SlideShare a Scribd company logo
1 of 54
Download to read offline
MEMAHAMI KERJASAMA
EKONOMI PERDAGANGAN
    ASEAN - AFTA
DENGAN MITRA DAGANG
      LAINNYA
      LAINNYA




      Oleh : Bermand Hutagalung




Lembaga Studi Fenomena Globalisasi
2




                                Bab . 1
                             Pendahuluan
       Pada 8 Agustus 1967, para pemimpin lima negara di kawasan Asia
Tenggara, yakni Malaysia, Filipina, Indonesia, Singapura dan Thailand
berkumpul di Bangkok dan sepakat meluncurkan Deklarasi ASEAN guna
membentuk Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of South
East Asian Nations/ASEAN). Deklarasi Bangkok ini memuat kesepakatan dan
tekad bersama negara anggota ASEAN untuk menjadikan         kawasan Asia
Tenggara menjadi kawasan terpadu. Untuk itu negara anggota ASEAN sepakat
untuk menjalin hubungan persahabatan, dan kerjasama melalui usaha dan
perjuangan bersama, serta dengan penuh hikmat bertekad mengantarkan
seluruh bangsa Asia Tenggara menuju kedamaian, kebebasan dan kemakmuran
bersama. Dalam deklarasi ini juga ditegaskan ASEAN terbuka bagi negara-
negara Asia Tenggara lainnya, yang ingin turut bergabung menggalang
kerjasama, sesuai dengan maksud dan tujuan pembentukan ASEAN.

       Kemudian menyusul ikut bergabung beberapa negara di kawasan Asia
Tenggara lainnya, yakni Brunei Darussalam pada 8 Januari 1984, Vietnam (28
Juli 1995), Laos dan Myanmar (23 Juli 1997), dan belakangan Kamboja (30 April
1999). Dengan Dengan bergabungnya negara-negara CLMV (Kambodya, Laos,
Myanmar, dan Vietnam), sudah ada 10 negara Asia Tenggara yang bernaung
dibawah panji ASEAN, dengan jumlah penduduk 550 juta jiwa, atau 8.5% dari
total penduduk dunia.

       Karakteristik, perekonomian negara-negara anggota ASEAN sangat
beragam, jika dilihat dari jumlah penduduk, tingkat pendapatan, dan struktur
ekonominya. Dilihat dari jumlah penduduk, Indonesia dengan penduduk 215
juta adalah yang terbesar dan Brunei dengan penduduk 365 ribu jiwa
merupakan yang terkecil. Dalam hal tingkat pendapatan, Singapura dengan
tingkat pendapatan tertinggi (US$. 20,515 perkapita) dan struktur perekonomian
yang didominasi sektor jasa, berada diujung depan dan tiga negara Myanmar
(US$ 140 perkapita), Kambodya (US$ 300 perkapita) dan Laos (U5$ 330
perkapita) dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor pertanian berada
diujung lainnya.
3


        Adapun maksud dan tujuan pembentukan ASEAN antara lain adalah :

   1)    Mempercepat pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial dan
         pembangunan budaya di kawasan Asia Tengara, melalui kerjasama di
         berbagai bidang dalam semangat kebersamaan dan kemitraan demi
         mewujudkan masyarakat Asia Tenggara yang dama dan sejahtera,
   2)    Memelihara perdamaian dan stabilitas kawasan melalui pengembangan
         sikap saling menghormati sistem peradilan dan peraturan perundangan
         yang berlaku di setiap negara anggota sesuai dengan asas-asas Piagam
         Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

       Dalam menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama, negara anggota
ASEAN sepakat untuk mematuhi prinsip-prinsip dasar ASEAN yang telah
dimatangkan dan diikrarkan pada Pertemuan ASEAN I tanggal 24 Februari
1976, sebagai berikut :

   1) Negara anggota harus saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan,
      kesetaraan, integritas teritorial dan integritas bangsa masing-masing,
   2) Negara anggota berhak penuh untuk mempertahankan eksistensi negara
      masing-masing dari intervensi, subversi, atau paksaan dari pihak
      manapun,
   3) Negara anggota tidak mencampuri urusan dalam negeri negara anggota
      lainnya,
   4) Perbedaan pendapat atau perselisihan diantara negara anggota
      diselesaikan dengan cara-cara damai,
   5) Negara anggota menghindarkan ancaman atau penggunaan kekuatan,
   6) Kerjasama antar negara dilaksanakan secara efektif.

       Setelah terbentuknya ASEAN, tiga dasawarsa kemudian, pada 15
Desember 1997 bertempat di Kuala Lumpur para petinggi negara anggota
ASEAN berkumpul dan sepakat untuk menegaskan ulang maksud dan tujuan
ASEAN, khususnya yang terkait dengan upaya mewujudkan kawasan Asia
Tenggara yang damai dan sejahtera. Dalam talian ini disepakati bahwa,
peningkatan kerjasama regional dalam semangat kesetaraan dan kemitraan,
perlu semakin digalakkan. Kerjasama regional ASEAN pun diperluas, tidak
hanya melibatkan negara Anggota ASEAN, melainkan dengan negara sahabat
lainnya melalui pengembangan hubungan dialogis dalam rangka membahas
kerjasama ekonomi yang lebih mendalam. Mitra dialog ASEAN terus bertambah
sehingga antara lain meliputi China, Jepang Korsel, India, Uni Eropa, Amerika
Serikat (AS), Kanada, Rusia, Australia dan Selandia Baru.

     Selain itu ditetapkan visi masa depan ASEAN 2020 yang intinya
menyatakan: negara anggota akan selalu bersikap terbuka, hidup berdampingan
4


satu sama lain dalam kedamaian, keutuhan dan kesejahteraan, serta menjalin
ikatan kemitraaan demi mewujudkan sebuah Komunitas Asia Tenggara yang
saling menghargai dan penuh saling pengertian. Asia Tenggara di masa depan
merupakan kawasan terpadu, wadah bagi bagi kepentingan setiap negara
anggota, zona damai dan berdaulat yang netral. Pada 2020, Asia Tenggara harus
sudah menjadi sebuah kawasan damai, aman dan utuh, serta terbebas dari
konflik kepentingan antar negara, dan terbebas dari berbagai bentuk
kemungkinan kekuatan senjata.

       Secara organisatoris kegiatan administratif ASEAN diselenggarakan oleh
sebuah sekretariat bersama yang dikenal sebagai Sekretariat ASEAN dan
berkantor di Jakarta. Sekretariat ASEAN juga menyediakan data statistik
(ASEAN Statistical Yearbook) dan informasi lainnya menyangkut ASEAN,
yang disajikan dalam bentuk publikasi tercetak maupun dalam bentuk
multimedia CD Rom interaktif, yang semuanya dapat diperoleh di Sekretariat
ASEAN yang beralamat di Jl Sisingamangaraja No. 70A Jakarta, 12110, telepon
(6221) 7262991/7243372, fax (6221) 7398234/7243504, emai : lim@asean.or.id.
Untuk mempercepat proses integrasi ASEAN di masa depan peran Sekretariat
ASEAN tentunya perlu lebih diberdayakan dengan memberikan cakupan tugas,
kewenangan dan tanggung jawab yang lebih luas, tidak sekedar melaksanakan
kegiatan administrasi.

Pembentukan AFTA

      Kerjasama regional dalam bidang ekonomi dikalangan negara-negara
anggota ASEAN kemudian lebih dikongkritkan dalam wujud pembentukan
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA). Embrio pembentukan AFTA ini
sebenarnya sudah muncul sejak lama, yakni sejak Oktober 1991, pada Pertemuan
Pejabat Ekonomi Senior (SEOM) ASEAN di Kuala Lumpur, dimana para menteri
ekonomi ASEAN sepakat mengamandemen usulan Thailand untuk membentuk
AFTA dan selanjut pada pertemuan AEM ke 23 di Kula Lumpur, disepakati
pembentukan sebuah kawasan perdagangan bebas regional ASEAN dalam
kurun waktu 15 tahun.

       Embrio pembentukan AFTA ini kemudian dicetuskan kembali pada
konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN IV di bulan Januari 1992, yang
diselenggarakan di Singapura. Setahun kemudian, pada Januari 1993 AFTA
mulai diluncurkan. Para pemimpin ASEAN sepakat menandatangani deklarasi
pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) dan mensyahkan
perjanjian dalam Kerangka Meningkatkan Kerjasama Ekonomi ASEAN
(Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation). Dalam
hubungan ini, semua negara ASEAN sepakat untuk mengemban pelaksanaan
AFTA yang pembentukannya berlangsung selama 15 tahun. Selama kurun
5


waktu tersebut, negara anggota ASEAN harus mengikuti program penurunan
tarif bea masuk semua jenis barang (dengan beberapa perkecualian), hingga
mencapai 0 – 5 % pada 1 Januari 2008.

      Dalam rangka mewujudkan pembentukan zona perdagangan bebas ini,
negara ASEAN sepakat menghapus hambatan-hambatan perdagangan secara
bertahap, guna membentuk pasar yang lebih bebas diantara sesama negara
anggota. Termasuk di dalamnya penurunan tariff bea masuk atas barang-barang
yang diperdagangkan oleh anggota ASEAN, dan penghapusan kuota dan
hambatan non tariff lainnya yang dapat membatasi arus barang impor dari
sesama negara anggota ASEAN. Namun negara anggota ASEAN masih
diperkenankan untuk mengatur sendiri tariff bea masuk barang impor dari
negara-negara non ASEAN.

       Secara ringkas pembentukan AFTA dapat digambarkan sebagai berikut.
Pada bulan Desember 1992, para kepala pemerintahan dari enam negara di Asia
Tenggara menandatangani ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang bertujuan
untuk menjadikan wilayah Asia Tenggara sebagai Kawasan Perdagangan Bebas
(Free Trade Area). Kesepakatan ini diwujudkan dalam implementasi skema
CEPT (Common Effective Preferential Tariff) yang mulai berlaku sejak 1 Januari
1994. Melalui skema CEPT ini, tarif bea masuk, untuk sebagian besar produk
diturunkan secara bertahap sehingga menjadi 0 - 5% pada awal Januari tahun
2008. Sesuai dengan perkembangan trend globalisasi dunia, target waktu
penurunan tariff dipercepat menjadi awal Januari 2003 sesuai dengan
kesepakatan para kepala pemerintahan ASEAN pada 1996. Sedangkan untuk
negara-negara Indochina diberikan waktu yang lebih lama, yaitu tahun 2004
untuk Vietnam, 2006 untuk Laos dan Myanmar serta 2008 untuk Kamboja,
mengingat mereka masuk menjadi anggota ASEAN belakangan. Tahap
selanjutnya, untuk menciptakan perdagangan bebas tersebut, disepakati untuk
menghapuskan seluruh tarif bea masuk pada tahun 2010 (untuk 6 anggota senior
ASEAN), 2012 untuk Vietnam, 2014 untuk Myanmar dan Laos, serta 2016 untuk
Kamboja. Dalam pelaksanaannya, ASEAN sudah menghapus tarif bea masuk
lebih dari setengah pos tarif yang berlaku pada akhir 2002.

       Dari paparan diatas jelas bahwa Kawasan Perdagangan Bebas SEAN
(ASEAN Free Trade Area/AFTA) sebenarnya sudah terbentuk dan diberlakukan
sejak 2002. Namun berbagai kekhawatiran masih saja muncul kepermukaan,
sehubungan dengan implementasi AFTA ini. Eksistensi AFTA dinilai sebagai
ancaman yang bisa mendesak posisi usaha perdagangan dan industri domestik.
Implementasi AFTA berarti membuka kran impor sebesar-besarnya dan hanya
akan membuat barang impor membanjiri pasar dalam negeri. Membuka pintu
6


pasar domestik menjadi pasar bebas yang ini hanya akan menguntungkan para
pelaku bisnis Singapura, Thailand dan Malaysia.

       Semua ini sebenarnya terjadi hanya karena kekurang pahaman atau
kesalahan penafsiran dari pengertian, maksud, tujuan dan target dari AFTA.
Kata “bebas” dalam frasa “pasar bebas” diartikan sebagai segalanya (barang,
jasa, modal, tenaga ahli asing, dlsb), dibiarkan serba bebas menyerbu pasar
domestik. Padahal, singkatnya, AFTA hanya membuat arus perdagangan barang
di kawasan ASEAN menjadi semakin bebas dan lancar melalui pelaksanaan
program eliminasi tariff dan habatan non tariff, agar arus barang diantara negara
anggota ASEAN semakin lancar dan volumenya meningkat.               Implementasi
penurunan tariff pun diberlakukan secara bertahap. Tidak drastis.

       AFTA berlaku menyeluruh di semuah wilayah 10 negara anggota
ASEAN. Luas kawasan pasar bebas ini mencapai 4.495.493 kilo meter. Ini
merupakan suatu pasar kawasan yang sangat potensial, karena secara
keseluruhan memiliki populasi penduduk sekitar 500 juta jiwa dengan Produk
Domestik Bruto (PDB) lebih dari 735 miliar dolar AS dan nilai perdagangan lebih
dari 720 miliar dolar AS pertahun. Di kawasan pasar bebas Asia Tengara ini arus
barang sesama negara anggota ASEAN diupayakan bebas keluar masuk dengan
hambatan tariff maksimal hanya sekitar 5 %. Selain itu terbebas pula dari
hambatan non tariff jika barang yang diperdagangkan memenuhi syarat
kandungan ASEAN (ASEAN content) termasuk kandungan lokal (local content)
minimal 40 %, atau kandungan impor (import content) non-ASEAN tidak
melebih 60 %. Penurunan tariff ini akan terus berlangsung secara bertahap
hingga tahun 2010, dimana tarif produk impor dari negara anggota ASEAN akan
turun menjadi 0 %.

