SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
10 Sahabat Rasullullah SAW
1. Abu Bakar Ash-Siddiq
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, sahabat Amr bin Ash pernah bertanya kepada
Nabi Muhammad SAW mengenai siapakah yang paling beliau cintai. Nabi Muhammad SAW menjawab:
"Aisyah". Lalu, Amr bin Ash bertanya lagi, lalu siapakah dari golongan laki-laki. Beliau SAW menjawab:
"Ayahnya Aisyah [Abu Bakar]". Berkat riwayat tersebut, Abu Bakar As-Siddiq memperoleh julukan
sebagai kekasih Rasulullah SAW.
Dua tahun selepas tahun Gajah (573 M), Abu Bakar dilahirkan di Makkah, Jazirah Arab. Ia lebih
muda dua tahun dari Nabi Muhammad SAW. Nama aslinya adalah Abdullah bin Abu Quhafah ‘Utsman
bin ‘Amir Al-Qurasyi At-Taimi. Sebelum memeluk Islam, Abu Bakar adalah seorang pedagang yang
kaya raya. Dalam uraian "Sejarah Dakwah pada Masa Abu Bakar", Patmawati dan Fitri Sukmawati
menuliskan bahwa Abu Bakar memiliki lebih dari 40.000 dirham tunai. Sesudah masuk Islam, seluruh
hartanya ia keluarkan untuk kepentingan dakwah dan kesejahteraan umat Islam.
Terdapat sejumlah julukan bagi Abu Bakar. Selain kekasih Rasulullah SAW, julukan paling populer
adalah As-Siddiq. Abu Bakar As-Siddiq. Dalam bahasa Arab "As-Siddiq" artinya sosok paling jujur dan
benar. Julukan ini diperolehnya karena ia senantiasa membenarkan segala ucapan, perbuatan, dan
risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Kisah mengenai munculnya julukan ini awalnya ia dapatkan
ketika terdengar kabar bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan Isra Mikraj, lalu diangkat ke langit
ketujuh untuk bertemu Allah SWT. Peristiwa itu, bagi orang-orang kafir Quraisy tidak masuk akal.
Bagaimana mungkin, Muhammad melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa
di Palestina dalam satu malam saja. Lantas, selanjutnya beliau SAW menceritakan pertemuannya
dengan Allah SWT. Saat itu, orang-orang kafir Quraisy menertawakan Nabi Muhammad SAW. Ketika
Abu Bakar bertemu mereka, orang-orang kafir Quraisy berkata: "‘Teman kamu itu [Muhammad]
mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul Maqdis [Palestina] dalam semalam," ujar mereka sambil terbahak.
Lalu, Abu Bakar menjawab: "Jika ia [Muhammad] berkata demikian, maka itu benar.” Abu Bakar
termasuk dalam golongan orang-orang yang paling awal masuk Islam atau dikenal dengan golongan
Assabiqun Al-Awwalun. Golongan inilah yang pertama kali mengakui bahwa Muhammad SAW adalah
utusan Allah SWT dan mereka dijamin masuk surga, termasuk Abu Bakar As-Shiddiq.
Berdasarkan buku Biografi Abu Bakr As-Siddiq (2003), Muhammad Husain Haekal menulis
mengenai perawakan Abu Bakar yang kurus. Sepasang bahunya kecil. Wajahnya lancip, matanya
cekung, serta dagunya agak menonjol. Kulit Abu Bakar tergolong putih dan urat-urat tangannya
menonjol. Abu Bakar memiliki empat orang istri, yaitu Qutailah binti 'Abdul 'Uzza, Zainab binti 'Amir,
Asma binti 'Umays, dan Habibah binti Kharijah. Dari keempat istrinya, ia memiliki enam anak, tiga anak
laki-laki dan tiga anak perempuan, salah satunya adalah Aisyah binti Abu Bakar yang merupakan istri
kesayangan Rasulullah SAW. Sebelum Nabi Muhammad SAW meninggal, di masa sakitnya, beliau
sudah mengisyaratkan agar digantikan oleh Abu Bakar As-Siddiq sebagai pemimpin umat Islam kala
itu. Lantas, usai Rasulullah SAW mangkat pada 11 H (632 M), Abu Bakar As-Siddiq diangkat menjadi
khalifah pertama Islam dalam Kekhalifahan Rasyidin. Sebagai khalifah pertama, ia memiliki banyak jasa,
salah satunya adalah mengumpulkan Alquran. Di waktu itu, ayat-ayat Alquran tercecer di banyak
tempat, seperti di pelepah kurma, permukaan batu cadas, dan hafalan para sahabat nabi per surah atau
ayat-ayat tertentu. Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan Alquran hingga
menjadi satu kesatuan. Sekitar dua tahun dua bulan memimpin umat Islam, Abu Bakar As-Siddiq wafat
karena sakit yang ia derita pada usia 61 tahun, pada 13 H/634 M. Ia dikuburkan di samping makam Nabi
Muhammad SAW.
Ilustrasi Abu Bakar As-Siddiq
2. Umar bin Khattab
Umar bin Khattab adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang menjadi khulafaur rasyidin. Umar
adalah khalifah kedua yang meneruskan perjuangan Rasulullah setelah Abu Bakar ash-Shiddiq. Umar
menjadi khulafaur rasyidin selama 10 tahun pada 634-644 Masehi atau tahun 13-23 Hijriah. Nabi
Muhammad SAW memberikan julukan Umar bin Khattab dengan sebutan Al-Faruq yang artinya
pembeda. Umar mampu membenakan kebenaran dan kebatilan. Gelar Umar bin Khattab lainnya adalah
Amirul Mukminin yang berarti pemimpin orang-orang beriman. Umar bin Khattab terkenal sebagai sosok
yang keras dan pemberani. Bahkan sebelum masuk Islam, Umar sangat menentang Nabi Muhammad.
Dia ditakuti kaum Muslimin karena kerap menyiksa pengikut Rasulullah.
Pada suatu hari, amarah Umar pun pecah. Dengan gagah berani, Umar membawa pedang hendak
membunuh Rasulullah. Namun, di perjalanan dia justru bertemu Nu'aim bin Abdillah yang memberi tahu
bahwa adik Umar, Fathimah telah masuk Islam. Umar pun berbalik dan bergegas menemui adiknya
dengan emosi yang membuncah. Di depan rumah, Umar justru mendengar Fathimah dan suaminya
membaca Alquran. Umar menampar Fathimah. Sang adik lantas tersungkur dan menangis. Umar pun
melihat bacaan Alquran yang sedang dibaca adiknya. Dia tersentuh dengan bacaan surat Taha itu.
Hatinya pun luluh. "Tunjukkan aku keberadaan Muhammad," kata Umar, seperti dikutip dari Kisah-Kisah
Inspiratif Sahabat Nabi karya Muhammad Nasrulloh. Kali ini, Umar tak ingin membunuh Nabi
Muhammad melainkan hendak masuk Islam. Umar menuju Darul Arqam, tempat Nabi Muhammad
berkumpul dengan para sahabat. Saat Umar datang, para sahabat panik dan takut Umar bakal
menyerang. namun, Rasulullah justru membukakan pintu untuk Umar. "Apa yang membawamu datang
kemari wahai Umar?" tanya Rasulullah. Umar pun menjawab dia beriman kepada Allah. Umar pun
mengucapkan kalimat syahadat. Rasulullah dan para sahabat menyambut bahagia keislaman Umar
dengan bertakbir.
Setelah Umar masuk Islam, Umar menyarankan Rasulullah agar tak lagi menyiarkan Islam dengan
sembunyi-sembunyi. Rasulullah dan para sahabat mulai berdakwah dengan terang-terangan. Pengikut
Nabi Muhammad pun semakin berkembang. Umar juga orang yang paling terdepan membela dan
melindungi Nabi Muhammad. Umar selalu setia berada di sisi Rasulullah. Dia ikut dalam setiap
peperangan. Umar bahkan disebut sebagai sahabat utama Nabi Muhammad setelah Abu Bakar.
Saat Rasulullah meninggal, Umar merupakan salah satu orang yang paling terpukul. Umar dan
sahabat nabi lainnya bertekad melanjutkan perjuangan sang Baginda. Ketika itu Abu Bakar ditunjuk
menjadi khalifah dan Umar dipercaya menjadi salah satu penasihatnya.
Setelah Abu Bakar meninggal, Umar pun ditunjuk menjadi khalifah kedua. Di bawah pimpinan Umar,
Islam semakin berkembang pesat. Umar mampu mengambil alih Mesopotamia, sebagian Persia dari
Kekaisaran Sassanid. Umar juga juga mengambil alih Mesir, Palestina, Suriah, Afrika Utara, dan
Armenia dari Kekaisaran Romawi
Umar juga banyak mengubah tatanan pemerintahan. Umar mulai melakukan sensus dan mulai
menghitung penanggalan Islam saat peristiwa Hijrah. Inilah asal usul nama tahun Hijriah.
Umar bin Khattab meninggal dunia karena dibunuh oleh Abu Lukluk saat akan menjadi imam salat
Subuh. Setelah Umar meninggal dunia, posisi khalifah diduduki oleh Utsman bin Affan.
Ilustrasi Umar bin Khatab
3. Utsman bin Affan
Utsman bin Affan memperoleh posisi tersendiri di kalangan para sahabat karena ia menikahi dua
anak perempuan Nabi Muhammad SAW. Istrinya adalah Ruqayyah binti Muhammad SAW. Kemudian,
ketika Ruqayyah meninggal dunia, Nabi Muhammad menikahkan lagi Utsman bin Affan dengan adik
Ruqayyah, yaitu Ummu Kaltsum.
Karena ia menikahi dua anak perempuan nabi itulah, Utsman memperoleh julukan sebagai pemilik
dua cahaya atau Dzu An-Nurain. Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abu Al-Ash bin
Umayyah bin Abdu As-Syam bin Abdu Manaf Al-Quraisy. Jalur keturunan atau nasabnya bertemu
dengan Nabi Muhammad SAW pada sosok Abdu Manaf. Utsman bin Affan memeluk Islam berkat ajakan
dari Abu Bakar As-Siddiq. Ia juga termasuk dalam golongan Assabiqun Al-Awwalun atau orang-orang
yang memeluk Islam di masa awal-awal kenabian. Oleh Nabi Muhammad SAW, Utsman bin Affan
memperoleh jaminan syahid dan surga.
Hal ini didasarkan pada riwayat dari Abu Musa Al-Asyari, ia berkata: “Pada suatu hari Nabi
Muhammad SAW masuk ke sebuah kebun dari kebun-kebun Madinah … lalu datang Utsman, aku [Abu
Musa] berkata, 'Tunggu dulu, aku akan memohon izin [kepada Rasulullah SAW) untukmu.' Kemudian,
Nabi Muhammad SAW berkata, ‘Izinkanlah ia masuk, berilah kabar kepadanya dengan surga, serta
bersamanya ada musibah [fitnah] yang akan menimpanya," (H.R. Bukhari). Dalam uraian "Khalifah
Utsman bin Affan" yang diterbitkan Lembaga Kajian Syamina disebutkan mengenai ciri fisik dan
perawakan Utsman. Ia bertubuh ideal, memiliki postur sedang, tidak tinggi dan tidak juga pendek.
Wajahnya tampan, kulitnya halus, janggutnya lebat, dan berkulit kecoklatan. Pangkal-pangkal tulang
Utsman terbilang besar. Bahunya bidang. Cambangnya panjang hingga mencapai bawah telinga.
Hidungnya mancung. Selain itu, hastanya panjang dan kedua betisnya besar. Akhlaknya yang amat
terkenal adalah sifat pemalunya. Ia juga terbilang dermawan dan terhormat.
Sebelum memeluk Islam, Utsman adalah orang Quraisy yang kaya raya dan memiliki usaha niaga
yang sukses. Setelah ia masuk Islam, banyak dari kekayaan yang dimilikinya disedekahkan untuk
dakwah dan kesejahteraan umat Islam. Sebagai misal, suatu ketika, Rasulullah SAW sedang
menyiapkan pasukan untuk perang Tabuk. Keadaan Arab saat ini sedang dalam masa paceklik
sehingga kekurangan dana dan memiliki kesulitan perbekalan yang amat besar. Karena keadaan
tersebut, pasukan Tabuk yang sedang disiapkan itu dijuluki sebagai pasukan masa sulit atau pasukan
'usrah. Nabi Muhammad SAW kemudian bersabda: "Barangsiapa yang mendanai pasukan ‘Usrah,
maka untuknya surga.” Utsman lalu menyumbangkan hartanya hingga mencapai 900 ekor onta dan 100
ekor kuda, serta uang berjumlah ribuan dirham. Di kalangan pemuda Arab, Utsman juga tergolong sosok
pandai. Ia mahir membaca dan menulis. Saat itu, amat sedikit orang yang bisa baca-tulis. Berkat
kemampuan literasinya itu, Nabi Muhammad SAW turut mengangkat Utsman menjadi salah satu penulis
Al-Quran ketika wahyu diturunkan.
Sesaat sebelum Umar bin Khattab meninggal dunia, ia menunjuk enam sahabat sebagai panitia
untuk memutuskan penggantinya sebagai khalifah. Dari panitia itu, terpilihlah sosok Utsman bin Affan
sebagai khalifah ketiga untuk menggantikan Umar. Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah sekitar
12 tahun, sejak 23-35 H atau 644 sampai 656 M. Salah satu kontribusi paling penting di masa Utsman
bin Affan adalah meneruskan dan melengkapi pengumpulan Al-Quran hingga paripurna. Salinan-salinan
Al-Quran itu dibuat dan disebarkan di wilayah-wilayah Islam.
Di masa pemerintahan Utsman, bangsa Persia juga ditaklukkan hingga selesai. Pada masa
khalifah-khalifah sebelumnya, memang sudah dilakukan ekspansi ke sebagian besar wilayah Persia,
namun belum benar-benar dituntaskan. Raja Persia yang bernama Yazdigird berhasil memprovokasi
para penduduk dan membangkitkan perlawanan terhadap Islam. Namun, pemerintahan Utsman bin
Affan berhasil menyisir sisa-sisa pengaruh raja Persia tersebut, serta akhirnya bangsa Persia seutuhnya
jatuh ke wilayah kekuasaan Islam. Dilansir dari laman UGM, saat itu, bukan hanya Persia yang berhasil
ditaklukkan, ekspansi Islam juga mencapai Afrika, menaklukkan Romawi, hingga mencapai wilayah
Turki.
Di masa Utsman bin Affan juga, armada maritim pertama dalam Islam dibentuk. Pasukan laut itu
berperang pertama kali pada pertempuran Dzatusawari atau pertempuran tiang kapal pada 31 H yang
dikomandoi oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Pada 35 H, karena konflik internal dalam tubuh Islam
sendiri, rumah Utsman bin Affan dikepung oleh sekelompok golongan Khawarij yang tidak puas dengan
pemerintahan khalifah ketiga ini. Ketika Utsman sedang membaca Al-Quran, ia ditikam oleh salah
seorang dari pengepung rumahnya itu hingga meninggal. Kematian Utsman bin Affan meninggalkan
jejak sejarah yang kelam dalam dunia Islam dan membuka pintu perpecahan panjang yang sudah
diramalkan Nabi Muhammad SAW. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Umar, ia
berkata: "Rasulullah SAW menyebutkan adanya fitnah. Lalu ada seseorang yang lewat dan Nabi berkata
:'Orang yang memakai penutup muka ini akan terbunuh pada saat itu'," Abdullah bin Umar mengatakan:
”Aku melihat [orang tersebut] adalah Utsman bin Affan.”
4. Ali bin Abi Thalib
Sejak kecil, Ali bin Abi Thalib tinggal bersama Nabi Muhammad SAW. Ia dititipkan oleh ayahnya,
Abu Thalib ketika masa paceklik menyerang Makkah. Saat itu, Abu Thalib sedang mengalami krisis
ekonomi. Anak-anaknya ia titipkan kepada anggota keluarga besarnya yang lain. Anak bungsunya, Ali,
jatuh ke tangan Nabi Muhammad SAW.
Sebenarnya, panggilan "Ali" ini diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Nama kecilnya adalah
Haydar bin Abu Thalib. Kendati demikian, julukan Ali lebih populer daripada nama aslinya. Bahkan,
banyak orang mengenal Ali bin Abi Thalib daripada Haydar bin Abu Thalib. Ali bin Abi Thalib lahir di
daerah Hijaz, Jazirah Arab, 21 tahun sebelum hijrah atau 601 M. Dalam buku Muhammad Sang Nabi:
Sebuah Biografi Kritis (2011), Karen Amstrong menuliskan bahwa Ali mulai tinggal bersama Nabi
Muhammad SAW di usia lima tahun. Karena Ali adalah anak asuh Nabi Muhammad SAW, ia begitu
menghormati Rasulullah. Ali banyak belajar karakter mulia melalui teladan Rasulullah SAW. Kira-kira,
di antara usia 8 hingga 16 tahun, ia menyaksikan awal turunnya wahyu kenabian. Ali bin Abi Thalib
termasuk salah seorang yang mula-mulai memeluk Islam atau dikenal dengan golongan Assabiqun Al-
Awwalun. Golongan inilah yang pertama kali mengakui bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah
SWT dan mereka dijamin masuk surga, termasuk Ali bin Abi Thalib.
Di kalangan pemuda Arab, Ali adalah pemuda pandai. Di masa itu, amat jarang ada orang yang
bisa membaca dan menulis, termasuk Nabi Muhammad SAW adalah sosok ummi atau buta huruf.
Karena itulah, Ali bin Abi Thalib menjadi juru tulis Nabi Muhammad SAW. Ali sering kali menuliskan
surat yang didiktekan Rasulullah SAW. Karena kepandaiannya itu, Ali bin Abi Thalib mendapat julukan
Babul Ilmi atau Gerbang Pengetahuan.
Salah satu cerita penting dalam Islam mengenai ketokohan Ali bin Abi Thalib adalah ketika ia
menjadi tameng Nabi Muhammad SAW pada peristiwa hijrah. Ketika itu, umat Islam masih merupakan
kelompok minoritas nan lemah di Makkah. Karena terus mendapat gangguan dari kaum kafir, mereka
merencanakan hijrah ke Yastrib atau Madinah. Semua rombongan sudah berangkat, kecuali Nabi
Muhammad SAW, Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib. Pada malam keberangkatan hijrah, rumah
Rasulullah SAW dikepung orang-orang kafir Quraisy untuk membunuh beliau. Saat itu, Ali bin Abi Thalib
berperan menggantikan Nabi Muhammad SAW di tempat tidurnya. Tindakan itu bertujuan untuk
mengelabui para pengepung rumah Rasulullah. Orang-orang kafir menyangka bahwa Nabi Muhammad
SAW masih tidur, berbaring di tempat tidurnya, padahal sebenarnya beliau menyelinap, berangkat hijrah
bersama Abu Bakar. Yang berbaring di tempat tidurnya tidak lain adalah Ali bin Abi Thalib.
Setelah masa hijrah, Ali bin Abi Thalib menikah dengan putri Rasulullah SAW, Fatimah Az-Zahra.
Ia sangat mencintai istrinya itu, sampai-sampai ia tidak menikah dengan perempuan lain ketika Fatimah
masih hidup. Kemudian, setelah Fatimah meninggal, barulah Ali menikah dengan perempuan -
perempuan lain, mencakup Ummu Banin binti Haram, Laila binti Mas'ud, Asma binti Umais, Sahba binti
Rabia, Umamah binti Abil Ash, Haulah binti Ja'far, Ummu Said binti Urwah, dan Mahabba binti Imru'ul
