SlideShare a Scribd company logo
1 of 87
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
ABSTRAK

Hardenability adalah kemampuan baja untuk dapat dikeraskan dengan
membentuk martensit. Hardenability menggambarkan dalamnya pengerasan
(depth of hardening) yang diperoleh dengan pengerasan, biasanya dinyatakan
dengan jarak suatu titik di bawah permukaan dimana strukturnya terdiri dari
50%

martensit

(dianggap bahwa pengerasan terjadi bila terjadi martensit

sebanayak 50%). Suatu baja dikatakan mempunyai hardenabiliti tinggi bila
baja itu memperlihatkan tebal

pengerasan (depth of hardening) yang besar

atau dapat mengeras pada seluruh penampang dari suatu benda yang cukup
besar. Hardenabiliti pada dasarnya tergantung pada diagram transformasi,
karena itu ia akan tergantung pada dua faktor utama yaitu komposisi kimia
(kadar karbon dan unsur paduan) austenit dan ukuran butir (grain size)
austenit. Untuk mengukur hardenabiliti suatu baja ada dua cara yaitu
dengan Grossman dan dengan cara Jominy. Pengujian hardenabiliti dengan
cara Grossman ini baja yang akan diuji dibuat menjadi sejumlah spesimen
berbentuk batang silindrik dari berbagai diameter. Lalu kemudian dikeraskan
dengan suatu media pendingin tertentu. Pengujian hardenabiliti dengan cara
Jominy disebut juga end quench hardenability test karena pada pengujian
ini digunakan spesimen berbentu batang silindrik berdiameter 1 ” (25 mm)
panjang 4” (100 mm) yang didinginkan pada salah satu ujungnya. Untuk
test ini digunakan alat dengan lubang tempat spesimen pada puncaknya.
Tepat di bawah spesimen terdapat nozzle berdiameter 1” (12,5 mm) untuk
menyemprotkan air pendingin dengan tinggi pancaran bebas 2,5” (65 mm).
Antara spesimen dengan nozzle dipasang plat penghalang yang dapat dibuka
dengan cepat sesaat setelah spesimen diletakkan pada lubang pemegangnya.
Dari hasil praktikum kali ini didapatkan kekerasan pada baja AISI 4140 lebih
tinggi daripada baja AISI 1045. Hal ini dikarenakan unsur-unsur paduan pada baja
4140 lebih dominan dan mempengaruhi sifat mekaniknya.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 1
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

DAFTAR ISI

Abstrak.................................................................................................................. 1
Daftar Isi ............................................................................................................. 2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4
I.2 Tujuan............................................................................................................ 4
I.3 Sasaran Percobaan......................................................................................... 5
I.4 Sistematika Penulisan.................................................................................... 5
BAB II. DASAR TEORI.................................................................................. 7
BAB III. METODE PERCOBAAN
III.1 Standar Pengujian....................................................................................... 13
III.2 Alat dan Bahan........................................................................................... 14
III.3 Langkah-langkah Percobaan.............................................................. .......15
III.4 Diagram Alir....................................................................................... .......17
III.5 Gambar Percobaan.............................................................................. .......18
BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
IV.1 Analisa Data
IV.1.1 Tabel Hardness dan Grafik Hardness................................... ......19
IV.1.2 Metode Heyn Intercept......................................................... ......25
IV.1.3 Point Counting...................................................................... ......29
IV.1.4 Metode Grossman dan Field................................................. ......34
IV.1.5 Membandingkan Kurva Jomny Percobaan Dengan Grossman
Dan Field............................................................................... .....47
IV.1.6 Perbandingan Gambar Struktur mikro....................................... 49
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 2
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
IV.2. Pembahasan
IV.2.1 Unsur Paduan............................................................................. 54
IV.2.2 Hardness..................................................................................... 55
IV.2.3 Struktur Mikro............................................................................ 56
IV.2.4 Pengaruh Kadar Karbon............................................................. 57
BAB V. KESIMPULAN.................................................................................. 58
Daftar Pustaka
Lampiran
Tugas Tambahan
Tabel ASTM A255

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 3
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Hardenability adalah ukuran kemampuan suatu material untuk membentuk
fasa martensit. Hardenability dapat diukur dengan beberapa metode. Diantaranya
metode jominy dan metode grossman. Dari metode tersebut kita akan
mendapatkan kurva antara harga kekerasan dengan jarak quenching dari pusat
quench.
Hardenability pada dasarnya tergantung pada diagram transformasi, karena
itu akan tergantung pada 2 faktor utama, yaitu komposisi kimia pada austenit dan
grain size austenit
Hardenability mengambarkan dalamnya pengerasan (depth of hardening)
yang diperoleh dengan pengerasan, biasanya dinyatakan dengan jarak suatu
titik di bawah permukaannya. Pada praktikum kali ini yang mana tidak lain
adalah menggunakan baja AISI 1045 dan AISI 4140 yang akan dilakukan
proses laku panas hardenabiliti dengan menggunakan metode Jominy Test
untuk melihat strukturnya apakah terdiri dari 50% martensit (dianggap
bahwa pengerasan terjadi bila terjadi martensit sebanyak 50% martensit).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada praktikum ini nantinya akan
didapatkan data tentang nilai kekerasan dari masing-masing baja serta
apakah benar bahwa strukturnya terdiri dari 50% martensit yang mana 50%
martensit tersebut timbul karena adanya faktor utama yang telah dijelaskan
diatas, yaitu komposisi kimia dan ukuran butir austenit.
I.2 TUJUAN
Pada praktikum hardenabiliti ini menggunakan baja AISI 1045 dan 4140
dengan menggunakan metode Jominy Test ini diharapkan nantinya akan
mencapai parameter tujuan sebagai berikut :
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 4
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
1. Mengetahui nilai kekerasan dari baja AISI 1045 dan 4140
2. Mengetahui strukturmikro baja AISI 1045 dan 4140

3. Mengetahui Hardenability baja AISI 1045 dan 4140

4. Membandingkan dengan perhitungan metode grossman dan metode
field

5. Mengetahui pengaruh komposisi kimia dan pengaruh grain size
terhadap hardenability baja AISI 1045 dan AISI 4140

I.3 SASARAN PERCOBAAN
Sasaran yang didapatkan didalam praktikum sebagai berikut,
•

Mahasiswa dapat mengetahui proses hardenability

•

Mahasiswa dapat memahami proses pengukuran hardenability yaitu
Grossman dan Jominy.

•

Mahasiswa lebih dapat memahami mengenai strukturmikro martensit

I.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Abstrak
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 5
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan
Bab II. Dasar Teori
Bab III. Metode Percobaan
III.1 Alat dan Bahan Percobaan
III.2 Langkah-langkah Percobaan
Bab IV. Analisa Data dan Pembahasan
IV.1 Analisa Data
IV.1.1 Tabel Hardness dan Grafik Hardness.
IV.1.2 Strukturmikro
IV.1.3 Metode Heyn Intercept untuk menentukan ASTM Grain Size
Number
IV.1.4 Metode Pengujian Hardenabillity Grossman dan Field

IV.2 Pembahasan
Bab V. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Tugas Tambahan
Tabel A255

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 6
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

BAB II
DASAR TEORI
Hardening adalah perlakuan panas terhadap baja dengan sasaran
meningkatkan kekerasan alami baja. Perlakuan panas menuntut pemanasan benda
kerja menuju temperatur pengerasan didaerah atau diatas daerah kritis dan
pendinginan berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis. Akibat
penyejukan dingin dari daerah temperatur pengerasan ini dicapailah suatu keadaan
paksa bagi struktur baja yang membentuk kekerasan. Oleh karena itu maka proses
pengerasan ini disebut juga pengerasan kejut atau pencelupan langsung kekerasan
yang tercapai pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini di iringi kerapuhan
yang besar dan tegangan pengejutan.
Pada setiap operasi perlakuan panas, laju pemanasan merupakan faktor
yang penting. Panas merambat dari luar ke dalam dengan kecepatan tertentu. Bila
pemanasan terlalu cepat, bagian luar akan jauh lebih panas dari bagian dalam,
oleh karena itu kekerasan di bagian dalam benda akan lebih rendah daripada di
bagian luar, dan ada nilai batas tertentu. Namun air garam atau air akan
menurunkan temperatur permukaan dengan cepat, yang diikuti dengan penurunan
temperatur di dalam benda tersebut sehingga diperoleh lapisan keras dengan
ketebalan tertentu.
(Digilib.unimus.ac.id/baja.pdf)
Hardenabiliti adalah kemampuan baja untuk dapat dikeraskan dengan
membentuk martensit. Hardenabiliti menggambarkan dalamnya pengerasan
yang diperoleh dengan pengerasan, biasanya dinyatakan dengan jarak suatu
titik di bawah permukaan dimana strukturnya terdiri dari 50% martensit
(dianggap bahwa pengerasan terjadi bila terjadi martensit sebanayak 50%). Suatu
baja dikatakan mempunyai hardenabiliti tinggi bila baja itu memperlihatkan
tebal pengerasan (depth of hardening) yang besar atau dapat mengeras pada
seluruh penampang dari suatu benda yang cukup besar.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 7
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Hardenabiliti pada dasarnya tergantung pada diagram transformasi,
karena itu ia akan tergantung pada dua faktor utama yaitu komposisi kimia
(kadar karbon dan unsur paduan) austenit dan ukuran butir (grain size)
austenit.
(Ir. Wahid Suherman, 2001, Perlakuan Panas)
Komposisi kimia didalam baja sangat mempengaruhi dari kekerasan
baja tersebut. Kekerasan maksimum yang dapat dicapai setelah proses
pengerasan banyak tergantung pada kadar karbon, makin tinggi kadar
karbon, makin tinggi kadar karbonnya makin tinggi kekerasan maksimum
yang dapat dicapai. Kekerasan maksimum akan terjadi bila dapat diperoleh
struktur yang seluruhnya martensit. Struktur sebelum dikeraskan dapat
berupa perlit, dimana kekerasan baja masih rendah. Pada baja dengan kadar
karbon sangat rendah kekerasan maksimum yang dapat dicapai setelah
pengerasan tidak begitu tinggi dan kenaikan kekerasan setelah pengerasan
tidak begitu banyak, karenanya pengerasan biasanya dilakukan terhadap baja
dengan kadar karbon yang memadai, tidak kurang dari 0,30% C (untuk baja
karbon), dalam hal ini menggunakan baja AISI 1045 dan AISI 4140 yang
akan ditampilkan kadar karbonnya dalam tabel berikut :
(Ir. Wahid Suherman, 2003, Ilmu Logam 1)

Tabel II.1 Komposisi kimia baja AISI 1045 dan 4140
(Bohler, Special Steel)

Chemical Composition (Average,%)

AISI

C

Si

Mn

Cr

Mo

4140

0,41

0,30

0,70

1,10

0,20

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 8
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

1045

0,48

0,30

0,70

-

-

Pada baja dengan kadar karbon yang tinggi, kenaikan kekerasan ini
mulai menurun, bahkan kekerasan setelah pengerasanpun menurun. Hal ini
dapat terjadi karena dengan kadar karbon ( dalam austenit) yang makin
tinggi, akan menyebabkan austenit sisa makin banyak, sehingga akan dapat
mengurangi kenaikan kekerasan. Untuk mencapai kekerasan yang lebih
tinggi austenit sisa ini ini dihilangkan dengan memberi sub zero treatment
(pendinginan sampai di bawah nol derajat C) setelah quenching. Begitu
juga hal nya dengan faktor kedua yaitu grain size austenite, pengerasan
pada dasarnya dilakukan dengan memanaskan baja ke temperature austenit,
menahan pada temperatur tersebut beberapa saat lalu mendinginkan dengan
cepat. Diharapkan dapat terjadi martensit. Banyaknya martensit yang terjadi
tergantung pada seberapa banyak austenit yang terjadi pada saat pemanasan
dan seberapa cepat pendinginannya,

seberapa jauh laju pendinginan kritis

dapat didekati/dicapai. Sedang kekerasan martensit tergantung pada kadar
karbon dalam austenit pada saat dipanaskan. Pada suatu kondisi pemanasan
belum tentu semua karbon larut didalam austenit, tergantung juga pada
tingginya

temperatur

pemanasan

dan

lamanya

waktu

penahanan

pada

temperatur tersebut. Karena itu kekerasan yang terjadi setelah proses
pengerasan banyak tergantung pada beberapa hal utama yaitu temperature
austenitisasi dan waktu tahan austenitisasi. (Ir. Wahid Suherman, 2003, Ilmu
Logam 1).
Faktor kedua yang mempengaruhi hardenabiliti adalah ukuran grain
size austenite. Pengaruh ukuran butir austenit terhadap hardenability diantaranya
adalah:
•

Semakin banyak batas butir austenit semakin mudah untuk pearlit
untuk terbentuk dibandingkan martensit .

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 9
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
•

Lebih kecil ukuran butir austenit, semakin rendah hardenability bahan

•

Semakin banyak batas butir austenit semakin mudah untuk pearlit
untuk terbentuk dibandingkan martensit

•

Lebih kecil ukuran butir austenit, semakin rendah hardenability bahan

•

Semakin besar ukuran butir austenit, semakin besar hardenability
(ariyusriati.wordpress.com/category/kul
iah)
Martensit adalah fasa yang ditemukan oleh seorang metalografer yang

bernama A. Martens. Fasa tersebut merupakan larutan padat dari karbon yang
lewat jenuh pada besi alfa sehingga latis-latis sel satuannya terdistorsi. Sifatnya
sangat keras dan diperoleh jika baja dari temperatur austenitnya didinginkan
dengan laju pendinginan yang lebih besar dari laju pendinginan kritiknya.
Dalam paduan besi karbon dan baja, austenit merupakan fasa induk dan
bertransformasi menjadi martensit pada saat pendinginan. Transformasi ke
martensit berlangsung tanpa difusi sehingga komposisi yang dimiliki oleh
martensit sama dengan komposisi austenit, sesuai dengan komposisi paduannya
sel satuan martensit adalah Tetragonal pusat badan (Body center tetragonal/BCT).
Atom karbon dianggap menggeser latis kubus menjadi tetragonal. Kelarutan
karbon dalam BCC menjadi lebih besar jika terbentuk martensit, dan hal inilah
yang menyebabkan timbulnya tetragonalitas (BCT). Makin tinggi konsentrasi
karbon,

makin

banyak

posisi

interstisi

yang

tersisih

sehingga

efek

tetragonalitasnya makin besar.
Awal dan akhir dari pembentukan martensit sangat tergantung pada
komposisi kimia dari baja dan cara mengaustenisasi. Pada baja karbon, temperatur
awal dan akhir dari pembentukan martensit (Ms dan Mf) sangat tergantung pada
kadar karbon. Makin tinggi kadar karbon suatu baja makin rendah temperatur
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 10
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
awal dan akhir dari pembentukan martensit tersebut terlihat bahwa untuk baja
dengan kadar karbon lebih dari 0,5%, transformasi ke martensit akan selesai pada
temperatur dibawah temperatur kamar. Dengan demikian, jika kadar karbon
melampaui 0,5%, maka pada temperatur kamar akan terdapat martensit dan
austenit sisa. Makin tinggi kadar karbon, pada baja akan makin besar jumlah
austenit sisanya. Austenit: yang belum sempat bertransformasi menjadi martensit
disebut sebagai austeni sisa. Untuk mengkonversikan austenit sisa menjadi
martensit, kepada baja tersebut harus diterapkan proses (subzerro treatment).
(sisfo.itp.ac.id/bahanajar/diagram besi-besi karbida)
Untuk mengukur hardenabiliti suatu baja ada dua cara yaitu dengan
Grossman dan dengan Jominy. Untuk pengujian hardenabiliti dengan cara
Grossman ini baja yang akan diuji dibuat menjadi sejumlah spesimen
berbentuk batang silindrik dari berbagai diameter. Lalu semuanya dikeraskan
dengan pendinginan celup pada suatu media pendingin tertentu. Dengan
metalografi dicari suatu batang yang pada intinya terdapat tepat 50%
martensit. Diameter batang ini dinamakan diameter kritis Do. Dalam
menyebutkan

diameter

kritis

suatu

baja

harus

disebutkan

juga

cara

pendinginannya, atau kekuatan pendinginannya yang dinyatakan dengan
koefisien kekuatan pendinginan H ( severity of quench ). Harga H dapat
dihitung dari hubungan :
H = f / K ( in.-1 )

Dimana :
f = heat transfer factor ( BTU/in.2 sec. 0F )
K = thermal conductivity ( BTU/in. sec. 0F)
Harga H tergantung dari jenis media pendinginannya dan kekuatan

agitasi.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 11
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Harga D 0 masih tergantung pada harga H dari media pendingin,
sehingga kurang menunjukkan hardenabiliti sebagai sifat baja. Harga ini
tidak lagi tergantung pada media pendingin bila diambil harga H tak
terhingga. Diperoleh harga diameter kritis ideal D1 ( ideal critical diameter )
yaitu diameter batang yang bila didinginkan dengan laju pendinginan tak
terhingga akan menghasilkan tepat 50% martensit pada intinya. Bila harga
D0 pada harga H tertentu sudah diperoleh maka harga D 1 dapat dicari
dengan diagram hubungan D0 – D1.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 12
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 STANDAR PENGUJIAN
Standar pengujian yang digunakan dalam pengujian hardenability adalah
ASTM A255 untuk metode pengujian Jominy dan pengujian kekerasan adalah
ASTM E18 untuk pengujian Rockwell C

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 13
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Gambar III.1. Standar Pengujian Spesimen ASTM A 255

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 14
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Gambar III.2. Standar ASM E18 Rockwell C

III.2 ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
III.2.1 Alat :
1. Gergaji

1 buah

2. Mesin Furnace

1 buah

3. Mesin Penguji Jominy

1 set

4. Mesin Hardness Test

1 buah

5. Kertas amplas grade 180 sampai 2000

1 lembar/grade

III.2.2 Bahan :
1. Baja AISI 1045

1 buah

( D = 25 mm , L = 100 mm )
2. Baja AISI 4140

1 buah

( D = 25 mm , L = 100 mm )
3. Air

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

secukupnya

Page 15
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
4. Larutan nital

secukupnya

(2 ml HNO3 ditambah 98 ml alkohol 90%)
5. Larutan Sodium Metabisulfat

secukupnya

(8 gr Sodium Meta Bisulfat ditambah 100 ml aquades)
6. Metal polish

secukupnya

III.3 LANGKAH – LANGKAH PERCOBAAN
1. Melakukan preparasi spesimen yang akan digunakan dengan
ketentuan sesuai standard ASTM A255, yaitu :
Panjang : 100 mm
Diameter : 25 mm
2. Melakukan preparasi alat pengujian Jominy dengan ketentuan sesuai
ASTM A255, yaitu :
Tinggi pancaran : 60 mm
Jarak antar ujung specimen dengan nozzle : 12.5 mm
3. Memanaskan spesimen menggunakan mesin furnace sampai
temperature 860°C untuk baja AISI 1045 dan temperatur 870oC untuk
baja AISI 4140 .
4. Mendiamkan spesimen di dalam mesin furnace selama 20 menit
(holding time).
5. Mengambil dan memasukkan specimen dengan cepat ke lubang
pemegang alat Jominy dan segera pula air pendingin disemprotkan
dan mengenai ujungnya
6. Setelah dingin, spesimen diambil dan dihaluskan permukaan spesimen
dengan mesin gerinda
7. Melakukan pengukuran kekerasan pada setiap jarak 1/16” (titik
Jominy) dengan mesin Hardness Test
8. Memotong spesimen menjadi 3 bagian

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 16
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
9. Menghaluskan permukaan tiap – tiap specimen menggunakan kertas
amplas dari grade 180, 240, 400, 600, 800, 1000, 1200, 1500, 2000.
10. Melakukan poles tiap – tiap spesimen menggunakan metal polish
agar spesimen tidak ada goresan-goresan dan lebih mengkilat
11. Melakukan etsa pada tiap-tiap spesimen menggunakan cairan nital
hingga spesimen agak sedikit buram karena terkorosi.
12.

