Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut menganalisis pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2013 dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara dan studi dokumen, yang menemukan beberapa tantangan pelaksanaan program tersebut antara lain keterbatasan SDM dan dana serta kurangnya partisipasi masyarakat.
1. L/O/G/O
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2013
Hotmaria (1206192834)
MINERVA NADIA PUTRI A.T, SKM, MKM.
FACUTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF INDONESIA
2. Akses sanitasi layak di wilayah perkotaan masih pada
angka 69,51 % dari target yang hendak dicapai di
2015 sebesar 76 ,82 %, sedangkan capaian akses
sanitasi layak di wilayah perdesaan sebesar 33.96 %
dari target 55.55 %.(Bappenas, 2010)
Saat ini masih ada 70 juta jiwa warga Indonesia,
masih melakukan BAB di sungai, sawah, kebun, atau
kolam yang mengakibatkan tingginya angka
kesakitan. (Riskesdas, 2010)
LATAR BELAKANG
3. Penelitian Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006,
perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah setelah buang
air besar sebesar 12%, setelah membersihkan tinja bayi dan balita
sebesar 9%, sebelum makan sebesar 14%, sebelum memberi
makan bayi sebesar 7%, dan sebelum menyiapkan makanan 6 %.
Dibandingkan dengan negara ASEAN, Indonesia menempati
urutan ke tiga tertinggi perilaku OD (Open Defecation) sebanyak
36%, yang menempati urutan pertama dan kedua adalah Kamboja
sebanyak 72% dan Laos 41%. (Unicef, 2013).
7,5% rumah tangga masih buang air besar (BAB) sembarangan
dan 71,4% keluarga yang menggunakan sarana BAB yang tidak
layak (Riskesdas, 2010)
LATAR BELAKANG
5. STBM
(Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
Suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat
untuk mengalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses
pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan
mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air
besar mereka yang masih di tempat terbuka dan sembarang
tempat. (Kepmenkes no 852 Tahun 2008)
Pendekatan yang dilakukan dalam STBM menyerang atau
menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang
kondisi lingkungannya. Melalui pendekatan ini kesadaran akan
kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman di
timbulkan
6. Pendekatan ini memberikan kesadaran bahwa
sanitasi (kebisaan BAB di sembarang tempat)
adalah masalah bersama karena dapat
berimplikasi kepada semua masyarakat
sehingga pemecahannya juga harus dilakukan
dan dipecahkan secara bersama.
7. Kabupaten LampungTengah merupakan kabupaten yang
mempunyai wilayah terbesar dan jumlah penduduk terbanyak di
Provinsi Lampung.
RUMUSAN MASALAH
LampungTengah sudah menerapkan program SanitasiTotal
Berbasis Masyarakat (STBM) sejak tahun 2012.
Sekitar 70% masyarakat Kabupaten LampungTengah sudah
menerapkan STBM, sisanya sebesar 30% belum melakukan STBM.
Sebanyak 30% masyarakat Kabupaten LampungTengah belum
memiliki sanitasi yang memadai, sebagian besar masyarakat
masih menggunakan jamban tradisional, memanfaatkan sungai
danWC cemplung.
8. Pelaksanaan Program STBM di Kabupaten LampungTengah tidak berjalan
optimal. Hal ini ditunjukkan dengan hasil monitoring terhadap perilaku
masyarakat, hanya sedikit yang mengalami perubahan positif. Data dari
tahun 2011-2013, insidens diare tidak mengalami penurunan yang signifikan
dan cenderung sama saat sebelum dilaksanakan program ini, merupakan
salah satu indikator belum maksimalnya pelaksanaan progam ini.
Implementasi program STBM sering tidak berjalan dengan baik karena untuk
melakukan kegiatan pemberdayaan cenderung membutuhkan waktu yang
cukup lama, masing-masing stakeholder memiliki kepentingan masing-
masing yang tidak jarang mengesampingkan kepentingan sektor lain,
sehingga kebijakan seringkali tidak berjalan terpadu (sejalan) dengan
kebijakan lainnya dan masih kurangnya pemahaman masyarakat akan
pentingnya kebersihan, dan masih adanya masyarakat yang BAB
sembarangan dikarenakan faktor kebiasaan.
11. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
dengan menggunakan wawancara mendalam pada
informan dan studi literatur.
Menggunakan Data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari wawancara mendalam terhadap pelaksana
program (implementor) dan kelompok sasaran program
(masyarakat), sedangkan data sekunder diperoleh dari
telaah dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan
program STBM di Kabupaten LampungTengah tahun 2013.
METODOLOGI PENDIDIKAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai
dengan bulan Mei tahun 2014, di Kabupaten
LampungTengah.