Qais. Dari istri-istrinya itu, Ali bin Abi Thalib memperoleh 23 anak, terdiri dari 15 anak laki-laki dan 18
anak perempuan. Dilansir dari laman UGM, dituliskan sejumlah ciri-ciri fisik Ali bin Abi Thalib. Dari
perawakannya, ia memiliki tinggi sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak pendek. Perutnya agak menonjol,
lehernya berisi, kedua lengannya berotot. Sementara itu, wajahnya tampan, matanya besar, dan
janggutnya lebat. Kepalanya botak dan berambut di pinggir kepala. Kulit Ali bin Abi Thalib tergolong
amat gelap. Usai meninggalnya Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib merupakan sosok penting
dalam pemerintahan Islam. Selepas kekuasaan politik bergulir dari Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan
Utsman bin Affan, tampuk kekekhalifahan jatuh ke pundaknya. Ali bin Abi Thalib kemudian resmi
menjadi khalifah keempat pada 35 H. Ia berkuasa sekitar lima tahun, sejak 35 hingga 40 H (655-660
M). Ali bin Abi Thalib meninggal pada Ramadan 40 H ketika salat di Masjid Agung Kufah. Ia diserang
oleh Abdurrahman bin Muljam dengan pedang yang diberi racun. Ketika sedang sujud salat subuh,
Abdurrahman bin Muljam menusuk Ali bin Abi Thalib, yang berakhir dengan meninggalnya khalifah
keempat ini, sekaligus penutup Kekhalifahan Rasyidin.
5. Thalhah bin Ubaidillah
Thalhah bin Ubaidillah adalah seorang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.
Ia tergolong bagian dari Assabiqun Al-Awwalun atau golongan orang yang pertama kali masuk Islam.
Perjuangannya dalam Islam tak diragukan lagi. Ia bahkan pernah sekarat dalam Perang Uhud demi
melindungi Nabi Muhammad SAW, sampai-sampai ia memperoleh julukan sebagai orang syahid yang
hidup atau orang syahid yang bangkit dari kematiannya. Nama lengkapnya adalah Thalhah bin
Ubaidillah bin Utsman bin Amru bin Ka'ab bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai.
Thalhah berasal dari Quraisy, serta menerima siksaan kejam dari kabilahnya karena memeluk
Islam dan meninggalkan agama nenek moyang mereka. Sejak kecil, Thalhah sudah belajar berniaga.
Karena kecerdasan dan kecerdikannya, Thalhah sukses dalam perdagangan yang ia lakukan. Ia bahkan
bisa mengalahkan banyak pedagang-pedagang tua di tanah Arab kala itu. Pengalaman paling penting
dalam hidup Thalhah bin Ubaidillah adalah ketika ia bepergian ke Syam, tepatnya di Bushra (sekarang
masuk wilayah Suriah). Saat itu, ia tiba-tiba mendengar seorang pendeta berteriak-teriak. "Wahai para
pedagang, siapakah dari kalian yang berasal dari Makkah?" tanya pedagang itu, sebagaimana
diceritakan dalam buku Muslim Sukses Dunia Akhirat (2019) yang ditulis Nova Irwan Hasmy. "Aku
berasal dari Makkah," ujar Thalhah. Lalu pendeta itu melanjutkan, "Sudahkah muncul seorang nabi,
penutup para nabi yang bernama Ahmad bin Abdullah dari Makkah? Bulan ini pasti akan muncul
seorang nabi, kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon
kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya
engkau segera menemuinya, Anak Muda," kata pendeta itu. Ucapan itu sangat membekas di benak
Thalhah. Ia pun pulang ke Makkah mendahului tenggat dari kafilah dagangnya dan mencari kabar
mengenai nabi yang baru muncul.
Sesampainya di Makkah, orang-orang di pasar memang sedang membicarakan Muhammad bin
Abdullah yang menyatakan dirinya sebagai nabi dan rasul. Sejak itulah, hidayah Islam mengetuk hati
Thalhah dan ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat, serta langsung memeluk Islam. Thalhah
mendampingi dakwah Nabi Muhammad SAW sejak Islam masih terpuruk. Ia berkali-kali disiksa, bahkan
sampai nyaris meninggal. Kesetiaan Thalhah mendampingi Rasulullah ini dibuktikan dalam Perang
Uhud. Ketika barisan kaum muslimin terpecah-belah. Orang-orang yang berada di samping Rasulullah
SAW hanyalah 11 orang Anshar dan Thalhah bin Ubaidillah dari kaum Muhajirin. Untuk menyelamatkan
diri, mereka berusaha mengantarkan Nabi Muhammad SAW ke atas bukit. Sayangnya, di tengah
perjalanan ke bukit itu, mereka diadang oleh rombongan prajurit musuh. Lalu, Rasulullah SAW berujar,
"Siapa yang berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku di surga." "Aku, Wahai Rasulullah,"
kata Thalhah bin Ubaidillah. "Tidak, jangan engkau, kau harus berada di tempatmu," jawab Rasulullah.
"Aku saja, Wahai Rasulullah," kata seorang prajurit Anshar. "Ya, majulah," kata Rasulullah. Lalu, prajurit
Anshar itu melangkah maju melawan prajurit-prajurit musuh. Beberapa waktu kemudian, ia pun
meninggal, mati syahid.
Nabi Muhammad SAW kemudian meminta lagi para sahabat untuk melawan orang kafir. Thalhah
selalu menjadi sosok pertama yang mengajukan diri. Namun, Rasulullah SAW terus menahan Thalhah
sampai 11 orang Anshar itu gugur menemui kesyahidan. Ketika tinggal Thalhah bin Ubaidillah sendirian
bersama Rasulullah, barulah beliau SAW berkata: "Sekarang giliran engkau, Wahai Thalhah." Thalhah
bin Ubaidillah pun maju dan menyerang pasukan musuh sendirian untuk menyelamatkan Rasulullah
SAW. Ia mengusir orang-orang kafir yang hendak mendekati Nabi Muhammad, lalu Thalhah berusaha
menaikkan Rasulullah sendirian ke atas bukit. Selama penyerangan itu, tubuh Thalhah luka berkali-kali,
namun ia berhasil membunuh banyak prajurit musuh dan menyelamatkan Rasulullah SAW. Ketika Abu
Bakar As-Siddiq dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah menemukan Rasulullah, beliau berkata, "Tinggalkan
aku, bantulah Thalhah, kawan kalian!" seru Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar dan Abu Ubaidah
kemudian menemukan Thalhah terkapar tak sadarkan diri, ia dalam keadaan pingsan. Seluruh tubuhnya
penuh luka dan darah segar. Jika tak diperhatikan seksama, tubuhnya yang roboh di tanah dianggap
sudah mati karena saking banyaknya tusukan pedang dan luka-luka yang menyabet badannya. Ketika
diobati, terdapat sekitar 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan tombak, dan tusukan panah memenuhi
tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah dan ia harus dibebat agar ia tak kehabisan darah.
Karena kesetiaan dan perjuangannya itulah, Rasulullah SAW berkata: "Siapa yang ingin melihat orang
berjalan di muka bumi setelah mengalami kematian, maka lihatlah Thalhah," sabda Nabi Muhammad
SAW. Baca juga: Kisah Teladan Sahabat Nabi Zubair bin Awwam: Sepupu Rasulullah SAW Dalam buku
The Great Sahabat (2018) yang ditulis Rizem Aizid dituliskan ciri-ciri fisik Thalhah bin Ubaidillah.
Rambutnya ikal dan lebat, ia berkulit sawo matang, dan berhidung ramping. Tinggi badannya sedang,
tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, tubuhnya kuat dan kokoh, serta wajahnya bersih dan
tampan.
Di antara para sahabat, ia adalah sosok yang kaya raya nan dermawan. Salah satu julukannya
adalah Thalhah Al-Khair (Thalhah yang Berbudi Baik), Thalhah Al-Fayyadh (Thalhah yang Murah Hati),
dan Thalhah Al-Juud (Thalhah yang Dermawan). Ia menyedekahkan banyak dari hartanya untuk
kepentingan Islam dan fakir miskin, namun hartanya terus berkembang dan perdagangannya terus
menguntungkan. Setelah Rasulullah SAW meninggal, Thalhah terus hidup sampai di masa
kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib. Ketika terjadi perselisihan antara Aisyah dan Ali bin Abi Thalib
dalam Perang Jamal, Thalhah berada di kubu Aisyah dan tidak sependapat dengan Ali bin Abi Thalib.
Di Perang Jamal itulah, Thalhah terkena panah beracun yang merenggut nyawanya di usia 60 tahun.
Inilah akhir dari seorang syahid, Thalhah bin Ubaidillah yang sudah dijamin masuk surga oleh Rasulullah
SAW. "Thalhah berada di surga," sabda beliau SAW sebagaimana diriwayatkan Tirmidzi. Dalam hadis
lain, Nabi Muhammad berujar, "Thalhah sudah ditentukan mati syahidnya," (H.R. Hakim).
6. Zubair bin Awwam
Selain meneladani akhlak Rasulullah SAW, umat Islam juga diisyaratkan untuk mencontoh perilaku
dan sikap yang baik dari para sahabatnya. Sahabat merupakan orang yang berada dalam keadaan
Islam dan pernah melihat Rasulullah SAW ketika masih hidup. Walaupun, Rasulullah SAW belum
pernah melihatnya sama sekali. Pada diri para Sahabat, terdapat banyak contoh dan kebaikan yang
sepatutnya diteladani oleh kalangan umat Islam serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Allah
SWT berfirman: “Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida
kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan
yang agung.” (Q.S At-Taubah:100)
Salah satu Sahabat Nabi yang dapat dijadikan teladan adalah Zubair bin Awwam. Dikutip dari
laman Dompet Dhuafa, Zubair merupakan sepupu dari Rasulullah SAW. Beliau adalah putra dari
Shafiyyah bin Abdul Muthalib. Zubair merupakan keturunan suku Quraisy yang memiliki garis nasab
Zubair bin Awwam bin Khuwailidi bin Asad bin badul Uzza bin Qushay bin Kilab. Zubair telah memeluk
agama Islam semenjak umur 15 tahun. Zubair merupakan salah satu dari 7 (tujuh) orang memeluk Islam
di masa awal (assabiqul awwalun). Selain itu, Zubair adalah sahabat yang dijamin dirinya akan masuk
surga oleh Allah SWT. “Sesungguhnya setiap nabi mempunyai penolong (hawari), dan hawariku adalah
Zubair bin Awwam.” (HR Muslim) Beberapa peran yang dilakukan oleh Zubair bin Awwan untuk
membantu Rasulullah SAW dalam menegakkan agama Islam sebagai berikut:
1. Sosok yang berpegang teguh pada agama Islam. Sebagai pengikut agama Islam yang
berpegang teguh, Zubair juga sering mengalami siksaan dari para musuh Islam. Salah satunya
dilakukan oleh pamannya sendiri. Dikutip dari jurnal Hafazhatul Amwaal: Tokoh dan Karakter Akuntan
Rasulullah SAW oleh Ady Cahyadi (2014:119), pada suatu ketika Zubair pernah dipaksa oleh pamannya
untuk duduk pada sebuah alas dari daun yang kemudian dibakar. Selain melahap tempat duduk Zubair,
api juga membakar tubuhnya. Namun, Zubair tetap beriman dan berpegang teguh pada keyakinannya,
yaitu agama Islam.
2. Orang pertama yang menghunuskan pedang di jalan Allah SWT. Zubair adalah orang pertama
yang menghunuskan pedang di jalan Allah SWT. Situs Lembaga Dakwah Kampus Universitas Jember
menuliskan, pada suatu peristiwa ketika orang-orang kafir mengganggu Nabi Muhammad SAW,
kemudian Zubair menghunuskan pedangnya kepada mereka. Hal tersebut, dikatakan dalam sebuah
hadis dari Aurah dan Ibnu Musaay sebagai berikut: “laki-laki pertama yang menghunuskan pedang di
jalan Allah adalah Zubair.”
3. Pembawa kabar hasil perang Raja Najasy dengan para pengikutnya. Pada saat umat Islam
sedang dalam hijah ke daerah Ethipioa (Habasyah), bersamaan dengan hal tersebut, sedang
berlangsung perang antara Raja Najasy dengan para pengikutnya yang membelot. Perang tersebut
terjadi karena raja melindungi kaum muslimin. Sebelum sampai ke Eithopia, rombongan umat Islam
yang sedang hijrah tersebut ingin mengetahui kabar perang. Kemudian, salah satu pemberani yang
andil dalam kejadian tersebut adalah Zubair. Zubair merupakan seseorang yang tidak dapat berenang,
namun beliau berani menyeberangi Sungai Nil hanya dengan menggunakan balon. Berkat keberanian
Zubair tersebut, umat muslim berhasil mendapatkan kabar bahagia, yaitu kemenangan Raja Najasi. Hal
tersebut, tentunya akan memudahkan umat Islam masuk dengan aman ke Habasyah.
4. Pemecah kekuatan Malik bin A’uf. Zubair merupakan orang yang berjasa memecah kekuatan
Malik bin ‘Auf pimpinan kaum Hawaza dalam perang Hunain. Perang Hunain merupakan perang yang
memporak-porandakan kaum muslim karena jebakan-jebakan yang dipasang di dalam sebuah gua.
Namun, kemudian para muslimin akhirnya bisa bangkit dan mengalahkan pasukan Malik bin ‘Auf.
7. Hamzah bin abdul Muthalib
Pada suatu hari Hamzah bin Abdul Muthalib keluar dari rumahnya sambil membawa busur dan
anak panah untuk berburu. Sejak muda, paman Rasulullah ini memang hobi dan gemar berburu
binatang. etelah hampir seharian menghabiskan waktunya di tempat perburuan tanpa mendapatkan
hasil, ia pun beranjak pulang. Sebelum kembali ke rumahnya, ia lebih dulu mampir di Ka'bah untuk
melakukan thawaf.
Sebelum sampai di Ka'bah, seorang budak perempuan milik Abdullah bin Jud'an At-Taimi
menghampirinya seraya berkata,"Hai Abu Umarah, andai saja tadi pagi kau melihat apa yang dialami
oleh keponakanmu, Muhammad bin Abdullah, niscaya kamu tidak akan membiarkannya. Ketahuilah,
bahwa Abu Jahal bin Hisyam telah memaki dan menyakiti keponakanmu itu, hingga akhirnya ia
mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya."
Usai mendengarkan panjang lebar peristiwa yang dialami oleh keponakannya, Hamzah terdiam
sambil menundukkan kepalanya sejenak. Ia kemudian membawa busur dan anak panahnya, kemudian
bergegas menuju Ka'bah dan berharap dapat bertemu Abu Jahal di sana.
Sampai di Ka'bah ia melihat Abu Jahal dan beberapa pembesar Quraisy sedang berbincang-
bincang. Dengan tenang Hamzah mendekati Abu Jahal. Lalu dengan gerakan yang cepat ia lepaskan
busur panahnya dan dihantamkan ke kepala Abu Jahal berkali-kali hingga jatuh tersungkur. Darah segar
mengucur deras dari dahinya. "Mengapa kamu memaki dan mencederai Muhammad, padahal aku telah
menganut agamanya dan meyakini apa yang dikatakannya? Sekarang, coba ulangi kembali makian dan
cercaanmu itu kepadaku jika kamu berani!" bentak Hamzah kepada Abu Jahal.
Dalam beberapa saat, orang-orang yang berada di sekitar Ka'bah lupa akan penghinaan yang baru
saja menimpa pemimpin mereka. Mereka begitu terpesona oleh kata-kata yang keluar dari mulut
Hamzah yang menyatakan bahwa ia telah menganut dan menjadi pengikut Muhammad.
Tiba-tiba beberapa orang dari Bani Makhzum bangkit untuk melawan Hamzah dan menolong Abu
Jahal. Tetapi Abu Jahal melarang dan mencegahnya seraya berkata,"Biarkanlah Abu Umarah
melampiaskan amarahnya kepadaku. Karena tadi pagi, aku telah memaki dan mencerca keponakannya
dengan kata-kata yang tidak pantas."Hamzah bin Abdul Muthalib adalah seorang yang mempunyai otak
yang cerdas dan pendirian yang kuat. Ia adalah paman Nabi dan saudara sepersusuannya. Dia
memeluk Islam pada tahun kedua kenabian. Ia juga hijrah bersama Rasulullah SAW dan ikut dalam
perang Badar. Pada Perang Uhud syahid dan Rasulullah menjulukinya dengan "Asadullah" (Singa
Allah) dan menyebutnya "Sayidus Syuhada" (Penghulu atau Pemimpin Para Syuhada).
Ketika sampai di rumah, ia duduk terbaring sambil menghilangkan rasa lelahnya dan membawanya
berpikir serta merenungkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Sementara itu, Abu Jahal yang telah
mengetahui bahwa Hamzah telah berdiri dalam barisan kaum Muslimin berpendapat, perang antara
kaum kafir Quraisy dengan kaum Muslimin sudah tidak dapat dielakkan lagi. Oleh sebab itu, ia mulai
menghasut dan memprovokasi orang-orang Quraisy untuk melakukan tindak kekerasan terhadap
Rasulullah dan pengikutnya. Bagaimanapun Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang
dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus diakui, bahwa
keislamannya telah menjadi perisai dan benteng pelindung bagi kaum Muslimin lainnya. Lebih dari itu
menjadi daya tarik tersendiri bagi kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar Jazirah Arab untuk lebih
mengetahui agama Islam lebih mendalam. Sejak memeluk islam, Hamzah telah berniat untuk
membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan, dan juga jiwa raganya untuk kepentingan dakwah
Islam.
Pada Perang Badar, Rasulullah menunjuk Hamzah sebagai salah seorang komandan perang. Ia
dan Ali bin Abi Thalib menunjukkan keberanian dan keperkasaannya yang luar biasa dalam
mempertahankan kemuliaan agama Islam. Akhirnya, kaum Muslimin berhasil memenangkan perang
tersebut secara gilang gemilang. Kaum kafir Quraisy tidak mau menelan kekalahan begitu saja, maka
mereka mulai mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas. Akhirnya,
tibalah saatnya Perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya
bersekutu untuk menghancurkan kaum Muslimin. Sasaran utama perang itu adalah Rasulullah dan
Hamzah bin Abdul Muthalib. Seorang budak bernama Washyi bin Harb diperintahkan oleh Hindun binti
Utbah, istri Abu Sufyan bin Harb, untuk membunuh Hamzah. Wahsyi dijanjikan akan dimerdekakan dan
mendapat imbalan yang besar pula jikaberhasil menunaikan tugasnya. Akhirnya, setelah terus-menerus