       Pada awalnya implementasi AFTA direncanakan akan di mulai pada
2008. Namun pada sekitar 1994, para menteri ekonomi ASEAN bertemu di
Chiang Mai, Thailand. Kala itu negara-negara ASEAN memang tengah
menikmati laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Bahkan laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia masih bisa melebih 7 % pertahun. Kondisi ekonomi yang
baik ini membuat petinggi ekonomi ASEAN kala itu berpikir sangat optimis
tentang masa depan ASEAN, dan sepakat untuk mepercepat implementasi
AFTA menjadi 2003 dan belakangan pada pertemuan ASEAN 14 September 2001
di Hanoi para pemimpin ASEAN memajukan lagi pelaksanaan AFTA menjadi 1
Januari 2002. Maka, mulai awal tahun 2002 itu diberlakukan secara efektif tariff
pada kisaran 0 – 5 %. Penurunan tariff berlangsung secara bertahap. Pada 1993,
misalnya, tariff rata-rata ASEAN tercatat sekitar 12,76 %. Pada 1999 tarif rata-
rata ini telah diturunkan menjadi sekitar 4,77 %, pada 2000 turun menjadi 3,87
dan pada 2003 terus menurun menjadi 2,68 %.
7


       Dari tabel diatas, tampak bahwa negara di kawasan Asia Tenggara yang
paling liberal dalam perdagangan internasionalnya adalah Singapura dengan
rata-rata tariff selama periode pengamatan diatas, hanya 0,00 %. Jadi tidaklah
aneh jika negara ini dikenal sebagai negara dagang (trading nation) yang
pertumbuhan ekonominya banyak bergantung pada sektor perdagangan
internasionalnya. Singapura telah berkembang menjadi pusat perdagangan
internasional dan pusat distribusi barang di kawasan Asia Tenggara menuju
pasar global. Yang kedua adalah Brunei dengan tariff rata-rata menurun dari
1,35 % pada 1998, menjadi 0,87 % pada 2003. Sementara Malaysia berada pada
posisi ketiga dengan tariff rata-rata menurun dari 3,58 % pada 1998 menjadi 2,06
% pada 2003.

       Liberalisasi perdagangan tidak dapat dipungkiri, memiliki dampak positif
pada pertumbuhan volume perdagangan dan ekonomi pada umumnya. Tak
heran jika negara-negara yang cenderung ke arah liberal dalam perdagangannya
seperti Singapura dan Malaysia menjadi negara yang paling maju perdagangan
dan perekonomiannya di kawasan Asia Tenggara. Yang menarik, negara
anggota yunior ASEAN, seperti Vietnam juga memiliki pergeseran paradigma
kearah “outward looking”. Sebagai negara berkembang yang belakangan
merdeka, Vietnam ternyata tidak berorientasi pada “inwardlooking” yang
berpotensi mendorong timbulnya proteksi industri dalam negeri yang bisa
menyebabkan industri domestik menjadi manja dan kehilangan daya saing, serta
membebani konsumen produk industri tersebut dengan harga tinggi akibat
“downstream effect” dari tingkat proteksi yang berlebihan.

        Vietnam malah cenderung mengarah ke liberalisasi perdagangan dengan
tariff rata-rata terus menurun dari 6,06 % pada 1998 menjadi 2,02 % pada 2003.
Tak heran jika diantara 4 negara anggota yunior ASEAN, bahkan di kalangan
negara ASEAN lainnya Vietnam dikenal sebagai pendatang baru yang paling
maju pertumbuhan perdagangan dan ekonominya. Vietnam juga menjadi lokasi
investasi yang lebih aktraktif dimata investor asing ketimbang empat negara
Yunior ASEAN lainnya. Vietnam bahkan kini dipertimbangkan sebagai pesaing
Indonesia dalam menarik investasi asing dan sebagai tempat basis produksi
perusahaan manufaktur asing.

      Pada tahap permulaan, AFTA baru diberlakukan pada enam anggota
senior ASEAN (ASEAN-6) yakni Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand
Brunei Darussalam. Empat anggota junior lainnya (ASEAN-4) menyusul
kemudian, dengan urutan sebagai berikut: Vietnam pada 2006, Laos dan
Myanmar pada 2008, serta Kamboja pada 2010.

      Adapun tujuan dari AFTA adalah meningkatkan daya saing ASEAN
dalam memasuki pasar bebas dunia, dimana Asia Tenggara harus menadi sentra
8


produksi berbasis teknologi. Untuk itu, negara anggota harus melakukan
liberalisasi perdagangan melalui penghapusan tariff bea masuk dan berbagai
hambatan non tariff atas barang-barang yang diperdagangkan di kawasan
ASEAN. Liberalisasi ini tidak mencakup perdagangan jasa. Terbatas hanya pada
perdagangan barang. Pembentukan kawasan perdagangan bebas ini memungkin
pergerakan barang di diantara sesama negara anggota ASEAN menjadi semakin
bebas dan lancar dan pada tingkat harga yang lebih ekonomis (karena dampak
penurunan bea masuk) sehingga menguntungkan konsumen di kawasan ini
yang pada gilirannya diharapkan akan lebih banyak membeli barang hasil
produksi ASEAN. Dengan demikian, diharapkan nilai dan volume perdagangan
intra ASEAN bisa semakin meningkatkan. Liberalisasi ini juga diharapkan
mendorong terwujudnya kerjasama dan pada gilirannya integrasi industri di
kawasan ASEAN yang mendorong timbulnya efesiensi dan daya saing yang
tinggi.

       Dengan      semakin  meningkatnya    perdagangan    intra ASEAN,
meningkatnya efesiensi dan daya saing, yang menjadi pemicu pertumbuhan
industri regional, para pemodal di kawasan ASEAN akan melihat kawasan ini
menjadi semakin atraktif dan merasa lebih diuntungkan dan pada gilirannya
akan mendorong investor lama menambah modalnya dan bahkan menarik
investor baru dari manca negara untuk masuk menanamkan modalnya ke dalam
kawasan ASEAN. Semua ini pada gilirannya diharapkan akan dapat mendorong
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota ASEAN.

      Target atau sasaran dari AFTA adalah menurunkan tarif bea masuk
barang impor dari sesama negara anggota ASEAN sampai 0 % dan berlaku
untuk semua jenis barang. Target ini sudah harus tercapai pada tahun 2010 di
kalangan 6 anggota senior ASEAN dan pada 1015 khusus bagi 4 anggota junior
ASEAN.

       Implementasi AFTA diatur melalui mekanisme khusus yang bisa diterima
oleh semua negara anggota. Mekanisme ini tercakup dalam Skema Tariff
Preferensi Yang Efektif dan Berlaku Umum/Sama diantara negara anggota
ASEAN (Common Effective Prerefential Tariff/CEPT). Pemberlakuan CEPT
bersifat wajib, bukan sukarela (voluntary). Begitu suatu produk yang sudah
dipilih berdasarkan sektornya (produk manufaktur, barang modal dan produk
pertanian) dimasukkan kedalam Skema CEPT, semua negara peserta harus
mematuhinya.

      Seluruh negara anggota ASEAN, sesuai perjanjian CEPT, diwajibkan
untuk menurunkan tariff bea masuk aneka barang yang diimpor dari negara
anggota, menjadi 0 – 5 % pada 2003 untuk negara anggota senior dan 2010 untuk
anggota junior. Sebelum mencapai batas waktu tersebut, masing-masing anggota
9


boleh memberlakukan program penurunan tariff sesuai kondisi masing-masing
negara, sedang pemberlakuan tariff kepada negara non anggota ASEAN tetap
dipertahankan sesuai keperluan masing-masing anggota ASEAN. Disamping itu,
semua anggota juga juga harus mematuhi ketentuan program penghapusan non
tariff atas semua jenis barang yang diperdagangkan diantara sesama negara
anggota ASEAN.

       Produk dalam skema CEPT dimuat didalam suatu daftar produk yang
diajukan oleh negara anggota untuk dimasukkan ke dalam skema tersebut.
Daftar ini meliputi cakupan produk yang terdiri dari 98 bab, uraian barang
berikut Kode HS (Harmonized System), yang didalamnya terdapat Daftar
Inklusif (Inclussion List/IL), Daftar Ekslusif Sementara (Temporary Exclusion
List/TEL), Daftar Sensitif (Sensitive List/SL) dan Daftar Pengecualian Umum
(General Exception/GE). Selain itu, juga dilengkapi dengan jadwal Program
Pengurangan Tariff Jalur Normal dan Jalur Cepat hingga tahun 2010. Daftar
diluar daftar Inklusif, berisi produk-produk yang tidak atau belum disertakan
dalam program penurunan tariff.

       Daftar Inklusif memuat daftar produk yang sudah mengalami liberalisasi
melalui penurunan atau pembebasan tariff dan eliminasi hambatan non tariff.
Tarif barang dalam daftar ini sudah harus diturunkan maksimal 20 % pada 1998,
seterusnya menjadi 0 – 5 % pada 2003 (berlaku pada anggota senior ASEAN) .
Sedang untuk empat anggota yunior berlaku belakangan. Vietnam pada 2006,
Laos dan Myanmar pada 2008 serta Kamboja pada 2010. Penurunan tariff ini
akan terus berlangsung hingga menjadi 0 % pada tahun 2010 bagi anggota senior
ASEAN dan pada tahun 2015 bagi keempat anggota yunior ASEAN.

      Produk yang masuk dalam Daftar Ekslusif Sementara (produk plastik,
kendaraan dan produk kimia), khususnya untuk negara anggota yang belum
siap menjalankan program penurunan tariff, masih terbebas dari liberalisasi
perdagangan. Indonesia, misalnya, pernah mengusulkan untuk menunda
penurunan tariff 66 produk kimia dan plastik hingga tahun 2003, sedang
Malaysia untuk kendaraan bermotor sampai 2005. Namun pada saatnya,
produk tersebut harus dimasukkan dalam program penurunan tariff menjadi 0 –
5 %. Sejak 1996,     setiap tahun masing-masing negara anggota ASEAN
memasukkan 20 % dari item produk ekspor ke dalam Daftar Inklusif, baik
melalui Program Jalur Normal maupun Jalur Cepat.

       Dalam skema CEPT, diakui juga jenis produk yang tergolong sensitif
(meliputi produk pertanian: beras, gula, gandum, bawang putih dan cengkeh).
Produk ini dimasukkan kedalam Daftar Produk Sensitive (Sensitive List). Untuk
produk semacam ini diberi kesempatan lebih lama sebelum dimasukkan dalam
daftar Inklusif. Penurunan tariff 0 – 5 %, penghapusan hambatan non tariff baru
10


diberlakukan pada 2010 khusus untuk 6 anggota senior ASEAN dan 2018 untuk
4 anggota yunior ASEAN.

       Ada produk yang secara permanen dibebaskan dari kewajiban mengikuti
program penurunan tariff. Ini meliputi produk yang dikategorikan sebagai
produk untuk melindungi keamanan nasional, moral masyarakat umum,
kehidupan dan kesehatan manusia, hewan dan tanaman, barang seni, serta
benda bersejarah dan bernilai arkeologis. Misalnya, senjata, amunisi, obat
terlarang dan benda purbakala/bersejarah. Produk-produk semacam ini
dimasukkan ke dalam Daftar Pengecualian Umum.

       Sebagaimana telah diulas dimuka, target AFTA adalah penurunan tariff
secara bertahap hingga menjadi 0 % pada tahun 2010 bagi anggota senior
ASEAN dan pada tahun 2015 bagi keempat anggota yunior ASEAN. Program
penurunan tariff ini dilakukan melalui dua jalur, yakni Jalur Normal (Normal
Track) dan Jalur Cepat (Past track). Program penurunan tariff dalam dua jalur ini
dikemas dalam satu paket dengan Daftar Produk CEPT. Berikut gambaran
ringkas program pada kedua jalur tersebut :

   1) Program Jalur Normal.

      Produk yang dimasukkan ke dalam Program Jalur Normal mendapat
      perlakuan sebagai berikut :

          •   Produk dengan tarif diatas 20 % tarifnya diturunkan dalam dua
              tahapan. Pertama diturunkan menjadi 20 % dalam kurun waktu 5
              tahun terhitung sejak bulan Januari 1993, dan selanjutnya
              diturunkan menjadi 0 – 5 % dalam kurun waktu selama 5 tahun
              berikutnya, sesuai dengan jadwal yang disepakati.
          •   Produk dengan tarif sebesar 20 % dan kurang dari 20 % diturunkan
              menjadi menjadi 0 – 5 % selama kurun waktu 10 tahun (hingga 1
              Januari 2003).

   2) Jalur Cepat.