Mengamati
dan menganalisis struktur mikro menggunakan
mikroskop optik.

III.4 DIAGRAM ALIR PERCOBAAN
MULAI

PREPARASI ALAT DAN BAHAN

MEMOTONG BAJA AISI 1045
DAN BAJA AISI 4140

MENGELAS BAJA AISI 1045 DAN
BAJA AISI 4140

PEMANASAN BAJA AISI 1045 PADA TEMPERATUR
8600C DAN DIHOLDING SELAMA 20 MENIT

PEMANASAN BAJA AISI 4140 PADA TEMPERATUR 87000C
DAN DIHOLDING SELAMA 20 MENIT

SPESIMEN DI UJI JOMINY

SPESIMEN DIUJI HARDNESS
ROCKWELL C

STRUKTURMIKRO SPESIMEN
DIAMATI

ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS
SELESAI

Page 17
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

III.5 GAMBAR PERCOBAAN

Gambar III.3 Alat Jominy

Gambar III.4 Mesin Furnace

Gambar III.6 Mikroskop Optik
Gambar III.5 Proses Quenching

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 18
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Gambar III.7 Mesin Poles

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1 ANALISA DATA
IV.1.1 Tabel Hardness dan Grafik Hardness
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji
kekerasan dalam bentuk tabel untuk baja AISI 1045 dan AISI 4140.
Berikut tabel hasil uji kekerasan untuk baja AISI 4140 :
Tabel IV.1.1 Hasil Uji Kekerasan Baja AISI 4140

Pengujian

Jarak dari Ujung

HRC

(Inch)
1

1/16

56,5

2

2/16

56

3

3/16

39,3

4

4/16

37,3

5

5/16

36

6

6/16

32,3

7

7/16

30,7

8

8/16

26,3

9

9/16

26,16

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 19
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
10

10/16

26,16

11

11/16

24,5

12

12/16

24,5

13

13/16

24

14

14/16

23,16

15

15/16

22,83

Dari hasil tabel hasil uji kekerasan untuk baja AISI 4140, lalu di konversi ke
dalam grafik hubungan kekerasan terhadap jarak dari ujung quench, hasilnya
adalah sebagai berikut :

SPESIMEN 4140

Ha
rd
ne
ss
of
N
u
m
be
r

Distance of Quench End
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 20
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Grafik IV.1.1 Hasil Kekerasan Baja AISI 4140

Berikut tabel uji kekerasan untuk baja AISI 1045 :
Tabel IV.1.2 Hasil Uji Kekerasan Baja AISI 1045

Pengujian

Jarak dari Ujung

HRC

(Inch)
1

1/16

57

2

2/16

56,8

3

3/16

55,1

4

4/16

42,7

5

5/16

33

6

6/16

31

7

7/16

30

8

8/16

30

9

9/16

29

10

10/16

27

11

11/16

27

12

12/16

26

13

13/16

22

14

14/16

18

15

15/16

15

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 21
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Dari hasil tabel hasil uji kekerasan untuk baja AISI 1045, lalu dikonversi ke dalam
grafik hubungan kekerasan terhadap jarak dari ujung quench, hasilnya adalah
sebagai berikut :

SPESIMEN 1045

Grafik IV.1.2 Hasil Uji Kekerasan AISI 1045

Perbandingan kurva jominy 1045 dan 4140, garis merah menunjukkan kekerasan
baja AISI 4140, dan garis berwarna biru menunjukkan kekerasan baja AISI 1045

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 22
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
karena jika dilihat dari tabel hardness, kekerasan baja AISI 4140 memiliki nilai
yang lebih besar daripada baja AISI 1045 :

Spesimen 1045
Spesimen 4140
Grafik IV.1.3 Perbandingan Hasil Uji Kekerasan Baja AISI 1045 dan Baja AISI 4140

Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan strukturmikro dari baja AISI
4140 bagian pertama. Bagian pertama ini adalah bagian yang paling banyak
tekena semprotan air, atau sesuai dari teori yang telah dijelaskan di bab
sebelumnya bahwa bagian ini adalah bagian yang memiliki strukturmikro 100%
martensit.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 23
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

A

Gambar A. Strukturmikro baja AISI 4140 bottom, perbesaran 100x

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 24
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
IV.1.2 Metode Heyn Intercept

Gambar IV.1.2.1 Struktuk Mikro AISI 4140 perbesaran 100x

Dengan metode Heyn Intercept dapat ditentukan nilai ASTM grain size
dari material yang diuji. Setelah membentuk lingkaran dengan diameter 50 mm
pada baja austenite dengan perbesaran (M) 100 X diperoleh data sebagai berikut.
N

=89

D

=50 mm

M

=100

Π

=3.14

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 25
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Keterangan :
N (jumlah perpotongan garis lingkaran dengan batas butir)
D (diameter lingkaran)
M (perbesaran gambar)
Adapun beberapa langkah yang dipergunakan dalam metode ini akan dijabarkan
sebagai berikut :
•

Menghitung keliling lingkaran sebenarnya

Kll=

Kll=

Kll=1.57 mm

•

Menghitung harga PL atau NL

PL =

PL =

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 26
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

PL = 56.6878 mm -1

•

Menentukan nilai L3

L3=

L3=

L3= 0.01764

•

Menentukan nilain grain size (G)
G= { -6.6457 (log10 L3) – 3.298}
G= { -6.6457 (log10 0.01764) – 3.298}
G= { -6.6457 (-1.75349) – 3.298}
G= 8.3551

Sehingga dapat dibulatkan bahwa besar ASTM grain size untuk baja AISI 4140
adalah 8.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 27
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Gambar IV.1.2.2 Struktuk Mikro AISI 1045 perbesaran 100x

Dengan metode Heyn Intercept dapat ditentukan nilai ASTM grain size
dari material yang diuji. Setelah membentuk lingkarang dengan diameter 50 mm
pada baja austenite dengan perbesaran (M) 100 X diperoleh data sebagai berikut.
N

=64

D

=50 mm

M

=100

Π

=3.14

Keterangan:
N (jumlah perpotongan garis lingkaran dengan batas butir)

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 28
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
D (diameter lingkaran)
M (perbesaran gambar)

Adapun beberapa langkah yang dipergunakan dalam metode ini akan
dijabarkan sebagai berikut.
•

Menghitung keliling lingkaran sebenarnya

Kll=

Kll=

Kll=1.57 mm

•

Menghitung harga PL atau NL

PL =

PL =

PL = 40.76433 mm -1
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 29
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

•

Menentukan nilai L3

L3=

L3=

L3= 0.02453

•

Menentukan nilain grain size (G)
G= { -6.6457 (log10 L3) – 3.298}
G= { -6.6457 (log10 0.02453) – 3.298}
G= { -6.6457 (-1.61028) – 3.298}
G= 7.4034

Sehingga dapat dibulatkan bahwa besar ASTM grain size untuk baja AISI
1045 adalah 7.

IV.1.3 Point Counting
Spesimen AISI 4140

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 30
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
1

2

3

4

5

6

7

8

9

Gambar IV.1.3.1 struktur mikro AISI 4140 perbesaran 100X

Dari gambar yang sudah dimesh menjadi beberapa 9 bagian besar dan tiap
bagiannya telah dibreak down menjadi 100 bagian, dapat diperoleh rata-rata
kisaran komposisinya tiap bagian besar. Dan hasil perkiraan rata-rata dari tiap
bagian kecil dijabarkan sebagai berikut.
Komposisi baja
Pearlite

(ρ Pearlite = 7.78 gr/cm3 dan % karbon < 0.8%)

1.

60%

2.

45%

3.

65%

4.

55%

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 31
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
5.

40%

6.

40%

7.

45%

8.

60%

9.

50%

(ρ ferrite = 7.86 gr/cm3 dan % karbon = 0.008%)

Ferrite
1.

40%

2.

55%

3.

35%

4.

45%

5.

60%

6.

60%

7.

55%

8.

40%

9.

50%

Perhitungan
Setelah melakukan penjabaran tiap bagian besarnya, dapat dicari rata rata
dari keseluruhan gambar sehingga nantinya diperoleh berapa kadar karbonnya
yang menyusun spesimen tersebut.
Pearlite

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 32
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Ṗ rata-rata =

Ṗ rata-rata = 51.1111%
Ferrite
Ḟ rata-rata =

Ḟ rata-rata = 48.8889%

Ḟ

Ṗ

0.008

X

X= %C

0.8

%Ṗ

=

%Ḟ

=

0.511

=

0.488

=

X

= 0.41279

X

= 0.41279

Jadi dari perhitungan dengan poit counting diperoleh kadar karbon untuk
baja AISI 4140 adalah 0.41279 % C.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 33
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Spesimen AISI 1045

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

Gambar IV.1.3.2 Strukturmikro AISI 1045 perbesaran 100X

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 34
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Dari gambar yang sudah dimesh menjadi beberapa 9 bagian besar dan tiap
bagiannya telah dibreak down menjadi 100 bagian, dapat diperoleh rata-rata
kisaran komposisinya tiap bagian besar. Dan hasil perkiraan rata-rata dari tiap
bagian kecil dijabarkan sebagai berikut.
Komposisi baja
Pearlite

(ρ Pearlite = 7.78 gr/cm3 dan % karbon < 0.8%)
1. 55%
2. 50%
3. 55%
4. 50%
5. 55%
6. 60%
7. 55%
8. 45%
9. 50%

Ferrite

(ρ ferrite = 7.86 gr/cm3 dan % karbon = 0.008%)
1. 45%
2. 50%
3. 45%
4. 50%
5. 45%

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 35
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
6. 40%
7. 45%
8. 55%
9. 50%

Perhitungan
Setelah melakukan penjabaran tiap bagian besarnya, dapat dicari rata rata
dari keseluruhan gambar sehingga nantinya diperoleh berapa kadar karbonnya
yang menyusun spesimen tersebut.
Pearlite
Ṗ rata-rata

=

Ṗ rata-rata

= 52.777%

Ferrite
Ḟ rata-rata

=

Ḟ rata-rata

= 47.223%

Ḟ
0.008

Ṗ
X

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

X= %C

0.8

Page 36
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

%Ṗ

=

%Ḟ

=

0.527

=

0.473

=

X

= 0.42538

X

= 0.42538

Jadi dari perhitungan dengan poit counting diperoleh kadar karbon untuk
baja AISI 1045 adalah 0.42538 % C.

IV.1.4 Metode Grossman dan Field
Dari data yang telah disampaikan yakni nilai dari kandungan kadar carbon
yang terdapat pada spesimen melalui metode Point Counting dan besar ASTM
grain size yang diperoleh dengan metode Heyn Intercept, dapat diperoleh
perhitungan nilai Ideal Critical Diameter ( DI) yang menyampaikan diameter
batang yang apabila didinginkan dengan laju pendinginan tak terhingga akan
menghasilkan tepat 50 % martensit pada intinya. Terdapat beberapa metode yang
bisa digunakan dalam mencari besaran nilai dari Ideal Critical Diameter (DI). Cara
yang lebih sering dijumpai dan digunakan ialah dengan metode Pengujian
Hardenabillity Grossman dan metode Pengujian Hardenabillity Field. Pada
metode grossman terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan untuk
memperoleh besar nilai Ideal Critical diameter, namun secara garis besar
diketahui bahwa hal mendasar pada penelusuran besar nilai diameter kritisnya
adalah penggunaan tabel pengali untuk pengaruh masing-masing unsur paduan
yang ada pada baja (spesimen) dan juga faktor pengali berupa nilai Ideal diameter
akibat dari kadar karbon. Adapun langkah-langkahnya akan dijelaskan sebagai
berikut.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 37
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Spesimen AISI 4140

•

Penelusuran data-data awal



Kadar karbon (% C), dalam laporan ini mempergunakan nilai kadar
karbon yang diperoleh dengan metode Point Counting yang telah
dijabarkan pada analisa data awal. Dan besar kadar karbon nya adalah
0.41279 % C



Ukuran butir yang diperoleh pada pengujian ini ditampilkan pada
analisa data sebelumnya tentang ASTM Grain Size Number dengan
metode Heyn Intercept, dan diperoleh besarnya ASTM grain sizenya
adalah 8.



Nilai kadar dari unsur paduan diambil dari beberapa referensi. Namun
dikarenakan sumber referensi yang digunakan menampilkan bahwa
kadar unsur paduan dar baja AISI 4140 tidaklah semua unsurnya
dipakemkan pada satu nilai tetapi berupa range atau kisaran seperti
gambar berikut.

Gambar IV.1.4.1 Chemical Composition AISI 4140

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 38
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
(sumber:http://www.efunda.com/materials/alloys/alloy_steels/show_alloy.cf
m?id=aisi_4140&prop=all&page_title=aisi%204140)

Maka dari itu dipergunakan nilai dari range tersebut seperti:
Mn

= 0.875 %

Si

= 0.225%

Cr

= 0.95 %

Mo
•

= 0.20 %

Menentukan besar Ideal diameter

Dengan menggunakan hubungan nilai kadar karbon dan ukuran ASTM
grain size dari spesimen AISI 4140 yang kemudian memanfaatkan bantuan
grafik.

Gambar IV.1.4.2 Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari baja
karbon

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 39
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6.
2001.ITS.Surabaya)

Dari grafik tersebut dapat diperoleh besar ideal diameternya yakni 0.198

•

Menentukan nilai faktor pengali

Nilai faktor pengali dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan grafik ini.

Gambar IV.1.4.3 Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari
baja karbon

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 40
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:98, gambar:4.7.
2001.ITS.Surabaya)

Maka diperoleh hasil sebagai berikut
Mn

= 3.9

Si

= 1.15

Cr

= 3.1

Mo
•

= 1.6

Menentukan besar Ideal Critical Diameter (DI)
Langkah terakhir ini dilakukan dengan melakukan perkalian ideal diameter
dengan faktor pengali unsur paduan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.
Ideal Critical Diameter (DI)

= 0.198X 3.9X1.15 X3.1 X1.6
= 4.4046 mm

Spesimen AISI 1045
•

Penelusuran data-data awal



Kadar karbon (% C), dalam laporan ini mempergunakan

nilai kadar karbon yang diperoleh dengan metode Point Counting yang
telah dijabarkan pada analisa data awal. Dan besar kadar karbon nya
adalah 0.41279 % C


Ukuran butir yang diperoleh pada pengujian ini ditampilkan

pada analisa data sebelumnya tentang ASTM Grain Size Number

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 41
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
dengan metode Heyn Intercept, dan diperoleh besarnya ASTM grain
sizenya adalah 7.
Nilai kadar dari unsur paduan diambil dari beberapa



referensi. Namun dikarenakan sumber referensi yang digunakan
menampilkan bahwa kadar unsur paduan dar baja AISI 1045 tidaklah
semua unsurnya dipakemkan pada satu nilai tetapi berupa range atau
kisaran seperti gambar berikut.

Gambar Chemical Composition AISI 1045
(sumber: http://www.metalravne.com/selector/steels/ck45.html)

Maka dari itu dipergunakan nilai dari range tersebut seperti:
Mn
Si

= 0.225%

Cr

= 0.30 %

Mo

= 0.10 %

Ni
•

= 0.65 %

= 0.20 %

Menentukan besar Ideal diameter

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 42
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Dengan menggunakan hubungan nilai kadar karbon dan ukuran
ASTM grain size dari spesimen AISI 1045 yang kemudian
memanfaatkan bantuan grafik.

Gambar IV.1.4.4 Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir
austenit dari baja karbon
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6.
2001.ITS.Surabaya)

Dari grafik tersebut dapat diperoleh besar ideal diameternya yakni 0.23

•

Menentukan nilai faktor pengali

Nilai faktor pengali dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan
grafik ini.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 43
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Gambar IV.1.4.5 Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit
dari baja karbon
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:98, gambar:4.7.
2001.ITS.Surabaya)

Maka diperoleh hasil sebagai berikut
Mn
Si

= 1.15

Cr

= 1.7

Mo

= 1.3

Ni
•

= 3.6

= 1.1

Menentukan besar Ideal Critical Diameter (DI)
Langkah terakhir ini dilakukan dengan melakukan perkalian ideal

diameter dengan faktor pengali unsur paduan sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut.
Ideal Critical Diameter (DI)

= 0.23X 3.6X1.15X1.7X1.3X1.1
= 2.3147 mm

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 44
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Setelah diperolehnya nilai ideal critical diameter langkah selanjutnya
yang bisa dikerjakan adalah pencarian nilai kekerasan spesimen secara teoritis.
Dan salah satu metode yang digunakan adalah metode FIELD. Langkahlangkah dalam pencarian nilai kekerasan hasil Jominy test secara teoritis akan
dijabarkan sebagai berikut.
Spesimen AISI 4140

•

Penentuan nilai kekerasan dari kadar karbon.
Nilai kekerasan pada awal titik yang dikenai air pada saat pengujian
Jominy dapat diperoleh dengan mengacu pada grafik berikut.