mengintai Hamzah, Wahsyi melempar tombaknya dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang
bagian bawah Hamzah hingga tembus ke bagian muka di antara dua pahanya. Tak lama kemudian,
Hamzah wafat sebai syahid.
Usai sudah peperangan, Rasulullah dan para sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad dan
tubuh para syuhada yang gugur. Sejenak beliau berhenti, menyaksikan dan membisu seraya air mata
menetes di kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun terlintas di benak beliau bahwa moral bangsa arab
telah merosot sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat keji dan kejam terhadap jasad Hamzah.
Dengan keji mereka telah merusak jasad dan merobek dada Hamzah dan mengambil hatinya.
Kemudian Rasulullah mendekati jasad Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya
berkata,"Tak pernah aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apa
pun yang lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini." Setelah itu, Rasulullah dan kaum
Muslimin menyalatkan jenazah Hamzah dan para syuhada lainnya satu per satu.
Ibnu Atsir dalam kitab Usud Al-Ghabah, mengatakan dalam Perang Uhud, Hamzah berhasil
membunuh 31 orang kafir Quraisy. Sampai pada suatu saat ia tergelincir sehingga terjatuh kebelakang
dan tersingkaplah baju besinya, dan pada saat itu ia langsung ditombak dan dirobek perutnya. Lalu
hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya. Namun Hindun memuntahkannya kembali
karena bisa menelannya. Ketika Rasulullah melihat keadaan tubuh pamannya Hamzah bin Abdul
Muthalib, Beliau sangat marah dan Allah menurunkan firmannya: "Dan jika kamu memberikan balasan,
maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi
jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (QS An-Nahl:
126). Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq Sirah-nya, bahwa Ummayyah bin Khalaf bertanya pada Abdurahman
bin Auf, "Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias dengan bulu bulu itu?" "Dia
adalah Hamzah bin Abdul Muthalib," jawab Abdurrahman bin Auf. "Dialah yang membuat kekalahan
kepada kami," ujar Khalaf. Abdurahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah
berperang disamping Rasulullah dengan memegang dua bilah pedang. Diriwayatkan dari Jabir bahwa
ketika Rasulullah SAW melihat Hamzah terbunuh, maka beliau menagis.
8. Khalid bin Walid
Khalid bin Walid adalah seorang panglima perang yang termasyhur dan ditakuti di medan tempur.
Ia mendapat julukan "Pedang Allah yang Terhunus". Dia adalah salah satu dari panglima-panglima
perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang karirnya. Khalid termasuk di antara keluarga Nabi
yang sangat dekat. Maimunah, bibi Khalid, adalah istri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada
hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara
sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu
perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Awalnya Khalid bin Walid adalah panglima perang kaum kafir Quraisy yang terkenal dengan
pasukan kavalerinya. Pada saat Perang Uhud, Khalid yang melihat celah kelemahan pasukan Muslimin
yang menjadi lemah setelah bernafsu mengambil rampasan perang dan turun dari Bukit Uhud, langsung
menghajar pasukan Muslim pada saat itu. Namun justru setelah perang itulah Khalid masuk Islam.
Ayah Khalid, Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum adalah salah seorang pemimpin yang paling
berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia orang yang kaya raya. Dia menghormati Ka’bah dengan
perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka’bah.
Pada masa ibadah haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang
berkumpul di Mina.
Suku Bani Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, merekalah yang
mengurus gudang senjata dan tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi
prajurit-prajurit. Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang lebih dibanggakan seperti Bani Makhzum.
Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam di lembah Abu Thalib, orang-orang Bani
Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Ketika Khalid bin Walid masuk Islam, Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai
kemampuan berperang yang dapat membela panji-panji Islam dan meninggikan kalimatullah dengan
perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan Khalid diangkat menjadi panglima perang dan
menunjukkan hasil kemenangan atas segala upaya jihadnya.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid ditunjuk menjadi panglima pasukan Islam
sebanyak 46.000, menghadapi tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Dia sama sekali
tidak gentar menghadapinya, dia hanya khawatir tidak bisa mengendalikan hatinya karena
pengangkatannya dalam peperangan yang dikenal dengan Perang Yarmuk itu.
Dalam Perang Yarmuk jumlah pasukan Islam tidak seimbang dengan pihak musuh yang berlipat-
lipat. Ditambah lagi, pasukan Islam yang dipimpin Khalid tanpa persenjataan yang lengkap, tidak terlatih
dan rendah mutunya. Ini berbeda dengan angkatan perang Romawi yang bersenjata lengkap dan baik,
terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Bukan Khalid namanya jika tidak mempunyai strategi perang, dia
membagi pasukan Islam menjadi 40 kontingen dari 46.000 pasukan Islam untuk memberi kesan seolah-
olah pasukan Islam terkesan lebih besar dari musuh.
Strategi Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik yang digunakan oleh Romawi terutama di
Arab utara dan selatan ialah dengan membagi tentaranya menjadi lima bagian; depan, belakang, kanan,
kiri dan tengah. Heraklius telah mengikat tentaranya dengan besi antara satu sama lain. Ini dilakukan
agar mereka jangan sampai lari dari peperangan.
Kegigihan Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya membuahkan hasil yang membuat
hampir semua orang tercengang. Pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil memukul
mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu. Perang yang dipimpin Khalid lainnya adalah
perang Riddah (perang melawan orang-orang murtad). Perang Riddah ini terjadi karena suku-suku
bangsa Arab tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Abu Bakar di Madinah. Mereka menganggap
bahwa perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah, dengan sendirinya batal setelah Rasulullah wafat.
Oleb sebab itu, mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka
yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan. Maka Abu Bakar mengutus Khalid bin Walid
untuk menjadi jenderal pasukan perang Islam untuk melawan kaum murtad tersebut, hasilnya
kemenangan ada di pihak Khalid.
Masih pada pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al-
Hirah pada 634 M. kemudian Khalid bin Walid diperintahkan oleh Abu Bakar meninggalkan Irak untuk
membantu pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid. Ada kisah yang menarik dari Khalid bin Walid. Dia
memang sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan
karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam
puncak popularitas. Hal ini ditunjukkannya saat Khalifah Umar bin Khathab mencopot sementara waktu
kepemimpinan Khalid bin Walid tanpa ada kesalahan apa pun. Menariknya, ia menuntaskan perang
dengan begitu sempurna. Setelah sukses, kepemimpinan pun ia serahkan kepada penggantinya, Abu
Ubaidah bin Jarrah.
Khalid tidak mempunyai obsesi dengan ketokohannya. Dia tidak menjadikan popularitas sebagai
tujuan. Itu dianggapnya sebagai sebuah perjuangan dan semata-mata mengharapkan ridha Sang Maha
Pencipta. Itulah yang ia katakan menanggapi pergantiannya, "Saya berjuang untuk kejayaan Islam.
Bukan karena Umar!" Jadi, di mana pun posisinya, selama masih bisa ikut berperang, stamina Khalid
tetap prima. Itulah nilai ikhlas yang ingin dipegang seorang sahabat Rasulullah seperti Khalid bin Walid.
Khalid bin Walid pun akhirnya dipanggil oleh Sang Khaliq. Umar bin Khathab menangis. Bukan
karena menyesal telah mengganti Khalid. Tapi ia sedih karena tidak sempat mengembalikan jabatan
Khalid sebelum akhirnya "Si Pedang Allah" menempati posisi khusus di sisi Allah SWT.
9. Bilal bin Rabbah
Bilal bin Rabbah menjadi muazin pertama dalam Islam dan berhenti mengumandangkan adzan
setelah wafatnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Bilal bin Rabbah adalah sahabat Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang memiliki jasa besar dalam sejarah awal dakwah Islam. Dia
dikenal sebagai pengumandang azan (muazin) pertama kali, yang menandai azan sebagai tanda
masuknya waktu shalat. Dan, Bilal adalah salah satu orang yang mengimani ketauhidan atas Allah di
saat Nabi Muhammad masih berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Bilal dilahirkan di daerah As Sarah
lebih kurang 43 tahun sebelum Hijrah (578 Masehi).
Dia putra dari Rabah dan Hamamah yang merupakan budak di Mekkah. Bilal mewarisi kulit yang
hitam sehingga kerap dijuluki ibnus sauda (putra wanita hitam). Perawakan Bilal digambarkan dengan
badan tinggi kurus, agak membungkuk, rambut lebat, dan berkulit hitam. Dikutip laman jurnal Universitas
Galuh, awalnya Rabbah sekeluarga menjadi budak dari Bani Abduddar. Setelah Rabbah meninggal,
Bilal diwariskan pada Umayyah bin Khalaf.
Kisah perkenalan Bilal dengan Islam dimulai saat dirinya masih menjadi budak Umayyah bin Khalaf
dari Bani Jumuh. Ketika dakwah Nabi Muhammad terdengar Bilal, dia tertarik dan menyatakan diri
masuk Islam di depan Nabi Muhammad. Semenjak itu, imannya tiap hari makin kuat dalam memeluk
agama ini. Kekuatan imannya ditunjukkan saat keislamannya diketahui sang majikan. Dalam buku
Aqidah Akhlak Kelas IV (Kemenag 2020) tertulis bahwa Bilal disiksa dan dijemur di tengah gurun pasir.
Siksaan itu bahkan berlangsung sampai beberapa hari. Kala itu, pada perut Bilal diikat batu besar.
Lehernya dililit dengan tali. Lebih kejam lagi, anak-anak dari orang kafir disuruh menyeretnya pada
perbukitan Mekkah. Namun, Bilal tetap tegar dan hanya memohon pada Allah. Dia sama sekali tidak
mau meninggalkan Islam seperti yang diminta majikannya. Dia selalu mengucapkan "Ahad...Ahad..."
sebagai bentuk ketulusan mencintai dan mentauhidkan Allah. Pertolongan Allah lantas datang melalui
Abu Bakar As Siddiq. Bilal ditebus dari tangan Umayyah bin Khalaf, lalu dimerdekakan dari statusnya
sebagai budak. Lalu,
Bilal bergabung bersama kaum muslimin lain sebagai orang yang bebas. Bilal sang muazin
Semenjak lepas dari perbudakan, Bilal lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nabi Muhammad.
Kedekatannya itu membuat Bilal sangat dihormati dan dimuliakan para sahabat. Bilal juga menorehkan
sejarah sebagai muazin pertama dalam Islam. Peristiwa tersebut terjadi pada saat hijrahnya Nabi
Muhammad ke Madinah. Bilal diajak ikut serta dalam rombongan. Masyarakat di sana juga mulai
membangun masjid yang kini sampai sekarang dikenal sebagai Masjid Nabawi. Setelah pembangunan
masjid selesai, Bilal lalu ditunjuk Nabi Muhammad untuk mengumandangkan azan.
Bilal memiliki suara merdu nan lantang. Lalu, semenjak itu, azan dijadikan sebagai pertanda
masuknya waktu salat lima waktu. Ada kebiasaan yang dilakukan Bilal setelah mengumandangkan
azan. Dia akan berdiri di depan rumah Nabi Muhammad seraya mengatakan, "Hayya 'alash shalaah
hayya 'alash shalaah". Begitu Nabi mulai tampak keluar dari rumahnya, iqamat akan dilantunkan dan
salat berjamaah dimulai. Bilal menjadi muazin sampai akhir hayat Nabi Muhammad. Namun, setelah
wafatnya Nabi, Bilal tidak pernah bisa menyelesaikan lantunan azannya. Begitu cintanya pada
Rasulullah, suara Bilal akan tersendat saat melafalkan kalimat "asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah". Dilansir laman Kemenag, hal itu disebabkan suara Bilal seakan tenggelam sewaktu
mengucapkan lafal tersebut. Dia teringat dengan Rasulullah dan larut dalam tangisan karena begitu
merindukannya. Semenjak Nabi Muhammad wafat tersebut, Bilal berhenti menjadi muazin.
10. Abdurrahman bin Auf
Salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Nabi Muhammad adalah Abdurrahman bin
Auf. Di antara para sahabat beliau SAW, Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang paling kaya dan
bergelimang harta. Saking banyaknya kekayaan yang ia miliki, Nabi Muhammad SAW pernah
menyatakan bahwa perhitungan hartanya di akhirat akan demikian panjang. Abdurrahman bin Auf akan
masuk surga dengan cara merangkak. Mendengar penuturan itu, Abdurrahman bin Auf menangis .
Karena itulah, ia kerap berdoa: "Jadikan aku ini miskin! Aku ingin seperti Mush'ab bin Umair atau
Hamzah [yang meninggal dalam keadaan miskin], Ya Allah," rintih Abdurrahman bin Auf. Kendati
demikian, harta yang sudah ia tanamkan untuk investasi terus berkembang. Ia tak juga miskin-miskin.
Ummul Mukminin Aisyah pernah bercerita bahwasanya Abdurrahman bin Auf kerap membawa pulang
dagangannya sebanyak 700 kontainer barang yang panjangnya serupa barisan pawai tak putus-putus.
Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdul Harits bin Zahrah bin Kilab bin Murrah
bin Ka'ab bin Lu'ay. Ia lahir 10 tahun selepas Tahun Gajah. Ketika Muhammad SAW menyatakan bahwa
ia diutus menjadi nabi dan rasul yang terakhir di muka bumi ini, Abdurrahman bin Auf termasuk golongan
pertama menyambut hidayah tersebut. Ia adalah salah seorang yang mula-mula masuk Islam atau
Assabiqun Al-Awwalun. Abdurrahman bin Auf masuk Islam dua hari selepas Abu Bakar As-Siddiq. Jasa
Abdurrahman bin Auf sangat besar dalam membiayai dakwah Islam. Seluruh hartanya ia bagi dalam
tiga bagian, sepertiga untuk investasi modal usaha orang lain, sepertiga untuk melunasi hutang -
hutangnya, dan sepertiga lagi untuk disedekahkan pada fakir miskin dan dakwah Islam. Ia hanya
menyisakan harta seperlunya untuk dirinya sendiri.
Seluruh harta Abdurrahman bin Auf lahir dari kepadaiannya berwirausaha. Penduduk Makkah dan
Madinah kala itu mengakui kecerdikannya dalam berdagang. Saking mahirnya berwirausaha, ia bahkan
pernah berseloroh: "Seandainya aku mengangkat batu, niscaya kutemukan emas dan perak di
bawahnya.” Keistimewaan Abdurrahman bin Auf dibandingkan orang-orang di masanya adalah ia
memiliki dua karakteristik sekaligus, yaitu hartawan dan semangat pejuang. Biasanya, orang yang
pandai berdagang, kurang memiliki semangat pejuang, sementara itu pejuang lazimnya miskin harta,
sebagaimana dikutip dari Abdurrahman bin Auf: Biografi dan Perjuangan dalam Membela Islam (2018)
yang ditulis oleh Haslinah.
Suatu waktu, ia pernah diutus Nabi Muhammad SAW memimpin sebanyak 700 pasukan menuju
Dumatul Jandal untuk berperang. Selain itu, Abdurrahman bin Auf dianggap sebagai pelopor dua hijrah
dalam Islam, yaitu hijrah ke Habasyah dan hijrah ke Madinah. Selepas Rasulullah SAW meninggal,
Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan istri-istri mendiang Nabi Muhammad SAW. Ia
menjaga keselamatan dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Dari ciri fisiknya, Abdurrahman bin Auf
berkulit putih, berbadan tegap, tidak beruban, berhidung mancung, serta berambut lebat dan panjang
hingga menutupi telinga. Karena tampan dan kaya, sepanjang hidupnya, Abdurrahman bin Auf memiliki
13 istri, terdiri dari Ummu Hurayth, Ghazal binti Kisra, Sahla binti Assim, Bahriyah bint Hani, Ummu
Kultsum binti Uqbah, Ummu Hakim binti Qaridh, Badinah binti Ghaylan, Zainab binti Ghaylan, Asma
binti Salamah, Majd binti Yazid, Ummu Kultsum binti Utbah bin Rabiah, Tamadur binti Asbagh, dan Abil
binti Khashkhash. Kendati beristri banyak, namun dalam sekali waktu, Abdurrahman bin Auf tak pernah
beristri lebih dari empat. Artinya, ketika salah satu istrinya meninggal, barulah ia beristri lagi.
Abdurrahman bin Auf meninggal dunia pada 31 H atau 652 Masehi pada usia 72 tahun. Ia dimakamkan
di Baqi di samping makam sahabatnya, Utsman bin Maz'un. Sebelum ia meninggal, ia berwasiat agar
hartanya disumbangkan untuk kepentingan umat Islam. Menurut suatu riwayat, ia menyedekahkan
sekitar 50 ribu dinar untuk dakwah Islam.