      Produk yang dimasukkan kedalam Program Jalur Cepat tarifnya harus
      diturunkan tarifnya menjadi 0 – 5 % dalam kurun waktu 10 tahun ,
      dengan jadwal sebagai berikut :

      •   Produk yang memiliki tariff diatas 20 % diturunkan menjadi 0 – 5 %
          terhitung mulai sejak tahun 1993, dalam kurun waktu 10 tahun, atau
          hingga 1 Januari 2003.
11


      •   Produk dengan tariff sebesar 20 % atau kurang dari 20 % diturunkan
          menjadi 0 – 5 % dalam kurun waktu 7 tahun atau hingga 1 Januari
          2000.

      Produk-produk yang dimasukkan ke dalam Jalur cepat meliputi minyak
      nabati, bahan kimia, pupuk, barang dari karet, kertas, perabot dari rotan
      dan kayu, elektronik, batu permata dan barang perhiasan, semen, obat-
      obatan, plastik, barang dari kulit, tekstil, serta barang dari keramik dan
      kaca.

Perdagangan Intra ASEAN/AFTA

       ASEAN sudah cukup lama terbentuk, demikian pula Kawasan
Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) juga sudah diimplementasikan. Namun
sayangnya pencapaian realisasi perdagangan diantara negara-negara anggota
ASEAN (perdagangan intra ASEAN) ternyata masih belum menunjukkan
prestasi yang cukup membanggakan, terutama jika dibandingkan dengan
capaian perdagangan intra kawasan perdagangan bebas yang ada di belahan
lain bumi lainnya, seperti Uni Eropa dan Kawasan Perdagangan Bebas Amerika
Utara (North America Free Trade Area/NAFTA). Rendahnya capaian ini
menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan serius oleh pihak-pihak terkait
agar perdagangan intra ASEAN dapat terus meningkat.

    Total perdagangan ASEAN mencapai US $ 706.7 milyar tahun 2002 atau 5.7%
dari total perdagangan dunia. Walaupun demikian, dari data Sekretariat ASEAN
terlihat bahwa pangsa total perdagangan ASEAN dalam perdagangan global
sedikit menurun dari 5.7% pada 1993 menjadi 5.5% tahun 2002. Menurunnya
pangsa ASEAN pada tahun 2002, dapat dipahami, mengingat krisis ekonomi
Asia yang terjadi pada 1997 telah membawa dampak negatif pada kinerja
perdagangan internasional negara-negara ASEAN.


    Selama periode tahun 1993-2002, perdagangan intra ASEAN meningkat rata-
rata 7.3% pertahun, yaitu dari US$. 84.2 milyar tahun 1993 menjadi US$. 159.4
milyar pada tahun 2002. Laju perkembangan perdagangan intra ASEAN lebih
besar dibandingkan laju pertumbuhan perdagangan global ASEAN yang selama
periode yang sama hanya mencapai pertumbuhan 5.6% pertahun. Produk utama
yang diperdagangkan sesama negara ASEAN adalah produk elektronik, minyak
mentah dan bahan bakar, gas alam, tembakau dan rokok, karet alam, tembaga,
dan kertas. Eksportir utama dalam perdagangan intra ASEAN adalah Singapura
(38.8%), Malaysia (24.9%) dan Thailand (16.9%). Sedangkan importir utamanya
adalah adalah Singapura (42.7%), Malaysia (22.5%), dan Thailand (14.8%).
12


    Walaupun skema penurunan tarif dalam rangka AFTA sudah mulai berlaku
sejak tahun 1994, tetapi pangsa perdagangan intra ASEAN di dalam total
perdagangan ASEAN dengan dunia, tidak mengalami peningkatan secara
signifikan. Pada tahun 2002, pangsa perdagangan intra ASEAN hanya
mengalami peningkatan menjadi 22.6% dari 19.3% tahun 1993. Bila
dibandingkan dengan perkembangan perdagangan intra Kawasan Perdagangan
Bebas di belahan bumi lainnya, seperti Uni Eropa dan NAFTA, perkembangan
perdagangan intra ASEAN terasa sangat lambat. Sebagai perbandingan, pada
tahun 2000, perdagangan intra Uni Eropa sudah mencapai 80% dari total
perdagangan internasionalnya, perdagangan intra Kawasan Perdagangan Bebas
Amerika Utara (NAFTA) sudah mencapai 55%, dan perdagangan intra Kawasan
Amerika Selatan (MERCOSUR) telah mencapai 30% dari total perdagangan
global wilayah tersebut.

   Walaupun demikian, intra trade di ASEAN masih lebih besar dibandingkan
dengan perdagangan intra regional di berbagai Kawasan Perdagangan Bebas
yang dibentuk oleh negara-negara berkembang lainnya seperti Andean Pact
(Amerika Tengah); CARICOM (Caribian Community and Common Market);
UDEAC (Union douaniere et Economique de I_frique Centrale); GCC (Gulf
Cooperation ; dan sebagainya (Schiff and Winters, 2003).

    Menurut Schiff dan Winters (2003), rendahnya perkembangan perdagangan
intra kawasan dalam proses integrasi ekonomi regional yang dilakukan oleh
sesama negara berkembang, disebabkan oleh pasarnya yang kecil dan terpecah-
pecah, infrastruktur yang masih minim, kerangka hukum yang sangat miskin,
stabilitas ekonomi dan politik yang tidak stabil, dan besarnya intervensi
pemerintah di bidang ekonomi, sehingga integrasi industri secara regional gagal
dicapai.

   Banyak yang mempertanyakan, mengapa perdagangan intra ASEAN tidak
mengalami peningkatan yang signifikan, walaupun skema CEPT sudah berjalan
selama 10 tahun. Diperkirakan setidaknya terdapat empat alasan yaitu :

   •   Semua negara negara ASEAN memiliki sumber daya alam yang relatif
       seragam sehingga intra trade tidak meningkat secara signifikan. Sebagai
       contoh, tiga negara ASEAN, Indonesia, Malaysia, dan Thailand, adalah
       penghasil dan eksportir utama karet alam dunia. Demikian juga Malaysia
       dan Indonesia adalah produsen dan eksportir utama minyak kelapa sawit.
       Pada saat ini, Malaysia, Singapura dan Filipina adalah produsen dan
       eksportir produk-produk elektronik terkemuka didunia.

   •   Walaupun tarif bea masuk sebagian besar produk telah diturunkan, tetapi
       masih banyak hambatan non-tarif yang diterapkan oleh negara-negara
13


       ASEAN. Berbagai perbedaan standar dan prosedur kepabeanan masih
       eksis dan menjadi penghambat kelancaran perdagangan intra ASEAN.

   •   Sarana Transportasi intra ASEAN belum memadai. Pada saat ini, armada
       transportasi sebagian besar masih melalui Singapura sehingga arus
       perdagangan langsung antar sesama negara di ASEAN masih sedikit.
       Akan tetapi dominasi Singapura sebagai pelabuhan penghubung
       tampaknya mulai berkurang dengan dibukanya Pelabuhan Tanjung
       Pelepas di Malaysia dan Laem Chabang di Thailand sejak awal 2001.
       Pemanfaatan kedua pelabuhan baru ini akan semakin meningkat apabila
       rencana menghubungkan rel kereta api dari Saigon (Vietnam) ke Pnom
       Penh (Kambodya) sudah direalisir. Segmen Saigon-Pnom Penh
       merupakan jalur yang masih terputus untuk menghubungkan Trans
       Kereta Api Asia-China dari Singapura sampai ke Beijing.

   •   Kurangnya investasi intra ASEAN. Investasi intra ASEAN masih sangat
       rendah mengjngat tingkat pendapatan dan tabungan masyarakat ASEAN
       yang juga masih relatif rendah. Data yang dikumpulkan Sekretariat
       ASEAN mencatat bahwa investasi intra ASEAN selarna periode 1995-2001
       hanya berjumlah US$. 15.2 milyar atau kurang dari sepersepuluh total
       investasi asing di ASEAN yang mencapai US$. 142.3 milyar dalam
       periode yang sama. Sumber utama investasi intra ASEAN adalah
       Singapura (44.7%) disusul Malaysia (13,8%) dan Thailand (9.2%).
       Sedangkan negara ASEAN penerima investasi intra ASEAN adalah
       Thailand (25.6%), Singapura (18.5%) dan Malaysia (15.9%).

   Disamping itu, sejak krisis moneter yang terjadi di Asia (1997-1998), investasi
asing yang masuk ke ASEAN mengalami kemunduran. Banyak PMA yang
hengkang dari ASEAN dan diperkirakan pindah menuju China. Data dari
UNCTAD menunjukkan investasi asing langsung                      (foreign direct
investment/FDI) khusus untuk sektor elektronik selama periode 1998-2001, ke
ASEAN hanya bertambah US$. 19.8 milyar atau kurang dari U5$. 5 milyar
pertahun. Sedangkan dalam periode yang sama, investasi ke China rneningkat
sebesar US $ 33.5 milyar atau rata-rata US$. 8.7 milyar pertahun.

   Sesuai dengan studi yang dilakukan oleh McKenzey (2003), ternyata daya
saing ASEAN, baik dalam menarik investasi maupun dalam peningkatan ekspor,
mengalami kemunduran dibandingkan dengan China. Sebagai contoh, ekspor
produk elektronik ASEAN meningkat rata-rata 3% pertahun selama periode
tahun 1996-2001, sedangkan ekspor elektronik China meningkat rata-rata 30%
per tahun selama periode yang sama. Dalam rangka meningkatkan integrasi
ASEAN untuk meningkatkan perdagangan intra ASEAN dan untuk
meningkatkan daya saing ASEAN dalam menarik investasi asing, McKenzey
14


(2003) menyarankan dua hal :

   1) ASEAN perlu memprioritaskan liberalisasi dan integrasi dua sektor
      utama yaitu electronic dan consumer goods. ASEAN memiliki potensi yang
      besar untuk menarik investasi global dan investasi intra ASEAN yang
      dapat menjadikan ASEAN sebagai production base untuk kedua sektor
      tersebut. Disamping itu, konsumsi domestik ASEAN sangat besar untuk
      kedua sektor diatas sehingga skala ekonominya dapat dengan mudah
      terlampaui.

   2) ASEAN        perlu   memperkuat     lembaga    penyelesaian   sengketa
      dagang/ekonomi yang terjadi diantara negara anggota ASEAN. Pada
      saat ini, sengketa dagang yang terjadi dibawakan dalam Sidang Menteri-
      menteri Ekonomi (AEM), dan sering diselesaikan dengan cara
      kekeluargaan tanpa kepastian hukum yang tetap.

    Berbagai informasi, penilaian para pakar maupun petinggi ASEAN sendiri,
serta    tajuk rencana/editorial yang dimuat di berbagai media massa
mengindikasikan, implementasi kerjasama ASEAN memang masih jauh dari
efektif. Mantan PM Singapura Goh Chok Tong, misalnya, menilai, berdasarkan
masukan dari kalangan bisnis, arus perdagangan antar negara ASEAN dalam
rangka AFTA masih tetap rendah karena masih banyak masalah hambatan
perdagangan yang bersifat non tariff. Menurut Goh, sementara kita telah
melakukan kemajuan dalam penurunan tariff, ternyata kita masih jauh untuk
layak disebut sebagai pasar terintegrasi (Kompas 7-10-2003).

   Ralf Emmers pengamat ASEAN dari Institute Defense and Strategic Studies
yang berkantor Singapura menyatakan, ASEAN bagus dalam retorika, namun
lemah dalam implementasi (Kompas 5-10-2003). Tajuk rencana Kompas
menyatakan “Salah satu kritik yang mencuat sekarang adalah kesungguhan para
pemimpin ASEAN untuk menjadikan kawasan ini sebagai kawasan bisnis.
Sayangnya, bukan hanya greget pelaksanaannya yang tak tampak, bahkan
keberpihakannya pun tak tampak Pemerintah negara ASEAN dikritik tidak
memiliki visi bisnis dan oleh karenanya dituntut untuk memiliki visi bisnis.
(Kompas 7-8-2003).

   Ada sejumlah masalah yang diperkirakan membuat dunia usaha Indonesia
enggan berpartisipasi memanfaatkan peluang bisnis dalam kerjasama ASEAN,
misalnya masih terdapatnya banyak hambatan di dalam negeri yang
menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang pada gilirannya menghambat
kelancaran bisnis dan perdagangan di kawasan ASEAN dan menurunkan gairah
memanfaatkan peluang AFTA. Selain itu, tingkat kesadaran (awareness) dan
kepedulian dunia usaha dan masyarakat akan eksistensi kerjasama ASEAN juga
15


diperkirakan masih rendah, kendati di tingkat elit politik dirasakan sudah
gegap gempita. Mereka umumnya kurang tertarik dan bahkan belum siap
menerima kenyataan diberlakukannya kerjasama ASEAN dengan segala
konsekuensinya.

   Ada juga penilaian dan persepsi pesimis yang berkembang di tengah
masyarakat, bahwa pada akhirnya kerjasama ASEAN hanya akan lebih
menguntungkan Singapura dan Malaysia. Indonesia hanya akan terus menjadi
negara pelengkap penderita (supporting country). Pasar dan sumber daya
alamnya akan terus tereksploitasi untuk kemajuan negara tetangga yang sejak
dulu cenderung menganggap Indonesia sebagai hinterland tersebut.

