Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang pentingnya air bagi kehidupan, profil Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan rencana analisis kebutuhan air bersih di kabupaten tersebut untuk kondisi saat ini dan masa depan. Tujuannya adalah untuk memprediksi kebutuhan air bersih di Ogan Komering Ilir agar dapat memenuhi kebutuhan penduduknya.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup
baik untuk memenuhi kebutuhannya maupun menopang hidupnya secara alami.
Kegunaan air yang bersifat universal atau menyeluruh dari setiap aspek kehidupan
menjadi semakin berharganya air baik jika dilihat dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang, maka kebutuhannya akan air
pun akan meningkat. (Unus S,1996).
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir
71% permukaan Bumi. Air adalah dasar dari suatu kehidupan dan merupakan suatu
unsur yang dibutuhkan dalam kehidupan hingga manusia pun sangat menantikan
kedatangannya (Sayyid Quthb).
Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyar km3 air : 97,5% adalah
air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73 % berada di daratan sebagai air sungai, air
danau, air tanah dan sebagainya. Air di bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi
yaitu penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sumber daya air di muka bumi ini tidak akan bertambah
jumlahnya. Di lain pihak, air menjadi kebutuhan penting bagi kehidupan makhluk
hidup, khususnya kebutuhan akan air bersih. Sejalan dengan pertambahan dan
perkembangan penduduk, maka kebutuhan terhadap air bersih juga semakin
meningkat, persaingan untuk mendapatkan air bersih untuk berbagai macam
kepentingan pun juga akan terus meningkat. Perkembangan wilayah pada suatu
daerah akan menyebabkan kebutuhan air bersih terus meningkat seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk. Pemenuhan kebutuhan pangan dan aktivitas penduduk
selalu erat kaitannya dengan kebutuhan akan air bersih. Tuntutan tersebut tidak dapat
dihindari, tetapi haruslah diprediksi dan direncanakan pemanfaatan sebaik mungkin.
Air sebagai materi essensial dalam kehidupan terhadap air untuk keperluan
sehari-hari di lingkungan ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan
2. 2
kehidupan dan di setiap bangsa dan negara. Propinsi Sumatera Selatan adalah salah
satu propinsi yang juga mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan
seiring dengan berkembangnya propinsi itu sendiri yang juga berdampak terhadap
meningkatnya kebutuhan atas air bersih.
Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagai salah satu kabupaten di Sumatera
Selatan memiliki 18 kecamatan dimana setiap kecamatan memiliki kebutuhan atas
air bersih yang bervariasi. Secara administratif, Kabupaten Ogan Komering Ilir
berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang di sebelah utara,
Kabupaten Ogan Ilir (OI) dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU) di
sebelah barat, Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung di sebelah selatan, dan Selat
Bangka serta Laut Jawa di sebelah timur.
Penulisan ini menganalisis dan memprediksi banyaknya kebutuhan air
bersih untuk kondisi sekarang dan untuk kebutuhan di masa yang akan datang di
Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan dimana agar kebutuhan air
bersih dapat terpenuhi diperlukan kebijakan pengelolaan yang menyeluruh mencakup
pengaturan perlindungan atas sumber daya air, pemanfaatan sumber daya air dengan
didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana pendistribusian, serta pengembangan
teknologi bagi penyediaan air, pemanfaatan serta pengolahannya. Kebutuhan air
bersih sangat perlu dianalisis untuk memperoleh kesiapan data dan informasi tentang
air bersih serta jumlah kebutuhan air bersih di suatu daerah aliran sungai yang
lengkap dan akurat.
1.2.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan di atas di dapat rumusan masalah yaitu
seberapa besar kebutuhan air bersih yang dibutuhkan oleh penduduk Ogan Komering
Ilir pada masa sekarang dan yang akan datang seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk di kabupaten tersebut.
1.3.
Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan dari penulisan yaitu untuk menghitung jumlah
kebutuhan air bersih pada kondisi sekarang dan memprediksi kebutuhan air untuk
3. 3
kondisi yang akan datang yang dibutuhkan oleh penduduk di Kabupaten Ogan
Komering Ilir, Sumatera Selatan.
1.4.
Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penulisan ini difokuskan untuk menghitung besarnya kebutuhan air
bersih pada kondisi sekarang dan memprediksi besarnya kebutuhan air bersih untuk
kondisi yang akan datang di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
1.5.
Sistematika Penulisan
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka sistematika penulisan adalah :
BAB I
Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Meliputi teori-teori dan konsep-konsep dasar yang digunakan dalam
melakukan analisis data.
BAB III
Metodologi Penelitian
Menjelaskan metode pengumpulan data dan pengolahan data
BAB IV
Analisa dan Pembahasan
Meliputi analisis dan pembahasan mengenai prediksi kebutuhan air di
berbagai sektor berdasarkan data yang ada
BAB V
Kesimpulan dan Saran
Meliputi kesimpulan dan saran dari hasil analisa dan pembahasan.
4. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Indra Kusuma Sari, Lily Montarich Limantara serta Dwi Priyantoro (2007)
mengadakan penelitian “Analisa Ketersediaan dan Kebutuhan Air Pada DAS
Sampean”. Lokasi studi terletak pada Daerah Aliran Sungai Sampean yang terletak
pada Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo dengan luas DAS 1.206 Km 2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kebutuhan air serta ketersediaan
air untuk memenuhi kebutuhan tersebut pada wilayah DAS Sampean. Metode yang
digunakan dalam kajian ini bersifat deskritif yang merupakan analisa fenomena /
kejadian pada masa lampau. Dalam penelitian ini, jumlah penduduk DAS Sampean
dipandang dari parameter jumlah penduduk di kategorikan dalam kategori kota besar,
karenanya untuk kebutuhan air non domestik adalah sebesar 30 % dari kebutuhan air
domestik. Didapatlah kebutuhan air domestik dan non domestik tahun 2007 sebesar
50,93 lt/dtk, 68,34 lt/dtk untuk 2 tahun mendatang, 87,09 lt/dt untuk 5 tahun
mendatang, 111,96 lt/dt untuk 10 tahun mendatang dan 160,06 lt/dtk untuk 20 tahun
mendatang.