Gambar IV.1.4.6 Hubungan antara kadar karbon dengan kekerasan awal (IH)
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.16.
2001.ITS.Surabaya)

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 45
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Sehingga diperoleh nilai kekerasan awal (IH) untuk spesimen ini adalah 56
HRC.
•

Penentuan nilai kekerasan pada titik selanjutnya.
Nilai kekerasan awal bisa diperoleh dengan membagi IH dengan faktor
pembagi yang bisa dicari dengan menghubungkan besar ideal diameter
dari metode grossman dengan garis jarak yang ditampilakn pada grafik
berikut.

Gambar IV.1.4.7 Hubungan antara diameter kritis ideal dengan faktor pembagi
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.17.
2001.ITS.Surabaya)

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 46
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Sehingga hasil akhirnya bisa diplot dalam bentuk tabel dan grafik

Tabel IV.1.4.1 Hasil kekerasan secara teoritis (field) spesimen AISI 4140

Posisi (1/16”)

IH/DH

Kekerasan Rc

1

1

56

4

1

56

8

1.15

48.69

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 47
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

12

1.3

43.08

16

1.45

38.62

20

1.55

36.13

24

1.6

35

28

1.7

32.94

32

1.8

31.11

Dari tabel tersebut kemudian diplot pada salib sumbu Kekerasan-Jarak Jominy
sehingga menghasilkan kurva Jominy untuk baja AISI 4140

Grafik IV.1.4.1 Hasil kekerasan secara teoritis (field) spesimen AISI 4140

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 48
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Spesimen AISI 1045

•

Penentuan nilai kekerasan dari kadar karbon.
Nilai kekerasan pada awal titik yang dikenai air pada saat pengujian
Jominy dapat diperoleh dengan mengacu pada grafik berikut.

Gambar IV.1.4.8 Hubungan antara kadar karbon dengan kekerasan awal (IH)
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.16.
2001.ITS.Surabaya)

Sehingga diperoleh nilai kekerasan awal (IH) untuk spesimen ini adalah 58
HRC.

•

Penentuan nilai kekerasan pada titik selanjutnya.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 49
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Nilai kekerasan awal bisa diperoleh dengan membagi IH dengan faktor
pembagi yang bisa dicari dengan menghubungkan besar ideal diameter
dari metode grossman dengan garis jarak yang ditampilakn pada grafik
berikut.

Gambar IV.1.9 Hubungan antara diameter kritis ideal dengan faktor pembagi
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.17.
2001.ITS.Surabaya)

Sehingga hasil akhirnya bisa diplot dalam bentuk tabel dan grafik

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 50
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Tabel IV.1.4.2 Hasil kekerasan secara teoritis (field) spesimen AISI 1045
Posisi (1/16”)

IH/DH

Kekerasan Rc

1

1

58

4

1.2

48.33

8

1.6

36.25

12

1.95

29.74

16

2.25

25.77

20

2.5

23.2

24

2.6

22.31

28

2.7

21.48

32

2.8

20.71

Dari tabel tersebut kemudian diplot pada salib sumbu Kekerasan-Jarak Jominy
sehingga menghasilkan kurva Jominy untuk baja AISI 1045

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 51
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Grafik IV.1.4.2 Hasil kekerasan secara teoritis (field) spesimen AISI 1045

IV.1.5 Membandingkan kurva jominy hasil percobaan dengan kurva hasil metode
Grossman dan Field.

•

Perbandingan antara kurva jominy hasil percobaan dengan kurva hasil
metode Grossman dan Field baja AISI 1045

Grafik IV.1.5.1 Kurva Jominy Hasil Percobaan Baja AISI 1045

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 52
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Grafik IV.1.5.2 Kurva Jominy hasil metode Grossman dan Field pada Baja AISI 1045

•

Perbandingan antara kurva jominy hasil percobaan dengan kurva hasil
metode Grossman dan Field baja AISI 4140

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 53
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Grafik IV.1.5.3 Kurva Jominy Hasil Percobaan Baja AISI 4140

Grafik IV.1.5.4 Kurva Jominy hasil metode Grossman dan Field pada Baja AISI 4140

Pada grafik tersebut, dapat dilihat bahwa kurva jominy hasil percobaan
dengan kurva jominy hasil plot data perhitungan metode Grossman dan Field baja
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 54
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
AISI 4140 dan 1045 terlihat berbeda. Perbedaan tersebut menandakan bahwa
terjadi kesalahan kalibrasi pada saat melakukan praktikum sehingga saat memplot
grafik terjadi perbedaan yang signifikan.

IV.1.6 Perbandingan Gambar Struktur mikro

Baja AISI 4140 ini dilakukan uji metalografi untuk melihat strukturmikro
yang terbentuk. Dengan menggunakan etsa nital yang terdiri dari komposisi 98%
alkohol dan 2% HNO3 untuk jarak 110 mm dari ujung quench dan etsa sodium
metabisulfat yang terdiri dari komposisi 8 gr sodium dan 100 ml aquades,
strukturmikro yang terbentuk adalah sebagai berikut :

A

Ferrite

Pearlite

Gambar Strukturmikro baja AISI 4140 jarak 90 mm dari ujung quench, fasa yang
terbentuk adalah perlit dan ferrit dengan etsa nital, perbesaran 100x

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 55
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

B

Pearlite

Ferrite
Gambar Strukturmikro baja AISI 4140 jarak 22 mm dari ujung quench menggunakan etsa
sodium metabisulfat, fasa yang terbentuk adalah bainit, perbesaran 100x

Martensit
Gambar Strukturmikro baja AISI 4140 jarak 5 mm dari ujung quench menggunakan etsa
sodium metabisulfat, fasa yang terbentuk adalah martensit, perbesaran 100x

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 56
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Selanjutnya dilakukan uji metalografi untuk baja AISI 1045,

Ferrite

Pearlite

Gambar Strukturmikro baja AISI 1045 jarak 90 mm dari ujung quench, fasa yang
terbentuk adalah perlit dan ferrit dengan etsa nital, perbesaran 100x

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 57
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Ferrite

Pearlite

Gambar Strukturmikro baja AISI 1045 jarak 22 mm dari ujung quench menggunakan etsa
sodium metabisulfat, fasa yang terbentuk adalah bainit, perbesaran 100x

Martensite

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 58
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Gambar Struktur mikro baja AISI 1045 jarak 5 mm dari ujung quench menggunakan etsa
sodium metabisulfat, fasa yang terbentuk adalah martensit, perbesaran 100x

IV.2 PEMBAHASAN
IV.2.1 Unsur Paduan
Baja AISI 1045 dan 4140 memiliki komposisi kimia yang berbeda serta
unsur paduan yang berbeda dan keduanya memiliki fungsi tersendiri dalam
menentukan sifat mekanik dari baja tersebut. Berikut akan ditampilkan dalam
bentuk tabel masing masing komposisi kimia dari baja AISI 1045 dan AISI 4140.

Chemical Composition (Average,%)

AISI

C

Si

Mn

Cr

Mo

4140

0,41

0,30

0,70

1,10

0,20

1045

0,48

0,30

0,70

-

-

Untuk baja AISI 1045, terdapat unsur karbon sebesar 0,48. Unsur paduan
silikon

sebesar 0,30 dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan, kemampuan

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 59
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
diperkeras, tahan aus, ketahanan terhadap panas dan korosi. Namun kandungan
silikon pada baja AISI 1045 dapat menurunkan regangan serta menurunkan
kemampuan ditempa dan di las. Unsur mangan pada baja AISI 1045 sebesar 0,70
dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan, kemampuan di temper, dan tahan aus,
serta dapat menurunkan machinability.

Untuk baja AISI 4140, terdapat unsur karbon sebesar 0,41 yang dapat
meningkatkan kekuatan dan kekerasan tetapi masih di bawah baja AISI 1045.
Unsur paduan Silikon sebesar 0,30 yang dapat meningkatkan hardenabiliti,
ketahanan terhadap panas namun dapat menurunkan regangan. Unsur Mangan
sebesar 0,70 dapat meningkatkan kemampuan temper dan ketahanan terhadap aus
(wear resistance), namun dapat menurunkan machinability. Unsur Chrom sebesar
1,10 dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan, ketahanan aus, hardenabiliti, tahan
panas, tahan korosi dan mudah dipoles namun dapat menurunkan regangan. Unsur
Molibdenum sebesar 0,20 dapat meningkatkan kekuatan tarik, ketahanan panas,
fatigue limit namun dapat menurunkan regangan.
IV.2.2 Hardness
Pada praktikum ini, baja AISI 1045 dan 4140, dengan melakukan proses
pengukuran jominy dengan cara menyemprotkan langsung dengan menggunakan
air ke ujung baja dalam keadaan temperatur tinggi. Kemudian ditunggu sekitar 50
menit sampai temperatur pada baja turun (temperatur kamar yaitu 250C).
Kemudian kedua baja tersebut dilakukan pengujian hardness menggunakan
Rockwell C. Pengujian dilakukan dari ujung baja yang terkena semprotan air
sampai ujung bagian atas. Dari percobaan ini dapat dibuktikan dengan pengujian
hardness bahwa, ujung bagian AISI 1045 sampai ujung atas memiliki nilai
kekerasan sebesar 57 HRC ( jarak 1/16’’), 56,8 HRC ( 2/16’’), 55,1 (3/16’’), 42,7
(4/16’’),

33 (5/16’’), 31 (6/16’’), 30 (7/16’’), 30 (8/16’’), 29 (9/16’’),

27

(10/16’’), 27 (11/16’’), 26 (12/16’’), 22 (13/16’’), 18 (14/16’’), 15 (15/16’’)
sedangkan baja AISI 4140 memiliki nilai kekerasan sebesar 56,5 (1/16’’), 56
(2/16’’), 39,3(3/16’’), 37,3(4/16’’), 36(5/16’’), 32,3 (6/16’’), 30,7 (7/16’’), 26,3
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 60
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
(8/16), 26,16 (9/16’’), 26,16(10/16’’), 24,5 (11/16’’), 24,5 (12/16’’), 24 (13/16’’),
23,16 (14/16’’), 22,83(15/16’’). Dapat dibandingkan dari hasil praktikum yang
kami lakukan, dapat dilihat bahwa kekerasan pada kedua baja memiliki nilai
kekerasan dan kecepatan perubahan temperatur baja sangat berbeda disebabkan
karena kedua baja memiliki kadar unsur yang berbeda, seperti baja AISI 1045
tidak terdapat unsur Cr dan Mo, yang menyebabkan kekerasannya lebih rendah
dibandingkan baja AISI 4140.

IV.2.3 Struktur Mikro
Struktur mikro merupakan struktur terkecil yang terdapat dalam suatu
bahan yang keberadaannya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus
menggunakan alat pengamat struktur mikro misalnya mikroskop optik. Struktur
mikro juga mempengaruhi sifat mekanik seperti kekuatan, ketangguhan, keuletan,
kekerasan, ketahanan korosi, ketahanan aus dan lain-lain.
Untuk dapat melihat struktur mikro terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan / preparasi sampel, yaitu memotong spesimen yang memiliki dimensi
kira-kira 10 x 10 x 10 mm. Kemudian membuat pegangan atau biasa disebut
dengan mounting agar spesimen mudah untuk dipegang. Kemudian melakukan
proses grinding dengan menggunakan kertas amplas grade 180 – 2000 yang
bertujuan untuk menghaluskan permukaan spesimen yang akan dilihat struktur
mikronya. Setelah itu dilakukan pemolesan (polishing) menggunakan metal polish
yang bertujuan untuk menghilangkan goresan pada permukaan. Kemudian
dilakukan etching dengan menggunakan larutan yang sudah ditetapkan yaitu
sodium metabisulfat dan nital. Setelah itu mengamati spesimen tersebut dengan
mikroskop optik agar dapat melihat struktur mikro pada baja tersebut.
Analisa gambar struktur miko :
a. Jarak 110 mm dekat dengan dengan quenching adalah tampak
bahwa struktur mikro yang dihasilkan adalah perlit dan ferrit tanpa

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 61
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
martensit karena berada pada posisi yang jauh dari bidang quench
sehingga tidak muncul martensitnya.
b. Jarak 90 mm dekat dengan quenching adalah tampak bahwa
struktur mikro yang dihasilkan adalah perlit dan ferrit tanpa
martensit karena berada pada posisi yang jauh dari bidang quench
sehingga tidak muncul martensitnya.
c. Jarak 12 mm dari ujung quench adalah tampak bahwa struktur
mikro yang dhasilkan adalah perlit, ferrit, dan martensit yang lebih
banyak. Martensit ini lebih banyak dari pada jarak 22 mm dari
ujung quench karena telah mengalami pemanasan dan diberi
perlakuan quenching dengan kecepatan lebih cepat.
d. Jarak 22 mm dari ujung quench adalah tampak bahwa struktur
mikro yang dihasilkan adalah perlit, ferrit, dan sedikit bainit. Bainit
timbul karena baja telah dipanaskan dengan temperatur 900oC
kemudian diberi perlakuan quenching (media pendingin air)
dengan mesin jominy test dengan kecepatan medium.
IV.2.4 Pengaruh Kadar Karbon
Kadar karbon dapat mempengaruhi austenit, dimana austenit diperlakukan
panas kemudian dilakukan pendinginan secara cepat. Sehingga mengalami
pembentukkan struktur martensit. Kadar karbon akan berpengaruh pada
pembentukan martensit tepatnya pada tingkat kekerasan dari martensit. Ini
dikarenakan unsur carbon lah yang nantinya bergerak sebagai penguat pada
struktur body center tetragonal. Pada pendinginan cepat tidak cukup waktu bagi
karbon untuk berdifusi keluar dari larutan padat austenite, sehingga transformasi
terjadi dengan pergeseran atom-atom dari kubus pemusatan sisi, Face Centered
Cubic, FCC, menjadi tetragonal pemusatan ruang yang lewat jenuh, Body
Centered Tetragonal BCT. Transormasi geser atom ini menyebabkan kisi kristal
mengalami distorsi. Dua dimensi dari unit cel BCT mempunyai ukuran sama,
sedangkan dimensi yang ketiga lebih besar. Selain itu makin banyak kadar karbon
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 62
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
akan menyebabkan kurva CCT berherak ke kiri dan mampu juga menurunkan
temperatur start transformasi ke martensite.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 63
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari percobaan baja AISI 1045 dan AISI 4140
dengan menggunakan pengukuran uji hardenability yaitu Grossman dan Jominy,
sebagai berikut:
•

Uji hardness
1. Baja AISI 4140 memiliki kekerasan pada ujung semprotan air sebesar
56,5 HRC.
2.Baja AISI 1045 memiliki kekerasan pada ujung semprotan air sebesar 57
HRC.

•

Metode Heyn Intercept
1.Spesimen AISI 4140 dapat dilihat dari strukturmikro perbesaran 100x
memiliki ASTM grain size untuk baja AISI 4140 adalah 8.
2.Spesimen AISI 1045 dapat dilihat dari strukturmikro perbesaran 100x
memiliki ASTM grain size untuk baja AISI 1045 adalah 7.

•

Metode Point Counting
1.Spesimen AISI 4140 perbesaran 100x memiliki kadar;
o Pearlite

: 51,11%

o Ferrite

: 48,89 %

o Karbon

: 0,41279%

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 64
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
2.Spesimen AISI 1045 perbesaran 100x memiliki kadar;
o Pearlite
o Ferrite

: 47,223%

o Karbon

•

: 52,77%

: 0,42538%

Metode Grossman dan Field
1.Spesimen AISI 4140 memiliki;
o Ideal diameter

: 0,198mm

o Ideal critical diameter : 4,4046 mm
2.Spesimen AISI 1045 memiliki;
o Ideal diameter

: 0,23 mm

o Ideal critical diameter : 2,3147 mm

Perbandinngan Strukturmikro
o Strukturmikro AISI 4140
a. Jarak 90 mm dengan menggunakan larutan nital sebagai etsa.
Sehingga didapatkan fase ferrite dan pearlite.
b. Jarak 22 mm dengan menggunakan larutan sodium metabisulfat
sebagai etsa. Sehingga didapatkan fase bainit.
c. Jarak 5 mm dengan menggunakan larutan sodium metabisulfat
sebagai etsa. Sehingga didapatkan fase martensit..

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 65
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
o Strukturmikro AISI 1045
a. Jarak 90mm dengan menggunakan larutan nital sebagai etsa.
Sehingga didapatkan fase pearlit dan ferrit.
b. Jarak 22 mm dengan menggunakan larutan sodium metabisulfat.
Sehingga didapatkan fase bainit.
c. Jarak 5 mm dengan menggunakan larutan sodium metabisulfat
sehingga didapatkan fase mertensit.

LAMPIRAN

TUGAS PENDAHULUAN MODUL HARDENABILITI

1.