    Penyebab lainnya, akses dan keterlibatan langsung dunia usaha dalam
pembuatan kerjasama ASEAN, sejak masa pemerintahan Orde baru, sangat
terbatas. Bahkan mereka nyaris tidak dilibatkan secara formal dan langsung
dalam formulasi kerangka kerjasama bisnis ASEAN. Mereka hanya menerima
dan harus melaksanakan perjanjian kerjasama ASEAN. Padahal, sebagai
pelaksana lapangan, merekalah yang paling memahami, terlibat langsung dan
menjadi target dari kebijakan kerjasama ASEAN. Merekalah yang akan
menerima konsekuensi dari dibuatnya perjanjian kerjasama bisnis, perdagangan
dan investasi ASEAN. Dalam era reformasi dimana demokrasi ekonomi harus
semakin ditegakkan, pola pendekatan dari atas ke bawah (up to bottom), tidak
lagi dapat dipertahankan. Di di beberapa negara anggota Uni Eropa, penentuan
penggunaan mata uang Euro sebagai mata uang domestik, sekaligus mata uang
regional, misalnya, memerlukan referendum, setidaknya jajak pendapat. Ini
merupakan salah satu contoh dari demokrasi ekonomi.

    Pemerintah dan dunia usaha harus saling mendengar dan saling bahu
membahu. Keterlibatan dan eksistensi formal pebisnis secara langsung dan aktif,
mulai tampak dengan dibentuknya ASEAN Business Advisorry Council
(ASEAN BAC) yang telah menyelenggarakan ASEAN Business and Investment
Summit (ASEAN BIS) pada bulan Oktober 2003 di Bali dan dihadiri oleh para
petinggi Negara ASEAN. Menurut kalangan ASEAN BAC, selama ini belum ada
akses resmi dan formal dari para pebisnis untuk dapat secara langsung
mengutarakan dan menyampaikan masukan kepada para pemimpin
pemerintahan ASEAN. Dengan dibentuknya forum ini, diharapkan peluang
terjalinnya kerjasama yang lebih substansial, mengena sasaran dan kongkrit,
diantara sesama pengusaha maupun pemerintahan ASEAN, akan semakin
terbuka luas dan transparan. Dengan demikian akan membuat implementasi
kerjasama ASEAN semakin efektif.
16




                        Bab 2.
       Mencermati Proses Integrasi ASEAN - AFTA
   Pada kepala pemerintahan ASEAN menyadari lambatnya pertumbuhan intra
trade di ASEAN. Pada bulan Oktober 2003 di Bali, Kepala-kepala pemerintahan
ASEAN sepakat untuk menjadikan ASEAN sebagai kesatuan ekonomi selambat-
Iambatnya tahun 2020 sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Bali II. Pokok-
pokok kesepakatan tersebut adalah sebagai berikut :

   •   Menetapkan mekanisme baru untuk memperkuat pelaksanaan
       kesepakatan yang sudah ditandatangani seperti ASEAN Free Trade Area
       (AFTA), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan ASEAN
       Investment Area (AIA).

   •   Mempercepat integrasi ekonomi melalui pemilihan sektor prioritas

   •   Memfasilitasi pergerakan pebisnis, tenaga kerja terlatih dan terampil.

   •   Memperkuat kelembagaan ASEAN termasuk memperbaiki mekanisme
       penyelesaian sengketa di ASEAN dalam rangka adanya kepastian hukum
       bagi semua penyelesaian sengketa bidang ekonomi yang terjadi.

    Tahap pertama, Menteri-menteri Ekonomi ASEAN memutuskan 11 sektor
produksi untuk diprioritaskan proses pengintegrasiannya sebagai langkah
strategis yang perlu dilakukan guna mempercepat integrasi ekonomi ASEAN.
Disepakati juga agar sejumlah negara ASEAN aktif menjadi kordinator
pengintegrasian 11 sektor produksi tersebut yaitu : sektor Kayu atau Wood-
based Products dan Otomotif (dengan Indonesia sebagai koordinator); Karet
atau Rubber-Based Products serta Tekstil dan produk Tekstil (Malaysia); Agro-
Based Products dan Perikanan (Myanmar); Elektonik (Philipina); e-ASEAN dan
Produk Kesehatan (Singapura); Penerbangan dan Pariwisata (Thailand).

    Tahap kedua membentuk badan konsultasi atau Solvit di masing-masing
negara anggota ASEAN untuk memberikan informasi kepada dunia usaha
menyangkut masalah-masalah apa saja yang layak dibawa ke mekanisme
penyelesaian sengketa di ASEAN atau masalah-masalah yang cukup di
selesaikan secara internal.

   Kebijakan yang disepakati untuk mempercepat integrasi tersebut dilakukan
dengan pendekatan yang telah direkomendasikan dalam integrasi produk
17


prioritas dimaksud yaitu :

   1) Menyatukan seluruh kekuatan ekonomi ASEAN demi capaian manfaat
      secara regional;

   2) Mempermudah dan mempromosikan investasi intra ASEAN;

   3) Memberikan insentif untuk kegiatan manufaktur di kawasan ASEAN

   4) Mengutamakan investasi bahan baku intra ASEAN

   5) Mengembangkan dan mempromosikan produk dan jasa “Made in
      ASEAN".

   Sedangkan langkah-Iangkah yang dilakukan antara lain:

   1) Penurunan tarif sampai nol persen di dalam ASEAN sebeJum tahun 2010;

   2) Menghilangkan segera hambatan perdagangan;

   3) Mempercepat pengeluaran barang dan menyederhanakan prosedur
      kepabeanan

   4) Harmonisasi MRA dan standard produk.

       Satu hal yang menyulitkan pemerintah negara ASEAN dalam
mempercepat proses integrasi adalah kenyataan bahwa peranan pemerintah
dalam ekonomi bisnis semakin menyusut. Sebaliknya, peranan dunia usaha
semakin membesar. Dewasa ini, sebagian besar perusahaan merupakan milik
swasta domestik maupun asing. Pemerintah secara sepihak, tidak dapat
memaksakan rencana integrasi ASEAN ini, dijalankan sepenuhnya oleh dunia
usaha. Para pengusaha adalah pemodal yang selalu berpikir dan bertindak
dalam kerangka bisnis, dimana kelayakan usaha, manfaat ekonomis, untung,
rugi dan risiko menjadi pertimbangan utama dalam dunia bisnis. Apalagi dalam
era globalisasi ini, modal tanpa dapat dicegah, dapat bergerak bebas tanpa
mengenal batas-batas negara. Pemodal akan menginvestasikan modalnya di
lokasi yang paling menguntungkan, biaya rendah dan resiko rendah. Oleh
karena itu, perlu ada kerjasama yang erat antara pemerintah dan dunia Usaha
ASEAN. Kedua belah pihak harus saling mendengar dan saling mengisi dalam
memperlancar proses integrasi ekonomi ASEAN. Sejumlah pengusaha
mempertanyakan, apakah kalangan pengusaha swasta nasional sudah dilibatkan
pemerintah dalam menentukan sektor produksi yang akan dimasukkan dalam
integrasi ASEAN dan apakah permasalahan yang dihadapi pengusaha sudah
18


diperhitungkan. Sebagai contoh, apakah industri kayu nasional mampu terus
bersaing dalam kondisi dimana penyelundupan bahan baku kayu terus
berlangsung secara besar-besaran.

       Kendala lain sangat boleh jadi bisa datang dari perusahaan-perusahaan
multinasional. Di dunia ini pada dasarnya terdapat empat kekuatan yang
mempengaruhi roda perekonomian dunia, yakni negara-negara, organisasi
kerjasama ekonomi regional dan multilateral (WTO, Uni Eropa, NAFTA,
ASEAN, dsb), lembaga-lembaga keuangan dunia (IMF, Bank Dunia) dan
perusahaan multinasional. Yang disebut terakhir ini merupakan perusahaan
transnasional raksasa yang beroperasi, memiliki basis produksi dan jaringan
bisnis yang luas di manca negara, serta dan mempunyai loby yang kuat di
kalangan legislatif dan pemerintahan banyak negara, terlebih di negara asal
mereka.

      Kita bisa lihat dari besarnya peranan perusahaan AS yang memiliki loby
yang kuat dan mampu mempengaruhi parlemen dan pemerintahan AS. Konflik
dagang AS dan China hampir meledak pada 2003, karena pemerintah AS atas
dorongan para pengusahanya, mendesak China untuk membuka pintu pasarnya
lebih luas lagi bagi masuknya produk AS serta mendesak China untuk
mengambangkan mata uang yuannya. Daya saing China disinyalir oleh para
pengusaha AS merupakan daya saing semu yang diperoleh berkat pematokan
mata uangnya terhadap dolar AS. Kita juga bisa lihat dari besarnya peranan
perusahaan multinasional Jepang pada parlemen dan pemerintahan Jepang.
Hampir semua pemberian bantuan luar negeri Jepang dikaitkan dengan
besarnya akses masuk dan dukungan pemerintah negara penerima bantuan
terhadap masuknya investasi serta kelancaran produksi dan pemasaran
perusahaan Jepang di negara tersebut. Bahkan pelaksanaan proyek-proyek
pembangunan yang didanai bantuan Jepang selalu melibatkan partisipasi
perusahaan-perusahaan Jepang.

       Kehadiran perusahaan multinasional mereka di manca negara sangatlah
diharapkan, karena merekalah investor dan industrialis terbesar di dunia
internasional. Keberadaan mereka bukan hanya diharapkan mendatangkan
modal, membangun industri, menghasilkan devisa dan menciptakan lapangan
kerja, melainkan juga transfer teknologi dan pengetahuan, karena merekalah
(bukan pemerintah) pemilik teknologi canggih yang mereka bisniskan, yang
mereka peroleh lewat pelaksanaan aktivitas penelitian dan pengembangan
dengan pengorbanan biaya tinggi.

      Perusahaan multinasional yang sudah bertransformasi menjadi
perusahaan global dan memiliki jargon : think globally, act locally itu,
menguasai ekonomi bisnis di banyak negara yang ditandai dengan penguasaan
19


pangsa pasar yang signifikan di pasar manca negara. Sebagai contoh sederhana :
Unilever, perusahaan transnasional dari Belanda, di Indonesia menguasai
pangsa pasar yang signifikan dalam produk-produk kebutuhan rumah tangga
(consumers product). Mulai dari sabun, shampo, detergen, pembersih lantai,
pengharum ruangan, pasta gigi, sampai es krim. Jika Unilever Indonesia tidak
beroperasi, diperkirakan sepertiga rak pasarswalayan Indonesia akan kosong
dan akibatnya bisa diduga: harga kelompok produk sejenis di pasar Indonesia
akan melambung tinggi. Di Indonesia, Unilever bersama perusahaan nasional
Indofood (yang memproduksi lebih dari 500 item product) merupakan raksasa
yang menguasai sebagian besar pasar produk kebutuhan rumah tangga. Tidak
ada satupun pemilik toko, pasarswalayan, bahkan hypermarket di Indonesia
yang berani berseberangan dengan kebijakan kedua perusahaan besar ini.
Bayangkan saja, produk keduanya menguasai separuh dari rak pasarswalayan
Indonesia. Peritel Indonesia bisa terpaksa menghentikan usahanya jika tidak
mendapatkan pasokan barang dagangan dari kedua produsen gajah ini.
Sayangnya kinerja Indofood yang merajai pasar produk makanan olahan di
Indonesia itu, masih belum mengglobal.

       Perusahaan transnasional umumnya memiliki strategi dan kebijakan
global di bidang produksi dan pemasaran. Dalam kerangka strategi global itu
mereka menentukan negara-negara tertentu sebagai basis produksinya dan
membuat kebijakan pemasaran yang membatasi cakupan pemasaran (market
coverage) dari unit-unit produksi tersebut. Setiap basis produksi memiliki
spesialisasi tertentu. Strategy dan global company policy dari Toyota, misalnya,
untuk daerah operasi kawasan ASEAN sudah menggariskan Indonesia sebagai
basis produksi kendaraan niaga seperti Toyota Kijang, termasuk juga kendaraan
yang masuk kategori kendaraan muti guna ukuran kecil (small multipurpose
vehicle/MPV) merek Avanza dengan market coverage meliputi pasar otomotif
kawasan Asia Tenggara. Sementara Thailand ditetapkan sebagai basis produksi
kendaraan sedan dan truck bak terbuka.

       Tetsuo Kitagawa, juru bicara Toyota Jepang dalam suatu acara jumpa pers
menyatakan, kedua negara anggota ASEAN ini memiliki peran kunci dalam
strategi global Toyota untuk pasar otomotif di kawasan Asia Tengara. Kedua
negara itu dipilih untuk menjadi basis produksi dengan klasifikasi diatas karena
unit pabrikasi dan mitra lokal Toyota di kedua negara tersebut dinilai memiliki
kemampuan dan pengalaman untuk memproduksi produk otomotif dengan
spesifikasi seperti itu. Kedua negara itu dinilai memiliki keunggulan komparatif
dalam produksi kendaraan bermotor jenis tersebut.

