanfaatkan hubungan pelanggan dapat membuat  penjual dan pelanggan menjadi lebih baik. 2.1.4 Isu Stratejik Lainnya Perusahaan mengalami keberhasilan dengan mengadopsi dan mengimplementasikan salah satu dari strategi-strategi yang telah diuraikan diatas. Berikut ringkasan dari aspek khusus dari strategi kompetitif disajikan pada tabel  berikut. Tabel. 2.5 Strategi Kompetitif  Aspek  Cost Leadership Deferensiasi Target Stratejik Lintas Sektoral Pasar Lintas Sektoral Pasar  Dasar Keunggulan Kompetitif  Biaya Terendah dalam Industri Produk atau Jasa yang Unik  Lini Produk Pemilihan yang Terbatas Bervariasai, Model yang terdeferensiasi Tekanan Produksi Biaya Serendah Mungkin dengan Kualitas yang Tinggi dan Tampilan Produk  Inovasi dalam Hal Deferensiasi Produk  Tekanan Pemasaran Harga Jual Rendah Harga Tinggi dan Inovatif, tampilan produk yang terdeferensiasi Sumber: Harnanto dan Zulkifli (2003)  Disamping satu strategi yang secara umum dominan, sebagian besar    perusahaan tampaknya juga menerapkan dua atau lebih dari strategi-strategi tersebut pada saat yang sama, contohnya dengan mengkombinasikan strategi cost  leadership dan deferensiasi. Meskipun demikian, perusahaan yang menerapkan dua atau lebih dari strategi-strategi tersebut biasanya akan berhasil jika   perusahaan tersebut dapat mencapai salah satu dari strategi-strategi yang dipilihnya. Hal ini sering terjadi pada suatu perusahaan yang sudah berhasil dalam hal deferensiasi, kemudian melebarkan sayap untuk untuk hal-hal yang  berada diluar keahliannya, dimana terdapat persaingan yang ketat.
  • 14.   14  Cara lain yang bisa menyebabkan perusahaan hanya berhenti di tengah saja adalah ketika perusahaan melakukan pengembangan strateginya dari strategi yang satu ke strategi yang lainnya sejalan dengan perkembangan perusahaan tersebut. Seringkali perusahaan yang pada awalnya merupakan perusahaan yang kecil dan sukses melalui strategi deferensiasi atau fokus yang efektif dan   produknya sudah mapan dipasaran, kemudian sejalan dengan pertumbuhan   perusahaan, perusahaan tersebut mulai mengubah strateginya dengan µ cost  leadership¶  sebagai cara untuk mencapai keberhasilan. Perusahaan harus berhati- hati dalam mengidentifikasikan tahap-tahap ini dalam pertumbuhannya dan harus mengadaptasikan secara tepat ke dalam strategi perusahaan. (Hernanto & Zulkifli, 2003) 2.1.5 Faktor-faktor Keberhasilan Kritis ( Critical Succsess Factors)  Menurut Harnanto dan Zulkifli (2003), Identifikasi strategi kompetitif  untuk perusahaan tertentu dapat diterapkan dalam tiga tahap yaitu: Tahap 1: Melakukan analisis stratejik terhadap perusahaan dengan menggunakan analisis SWOT. Apa saja kekuatan dan kelemahan   perusahaan, peluang serta tantangannya? Menentukan strategi dan faktor-faktor keberhasilan kritis yang dimiliki perusahaan. Tahap 2: Mengembangkan ukuran yang relevan dan dapat dipercaya untuk  faktor-faktor keberhasilan kritis yang telah diidentifikasikan pada tahap pertama. Tahap 3: Mengembangkan sistem informasi kos stratejik untuk mendukung stratejik perusahaan secara keseluruhan dan untuk melaporkan faktor- faktor keberhasilan kritis kepada para manajer yang sesuai. Penjelasan secara singkat masing-masing tahap strategi kompetitif, sebagai  berikut: Tahap pertama merupakan prosedur sistematis untuk mengidentifikasikan faktor-faktor keberhasilan kritis (critical success factors) yang dimiliki oleh   perusahaan meliputi kekuatan dan kelemahan internalnya, dan peluang serta
  • 15.   15  ancaman yang bersifat eksternal. Kekuatan (strengths) adalah keahlian dan sumber daya utama yang dimiliki oleh perusahaan. Keahlian (skills) atau kompetensi yang secara khusus dimiliki olah perusahaan yang disebut µ core competencies¶  . Konsep µ core competencies¶  merupakan konsep yang penting karene hal itu menunjukkan keunggulan kompetitif yang signifikan yang dimiliki   perusahaan dan juga dapat digunakan untuk membentuk strategi perusahaan secara keseluruhan. Sebaliknya, kelemahan menunjukan kekurangan perusahaan dalam keahlian tertentu, yang relatif dimiliki oleh perusahaan pesaing. Analisis SWOT mengarahkan analisis strategik dengan cara memfokuskan   perhatian pada kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) yang merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan perusahaan. Dengan melakukan identifikasi secara hati-hati pada faktor keberhasilan kritis (critical success factor), para eksekutif dan manajer  dapat menemukan perbedaan-perbedaan pandangan. Tujuan utama dari analisis SWOT, adalah mengidentfikasi strategi perusahaan secara keseluruhan dan critical success factor¶  (CSFs), dan sebagai awal untuk pengembangan  pemufakatan (konsensus) diantara para eksekutif dan para manajer terkait. Tahap kedua bertujuan untuk menentukan ukuran yang spesifik sehingga memungkinkan perusahaan untuk memonitor perkembangannya dan mencapai tujuan strategik perusahaan. Dalam pengembangan ukuran CSFs harus melibatkan studi secara hati-hati terhadap proses bisnis perusahaan. Pengembangan produk,  pemanufakturan, pemasaran, manajemen dan fungsi keuangan harus dilihat untuk  menetukan spesifikasi fungsi-fungsi ini dalam memberikan kontribusi untuk  langkah terakhir dalam pengukuran CSFs perusahaan. Tahap ketiga adalah mengembangkan sistem informasi biaya strategik  untuk mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan dan untuk melaporkan µ critical success factor¶  kepada manajer yang sesuai. Penentuan awal sistem informasi strategik adalah mempertimbangkan indentifikasi terhadap strategi kompetitif. Jika CSFs sudah diidentifikasi dan diukur, langkah akhir adalah  pengembangan sistem informasi strategik untuk mengukur dan melaporkan CSFs tersebut. Hal ini sering dilakukan dalam bentuk µ balanced scorecard¶. Balanced 
  • 16.   16   scorecard  merupakan laporan manajemen biaya yang meringkas CSFs untuk  menarik perhatian manajemen dalam pencapaian keberhasilan kompetitif. Gambar    berikut menyajikan balanced scorecard  yang menberikan tindakan manajemen untuk mencapai keberhasilan kompetitif. Sumber: Blocher (2002); Gambar 2.2 Balanced Scorecard  untuk pencapaian keberhasilan kompetitif  Pertimbangan terakhir adalah pengembangan dan pelaporan CSFs harus dihubungakan dengan tujuan keuangan perusahaan. Contoh, jika kualitas merupakan tujuan perusahaan (coorperate goal), maka tingakat pengembalian garansi merupakan CSFs yang relevan dengan kualitas, kemudian sistem informasi strategik seharusnya mengembangkan informasi yang relevan tentang  biaya dan manfaat penurunan tingakat pemgembalian garansi. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu apa dampak tingkat pengembalian garansi terhadap laba jangka  pendek dan laba jangka panjang? Manajemen strategik perusahaan meminta para 2.Ukuran Kinerja Keuangan (Apakah laba meningkat?) 1.Keputusan Pelanggan (Apakah persentase ketepatan waktu pengiriman meningkat?) 4.Prose Bisnis Intenal (Apakah produktivitas meningkat?) 3.Inovasi dan Pembelajaran (Berapa banyak hak paten yang ditunda pada tahun ini?) Keberhasilan Kompetitif 
  • 17.   17  manajer untuk membuat CSFs dan memotitor perkembangannya dalam mencapai tujuan strategik dengan cara melihat tujuan profitabilitas jangka pendek maupun  jangka panjang, dengan menggunakan sistem informasi strategik.
  • 18.   18  BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Manajemen biaya strategik merupakan usaha jangka panjang yang membangun budaya kerja organisasi agar penurunan biaya menjadi budaya yang mampu bertahan lama, melalui keunggulan bersaing, strategi kompetitif dan analisis rantai nilai (value chain). Biaya strategik harus dilandasi oleh semangat untuk melakukan perbaikan terus-menerus secara berkelanjutan atas kinerja   perusahaan. Manajemen biaya strategik harus berpedoman kepada perbaikan   pelayanan masyarakat. Keseriusan manajemen puncak merupakan penentu efektivitas program pengurangan biaya karena pada dasarnya manajemen biaya strategik merupakan stategi manajemen puncak. Penurunan biaya dapat dilakukan melalui perencanaan dan pengendalian aktivitas.  3.2 Saran Strategi yang berbeda memerlukan aktivitas yang berbeda. Aktivitas yang  berbeda akan menyebabkan biaya yang berbeda. Manajemen hendaknya memiliki komitmen untuk memilih strategi yang memerlukan biaya terendah untuk  mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Pengurangan biaya dapat dicapai dengan meminimalkan sumberdaya yang digunakan. Pendekatan pengurangan aktivitas dimaksudkan untuk peningkatan efisiensi dengan catatan aktivitas yang dikurangi adalah aktivitas yang tidak menambah nilai (non-value-added  ) bagi kesejahteraan masyarakat
  • 19.   19  DAFTAR PUSTAKA Manajemen Biaya Strategi (http://dedysuarjaya.blogspot.com), diunduh tanggal; 13 Oktober 2011. 20.30 WIB Blocher   , Edward J., Kung H.Chen, Thomas W.Lin.  C ost Accounting 2e. New York : McGraw-Hill, 2002  Hansen  , Don R. and Maryanne M. Mowen. 2000. Manajemen Biaya: Akuntansi dan Pengendalian. Edisi Pertama. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat Porter, M.E. (1985). C ompetitive Advantage, C  reating and Sustaining Superior   Performance. New York : The Free Pross. Harnanto dan Zulkifli. 2003. Manajemen Biaya. Yogyakarta: UPP AMP YKPN