Susana dan Eddy Setiadi Soedjono melakukan penelitian “Penyediaan Air
Bersih Pulau Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan – Propinsi Sulawesi Tengah”.
Lokasi penelitian terletak di Pulau Banggai. Penelitian ini bertujuan menganalisa dan
membuat rencana tindak (action plan) terhadap kebutuhan bidang air bersih
pedesaan yang dibagi dalam tiga tahapan peningkatan yaitu jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang. Metode yang digunakan adalah metode deskritif.
Dari analisa diperoleh ketersediaan air bersih lebih besar dari kebutuhan air yang ada
untuk wilayah Pulau Banggai.
5. 5
Penelitian
I
Wayan
Sutapa
(Februari,2009)
yaitu
“Studi Potensi
Pengembangan Sumber Daya Air Di Kota Ampana Sulawesi Tengah yang betujuan
untuk mengetahui potensi sumber air untuk memenuhi kebutuhan air minum di kota
Ampana dan memilih alternative sumber air yang paling optimal dari potensi sumber
daya air yang ada. Metode yang digunakan yaitu survey pendahuluan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan, lalu pengolahan data dengan menggunakan
rumus-rumus empiris dari kajian pustaka. Kesimpulan yang didapat dari penelitian
ini menunjukan bahwa jika air Sungai Ampana dan Sungai Sansarino saja digunakan
untuk kebutuhan air minum, maka sampai proyeksi tahun 2027 belum mampu untuk
mencukupi kebutuhan air kota Ampana.
Pranoto Samto Admodjo, Sri Sangkawati (2008) melakukan penelitian
“Evaluasi Dan Prediksi Pengelolaan Jaringan Air Bersih IKK Brangsong Kabupaten
Kendal Bebasis Sistem Geografis Dalam Rangka Mendukung Millenium
Development Goals (MDGS). Penelitian Ini menggunakan Teknologi Sistem
Informasi Geographis (SIG) dimana SIG digabung dengan Program Epanet dapat
digunakan untuk mengevaluasi jaringan yang ada dan menghitung prediksi layanan
pada tahun 2015 yang akan datang. Dengan Epanet, akan dapat dihitung kebutuhan
air dan fasilitasnya sampai tahun 2015. Hasil penelitian yaitu proyeksi perkembangan
penduduk untuk tahun 2015 sebesar 55896 jiwa. Dengan target MDG’s 80%
penduduk harus terlayani air bersih, sistem jaringan harus mampu melayani
kebutuhan air penduduk sebesar 92,68 liter/detik.
Marhadiyanto D. D dan Suprihandto N melakukan penelitian “Studi
Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Dengan Sistem Penampungan Air Hujan Di Pulau
Panggang”. Hasil yang didapat yaitu dengan perkiraan jumlah penduduk sebanyak
4894 orang pada tahun 2019, kebutuhan air bersih yang perlu dipenuhi dengan sistem
penampungan air hujan adalah 264.222 liter/hari.
2.2.
Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Kebutuhan air bersih merupakan masalah masa sekarang dan masa depan,
maka besarnya kebutuhan air bersih perlu di prediksi. Akan tetapi, sebelum
memprediksi besarnya kebutuhan air bersih, jumlah penduduk di masa yang akan
datang harus di prediksi terlebih dahulu. Prediksi jumlah penduduk di masa yang
akan datang sangat penting dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air bersih di
6. 6
masa yang akan datang. Jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kebutuhan air
bersih. Semakin meningkatnya populasi penduduk dari masa ke masa akan
mengakibatkan peningkatan akan kebutuhan air bersih di masa-masa yang akan
datang.
Prediksi jumlah penduduk dapat diperoleh dengan proyeksi penduduk.
Proyeksi penduduk berdasarkan sensus penduduk. Disini proyeksi penduduk tidak
hanya beberapa tahun sesudah sensus tetapi mungkin sampai beberapa puluh tahun
sesudah sensus. Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa
lampau, maka metode statistik merupakan metode yang paling mendekati untuk
memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang.
2.2.1. Metode Proyeksi Penduduk
Ada beberapa metode
yang
dapat digunakan
untuk menganalisa
perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang, antara lain :
2.2.1.1. Metode Aritmatika
Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini
digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relative sama
setiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat
pertumbuhan ekonomi rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.
Rumus metode ini adalah :
Pn = Po + n.Ka………………………..………………………………………….…2.1
( Po− Pt)
t
Ka =
………………………..……………………………….……………………2.2
Dimana :
Pn
= Jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
Po
= Jumlah penduduk pada tahun awal
7. 7
n
= Periode waktu dalam tahun
Ka
= Konstanta aritmatika
Metode Geometrik
2.2.1.2
Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data
menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Jadi pertumbuhan
penduduk dimana angka pertumbuhan adalah sama atau konstan untuk setiap tahun,
rumus untuk menghitungnya :
Pn = Po ( 1 + r )n ....................................................................................................... 2.3
Dimana :
Pn
= Jumlah penduduk pada tahun n
Po
= Jumlah penduduk pada tahun awal
r
= Angka pertumbuhan penduduk
n
= Periode waktu dalam tahun
2.2.2
Dasar Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk
Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan
digunakan dengan hasil perbandingan yang paling mendekati kebenaran harus
dilakukan analisis dengan menghitung koefisien korelasi.