       Avanza produksi Toyota di Indonesia (bekerjasama dengan Daihatsu
yang sahamnya sudah dikuasai Toyota Jepang) di ekspor ke Thailand.
Sebaliknya, sedan Toyota hasil produksi Toyota Thailand, diekspor ke Indonesia.
20


Toyota ASTRA di Indonesia tidak diperkenankan membuat sedan sendiri diluar
kebijakan global Toyota Jepang. Selain itu, unit-unit produksi Toyota yang
bertebaran di manca negara itu, tidak bisa menggenjot ekspor dan melakukan
penetrasi pasar luar negeri dengan sebebas-bebasnya, karena kuota ekspor dan
market coveragenya sudah diatur oleh Toyota Jepang yang merupakan principal
companynya. Ekspor bebas hanya akan menggangu pemasaran unit produksi
Toyota di negara lain. Sulit bagi negara manapun di dunia ini untuk merubah
strategi dan kebijakan global perusahan-perusahan multinasional, walaupun
dengan tujuan mewujudkan integrasi ekonomi di kawasan tertentu. Semua
perusahaan multinasional produsen otomotif Jepang, Korea AS, Eropa dan
negara maju lainnya, memiliki kebijakan global yang kurang lebih sama.

       Perusahaan global memiliki tolok ukur ekonomis tersendiri untuk
menentukan basis produksi dan market coveragenya. Untuk menentukan lokasi
investasi basis produksinya, maka rendahnya komponen biaya lokal, rendahnya
risiko, ketersediaan infrastruktur yang memadai serta dukungan fasilitas,
insentif atau kemudahan dari pemerintah seperti insentif perpajakan, misalnya,
bisa merupakan ukuran utama. Kita bisa belajar dari kasus hengkangnya Sony
dari Indonesia. Hengkangnya Sony menarik perhatian dunia karena Sony
merupakan ikon industri elektronika dunia. Induk Sony di Jepang berdasarkan
strategi dan kebijakan globalnya, memutuskan menutup pabrik Sony di
Indonesia dan merelokasinya ke Serawak, Malaysia. Mengapa Sony
memindahkan pabriknya di Indonesia, padahal lini produksi Sony di Indonesia
tergolong lengkap, sanggup memproduksi beragam produk, dari audio video,
sampai pesawat televisi ukuran besar. Ini karena produksi Sony di Indonesia
dirasakan sudah tidak efesien lagi sehingga daya saingnya lemah. Ekonomi
biaya tinggi di Indonesia, minimnya insentif perpajakan, dan kenaikan upah
buruh (yang sering dibarengi dengan demonstrasi buruh) membuat produksi
Sony menjadi tidak efesien dan daya saing produksi Sony Indonesia menjadi
lemah. Produk Sony Indonesia sulit bersaing dengan produk elektronik murah
dari China dan serbuan barang selundupan yang dijual dengan harga dibanting.
Sialnya lagi, barang selundupan itu ternyata merupakan produk Sony dari
negara ASEAN lainnya, terutama dari Malaysia.

       Pemerintah Indonesia mencoba mendekati pimpinan Sony agar tidak
hengkang dari negeri ini. Namun Sony tetap melaksanakan niatnya. Tidak ada
yang bisa menghalangi impelementasi strategi dan kebijakan global perusahaan
multinasional ini. Pabrik Sony tetap dipindahkan ke Malaysia yang dinilai
memiliki keunggulan komparatif yang tinggi dalam produksi barang elektronika
karena pemerintahnya amat mendukung pengembangan industri elektronik,
memangkas ekses birokrasi yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi,
infrastruktur memadai dan memberikan insentif perpajakan yang
menggairahkan investasi industri elektronika. Di negeri jiran ini, Sony selain
21


menikmati berbagai kemudahan, juga terhindar dari ekonomi biaya tinggi, bebas
pusing dari persoalan serbuan barang selundupan, sementara kebutuhan akan
buruhnya dipenuhi dengan memanfaatkan buruh migran asal Indonesia yang
tingkat upahnya relatif rendah dan bebas dari demo dan tekanan kalangan
perburuhan. Sementara Indonesia sendiri tetap dijadikan pasar bagi produk
Sony Malaysia dengan dukungan layanan purna jual yang tidak berkurang
dibanding saat pabrik Sony masih beroperasi di Indonesia. Menggarap pasar
Indonesia merupakan persoalan mudah. Dengan memanfaatkan peluang AFTA,
pasar Indonesia menjadi sangat terbuka bagi Sony Malaysia.

Integrasi Alamiah

       Proses integrasi industri atau bisnis di kalangan dunia bisnis ASEAN,
dalam kasus-kasus tertentu, sebenarnya sudah berjalan secara alamiah, tanpa
dorongan atau campur tangan kebijakan pemerintah, baik secara bilateral
maupun regional. Proses integrasi, misalnya, dapat berjalan lewat
pengambilalihan (akusisi) saham perusahaan di negara ASEAN oleh perusahaan
dari negara ASEAN lainnya, atau lewat pertukaran saham (share swap) antara
saham suatu perusahaan di negara ASEAN tertentu dengan saham perusahaan
dari negara ASEAN lainnya.

       Di Indonesia, dalam kenyataannya, proses integrasi di sektor tertentu,
seperti perbankan dan telekomunikasi, sebenarnya sudah berjalan dan ini terjadi
lewat pembelian atau pengambilalihan (akuisisi) saham milik perusahaan
Indonesia oleh perusahaan dari negara ASEAN lainnya. Meningkatnya
keterbukaan pasar modal Indonesia terhadap masuknya arus investasi asing,
berlangsungnya penjualan kepemilikan saham pemerintah lewat program
privatisasi BUMN, atau perusahaan yang dibawah penguasaan BPPN, telah
membuka peluang besar terjadinya proses integrasi lewat akuisisi saham ini.
Beberapa bank di Indonesia, misalnya, sebagian sahamnya sudah diambilalih
oleh investor dari Singapura dan Malaysia.

      Di sektor telekomunikasi Indonesia, peranan Singapura sangat menonjol.
Pada 2001, Singapore Telecomunication Ltd (Singtel) mengambil 22,30 % saham
perusahaan operator telepon seluler, Telkomsel, seharga 602 juta dolar AS dari
tangan pemilik lamanya, KPN, sebuah perusahaan telekomunikasi dari Belanda.
Langkah Singtel tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan terus berlanjut
dengan mengambilalih 13 % saham (senilai 429 juta dolar AS) dari tangan PT
Telkom. Tingginya nilai pengambilaihan ini karena prosesnya disertai dengan
penggabungan Telkommobile (milik Telkom) kedalam Telkomsel. Dengan
demikian, komposisi kepemilikan saham Telkomsel menjadi 65 % dikuasai PT
Telkom dan sisanya (35 %) dikuasai oleh Singtel.
22


       Kepanjangan tangan Singapura dalam industri telekomunikasi Indonesia
terus berlanjut dengan pengambilalihan saham Indosat. Sebagaimana diketahui,
pemerintah Indonesia mendivestasi 41 % saham PT Indosat yang merupakan
induk Satelindo (perusahaan operator telepon seluler). Singapore Technology
Telemedia (STT) kemudian berhasil keluar sebagai pemenang tender divestasi
saham Indosat senilai Rp 5,62 triliun itu. Penjualan saham Indosat ketangan
Singapura, sempat mengundang kontroversi yang hangat. Pasalnya, lewat
proses akuisisi ini, perusahaan milik negara (BUMN) Singapura, Temasek
Holding, yang merupakan induk dari Singtel dan STT, dengan berhasil
menguasai 35 % saham Telkomsel (operator telepon seluler) dan 41 % saham
Indosat (induk perusahaan operator telepon seluler Satelindo) berpotensi besar
untuk mendominasi usaha operasi telekomunikasi seluler Indonesia. Namun
kontroversi ini akhirnya sirna juga, berlalu bersama dengan waktu.

      Alternatif lain dari proses integrasi adalah membuka perusahaan induk di
suatu negara ASEAN. Modus ini sebenarnya sudah berjalan sejak satu
dasawarsa terakhir ini. Perusahaan-perusahaan besar Indonesia, guna
meluaskan sayap bisnisnya ke manca negara, telah memindahkan perusahaan
induknya ke negara lain, atau membentuk perusahaan baru di negara lain yang
berperan sebagai perusahaan induknya. Selanjutnya semua perusahaannya
yang sudah lama eksis di Indonesia dijadikan anak perusahaan induk yang
bermarkas di luar negeri itu (offshore).

        Perusahaan induk atau kantor pusat itu tidak selalu harus merupakan
sebuah kantor yang besar dengan jumlah pegawai yang banyak. Banyak juga
dalam bentuk kantor kecil (small office) yang sebenarnya lebih pantas berfungsi
sebagai kantor perwakilan atau kantor pemasaran di luar negeri. Cara lain yang
juga lazim ditempuh adalah membeli perusahaan tertentu di luar negeri
(utamanya yang sudah masuk bursa) dan kemudian menjadikan perusahaan
tersebut sebagai perusahaan induk. Kelompok usaha milik konglomerat Eka
Tjipta, misalnya, telah memindahkan induk perusahaannya ke Singapura yang
dikenal dengan nama Asia Pulp and Paper (APP). Semua perusahaan industri
kertas dan pulp milik Taipan Eka yang ada di Indonesia dijadikan anak
perusahaan APP yang bermarkas di Singapura.

      Negara yang menjadi basis perusahaan induk di luar negeri umumnya
adalah Singapura, Hongkong dan Malaysia. Namun yang terbanyak digunakan
pengusaha Indonesia adalah Singapura. Singapura dipilih karena pajaknya
rendah, proses perizinannya sangat mudah, fasilitas dan infrastruktur penunjang
bisnis lengkap, Singapura juga merupakan pusat keuangan sehingga
memudahkan perolehan pinjaman luar negeri atau penjualan saham dan
penerbitan obligasi internasional. Selain itu, Singapura sudah sejak lama menjadi
pusat perniagaan internasional di kawasan Asia Tenggara sehingga pembukaan
23


kantor pusat di Singapura akan memudahkan ekspor perusahaan Indonesia ke
manca negara. Faktor lain yang membuat Singapura menjadi aktraktif adalah
ketiadaan perjanjian ekstradisi antara pemerintah Singapura dan Indonesia
sehingga negeri jiran ini menjadi surga bagi para konglomerat hitam dan pelaku
kejahatan ekonomi lainnya. Selain itu, pemerintah Singapura juga tidak pernah
berupaya mengusut asal usul modal dan pemiliknya, yang masuk ke negeri kota
dagang ini.

        Dengan membuka kantor pusat di Singapura, perusahaan dapat lebih
mudah mendapatkan pinjaman luar negeri yang suku bunganya jauh lebih
rendah ketimbang suku bunga perbankan domestik. Perusahaan juga dapat
memperoleh tambahan modal dengan meluncurkan sahamnya di pasar modal
Singapura dan menerbitkan saham tambahan (right issue). Semua anak
perusahaan di Indonesia (bagi perusahaan induk yang sudah go public) tidak
begitu saja dicatatkan sebagai anak perusahaan. Caranya, induk perusahaan
yang berbasis di Singapura itu membeli/mengakuisisi saham anak
perusahaannya di Indonesia dengan menerbitkan saham tambahan (right issue)
di Bursa Singapura. Dengan demikian, pengusaha Indonesia itu juga
memperoleh dana segar, hasil right issue, untuk mengembangkan usahanya
lebih lanjut.

       Namun dengan membuka perusahaan induk di Singapura,
konsekuensinya sebagai sebuah entitas bisnis yang legal, perusahaan induk yang
tercatat di Singapura tersebut (kendati nota bene milik pengusaha Indonesia)
secara yuridis formal menjadi perusahaan Singapura, dan sebagian sahamnya
dimiliki publik Singapura. Demikian pula anak-anak perusahaannya di
Indonesia merupakan milik perusahaan Singapura tersebut. Dengan pola
alamiah ini, tanpa regulasi atau rekayasa pihak ketiga, sebenarnya telah terjadi
proses integrasi ekonomi bisnis di kawasan ASEAN.

        Modus operandi pembukaan kantor pusat di Singapura memiliki alasan
lain yang kurang menggembirakan dari segi penerimaan pajak pemerintah
Indonesia. Salah satu alasan “tersembunyi” dari pengusaha Indonesia yang
membuka kantor pusat di Singapura adalah penciptaan efesiensi pajak. Menurut
mereka, kiat ini bukan merupakan penghindaran pajak, melainkan upaya
menciptakan efesiensi dalam pembayaran pajak. Adanya perjanjian pajak (tax
treaty) antar pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara sahabat yang
tidak membenarkan adanya penarikan pajak ganda, merupakan salah satu factor
pendorong pengusaha Indonesia tertentu untuk membuka kantor pusatnya di
Singapura. Ini karena pajak pendapatan badan atau perorangan di negeri jiran
ini lebih rendah dari pajak perseroan di Indonesia. Pajak pendapatan badan di
Indonesia masih 30 %, sedang Singapura dibawah itu dan akan terus diturunkan
menjadi 20 % pada 2006. Dengan membuka kantor pusat di Singapura,
24


perusahaan mereka menjadi perusahaan Singapura dan mereka membayar pajak
perseroan di Singapura dengan rate yang jauh lebih rendah. Mereka tidak perlu
lagi membayar pajak perseroan di Indonesia, karena adanya perjanjian anti pajak
ganda tersebut.