More Related Content

Similar to 10 Sahabat Rasullullah SAW.docx

PPT SKI KLS X KHULAFAUR RASYIDIN kls X.pptx
PPT SKI KLS X KHULAFAUR RASYIDIN kls X.pptxPPT SKI KLS X KHULAFAUR RASYIDIN kls X.pptx
PPT SKI KLS X KHULAFAUR RASYIDIN kls X.pptx
RahmadHidayatSaputra2
 
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2
Ltfltf
 
Sejarah perkembangan islam masa khulafaur rasyidin
Sejarah perkembangan islam masa khulafaur rasyidinSejarah perkembangan islam masa khulafaur rasyidin
Sejarah perkembangan islam masa khulafaur rasyidin
Baitinnajmah
 
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasul
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & RasulMuhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasul
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasul
ladychandrakasih Charsy
 
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptxمعرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
nurhaziqahnorhalimi
 

Similar to 10 Sahabat Rasullullah SAW.docx (20)

PPT SKI KLS X KHULAFAUR RASYIDIN kls X.pptx
PPT SKI KLS X KHULAFAUR RASYIDIN kls X.pptxPPT SKI KLS X KHULAFAUR RASYIDIN kls X.pptx
PPT SKI KLS X KHULAFAUR RASYIDIN kls X.pptx
 
Khulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidinKhulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidin
 
UAS_KEPEMIMPINAN_2A_MUHAMMAD ILHAM FADHLURRAHMAN_2101085009.pdf
UAS_KEPEMIMPINAN_2A_MUHAMMAD ILHAM FADHLURRAHMAN_2101085009.pdfUAS_KEPEMIMPINAN_2A_MUHAMMAD ILHAM FADHLURRAHMAN_2101085009.pdf
UAS_KEPEMIMPINAN_2A_MUHAMMAD ILHAM FADHLURRAHMAN_2101085009.pdf
 
Khulafaur rasyidin dan peran kontribusi terhadap islam setelah wafatnya nabi ...
Khulafaur rasyidin dan peran kontribusi terhadap islam setelah wafatnya nabi ...Khulafaur rasyidin dan peran kontribusi terhadap islam setelah wafatnya nabi ...
Khulafaur rasyidin dan peran kontribusi terhadap islam setelah wafatnya nabi ...
 
