Utsman bin Affan dikenal sebagai tokoh sufi yang mengumpulkan hartanya bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk membantu umat Islam dan membela agama. Ia mencontohkan sikap zuhud dengan mengorbankan harta demi kemaslahatan umat.
1. I.
PENDAHULUAN
Tasawuf merupakan salah satu aspek islam, sebagai perwujudan dari ihsan,
yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba
dengan tuhan-Nya. Dalam dunia tasawuf, seseorang yang ingin bertemu dengan-Nya,
harus melakukan perjalanan dan menghilangkan sesuatu yang menghalangi antara
dirinya dengan tuhan-Nya, yaitu dunia materi. Dalam tasawuf sikap ini dinamakan
“Zuhud”.1
Berbicara tentang zuhud pada pertemuan kali ini kita berbicara tentang
kezuhudan sahabat utsman bin affan. Sepintas agak aneh memasukkan utsman bin
affan ini sebagai salah seorang figur sufi, di tengah-tengah kontroversi mengenai
pola hidupnya.
Akan tetapi, biar lebih jelasnya saya akan menjelaskan tentang
kezuhudan utsman bin affan.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Biografi Utsman bin affan
B. Kehidupan Utsman bin affan
C. Kezuhudan Utsman bin affan
III.
PEMBAHASAN
A. Biografi Utsman bin affan
Utsman bin affan nama lengkapnya adalah Utsman bin affan bin Abi
Al-As, Umayyah bin „Abdi Al-Syam Al-Umawi, Amir Al-Mu‟minin Abu
„Abdillah wa Abu Umar. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi‟ah bin
Habib bin „Abdi Syam (dia telah masuk islam). Utsman dilahirkan pada enam
tahun sesudah tahun gajah. Dia sangat akrab dengan Nabi Muhammad SAW.
Untuk menambah keakraban itu dan untuk memperkuat barisan islam, Nabi
Muhammad SAW menikahkanya dengan anaknya yang bernama Ruqayyah.
Ketika terjadi perang badar, Ruqayyah jatuh sakit, sehingga menyebabkan
Utsman tidak bisa ikut berperang, karena diperintah Nabi Muhammad SAW
untuk menunggui istrinya dan merawat dengan penuh kasih sayang.
1
Amin Syukur,H.M, Prof.Dr.MA, Zuhud di Abad Modern
1
2. Perawatan itu tidak bisa menolongnya dan karena sebab itu istrinya Utsman
meninggal dunia.
Kematian Ruqayyah sangat menyedihkan perasaan hati Utsman yang
begitu terpukul oleh kepergian Ruqayyah dan juga berakhirlah hubungan
kekeluargaan dengan Nabi Muhammad SAW. Tapi Nabi Muhammad SAW
menangkap hal itu kemudian beliau menikahkan Utsman dengan adiknya
Ruqayyah yaitu Ummi kulsum. Dengan perkawinan keduanya ini, maka
Utsman di beri julukan atau gelar “Zu Al-Nurain (pemilik dua cahaya)”.2
B. Kehidupan Utsman bin affan
Ketika Utsman menginjak dewasa dia menjadi sudagar kain.
Perdagangan ini membuat dia menjadi kaya raya. Dengan kekayaan ini dia
sanggup dan siap sedia membantu rakyat. Dia baik hati dan peramah. Dia bisa
menyediakan sejumlah uangnya untuk menolong orang-orang yang terlibat
dalam kesukaran. Dan masyarakat makkah sangat menghargai Utsman.
Tentang sikapnya terhadap duniawi, banyak sekali riwayat yang
menunjukkan Utsman mempunyai anggapan bahwa harta mempunyai nilai
sosial yang harus diamalkan pada kepentingan umum. Dia pernah
mengatakan,” Seandainya aku tidak khawatir bahwa dalam islam terdapat
lobang yang dapat kututup dengan harta ini pasti aku tidak dapat
mengumpulkannya.”
Motto tersebut benar-benar dibuktikan dalam perilakunya. Ketika
pengungsi-pengungsi makkah sampai di madinah, mereka mendapatkan
kesukaran untuk memperoleh air minum. Disana hanya ada satu sumur, yaitu
sumur rumah kepunyaan orang yahudi. Tapi orang ini tidak mengizinkan
mereka yang dahaga itu untuk mengambil air dari sumur tersebut. Nabi
Muhammad SAW menawarkan kepada para sahabat, siapa yang mau
berkorban membeli sumur ini guna kepentingan kaum muslim? Allah akan
membalas pahala dengan satu pancuran disurga. Segera Utsman menjawab :
“saya siap membelinya.” Dan selanjutnya diberikan kepada umat islam.