DESAIN PENELITIAN
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
12. • Kecamatan yang dipilih didapat berdasarkan
informasi dan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Tengah, yaitu tiga
kecamatan yang mempunyai hasil laporan
pelaksanaan program STBM tergolong baik,
sedang dan kurang. Kecamatan yang dipilih
adalah Kecamatan Trimurjo, Kecamatan
Seputih Agung dan Kecamatan Kalirejo.
14. Informan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang yang terdiri dari :
• Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah,
• Kepala seksi Penyehatan Lingkungan Kabupaten Lampung Tengah,
• Kepala Puskesmas Kecamatan Seputih Agung,
• Koordinator Promosi Kesehatan Kecamatan Seputih Agung,
• Koordinator Penyehatan Lingkungan (Sanitarian) Kecamatan Seputih
Agung,
• Kepala Puskesmas Kecamatan Trimurjo,
• Koordinator Penyehatan Lingkungan (Sanitarian) Kecamatan Trimurjo,
• Kepala Puskesmas Kecamatan Kalirejo,
• Koordinator Penyehatan Lingkungan Kecamatan Kalirejo,
• Ketua RT PujoAsri dan Ketua RT Purwodadi (Masyarakat Kecamatan
Trimurjo),
• Kader Kesehatan Lingkungan Gayo Sakti dan Kader Kesehatan Lingkungan
Harapan Rejo (Masyarakat Kecamatan Seputih Agung),
• Bidan Desa Kalirejo dan Ketua RT Kalidadi (Masyarakat Kecamatan Seputih
Agung
KARAKTERISTIK INFORMAN
15. LOKASI DESA STBM
DI Kab. LAMPUNG TENGAH
• Dilakukan pelatihan terhadap 100 kader dari 100 desa pada 10
kecamatan.
• Dilakukan pemicuan program STBM pada 100 desa
2012
• Dilakukan pemicuan program STBM pada 75 desa
2013
• Direncanakan 36 desa akan dilakukan pemicuan program STBM.
• Terdapat 16 kecamatan dari 28 kecamatan yang sudah
melakukan program STBM dengan melakukan pemicuan pada
masyarakat.
2014
16. • Mayoritas tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Lampung Tengah
adalah Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
• Mayoritas mata pencaharian adalah petani (sebesar 49,5%)
VARIABEL KARAKTERISTIK MASYARAKAT
Tingkat Pengetahuan Masyarakat
• Masyarakat Kabupaten Lampung Tengah sebagian besar sudah mengetahui
adanya program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, mereka sudah
mendapat penyuluhan tentang program ini, bagi masyarakat program ini
sudah lama dikarenakan sebelum program STBM, masyarakat
mendapatkan penyuluhan mengenai program PHBS (Perilaku Hidup Bersih
Sehat) dan bagi masyarakat kedua program ini relatif sama,.
• Masyarakat paham akan pentingnya perilaku hidup sehat dan dampak bagi
kesehatan apabila berperilaku buang air besar sembarangan.
Tingkat Pendidikan Masyarakat.
Tingkat PengetahuanMasyarakat.
17. • Sebagian besar masyarakat Kabupaten Lampung
Tengah sudah berperilaku cuci tangan pakai sabun
diwaktu penting sebelum makan, setelah pulang
kerja (dari sawah), dan setelah buang air besar.
Namun, masih kurangnya perilaku cuci tangan pakai
sabun pada saat memegang/ mengolah makanan
serta setelah kontak dengan hewan.
• Hasil observasi di lapangan, peneliti menemukan
adanya gentong air dan sabun yang diletakkan di
depan rumah, yang digunakan masyarakat untuk
mencuci tangan setelah pulang dari bekerja (sawah).
VARIABEL PERILAKU HYGENE
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
18. • Masyarakat Kabupaten Lampung Tengah sebagian besar
sudah mempunyai jamban sendiri, walaupun masih ada yang
menggunakan jamban cemplung, sharing dan BABS, dari
sebelum ada pemicuan tentang program STBM.
• Masyarakat yang masih menggunakan jamban cemplung,
sharing maupun BABS, dikarenakan merasa “jijik” untuk
menggunakannya.
VARIABEL PERILAKU HYGENE
Perilaku Tidak BAB Sembarangan
19. • SDM pelaksana kebijakan program STBM di Kabupaten
Lampung Tengah masih sangat kurang jumlahnya.
• Satu puskesmas hanya mempunyai satu orang petugas
penyehatan lingkungan (sanitarian), bahkan ada puskesmas
yang tidak mempunyai tenaga sanitarian, tetapi menggunakan
tenaga perawat yang berlatar belakang bukan kesehatan
lingkungan untuk memegang bidang penyehatan lingkungan
dan double job dengan menjadi tenaga administrasi .