Sejarah peradaban islam 4
Sejarah peradaban islam 4Sejarah peradaban islam 4
Sejarah peradaban islam 4
 
KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQKEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
 
Biografi rasulullah
Biografi rasulullahBiografi rasulullah
Biografi rasulullah
 
spi_bisuak.pptx
spi_bisuak.pptxspi_bisuak.pptx
spi_bisuak.pptx
 
Jawaban soal UAS Kepemimpinan Abu Bakar Ash Shiddiq dibuat oleh Nur Amelia Ra...
Jawaban soal UAS Kepemimpinan Abu Bakar Ash Shiddiq dibuat oleh Nur Amelia Ra...Jawaban soal UAS Kepemimpinan Abu Bakar Ash Shiddiq dibuat oleh Nur Amelia Ra...
Jawaban soal UAS Kepemimpinan Abu Bakar Ash Shiddiq dibuat oleh Nur Amelia Ra...
 
KEPEMIMPINAN UTSMAN BIN AFFAN - MUHAMMAD FAHMIL KAMAL.pdf
KEPEMIMPINAN UTSMAN BIN AFFAN - MUHAMMAD FAHMIL KAMAL.pdfKEPEMIMPINAN UTSMAN BIN AFFAN - MUHAMMAD FAHMIL KAMAL.pdf
KEPEMIMPINAN UTSMAN BIN AFFAN - MUHAMMAD FAHMIL KAMAL.pdf
 
ppt Kelompok 2 SKI.pptx
ppt Kelompok 2 SKI.pptxppt Kelompok 2 SKI.pptx
ppt Kelompok 2 SKI.pptx
 
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2
 
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Umar bin Khattab dibuat oleh Andini
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Umar bin Khattab dibuat oleh AndiniJawaban Soal UAS Kepemimpinan Umar bin Khattab dibuat oleh Andini
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Umar bin Khattab dibuat oleh Andini
 
Sejarah perkembangan islam masa khulafaur rasyidin
Sejarah perkembangan islam masa khulafaur rasyidinSejarah perkembangan islam masa khulafaur rasyidin
Sejarah perkembangan islam masa khulafaur rasyidin
 
PPT UTSMAN BIN AFFAN-NUR INDAH MEISYA-2A.pptx
PPT UTSMAN BIN AFFAN-NUR INDAH MEISYA-2A.pptxPPT UTSMAN BIN AFFAN-NUR INDAH MEISYA-2A.pptx
PPT UTSMAN BIN AFFAN-NUR INDAH MEISYA-2A.pptx
 
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasul
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & RasulMuhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasul
Muhammad dan Beriman Kepada Nabi & Rasul
 
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 12
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 12Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 12
Kelas 07 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa Bab 12
 
PPT UAS KEPEMIMPINAN FAYI.pdf
PPT UAS KEPEMIMPINAN FAYI.pdfPPT UAS KEPEMIMPINAN FAYI.pdf
PPT UAS KEPEMIMPINAN FAYI.pdf
 
Perkembangan Islam pada Masa Khulafaur-Rasyidin
Perkembangan Islam pada Masa Khulafaur-RasyidinPerkembangan Islam pada Masa Khulafaur-Rasyidin
Perkembangan Islam pada Masa Khulafaur-Rasyidin
 
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptxمعرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
معرفتك لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم.pptx
 