       Kedua, pembukaan kantor pusat di Singapura membuka peluang
dilakukannya modus operandi transfer pricing atau transfer cost untuk
mengurangi pembayaran pajak, dengan cara menciptakan beban biaya tertentu
di kantor pusat Singapura, yang dibebankan/ditransfer ke dalam pembukuan
anak-anak perusahaannya di Indonesia. Dengan adanya tambahan beban
terselubung dari kantor pusat ini, maka bagian yang kena pajak di Indonesia
menjadi menyusut. Dengan demikian pembayaran pajak menjadi “efesien”
Salah satu beban biaya yang paling besar dan banyak digunakan adalah R & D
cost (biaya penelitian dan pengembangan). Biaya ini sulit diukur dan diteliti
kebenarannya oleh petugas pajak, karena di perusahaan-perusahaan luar negeri,
komponen biaya ini memang diakui sebagai komponen biaya yang lazim
diberikan dalam porsi yang besar.

       Ketiga, modus ini membuka peluang bagi perusahaan melakukan praktek
underinvoicing dalam impor bahan baku, dimana harga bahan baku (yang
diimpor oleh anak perusahaannya di Indonesia) dalam dokumen impornya
sengaja dibuat serendah mungkin, agar pembayaran bea masuk di Indonesia
menjadi rendah. Praktek semacam sudah berlangsung lama. Tak heran jika data
perdagangan luar negeri Indonesia-Singapura sulit untuk bisa menjadi akurat.
Di satu sisi, impor dari Singapura dicatat petugas pabean Indonesia lebih
rendah, sementara di sisi lain, ekspor dari Indonesia ke Singapura dicatat juga
lebih rendah oleh petugas Singapura. Ini karena petugas Singapura mengetahui
bahwa barang dari Indonesia itu hanya menjalankan proses transshipment di
Singapura, mengingat perusahaan induknya hanya menjadikan Singapura
sebagai pelabuhan transito, dimana selanjutnya barang hasil produksi anak
perusahannya di Indonesia itu diekspor ke manca negara.

Kendala Integrasi Alamiah

      Namun ada beberapa kendala yang menyebabkan proses integrasi
industri dan bisnis di lingkup dunia usaha ASEAN tidak berjalan dengan cepat.
Pertama; ketiadaan “musuh” bersama. Latar belakang pembentukan integrasi
ASEAN menuju terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN, berbeda dengan
pembentukan Pasar Tunggal Eropa yang berkembang menjadi Masyarakat
Ekonomi Eropa (MEE) dan belakangan berhasil berintegrasi menjadi Uni Eropa
(UE). Pembentukan Uni Eropa ini dilatar belakangi adanya kesadaran di
kalangan pebisnis dan pemerintah Eropa bahwa mereka memiliki “musuh”
bersama. Pada kenyataan di lapangan, di manca negara produk-produk Eropa
25


memang harus bersaing ketat dengan produk buatan Amerika Serikat, Jepang
dan Korea. Apalagi setelah produk Jepang dan Korea semakin agresif menembus
pasar Eropa.

       Pembentukan Uni Eropa sebenarnya membuka peluang terbentuknya
front “pertempuran” dagang antar benua, yakni antar benua Eropa dengan
benua Asia Timur (Jepang dan Korea Selatan) dan kawasan Pasifik (Amerika
Serikat dan sekutunya dikawasan tersebut). Jika penggalangan kerjasama
kawasan Asia pasifik (APEC) jadi terbentuk menjadi satu kawasan perdagangan
bebas yang terintegrasi, dikotomi kedua front ini akan semakin jelas menjadi
kenyataan. Namun menyadari adanya lawan bersama ini membuahkan hikmah
tersendiri bagi Eropa. Para pebisnis Eropa menyatukan langkah untuk
menghadapi pesaing tangguh mereka dari Asia-Pasifik. Langkah pertama yang
menjadi prioritas adalah mengamankan potensi pasar Eropa dari gerogotan
produk pesaing dari Asia-Pasifik tersebut. Langkah ini membuat kerjasama
dikalangan pebisnis dan industri Eropa, baik dalam bidang litbang, produksi,
dan distribusi, menjadi semakin kuat. Tak heran jika capaian perdagangan intra
Eropa menjadi relatif tinggi.

        Sebaliknya, kalangan pebisnis ASEAN tidak memiliki “lawan” bersama.
Semua negara, baik negara-negara barat maupun timur, Eropa, Asia atau
Amerika, dianggap sebagai mitra dagang yang harus terus menerus diupayakan
penjalinan hubungan baiknya. Ketiadaan “lawan” bersama ini menyebabkan
para pebisnis ASEAN kurang memiliki semangat menggalang persatuan dunia
bisnis ASEAN, sehingga kurang terdorong untuk berintegrasi. Selain itu, para
pebisnis ASEAN pada kenyataannya memang merupakan pesaing, karena
memiliki latar belakang sesama negara berkembang yang mengandalkan potensi
sumber daya alam. Persoalan lain yang menjadi kendala persatuan adalah latar
belakang sumber permodalan dan teknologi. Para pebisnis ASEAN tidak
memiliki penguasaan teknologi dan permodalan yang kuat, sehingga mereka
harus menggalang kerjasama dengan perusahaan negara maju. Mereka sangat
terafiliasi dengan para investor asing dan pengusaha industri dari Asia, Eropa
dan Amerika. Banyak diantara mereka tidak dapat berkiprah dengan bebas,
melainkan harus mengikuti kebijakan mitra asing atau perusahaan prinsipalnya
di luar negeri.

       Di sisi lain, berbeda dengan konsumen Eropa yang memiliki kebanggaan
bahkan fanatisme terhadap produk dan merek Eropa, konsumen ASEAN
cenderung lebih menghargai produk dan merek asing ketimbang buatan ASEAN
sendiri. Mereka lebih menghargai produk dan merek negara maju, dari Amerika,
Eropa, Jepang atau Korea yang dianggap lebih berkualitas, dan bergengsi
ketimbang buatan Indonesia, Malaysia atau Thailand. Apalagi buatan Vietnam
atau Kamboja yang tidak dikenal. Konsumen ASEAN sudah terlampau lama
26


dipengaruhi oleh budaya konsumsi negara-negara maju tersebut yang ditransfer
lewat penyampaian informasi, hiburan dan promosi di media massa yang
berlatar belakang gaya hidup negara-negara maju tersebut.

       Untuk mengatasi kendala ini perlu ada terobosan budaya (cultural
breakthrough)      dengan menggiatkan promosi produk buatan ASEAN,
mengalakkan kebanggan menggunakan buatan ASEAN, dan mengembangkan
merek buatan ASEAN sendiri. Masyarakat konsumen Eropa bangga dengan
label made in Uni Eropa. Begitu juga masyarakat ASEAN harus didorong untuk
bangga menggunakan barang made in ASEAN. Dengan kiat ini, negara-negara
ASEAN yang citra produknya belum dikenal masyarakat ASEAN, menjadi bisa
terangkat citranya dan memudahkan pemasaran internasionalnya, setidaknya di
pasar ASEAN. Namun untuk mengembangkan label merek/buatan ASEAN
perlu dibuat keseragaman standar mutu, ukuran dan labelisasi produk-produk
ASEAN. Selain itu, juga perlu dibentuk kerjasama antar lembaga pengujian
mutu ASEAN yang selain memiliki akreditasi ASEAN, juga diakui dunia
internasional.

Komunitas Ekonomi ASEAN

       Sejak krisis moneter melanda kawasan Asia Tenggara, pergerakan
kerjasama ekonomi diantara negara-negara anggota ASEAN seolah mengalami
lesuh darah. Kegairahan untuk melanjutkan kerjasama regional yang sudah
dibentuk sejak tahun 1967 itu mengalami penurunan yang cukup
memperihatinkan. Negara angggota ASEAN disibukkan dengan kegiatan
internal mereka untuk dapat keluar dari dampak krisis moneter secepat
mungkin, sehingga perhatian mereka untuk mengembangkan kerjasama ASEAN
lebih lanjut, otomatis berkurang. Bahkan pada saat itu kelangsungan kerjasama
ASEAN sempat dipertanyakan banyak pihak. Mereka mempertanyakan, apakah
kerjasama ASEAN itu masih mau dilanjutkan dengan penuh semangat, apakah
masih relevan untuk diimplementasikan dalam perkembangan situasi pasar
global yang penuh ketidakpastian ? Namun kejutan terjadi. Implementasi
kerjasama ASEAN kembali bergairah setelah muncul gebrakan Bali Concord II
yang memutuskan dibentuknya Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN
Economic Community/AEC).

       Setelah cukup lama terbenam dalam kelesuhan, pada 2 September 2003,
para menteri perekonomian negara anggota ASEAN bertemu di ibu kota
Kamboja, Phnom Penh. Pertemuan tersebut menelorkan rekomendasi untuk
ditindaklanjutkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke 9 di Nusa
Dua, Bali, pada 7-8 ktober 2003, guna membahas pembentukan Komunitas
Perekonomian ASEAN. Konferensi petinggi ASEAN di Nusa Dua Bali itu
akhirnya diselenggarakan dan melahirkan Deklarasi ASEAN Bali Concord II
27


(Declaration of ASEAN Concord II) pada 7 Oktober 2003. Dalam konferensi ini
oleh para petinggi negara ASEAN telah disepakati dan dideklarasikan
dimulainya pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA). Komunitas
Ekonomi yang menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi perekonomian
ASEAN ini sepenuhnya baru akan terbentuk pada tahun 2020. Selain itu juga
disepakati pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security
Community/ASC) dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-
cultural Community/ASCC).

       Ketiga komunitas ini bila terwujud nantinya akan membentuk Komunitas
ASEAN (ASEAN Community) dengan tiga pilar kerjasama, yakni kerjasama
ekonomi yang saling menunguntungkan, kerjasama politik dan kemanan serta
kerjasama sosial budaya. Ketiga pilar kerjasama ini harus berkaitan dan saling
menunjang dalam mencapai stabilitas, perdamaian dan kemakmuran di
kawasan Asia Tenggara. Gagasan pembentukan kerjasama di bidang keamanan,
dan sosial budaya dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan dan
menyeimbangkan kerjasama diantara negara anggota ASEAN.

       Sebagaimana diketahui, salah satu penyebab menyurutnya kerjasama
ASEAN adalah karena selama ini kerjasama ASEAN lebih difokuskan pada
impelementasi kerjasama di bidang perekonomian, sehingga tatkala
perekonomian negara-negara ASEAN mengalami kemandegan akibat diterpa
badai krismon, kerjasama ASEAN tampak mengalami kelesuhan. Oleh karena
itu, perlu ditingkatkan kerjasama di bidang-bidang lain, khususnya di bidang
politik dan keamanan serta sosial dan budaya. Kerjasama di bidang keamanan
amatlah penting dan harus ditingkatkan untuk menghadapi ancaman terorisme
global. Stabilitas perekonomian membutuhkan stabilitas keamanan. Begitu pula
upaya menarik investasi asing memerlukan kondisi keamanan yang kondusif.

        Pencapaian Deklarasi Bali Concord II sebenarnya telah melalui suatu
perjalanan yang panjang, mengingat embrionya sudah ada sejak dikeluarkannya
Bali Concord I yang dihasilkan pada KTT ASEAN di Bali pada tahun 1976.
Namun gagasan pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN baru muncul secara
jelas sosoknya pada KTT ASEAN tahun 2003 yang membuahkan Bali Concord II
yang monumental. Gagasan pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN ini
muncul dari Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra dan Perdana Meneri
Singapura kala itu, Goh Chok Tong. Para petinggi dari dua negara anggota
senior ASEAN ini menyadari bahwa belakangan ini ASEAN semakin jauh
tertinggal dalam kompetisi menarik dana investasi dunia. ASEAN kalah jauh
dibandingkan dengan China yang ternyata paling berhasil merebut investasi
asing di kawasan Asia. Untuk meningkatkan aliran investasi asing ke ASEAN,
maka kawasan ini harus dibuat lebih aktraktif disbanding dengan kawasan
dunia lainnya.
28


       Selama ini dimata investor global pasar ASEAN, sekalipun memiliki
populasi penduduk sekitar 530 juta jiwa dan sudah membentuk kawasan
perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade AREA/AFTA), namun
pasarnya masih dinilai kurang aktraktif, karena masih belum terintegrasi. Pasar
ASEAN masih terfragmentasi dalam bentuk pasar dari 10 negara yang terkotak-
kotak, dimana aliran barang, jasa dan modal belum dapat bergerak secara bebas.
China di sisi lain, jelas-jelas merupakan satu kesatuan pasar yang besar dengan
populasi penduduknya lebih dari dua kali lipat ASEAN atau sekitar 1,3 miliar
jiwa dan ekonominya pun terus bertumbuh secara dinamis. Sementara sebagian
negara anggota ASEAN masih belum pulih sepenuhnya dari dampak krisis
ekonomi yang melanda kawasan Asia pada 1997.

       Maka, untuk membuat ASEAN lebih aktratif sehingga modal asing
kembali mengalir dengan deras ke kawasan ASEAN, pasar ASEAN harus
diintegrasikan dalam bentuk satu pasar tunggal (single market) yang sekaligus
berperan sebagai basis dan jaringan produksi terpadu (integrated production
network), dimana aliran barang, jasa, modal dan tenaga kerja mengalir dengan
bebas dan lancar, tanpa mengenal batas-batas negara anggotanya. Pasar
terintegrasi ini layaknya dikembangkan dalam suatu wujud          Komunitas
Ekonomi ASEAN yang kompak dan terpadu.