• SDM pelaksana (sanitarian) yang hanya satu orang dan
terkadang bukan hanya memegang bidang penyehatan
lingkungan saja, menjadi bingung karena banyaknya program
penyehatan lingkungan yang dipegang, dan mana saja program
yang harus diprioritaskan
VARIABEL SUMBER DAYA SDM
JUMLAH SDM
20. VARIABEL SUMBER DAYA SDM
• Mayoritas tingkat pendidikan SDM pelaksana program STBM di
Lampung Tengah adalah S.1 Kesehatan Masyarakat dan D.3
Kesehatan Lingkungan (AKL)
• Tingkat pendidikan ini sudah sesuai untuk dapat melaksanakan
kebijakan program STBM
TINGKAT PENDIDIKAN SDM PELAKSANA
• SDM pelaksana kebijakan program STBM di Kabupaten Lampung
Tengah mempunyai kompetensi yang cukup untuk menjadi pelaksana
kebijakan program STBM.
• Kompetensi yang dibutuhkan untuk dapat menjadi pelaksana
kebijakan program STBM adalah mempunyai kewenangan formal
secara penuh untuk melaksanakan program STBM, sudah mendapat
pelatihan tentang STBM sebelumnya, berlatar belakang lingkungan
(minimal D.3 Kesehatan Lingkungan) dan mempunyai komitmen
penuh untuk melaksanakan dan menyukseskan program STBM.
TINGKAT PENGETAHUAN SDM PELAKSANA
21. Berdasarkan hasil penelitian dan telaah dokumen
didapatkan bahwa penyebaran informasi program STBM
di Kab. Lampung Tengah menggunakan spanduk, buku
pedoman, leaflet, brosur dan papan tulis saat
penyuluhan ke masyarakat (kader), yang didapat dari
Dinas Kesehatan, sedangkan penyuluhan dari kader ke
sesama masyarakat di daerahnya menggunakan papan
tulis dan secara lisan, pada saat pengajian atau
pelaksanaan posyandu.
VARIABEL SUMBER DAYA INFORMASI
22. • Pelaksanaan fungsi kewenangan di dalam implementasi kebijakan
program STBM di Kabupaten Lampung Tengah telah berjalan dengan
baik.
• Para pelaksana (implementor) program STBM diberikan kewenangan
penuh untuk melakukan pekerjaannya
• instansi tempat informan bekerja mempunyai otoritas penuh dan
resmi untuk melaksanakan kebijakan program STBM
VARIABEL SUMBER DAYA
• Dana yang tersedia untuk program STBM relatif adanya namun
cenderung tidak cukup dan tidak tersedia secara terus-menerus
• Dana yang didapat untuk pembiayaan pelaksanaan program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) berasal dari APBD dan BOK.
WEWENANG
VARIABEL SUMBER DAYA DANA
23. • Sebagian besar masyarakat Kabupaten Lampung Tengah tidak
berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan program STBM
• Monitoring evaluasi program STBM juga belum pernah
diadakan
• Tidak ada tokoh masyarakat yang berperan secara aktif yang
mengajak masyarakat untuk terus berperan dalam program
STBM ini
VARIABEL KOMITMEN MASYARAKAT
Masyarakat tidak dapat berpartisipasi (datang saat
penyuluhan atau ikut berperan aktif saat pelaksanaan
monev), dikarenakan sebagian besar profesi mereka
adalah petani.
24. • Transmisi informasi program STBM di Kabupaten Lampung Tengah,
dari pemegang kebijakan sudah berjalan dengan baik.
• Transmisi komunikasi telah disampaikan secara berjenjang dari
pusat, propinsi, dinas kesehatan kabupaten, puskesmas kabupaten
hingga ke masyarakat.
• Transmisi komunikasi disampaikan kepada para pelaksana pada
akhir tahun 2012 (November- Desember 2012) dalam bentuk
pelatihan dan sosialisasi, yang dilakukan secara bertahap sampai
dengan sekarang, dan telah disampaikan kepada kelompok sasaran
(masyarakat) pada awal 2013, dalam bentuk penyuluhan (sosialisasi)
yang dilakukan secara bertahap.
VARIABEL KOMUNIKASI TRANSMISI
25. • Hampir semua pelaksana (implementor) tidak
mengetahui dan tidak pernah membaca tentang
peraturan kebijakan program STBM yaitu
Kepmenkes no 852/Menkes/SK/IX Tahun 2008
• (pelaksana) memahami dan mengetahui secara jelas
apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan
program STBM, karena sebelumnya telah
mendapatkan pelatihan.