10 Sahabat Rasullullah SAW.docx

  • 1. 10 Sahabat Rasullullah SAW 1. Abu Bakar Ash-Siddiq Dalam suatu hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, sahabat Amr bin Ash pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW mengenai siapakah yang paling beliau cintai. Nabi Muhammad SAW menjawab: "Aisyah". Lalu, Amr bin Ash bertanya lagi, lalu siapakah dari golongan laki-laki. Beliau SAW menjawab: "Ayahnya Aisyah [Abu Bakar]". Berkat riwayat tersebut, Abu Bakar As-Siddiq memperoleh julukan sebagai kekasih Rasulullah SAW. Dua tahun selepas tahun Gajah (573 M), Abu Bakar dilahirkan di Makkah, Jazirah Arab. Ia lebih muda dua tahun dari Nabi Muhammad SAW. Nama aslinya adalah Abdullah bin Abu Quhafah ‘Utsman bin ‘Amir Al-Qurasyi At-Taimi. Sebelum memeluk Islam, Abu Bakar adalah seorang pedagang yang kaya raya. Dalam uraian "Sejarah Dakwah pada Masa Abu Bakar", Patmawati dan Fitri Sukmawati menuliskan bahwa Abu Bakar memiliki lebih dari 40.000 dirham tunai. Sesudah masuk Islam, seluruh hartanya ia keluarkan untuk kepentingan dakwah dan kesejahteraan umat Islam. Terdapat sejumlah julukan bagi Abu Bakar. Selain kekasih Rasulullah SAW, julukan paling populer adalah As-Siddiq. Abu Bakar As-Siddiq. Dalam bahasa Arab "As-Siddiq" artinya sosok paling jujur dan benar. Julukan ini diperolehnya karena ia senantiasa membenarkan segala ucapan, perbuatan, dan risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Kisah mengenai munculnya julukan ini awalnya ia dapatkan ketika terdengar kabar bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan Isra Mikraj, lalu diangkat ke langit ketujuh untuk bertemu Allah SWT. Peristiwa itu, bagi orang-orang kafir Quraisy tidak masuk akal. Bagaimana mungkin, Muhammad melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina dalam satu malam saja. Lantas, selanjutnya beliau SAW menceritakan pertemuannya dengan Allah SWT. Saat itu, orang-orang kafir Quraisy menertawakan Nabi Muhammad SAW. Ketika Abu Bakar bertemu mereka, orang-orang kafir Quraisy berkata: "‘Teman kamu itu [Muhammad] mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul Maqdis [Palestina] dalam semalam," ujar mereka sambil terbahak. Lalu, Abu Bakar menjawab: "Jika ia [Muhammad] berkata demikian, maka itu benar.” Abu Bakar termasuk dalam golongan orang-orang yang paling awal masuk Islam atau dikenal dengan golongan Assabiqun Al-Awwalun. Golongan inilah yang pertama kali mengakui bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT dan mereka dijamin masuk surga, termasuk Abu Bakar As-Shiddiq. Berdasarkan buku Biografi Abu Bakr As-Siddiq (2003), Muhammad Husain Haekal menulis mengenai perawakan Abu Bakar yang kurus. Sepasang bahunya kecil. Wajahnya lancip, matanya cekung, serta dagunya agak menonjol. Kulit Abu Bakar tergolong putih dan urat-urat tangannya menonjol. Abu Bakar memiliki empat orang istri, yaitu Qutailah binti 'Abdul 'Uzza, Zainab binti 'Amir, Asma binti 'Umays, dan Habibah binti Kharijah. Dari keempat istrinya, ia memiliki enam anak, tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan, salah satunya adalah Aisyah binti Abu Bakar yang merupakan istri kesayangan Rasulullah SAW. Sebelum Nabi Muhammad SAW meninggal, di masa sakitnya, beliau sudah mengisyaratkan agar digantikan oleh Abu Bakar As-Siddiq sebagai pemimpin umat Islam kala itu. Lantas, usai Rasulullah SAW mangkat pada 11 H (632 M), Abu Bakar As-Siddiq diangkat menjadi
  • 2. khalifah pertama Islam dalam Kekhalifahan Rasyidin. Sebagai khalifah pertama, ia memiliki banyak jasa, salah satunya adalah mengumpulkan Alquran. Di waktu itu, ayat-ayat Alquran tercecer di banyak tempat, seperti di pelepah kurma, permukaan batu cadas, dan hafalan para sahabat nabi per surah atau ayat-ayat tertentu. Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan Alquran hingga menjadi satu kesatuan. Sekitar dua tahun dua bulan memimpin umat Islam, Abu Bakar As-Siddiq wafat karena sakit yang ia derita pada usia 61 tahun, pada 13 H/634 M. Ia dikuburkan di samping makam Nabi Muhammad SAW. Ilustrasi Abu Bakar As-Siddiq 2. Umar bin Khattab Umar bin Khattab adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang menjadi khulafaur rasyidin. Umar adalah khalifah kedua yang meneruskan perjuangan Rasulullah setelah Abu Bakar ash-Shiddiq. Umar menjadi khulafaur rasyidin selama 10 tahun pada 634-644 Masehi atau tahun 13-23 Hijriah. Nabi Muhammad SAW memberikan julukan Umar bin Khattab dengan sebutan Al-Faruq yang artinya pembeda. Umar mampu membenakan kebenaran dan kebatilan. Gelar Umar bin Khattab lainnya adalah Amirul Mukminin yang berarti pemimpin orang-orang beriman. Umar bin Khattab terkenal sebagai sosok yang keras dan pemberani. Bahkan sebelum masuk Islam, Umar sangat menentang Nabi Muhammad. Dia ditakuti kaum Muslimin karena kerap menyiksa pengikut Rasulullah. Pada suatu hari, amarah Umar pun pecah. Dengan gagah berani, Umar membawa pedang hendak membunuh Rasulullah. Namun, di perjalanan dia justru bertemu Nu'aim bin Abdillah yang memberi tahu bahwa adik Umar, Fathimah telah masuk Islam. Umar pun berbalik dan bergegas menemui adiknya dengan emosi yang membuncah. Di depan rumah, Umar justru mendengar Fathimah dan suaminya membaca Alquran. Umar menampar Fathimah. Sang adik lantas tersungkur dan menangis. Umar pun melihat bacaan Alquran yang sedang dibaca adiknya. Dia tersentuh dengan bacaan surat Taha itu. Hatinya pun luluh. "Tunjukkan aku keberadaan Muhammad," kata Umar, seperti dikutip dari Kisah-Kisah Inspiratif Sahabat Nabi karya Muhammad Nasrulloh. Kali ini, Umar tak ingin membunuh Nabi Muhammad melainkan hendak masuk Islam. Umar menuju Darul Arqam, tempat Nabi Muhammad
  • 3. berkumpul dengan para sahabat. Saat Umar datang, para sahabat panik dan takut Umar bakal menyerang. namun, Rasulullah justru membukakan pintu untuk Umar. "Apa yang membawamu datang kemari wahai Umar?" tanya Rasulullah. Umar pun menjawab dia beriman kepada Allah. Umar pun mengucapkan kalimat syahadat. Rasulullah dan para sahabat menyambut bahagia keislaman Umar dengan bertakbir. Setelah Umar masuk Islam, Umar menyarankan Rasulullah agar tak lagi menyiarkan Islam dengan sembunyi-sembunyi. Rasulullah dan para sahabat mulai berdakwah dengan terang-terangan. Pengikut Nabi Muhammad pun semakin berkembang. Umar juga orang yang paling terdepan membela dan melindungi Nabi Muhammad. Umar selalu setia berada di sisi Rasulullah. Dia ikut dalam setiap peperangan. Umar bahkan disebut sebagai sahabat utama Nabi Muhammad setelah Abu Bakar. Saat Rasulullah meninggal, Umar merupakan salah satu orang yang paling terpukul. Umar dan sahabat nabi lainnya bertekad melanjutkan perjuangan sang Baginda. Ketika itu Abu Bakar ditunjuk menjadi khalifah dan Umar dipercaya menjadi salah satu penasihatnya. Setelah Abu Bakar meninggal, Umar pun ditunjuk menjadi khalifah kedua. Di bawah pimpinan Umar, Islam semakin berkembang pesat. Umar mampu mengambil alih Mesopotamia, sebagian Persia dari Kekaisaran Sassanid. Umar juga juga mengambil alih Mesir, Palestina, Suriah, Afrika Utara, dan Armenia dari Kekaisaran Romawi Umar juga banyak mengubah tatanan pemerintahan. Umar mulai melakukan sensus dan mulai menghitung penanggalan Islam saat peristiwa Hijrah. Inilah asal usul nama tahun Hijriah. Umar bin Khattab meninggal dunia karena dibunuh oleh Abu Lukluk saat akan menjadi imam salat Subuh. Setelah Umar meninggal dunia, posisi khalifah diduduki oleh Utsman bin Affan. Ilustrasi Umar bin Khatab 3. Utsman bin Affan Utsman bin Affan memperoleh posisi tersendiri di kalangan para sahabat karena ia menikahi dua anak perempuan Nabi Muhammad SAW. Istrinya adalah Ruqayyah binti Muhammad SAW. Kemudian, ketika Ruqayyah meninggal dunia, Nabi Muhammad menikahkan lagi Utsman bin Affan dengan adik Ruqayyah, yaitu Ummu Kaltsum.
  • 4. Karena ia menikahi dua anak perempuan nabi itulah, Utsman memperoleh julukan sebagai pemilik dua cahaya atau Dzu An-Nurain. Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abdu As-Syam bin Abdu Manaf Al-Quraisy. Jalur keturunan atau nasabnya bertemu dengan Nabi Muhammad SAW pada sosok Abdu Manaf. Utsman bin Affan memeluk Islam berkat ajakan dari Abu Bakar As-Siddiq. Ia juga termasuk dalam golongan Assabiqun Al-Awwalun atau orang-orang yang memeluk Islam di masa awal-awal kenabian. Oleh Nabi Muhammad SAW, Utsman bin Affan memperoleh jaminan syahid dan surga. Hal ini didasarkan pada riwayat dari Abu Musa Al-Asyari, ia berkata: “Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW masuk ke sebuah kebun dari kebun-kebun Madinah … lalu datang Utsman, aku [Abu Musa] berkata, 'Tunggu dulu, aku akan memohon izin [kepada Rasulullah SAW) untukmu.' Kemudian, Nabi Muhammad SAW berkata, ‘Izinkanlah ia masuk, berilah kabar kepadanya dengan surga, serta bersamanya ada musibah [fitnah] yang akan menimpanya," (H.R. Bukhari). Dalam uraian "Khalifah Utsman bin Affan" yang diterbitkan Lembaga Kajian Syamina disebutkan mengenai ciri fisik dan perawakan Utsman. Ia bertubuh ideal, memiliki postur sedang, tidak tinggi dan tidak juga pendek. Wajahnya tampan, kulitnya halus, janggutnya lebat, dan berkulit kecoklatan. Pangkal-pangkal tulang Utsman terbilang besar. Bahunya bidang. Cambangnya panjang hingga mencapai bawah telinga. Hidungnya mancung. Selain itu, hastanya panjang dan kedua betisnya besar. Akhlaknya yang amat terkenal adalah sifat pemalunya. Ia juga terbilang dermawan dan terhormat. Sebelum memeluk Islam, Utsman adalah orang Quraisy yang kaya raya dan memiliki usaha niaga yang sukses. Setelah ia masuk Islam, banyak dari kekayaan yang dimilikinya disedekahkan untuk dakwah dan kesejahteraan umat Islam. Sebagai misal, suatu ketika, Rasulullah SAW sedang menyiapkan pasukan untuk perang Tabuk. Keadaan Arab saat ini sedang dalam masa paceklik sehingga kekurangan dana dan memiliki kesulitan perbekalan yang amat besar. Karena keadaan tersebut, pasukan Tabuk yang sedang disiapkan itu dijuluki sebagai pasukan masa sulit atau pasukan 'usrah. Nabi Muhammad SAW kemudian bersabda: "Barangsiapa yang mendanai pasukan ‘Usrah, maka untuknya surga.” Utsman lalu menyumbangkan hartanya hingga mencapai 900 ekor onta dan 100 ekor kuda, serta uang berjumlah ribuan dirham. Di kalangan pemuda Arab, Utsman juga tergolong sosok pandai. Ia mahir membaca dan menulis. Saat itu, amat sedikit orang yang bisa baca-tulis. Berkat kemampuan literasinya itu, Nabi Muhammad SAW turut mengangkat Utsman menjadi salah satu penulis Al-Quran ketika wahyu diturunkan. Sesaat sebelum Umar bin Khattab meninggal dunia, ia menunjuk enam sahabat sebagai panitia untuk memutuskan penggantinya sebagai khalifah. Dari panitia itu, terpilihlah sosok Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga untuk menggantikan Umar. Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah sekitar 12 tahun, sejak 23-35 H atau 644 sampai 656 M. Salah satu kontribusi paling penting di masa Utsman bin Affan adalah meneruskan dan melengkapi pengumpulan Al-Quran hingga paripurna. Salinan-salinan Al-Quran itu dibuat dan disebarkan di wilayah-wilayah Islam.
  • 5. Di masa pemerintahan Utsman, bangsa Persia juga ditaklukkan hingga selesai. Pada masa khalifah-khalifah sebelumnya, memang sudah dilakukan ekspansi ke sebagian besar wilayah Persia, namun belum benar-benar dituntaskan. Raja Persia yang bernama Yazdigird berhasil memprovokasi para penduduk dan membangkitkan perlawanan terhadap Islam. Namun, pemerintahan Utsman bin Affan berhasil menyisir sisa-sisa pengaruh raja Persia tersebut, serta akhirnya bangsa Persia seutuhnya jatuh ke wilayah kekuasaan Islam. Dilansir dari laman UGM, saat itu, bukan hanya Persia yang berhasil ditaklukkan, ekspansi Islam juga mencapai Afrika, menaklukkan Romawi, hingga mencapai wilayah Turki. Di masa Utsman bin Affan juga, armada maritim pertama dalam Islam dibentuk. Pasukan laut itu berperang pertama kali pada pertempuran Dzatusawari atau pertempuran tiang kapal pada 31 H yang dikomandoi oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Pada 35 H, karena konflik internal dalam tubuh Islam sendiri, rumah Utsman bin Affan dikepung oleh sekelompok golongan Khawarij yang tidak puas dengan pemerintahan khalifah ketiga ini. Ketika Utsman sedang membaca Al-Quran, ia ditikam oleh salah seorang dari pengepung rumahnya itu hingga meninggal. Kematian Utsman bin Affan meninggalkan jejak sejarah yang kelam dalam dunia Islam dan membuka pintu perpecahan panjang yang sudah diramalkan Nabi Muhammad SAW. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Umar, ia berkata: "Rasulullah SAW menyebutkan adanya fitnah. Lalu ada seseorang yang lewat dan Nabi berkata :'Orang yang memakai penutup muka ini akan terbunuh pada saat itu'," Abdullah bin Umar mengatakan: ”Aku melihat [orang tersebut] adalah Utsman bin Affan.” 4. Ali bin Abi Thalib Sejak kecil, Ali bin Abi Thalib tinggal bersama Nabi Muhammad SAW. Ia dititipkan oleh ayahnya, Abu Thalib ketika masa paceklik menyerang Makkah. Saat itu, Abu Thalib sedang mengalami krisis ekonomi. Anak-anaknya ia titipkan kepada anggota keluarga besarnya yang lain. Anak bungsunya, Ali, jatuh ke tangan Nabi Muhammad SAW. Sebenarnya, panggilan "Ali" ini diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Nama kecilnya adalah Haydar bin Abu Thalib. Kendati demikian, julukan Ali lebih populer daripada nama aslinya. Bahkan, banyak orang mengenal Ali bin Abi Thalib daripada Haydar bin Abu Thalib. Ali bin Abi Thalib lahir di daerah Hijaz, Jazirah Arab, 21 tahun sebelum hijrah atau 601 M. Dalam buku Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis (2011), Karen Amstrong menuliskan bahwa Ali mulai tinggal bersama Nabi Muhammad SAW di usia lima tahun. Karena Ali adalah anak asuh Nabi Muhammad SAW, ia begitu menghormati Rasulullah. Ali banyak belajar karakter mulia melalui teladan Rasulullah SAW. Kira-kira, di antara usia 8 hingga 16 tahun, ia menyaksikan awal turunnya wahyu kenabian. Ali bin Abi Thalib termasuk salah seorang yang mula-mulai memeluk Islam atau dikenal dengan golongan Assabiqun Al- Awwalun. Golongan inilah yang pertama kali mengakui bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT dan mereka dijamin masuk surga, termasuk Ali bin Abi Thalib.