Apa yang anda ketahui tentang Hardenabiliti?
Jawab :
Hardenabiliti adalah kemampuan baja untuk dapat dikeraskan dengan
membentuk

martensit. Hardenabiliti

menggambarkan

dalamnya

pengerasan yang diperoleh dengan pengerasan, biasanya dinyatakan
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 66
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
dengan jarak suatu titik di bawah permukaan dimana strukturnya
terdiri dari 50% martensit (dianggap bahwa pengerasan terjadi bila
terjadi martensit sebanayak 50%). Suatu baja dikatakan mempunyai
hardenabiliti tinggi bila baja itu memperlihatkan tebal

pengerasan

(depth of hardening) yang besar atau dapat mengeras pada seluruh
penampang dari suatu benda yang cukup besar. Hardenabiliti pada
dasarnya tergantung pada diagram transformasi, karena itu ia akan
tergantung pada dua faktor utama yaitu komposisi kimia (kadar
karbon dan unsur paduan) austenit dan ukuran butir (grain size)
austenit. Untuk mengukur hardenabiliti suatu baja ada dua cara yaitu
dengan Grossman dan dengan cara Jominy. Pengujian hardenabiliti
dengan cara Grossman ini baja yang akan diuji dibuat menjadi
sejumlah spesimen berbentuk batang silindrik dari berbagai diameter.
Lalu kemudian dikeraskan dengan suatu media pendingin tertentu.
Pengujian hardenabiliti dengan cara Jominy disebut juga end quench
hardenability test karena pada pengujian ini digunakan spesimen
berbentu batang silindrik berdiameter 1 ” (25 mm) panjang 4 ” (100
mm) yang didinginkan pada salah satu ujungnya. Untuk test ini
digunakan alat dengan lubang tempat spesimen pada puncaknya.
Tepat di bawah spesimen terdapat nozzle berdiameter 1” (12,5 mm)
untuk menyemprotkan air pendingin dengan tinggi pancaran bebas
2,5” (65 mm). Antara spesimen dengan nozzle dipasang plat
penghalang yang dapat dibuka dengan cepat sesaat setelah spesimen
diletakkan pada lubang pemegangnya.
2. Sebutkan beberapa faktor utama yang mempengaruhi hardenabiliti,
Jelaskan !
Jawab :
Hardenabiliti pada dasarnya tergantung pada diagram transformasi,
karena itu ia akan tergantung pada dua faktor utama yaitu komposisi
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 67
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
kimia (kadar karbon dan unsur paduan) austenit dan ukuran butir
(grain size)

austenit. Komposisi

kimia

didalam

baja

sangat

mempengaruhi dari kekerasan baja tersebut. Kekerasan maksimum
yang dapat dicapai setelah proses pengerasan banyak tergantung pada
kadar karbon, makin tinggi kadar karbon, makin tinggi kadar
karbonnya makin tinggi kekerasan maksimum yang dapat dicapai.
Kekerasan maksimum akan terjadi bila dapat diperoleh struktur yang
seluruhnya martensit. Struktur sebelum dikeraskan dapat berupa perlit,
dimana kekerasan baja masih rendah. Pada baja dengan kadar karbon
sangat rendah kekerasan maksimum yang dapat dicapai setelah
pengerasan

tidak begitu

tinggi

dan

kenaikan

kekerasan

setelah

pengerasan tidak begitu banyak, karenanya pengerasan biasanya
dilakukan terhadap baja dengan kadar karbon yang memadai, tidak
kurang dari 0,30% C (untuk baja karbon), dalam hal ini menggunakan
baja AISI 1045 dan AISI 4140.

Chemical Composition (Average,%)

AISI

C

Si

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Mn

Cr

Mo

Page 68
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
4140

0,41

0,30

0,70

1,10

0,20

1045

0,48

0,30

0,70

-

-

Pada baja dengan kadar karbon yang tinggi, kenaikan kekerasan ini
mulai menurun, bahkan kekerasan setelah pengerasanpun menurun.
Hal ini dapat terjadi karena dengan kadar karbon ( dalam austenit)
yang makin tinggi, akan menyebabkan austenit sisa makin banyak,
sehingga akan dapat mengurangi kenaikan kekerasan. Faktor kedua
yang mempengaruhi hardenabiliti adalah ukuran grain size austenite.
Pengaruh ukuran butir austenit terhadap hardenability

diantaranya

adalah:

•

Semakin banyak batas butir austenit semakin mudah untuk pearlit
untuk terbentuk dibandingkan martensit .

•

Lebih kecil ukuran butir austenit, semakin rendah hardenability bahan

•

Semakin banyak batas butir austenit semakin mudah untuk pearlit
untuk terbentuk dibandingkan martensit

•

Lebih kecil ukuran butir austenit, semakin rendah hardenability bahan

•

Semakin besar ukuran butir austenit, semakin besar hardenability

3. Bagaimana cara mengukur Hardenabiliti ? Jelaskan !
Jawab :

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 69
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Untuk mengukur hardenabiliti suatu baja ada dua cara yaitu dengan
Grossman dan dengan cara Jominy. Pengujian hardenabiliti dengan
cara Grossman ini baja yang akan diuji dibuat menjadi sejumlah
spesimen berbentuk batang silindrik dari berbagai diameter. Lalu
kemudian

dikeraskan

dengan

suatu

media

pendingin

tertentu.

Pengujian hardenabiliti dengan cara Jominy disebut juga end quench
hardenability test karena pada pengujian ini digunakan spesimen
berbentu batang silindrik berdiameter 1 ” (25 mm) panjang 4 ” (100
mm) yang didinginkan pada salah satu ujungnya. Untuk test ini
digunakan alat dengan lubang tempat spesimen pada puncaknya.
Tepat di bawah spesimen terdapat nozzle berdiameter 1” (12,5 mm)
untuk menyemprotkan air pendingin dengan tinggi pancaran bebas
2,5” (65 mm). Antara spesimen dengan nozzle dipasang plat
penghalang yang dapat dibuka dengan cepat sesaat setelah spesimen
diletakkan pada lubang pemegangnya.

4. Gambar dan jelaskan metode pengujian hardenabiliti Jominy beserta
kurva jominy !
Jawab :
Pengujian hardenabiliti dengan cara Jominy disebut juga end quench
hardenability test karena pada pengujian ini digunakan spesimen
berbentu batang silindrik berdiameter 1” (25 mm) panjang 4” (100
mm) yang didinginkan pada salah satu ujungnya. Untuk test ini
digunakan alat dengan lubang tempat spesimen pada puncaknya.
Tepat di bawah spesimen terdapat nozzle berdiameter 1” (12,5 mm)
untuk menyemprotkan air pendingin dengan tinggi pancaran bebas
2,5” (65 mm).

Antara spesimen

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

dengan nozzle dipasang plat

Page 70
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
penghalang yang dapat dibuka dengan cepat sesaat setelah spesimen
diletakkan pada lubang pemegangnya.

5. Jelaskan metode perhitungan diameter kritis ideal dari Grossman dan
perhitungan berdasarkan komposisi kimia dari Field? Sebagai contoh
perhitungan silahkan analisa untuk baja AISI 1045 dan AISI 4140?
Spesimen AISI 4140
•

Penelusuran data-data awal


Kadar karbon (% C), dalam laporan ini mempergunakan

nilai kadar karbon yang diperoleh dengan metode Point Counting yang
telah dijabarkan pada analisa data awal. Dan besar kadar karbon nya
adalah 0.41279 % C


Ukuran butir yang diperoleh pada pengujian ini ditampilkan

pada analisa data sebelumnya tentang ASTM Grain Size Number
dengan metode Heyn Intercept, dan diperoleh besarnya ASTM grain
sizenya adalah 8.
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 71
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test


Nilai kadar dari unsur paduan diambil dari beberapa

referensi. Namun dikarenakan sumber referensi yang digunakan
menampilkan bahwa kadar unsur paduan dar baja AISI 4140 tidaklah
semua unsurnya dipakemkan pada satu nilai tetapi berupa range atau
kisaran seperti gambar berikut.

Gambar Chemical Composition AISI 4140
(sumber:http://www.efunda.com/materials/alloys/alloy_steels/s
how_alloy.cfm?id=aisi_4140&prop=all&page_title=aisi%204140)

Maka dari itu dipergunakan nilai dari range tersebut seperti:
Mn
Si

= 0.225%

Cr

= 0.95 %

Mo
•

= 0.875 %

= 0.20 %

Menentukan besar Ideal diameter dengan menggunakan hubungan

nilai kadar karbon dan ukuran ASTM grain size dari spesimen AISI 4140 yang
kemudian memanfaatkan bantuan grafik.
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 72
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit
dari baja karbon
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6.
2001.ITS.Surabaya)
Dari grafik tersebut dapat diperoleh besar ideal diameternya yakni 0.198

•

Menentukan nilai faktor pengali

Nilai faktor pengali dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan
grafik ini.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 73
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit
dari baja karbon
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:98, gambar:4.7.
2001.ITS.Surabaya)
Maka diperoleh hasil sebagai berikut
Mn
Si

= 1.15

Cr

= 3.1

Mo
•

= 3.9

= 1.6

Menentukan besar Ideal Critical Diameter (DI)

Langkah terakhir ini dilakukan dengan melakukan perkalian ideal
diameter dengan faktor pengali unsur paduan sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut.
Ideal Critical Diameter (DI)

= 0.198X 3.9X1.15 X3.1 X1.6
= 4.4046 mm

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 74
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Spesimen AISI 1045
•

Penelusuran data-data awal
Kadar karbon (% C), dalam laporan ini mempergunakan



nilai kadar karbon yang diperoleh dengan metode Point Counting yang
telah dijabarkan pada analisa data awal. Dan besar kadar karbon nya
adalah 0.41279 % C
Ukuran butir yang diperoleh pada pengujian ini ditampilkan



pada analisa data sebelumnya tentang ASTM Grain Size Number
dengan metode Heyn Intercept, dan diperoleh besarnya ASTM grain
sizenya adalah 8.
Nilai kadar dari unsur paduan diambil dari beberapa



referensi. Namun dikarenakan sumber referensi yang digunakan
menampilkan bahwa kadar unsur paduan dar baja AISI 1045 tidaklah
semua unsurnya dipakemkan pada satu nilai tetapi berupa range atau
kisaran seperti gambar berikut.

Gambar Chemical Composition AISI 1045
(sumber: http://www.metalravne.com/selector/steels/ck45.html)

Maka dari itu dipergunakan nilai dari range tersebut seperti:
Mn

= 0.65 %

Si

= 0.225%

Cr

= 0.30 %

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 75
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Mo
Ni
•

= 0.10 %
= 0.20 %

Menentukan besar Ideal diameter dengan menggunakan hubungan

nilai kadar karbon dan ukuran ASTM grain size dari spesimen AISI 1045 yang
kemudian memanfaatkan bantuan grafik.

Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari
baja karbon
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6.
2001.ITS.Surabaya)

Dari grafik tersebut dapat diperoleh besar ideal diameternya yakni 0.23

•

Menentukan nilai faktor pengali

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 76
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Nilai faktor pengali dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan
grafik ini.

Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari
baja karbon
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:98, gambar:4.7.
2001.ITS.Surabaya)

Maka diperoleh hasil sebagai berikut
Mn
Si

= 1.15

Cr

= 1.7

Mo

= 1.3

Ni
•

= 3.6

= 1.1

Menentukan besar Ideal Critical Diameter (DI)

Langkah terakhir ini dilakukan dengan melakukan perkalian ideal
diameter dengan faktor pengali unsur paduan sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut.
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 77
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Ideal Critical Diameter (DI)

= 0.23X 3.6X1.15X1.7X1.3X1.1
= 2.3147 mm

Setelah diperolehnya nilai ideal critical diameter langkah selanjutnya
yang bisa dikerjakan adalah pencarian nilai kekerasan spesimen secara teoritis.
Dan salah satu metode yang digunakan adalah metode FIELD. Langkahlangkah dalam pencarian nilai kekerasan hasil Jominy test secara teoritis akan
dijabarkan sebagai berikut.
Spesiemen AISI 4140
•

Penentuan nilai kekerasan dari kadar karbon.
Nilai kekerasan pada awal titik yang dikenai air pada saat pengujian
Jominy dapat diperoleh dengan mengacu pada grafik berikut.

Gambar Hubungan antara kadar karbon dengan kekerasan awal (IH)
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.16.
2001.ITS.Surabaya)

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 78
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Sehingga diperoleh nilai kekerasan awal (IH) untuk spesimen ini adalah 56
HRC.
•

Penentuan nilai kekerasan pada titik selanjutnya.
Nilai kekerasan awal bisa diperoleh dengan membagi IH dengan faktor
pembagi yang bisa dicari dengan menghubungkan besar ideal diameter
dari metode grossman dengan garis jarak yang ditampilakn pada grafik
berikut.

Gambar Hubungan antara diameter kritis ideal dengan faktor pembagi
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.17.
2001.ITS.Surabaya)

Sehingga hasil akhirnya bisa diplot dalam bentuk tabel dan grafik
Posisi (1/16”)

IH/DH

Kekerasan Rc

1

1

56

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 79
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

4

1

56

8

1.15

48.69

12

1.3

43.08

16

1.45

38.62

20

1.55

36.13

24

1.6

35

28

1.7

32.94

32

1.8

31.11

Spesiemen AISI 1045
•

Penentuan nilai kekerasan dari kadar karbon.
Nilai kekerasan pada awal titik yang dikenai air pada saat pengujian
Jominy dapat diperoleh dengan mengacu pada grafik berikut.

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 80
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
Gambar Hubungan antara kadar karbon dengan kekerasan awal (IH)
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.16.
2001.ITS.Surabaya)

Sehingga diperoleh nilai kekerasan awal (IH) untuk spesimen ini adalah 58
HRC.
•

Penentuan nilai kekerasan pada titik selanjutnya.
Nilai kekerasan awal bisa diperoleh dengan membagi IH dengan faktor
pembagi yang bisa dicari dengan menghubungkan besar ideal diameter
dari metode grossman dengan garis jarak yang ditampilakn pada grafik
berikut.

Gambar Hubungan antara diameter kritis ideal dengan faktor pembagi
(sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.17.
2001.ITS.Surabaya)

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 81
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Sehingga hasil akhirnya bisa diplot dalam bentuk tabel dan grafik
Posisi (1/16”)

IH/DH

Kekerasan Rc

1

1

58

4

1.2

48.33

8

1.6

36.25

12

1.95

29.74

16

2.25

25.77

20

2.5

23.2

24

2.6

22.31

28

2.7

21.48

32

2.8

20.71

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 82
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Tabel ASTM A 255

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 83
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 84
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 85
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 86
Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140
Dengan Metode Jominy Test
DAFTAR PUSTAKA

Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6. 2001.ITS.Surabaya)
Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6. 2001.ITS.Surabaya)
Suherman, Wahid. Ilmu Logam 1.2003.ITS Surabaya
Ariyusriati.wordpress.com/category/kuliah
Digilib.unimus.ac.id/baja.pdf
Sisfo.itp.ac.id/bahanajar/diagram besi-besi karbida
www.metalravne.com/selector/steels/ck45.html
www.efunda.com/materials/alloys/alloy_steels/show_alloy.cfm?
id=aisi_4140&prop=all&page_title=aisi%204140)

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
FTI ITS

Page 87

More Related Content

What's hot

Surface hardening
Surface hardeningSurface hardening
Surface hardeningMn Hidayat
 
Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasarombang
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Abrianto Akuan
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoranChache Go
 
metalurgi serbuk
metalurgi serbukmetalurgi serbuk
metalurgi serbukMega Audina
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaAli Hasimi Pane
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Abrianto Akuan
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)Ali Hasimi Pane
 
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasPenerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasiwandra doank
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaMuhamad Awal
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutEssyKarundeng
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanichsan_madya
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasisyamsul huda
 
Perhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotPerhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotDanny Danny
 

What's hot (20)

Surface hardening
Surface hardeningSurface hardening
Surface hardening
 
Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasa
 
Makalah perlakuan panas
Makalah perlakuan panas Makalah perlakuan panas
Makalah perlakuan panas
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoran
 
metalurgi serbuk
metalurgi serbukmetalurgi serbuk
metalurgi serbuk
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 
Laporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasanLaporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasan
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
 
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasPenerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Rumus hardness test
Rumus hardness testRumus hardness test
Rumus hardness test
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nya
 
Diagram ttt
Diagram tttDiagram ttt
Diagram ttt
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin Bubut
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
Perhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotPerhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnot
 

Viewers also liked

Laporan praktikum Fislab heat treatment
Laporan praktikum Fislab heat treatmentLaporan praktikum Fislab heat treatment
Laporan praktikum Fislab heat treatmentBogiva Mirdyanto
 
Stainless steel
Stainless steelStainless steel
Stainless steelnikkobull
 
Laporan kerja praktek prediksi ketebalan pengerasan baja aisi 1020
Laporan kerja praktek   prediksi ketebalan pengerasan baja aisi 1020Laporan kerja praktek   prediksi ketebalan pengerasan baja aisi 1020
Laporan kerja praktek prediksi ketebalan pengerasan baja aisi 1020Ahmad Falah
 
Prosiding noviardi [fix1]
Prosiding noviardi [fix1]Prosiding noviardi [fix1]
Prosiding noviardi [fix1]Noviardi Doang
 
Definisi Kualitas dalam Manajemen
Definisi Kualitas dalam ManajemenDefinisi Kualitas dalam Manajemen
Definisi Kualitas dalam Manajemendaffadaffa
 
Heat Treating: The How and Why of Quenching Metal Parts
Heat Treating: The How and Why of Quenching Metal PartsHeat Treating: The How and Why of Quenching Metal Parts
Heat Treating: The How and Why of Quenching Metal PartsHoughton International Inc.
 