2.2.2.1. Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi merupakan angka yang menunjukkan tinggi atau
rendahnya hubungan antara dua variable atau lebih. Koefisien korelasi yang tinggi
menandakan besarnya hubungan diantara dua variable.
Besarnya koefisien korelasi berkisar -1
≤
r
≤
+1. Koefisien korelasi sebesar
1 dengan tanpa memperhatikan tanda positif dan negatif menunjukkan hubungan
8. 8
yang tinggi diantara variable yang dihubungkan. Koefisien korelasi sebesar 1
menunjukkan terjadinya hubungan yang sangat tinggi atau sempurna. Sebaliknya
koefisien korelasi sebesar -1 menunjukkan hubungan yang rendah.
2.2.2.2. Teknik Korelasi
Ada beberapa teknik korelasi untuk mendapatkan koefisen korelasi yang
dibutuhkan, yaitu :
A. Perkalian Skor Simpangan
Teknik untuk menghitung koefisien korelasi menggunakan hasil perkalian
antara dua variabel X dengan variabel Y pada skor simpangan (xy). Perhitungan
menggunakan simpangan dari masing-masing variabel dan perkalian antar
simpangan. Adapun rumus untuk menghitung koefisien korelasi adalah :
∑ xy
r
=
(∑ x)²(∑ y)²
………….…………………………………………………...…..2.4
B. Simpangan Baku dan Kovariansi
Teknik untuk menghitung koefisien korelasi menggunakan simpangan baku
pada variabel X (SX), variabel Y (SY) dan simpangan baku bersama (SXY).
Adapun rumus untuk menghitung koefisien korelasi adalah :
Sxy
r = SxSy ………….…………………………………………………………….…..2.5
Simpangan baku dapat dihitung melalui simpangan masing-masing variabel
X dan variabel Y serta kovarian dihitung dengan perkalian simpangan.
9. 9
∑ xy
Sx=
N
………………………………………………………….……………………..…
2.6
∑ x²
…………………………………………………….………………………..
N
Sy=
…..2.7
S xy =
∑ y²
N
…………………………………………………………………………..
…....2.8
C. Perhitungan Dengan Skor Asli
Teknik untuk menghitung koefisien korelasi dapat langsung menggunakan
skor asli dari kedua variabel X dengn variabel Y. Perhitungan menggunakan
perkalian dari masing-masing variabel X dengan variabel Y atau XY. Perhitungan
skor asli ini biasa digunakan pada berbagai program pengolahan data seperti SPSS
atau excel. Adapun rumus yang digunakan adalah :
r=
N ∑ xy - (∑ X)(∑ Y)
[ N ∑ X ² - (∑ X)²][ N ∑ Y ² − (∑ Y )²]
…………………………………………………..2.9
Hasil perhitungan dengan berbagai rumus product moment menunjukkan
hasil yang tidak berbeda terlalu jauh, perbedaan terletak pada tiga digit di belakang
koma.
2.3.
Kebutuhan Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan
secara berkelanjutan. Penggunaan air bersih sangat penting untuk konsumsi rumah
tangga, kebutuhan industri dan tempat umum. Karena pentingnya kebutuhan akan air
bersih, maka adalah hal yang wajar jika sektor air bersih mendapatkan prioritas
penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Penanganan akan
pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan
10. 10
dengan sarana dan prasarana yang ada. Di daerah perkotaan, sistem penyediaan air
bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan
dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan
dikelola oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan
berkelanjutan. Sedang kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih dari
waktu ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh
kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan
jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan warga serta perkembangan
kota/kawasan pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan
kondisi sosial ekonomi warga.
2.4.
Definisi dan Persyaratan Kuantitas Air Bersih
2.4.1. Definisi Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416
Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air“, air bersih adalah
air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air bersih dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan
paling esensial, sehingga kita perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang
memadai. Selain untuk dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah
satu sarana dalam meningkatkan kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan
derajat kesehatan (Sutrisno, 1991:1).
2.4.2. Persyaratan Kuantitas Air Bersih
Tiap orang perhari membutuhkan air dengan jumlah yang ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu faktor kebudayaan, status social – ekonomi dan standar hidup,
kesadaran terhadap kebersihan, penggunaan untuk hal-hal produktif, biaya yang
dikeluarkan untuk air bersih dan kualitas air. Pada kondisi normal tubuh manusia
memerlukan antara 3 – 10 liter air per hari, tergantung cuaca dan aktifitas yang
dilakukannya.
11. 11
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang
akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih
yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan
air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan,
tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya.
2.5
Tipe Kebutuhan Air Bersih
Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk
memenuhi keperluan sehari-hari dengan kualitas yang memenuhi ketentuan baku
mutu air bersih yang ditetapkan. Kebutuhan air bersih didefinisikan sebagai jumlah
air bersih yang dibutuhkan atau yang diminta dalam suatu sistem. Kebutuhan air
untuk fasilitas - fasilitas sosial ekonomi harus dibedakan sesuai peraturan PDAM dan
memperhatikan kapasitas produksi sumber yang ada, tingkat kebocoran dan
pelayanan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air bersih meliputi iklim,
karakteristik daerah, ukuran kota, sistem sanitasi yang digunakan, sistem operasi dan
pemeliharaan, tekanan air dalam pipa, kualitas air, penggunaan materi air, tingkat
ekonomi masyarakat dan harga air. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan air bersih seperti jumlah penduduk, fasilitas air bersih dan
aktivitas sehari-hari. Dalam analisis kebutuhan air bersih, kebutuhan air yang
diperhitungkan meliputi kebutuhan air domestik dan kebutuhan air non domestik
(Direktorat Jendral Cipta Karya, 1996).