2
Amin Syukur,H.M, Prof.Dr.MA, Zuhud di Abad Modern hal 39
2
3. Ketika jumlah umat muslim di madinah bertambah banyak. Masjid
Nabi Muhammad SAW terlalu sempit menampung jama‟ah itu. Maka Nabi
SAW berkata : “siapakah yang mau mengorbankan uangnya untuk
membesarkan masjid ini?” Utsman maju kedepan dan bersedia hartanya untuk
jalan Allah. Dia berkata : “bukankah Allah yang memerintahkan kita
berkorban dengan harta dan jiwa untuk jalan Allah.” Dia membeli tanah itu
guna membesarkan masjid Nabi Muhammad SAW.
Sikap pengorbanan dan tidak terpikat dengan masalah duniawi tampak
ketika Nabi Muhammad SAW berkhutbah yang berisikan himbauan untuk
membantu pasukan tentara yang kurang mampu, langsung Utsman
memberikan 100 unta beserta kain pelananya. Kemudian Nabi menghimbau
yang kedua kalinya Utsman pun kembali memberikan 100 unta beserta kain
pelananya. Kemudian Nabi berdo‟a : “semoga Allah mengampuni Utsman
terhadap apa yang telah di hadapi, yang dirahasiakan dan yang dinampakkan.
Bahkan pada tahun kesembilan hijriyah dalam kasus yang lain,
sampailah laporan kepada Nabi bahwa kaisar romawi timur sedang bersiapsiap untuk menyerbu ke madinah, yang dianggap nabi dapat membahayakan
keamanan orang islam. Maka Nabi persiapan perlawanan, dalam pada itu
beliau berseru kepada rakyat agar mengorbankan apa yang dapat diberikan.
Lantas Utsman memberikan 1000 unta, 50 kuda, 1000 potong emas.
Nabi terharu melihat unggukan emas dan menyatakan : “apa yang
telah diberikan Utsman, semenjak hari pertama dan seterusnya tidak akan
merugikan dirinya.”
Disamping
kedermawanan,
Utsman
terkenal
dengan
sikap
kesederhanaannya. Diceritakan bahwa suatu ketika dia berkhutbah memakai
sarung addani yang kasar, harganya relatif murah. Makanannya sangat
sederhana dan pernah memboncengkan pembantunya dalam suatu kendaraan
semasa dia menjadi khalifah, tanpa merasa hina dengan perbuatannya itu.
Utsman tidak memandang jabatan khalifah sebagai sesuatu yang luar
biasa. Semasa menjabat dia berlaku wajar-wajar saja dan sebagaimana
manusia pada umumnya. Diriwayatkan bahwa dia membawa sendiri beberapa
3
4. ikat kayu bakar dari kebunnya padahal dia mempunyai beberapa budak.
Ketika ditanya mengapa dia membawa sendiri dan tidak menyuruh budakbudak itu untuk membawanya. Utsman pun menjawab : “aku bisa
membawanya sendiri, aku ingin menempa diriku sendiri, mampukah atau
bencikah terhadap perbuatan seperti ini.”
Ketika dia memegang jabatan khalifah, ekspansi terus dilakukan
dengan hasil yang cukup menggembirakan. Pada masa Abu bakar dan Umar
ekspansi sampai ke negeri persia, romawi dan mesir. Maka pada masa Utsman
ekspansi sampai ke negeri barqah, tripoli barat dan bagian selatan negeri
nubbah negeri-negeri armenia, dan beberapa bagian tabaristan, bahkan
kemajuan tentara islam telah melampui sungai jihun (amudaria). Jadi daerahdaerah Ma wara’an nahr (negeri-negeri seberang sungai jihun) telah masuk
wilayah negara islam. Demikian juga negara-negara harah, balkh, kabul dan
gaznah di turkistan telah diduduki kaum muslimin.