VARIABEL KOMUNIKASI KEJELASAN
26. • Hasil penelitian menunjukkan bahwa perintah-
perintah dalam kebijakan program STBM di
Kabupaten Lampung Tengah tidak dijalankan secara
konsisten
• Kurangnya dana dan masih sangat minimnya
partisipasi dari masyarakat.
VARIABEL KOMUNIKASI KONSISTENSI
27. • Komitmen sdm pelaksana program STBM di
Kabupaten Lampung Tengah sudah baik.
• Semua informan menyatakan bahwa program
ini layak dilaksanakan terus menerus, mereka
terkesan dan tidak ragu dengan program
STBM ini.
VARIABEL DISPOSISI
28. VARIABEL STRUKTUR BIROKRASI SOP
• Penegakan kebijakan program STBM belum optimal.
• Tidak adanya target atau pelaporan bulanan yang rutin pada
sistem pelaporan dialam SOP sehingga menjadi salah satu
kendala.
• Selama ini sistem pelaporan ada apabila terjadi penambahan atau
pengurangan jumlah jamban layak atau terdapat desa ber STBM
yang baru, namun hal ini jarang ada sehingga frekuensi pelaporan
menjadi jarang, hal ini diperparah dengan tidak pernah
diadakannya evaluasi, sehingga tidak dapat terlihat dampak
positif atau negatif maupun keuntungan dan kerugian yang
dihasilkan dari pelaksanaan program STBM ini.
29. VARIABEL STRUKTUR BIROKRASI KOORDINASI
• koordinasi antar lembaga telah dilakukan secara
berkesinambungan dalam pelaksanaan kebijakan
program STBM, dan tidak ada kendala dalam koordinasi
antar lembaga pelaksana
• ada beberapa koordinasi antar lembaga yang dilakukan
yaitu : koordinasi pusat – propinsi, koordinasi propinsi –
kabupaten, koordinasi kabupaten – kecamatan, dan
koordinasi kecamatan – kader kesehatan.
• Lembaga pelaksana STBM di Kabupaten Lampung
Tengah, hanya Dinas Kesehatan dan Pusksesmas
Kecamatan dari jajaran kesehatan, serta lintas sektoral
hanya dari kecamatan, dan sejauh ini koordinasi
berjalan baik dan saling mendukung satu sama lain
30. • Implementasi Program STBM di Kabupaten Lampung tengah,
belom optimal, hal ini dapat dilihat dengan jumlah kasus diare
yang tidak mengalami penurunan kasus secara signifikan,
cenderung sama saat sebelum dilakukan pemicuan program
STBM.
• Kendala yang di dapat dalam pelaksanaan kebijakan program
STBM di Kab. Lampung Tengah adalah kurangnya partisipasi
masyarakat, kurangnya jumlah sdm pelaksana, dana yang relatif
kurang dan tidak ada secara terus menerus.
• Kelompok sasaran program (Masyarakat), mayoritas sudah
mengetahui tentang program STBM dan sudah paham akan
perilaku hidup sehat.
• Pelaksana sudah melaksanakan program dengan baik, baik dari
segi sumber daya, komunikasi, disposisi, dan sturktur birokrasi,
KESIMPULAN
31. • Perlu adanya peningkatan jumlah sumber daya manusia pada sektor
kesehatan dan kebijakan tenaga kesehatan pegawai tidak tetap yang perlu
ditingkatkan atau dikaji kembali, sehingga tersedianya SDM Kesehatan
yang didistribusikan secara adil dan merata.
• Perlu adanya peningkatan untuk dana program STBM, baik dari
pemerintah, swasta maupun masyarakat.
• Perlu adanya target atau pelaporan bulanan yang rutin pada sistem
pelaporan program STBM.
• Perlu adanya peningkatan perekonomian masyarakat dengan
menggunakan pelatihan/ pemberian keterampilan kepada masyarakat,
dan pemberian informasi tentang wawasan kesehatan bagi kelompok
usaha atau kelompok industri.
• Perlu adanya partisipasi secara aktif dari lembaga swadaya masyarakat
(LSM) terutama PKK, organisasi keagamaan dan sektor swasta, perlu
adanya natural leader untuk dapat mengajak, mendukung, memotivasi
masyarakat untuk dapat meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap
program STBM dan berpartisipasi secara aktif.
SARAN
32. • Perlu adanya peningkatan kerjasama dengan
sektor lain baik dari pemerintah, swasta
maupun masyarakat, terutama untuk
peningkatan dana.
• Bagi peneliti lain, perlunya adanya
penggunaan variabel yang pada penelitian ini
tidak diteliti, yaitu outcome (penurunan kasus
diare), sehingga bisa dilihat hubungan lebih
mendalam antara program STBM terhadap
dampak kesehatan bagi masyarakat.
SARAN