2.5.1.
Kebutuhan Air Domestik
Air bersih yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari disebut sebagai
kebutuhan domestik (domestic demand) dalam hal ini termasuk air untuk minum,
masak, membersihkan toilet dan sebagainya.
Kebutuhan dasar domestik merupakan kebutuhan air bersih bagi penduduk
lingkungan perumahan yang terbatas pada keperluan rumah tangga seperti mandi,
minum, memasak, dan lain lain (Kementrian PU,”Kebutuhan Air Hari Maksimum”).
Tingginya kebutuhan ini tergantung pada perilaku, status sosial dan juga kondisi
12. 12
iklim (BSN Raju, 1995). Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air bersih
yang digunakan pada tempat- tempat hunian pribadi untuk memenuhi hajat hidup
sehari-hari, seperti pemakaian air untuk minum, mandi, dan mencuci. Satuan yang
dipakai adalah liter/orang/hari. Analisis sektor domestik untuk masa mendatang
dilaksanakan dengan dasar analisis pertumbuhan penduduk pada wilayah yang
direncanakan.
Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air domestik saat ini dan di masa
yang akan datang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan
penduduk dan kebutuhan air perkapita. Kebutuhan air perkapita dipengaruhi oleh
aktivitas fisik dan kebiasaan atau tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam
memperkirakan besarnya kebutuhan air domestik perlu dibedakan antara kebutuhan
air untuk penduduk daerah urban (perkotaan) dan daerah rural (perdesaan). Adanya
pembedaan kebutuhan air dilakukan dengan pertimbangan bahwa penduduk di
daerah urban cenderung memanfaatkan air secara berlebih dibandingkan penduduk di
daerah rural. Besarnya konsumsi air dapat mengacu pada berbagai macam standar
yang telah dipublikasikan. Tabel 2.3 menyajikan standar kebutuhan air domestik
menurut peraturan dari Departemen Cipta Karya.
Tabel 2.3 Kriteria Perencanaan Air Bersih
KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
>1.000.000
500.000
100.000
20.000
s/d 1.000.000
s/d 500.000
s/d 100.000
Kota
Metropolitan
Kota Besar
Kota Sedang
Kota Kecil
Desa
1
2
3
4
5
6
Konsumsi Unit Sambungan
Rumah (SR) (liter/orang/hari)
190
170
130
100
80
Konsumsi Unit Hidran (HU)
(liter/orang/hari)
30
30
30
30
30
Konsumsi Unit Non Domestik
(liter/orang/hari)
20-30
20-31
20-32
20-33
20-34
Kehilangan Air (%)
20-30
20-30
20-30
20-30
20-30
Faktor Hari Maksimum
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
URAIAN
Lanjutan Tabel 2.3
<20.000
13. 13
Faktor Jam Puncak
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
Jumlah Jiwa per SR (jiwa)
5
5
5
5
5
Jumlah Jiwa per HU (jiwa)
100
100
100
100-200
200
Sisa Tekan di Penyediaan
Distribusi (Meter)
10
10
10
10
10
Jam Operasi (jam)
24
24
24
24
24
Volume Reservoir (%) Max
Day Demand)
15-25
15-25
15-25
15-25
15-25
SR:HU
50 : 50
50 : 50
80 : 20
70 : 30
70 : 30
s/d 80 : 20
s/d 80 : 20
90
90
90
90
70
Cakupan Wilayah Pelayanan
(%)
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1996
2.5.2
Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan dasar air non domestik merupakan kebutuhan air bagi penduduk
di luar lingkungan perumahan (Kementrian PU, “Kebutuhan Air Hari Maksimum”).
Kebutuhan air non domestik sering juga disebut kebutuhan air perkotaan (municipal).
Besar kebutuhan air bersih ini ditentukan banyaknya konsumen non domestik yang
meliputi fasilitas perkantoran (pemerintah dan swasta), tempat-tempat ibadah
(masjid, gereja, dll), pendidikan (sekolah-sekolah), komersil (toko, hotel), umum
(pasar, terminal) dan Industri
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas
perkotaan tersebut. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan
jenjang suatu kota.Untuk memperkirakan kebutuhan air perkotaan suatu kota maka
diperlukan data-data lengkap tentang fasilitas pendukung kota tersebut.
Analisis sektor non domestik dilaksanakan dengan berpegangan pada analisis
data pertumbuhan terakhir fasilitas – fasilitas sosial ekonomi yang ada pada wilayah
perencanaan. Kebutuhan air non domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa
kategori :
1.
Kota Kategori I (Metro)
2.
Kota Kategori II (Kota Besar)
3.
Kota Kategori III (Kota Sedang)
4.
Kota Kategori IV (Kota Kecil)
14. 14
5.
Kota Kategori V (Desa)
Kebutuhan air non domestik menurut kriteria perencanaan pada Dinas PU
dapat dilihat dalam Tabel 2.4 sampai Tabel 2.6. Tabel – tabel tersebut menampilkan
standar yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan air perkotaan apabila
data rinci mengenai fasilitas kota dapat diperoleh.
Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori I, II, III, IV
SEKTOR
NILAI
SATUAN
Sekolah
Rumah Sakit
Puskesmas
Masjid
Kantor
Pasar
Hotel
Rumah Makan
Komplek Militer
Kawasan Industri
Kawasan Pariwisata
10
200
2000
3000
10
12000
150
100
60
0,2 – 0,8
0,1 – 0,3
Liter/murid/hari
Liter/bed/hari
Liter/unit/hari
Liter/unit/hari
Liter/pegawai/hari
Liter/hektar/hari
Liter/bed/hari
Liter/tempat duduk/hari
Liter/orang/hari
Liter/detik/hektar
Liter/detik/hektar
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1996
Tabel 2.5 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori V (Desa)
SEKTOR
NILAI
SATUAN
Sekolah
5
Liter/murid/hari
Rumah Sakit
200
Liter/bed/hari
Puskesmas
1200
Liter/unit/hari
Masjid
3000
Liter/unit/hari
Mushola
2000
Liter/unit/hari
Pasar
12000
Liter/hektar/hari
Komersial/Industri
10
Liter/hari
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1996
Tabel 2.6 Kebutuhan Air Non Domestik Kategori Lain
SEKTOR
NILAI
SATUAN
Lapangan Terbang
10
Liter/orang/detik
Pelabuhan
50
Liter/orang/detik
Stasiun KA dan Terminal Bus
10
Liter/orang/detik
15. 15
Kawasan Industri
0,75
Liter/detik/hektar
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1996
Cara lain untuk menghitung besarnya kebutuhan perkotaan adalah dengan
menggunakan standar kebutuhan air perkotaan yang didasarkan pada kebutuhan air
rumah tangga (domestik). Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan
presentase dari jumlah kebutuhan rumah tangga, berkisar antara 25 - 40% dari
kebutuhan air rumah tangga. Angka 40% berlaku khusus untuk kota metropolitan
yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi seperti Jakarta. Kebutuhan air
perkotaan dapat dilihat pada Tabel 2.7. Tabel ini digunakan bila tidak ada data rinci
mengenai fasilitas kota.
Tabel 2.7 Besarnya Kebutuhan Air Non Domestik Menurut Jumlah Penduduk
Kriteria
Jumlah Kebutuhan Air Non Domestik
(Jumlah Penduduk)
> 500.000
100.000 – 500.000
< 100.000
(% Kebutuhan Air Rumah Tangga)
40
35
25
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU.
2.5.
Standar Pelayanan Minimal Untuk Pemukiman
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas
perkotaan tersebut. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan
jenjang suatu kota. Sesuai Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah
No. 534/KPTS/M/2001 tentang pedoman penentuan standar pelayanan minmal
bidang penataan ruang, perumahan dan permukiman dan pekerjaan umum yang
menerangkan tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman yang tertera
pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Standar Pelayanan Minimal Untuk Permukiman
Bidang
Pelayanan
Indikator
Standar Pelayanan
Cakupan
Sarana
lingkungan
a) Sarana niaga
Kelengkapan
sarana niaga
- Jumlah anak
usia sekolah
Tingkat Pelayanan
Satuan
lingkungan
dengan jumlah
penduduk <
30.000 jiwa
Satuan
lingkungan
Minimal tersedia 1
pasar untuk setiap
30.000 penduduk
Minimal tersedia:
Kualitas
Mudah diakses
Bersih, mudah dicapai, tidak
bising, jauh dari sumber
16. 16
b) Sarana
pendidikan
c) Sarana
pelayanan
kesehatan
yang tertampung
- Sebaran
fasilitas
pendidikan
- Kelengkapan
sarana
pendidikan
dengan jumlah
penduduk <
30.000 jiwa
- 1 unit TK untuk
setiap
1.000 penduduk
- 9 SD, 3 SLTP, 1
SMU
penyakit, sumber bau/sampah
dan pencemaran lainnya
- Sebaran
fasilitas
pelayanan
kesehatan/
jangkauan
pelayanan
kesehatan
- Tingkat harapan
hidup
- Jangkauan dan
tingkat pelayanan
Satuan
lingkungan
dengan jumlah
penduduk <
30.000 jiwa
Minimal tersedia:
- 1 unit Balai
Pengobatan/ 3.000
jiwa
- 1 unit BKIS/RS
Bersalin/10.00030.000 jiwa
- 1 unit Puskesmas/
30.000 jiwa
Minimal tersedia:
- 1 unit Pos
Pemadam
Kebakaran
- 1 unit Kantor
Polisi/ 30.000 jiwa
- 1 unit Kantor Pos
Pembantu
- 1 unit Bank
Cabang Pembantu
Lokasi di pusat
lingkungan/kecamatan,bersih,
tenang, jauh dari sumber
penyakit,sumber bau/sampah
dan pencemaran lainnya
d) Sarana
pelayanan umum
Satuan
lingkungan
dengan jumlah
penduduk <
30.000 jiwa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1.
Metode Penelitian
Dalam penelitian tugas akhir, terdapat kategori metode penelitian tugas akhir
yaitu :
1. Penelitian Laboratorium
2. Studi Pustaka/Perencanaan
17. 17
3. Studi Kasus
Dari ketiga metode penelitian tugas akhir diatas, penelitian tugas akhir ini
menggunakan metode penelitian dengan pendekatan studi kasus, dimana metode
yang digunakan bersifat deskritif yang merupakan analisa fenomena atau kejadian
pada masa lampau dan bertujuan untuk mengevaluasi kondisi pada periode tertentu
sebagai dasar perencanaan untuk masa mendatang berdasarkan data yang
dikumpulkan sesuai
dengan tujuannya berdasarkan analisa secara teoritis dan
empiris yang kemudian ditarik kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan.
3.2.
Lokasi Penelitian
Penelitian tugas akhir ini berlokasi di Kabupaten Ogan Komering Ilir dimana
wilayah yang ditinjau adalah 18 kecamatan di kabupaten tersebut.
3.3.
Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian disajikan pada gambar 3.1, secara rinci dapat
diuraikan sebagai berikut :
3.3.1
Studi Pustaka
Tahap studi pustaka yaitu mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang diteliti. Bahan-bahan tersebut berupa
bahan yang didapat dari tulisan-tulisan ilmiah, diktat-diktat, buku-buku maupun
internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini data yang
diperoleh berupa literature mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang
akan dibahas.