  • 6. Di kalangan pemuda Arab, Ali adalah pemuda pandai. Di masa itu, amat jarang ada orang yang bisa membaca dan menulis, termasuk Nabi Muhammad SAW adalah sosok ummi atau buta huruf. Karena itulah, Ali bin Abi Thalib menjadi juru tulis Nabi Muhammad SAW. Ali sering kali menuliskan surat yang didiktekan Rasulullah SAW. Karena kepandaiannya itu, Ali bin Abi Thalib mendapat julukan Babul Ilmi atau Gerbang Pengetahuan. Salah satu cerita penting dalam Islam mengenai ketokohan Ali bin Abi Thalib adalah ketika ia menjadi tameng Nabi Muhammad SAW pada peristiwa hijrah. Ketika itu, umat Islam masih merupakan kelompok minoritas nan lemah di Makkah. Karena terus mendapat gangguan dari kaum kafir, mereka merencanakan hijrah ke Yastrib atau Madinah. Semua rombongan sudah berangkat, kecuali Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib. Pada malam keberangkatan hijrah, rumah Rasulullah SAW dikepung orang-orang kafir Quraisy untuk membunuh beliau. Saat itu, Ali bin Abi Thalib berperan menggantikan Nabi Muhammad SAW di tempat tidurnya. Tindakan itu bertujuan untuk mengelabui para pengepung rumah Rasulullah. Orang-orang kafir menyangka bahwa Nabi Muhammad SAW masih tidur, berbaring di tempat tidurnya, padahal sebenarnya beliau menyelinap, berangkat hijrah bersama Abu Bakar. Yang berbaring di tempat tidurnya tidak lain adalah Ali bin Abi Thalib. Setelah masa hijrah, Ali bin Abi Thalib menikah dengan putri Rasulullah SAW, Fatimah Az-Zahra. Ia sangat mencintai istrinya itu, sampai-sampai ia tidak menikah dengan perempuan lain ketika Fatimah masih hidup. Kemudian, setelah Fatimah meninggal, barulah Ali menikah dengan perempuan - perempuan lain, mencakup Ummu Banin binti Haram, Laila binti Mas'ud, Asma binti Umais, Sahba binti Rabia, Umamah binti Abil Ash, Haulah binti Ja'far, Ummu Said binti Urwah, dan Mahabba binti Imru'ul Qais. Dari istri-istrinya itu, Ali bin Abi Thalib memperoleh 23 anak, terdiri dari 15 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Dilansir dari laman UGM, dituliskan sejumlah ciri-ciri fisik Ali bin Abi Thalib. Dari perawakannya, ia memiliki tinggi sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak pendek. Perutnya agak menonjol, lehernya berisi, kedua lengannya berotot. Sementara itu, wajahnya tampan, matanya besar, dan janggutnya lebat. Kepalanya botak dan berambut di pinggir kepala. Kulit Ali bin Abi Thalib tergolong amat gelap. Usai meninggalnya Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib merupakan sosok penting dalam pemerintahan Islam. Selepas kekuasaan politik bergulir dari Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, tampuk kekekhalifahan jatuh ke pundaknya. Ali bin Abi Thalib kemudian resmi menjadi khalifah keempat pada 35 H. Ia berkuasa sekitar lima tahun, sejak 35 hingga 40 H (655-660 M). Ali bin Abi Thalib meninggal pada Ramadan 40 H ketika salat di Masjid Agung Kufah. Ia diserang oleh Abdurrahman bin Muljam dengan pedang yang diberi racun. Ketika sedang sujud salat subuh, Abdurrahman bin Muljam menusuk Ali bin Abi Thalib, yang berakhir dengan meninggalnya khalifah keempat ini, sekaligus penutup Kekhalifahan Rasyidin.
  • 7. 5. Thalhah bin Ubaidillah Thalhah bin Ubaidillah adalah seorang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW. Ia tergolong bagian dari Assabiqun Al-Awwalun atau golongan orang yang pertama kali masuk Islam. Perjuangannya dalam Islam tak diragukan lagi. Ia bahkan pernah sekarat dalam Perang Uhud demi melindungi Nabi Muhammad SAW, sampai-sampai ia memperoleh julukan sebagai orang syahid yang hidup atau orang syahid yang bangkit dari kematiannya. Nama lengkapnya adalah Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amru bin Ka'ab bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Thalhah berasal dari Quraisy, serta menerima siksaan kejam dari kabilahnya karena memeluk Islam dan meninggalkan agama nenek moyang mereka. Sejak kecil, Thalhah sudah belajar berniaga. Karena kecerdasan dan kecerdikannya, Thalhah sukses dalam perdagangan yang ia lakukan. Ia bahkan bisa mengalahkan banyak pedagang-pedagang tua di tanah Arab kala itu. Pengalaman paling penting dalam hidup Thalhah bin Ubaidillah adalah ketika ia bepergian ke Syam, tepatnya di Bushra (sekarang masuk wilayah Suriah). Saat itu, ia tiba-tiba mendengar seorang pendeta berteriak-teriak. "Wahai para pedagang, siapakah dari kalian yang berasal dari Makkah?" tanya pedagang itu, sebagaimana diceritakan dalam buku Muslim Sukses Dunia Akhirat (2019) yang ditulis Nova Irwan Hasmy. "Aku berasal dari Makkah," ujar Thalhah. Lalu pendeta itu melanjutkan, "Sudahkah muncul seorang nabi, penutup para nabi yang bernama Ahmad bin Abdullah dari Makkah? Bulan ini pasti akan muncul seorang nabi, kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya, Anak Muda," kata pendeta itu. Ucapan itu sangat membekas di benak Thalhah. Ia pun pulang ke Makkah mendahului tenggat dari kafilah dagangnya dan mencari kabar mengenai nabi yang baru muncul. Sesampainya di Makkah, orang-orang di pasar memang sedang membicarakan Muhammad bin Abdullah yang menyatakan dirinya sebagai nabi dan rasul. Sejak itulah, hidayah Islam mengetuk hati Thalhah dan ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat, serta langsung memeluk Islam. Thalhah mendampingi dakwah Nabi Muhammad SAW sejak Islam masih terpuruk. Ia berkali-kali disiksa, bahkan sampai nyaris meninggal. Kesetiaan Thalhah mendampingi Rasulullah ini dibuktikan dalam Perang Uhud. Ketika barisan kaum muslimin terpecah-belah. Orang-orang yang berada di samping Rasulullah SAW hanyalah 11 orang Anshar dan Thalhah bin Ubaidillah dari kaum Muhajirin. Untuk menyelamatkan diri, mereka berusaha mengantarkan Nabi Muhammad SAW ke atas bukit. Sayangnya, di tengah perjalanan ke bukit itu, mereka diadang oleh rombongan prajurit musuh. Lalu, Rasulullah SAW berujar, "Siapa yang berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku di surga." "Aku, Wahai Rasulullah," kata Thalhah bin Ubaidillah. "Tidak, jangan engkau, kau harus berada di tempatmu," jawab Rasulullah. "Aku saja, Wahai Rasulullah," kata seorang prajurit Anshar. "Ya, majulah," kata Rasulullah. Lalu, prajurit Anshar itu melangkah maju melawan prajurit-prajurit musuh. Beberapa waktu kemudian, ia pun meninggal, mati syahid.
  • 8. Nabi Muhammad SAW kemudian meminta lagi para sahabat untuk melawan orang kafir. Thalhah selalu menjadi sosok pertama yang mengajukan diri. Namun, Rasulullah SAW terus menahan Thalhah sampai 11 orang Anshar itu gugur menemui kesyahidan. Ketika tinggal Thalhah bin Ubaidillah sendirian bersama Rasulullah, barulah beliau SAW berkata: "Sekarang giliran engkau, Wahai Thalhah." Thalhah bin Ubaidillah pun maju dan menyerang pasukan musuh sendirian untuk menyelamatkan Rasulullah SAW. Ia mengusir orang-orang kafir yang hendak mendekati Nabi Muhammad, lalu Thalhah berusaha menaikkan Rasulullah sendirian ke atas bukit. Selama penyerangan itu, tubuh Thalhah luka berkali-kali, namun ia berhasil membunuh banyak prajurit musuh dan menyelamatkan Rasulullah SAW. Ketika Abu Bakar As-Siddiq dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah menemukan Rasulullah, beliau berkata, "Tinggalkan aku, bantulah Thalhah, kawan kalian!" seru Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar dan Abu Ubaidah kemudian menemukan Thalhah terkapar tak sadarkan diri, ia dalam keadaan pingsan. Seluruh tubuhnya penuh luka dan darah segar. Jika tak diperhatikan seksama, tubuhnya yang roboh di tanah dianggap sudah mati karena saking banyaknya tusukan pedang dan luka-luka yang menyabet badannya. Ketika diobati, terdapat sekitar 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan tombak, dan tusukan panah memenuhi tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah dan ia harus dibebat agar ia tak kehabisan darah. Karena kesetiaan dan perjuangannya itulah, Rasulullah SAW berkata: "Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi setelah mengalami kematian, maka lihatlah Thalhah," sabda Nabi Muhammad SAW. Baca juga: Kisah Teladan Sahabat Nabi Zubair bin Awwam: Sepupu Rasulullah SAW Dalam buku The Great Sahabat (2018) yang ditulis Rizem Aizid dituliskan ciri-ciri fisik Thalhah bin Ubaidillah. Rambutnya ikal dan lebat, ia berkulit sawo matang, dan berhidung ramping. Tinggi badannya sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, tubuhnya kuat dan kokoh, serta wajahnya bersih dan tampan. Di antara para sahabat, ia adalah sosok yang kaya raya nan dermawan. Salah satu julukannya adalah Thalhah Al-Khair (Thalhah yang Berbudi Baik), Thalhah Al-Fayyadh (Thalhah yang Murah Hati), dan Thalhah Al-Juud (Thalhah yang Dermawan). Ia menyedekahkan banyak dari hartanya untuk kepentingan Islam dan fakir miskin, namun hartanya terus berkembang dan perdagangannya terus menguntungkan. Setelah Rasulullah SAW meninggal, Thalhah terus hidup sampai di masa kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib. Ketika terjadi perselisihan antara Aisyah dan Ali bin Abi Thalib dalam Perang Jamal, Thalhah berada di kubu Aisyah dan tidak sependapat dengan Ali bin Abi Thalib. Di Perang Jamal itulah, Thalhah terkena panah beracun yang merenggut nyawanya di usia 60 tahun. Inilah akhir dari seorang syahid, Thalhah bin Ubaidillah yang sudah dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW. "Thalhah berada di surga," sabda beliau SAW sebagaimana diriwayatkan Tirmidzi. Dalam hadis lain, Nabi Muhammad berujar, "Thalhah sudah ditentukan mati syahidnya," (H.R. Hakim). 6. Zubair bin Awwam Selain meneladani akhlak Rasulullah SAW, umat Islam juga diisyaratkan untuk mencontoh perilaku dan sikap yang baik dari para sahabatnya. Sahabat merupakan orang yang berada dalam keadaan
  • 9. Islam dan pernah melihat Rasulullah SAW ketika masih hidup. Walaupun, Rasulullah SAW belum pernah melihatnya sama sekali. Pada diri para Sahabat, terdapat banyak contoh dan kebaikan yang sepatutnya diteladani oleh kalangan umat Islam serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (Q.S At-Taubah:100) Salah satu Sahabat Nabi yang dapat dijadikan teladan adalah Zubair bin Awwam. Dikutip dari laman Dompet Dhuafa, Zubair merupakan sepupu dari Rasulullah SAW. Beliau adalah putra dari Shafiyyah bin Abdul Muthalib. Zubair merupakan keturunan suku Quraisy yang memiliki garis nasab Zubair bin Awwam bin Khuwailidi bin Asad bin badul Uzza bin Qushay bin Kilab. Zubair telah memeluk agama Islam semenjak umur 15 tahun. Zubair merupakan salah satu dari 7 (tujuh) orang memeluk Islam di masa awal (assabiqul awwalun). Selain itu, Zubair adalah sahabat yang dijamin dirinya akan masuk surga oleh Allah SWT. “Sesungguhnya setiap nabi mempunyai penolong (hawari), dan hawariku adalah Zubair bin Awwam.” (HR Muslim) Beberapa peran yang dilakukan oleh Zubair bin Awwan untuk membantu Rasulullah SAW dalam menegakkan agama Islam sebagai berikut: 1. Sosok yang berpegang teguh pada agama Islam. Sebagai pengikut agama Islam yang berpegang teguh, Zubair juga sering mengalami siksaan dari para musuh Islam. Salah satunya dilakukan oleh pamannya sendiri. Dikutip dari jurnal Hafazhatul Amwaal: Tokoh dan Karakter Akuntan Rasulullah SAW oleh Ady Cahyadi (2014:119), pada suatu ketika Zubair pernah dipaksa oleh pamannya untuk duduk pada sebuah alas dari daun yang kemudian dibakar. Selain melahap tempat duduk Zubair, api juga membakar tubuhnya. Namun, Zubair tetap beriman dan berpegang teguh pada keyakinannya, yaitu agama Islam. 2. Orang pertama yang menghunuskan pedang di jalan Allah SWT. Zubair adalah orang pertama yang menghunuskan pedang di jalan Allah SWT. Situs Lembaga Dakwah Kampus Universitas Jember menuliskan, pada suatu peristiwa ketika orang-orang kafir mengganggu Nabi Muhammad SAW, kemudian Zubair menghunuskan pedangnya kepada mereka. Hal tersebut, dikatakan dalam sebuah hadis dari Aurah dan Ibnu Musaay sebagai berikut: “laki-laki pertama yang menghunuskan pedang di jalan Allah adalah Zubair.” 3. Pembawa kabar hasil perang Raja Najasy dengan para pengikutnya. Pada saat umat Islam sedang dalam hijah ke daerah Ethipioa (Habasyah), bersamaan dengan hal tersebut, sedang berlangsung perang antara Raja Najasy dengan para pengikutnya yang membelot. Perang tersebut terjadi karena raja melindungi kaum muslimin. Sebelum sampai ke Eithopia, rombongan umat Islam yang sedang hijrah tersebut ingin mengetahui kabar perang. Kemudian, salah satu pemberani yang andil dalam kejadian tersebut adalah Zubair. Zubair merupakan seseorang yang tidak dapat berenang, namun beliau berani menyeberangi Sungai Nil hanya dengan menggunakan balon. Berkat keberanian
  • 10. Zubair tersebut, umat muslim berhasil mendapatkan kabar bahagia, yaitu kemenangan Raja Najasi. Hal tersebut, tentunya akan memudahkan umat Islam masuk dengan aman ke Habasyah. 4. Pemecah kekuatan Malik bin A’uf. Zubair merupakan orang yang berjasa memecah kekuatan Malik bin ‘Auf pimpinan kaum Hawaza dalam perang Hunain. Perang Hunain merupakan perang yang memporak-porandakan kaum muslim karena jebakan-jebakan yang dipasang di dalam sebuah gua. Namun, kemudian para muslimin akhirnya bisa bangkit dan mengalahkan pasukan Malik bin ‘Auf. 7. Hamzah bin abdul Muthalib Pada suatu hari Hamzah bin Abdul Muthalib keluar dari rumahnya sambil membawa busur dan anak panah untuk berburu. Sejak muda, paman Rasulullah ini memang hobi dan gemar berburu binatang. etelah hampir seharian menghabiskan waktunya di tempat perburuan tanpa mendapatkan hasil, ia pun beranjak pulang. Sebelum kembali ke rumahnya, ia lebih dulu mampir di Ka'bah untuk melakukan thawaf. Sebelum sampai di Ka'bah, seorang budak perempuan milik Abdullah bin Jud'an At-Taimi menghampirinya seraya berkata,"Hai Abu Umarah, andai saja tadi pagi kau melihat apa yang dialami oleh keponakanmu, Muhammad bin Abdullah, niscaya kamu tidak akan membiarkannya. Ketahuilah, bahwa Abu Jahal bin Hisyam telah memaki dan menyakiti keponakanmu itu, hingga akhirnya ia mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya." Usai mendengarkan panjang lebar peristiwa yang dialami oleh keponakannya, Hamzah terdiam sambil menundukkan kepalanya sejenak. Ia kemudian membawa busur dan anak panahnya, kemudian bergegas menuju Ka'bah dan berharap dapat bertemu Abu Jahal di sana. Sampai di Ka'bah ia melihat Abu Jahal dan beberapa pembesar Quraisy sedang berbincang- bincang. Dengan tenang Hamzah mendekati Abu Jahal. Lalu dengan gerakan yang cepat ia lepaskan busur panahnya dan dihantamkan ke kepala Abu Jahal berkali-kali hingga jatuh tersungkur. Darah segar mengucur deras dari dahinya. "Mengapa kamu memaki dan mencederai Muhammad, padahal aku telah menganut agamanya dan meyakini apa yang dikatakannya? Sekarang, coba ulangi kembali makian dan cercaanmu itu kepadaku jika kamu berani!" bentak Hamzah kepada Abu Jahal. Dalam beberapa saat, orang-orang yang berada di sekitar Ka'bah lupa akan penghinaan yang baru saja menimpa pemimpin mereka. Mereka begitu terpesona oleh kata-kata yang keluar dari mulut Hamzah yang menyatakan bahwa ia telah menganut dan menjadi pengikut Muhammad. Tiba-tiba beberapa orang dari Bani Makhzum bangkit untuk melawan Hamzah dan menolong Abu Jahal. Tetapi Abu Jahal melarang dan mencegahnya seraya berkata,"Biarkanlah Abu Umarah melampiaskan amarahnya kepadaku. Karena tadi pagi, aku telah memaki dan mencerca keponakannya dengan kata-kata yang tidak pantas."Hamzah bin Abdul Muthalib adalah seorang yang mempunyai otak yang cerdas dan pendirian yang kuat. Ia adalah paman Nabi dan saudara sepersusuannya. Dia memeluk Islam pada tahun kedua kenabian. Ia juga hijrah bersama Rasulullah SAW dan ikut dalam
  • 11. perang Badar. Pada Perang Uhud syahid dan Rasulullah menjulukinya dengan "Asadullah" (Singa Allah) dan menyebutnya "Sayidus Syuhada" (Penghulu atau Pemimpin Para Syuhada). Ketika sampai di rumah, ia duduk terbaring sambil menghilangkan rasa lelahnya dan membawanya berpikir serta merenungkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Sementara itu, Abu Jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah berdiri dalam barisan kaum Muslimin berpendapat, perang antara kaum kafir Quraisy dengan kaum Muslimin sudah tidak dapat dielakkan lagi. Oleh sebab itu, ia mulai menghasut dan memprovokasi orang-orang Quraisy untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Rasulullah dan pengikutnya. Bagaimanapun Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus diakui, bahwa keislamannya telah menjadi perisai dan benteng pelindung bagi kaum Muslimin lainnya. Lebih dari itu menjadi daya tarik tersendiri bagi kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar Jazirah Arab untuk lebih mengetahui agama Islam lebih mendalam. Sejak memeluk islam, Hamzah telah berniat untuk membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan, dan juga jiwa raganya untuk kepentingan dakwah Islam. Pada Perang Badar, Rasulullah menunjuk Hamzah sebagai salah seorang komandan perang. Ia dan Ali bin Abi Thalib menunjukkan keberanian dan keperkasaannya yang luar biasa dalam mempertahankan kemuliaan agama Islam. Akhirnya, kaum Muslimin berhasil memenangkan perang tersebut secara gilang gemilang. Kaum kafir Quraisy tidak mau menelan kekalahan begitu saja, maka mereka mulai mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas. Akhirnya, tibalah saatnya Perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan kaum Muslimin. Sasaran utama perang itu adalah Rasulullah dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Seorang budak bernama Washyi bin Harb diperintahkan oleh Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan bin Harb, untuk membunuh Hamzah. Wahsyi dijanjikan akan dimerdekakan dan mendapat imbalan yang besar pula jikaberhasil menunaikan tugasnya. Akhirnya, setelah terus-menerus mengintai Hamzah, Wahsyi melempar tombaknya dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang bagian bawah Hamzah hingga tembus ke bagian muka di antara dua pahanya. Tak lama kemudian, Hamzah wafat sebai syahid. Usai sudah peperangan, Rasulullah dan para sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad dan tubuh para syuhada yang gugur. Sejenak beliau berhenti, menyaksikan dan membisu seraya air mata menetes di kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun terlintas di benak beliau bahwa moral bangsa arab telah merosot sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat keji dan kejam terhadap jasad Hamzah. Dengan keji mereka telah merusak jasad dan merobek dada Hamzah dan mengambil hatinya. Kemudian Rasulullah mendekati jasad Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya berkata,"Tak pernah aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apa pun yang lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini." Setelah itu, Rasulullah dan kaum Muslimin menyalatkan jenazah Hamzah dan para syuhada lainnya satu per satu.