120327262 makalah-korosi
120327262 makalah-korosi120327262 makalah-korosi
120327262 makalah-korosiBeny Firiya
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksiLaporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksiMira Syafanurillah
 
Makalah pembuatan tahu
Makalah pembuatan tahuMakalah pembuatan tahu
Makalah pembuatan tahuAyang Ayg
 
Presentasi Rumpun ESDM
Presentasi Rumpun ESDMPresentasi Rumpun ESDM
Presentasi Rumpun ESDMBuka Mata 2017
 
PDU 202 Qualitative Research Method: Data Collection
PDU 202 Qualitative Research Method: Data CollectionPDU 202 Qualitative Research Method: Data Collection
PDU 202 Qualitative Research Method: Data CollectionAgatha N. Ardhiati
 
Presentasi Fakultas Psikologi
Presentasi Fakultas PsikologiPresentasi Fakultas Psikologi
Presentasi Fakultas PsikologiBuka Mata 2017
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyawizdan ozil
 
Psikologi Industri dan Organisasi: Job Characteristic Model
Psikologi Industri dan Organisasi: Job Characteristic ModelPsikologi Industri dan Organisasi: Job Characteristic Model
Psikologi Industri dan Organisasi: Job Characteristic ModelIqbal Nugraha
 

Viewers also liked (20)

Laporan praktikum Fislab heat treatment
Laporan praktikum Fislab heat treatmentLaporan praktikum Fislab heat treatment
Laporan praktikum Fislab heat treatment
 
Heat Treatment
Heat TreatmentHeat Treatment
Heat Treatment
 
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
 
Cover mutiara
Cover mutiaraCover mutiara
Cover mutiara
 
Stainless steel
Stainless steelStainless steel
Stainless steel
 
Laporan kerja praktek prediksi ketebalan pengerasan baja aisi 1020
Laporan kerja praktek   prediksi ketebalan pengerasan baja aisi 1020Laporan kerja praktek   prediksi ketebalan pengerasan baja aisi 1020
Laporan kerja praktek prediksi ketebalan pengerasan baja aisi 1020
 
Prosiding noviardi [fix1]
Prosiding noviardi [fix1]Prosiding noviardi [fix1]
Prosiding noviardi [fix1]
 
Definisi Kualitas dalam Manajemen
Definisi Kualitas dalam ManajemenDefinisi Kualitas dalam Manajemen
Definisi Kualitas dalam Manajemen
 
Heat Treating: The How and Why of Quenching Metal Parts
Heat Treating: The How and Why of Quenching Metal PartsHeat Treating: The How and Why of Quenching Metal Parts
Heat Treating: The How and Why of Quenching Metal Parts
 
Heat treatment
Heat treatment Heat treatment
Heat treatment
 
Cover Skripsi
Cover SkripsiCover Skripsi
Cover Skripsi
 
120327262 makalah-korosi
120327262 makalah-korosi120327262 makalah-korosi
120327262 makalah-korosi
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksiLaporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi
 
Makalah pembuatan tahu
Makalah pembuatan tahuMakalah pembuatan tahu
Makalah pembuatan tahu
 
Presentasi Rumpun ESDM
Presentasi Rumpun ESDMPresentasi Rumpun ESDM
Presentasi Rumpun ESDM
 
PDU 202 Qualitative Research Method: Data Collection
PDU 202 Qualitative Research Method: Data CollectionPDU 202 Qualitative Research Method: Data Collection
PDU 202 Qualitative Research Method: Data Collection
 
Presentasi Fakultas Psikologi
Presentasi Fakultas PsikologiPresentasi Fakultas Psikologi
Presentasi Fakultas Psikologi
 
Said reza
Said rezaSaid reza
Said reza
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
 
Psikologi Industri dan Organisasi: Job Characteristic Model
Psikologi Industri dan Organisasi: Job Characteristic ModelPsikologi Industri dan Organisasi: Job Characteristic Model
Psikologi Industri dan Organisasi: Job Characteristic Model
 

Similar to Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)

Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran saePpt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran saeAdrian Ekstrada
 
member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdf
member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdfmember,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdf
member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdfLukmanulHakim157577
 
Penggunaament dan hardningn metode dengan heat treat
Penggunaament dan hardningn metode dengan heat treatPenggunaament dan hardningn metode dengan heat treat
Penggunaament dan hardningn metode dengan heat treatAlen Pepa
 
13.naskah jurnal upn sumiyanto &amp; abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto &amp; abdunnaser13.naskah jurnal upn sumiyanto &amp; abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto &amp; abdunnaserOsamaOsama30
 
PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...
PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...
PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...Muhammad Budiman
 
SEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptxSEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptxRizkiCahBaegh
 
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinyaM Arif
 
File4433938146f4f
File4433938146f4fFile4433938146f4f
File4433938146f4fHandry J
 
Lap.metalografi.
Lap.metalografi.Lap.metalografi.
Lap.metalografi.bebenpurba
 
pengetahuan material jack.pptx
pengetahuan material jack.pptxpengetahuan material jack.pptx
pengetahuan material jack.pptximandarajat
 
Kuliah materials failure
Kuliah materials failureKuliah materials failure
Kuliah materials failureJaywanroy
 
Aging hardening sipppp oke
Aging hardening sipppp okeAging hardening sipppp oke
Aging hardening sipppp okeviolabonver
 
A.c matrial ferrous metal
A.c matrial ferrous metalA.c matrial ferrous metal
A.c matrial ferrous metalKatoning Wetan
 
A.c matrial. ferrous mtl genap
A.c matrial. ferrous mtl genapA.c matrial. ferrous mtl genap
A.c matrial. ferrous mtl genapKatoning Wetan
 

Similar to Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test) (20)

Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran saePpt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
 
member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdf
member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdfmember,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdf
member,+Jurnal+Power+Plant+Vol+4.2-5+Halim.pdf
 
Penggunaament dan hardningn metode dengan heat treat
Penggunaament dan hardningn metode dengan heat treatPenggunaament dan hardningn metode dengan heat treat
Penggunaament dan hardningn metode dengan heat treat
 
Bab%20 ii
Bab%20 iiBab%20 ii
Bab%20 ii
 
13.naskah jurnal upn sumiyanto &amp; abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto &amp; abdunnaser13.naskah jurnal upn sumiyanto &amp; abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto &amp; abdunnaser
 
PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...
PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...
PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...
 
SEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptxSEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptx
 
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
 
File4433938146f4f
File4433938146f4fFile4433938146f4f
File4433938146f4f
 
Lap.metalografi.
Lap.metalografi.Lap.metalografi.
Lap.metalografi.
 
pengetahuan material jack.pptx
pengetahuan material jack.pptxpengetahuan material jack.pptx
pengetahuan material jack.pptx
 
Ilmu Bahan
Ilmu BahanIlmu Bahan
Ilmu Bahan
 
Kuliah materials failure
Kuliah materials failureKuliah materials failure
Kuliah materials failure
 
Aging hardening sipppp oke
Aging hardening sipppp okeAging hardening sipppp oke
Aging hardening sipppp oke
 
A.c matrial ferrous metal
A.c matrial ferrous metalA.c matrial ferrous metal
A.c matrial ferrous metal
 
A.c matrial. ferrous mtl genap
A.c matrial. ferrous mtl genapA.c matrial. ferrous mtl genap
A.c matrial. ferrous mtl genap
 
Mpam.smk
Mpam.smkMpam.smk
Mpam.smk
 
Mpam
MpamMpam
Mpam
 
Makalah baja
Makalah bajaMakalah baja
Makalah baja
 
heat treatment
heat treatmentheat treatment
heat treatment
 

Recently uploaded

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 

Recently uploaded (20)

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 

Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)