3.3.2
Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data-data yang berhubungan
dengan analisa kebutuhan air dan perencanaan instalasi pengolahan air. Beberapa
data yang dikumpulkan yaitu :
a.
Data jumlah penduduk untuk 18 kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir
b.
Data fasilitas-fasilitas kota yang tersedia di setiap kecamatan di Kabupaten
Ogan Komering Ilir
c.
Peta-peta administrasi dan data penunjang lainnya.
18. 18
3.3.3
Pengolahan Data
Dalam tahap ini yang dilakukan adalah mengolah data yang sudah didapat
untuk dijadikan data awal dalam melakukan analisa dan perhitungan. Perhitungan
yang dilakukan berkaitan dengan analisa kebutuhan air bersih yaitu kebutuhan air
domestik dan kebutuhan air non domestik pada kondisi sekarang dan yang akan
datang di Kabupaten Ogan Komering Ilir
3.3.4
Analisis dan Pembahasan
Sebelum dilakukan perhitungan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan data-
data yang sudah dikumpulkan apakah sudah sesuai dengan data yang sebenarnya atau
tidak. Setelah semua data diperiksa, maka dilakukan perhitungan. Adapun tahapan
perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan
proyeksi penduduk per kecamatan Kabupaten Ogan
Komering Ilir
2. Analisa kebutuhan air bersih yaitu kebutuhan air domestik dan kebutuhan
air non domestik
3.3.5
Kesimpulan dan Saran
Penarikan kesimpulan akan dilakukan setelah dibuat kesimpulan awal dan
diskusi dari hasil pengolahan data. Setelah ditarik kesimpulan, dilanjutkan dengan
memberikan saran mengenai kebutuhan air bersih untuk Kabupaten Ogan Komering
Ilir.
3.3.6 Pelaporan Perencanaan
Dari seluruh langkah-langkah yang telah dilakukan, dimulai dari studi
literatur, pengumpulan data, pengolahan data, analisa dan perhitungan, maka
selanjutnya adalah melakukan perangkuman dari seluruh data-data yang telah
dihasilkan. Data-data yang telah dirangkum dan disusun tersebut selanjutnya dibuat
ke dalam bentuk tulisan yang disebut laporan akhir (skripsi). Hasil dari skripsi ini
selanjutnya dipaparkan.
20. 20
Perumusan
Studi Literatur
masalah
- Teori Perhitungan Proyeksi
Jumlah Penduduk
- Teori Kebutuhan Air Bersih
Pengumpulan Data
Data Sekunder
-
Kependudukan
-
Peta Tata Ruang
-
Peta Tata Guna
Lahan
Perhitungan proyeksi jumlah
penduduk
Analisis kebutuhan air bersih di Ogan
Komering Ilir
Kebutuhan Air
Domestik
Kebutuhan Air Non
Domestik
Hasil dan
Pembahasan
Kesimpulan dan
Saran
selesai
Gambar 3.1. Skema Urutan Kerja
21. 21
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1
Data
Dalam penulisan ini, diperlukan data-data penunjang untuk menjawab
permasalahan yang menjadi pokok pembahasan yaitu berapa jumlah kebutuhan air
bersih untuk kondisi sekarang dan prediksinya untuk kebutuhan di masa yang akan
datang di kabupaten Ogan Komering Ilir. Data-data yang dibutuhkan antara lain
sebagai berikut :
4.1.1
Data Jumlah Penduduk
Data jumlah penduduk diperlukan untuk menghitung proyeksi jumlah
penduduk yang
akan datang dimana pertambahan
jumlah
penduduk ini
mempengaruhi jumlah kebutuhan air bersih baik kebutuhan air domestik maupun
kebutuhan air non domestik yang dibutuhkan oleh penduduk di tiap-tiap kecamatan
di kabupaten Ogan Komering Ilir. Data jumlah penduduk tiap kecamatan dari tahun
2006 sampai 2011 di kabupaten Ogan Komering Ilir adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2006 - 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Sumber
4.1.2
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Orang)
2006
2007
Lempuing
61.433
62356
Lempuing Jaya
57707
58623
Mesuji
34161
35013
Sungai Menang
44850
31611
Mesuji Makmur
42907
42840
Mesuji Raya
30685
46170
Tulung Selapan
44743
46170
Cengal
29887
30642
Pedamaran
36303
36960
Pedamaran Timur
18499
18972
Tanjung Lubuk
33561
34200
Teluk Gelam
19742
20370
Kayuagung
55285
56482
Sirah Pulau Padang
40687
41118
Jejawi
38373
38850
Pampangan
26956
27426
Pangkalan Lampan
24832
25236
Air Sugihan
32391
32964
: Badan Pusat Statistik Kab. Ogan Komering Ili
Data Fasilitas Perkotaan
2008
63654
59794
35397
46472
43619
31795
46362
30968
37616
19168
34775
20456
57285
42159
39761
27931
25730
33563
2009
64670
60749
35962
32303
44316
47214
47102
31462
38217
19474
35330
20783
58200
42832
40396
28377
26141
34099
2010
70642
59786
38870
46567
51456
34334
40683
42778
40114
20110
32296
21268
62694
41709
38098
27758
26033
32180
2011
72685
60386
39941
47938
52883
35072
41537
43567
40641
20609
32799
21629
64584
42457
38467
28296
26433
32450
22. 22
Data fasilitas perkotaan diperlukan dalam analisa dan prediksi kebutuhan air
sesuai dengan standar perencanaan yang ditetapkan oleh PU Cipta Karya. Dalam hal
ini data fasilitas perkotaan yang ada dan terperinci adalah data fasilitas kecamatan
Kayuagung. Berikut data-data fasilitas perkotaan untuk kecamatan Kayuagung pada
tahun 2011 :
2.1
Jumlah Siswa dan Guru
Jumlah siswa dan guru di kecamatan Kayuagung dari tahun 2006 sampai
tahun 2011 adalah sebagai berikut :
No
1
2006
2
2007
3
2008
4
2009
5
2010
6
4.1.3
Tahun
Jumlah Siswa dan Guru (jiwa)
2011
Gambaran Wilayah
Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir terletak di antara 104°,20´ dan
106°,00´ Bujur Timur dan 2°,30´ sampai 4°,15´ Lintang Selatan. Secara administrasi
berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir dan Kota Palembang
di sebelah utara, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Propinsi Lampung di
sebelah selatan, Kabupaten Ogan Ilir di sebelah barat, dan Selat Bangka dan laut
Jawa di sebelah timur. Luas Kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar 19.023,47 Km².
Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir terbagi habis dalam 18 kecamatan. Pada
23. 23
tahun 2006 Kabupaten Ogan Komering Ilir, yang sebelumnya terdiri dari 12
kecamatan dimekarkan menjadi 18 kecamatan. Kecamatan tersebut antara lain :
Kecamatan Mesuji dimekarkan menjadi Kecamatan Mesuji Makmur, Mesuji Raya
dan Mesuji. Kecamatan Lempuing dimekarkan menjadi kecamatan Lempuing Jaya
dan Lempuing, Kecamatan Tanjung Lubuk dimekarkan menjadi Kecamatan Teluk
Gelam dan Tanjung Lubuk dan Kecamatan Pampangan dimekarkan menjadi
Kecamatan Pampangan dan Pangkalan Lampan.
1.1.1
Data Siswa dan Guru
Data jumlah siswa dan guru dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan air
bersih kategori non domestik yaitu kebutuhan air bersih untuk fasilitas sekolah. Pada
tabel 4.2 tertera total keseluruhan siswa dan guru tiap jenjang pendidikan yaitu TK,
SD, SMP, SMA, SMK serta Sekolah Islam baik swasta maupun negeri tiap
kecamatan dari tahun 2006 – 2011. Data tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Jumlah Siswa dan Guru di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2006 2011
No
Kecamatan
Jumlah Siswa dan Guru (Orang)
2006
2007
2008
2009
2010
2011
24. 24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Sumber
Lempuing
11570
16118
Lempuing Jaya
10388
13094
Mesuji
13897
6981
Sungai Menang
6868
7699
Mesuji Makmur
8430
8558
Mesuji Raya
11833
6759
Tulung Selapan
8951
8644
Cengal
6322
6737
Pedamaran
10002
8757
Pedamaran Timur
3766
3468
Tanjung Lubuk
6305
6644
Teluk Gelam
4239
4470
Kayuagung
17475
15620
Sirah Pulau Padang
7873
7636
Jejawi
6938
6783
Pampangan
5743
5711
Pangkalan Lampan
4369
4327
Air Sugihan
5826
5362
: Badan Pusat Statistik Kab. Ogan Komering Ilir
1.1.2
16773
14504
7299
8395
9201
7208
9322
6899
9382
3731
7372
4856
16246
7988
7380
6159
4835
6239
17386
13288
7560
8334
9435
7443
9717
7358
9842
3974
6998
4971
16681
7989
7206
5900
2124
6245
16779
15931
9976
9251
11331
9910
8340
6827
9584
7668
9352
8510
18525
7841
5805
5992
5511
7774
16570
14924
9796
8619
11405
9897
8673
6416
9632
7102
10007
8381
18981
7614
6123
5752
5475
7363
Data Fasilitas Tempat Ibadah, Hotel, Rumah Makan dan
Puskesmas
Data jumlah fasilitas tempat ibadah, hotel, rumah makan dan puskesmas yang
tersedia dibutuhkan untuk mengitung serta memprediksi kebutuhan air bersih untuk
masing-masing fasilitas tersebut di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berikut data
jumlah fasilitas-fasilitas tersebut pada tahun 2011 :
Tabel 4.3. Jumlah Masjid, Hotel, Rumah Makan dan Puskemas di Kabupaten Ogan
Ilir Tahun 2011
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Lempuing
Lempuing Jaya
Mesuji
Sungai Menang
Mesuji Makmur
Mesuji Raya
Tulung Selapan
Cengal
Pedamaran
Pedamaran Timur
Tanjung Lubuk
Teluk Gelam
Kayuagung
Sirah Pulau Padang
Jejawi
Pampangan
Pangkalan Lampan
Air Sugihan
Jumlah Siswa dan Guru (Orang)
2006
11570
10388
13897
6868
8430
11833
8951
6322
10002
3766
6305
4239
17475
7873
6938
5743
4369
5826
2007
16118
13094
6981
7699
8558
6759
8644
6737
8757
3468
6644
4470
15620
7636
6783
5711
4327
5362
2008
16773
14504
7299
8395
9201
7208
9322
6899
9382
3731
7372
4856
16246
7988
7380
6159
4835
6239
2009
17386
13288
7560
8334
9435
7443
9717
7358
9842
3974
6998
4971
16681
7989
7206
5900
2124
6245
2010
16779
15931
9976
9251
11331
9910
8340
6827
9584
7668
9352
8510
18525
7841
5805
5992
5511
7774
2011
16570
14924
9796
8619
11405
9897
8673
6416
9632
7102
10007
8381
18981
7614
6123
5752
5475
7363
25. 25
2.