       Sejak menjabat sebagai pemimpin Thailand, Thaksin sudah menyadari
betul potensi besar ASEAN yang layak dikembangkan menjadi suatu komunitas
perekonomian regional yang berkembang secara dinamis. Thaksin yang juga
seorang pebisnis sehingga memiliki naluri bisnis, menyimpulkan, ASEAN tidak
hanya berpotensi menjadi suatu kawasan pasar bebas (free trade area/FTA),
melainkan juga kawasan komunitas ekonomi yang terintegrasi seperti
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang belakangan berkembang menjadi Uni
Eropa. Dalam konteks Komunitas ASEAN, kawasan ini akan dikembangkan
menjadi pasar terintegrasi, sekaligus basis dan jaringan produksi, ditandai
dengan adanya pergerakan barang dan jasa termasuk tenaga kerja dan modal
investasi yang lebih bebas pada tahun 2020.

       Visi Komunitas Ekonomi ASEAN bukan hanya terbatas mewujudkan
suatu pasar tunggal yang terintegrasi melainkan juga mewujudkan peningkatan
daya saing ASEAN di pasar dunia. Thaksin memaparkan, pembentukan
Komunitas Ekonomi ASEAN bukan berarti hanya meliberalisasi perdagangan
barang, jasa dan investasi, melainkan juga harus mampu   meningkatkan daya
saing ASEAN. Daya saing ini akan muncul dengan semakin terpadu atau
terintegrasinya industri di kawasan ASEAN, sehingga terwujud sinerji dalam
industri (sektor-sektor dalam perekonomian ASEAN) yang merupakan kunci
peningkatan efesiensi dan daya saing. Agar implementasi perwujudan
Komunitas Ekonomi ASEAN ini berjalan dengan lancar, perlu disusun suatu
29


sistem untuk memonitor implementasi perjanjian-perjanjian atau kesepakatan
kerjasama ekonomi ASEAN yang sudah dibuat dan disepakati untuk dijalankan
oleh negara anggota ASEAN

       Komunitas Ekonomi ASEAN pada dasarnya, jauh lebih berarti ketimbang
kawasan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA) yang
hanya membebaskan perdagangan barang, namun tidak mencakup pembebasan
aliran jasa, modal, dan tenaga kerja. Marilah kita simak perbandingan dibawah
ini :

Fokus dari Komunitas Ekonomi ASEAN mencakup :

   a) Penurunan hambatan tariff dan non tariff
   b) Penciptaan proses dan iklim bisnis yang kondusif dan bersahabat di
      kawasan Asia Tenggara
   c) Liberalisasi perdagangan barang dan sektor jasa

Sementara fokus dari AFTA terbatas pada :

   a) Penurunan tariff
   b) Masih memberi peluang bagi anggota untuk mundur dari penurunan tarif
   c) Liberalisasi perdagangan barang dan belum mencakup sektor jasa, lalu
      lintas modal, dan tenaga kerja.

Maksud dari pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN adalah :

   1) Menciptakan kawasan ekonomi Asia Tenggara yang stabil, makmur dan
      berdaya saing kuat
   2) Memperlancar aliran barang dan jasa serta modal dan tenaga kerja agar
      dapat bergerak lebih bebas
   3) Pengembangan kondisi ekonomi yang lebih berimbang di kawasan Asia
      Tenggara
   4) Pengurangan kemiskinan dan perbedaan status sosial ekonomi di ASEAN
   5) Memperdalam integrasi ekonomi di kawasan ASEAN
   6) Meningkatkan iklim investasi sehingga menjadi kondusif
   7) Memperkuat perekonomian ASEAN yang dengan demikian akan
      membuat ASEAN lebih dipertimbangkan dalam forum internasional dan
      menjadi kawasan yang disegani di dunia

Sedang tujuan ekonomi dari pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN adalah :

   1) Menjadikan ASEAN sebagai pasar yang terintegrasi
   2) Menjadikan ASEAN sebagai basis dan jaringan produksi yang terintegrasi
30


  3) Upaya mewujudkan kedua bentuk integrasi ini dimaksudkan untuk
     mendorong peningkatan investasi sekaligus juga peningkatan
     perdagangan di kawasan ASEAN
  4) Memungkinkan perusahaan di ASEAN mencapai skala usaha yang
     ekonomis dan efesien dengan melayani pasar yang besar berpopulasi
     penduduk setengah miliar jiwa.
  5) Memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen ASEAN dengan
     menyediakan berbagai jenis barang dengan harga yang lebih bersaing.

    Adapun cara atau proses yang akan ditempuh dalam mewujudkan
Komunitas Ekonomi ASEAN adalah :

  1) Menggunakan lebih intensif berbagai skema kerjasama di bidang ekonomi
     yang sudah tersedia seperti kerjasama mewujudkan kawasan
     perdagangan bebas ASEAN (AFTA), ASEAN Investment Area (AIA),
     ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS)
  2) Melanjutkan pendalaman mekanisme yang akan memperkuat integrasi
     ekonomi ASEAN
  3) Memperkuat kelembagaan dengan membentuk kelembagaan non politik,
     seperti pembentukan mekanisme penyelesaian pertikaian bisnis, untuk
     mengatasi terjadinya pertikaian diantara sesama pebisnis ASEAN

     Untuk mempercepat proses integrasi ASEAN, para petinggi ASEAN
  sepakat untuk mempercepat integrasi 11 sektor dalam perekonomian
  ASEAN, yang akan berlangsung sampai tahun 2010, yang mencakup industri
  perkayuan, otomotif, karet, tekstil dan produk tekstil (TPT), agro, perikanan,
  elektronik, produk kesehatan, teknologi informasi (e-commerce), pariwisata
  dan penerbangan. Pengintegrasian ke 11 sektor prioritas ini merupakan
  proyek percontohan (pilot project) untuk mencapai terwujudnya Komunitas
  Ekonomi ASEAN secara penuh pada 2020. Dengan demikian, sepanjang
  perjalanan mencapai tahun 2010 dapat diketahui berbagai hambatan yang
  ada. Dengan demikian, setelah periode itu dalam menuju tahun 2020, segala
  hambatan dapat dieleminasi sehingga proses integrasi bisa berjalan lebih
  baik, lebih cepat dan lebih lancar. Dalam rangka integrasi 11 sektor ini,
  negara-negara ASEAN akan mengurangi berbagai bentuk hambatan tariff
  dan non tariff yang mengena pada 11 jenis industri ini.

  ASEAN BAC

      Konferensi Nusa Dua Bali juga menyepakati keberadaan suatu lembaga
  yang bertugas memberi masukan-masukan di bidang ekonomi bisnis kepada
  pemerintah negara ASEAN, serta cara-cara untuk meningkatkan
  pengintegrasian perekonomian ASEAN. Lembaga ini dikenal sebagai
31


ASEAN Business Advisory Council (ABC). Setiap negara anggota ASEAN
yang berjumlah 10 negara itu, menempatkan tiga wakilnya dalam lembaga
ini, sehingga jumlah seluruh anggota mencapai 30 orang. Mereka mewakili
perusahaan swasta, BUMN dan usaha kecil dan menengah (UKM) dari
negara masing-masing. Selain berperan sebagai lembaga pemberi masukan,
BAC juga akan menjadi ajang kumpul dan diskusi para pengusaha ASEAN
dalam menghimpun masukan yang akan disampaikan kepada para petinggi
negara ASEAN.

     BAC sendiri sebenarnya sudah dibentuk pada KTT ASEAN ke 7 di
Brunei Darussalam. Thaksin, Perdana Menteri Thailand yang juga berlatar
belakang dari kalangan pebisnis itu, berperan besar dalam mendukung
pembentukan lembaga ini. Demikian pula petinggi pemerintah Singapura.
Pemunculan BAC merupakan gagasan yang baik. Sebagaimana diketahui,
sejak berdiri pada 1967, pihak pengusaha swasta ASEAN memang tidak
memiliki wadah dan akses langsung ke dalam organisasi kerjasama regional
negara-negara di Asia Tenggara ini. Pemerintah negara ASEAN seolah
berjalan sendiri dan dunia usaha dianggap bisa dan siap menerima dan
menjalankan, apa yang telah disepakati pemerintahnya dalam forum
kerjasama ASEAN. Tetapi apa yang disepakati petinggi pemerintahan itu
belum tentu sepenuhnya cocok untuk diimplementasikan oleh dunia usaha,
sehingga mempengaruhi kecepatan dan kelancaran implementasi hasil-hasil
kesepakatan ASEAN. Oleh karena itu, diperlukan wadah formal yang
menjembatani hubungan organisasi pemerintah ASEAN dengan dunia usaha
ASEAN.

     Sebelum konferensi Nua Dua, ASEAN BAC sudah mengadakan
pertemuan sebanyak empat kali di kota satelit Putrajaya, Malaysia pada akhir
september 2003. Pada rangkaian pertemuan itu, para pebisnis ASEAN
membahas rekomendasi yang akan disampaikan pada para pemimpin
negara ASEAN pada KTT 9 di Nusa Dua, Bali, untuk mempercepat integrasi
ASEAN. Mereka tempaknya bekerja relatif cepat sehingga berhasil
menelorkan masukan-masukan yang disampaikan dalam KTT Nusa Dua.
32


                    Bab. 3.
   Kerjasama Dengan Mitra Dagang Asia Lainnya
              (ASEAN Plus Three)
Bab ini akan membahas kerjasama ASEAN dengan mitra dagang utama dari
kawasan Asia seperti China ,dan Jepang, yang bisa berperan sebagai lokomotif
pertumbuhan negara-negara anggota ASEAN.

Kerjasama ASEAN-China

   Disamping berupaya meningkatkan perdagangan intra ASEAN, negara-
negara ASEAN juga merintis upaya memperluas kerjasama kawasan
perdagangan bebasnya (AFTA) dengan negara-negara tetangga yang menjadi
mitra dagang utamanya seperti China, India dan Jepang. Studi yang dilakukan
Scollay dan Gilbert (2002) menunjukkan bahwa GDP ASEAN akan meningkat
0.9% pertahun apabila mengadakan perjanjian perdagangan bebas (Free Trade
Arrangement/FTA) dengan China. Sedangkan pemberlakukan FTA ASEAN
dengan Jepang akan meningkatkan GDP ASEAN 1.1% pertahun. Dalam studi
yang sama dinyatakan, GDP ASEAN diperkirakan dapat meningkat 1.5%
pertahun apabila FTA ASEAN diperluas cakupannya menjadi ASEAN Plus
Three (China, Jepang dan Korea).


   Potensi peningkatan GDP yang positif bagi ASEAN, apabila melakukan FTA
dengan negara-negara di Asia Timur, dapat dipahami mengingat peningkatan
volume perdagangan yang mungkin tercipta melalui upaya perluasan kerjasama
kawasan pasar bebas ASEAN dengan mitra dagang utamanya di Asia. Pasar
China yang berpenduduk 1.2 milyar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tanpa berhenti selama 10 tahun terakhir ini akan menjadi lokomotif
pertumbuhan ekonomi di Asia Timur. Demikian juga Jepang dengan penduduk
sekitar 120 juta jiwa dan tingkat pendapatan yang sangat tinggi, menjadi tempat
yang potensial bagi pemasaran produk-produk ekspor ASEAN.

   Negara-negara ASEAN dan China sudah menjalin hubungan perdagangan
yang erat sejak berabad-abad yang silam. Tiga negara di Asean yaitu Myanmar,
Laos dan Vietnam berbatasan secara langsung dengan China. Pada awalnya,
negara-negara ASEAN mengekspor produk-produk rempah-rempah ke Cina
dan mengimpor sutera dan bahan pakaian dari China. Saat ini, pola
perdagangan mengalami perubahan, dimana ASEAN mengekspor produk-
produk elektronik, minyak mentah, minyak dan lemak nabati, karet alam, dan
sebagainya serta mengimpor produk-produk elektronik, produk kimia, textil,
33


seng, dlsb, dari China.

    Perdagangan ASEAN-China mengalami puncak pada tahun 2000 dengan
total US$. 61.5 milyar dan kemudian menurun menjadi US$. 42.7 milyar tahun
2002. Singapura adalah negara ASEAN yang memiliki perdagangan terbesar
dengan China diikuti dengan Malaysia dan Thailand.



   Kesepakatan ASEAN-China FTA ditandatangani tahun 2002 di Kambodya
dimana disepakati untuk mewujudkan ASEAN-China FTA pada tahun 2010
untuk ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura
dan Thailand) dan 2015 untuk ASEAN-4 (Kamboja, Laos, Myanmar dan
Vietnam). Dalam rangka memperlancar kerjasama ASEAN-China ini, disepakati
juga implementasi Early Harvest Program (EHP) yaitu melakukan liberalisasi dini
untuk produk pertanian selambat-Iambatnya 2007 dan dimulai awal 2004.

   Dalam talian ini, terdapat 478 produk dalam HS 8 digit yang masuk dalam
skema EHP dan berlaku untuk semua ASEAN-China. Akan tetapi, dilakukan
juga kesepakatan bilateral masing-masing untuk menentukan beberapa produk
sensitif yanq penurunan tarifnva hanva berlaku secara unilateral antara China
dan masing-masing negara. Khusus dengan lndonesia disepakati sebanyak 49
produk yang masuk dalam skema EHP.