  • 1. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test ABSTRAK Hardenability adalah kemampuan baja untuk dapat dikeraskan dengan membentuk martensit. Hardenability menggambarkan dalamnya pengerasan (depth of hardening) yang diperoleh dengan pengerasan, biasanya dinyatakan dengan jarak suatu titik di bawah permukaan dimana strukturnya terdiri dari 50% martensit (dianggap bahwa pengerasan terjadi bila terjadi martensit sebanayak 50%). Suatu baja dikatakan mempunyai hardenabiliti tinggi bila baja itu memperlihatkan tebal pengerasan (depth of hardening) yang besar atau dapat mengeras pada seluruh penampang dari suatu benda yang cukup besar. Hardenabiliti pada dasarnya tergantung pada diagram transformasi, karena itu ia akan tergantung pada dua faktor utama yaitu komposisi kimia (kadar karbon dan unsur paduan) austenit dan ukuran butir (grain size) austenit. Untuk mengukur hardenabiliti suatu baja ada dua cara yaitu dengan Grossman dan dengan cara Jominy. Pengujian hardenabiliti dengan cara Grossman ini baja yang akan diuji dibuat menjadi sejumlah spesimen berbentuk batang silindrik dari berbagai diameter. Lalu kemudian dikeraskan dengan suatu media pendingin tertentu. Pengujian hardenabiliti dengan cara Jominy disebut juga end quench hardenability test karena pada pengujian ini digunakan spesimen berbentu batang silindrik berdiameter 1 ” (25 mm) panjang 4” (100 mm) yang didinginkan pada salah satu ujungnya. Untuk test ini digunakan alat dengan lubang tempat spesimen pada puncaknya. Tepat di bawah spesimen terdapat nozzle berdiameter 1” (12,5 mm) untuk menyemprotkan air pendingin dengan tinggi pancaran bebas 2,5” (65 mm). Antara spesimen dengan nozzle dipasang plat penghalang yang dapat dibuka dengan cepat sesaat setelah spesimen diletakkan pada lubang pemegangnya. Dari hasil praktikum kali ini didapatkan kekerasan pada baja AISI 4140 lebih tinggi daripada baja AISI 1045. Hal ini dikarenakan unsur-unsur paduan pada baja 4140 lebih dominan dan mempengaruhi sifat mekaniknya. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 1
  • 2. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test DAFTAR ISI Abstrak.................................................................................................................. 1 Daftar Isi ............................................................................................................. 2 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4 I.2 Tujuan............................................................................................................ 4 I.3 Sasaran Percobaan......................................................................................... 5 I.4 Sistematika Penulisan.................................................................................... 5 BAB II. DASAR TEORI.................................................................................. 7 BAB III. METODE PERCOBAAN III.1 Standar Pengujian....................................................................................... 13 III.2 Alat dan Bahan........................................................................................... 14 III.3 Langkah-langkah Percobaan.............................................................. .......15 III.4 Diagram Alir....................................................................................... .......17 III.5 Gambar Percobaan.............................................................................. .......18 BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisa Data IV.1.1 Tabel Hardness dan Grafik Hardness................................... ......19 IV.1.2 Metode Heyn Intercept......................................................... ......25 IV.1.3 Point Counting...................................................................... ......29 IV.1.4 Metode Grossman dan Field................................................. ......34 IV.1.5 Membandingkan Kurva Jomny Percobaan Dengan Grossman Dan Field............................................................................... .....47 IV.1.6 Perbandingan Gambar Struktur mikro....................................... 49 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 2
  • 3. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test IV.2. Pembahasan IV.2.1 Unsur Paduan............................................................................. 54 IV.2.2 Hardness..................................................................................... 55 IV.2.3 Struktur Mikro............................................................................ 56 IV.2.4 Pengaruh Kadar Karbon............................................................. 57 BAB V. KESIMPULAN.................................................................................. 58 Daftar Pustaka Lampiran Tugas Tambahan Tabel ASTM A255 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 3
  • 4. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Hardenability adalah ukuran kemampuan suatu material untuk membentuk fasa martensit. Hardenability dapat diukur dengan beberapa metode. Diantaranya metode jominy dan metode grossman. Dari metode tersebut kita akan mendapatkan kurva antara harga kekerasan dengan jarak quenching dari pusat quench. Hardenability pada dasarnya tergantung pada diagram transformasi, karena itu akan tergantung pada 2 faktor utama, yaitu komposisi kimia pada austenit dan grain size austenit Hardenability mengambarkan dalamnya pengerasan (depth of hardening) yang diperoleh dengan pengerasan, biasanya dinyatakan dengan jarak suatu titik di bawah permukaannya. Pada praktikum kali ini yang mana tidak lain adalah menggunakan baja AISI 1045 dan AISI 4140 yang akan dilakukan proses laku panas hardenabiliti dengan menggunakan metode Jominy Test untuk melihat strukturnya apakah terdiri dari 50% martensit (dianggap bahwa pengerasan terjadi bila terjadi martensit sebanyak 50% martensit). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada praktikum ini nantinya akan didapatkan data tentang nilai kekerasan dari masing-masing baja serta apakah benar bahwa strukturnya terdiri dari 50% martensit yang mana 50% martensit tersebut timbul karena adanya faktor utama yang telah dijelaskan diatas, yaitu komposisi kimia dan ukuran butir austenit. I.2 TUJUAN Pada praktikum hardenabiliti ini menggunakan baja AISI 1045 dan 4140 dengan menggunakan metode Jominy Test ini diharapkan nantinya akan mencapai parameter tujuan sebagai berikut : Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 4
  • 5. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 1. Mengetahui nilai kekerasan dari baja AISI 1045 dan 4140 2. Mengetahui strukturmikro baja AISI 1045 dan 4140 3. Mengetahui Hardenability baja AISI 1045 dan 4140 4. Membandingkan dengan perhitungan metode grossman dan metode field 5. Mengetahui pengaruh komposisi kimia dan pengaruh grain size terhadap hardenability baja AISI 1045 dan AISI 4140 I.3 SASARAN PERCOBAAN Sasaran yang didapatkan didalam praktikum sebagai berikut, • Mahasiswa dapat mengetahui proses hardenability • Mahasiswa dapat memahami proses pengukuran hardenability yaitu Grossman dan Jominy. • Mahasiswa lebih dapat memahami mengenai strukturmikro martensit I.4 SISTEMATIKA PENULISAN Abstrak Daftar Isi Bab I. Pendahuluan Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 5
  • 6. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test I.1 Latar Belakang I.2 Tujuan Bab II. Dasar Teori Bab III. Metode Percobaan III.1 Alat dan Bahan Percobaan III.2 Langkah-langkah Percobaan Bab IV. Analisa Data dan Pembahasan IV.1 Analisa Data IV.1.1 Tabel Hardness dan Grafik Hardness. IV.1.2 Strukturmikro IV.1.3 Metode Heyn Intercept untuk menentukan ASTM Grain Size Number IV.1.4 Metode Pengujian Hardenabillity Grossman dan Field IV.2 Pembahasan Bab V. Kesimpulan Daftar Pustaka Tugas Tambahan Tabel A255 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 6
  • 7. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test BAB II DASAR TEORI Hardening adalah perlakuan panas terhadap baja dengan sasaran meningkatkan kekerasan alami baja. Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju temperatur pengerasan didaerah atau diatas daerah kritis dan pendinginan berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis. Akibat penyejukan dingin dari daerah temperatur pengerasan ini dicapailah suatu keadaan paksa bagi struktur baja yang membentuk kekerasan. Oleh karena itu maka proses pengerasan ini disebut juga pengerasan kejut atau pencelupan langsung kekerasan yang tercapai pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini di iringi kerapuhan yang besar dan tegangan pengejutan. Pada setiap operasi perlakuan panas, laju pemanasan merupakan faktor yang penting. Panas merambat dari luar ke dalam dengan kecepatan tertentu. Bila pemanasan terlalu cepat, bagian luar akan jauh lebih panas dari bagian dalam, oleh karena itu kekerasan di bagian dalam benda akan lebih rendah daripada di bagian luar, dan ada nilai batas tertentu. Namun air garam atau air akan menurunkan temperatur permukaan dengan cepat, yang diikuti dengan penurunan temperatur di dalam benda tersebut sehingga diperoleh lapisan keras dengan ketebalan tertentu. (Digilib.unimus.ac.id/baja.pdf) Hardenabiliti adalah kemampuan baja untuk dapat dikeraskan dengan membentuk martensit. Hardenabiliti menggambarkan dalamnya pengerasan yang diperoleh dengan pengerasan, biasanya dinyatakan dengan jarak suatu titik di bawah permukaan dimana strukturnya terdiri dari 50% martensit (dianggap bahwa pengerasan terjadi bila terjadi martensit sebanayak 50%). Suatu baja dikatakan mempunyai hardenabiliti tinggi bila baja itu memperlihatkan tebal pengerasan (depth of hardening) yang besar atau dapat mengeras pada seluruh penampang dari suatu benda yang cukup besar. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 7
  • 8. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Hardenabiliti pada dasarnya tergantung pada diagram transformasi, karena itu ia akan tergantung pada dua faktor utama yaitu komposisi kimia (kadar karbon dan unsur paduan) austenit dan ukuran butir (grain size) austenit. (Ir. Wahid Suherman, 2001, Perlakuan Panas) Komposisi kimia didalam baja sangat mempengaruhi dari kekerasan baja tersebut. Kekerasan maksimum yang dapat dicapai setelah proses pengerasan banyak tergantung pada kadar karbon, makin tinggi kadar karbon, makin tinggi kadar karbonnya makin tinggi kekerasan maksimum yang dapat dicapai. Kekerasan maksimum akan terjadi bila dapat diperoleh struktur yang seluruhnya martensit. Struktur sebelum dikeraskan dapat berupa perlit, dimana kekerasan baja masih rendah. Pada baja dengan kadar karbon sangat rendah kekerasan maksimum yang dapat dicapai setelah pengerasan tidak begitu tinggi dan kenaikan kekerasan setelah pengerasan tidak begitu banyak, karenanya pengerasan biasanya dilakukan terhadap baja dengan kadar karbon yang memadai, tidak kurang dari 0,30% C (untuk baja karbon), dalam hal ini menggunakan baja AISI 1045 dan AISI 4140 yang akan ditampilkan kadar karbonnya dalam tabel berikut : (Ir. Wahid Suherman, 2003, Ilmu Logam 1) Tabel II.1 Komposisi kimia baja AISI 1045 dan 4140 (Bohler, Special Steel) Chemical Composition (Average,%) AISI C Si Mn Cr Mo 4140 0,41 0,30 0,70 1,10 0,20 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 8
  • 9. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 1045 0,48 0,30 0,70 - - Pada baja dengan kadar karbon yang tinggi, kenaikan kekerasan ini mulai menurun, bahkan kekerasan setelah pengerasanpun menurun. Hal ini dapat terjadi karena dengan kadar karbon ( dalam austenit) yang makin tinggi, akan menyebabkan austenit sisa makin banyak, sehingga akan dapat mengurangi kenaikan kekerasan. Untuk mencapai kekerasan yang lebih tinggi austenit sisa ini ini dihilangkan dengan memberi sub zero treatment (pendinginan sampai di bawah nol derajat C) setelah quenching. Begitu juga hal nya dengan faktor kedua yaitu grain size austenite, pengerasan pada dasarnya dilakukan dengan memanaskan baja ke temperature austenit, menahan pada temperatur tersebut beberapa saat lalu mendinginkan dengan cepat. Diharapkan dapat terjadi martensit. Banyaknya martensit yang terjadi tergantung pada seberapa banyak austenit yang terjadi pada saat pemanasan dan seberapa cepat pendinginannya, seberapa jauh laju pendinginan kritis dapat didekati/dicapai. Sedang kekerasan martensit tergantung pada kadar karbon dalam austenit pada saat dipanaskan. Pada suatu kondisi pemanasan belum tentu semua karbon larut didalam austenit, tergantung juga pada tingginya temperatur pemanasan dan lamanya waktu penahanan pada temperatur tersebut. Karena itu kekerasan yang terjadi setelah proses pengerasan banyak tergantung pada beberapa hal utama yaitu temperature austenitisasi dan waktu tahan austenitisasi. (Ir. Wahid Suherman, 2003, Ilmu Logam 1). Faktor kedua yang mempengaruhi hardenabiliti adalah ukuran grain size austenite. Pengaruh ukuran butir austenit terhadap hardenability diantaranya adalah: • Semakin banyak batas butir austenit semakin mudah untuk pearlit untuk terbentuk dibandingkan martensit . Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 9
  • 10. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test • Lebih kecil ukuran butir austenit, semakin rendah hardenability bahan • Semakin banyak batas butir austenit semakin mudah untuk pearlit untuk terbentuk dibandingkan martensit • Lebih kecil ukuran butir austenit, semakin rendah hardenability bahan • Semakin besar ukuran butir austenit, semakin besar hardenability (ariyusriati.wordpress.com/category/kul iah) Martensit adalah fasa yang ditemukan oleh seorang metalografer yang bernama A. Martens. Fasa tersebut merupakan larutan padat dari karbon yang lewat jenuh pada besi alfa sehingga latis-latis sel satuannya terdistorsi. Sifatnya sangat keras dan diperoleh jika baja dari temperatur austenitnya didinginkan dengan laju pendinginan yang lebih besar dari laju pendinginan kritiknya. Dalam paduan besi karbon dan baja, austenit merupakan fasa induk dan bertransformasi menjadi martensit pada saat pendinginan. Transformasi ke martensit berlangsung tanpa difusi sehingga komposisi yang dimiliki oleh martensit sama dengan komposisi austenit, sesuai dengan komposisi paduannya sel satuan martensit adalah Tetragonal pusat badan (Body center tetragonal/BCT). Atom karbon dianggap menggeser latis kubus menjadi tetragonal. Kelarutan karbon dalam BCC menjadi lebih besar jika terbentuk martensit, dan hal inilah yang menyebabkan timbulnya tetragonalitas (BCT). Makin tinggi konsentrasi karbon, makin banyak posisi interstisi yang tersisih sehingga efek tetragonalitasnya makin besar. Awal dan akhir dari pembentukan martensit sangat tergantung pada komposisi kimia dari baja dan cara mengaustenisasi. Pada baja karbon, temperatur awal dan akhir dari pembentukan martensit (Ms dan Mf) sangat tergantung pada kadar karbon. Makin tinggi kadar karbon suatu baja makin rendah temperatur Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 10
  • 11. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test awal dan akhir dari pembentukan martensit tersebut terlihat bahwa untuk baja dengan kadar karbon lebih dari 0,5%, transformasi ke martensit akan selesai pada temperatur dibawah temperatur kamar. Dengan demikian, jika kadar karbon melampaui 0,5%, maka pada temperatur kamar akan terdapat martensit dan austenit sisa. Makin tinggi kadar karbon, pada baja akan makin besar jumlah austenit sisanya. Austenit: yang belum sempat bertransformasi menjadi martensit disebut sebagai austeni sisa. Untuk mengkonversikan austenit sisa menjadi martensit, kepada baja tersebut harus diterapkan proses (subzerro treatment). (sisfo.itp.ac.id/bahanajar/diagram besi-besi karbida) Untuk mengukur hardenabiliti suatu baja ada dua cara yaitu dengan Grossman dan dengan Jominy. Untuk pengujian hardenabiliti dengan cara Grossman ini baja yang akan diuji dibuat menjadi sejumlah spesimen berbentuk batang silindrik dari berbagai diameter. Lalu semuanya dikeraskan dengan pendinginan celup pada suatu media pendingin tertentu. Dengan metalografi dicari suatu batang yang pada intinya terdapat tepat 50% martensit. Diameter batang ini dinamakan diameter kritis Do. Dalam menyebutkan diameter kritis suatu baja harus disebutkan juga cara pendinginannya, atau kekuatan pendinginannya yang dinyatakan dengan koefisien kekuatan pendinginan H ( severity of quench ). Harga H dapat dihitung dari hubungan : H = f / K ( in.-1 ) Dimana : f = heat transfer factor ( BTU/in.2 sec. 0F ) K = thermal conductivity ( BTU/in. sec. 0F) Harga H tergantung dari jenis media pendinginannya dan kekuatan agitasi. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 11
  • 12. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Harga D 0 masih tergantung pada harga H dari media pendingin, sehingga kurang menunjukkan hardenabiliti sebagai sifat baja. Harga ini tidak lagi tergantung pada media pendingin bila diambil harga H tak terhingga. Diperoleh harga diameter kritis ideal D1 ( ideal critical diameter ) yaitu diameter batang yang bila didinginkan dengan laju pendinginan tak terhingga akan menghasilkan tepat 50% martensit pada intinya. Bila harga D0 pada harga H tertentu sudah diperoleh maka harga D 1 dapat dicari dengan diagram hubungan D0 – D1. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 12
  • 13. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test BAB III METODE PERCOBAAN III.1 STANDAR PENGUJIAN Standar pengujian yang digunakan dalam pengujian hardenability adalah ASTM A255 untuk metode pengujian Jominy dan pengujian kekerasan adalah ASTM E18 untuk pengujian Rockwell C Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 13
  • 14. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Gambar III.1. Standar Pengujian Spesimen ASTM A 255 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 14
  • 15. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Gambar III.2. Standar ASM E18 Rockwell C III.2 ALAT DAN BAHAN Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah : III.2.1 Alat : 1. Gergaji 1 buah 2. Mesin Furnace 1 buah 3. Mesin Penguji Jominy 1 set 4. Mesin Hardness Test 1 buah 5. Kertas amplas grade 180 sampai 2000 1 lembar/grade III.2.2 Bahan : 1. Baja AISI 1045 1 buah ( D = 25 mm , L = 100 mm ) 2. Baja AISI 4140 1 buah ( D = 25 mm , L = 100 mm ) 3. Air Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS secukupnya Page 15
  • 16. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 4. Larutan nital secukupnya (2 ml HNO3 ditambah 98 ml alkohol 90%) 5. Larutan Sodium Metabisulfat secukupnya (8 gr Sodium Meta Bisulfat ditambah 100 ml aquades) 6. Metal polish secukupnya III.3 LANGKAH – LANGKAH PERCOBAAN 1. Melakukan preparasi spesimen yang akan digunakan dengan ketentuan sesuai standard ASTM A255, yaitu : Panjang : 100 mm Diameter : 25 mm 2. Melakukan preparasi alat pengujian Jominy dengan ketentuan sesuai ASTM A255, yaitu : Tinggi pancaran : 60 mm Jarak antar ujung specimen dengan nozzle : 12.5 mm 3. Memanaskan spesimen menggunakan mesin furnace sampai temperature 860°C untuk baja AISI 1045 dan temperatur 870oC untuk baja AISI 4140 . 4. Mendiamkan spesimen di dalam mesin furnace selama 20 menit (holding time). 5. Mengambil dan memasukkan specimen dengan cepat ke lubang pemegang alat Jominy dan segera pula air pendingin disemprotkan dan mengenai ujungnya 6. Setelah dingin, spesimen diambil dan dihaluskan permukaan spesimen dengan mesin gerinda 7. Melakukan pengukuran kekerasan pada setiap jarak 1/16” (titik Jominy) dengan mesin Hardness Test 8. Memotong spesimen menjadi 3 bagian Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 16
  • 17. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 9. Menghaluskan permukaan tiap – tiap specimen menggunakan kertas amplas dari grade 180, 240, 400, 600, 800, 1000, 1200, 1500, 2000. 10. Melakukan poles tiap – tiap spesimen menggunakan metal polish agar spesimen tidak ada goresan-goresan dan lebih mengkilat 11. Melakukan etsa pada tiap-tiap spesimen menggunakan cairan nital hingga spesimen agak sedikit buram karena terkorosi. 12. Mengamati dan menganalisis struktur mikro menggunakan mikroskop optik. III.4 DIAGRAM ALIR PERCOBAAN MULAI PREPARASI ALAT DAN BAHAN MEMOTONG BAJA AISI 1045 DAN BAJA AISI 4140 MENGELAS BAJA AISI 1045 DAN BAJA AISI 4140 PEMANASAN BAJA AISI 1045 PADA TEMPERATUR 8600C DAN DIHOLDING SELAMA 20 MENIT PEMANASAN BAJA AISI 4140 PADA TEMPERATUR 87000C DAN DIHOLDING SELAMA 20 MENIT SPESIMEN DI UJI JOMINY SPESIMEN DIUJI HARDNESS ROCKWELL C STRUKTURMIKRO SPESIMEN DIAMATI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS SELESAI Page 17
  • 18. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test III.5 GAMBAR PERCOBAAN Gambar III.3 Alat Jominy Gambar III.4 Mesin Furnace Gambar III.6 Mikroskop Optik Gambar III.5 Proses Quenching Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 18
  • 19. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Gambar III.7 Mesin Poles BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN IV.1 ANALISA DATA IV.1.1 Tabel Hardness dan Grafik Hardness Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji kekerasan dalam bentuk tabel untuk baja AISI 1045 dan AISI 4140. Berikut tabel hasil uji kekerasan untuk baja AISI 4140 : Tabel IV.1.1 Hasil Uji Kekerasan Baja AISI 4140 Pengujian Jarak dari Ujung HRC (Inch) 1 1/16 56,5 2 2/16 56 3 3/16 39,3 4 4/16 37,3 5 5/16 36 6 6/16 32,3 7 7/16 30,7 8 8/16 26,3 9 9/16 26,16 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 19
  • 20. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 10 10/16 26,16 11 11/16 24,5 12 12/16 24,5 13 13/16 24 14 14/16 23,16 15 15/16 22,83 Dari hasil tabel hasil uji kekerasan untuk baja AISI 4140, lalu di konversi ke dalam grafik hubungan kekerasan terhadap jarak dari ujung quench, hasilnya adalah sebagai berikut : SPESIMEN 4140 Ha rd ne ss of N u m be r Distance of Quench End Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 20
  • 21. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Grafik IV.1.1 Hasil Kekerasan Baja AISI 4140 Berikut tabel uji kekerasan untuk baja AISI 1045 : Tabel IV.1.2 Hasil Uji Kekerasan Baja AISI 1045 Pengujian Jarak dari Ujung HRC (Inch) 1 1/16 57 2 2/16 56,8 3 3/16 55,1 4 4/16 42,7 5 5/16 33 6 6/16 31 7 7/16 30 8 8/16 30 9 9/16 29 10 10/16 27 11 11/16 27 12 12/16 26 13 13/16 22 14 14/16 18 15 15/16 15 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 21