  • 12. Ibnu Atsir dalam kitab Usud Al-Ghabah, mengatakan dalam Perang Uhud, Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy. Sampai pada suatu saat ia tergelincir sehingga terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju besinya, dan pada saat itu ia langsung ditombak dan dirobek perutnya. Lalu hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya. Namun Hindun memuntahkannya kembali karena bisa menelannya. Ketika Rasulullah melihat keadaan tubuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, Beliau sangat marah dan Allah menurunkan firmannya: "Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (QS An-Nahl: 126). Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq Sirah-nya, bahwa Ummayyah bin Khalaf bertanya pada Abdurahman bin Auf, "Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias dengan bulu bulu itu?" "Dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib," jawab Abdurrahman bin Auf. "Dialah yang membuat kekalahan kepada kami," ujar Khalaf. Abdurahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah berperang disamping Rasulullah dengan memegang dua bilah pedang. Diriwayatkan dari Jabir bahwa ketika Rasulullah SAW melihat Hamzah terbunuh, maka beliau menagis. 8. Khalid bin Walid Khalid bin Walid adalah seorang panglima perang yang termasyhur dan ditakuti di medan tempur. Ia mendapat julukan "Pedang Allah yang Terhunus". Dia adalah salah satu dari panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang karirnya. Khalid termasuk di antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi Khalid, adalah istri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik. Awalnya Khalid bin Walid adalah panglima perang kaum kafir Quraisy yang terkenal dengan pasukan kavalerinya. Pada saat Perang Uhud, Khalid yang melihat celah kelemahan pasukan Muslimin yang menjadi lemah setelah bernafsu mengambil rampasan perang dan turun dari Bukit Uhud, langsung menghajar pasukan Muslim pada saat itu. Namun justru setelah perang itulah Khalid masuk Islam. Ayah Khalid, Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia orang yang kaya raya. Dia menghormati Ka’bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka’bah. Pada masa ibadah haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina. Suku Bani Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, merekalah yang mengurus gudang senjata dan tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit. Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang lebih dibanggakan seperti Bani Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam di lembah Abu Thalib, orang-orang Bani Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
  • 13. Ketika Khalid bin Walid masuk Islam, Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat membela panji-panji Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan Khalid diangkat menjadi panglima perang dan menunjukkan hasil kemenangan atas segala upaya jihadnya. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid ditunjuk menjadi panglima pasukan Islam sebanyak 46.000, menghadapi tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Dia sama sekali tidak gentar menghadapinya, dia hanya khawatir tidak bisa mengendalikan hatinya karena pengangkatannya dalam peperangan yang dikenal dengan Perang Yarmuk itu. Dalam Perang Yarmuk jumlah pasukan Islam tidak seimbang dengan pihak musuh yang berlipat- lipat. Ditambah lagi, pasukan Islam yang dipimpin Khalid tanpa persenjataan yang lengkap, tidak terlatih dan rendah mutunya. Ini berbeda dengan angkatan perang Romawi yang bersenjata lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Bukan Khalid namanya jika tidak mempunyai strategi perang, dia membagi pasukan Islam menjadi 40 kontingen dari 46.000 pasukan Islam untuk memberi kesan seolah- olah pasukan Islam terkesan lebih besar dari musuh. Strategi Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik yang digunakan oleh Romawi terutama di Arab utara dan selatan ialah dengan membagi tentaranya menjadi lima bagian; depan, belakang, kanan, kiri dan tengah. Heraklius telah mengikat tentaranya dengan besi antara satu sama lain. Ini dilakukan agar mereka jangan sampai lari dari peperangan. Kegigihan Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya membuahkan hasil yang membuat hampir semua orang tercengang. Pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu. Perang yang dipimpin Khalid lainnya adalah perang Riddah (perang melawan orang-orang murtad). Perang Riddah ini terjadi karena suku-suku bangsa Arab tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Abu Bakar di Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah, dengan sendirinya batal setelah Rasulullah wafat. Oleb sebab itu, mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan. Maka Abu Bakar mengutus Khalid bin Walid untuk menjadi jenderal pasukan perang Islam untuk melawan kaum murtad tersebut, hasilnya kemenangan ada di pihak Khalid. Masih pada pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al- Hirah pada 634 M. kemudian Khalid bin Walid diperintahkan oleh Abu Bakar meninggalkan Irak untuk membantu pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid. Ada kisah yang menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas. Hal ini ditunjukkannya saat Khalifah Umar bin Khathab mencopot sementara waktu kepemimpinan Khalid bin Walid tanpa ada kesalahan apa pun. Menariknya, ia menuntaskan perang dengan begitu sempurna. Setelah sukses, kepemimpinan pun ia serahkan kepada penggantinya, Abu Ubaidah bin Jarrah.
  • 14. Khalid tidak mempunyai obsesi dengan ketokohannya. Dia tidak menjadikan popularitas sebagai tujuan. Itu dianggapnya sebagai sebuah perjuangan dan semata-mata mengharapkan ridha Sang Maha Pencipta. Itulah yang ia katakan menanggapi pergantiannya, "Saya berjuang untuk kejayaan Islam. Bukan karena Umar!" Jadi, di mana pun posisinya, selama masih bisa ikut berperang, stamina Khalid tetap prima. Itulah nilai ikhlas yang ingin dipegang seorang sahabat Rasulullah seperti Khalid bin Walid. Khalid bin Walid pun akhirnya dipanggil oleh Sang Khaliq. Umar bin Khathab menangis. Bukan karena menyesal telah mengganti Khalid. Tapi ia sedih karena tidak sempat mengembalikan jabatan Khalid sebelum akhirnya "Si Pedang Allah" menempati posisi khusus di sisi Allah SWT. 9. Bilal bin Rabbah Bilal bin Rabbah menjadi muazin pertama dalam Islam dan berhenti mengumandangkan adzan setelah wafatnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Bilal bin Rabbah adalah sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang memiliki jasa besar dalam sejarah awal dakwah Islam. Dia dikenal sebagai pengumandang azan (muazin) pertama kali, yang menandai azan sebagai tanda masuknya waktu shalat. Dan, Bilal adalah salah satu orang yang mengimani ketauhidan atas Allah di saat Nabi Muhammad masih berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Bilal dilahirkan di daerah As Sarah lebih kurang 43 tahun sebelum Hijrah (578 Masehi). Dia putra dari Rabah dan Hamamah yang merupakan budak di Mekkah. Bilal mewarisi kulit yang hitam sehingga kerap dijuluki ibnus sauda (putra wanita hitam). Perawakan Bilal digambarkan dengan badan tinggi kurus, agak membungkuk, rambut lebat, dan berkulit hitam. Dikutip laman jurnal Universitas Galuh, awalnya Rabbah sekeluarga menjadi budak dari Bani Abduddar. Setelah Rabbah meninggal, Bilal diwariskan pada Umayyah bin Khalaf. Kisah perkenalan Bilal dengan Islam dimulai saat dirinya masih menjadi budak Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Ketika dakwah Nabi Muhammad terdengar Bilal, dia tertarik dan menyatakan diri masuk Islam di depan Nabi Muhammad. Semenjak itu, imannya tiap hari makin kuat dalam memeluk agama ini. Kekuatan imannya ditunjukkan saat keislamannya diketahui sang majikan. Dalam buku Aqidah Akhlak Kelas IV (Kemenag 2020) tertulis bahwa Bilal disiksa dan dijemur di tengah gurun pasir. Siksaan itu bahkan berlangsung sampai beberapa hari. Kala itu, pada perut Bilal diikat batu besar. Lehernya dililit dengan tali. Lebih kejam lagi, anak-anak dari orang kafir disuruh menyeretnya pada perbukitan Mekkah. Namun, Bilal tetap tegar dan hanya memohon pada Allah. Dia sama sekali tidak mau meninggalkan Islam seperti yang diminta majikannya. Dia selalu mengucapkan "Ahad...Ahad..." sebagai bentuk ketulusan mencintai dan mentauhidkan Allah. Pertolongan Allah lantas datang melalui Abu Bakar As Siddiq. Bilal ditebus dari tangan Umayyah bin Khalaf, lalu dimerdekakan dari statusnya sebagai budak. Lalu, Bilal bergabung bersama kaum muslimin lain sebagai orang yang bebas. Bilal sang muazin Semenjak lepas dari perbudakan, Bilal lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nabi Muhammad. Kedekatannya itu membuat Bilal sangat dihormati dan dimuliakan para sahabat. Bilal juga menorehkan
  • 15. sejarah sebagai muazin pertama dalam Islam. Peristiwa tersebut terjadi pada saat hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah. Bilal diajak ikut serta dalam rombongan. Masyarakat di sana juga mulai membangun masjid yang kini sampai sekarang dikenal sebagai Masjid Nabawi. Setelah pembangunan masjid selesai, Bilal lalu ditunjuk Nabi Muhammad untuk mengumandangkan azan. Bilal memiliki suara merdu nan lantang. Lalu, semenjak itu, azan dijadikan sebagai pertanda masuknya waktu salat lima waktu. Ada kebiasaan yang dilakukan Bilal setelah mengumandangkan azan. Dia akan berdiri di depan rumah Nabi Muhammad seraya mengatakan, "Hayya 'alash shalaah hayya 'alash shalaah". Begitu Nabi mulai tampak keluar dari rumahnya, iqamat akan dilantunkan dan salat berjamaah dimulai. Bilal menjadi muazin sampai akhir hayat Nabi Muhammad. Namun, setelah wafatnya Nabi, Bilal tidak pernah bisa menyelesaikan lantunan azannya. Begitu cintanya pada Rasulullah, suara Bilal akan tersendat saat melafalkan kalimat "asyhadu anna Muhammadar Rasulullah". Dilansir laman Kemenag, hal itu disebabkan suara Bilal seakan tenggelam sewaktu mengucapkan lafal tersebut. Dia teringat dengan Rasulullah dan larut dalam tangisan karena begitu merindukannya. Semenjak Nabi Muhammad wafat tersebut, Bilal berhenti menjadi muazin. 10. Abdurrahman bin Auf Salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Nabi Muhammad adalah Abdurrahman bin Auf. Di antara para sahabat beliau SAW, Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang paling kaya dan bergelimang harta. Saking banyaknya kekayaan yang ia miliki, Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan bahwa perhitungan hartanya di akhirat akan demikian panjang. Abdurrahman bin Auf akan masuk surga dengan cara merangkak. Mendengar penuturan itu, Abdurrahman bin Auf menangis . Karena itulah, ia kerap berdoa: "Jadikan aku ini miskin! Aku ingin seperti Mush'ab bin Umair atau Hamzah [yang meninggal dalam keadaan miskin], Ya Allah," rintih Abdurrahman bin Auf. Kendati demikian, harta yang sudah ia tanamkan untuk investasi terus berkembang. Ia tak juga miskin-miskin. Ummul Mukminin Aisyah pernah bercerita bahwasanya Abdurrahman bin Auf kerap membawa pulang dagangannya sebanyak 700 kontainer barang yang panjangnya serupa barisan pawai tak putus-putus. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdul Harits bin Zahrah bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay. Ia lahir 10 tahun selepas Tahun Gajah. Ketika Muhammad SAW menyatakan bahwa ia diutus menjadi nabi dan rasul yang terakhir di muka bumi ini, Abdurrahman bin Auf termasuk golongan pertama menyambut hidayah tersebut. Ia adalah salah seorang yang mula-mula masuk Islam atau Assabiqun Al-Awwalun. Abdurrahman bin Auf masuk Islam dua hari selepas Abu Bakar As-Siddiq. Jasa Abdurrahman bin Auf sangat besar dalam membiayai dakwah Islam. Seluruh hartanya ia bagi dalam tiga bagian, sepertiga untuk investasi modal usaha orang lain, sepertiga untuk melunasi hutang - hutangnya, dan sepertiga lagi untuk disedekahkan pada fakir miskin dan dakwah Islam. Ia hanya menyisakan harta seperlunya untuk dirinya sendiri. Seluruh harta Abdurrahman bin Auf lahir dari kepadaiannya berwirausaha. Penduduk Makkah dan Madinah kala itu mengakui kecerdikannya dalam berdagang. Saking mahirnya berwirausaha, ia bahkan
  • 16. pernah berseloroh: "Seandainya aku mengangkat batu, niscaya kutemukan emas dan perak di bawahnya.” Keistimewaan Abdurrahman bin Auf dibandingkan orang-orang di masanya adalah ia memiliki dua karakteristik sekaligus, yaitu hartawan dan semangat pejuang. Biasanya, orang yang pandai berdagang, kurang memiliki semangat pejuang, sementara itu pejuang lazimnya miskin harta, sebagaimana dikutip dari Abdurrahman bin Auf: Biografi dan Perjuangan dalam Membela Islam (2018) yang ditulis oleh Haslinah. Suatu waktu, ia pernah diutus Nabi Muhammad SAW memimpin sebanyak 700 pasukan menuju Dumatul Jandal untuk berperang. Selain itu, Abdurrahman bin Auf dianggap sebagai pelopor dua hijrah dalam Islam, yaitu hijrah ke Habasyah dan hijrah ke Madinah. Selepas Rasulullah SAW meninggal, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan istri-istri mendiang Nabi Muhammad SAW. Ia menjaga keselamatan dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Dari ciri fisiknya, Abdurrahman bin Auf berkulit putih, berbadan tegap, tidak beruban, berhidung mancung, serta berambut lebat dan panjang hingga menutupi telinga. Karena tampan dan kaya, sepanjang hidupnya, Abdurrahman bin Auf memiliki 13 istri, terdiri dari Ummu Hurayth, Ghazal binti Kisra, Sahla binti Assim, Bahriyah bint Hani, Ummu Kultsum binti Uqbah, Ummu Hakim binti Qaridh, Badinah binti Ghaylan, Zainab binti Ghaylan, Asma binti Salamah, Majd binti Yazid, Ummu Kultsum binti Utbah bin Rabiah, Tamadur binti Asbagh, dan Abil binti Khashkhash. Kendati beristri banyak, namun dalam sekali waktu, Abdurrahman bin Auf tak pernah beristri lebih dari empat. Artinya, ketika salah satu istrinya meninggal, barulah ia beristri lagi. Abdurrahman bin Auf meninggal dunia pada 31 H atau 652 Masehi pada usia 72 tahun. Ia dimakamkan di Baqi di samping makam sahabatnya, Utsman bin Maz'un. Sebelum ia meninggal, ia berwasiat agar hartanya disumbangkan untuk kepentingan umat Islam. Menurut suatu riwayat, ia menyedekahkan sekitar 50 ribu dinar untuk dakwah Islam.