Inilah beberapa analisa kehidupan tentang Utsman bin affan. Yang
jelas Utsman adalah seorang yang lemah karena usia, pemalu dan sangat
mencintai keluarga. Kondisi obyektif inilah menyebabkan Utsman mengambil
langkah untuk mengangkat keluarganya untuk memegang posisi penting
dalam pemerintahan untuk mendukung kebijaksanaannya, yang kondisinya
seperti yang telah dituturkan tadi. Namun niat positif ini justru berbalik
sedemikian rupa sehingga membuat cacat kepemimpinannya dimata ahli
sejarah, meskipun kebanyakan ahli sejarah muslim ingin membersihkan
Utsman dari tuduhan negatif itu.3
C. Kezuhudan Utsman bin affan
Tidak kalah dengan pendahuluannya, Utsman bin affan juga giat
beribadah dengan berbagai cara yang dimampuinya. Dia banyak membaca AlQur‟an, bahkan menurut riwayat Ibnu as‟ad dari Muhammad bin sirin, dia
menghidupkan malam dengan menghatamkan Al-Qur‟an dalam satu raka‟at.
Utsman berpandangan bahwa kebaikan keseluruhannya yang telah dia perbuat
tersimpul empat perilaku mulia :
3
Ibid hal 39-45
4
5. a. Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan amalan-amalan sunnah
b. Sabar menghadapi hukum-hukum dan ketentuan Allah SWT
c. Ridha menerima takdir Allah SWT
d. Malu dari pandangan Allah SWT
Malu kepada Allah merupakan ekspresi ihsan yang merupakan puncak
tertinggi ibadah, sebagaimana yang diriwayatkan Rasulullah SAW : “ihsan
berarti bermuraqabah kepada Allah, dalam kesendirian maupun keramaian.”
Utsman
merupakan
manusia
yang
paling
pemalu
terhadap
Allah.
Diriwayatkan dari Anas, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “orang yang
paling nyata malunya diantara umatku adalah Utsman.”
Utsman juga tokoh senior kaum zuhud. Aktivitasnya mengumpulkan
harta dalam usaha perniagaan mengandung perspektif khusus yang
mengangkat himmah citanya bahwa dia tidak mengumpulkannya untuk
memenuhi kebutuhannya dia dan keluarganya saja, melainkan untuk tujuan
yang
lebih
mulia,
yaitu
mewujudkan
kemaslahatan
umum
untuk
mendermakannya dijalan Allah demi membela agama. Diriwayatkan bahwa
dia pernah berkata : “andai aku tidak khawatir akan adanya lubang dalam
islam yang dapat aku sumbat dengan harta ini, niscaya aku tidak akan
mengumpulkannya.”
Utsman benar-benar menerapkan perspektif khusus ini dalam tataran
riil sebagaimana yang telah dicatat oleh sejarah Abu nashr Ath-thusi berkata :
“konon Utsman membiayai segala keperluan pasukan Al-Usrah dan membeli
sumur untuk kepentingan kaum muslim hingga Rasulullah SAW bersabda :
“apapun yang dilakukan Utsman setelah ini tidak akan bermudarat baginya.”
Dari paparan ini, terlihat jelas dia dapat dikategorikan sebagai salah seorang
imam panutan tasawuf.4
4
Fauqi Muhammad Hajjaj, Dr, Tasawuf Islam & Akhlak hal 71-72
5
6. IV.
KESIMPULAN
Bahwa melihat dan menyingkapi kehidupan sahabat Utsman bin affan kita
bisa melihat sisi kedermawanannya yang tidak melihat berapa persen yang diamalkan
tapi melainkan hampir keseluruhan harta diamalkan.
Dari segi kezuhudan sahabat Utsman memngumpulkan hartanya bukan hanya
untuk dirinya sendiri atau keluarganya saja melainkan untuk masyarakat muslim demi
membela agama Allah SWT.
V.
PENUTUP
Demikian penjelasan tentang nilai-nilai sufistik pada masa sahabat Utsman
bin affan yang begitu kontroversial kata orang-orang yang belum begitu paham betul
tentang perilaku-perilaku sahabat Utsman.
Dan untuk itu kita sebagai umat muslim yang taat akan hukum-hukum dan
ketentuan Allah SWT apa salahnya meniru perilaku sahabat Utsman yang tidak
begitu mementingkan nikmat dunia seperti kita sekarang yang terlalu menikmati
kenikmatan dunia dan melupakan kewajiban kita sebagai makhluk Allah yaitu
beribadah.
Sekian dari saya bila ada kritik dan saran bisa disampaikan, semata-mata
hanya untuk membangun semangat dan motivasi untuk lebih menyempurnakan
makalah ini.
6
7. DAFTAR PUSTAKA
Fauqi Muhammad Hajjaj, Dr, Tasawuf Islam & Akhlak, Jakarta: Amzah, 2011
Amin Syukur,H.M, Prof.Dr.MA, Zuhud di Abad Modern, Yogkyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000
7