  • 22. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Dari hasil tabel hasil uji kekerasan untuk baja AISI 1045, lalu dikonversi ke dalam grafik hubungan kekerasan terhadap jarak dari ujung quench, hasilnya adalah sebagai berikut : SPESIMEN 1045 Grafik IV.1.2 Hasil Uji Kekerasan AISI 1045 Perbandingan kurva jominy 1045 dan 4140, garis merah menunjukkan kekerasan baja AISI 4140, dan garis berwarna biru menunjukkan kekerasan baja AISI 1045 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 22
  • 23. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test karena jika dilihat dari tabel hardness, kekerasan baja AISI 4140 memiliki nilai yang lebih besar daripada baja AISI 1045 : Spesimen 1045 Spesimen 4140 Grafik IV.1.3 Perbandingan Hasil Uji Kekerasan Baja AISI 1045 dan Baja AISI 4140 Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan strukturmikro dari baja AISI 4140 bagian pertama. Bagian pertama ini adalah bagian yang paling banyak tekena semprotan air, atau sesuai dari teori yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa bagian ini adalah bagian yang memiliki strukturmikro 100% martensit. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 23
  • 24. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test A Gambar A. Strukturmikro baja AISI 4140 bottom, perbesaran 100x Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 24
  • 25. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test IV.1.2 Metode Heyn Intercept Gambar IV.1.2.1 Struktuk Mikro AISI 4140 perbesaran 100x Dengan metode Heyn Intercept dapat ditentukan nilai ASTM grain size dari material yang diuji. Setelah membentuk lingkaran dengan diameter 50 mm pada baja austenite dengan perbesaran (M) 100 X diperoleh data sebagai berikut. N =89 D =50 mm M =100 Π =3.14 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 25
  • 26. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Keterangan : N (jumlah perpotongan garis lingkaran dengan batas butir) D (diameter lingkaran) M (perbesaran gambar) Adapun beberapa langkah yang dipergunakan dalam metode ini akan dijabarkan sebagai berikut : • Menghitung keliling lingkaran sebenarnya Kll= Kll= Kll=1.57 mm • Menghitung harga PL atau NL PL = PL = Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 26
  • 27. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test PL = 56.6878 mm -1 • Menentukan nilai L3 L3= L3= L3= 0.01764 • Menentukan nilain grain size (G) G= { -6.6457 (log10 L3) – 3.298} G= { -6.6457 (log10 0.01764) – 3.298} G= { -6.6457 (-1.75349) – 3.298} G= 8.3551 Sehingga dapat dibulatkan bahwa besar ASTM grain size untuk baja AISI 4140 adalah 8. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 27
  • 28. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Gambar IV.1.2.2 Struktuk Mikro AISI 1045 perbesaran 100x Dengan metode Heyn Intercept dapat ditentukan nilai ASTM grain size dari material yang diuji. Setelah membentuk lingkarang dengan diameter 50 mm pada baja austenite dengan perbesaran (M) 100 X diperoleh data sebagai berikut. N =64 D =50 mm M =100 Π =3.14 Keterangan: N (jumlah perpotongan garis lingkaran dengan batas butir) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 28
  • 29. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test D (diameter lingkaran) M (perbesaran gambar) Adapun beberapa langkah yang dipergunakan dalam metode ini akan dijabarkan sebagai berikut. • Menghitung keliling lingkaran sebenarnya Kll= Kll= Kll=1.57 mm • Menghitung harga PL atau NL PL = PL = PL = 40.76433 mm -1 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 29
  • 30. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test • Menentukan nilai L3 L3= L3= L3= 0.02453 • Menentukan nilain grain size (G) G= { -6.6457 (log10 L3) – 3.298} G= { -6.6457 (log10 0.02453) – 3.298} G= { -6.6457 (-1.61028) – 3.298} G= 7.4034 Sehingga dapat dibulatkan bahwa besar ASTM grain size untuk baja AISI 1045 adalah 7. IV.1.3 Point Counting Spesimen AISI 4140 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 30
  • 31. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gambar IV.1.3.1 struktur mikro AISI 4140 perbesaran 100X Dari gambar yang sudah dimesh menjadi beberapa 9 bagian besar dan tiap bagiannya telah dibreak down menjadi 100 bagian, dapat diperoleh rata-rata kisaran komposisinya tiap bagian besar. Dan hasil perkiraan rata-rata dari tiap bagian kecil dijabarkan sebagai berikut. Komposisi baja Pearlite (ρ Pearlite = 7.78 gr/cm3 dan % karbon < 0.8%) 1. 60% 2. 45% 3. 65% 4. 55% Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 31
  • 32. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 5. 40% 6. 40% 7. 45% 8. 60% 9. 50% (ρ ferrite = 7.86 gr/cm3 dan % karbon = 0.008%) Ferrite 1. 40% 2. 55% 3. 35% 4. 45% 5. 60% 6. 60% 7. 55% 8. 40% 9. 50% Perhitungan Setelah melakukan penjabaran tiap bagian besarnya, dapat dicari rata rata dari keseluruhan gambar sehingga nantinya diperoleh berapa kadar karbonnya yang menyusun spesimen tersebut. Pearlite Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 32
  • 33. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Ṗ rata-rata = Ṗ rata-rata = 51.1111% Ferrite Ḟ rata-rata = Ḟ rata-rata = 48.8889% Ḟ Ṗ 0.008 X X= %C 0.8 %Ṗ = %Ḟ = 0.511 = 0.488 = X = 0.41279 X = 0.41279 Jadi dari perhitungan dengan poit counting diperoleh kadar karbon untuk baja AISI 4140 adalah 0.41279 % C. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 33
  • 34. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Spesimen AISI 1045 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Gambar IV.1.3.2 Strukturmikro AISI 1045 perbesaran 100X Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 34
  • 35. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Dari gambar yang sudah dimesh menjadi beberapa 9 bagian besar dan tiap bagiannya telah dibreak down menjadi 100 bagian, dapat diperoleh rata-rata kisaran komposisinya tiap bagian besar. Dan hasil perkiraan rata-rata dari tiap bagian kecil dijabarkan sebagai berikut. Komposisi baja Pearlite (ρ Pearlite = 7.78 gr/cm3 dan % karbon < 0.8%) 1. 55% 2. 50% 3. 55% 4. 50% 5. 55% 6. 60% 7. 55% 8. 45% 9. 50% Ferrite (ρ ferrite = 7.86 gr/cm3 dan % karbon = 0.008%) 1. 45% 2. 50% 3. 45% 4. 50% 5. 45% Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 35
  • 36. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 6. 40% 7. 45% 8. 55% 9. 50% Perhitungan Setelah melakukan penjabaran tiap bagian besarnya, dapat dicari rata rata dari keseluruhan gambar sehingga nantinya diperoleh berapa kadar karbonnya yang menyusun spesimen tersebut. Pearlite Ṗ rata-rata = Ṗ rata-rata = 52.777% Ferrite Ḟ rata-rata = Ḟ rata-rata = 47.223% Ḟ 0.008 Ṗ X Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS X= %C 0.8 Page 36
  • 37. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test %Ṗ = %Ḟ = 0.527 = 0.473 = X = 0.42538 X = 0.42538 Jadi dari perhitungan dengan poit counting diperoleh kadar karbon untuk baja AISI 1045 adalah 0.42538 % C. IV.1.4 Metode Grossman dan Field Dari data yang telah disampaikan yakni nilai dari kandungan kadar carbon yang terdapat pada spesimen melalui metode Point Counting dan besar ASTM grain size yang diperoleh dengan metode Heyn Intercept, dapat diperoleh perhitungan nilai Ideal Critical Diameter ( DI) yang menyampaikan diameter batang yang apabila didinginkan dengan laju pendinginan tak terhingga akan menghasilkan tepat 50 % martensit pada intinya. Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan dalam mencari besaran nilai dari Ideal Critical Diameter (DI). Cara yang lebih sering dijumpai dan digunakan ialah dengan metode Pengujian Hardenabillity Grossman dan metode Pengujian Hardenabillity Field. Pada metode grossman terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan untuk memperoleh besar nilai Ideal Critical diameter, namun secara garis besar diketahui bahwa hal mendasar pada penelusuran besar nilai diameter kritisnya adalah penggunaan tabel pengali untuk pengaruh masing-masing unsur paduan yang ada pada baja (spesimen) dan juga faktor pengali berupa nilai Ideal diameter akibat dari kadar karbon. Adapun langkah-langkahnya akan dijelaskan sebagai berikut. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 37
  • 38. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Spesimen AISI 4140 • Penelusuran data-data awal  Kadar karbon (% C), dalam laporan ini mempergunakan nilai kadar karbon yang diperoleh dengan metode Point Counting yang telah dijabarkan pada analisa data awal. Dan besar kadar karbon nya adalah 0.41279 % C  Ukuran butir yang diperoleh pada pengujian ini ditampilkan pada analisa data sebelumnya tentang ASTM Grain Size Number dengan metode Heyn Intercept, dan diperoleh besarnya ASTM grain sizenya adalah 8.  Nilai kadar dari unsur paduan diambil dari beberapa referensi. Namun dikarenakan sumber referensi yang digunakan menampilkan bahwa kadar unsur paduan dar baja AISI 4140 tidaklah semua unsurnya dipakemkan pada satu nilai tetapi berupa range atau kisaran seperti gambar berikut. Gambar IV.1.4.1 Chemical Composition AISI 4140 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 38
  • 39. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test (sumber:http://www.efunda.com/materials/alloys/alloy_steels/show_alloy.cf m?id=aisi_4140&prop=all&page_title=aisi%204140) Maka dari itu dipergunakan nilai dari range tersebut seperti: Mn = 0.875 % Si = 0.225% Cr = 0.95 % Mo • = 0.20 % Menentukan besar Ideal diameter Dengan menggunakan hubungan nilai kadar karbon dan ukuran ASTM grain size dari spesimen AISI 4140 yang kemudian memanfaatkan bantuan grafik. Gambar IV.1.4.2 Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari baja karbon Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 39
  • 40. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6. 2001.ITS.Surabaya) Dari grafik tersebut dapat diperoleh besar ideal diameternya yakni 0.198 • Menentukan nilai faktor pengali Nilai faktor pengali dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan grafik ini. Gambar IV.1.4.3 Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari baja karbon Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 40
  • 41. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:98, gambar:4.7. 2001.ITS.Surabaya) Maka diperoleh hasil sebagai berikut Mn = 3.9 Si = 1.15 Cr = 3.1 Mo • = 1.6 Menentukan besar Ideal Critical Diameter (DI) Langkah terakhir ini dilakukan dengan melakukan perkalian ideal diameter dengan faktor pengali unsur paduan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut. Ideal Critical Diameter (DI) = 0.198X 3.9X1.15 X3.1 X1.6 = 4.4046 mm Spesimen AISI 1045 • Penelusuran data-data awal  Kadar karbon (% C), dalam laporan ini mempergunakan nilai kadar karbon yang diperoleh dengan metode Point Counting yang telah dijabarkan pada analisa data awal. Dan besar kadar karbon nya adalah 0.41279 % C  Ukuran butir yang diperoleh pada pengujian ini ditampilkan pada analisa data sebelumnya tentang ASTM Grain Size Number Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 41
  • 42. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test dengan metode Heyn Intercept, dan diperoleh besarnya ASTM grain sizenya adalah 7. Nilai kadar dari unsur paduan diambil dari beberapa  referensi. Namun dikarenakan sumber referensi yang digunakan menampilkan bahwa kadar unsur paduan dar baja AISI 1045 tidaklah semua unsurnya dipakemkan pada satu nilai tetapi berupa range atau kisaran seperti gambar berikut. Gambar Chemical Composition AISI 1045 (sumber: http://www.metalravne.com/selector/steels/ck45.html) Maka dari itu dipergunakan nilai dari range tersebut seperti: Mn Si = 0.225% Cr = 0.30 % Mo = 0.10 % Ni • = 0.65 % = 0.20 % Menentukan besar Ideal diameter Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 42
  • 43. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Dengan menggunakan hubungan nilai kadar karbon dan ukuran ASTM grain size dari spesimen AISI 1045 yang kemudian memanfaatkan bantuan grafik. Gambar IV.1.4.4 Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari baja karbon (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6. 2001.ITS.Surabaya) Dari grafik tersebut dapat diperoleh besar ideal diameternya yakni 0.23 • Menentukan nilai faktor pengali Nilai faktor pengali dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan grafik ini. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 43
  • 44. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Gambar IV.1.4.5 Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari baja karbon (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:98, gambar:4.7. 2001.ITS.Surabaya) Maka diperoleh hasil sebagai berikut Mn Si = 1.15 Cr = 1.7 Mo = 1.3 Ni • = 3.6 = 1.1 Menentukan besar Ideal Critical Diameter (DI) Langkah terakhir ini dilakukan dengan melakukan perkalian ideal diameter dengan faktor pengali unsur paduan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut. Ideal Critical Diameter (DI) = 0.23X 3.6X1.15X1.7X1.3X1.1 = 2.3147 mm Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 44
  • 45. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Setelah diperolehnya nilai ideal critical diameter langkah selanjutnya yang bisa dikerjakan adalah pencarian nilai kekerasan spesimen secara teoritis. Dan salah satu metode yang digunakan adalah metode FIELD. Langkahlangkah dalam pencarian nilai kekerasan hasil Jominy test secara teoritis akan dijabarkan sebagai berikut. Spesimen AISI 4140 • Penentuan nilai kekerasan dari kadar karbon. Nilai kekerasan pada awal titik yang dikenai air pada saat pengujian Jominy dapat diperoleh dengan mengacu pada grafik berikut. Gambar IV.1.4.6 Hubungan antara kadar karbon dengan kekerasan awal (IH) (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.16. 2001.ITS.Surabaya) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 45
  • 46. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Sehingga diperoleh nilai kekerasan awal (IH) untuk spesimen ini adalah 56 HRC. • Penentuan nilai kekerasan pada titik selanjutnya. Nilai kekerasan awal bisa diperoleh dengan membagi IH dengan faktor pembagi yang bisa dicari dengan menghubungkan besar ideal diameter dari metode grossman dengan garis jarak yang ditampilakn pada grafik berikut. Gambar IV.1.4.7 Hubungan antara diameter kritis ideal dengan faktor pembagi (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.17. 2001.ITS.Surabaya) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 46
  • 47. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Sehingga hasil akhirnya bisa diplot dalam bentuk tabel dan grafik Tabel IV.1.4.1 Hasil kekerasan secara teoritis (field) spesimen AISI 4140 Posisi (1/16”) IH/DH Kekerasan Rc 1 1 56 4 1 56 8 1.15 48.69 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 47
  • 48. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 12 1.3 43.08 16 1.45 38.62 20 1.55 36.13 24 1.6 35 28 1.7 32.94 32 1.8 31.11 Dari tabel tersebut kemudian diplot pada salib sumbu Kekerasan-Jarak Jominy sehingga menghasilkan kurva Jominy untuk baja AISI 4140 Grafik IV.1.4.1 Hasil kekerasan secara teoritis (field) spesimen AISI 4140 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 48
  • 49. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Spesimen AISI 1045 • Penentuan nilai kekerasan dari kadar karbon. Nilai kekerasan pada awal titik yang dikenai air pada saat pengujian Jominy dapat diperoleh dengan mengacu pada grafik berikut. Gambar IV.1.4.8 Hubungan antara kadar karbon dengan kekerasan awal (IH) (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.16. 2001.ITS.Surabaya) Sehingga diperoleh nilai kekerasan awal (IH) untuk spesimen ini adalah 58 HRC. • Penentuan nilai kekerasan pada titik selanjutnya. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 49
  • 50. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Nilai kekerasan awal bisa diperoleh dengan membagi IH dengan faktor pembagi yang bisa dicari dengan menghubungkan besar ideal diameter dari metode grossman dengan garis jarak yang ditampilakn pada grafik berikut. Gambar IV.1.9 Hubungan antara diameter kritis ideal dengan faktor pembagi (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.17. 2001.ITS.Surabaya) Sehingga hasil akhirnya bisa diplot dalam bentuk tabel dan grafik Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 50
  • 51. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Tabel IV.1.4.2 Hasil kekerasan secara teoritis (field) spesimen AISI 1045 Posisi (1/16”) IH/DH Kekerasan Rc 1 1 58 4 1.2 48.33 8 1.6 36.25 12 1.95 29.74 16 2.25 25.77 20 2.5 23.2 24 2.6 22.31 28 2.7 21.48 32 2.8 20.71 Dari tabel tersebut kemudian diplot pada salib sumbu Kekerasan-Jarak Jominy sehingga menghasilkan kurva Jominy untuk baja AISI 1045 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 51
  • 52. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Grafik IV.1.4.2 Hasil kekerasan secara teoritis (field) spesimen AISI 1045 IV.1.5 Membandingkan kurva jominy hasil percobaan dengan kurva hasil metode Grossman dan Field. • Perbandingan antara kurva jominy hasil percobaan dengan kurva hasil metode Grossman dan Field baja AISI 1045 Grafik IV.1.5.1 Kurva Jominy Hasil Percobaan Baja AISI 1045 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 52
  • 53. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Grafik IV.1.5.2 Kurva Jominy hasil metode Grossman dan Field pada Baja AISI 1045 • Perbandingan antara kurva jominy hasil percobaan dengan kurva hasil metode Grossman dan Field baja AISI 4140 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 53
  • 54. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Grafik IV.1.5.3 Kurva Jominy Hasil Percobaan Baja AISI 4140 Grafik IV.1.5.4 Kurva Jominy hasil metode Grossman dan Field pada Baja AISI 4140 Pada grafik tersebut, dapat dilihat bahwa kurva jominy hasil percobaan dengan kurva jominy hasil plot data perhitungan metode Grossman dan Field baja Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 54
  • 55. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test AISI 4140 dan 1045 terlihat berbeda. Perbedaan tersebut menandakan bahwa terjadi kesalahan kalibrasi pada saat melakukan praktikum sehingga saat memplot grafik terjadi perbedaan yang signifikan. IV.1.6 Perbandingan Gambar Struktur mikro Baja AISI 4140 ini dilakukan uji metalografi untuk melihat strukturmikro yang terbentuk. Dengan menggunakan etsa nital yang terdiri dari komposisi 98% alkohol dan 2% HNO3 untuk jarak 110 mm dari ujung quench dan etsa sodium metabisulfat yang terdiri dari komposisi 8 gr sodium dan 100 ml aquades, strukturmikro yang terbentuk adalah sebagai berikut : A Ferrite Pearlite Gambar Strukturmikro baja AISI 4140 jarak 90 mm dari ujung quench, fasa yang terbentuk adalah perlit dan ferrit dengan etsa nital, perbesaran 100x Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 55
  • 56. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test B Pearlite Ferrite Gambar Strukturmikro baja AISI 4140 jarak 22 mm dari ujung quench menggunakan etsa sodium metabisulfat, fasa yang terbentuk adalah bainit, perbesaran 100x Martensit Gambar Strukturmikro baja AISI 4140 jarak 5 mm dari ujung quench menggunakan etsa sodium metabisulfat, fasa yang terbentuk adalah martensit, perbesaran 100x Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 56
  • 57. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Selanjutnya dilakukan uji metalografi untuk baja AISI 1045, Ferrite Pearlite Gambar Strukturmikro baja AISI 1045 jarak 90 mm dari ujung quench, fasa yang terbentuk adalah perlit dan ferrit dengan etsa nital, perbesaran 100x Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 57
  • 58. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Ferrite Pearlite Gambar Strukturmikro baja AISI 1045 jarak 22 mm dari ujung quench menggunakan etsa sodium metabisulfat, fasa yang terbentuk adalah bainit, perbesaran 100x Martensite Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 58
  • 59. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Gambar Struktur mikro baja AISI 1045 jarak 5 mm dari ujung quench menggunakan etsa sodium metabisulfat, fasa yang terbentuk adalah martensit, perbesaran 100x IV.2 PEMBAHASAN IV.2.1 Unsur Paduan Baja AISI 1045 dan 4140 memiliki komposisi kimia yang berbeda serta unsur paduan yang berbeda dan keduanya memiliki fungsi tersendiri dalam menentukan sifat mekanik dari baja tersebut. Berikut akan ditampilkan dalam bentuk tabel masing masing komposisi kimia dari baja AISI 1045 dan AISI 4140. Chemical Composition (Average,%) AISI C Si Mn Cr Mo 4140 0,41 0,30 0,70 1,10 0,20 1045 0,48 0,30 0,70 - - Untuk baja AISI 1045, terdapat unsur karbon sebesar 0,48. Unsur paduan silikon sebesar 0,30 dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan, kemampuan Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 59
  • 60. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test diperkeras, tahan aus, ketahanan terhadap panas dan korosi. Namun kandungan silikon pada baja AISI 1045 dapat menurunkan regangan serta menurunkan kemampuan ditempa dan di las. Unsur mangan pada baja AISI 1045 sebesar 0,70 dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan, kemampuan di temper, dan tahan aus, serta dapat menurunkan machinability. Untuk baja AISI 4140, terdapat unsur karbon sebesar 0,41 yang dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan tetapi masih di bawah baja AISI 1045. Unsur paduan Silikon sebesar 0,30 yang dapat meningkatkan hardenabiliti, ketahanan terhadap panas namun dapat menurunkan regangan. Unsur Mangan sebesar 0,70 dapat meningkatkan kemampuan temper dan ketahanan terhadap aus (wear resistance), namun dapat menurunkan machinability. Unsur Chrom sebesar 1,10 dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan, ketahanan aus, hardenabiliti, tahan panas, tahan korosi dan mudah dipoles namun dapat menurunkan regangan. Unsur Molibdenum sebesar 0,20 dapat meningkatkan kekuatan tarik, ketahanan panas, fatigue limit namun dapat menurunkan regangan. IV.2.2 Hardness Pada praktikum ini, baja AISI 1045 dan 4140, dengan melakukan proses pengukuran jominy dengan cara menyemprotkan langsung dengan menggunakan air ke ujung baja dalam keadaan temperatur tinggi. Kemudian ditunggu sekitar 50 menit sampai temperatur pada baja turun (temperatur kamar yaitu 250C). Kemudian kedua baja tersebut dilakukan pengujian hardness menggunakan Rockwell C. Pengujian dilakukan dari ujung baja yang terkena semprotan air sampai ujung bagian atas. Dari percobaan ini dapat dibuktikan dengan pengujian hardness bahwa, ujung bagian AISI 1045 sampai ujung atas memiliki nilai kekerasan sebesar 57 HRC ( jarak 1/16’’), 56,8 HRC ( 2/16’’), 55,1 (3/16’’), 42,7 (4/16’’), 33 (5/16’’), 31 (6/16’’), 30 (7/16’’), 30 (8/16’’), 29 (9/16’’), 27 (10/16’’), 27 (11/16’’), 26 (12/16’’), 22 (13/16’’), 18 (14/16’’), 15 (15/16’’) sedangkan baja AISI 4140 memiliki nilai kekerasan sebesar 56,5 (1/16’’), 56 (2/16’’), 39,3(3/16’’), 37,3(4/16’’), 36(5/16’’), 32,3 (6/16’’), 30,7 (7/16’’), 26,3 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 60