2.1
Sumber
: Badan Pusat Statistik Kab. Ogan Komering Ilir
Analisa Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kebutuhan air bersih. Peningkatan
jumlah penduduk dari masa ke masa memberikan pengaruh signifikan terhadap
tingkat kebutuhan air bersih. Untuk mengetahui kebutuhan air bersih di masa yang
akan datang, maka diperlukan data jumlah penduduk di masa datang. Jumlah
penduduk di masa datang diperoleh dengan melakukan proyeksi penduduk
Perhitungan
proyeksi
pertumbuhan
penduduk
menggunakan
metode
aritmatika dan metode geometrik, seperti diperlihatkan pada rumus 2.1 dan 2.2.
Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan
dengan hasil perbandingan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan
analisis dengan menghitung koefisien korelasi (r). Dari kedua metode proyeksi,
dipilih koefisien korelasi yang paling mendekati 1 dimana semakin koefisien korelasi
mendekati 1, maka metode proyeksi tersebut semakin mendekati kebenaran.
Untuk Kabupaten Ogan Komering Ilir, penduduk diproyeksikan per
kecamatan dimana Kabupaten Ogan Komering Ilir terdiri dari 18 kecamatan. Berikut
salah satu perhitungan proyeksi penduduk dari 18 kecamatan yaitu kecamatan
lempuing.
2.1.1
Kecamatan Lempuing
Hal pertama yang dilakukan adalah dengan menghitung jumlah penduduk
dari data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dengan metode aritmatika dan
metode geometrik yang tertera pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Perhitungan Jumlah Penduduk Metode Aritmatika dan Metode
Geometrik
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Jumlah Jiwa
61433
62356
63654
64670
70642
72685
Aritmatika
61433
63683
65934
68184
70435
72685
Geometrik
61317
63439
65634
67905
70254
72685
26. 26
Kemudian dari data yang telah di dapatkan dilakukan perhitungan koefisien
korelasi antara jumlah penduduk dari data BPS terhadap jumlah penduduk yang
dihitung dengan metode aritmatika dan metode geometrik. Perhitungan koefisien
korelasi dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Perkalian Skor Simpangan
dengan hasil seperti yang tertera pada tabel 4.2 dan tabel 4.3.
Tabel 4.2 Perhitungan Koefisien Korelasi Jumlah Penduduk Data BPS
terhadap Jumlah Penduduk Metode Aritmatika
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Jumlah
rata-rata
r
Jumlah
Jiwa (X)
61433
62356
63654
64670
70642
72685
Aritmatik
a (Y)
61433
63683
65934
68184
70435
72685
395440
65906.66
7
402354
x
-4473.667
-3550.667
-2252.667
-1236.667
4735.333
6778.333
y
-5626.013
-3375.613
-1125.133
1125.187
3375.587
5625.987
x²
20013693.444
12607233.778
5074507.111
1529344.444
22423381.778
45945802.778
107593963.33
3
y²
31652026.027
11394765.376
1265925.018
1266045.035
11394585.344
31651725.974
xy
25168908.316
11985677.742
2534550.356
-1391480.844
15984528.062
38134812.956
88625072.773
92416996.587
67059.013
0.94641
Tabel 4.3 Perhitungan Koefisien Korelasi Jumlah Penduduk Data BPS
terhadap Jumlah Penduduk Metode Geometrik
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Jumlah
rata-rata
r
Jumlah
Jiwa (X)
61433
62356
63654
64670
70642
72685
Geometrik
(Y)
61317
63439
65634
67905
70254
72685
395440
65906.66
7
401234
x
-4473.667
-3550.667
-2252.667
-1236.667
4735.333
6778.333
y
-5555.333
-3433.333
-1238.333
1032.667
3381.667
5812.667
x²
20013693.444
12607233.778
5074507.111
1529344.444
22423381.778
45945802.778
107593963.33
3
y²
30861728.444
11787777.778
1533469.444
1066400.444
11435669.444
33787093.778
xy
24852709.56
12190622.22
2789552.222
-1277064.444
16013318.89
39400192.22
90472139.333
93969330.67
66872.333
0.95243
27. 27
Dari perhitungan koefisien korelasi pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 di atas,
metode geometrik memiliki koefisien korelasi yang mendekati 1 yaitu 0,95243.
Dengan demikian metode yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk untuk
tahun mendatang adalah dengan metode geometrik.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Tahun
(a)
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
r (%)
(b)
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
3.4614
n
(c)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Po
(d)
72685
72685
72685
72685
72685
72685
72685
72685
72685
72685
72685
72685
72685
72685
72685
72685
1+r/100
(e)
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
1.034614
Jumlah Jiwa
(f)
75201
77804
80497
83283
86166
89149
92234
95427
98730
102148
105683
109341
113126
117042
121093
125285
Keterangan :
a
= Tahun proyeksi (Tahun perencanaan)
b
= Angka pertumbuhan penduduk (%)
c
= Periode waktu dalam tahun
d
= Jumlah penduduk pada tahun awal (2011)
e
= Perhitungan Rumus Geometrik
f
= (d) x (e)
Hal yang sama dilakukan untuk 17 kecamatan lainnya. Perhitungan
proyeksi penduduk untuk kecamatan lain dapat dilihat pada lampiran.
28. 28
BAB V
RENCANA DAFTAR PUSTAKA
BSN Raju, Water Supply and Wastewater Engineering, Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited, New Delhi, 1995
K. Linsey, Ray, Teknik Sumber Daya Air. Penerbit Erlangga, Bandung, 1996
Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda, Hidrologi Untuk Pengairan. Penerbit
Pradnya Paramita, Jakarta, 1999
Streeter, Victor L, Mekanika Fluida Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992
Wilson, E.M, Hidrologi Teknik, Penerbit ITB, Bandung, 1993