  • 61. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test (8/16), 26,16 (9/16’’), 26,16(10/16’’), 24,5 (11/16’’), 24,5 (12/16’’), 24 (13/16’’), 23,16 (14/16’’), 22,83(15/16’’). Dapat dibandingkan dari hasil praktikum yang kami lakukan, dapat dilihat bahwa kekerasan pada kedua baja memiliki nilai kekerasan dan kecepatan perubahan temperatur baja sangat berbeda disebabkan karena kedua baja memiliki kadar unsur yang berbeda, seperti baja AISI 1045 tidak terdapat unsur Cr dan Mo, yang menyebabkan kekerasannya lebih rendah dibandingkan baja AISI 4140. IV.2.3 Struktur Mikro Struktur mikro merupakan struktur terkecil yang terdapat dalam suatu bahan yang keberadaannya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus menggunakan alat pengamat struktur mikro misalnya mikroskop optik. Struktur mikro juga mempengaruhi sifat mekanik seperti kekuatan, ketangguhan, keuletan, kekerasan, ketahanan korosi, ketahanan aus dan lain-lain. Untuk dapat melihat struktur mikro terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan / preparasi sampel, yaitu memotong spesimen yang memiliki dimensi kira-kira 10 x 10 x 10 mm. Kemudian membuat pegangan atau biasa disebut dengan mounting agar spesimen mudah untuk dipegang. Kemudian melakukan proses grinding dengan menggunakan kertas amplas grade 180 – 2000 yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan spesimen yang akan dilihat struktur mikronya. Setelah itu dilakukan pemolesan (polishing) menggunakan metal polish yang bertujuan untuk menghilangkan goresan pada permukaan. Kemudian dilakukan etching dengan menggunakan larutan yang sudah ditetapkan yaitu sodium metabisulfat dan nital. Setelah itu mengamati spesimen tersebut dengan mikroskop optik agar dapat melihat struktur mikro pada baja tersebut. Analisa gambar struktur miko : a. Jarak 110 mm dekat dengan dengan quenching adalah tampak bahwa struktur mikro yang dihasilkan adalah perlit dan ferrit tanpa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 61
  • 62. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test martensit karena berada pada posisi yang jauh dari bidang quench sehingga tidak muncul martensitnya. b. Jarak 90 mm dekat dengan quenching adalah tampak bahwa struktur mikro yang dihasilkan adalah perlit dan ferrit tanpa martensit karena berada pada posisi yang jauh dari bidang quench sehingga tidak muncul martensitnya. c. Jarak 12 mm dari ujung quench adalah tampak bahwa struktur mikro yang dhasilkan adalah perlit, ferrit, dan martensit yang lebih banyak. Martensit ini lebih banyak dari pada jarak 22 mm dari ujung quench karena telah mengalami pemanasan dan diberi perlakuan quenching dengan kecepatan lebih cepat. d. Jarak 22 mm dari ujung quench adalah tampak bahwa struktur mikro yang dihasilkan adalah perlit, ferrit, dan sedikit bainit. Bainit timbul karena baja telah dipanaskan dengan temperatur 900oC kemudian diberi perlakuan quenching (media pendingin air) dengan mesin jominy test dengan kecepatan medium. IV.2.4 Pengaruh Kadar Karbon Kadar karbon dapat mempengaruhi austenit, dimana austenit diperlakukan panas kemudian dilakukan pendinginan secara cepat. Sehingga mengalami pembentukkan struktur martensit. Kadar karbon akan berpengaruh pada pembentukan martensit tepatnya pada tingkat kekerasan dari martensit. Ini dikarenakan unsur carbon lah yang nantinya bergerak sebagai penguat pada struktur body center tetragonal. Pada pendinginan cepat tidak cukup waktu bagi karbon untuk berdifusi keluar dari larutan padat austenite, sehingga transformasi terjadi dengan pergeseran atom-atom dari kubus pemusatan sisi, Face Centered Cubic, FCC, menjadi tetragonal pemusatan ruang yang lewat jenuh, Body Centered Tetragonal BCT. Transormasi geser atom ini menyebabkan kisi kristal mengalami distorsi. Dua dimensi dari unit cel BCT mempunyai ukuran sama, sedangkan dimensi yang ketiga lebih besar. Selain itu makin banyak kadar karbon Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 62
  • 63. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test akan menyebabkan kurva CCT berherak ke kiri dan mampu juga menurunkan temperatur start transformasi ke martensite. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 63
  • 64. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test BAB V KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari percobaan baja AISI 1045 dan AISI 4140 dengan menggunakan pengukuran uji hardenability yaitu Grossman dan Jominy, sebagai berikut: • Uji hardness 1. Baja AISI 4140 memiliki kekerasan pada ujung semprotan air sebesar 56,5 HRC. 2.Baja AISI 1045 memiliki kekerasan pada ujung semprotan air sebesar 57 HRC. • Metode Heyn Intercept 1.Spesimen AISI 4140 dapat dilihat dari strukturmikro perbesaran 100x memiliki ASTM grain size untuk baja AISI 4140 adalah 8. 2.Spesimen AISI 1045 dapat dilihat dari strukturmikro perbesaran 100x memiliki ASTM grain size untuk baja AISI 1045 adalah 7. • Metode Point Counting 1.Spesimen AISI 4140 perbesaran 100x memiliki kadar; o Pearlite : 51,11% o Ferrite : 48,89 % o Karbon : 0,41279% Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 64
  • 65. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 2.Spesimen AISI 1045 perbesaran 100x memiliki kadar; o Pearlite o Ferrite : 47,223% o Karbon • : 52,77% : 0,42538% Metode Grossman dan Field 1.Spesimen AISI 4140 memiliki; o Ideal diameter : 0,198mm o Ideal critical diameter : 4,4046 mm 2.Spesimen AISI 1045 memiliki; o Ideal diameter : 0,23 mm o Ideal critical diameter : 2,3147 mm Perbandinngan Strukturmikro o Strukturmikro AISI 4140 a. Jarak 90 mm dengan menggunakan larutan nital sebagai etsa. Sehingga didapatkan fase ferrite dan pearlite. b. Jarak 22 mm dengan menggunakan larutan sodium metabisulfat sebagai etsa. Sehingga didapatkan fase bainit. c. Jarak 5 mm dengan menggunakan larutan sodium metabisulfat sebagai etsa. Sehingga didapatkan fase martensit.. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 65
  • 66. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test o Strukturmikro AISI 1045 a. Jarak 90mm dengan menggunakan larutan nital sebagai etsa. Sehingga didapatkan fase pearlit dan ferrit. b. Jarak 22 mm dengan menggunakan larutan sodium metabisulfat. Sehingga didapatkan fase bainit. c. Jarak 5 mm dengan menggunakan larutan sodium metabisulfat sehingga didapatkan fase mertensit. LAMPIRAN TUGAS PENDAHULUAN MODUL HARDENABILITI 1. Apa yang anda ketahui tentang Hardenabiliti? Jawab : Hardenabiliti adalah kemampuan baja untuk dapat dikeraskan dengan membentuk martensit. Hardenabiliti menggambarkan dalamnya pengerasan yang diperoleh dengan pengerasan, biasanya dinyatakan Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 66
  • 67. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test dengan jarak suatu titik di bawah permukaan dimana strukturnya terdiri dari 50% martensit (dianggap bahwa pengerasan terjadi bila terjadi martensit sebanayak 50%). Suatu baja dikatakan mempunyai hardenabiliti tinggi bila baja itu memperlihatkan tebal pengerasan (depth of hardening) yang besar atau dapat mengeras pada seluruh penampang dari suatu benda yang cukup besar. Hardenabiliti pada dasarnya tergantung pada diagram transformasi, karena itu ia akan tergantung pada dua faktor utama yaitu komposisi kimia (kadar karbon dan unsur paduan) austenit dan ukuran butir (grain size) austenit. Untuk mengukur hardenabiliti suatu baja ada dua cara yaitu dengan Grossman dan dengan cara Jominy. Pengujian hardenabiliti dengan cara Grossman ini baja yang akan diuji dibuat menjadi sejumlah spesimen berbentuk batang silindrik dari berbagai diameter. Lalu kemudian dikeraskan dengan suatu media pendingin tertentu. Pengujian hardenabiliti dengan cara Jominy disebut juga end quench hardenability test karena pada pengujian ini digunakan spesimen berbentu batang silindrik berdiameter 1 ” (25 mm) panjang 4 ” (100 mm) yang didinginkan pada salah satu ujungnya. Untuk test ini digunakan alat dengan lubang tempat spesimen pada puncaknya. Tepat di bawah spesimen terdapat nozzle berdiameter 1” (12,5 mm) untuk menyemprotkan air pendingin dengan tinggi pancaran bebas 2,5” (65 mm). Antara spesimen dengan nozzle dipasang plat penghalang yang dapat dibuka dengan cepat sesaat setelah spesimen diletakkan pada lubang pemegangnya. 2. Sebutkan beberapa faktor utama yang mempengaruhi hardenabiliti, Jelaskan ! Jawab : Hardenabiliti pada dasarnya tergantung pada diagram transformasi, karena itu ia akan tergantung pada dua faktor utama yaitu komposisi Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 67
  • 68. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test kimia (kadar karbon dan unsur paduan) austenit dan ukuran butir (grain size) austenit. Komposisi kimia didalam baja sangat mempengaruhi dari kekerasan baja tersebut. Kekerasan maksimum yang dapat dicapai setelah proses pengerasan banyak tergantung pada kadar karbon, makin tinggi kadar karbon, makin tinggi kadar karbonnya makin tinggi kekerasan maksimum yang dapat dicapai. Kekerasan maksimum akan terjadi bila dapat diperoleh struktur yang seluruhnya martensit. Struktur sebelum dikeraskan dapat berupa perlit, dimana kekerasan baja masih rendah. Pada baja dengan kadar karbon sangat rendah kekerasan maksimum yang dapat dicapai setelah pengerasan tidak begitu tinggi dan kenaikan kekerasan setelah pengerasan tidak begitu banyak, karenanya pengerasan biasanya dilakukan terhadap baja dengan kadar karbon yang memadai, tidak kurang dari 0,30% C (untuk baja karbon), dalam hal ini menggunakan baja AISI 1045 dan AISI 4140. Chemical Composition (Average,%) AISI C Si Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Mn Cr Mo Page 68
  • 69. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 4140 0,41 0,30 0,70 1,10 0,20 1045 0,48 0,30 0,70 - - Pada baja dengan kadar karbon yang tinggi, kenaikan kekerasan ini mulai menurun, bahkan kekerasan setelah pengerasanpun menurun. Hal ini dapat terjadi karena dengan kadar karbon ( dalam austenit) yang makin tinggi, akan menyebabkan austenit sisa makin banyak, sehingga akan dapat mengurangi kenaikan kekerasan. Faktor kedua yang mempengaruhi hardenabiliti adalah ukuran grain size austenite. Pengaruh ukuran butir austenit terhadap hardenability diantaranya adalah: • Semakin banyak batas butir austenit semakin mudah untuk pearlit untuk terbentuk dibandingkan martensit . • Lebih kecil ukuran butir austenit, semakin rendah hardenability bahan • Semakin banyak batas butir austenit semakin mudah untuk pearlit untuk terbentuk dibandingkan martensit • Lebih kecil ukuran butir austenit, semakin rendah hardenability bahan • Semakin besar ukuran butir austenit, semakin besar hardenability 3. Bagaimana cara mengukur Hardenabiliti ? Jelaskan ! Jawab : Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 69
  • 70. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Untuk mengukur hardenabiliti suatu baja ada dua cara yaitu dengan Grossman dan dengan cara Jominy. Pengujian hardenabiliti dengan cara Grossman ini baja yang akan diuji dibuat menjadi sejumlah spesimen berbentuk batang silindrik dari berbagai diameter. Lalu kemudian dikeraskan dengan suatu media pendingin tertentu. Pengujian hardenabiliti dengan cara Jominy disebut juga end quench hardenability test karena pada pengujian ini digunakan spesimen berbentu batang silindrik berdiameter 1 ” (25 mm) panjang 4 ” (100 mm) yang didinginkan pada salah satu ujungnya. Untuk test ini digunakan alat dengan lubang tempat spesimen pada puncaknya. Tepat di bawah spesimen terdapat nozzle berdiameter 1” (12,5 mm) untuk menyemprotkan air pendingin dengan tinggi pancaran bebas 2,5” (65 mm). Antara spesimen dengan nozzle dipasang plat penghalang yang dapat dibuka dengan cepat sesaat setelah spesimen diletakkan pada lubang pemegangnya. 4. Gambar dan jelaskan metode pengujian hardenabiliti Jominy beserta kurva jominy ! Jawab : Pengujian hardenabiliti dengan cara Jominy disebut juga end quench hardenability test karena pada pengujian ini digunakan spesimen berbentu batang silindrik berdiameter 1” (25 mm) panjang 4” (100 mm) yang didinginkan pada salah satu ujungnya. Untuk test ini digunakan alat dengan lubang tempat spesimen pada puncaknya. Tepat di bawah spesimen terdapat nozzle berdiameter 1” (12,5 mm) untuk menyemprotkan air pendingin dengan tinggi pancaran bebas 2,5” (65 mm). Antara spesimen Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS dengan nozzle dipasang plat Page 70
  • 71. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test penghalang yang dapat dibuka dengan cepat sesaat setelah spesimen diletakkan pada lubang pemegangnya. 5. Jelaskan metode perhitungan diameter kritis ideal dari Grossman dan perhitungan berdasarkan komposisi kimia dari Field? Sebagai contoh perhitungan silahkan analisa untuk baja AISI 1045 dan AISI 4140? Spesimen AISI 4140 • Penelusuran data-data awal  Kadar karbon (% C), dalam laporan ini mempergunakan nilai kadar karbon yang diperoleh dengan metode Point Counting yang telah dijabarkan pada analisa data awal. Dan besar kadar karbon nya adalah 0.41279 % C  Ukuran butir yang diperoleh pada pengujian ini ditampilkan pada analisa data sebelumnya tentang ASTM Grain Size Number dengan metode Heyn Intercept, dan diperoleh besarnya ASTM grain sizenya adalah 8. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 71
  • 72. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test  Nilai kadar dari unsur paduan diambil dari beberapa referensi. Namun dikarenakan sumber referensi yang digunakan menampilkan bahwa kadar unsur paduan dar baja AISI 4140 tidaklah semua unsurnya dipakemkan pada satu nilai tetapi berupa range atau kisaran seperti gambar berikut. Gambar Chemical Composition AISI 4140 (sumber:http://www.efunda.com/materials/alloys/alloy_steels/s how_alloy.cfm?id=aisi_4140&prop=all&page_title=aisi%204140) Maka dari itu dipergunakan nilai dari range tersebut seperti: Mn Si = 0.225% Cr = 0.95 % Mo • = 0.875 % = 0.20 % Menentukan besar Ideal diameter dengan menggunakan hubungan nilai kadar karbon dan ukuran ASTM grain size dari spesimen AISI 4140 yang kemudian memanfaatkan bantuan grafik. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 72
  • 73. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari baja karbon (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6. 2001.ITS.Surabaya) Dari grafik tersebut dapat diperoleh besar ideal diameternya yakni 0.198 • Menentukan nilai faktor pengali Nilai faktor pengali dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan grafik ini. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 73
  • 74. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari baja karbon (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:98, gambar:4.7. 2001.ITS.Surabaya) Maka diperoleh hasil sebagai berikut Mn Si = 1.15 Cr = 3.1 Mo • = 3.9 = 1.6 Menentukan besar Ideal Critical Diameter (DI) Langkah terakhir ini dilakukan dengan melakukan perkalian ideal diameter dengan faktor pengali unsur paduan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut. Ideal Critical Diameter (DI) = 0.198X 3.9X1.15 X3.1 X1.6 = 4.4046 mm Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 74
  • 75. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Spesimen AISI 1045 • Penelusuran data-data awal Kadar karbon (% C), dalam laporan ini mempergunakan  nilai kadar karbon yang diperoleh dengan metode Point Counting yang telah dijabarkan pada analisa data awal. Dan besar kadar karbon nya adalah 0.41279 % C Ukuran butir yang diperoleh pada pengujian ini ditampilkan  pada analisa data sebelumnya tentang ASTM Grain Size Number dengan metode Heyn Intercept, dan diperoleh besarnya ASTM grain sizenya adalah 8. Nilai kadar dari unsur paduan diambil dari beberapa  referensi. Namun dikarenakan sumber referensi yang digunakan menampilkan bahwa kadar unsur paduan dar baja AISI 1045 tidaklah semua unsurnya dipakemkan pada satu nilai tetapi berupa range atau kisaran seperti gambar berikut. Gambar Chemical Composition AISI 1045 (sumber: http://www.metalravne.com/selector/steels/ck45.html) Maka dari itu dipergunakan nilai dari range tersebut seperti: Mn = 0.65 % Si = 0.225% Cr = 0.30 % Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 75
  • 76. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Mo Ni • = 0.10 % = 0.20 % Menentukan besar Ideal diameter dengan menggunakan hubungan nilai kadar karbon dan ukuran ASTM grain size dari spesimen AISI 1045 yang kemudian memanfaatkan bantuan grafik. Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari baja karbon (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6. 2001.ITS.Surabaya) Dari grafik tersebut dapat diperoleh besar ideal diameternya yakni 0.23 • Menentukan nilai faktor pengali Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 76
  • 77. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Nilai faktor pengali dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan grafik ini. Gambar Hubungan antara Di, kadar karbon dan ukuran butir austenit dari baja karbon (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:98, gambar:4.7. 2001.ITS.Surabaya) Maka diperoleh hasil sebagai berikut Mn Si = 1.15 Cr = 1.7 Mo = 1.3 Ni • = 3.6 = 1.1 Menentukan besar Ideal Critical Diameter (DI) Langkah terakhir ini dilakukan dengan melakukan perkalian ideal diameter dengan faktor pengali unsur paduan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 77
  • 78. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Ideal Critical Diameter (DI) = 0.23X 3.6X1.15X1.7X1.3X1.1 = 2.3147 mm Setelah diperolehnya nilai ideal critical diameter langkah selanjutnya yang bisa dikerjakan adalah pencarian nilai kekerasan spesimen secara teoritis. Dan salah satu metode yang digunakan adalah metode FIELD. Langkahlangkah dalam pencarian nilai kekerasan hasil Jominy test secara teoritis akan dijabarkan sebagai berikut. Spesiemen AISI 4140 • Penentuan nilai kekerasan dari kadar karbon. Nilai kekerasan pada awal titik yang dikenai air pada saat pengujian Jominy dapat diperoleh dengan mengacu pada grafik berikut. Gambar Hubungan antara kadar karbon dengan kekerasan awal (IH) (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.16. 2001.ITS.Surabaya) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 78
  • 79. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Sehingga diperoleh nilai kekerasan awal (IH) untuk spesimen ini adalah 56 HRC. • Penentuan nilai kekerasan pada titik selanjutnya. Nilai kekerasan awal bisa diperoleh dengan membagi IH dengan faktor pembagi yang bisa dicari dengan menghubungkan besar ideal diameter dari metode grossman dengan garis jarak yang ditampilakn pada grafik berikut. Gambar Hubungan antara diameter kritis ideal dengan faktor pembagi (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.17. 2001.ITS.Surabaya) Sehingga hasil akhirnya bisa diplot dalam bentuk tabel dan grafik Posisi (1/16”) IH/DH Kekerasan Rc 1 1 56 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 79
  • 80. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test 4 1 56 8 1.15 48.69 12 1.3 43.08 16 1.45 38.62 20 1.55 36.13 24 1.6 35 28 1.7 32.94 32 1.8 31.11 Spesiemen AISI 1045 • Penentuan nilai kekerasan dari kadar karbon. Nilai kekerasan pada awal titik yang dikenai air pada saat pengujian Jominy dapat diperoleh dengan mengacu pada grafik berikut. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 80
  • 81. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Gambar Hubungan antara kadar karbon dengan kekerasan awal (IH) (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.16. 2001.ITS.Surabaya) Sehingga diperoleh nilai kekerasan awal (IH) untuk spesimen ini adalah 58 HRC. • Penentuan nilai kekerasan pada titik selanjutnya. Nilai kekerasan awal bisa diperoleh dengan membagi IH dengan faktor pembagi yang bisa dicari dengan menghubungkan besar ideal diameter dari metode grossman dengan garis jarak yang ditampilakn pada grafik berikut. Gambar Hubungan antara diameter kritis ideal dengan faktor pembagi (sumber: Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:65, gambar:4.17. 2001.ITS.Surabaya) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 81
  • 82. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Sehingga hasil akhirnya bisa diplot dalam bentuk tabel dan grafik Posisi (1/16”) IH/DH Kekerasan Rc 1 1 58 4 1.2 48.33 8 1.6 36.25 12 1.95 29.74 16 2.25 25.77 20 2.5 23.2 24 2.6 22.31 28 2.7 21.48 32 2.8 20.71 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 82
  • 83. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Tabel ASTM A 255 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 83
  • 84. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 84
  • 85. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 85
  • 86. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 86
  • 87. Laporan Praktikum Hardenability Baja AISI 1045 Dan 4140 Dengan Metode Jominy Test DAFTAR PUSTAKA Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6. 2001.ITS.Surabaya) Suherman, Wahid. Perlakuan Panas, hal:58, gambar:4.6. 2001.ITS.Surabaya) Suherman, Wahid. Ilmu Logam 1.2003.ITS Surabaya Ariyusriati.wordpress.com/category/kuliah Digilib.unimus.ac.id/baja.pdf Sisfo.itp.ac.id/bahanajar/diagram besi-besi karbida www.metalravne.com/selector/steels/ck45.html www.efunda.com/materials/alloys/alloy_steels/show_alloy.cfm? id=aisi_4140&prop=all&page_title=aisi%204140) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Page 87