ASEAN-Jepang
   Secara geographis, ASEAN dan Jepang tidak memiliki perbatasan darat
karena kedua wilayah dipisahkan oleh Laut China Selatan. Perdagangan ASEAN
dan Jepang merupakan terbesar dari seluruh mitra dagang ASEAN yang sudah
menyepakati perwujudan integrasi ekonomi regional dengan ASEAN. Hal ini
disebabkan pasar Jepang sangat besar, dengan jumlah penduduk yang mencapai
sekitar 120 juta jiwa dan memiliki pendapatan per kapita yang tinggi.
Disamping itu, Jepang merupakan negara terbesar kedua yang melakukan
investasi di kawasan ASEAN setelah Amerika Serikat.


    Perdagangan ASEAN - Jepang mengalami puncak pada tahun 2002,
mencapai sebesar US$. 120,3 milyar dan mengalami penurunan menjadi US$.
97.6 tahun 2002. Produk utama ekspor ASEAN ke Jepang adalah gas alam,
produk elektronik, petroleum, produk hasil laut, plywood, furniture, dan
tembaga. Sedangkan produk impor utama ASEAN dari Jepang adalah Produk
elektronik, mesin-mesin, otomotif, aluminium dan bahan bangunan. Sampai
tahun 2001, Singapura merupakan mitra dagang utama Jepang di ASEAN. Akan
tetapi pada tahun 2002, Thailand tampil menjadi negara mitra dagang utama
34


Jepang di ASEAN, disusul Singapura dan Malaysia.

   Rencana liberalisasi perdagangan antara ASEAN dengan Jepang juga telah
disepakati pada tahun 2003 di Bali dengan istilah ASEAN-Jepang Comprehensive
Economic Partnership (CEP). economic partnership ini mencakup liberalisasi di -
bidang barang dan jasa, invetasi dan tenaga kerja terampil, dan kerjasama di
bidang ekonomi. Target waktu pencapaian ASEAN-Jepang CEP belum
ditetapkan, tetapi disepakati untuk segera melakukan negosiasi pada awal tahun
2004 dan selesai selambat-Iambatnya akhir tahun 2005.      '

   Sedikit berbeda dengan pola ASEAN-China FTA dan ASEAN-India FTA,
ASEAN-Jepang CEP akan dilaksanakan secara bilateral. Hal ini disebabkan
pihak Jepang melihat tingkat kesiapan masing-masing negara anggota ASEAN
dalam melaksanakan CEP berbeda-beda.         Singapura dan Jepang sudah
menandatangani bilateral FTA pada tahun 2001, atau dua tahun sebelum
disepakatinya ASEAN- Jepang CEP.

   Prosedur penyelesaian bilateral FTA ini adalah melalui tahapan diskusi
intensif, studi bersama, dan negosiasi. Pada saat ini Jepang sedang melakukan
negosiasi secara bilateral dengan Thailand, Malaysia dan Philipina dalam
mencapai bilateral FTA. Sedangkan antara Jepang dengan Indonesia, status pada
saat ini belum pada tahap negosiasi masih dalam tahap diskusi intensif menuju
negosiasi pembentukan FTA.

ASEAN-India

      Walaupun secara geografis, India berbatasan langsung dengan ASEAN
hanya dengan satu negara anggota ASEAN, yakni Myanmar, tetapi perdagangan
langsung antara India dengan negara anggota ASEAN lainnya sudah
berlangsung sejak berabad-abad. Sejarah dunia mencatat bahwa perdagangan
Asia dengan India dimulai dengan perdagangan rempah-rempah dan sutra yang
ditandai dengan banyaknya pedagang India yang membuka hubungan
perdagangan dan bahkan kemudian menetap dan membuka usaha dagang
diberbagai negara di kawasan Asia Tenggara.


      Perdagangan ASEAN dengan India terus meningkat dari tahun ke tahun
dan mencapai puncaknya pada tahun 2002. Malaysia merupakan negara mitra
dagang utama India di ASEAN, diikuti Singapura dan Indonesia. Produk ekspor
utama ASEAN ke India adalah minyak nabati, petroleum, produk elektronik,
benang, tekstil dan tembaga. Sedangkan produk impor utama ASEAN dari India
adalah produk elektronik, makanan ternak, batu-batuan, permata dan gandum.
35



      Kesepakatan kerjasama ekonomi ASEAN-India ditandatangani oleh
kepala pemerintahan negara-negara ASEAN dan PM India di Bali tahun 2003,
dengan target mencapai terbentuknya perdagangan bebas pada tahun 2011
untuk ASEAN-5 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura dan
Thailand), tahun 2016 untuk Philipina dan tahun 2017 untuk ASEAN-4
(Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam). ASEAN-India sepakat untuk
membentuk ASEAN-India Trade and Investment AREA (RTIA). Tujuan RTIA
ASEAN-India adalah :

      •   Memperkuat dan meningkatkan kerjasama investasi, perdagangan
          dan ekonomi diantara para anggotanya,

      •   Liberalisasi dan promosi perdagangan barang, jasa dan investasi
          untuk menciptakan transparansi, liberalisasi dan fasilitasi,


      •   Memperluas bidang-bidang baru yang mengembangkan kebijakan
          yang tepat untuk implementasi kerjasama ekonomi diantara
          anggotanya,

      •   Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif untuk negara
          anggota ASEAN baru (Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam),


      •   Menjambatani kesenjangan pembangunan dan ekonomi diantara para
          anggotanya.

Adapun tujuan jangka panjang RTIA ASEAN-India adalah mewujudkan
kawasan perdagangan bebas (Free Trade AREA/FTA) atau ASEAN-India FTA,
yang akan diperluas mencakup bidang perdagangan barang, jasa dan investasi
serta    meningkatkan    kerjasama    ekonomi    ASEAN-India       secara
berkesinambungan.

       Sebagaimana halnya dengan ASEAN-China FTA, dalam ASEAN-India
FTA (dalam konteks kerjasama dengan ASEAN-India)            juga disepakati
penerapan Early Harvest Program (EHP) yang mencakup produk-produk yang
didahulukan penurunan tarifnya. Produk yang masuk EHP disusun dalam suatu
Common List yang terdiri dalam dua daftar produk, yakni Daftar A dan Daftar
B. Dalam daftar A terdapat 105 produk dalam HS 6 digit, yang berlaku untuk
India dan ASEAN-6. Sedangkan dalam daftar B terdapat 111 produk HS 6 digit
yang hanya berlaku untuk India dan negara-negara CLMV (Cambodya, Laos,
Myanmar dan Vietnam).
36



       Rentang waktu pelaksanaan EHP telah disepakati, yakni mulai 1
November 2004 hingga 31 Oktober 2007. Sedang rentang waktu untuk
penurunan tarif pada produk-produk yang masuk ke dalam Normal Track (jalur
normal) disetujui mulai 1 Januari 2006 sampai dengan 2011 bagi ASEAN 5,
sedang untuk Filipina berlaku sampai 20016. Khusus untuk negara ASEAN
yunior seperti Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam, disetujui rentang waktu
pelaksanaan EHP dari 1 Januari 2006 – 2016, namun dengan awal tingkat tariff
yang lebih tinggi.

       Didalam konsep ASEAN-India FTA juga dikenakan Ketentuan Asal
Barang (Rules of Origin/ROO). Barang-barang ASEAN-India yang dapat
memanfaatkan fasilitas FTA ini adalah barang buatan ASEAN-India dengan
ketentuan (menurut versi ASEAN) memiliki kandungan local ASEAN
setidaknya 40 %. Sedang India menghendaki lebih besar dari 40 %. Perbedaan ini
menyebabkan implementasi kesepakatan ASEAN-India FTA masih menungguh
tercapainya kesepakatan khusus mengenai besaran ROO ini, yang harus
disetujui kedua belah pihak. ASEAN sendiri, dalam konteks AFTA
mensyaratkan adanya kandungan ASEAN setidaknya harus 40 %, barulah
produk negara anggota ASEAN tersebut dapat memanfaatkan fasilitas
penurunan tarif dalam rangka AFTA. Oleh karena itu, ASEAN juga
berkeinginan menggunakan besaran ROO yang sama dalam konteks ASEAN-
India FTA.

      Selain membentuk FTA, ASEAN-India juga berencana         untuk
mengembangkan kerjasama ekonomi dengan cakupan luas meliputi bidang-
bidang berikut :

   1. Kejasama dalam rangka fasilitasi perdagangan antara lain meliputi
      penuntasan prosedur akreditasi dan pengaturan teknik standar,
      penyesuaian kebijakan non tariff, kerjasama kepabeanan, serta fasilitas
      travel dan visa bisnis.

   2. Kerjasama sektoral antara lain meliputi kerjasama di bidang pertanian,
      perikanan dan kehutanan; jasa media dan hiburan; kesehatan, perbankan,
      pariwisata, konstruksi, pertambangan dan enerji, penyedian tenaga
      pembangkit, ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi,
      e-commerce, bioteknologi, lingkungan dan transportasi.

   3. Kerjasama bidang industri antara lain mencakup; industri otomotif,
      farmasi, tekstil dan pakaian jadi, pengolahan makanan, barang dari kulit,
      elektornika,      perhiasan dan permata. Bidang sumberdaya manusia
37


  meliputi; pelatihan untuk para pebisnis, pengembangan usaha kecil dan
  menengah serta program alih tenologi.

4. Kerjasama promosi dan investasi mencakup pelaksanaan kegiatan
   pameran, pembuatan situs internet AEAN-India, dan pengembangan
   dialog antar pebisnis ASEAN-India.
38



                       Bab. 4.
     Dilema Hubungan dengan Australia dan Myanmar
       Kerjasama pembentukan FTA ASEAN dengan negara Asia Timur (China,
Jepang dan Korsel) telah mengalami kemajuan pesat. Hanya yang patut
disayangkan, mengapa pengembangan kerjasama FTA dengan Australia belum
sepesat kerjasama ASEAN dengan ketiga lokomotif Asia itu, padahal Australai
merupakan tetangga terdekat. Keinginan untuk memperluas zona perdagangan
bebas dengan Australia sebenarnya ada dan kembali ditegaskan pada pertemuan
para menteri ekonomi ASEAN dengan Australia dan Selandia Baru pada bulan
Oktober 2004. Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan pembahasan teknis
pelaksanaan zona perdagangan bebas ASEAN dengan Australia dan Selandia
Baru di KTT ASEAN ke 10. Diharapkan kesepakatan zona perdagangan bebas
dengan Australia ini akan tercapai pada 2007, khususnya dengan enam anggota
senior ASEAN (Singapura, Malaysia, Thailand, Brune, Indonesia dan Filipina).
Sedang untuk empat anggota ASEAN lainnya (Vietnam, Laos, Kamboja,
Myanmar) akan dimulai tahun 2012. Jadwal palaksanaan yang berbeda ini
karena kesiapan dua kelompok anggota ASEAN ini relatif berbeda, dimana
anggota senior ASEAN itu lebih maju tingkat perekonomiannya dibanding
dengan anggota yunior ASEAN tersebut, sehingga siap lebih dahulu
mengimplementasikan zona perdagangan bebas dengan Australia dan Selandia
Baru.

       Namun banyak kalangan masih sangat meragukan itikad dan
kesungguhan Australia dalam menjalin kerjasama ekonomi dengan ASEAN.
Apalagi membentuk sebuah zona perdagangan bebas. Australia sendiri
tampaknya masih tetap bersemangat untuk mengembangkan kerjasama dengan
ASEAN. Dalam sambutannya dalam peringatan 30 tahun hubungan ASEAN-
Australia di Parliament Houses, Canberra, 15 April 2004, Menlu Australia,
Alexander Downer menyatakan, sebagai negara mitra ASEAN yang pertama,
pada 1974, Australia telah memberikan banyak dan masih siap berbuat banyak
bagi ASEAN. ASEAN yang padat penduduk dan Australia yang padat modal
bisa saling melengkapi. Dalam pada itu, sumber di Kementerian Luar Negeri
Australia menyatakan, Australia berharap sebaiknya kerjasama ASEAN Plus
Tiga (Plus China, Jepang dan Korsel) dikembangkan menjadi ASEAN Plus Lima
(ditambah Australia dan Selandia Baru). Australia siap bergabung, menunggu
ajakan ASEAN dan semua ini bergantung pada ASEAN. Persoalannya, mengapa
ASEAN cenderung mengembangkan kerjasama ASEAN Plus Tiga ketimbang
Plus Lima ?
39


      Mari kita simak apa yang terjadi di dalam Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) 10 ASEAN yang diselenggarakan pararel dengan KTT ASEAN Plus Tiga
(China, Jepang dan Korsel), di Vientiane, Laos pada bulan November 2004. KTT
ini telah menghasilkan kesepakatan yang cukup mengejutkan. Pertama
disepakati percepatan pembentukan zona perdagangan bebas ASEAN-China
menjadi tahun 2010. Kesepakatan ini menyebabkan Jepang dan Korsel juga
terdorong untuk mempercepat pembentukan zona perdagangan bebas dengan
ASEAN. Dengan Korsel disepakati pembentukan FTA pada tahun 2009. sedang
dengan Jepang dipastikan akan dibentuk sepenuhnya pada 2012. Bila negara
Asia Timur menunjukkan reaksi yang cepat dengan semangat dan antuasias
yang besar untuk mewujudkan zona perdagangan bebas dengan ASEAN, dalam
KTT itu sikap Australia malah terkesan masih lamban, tidak sesigap pesaingnya
dari Asia Timur.

        Selain itu, dalam KTT ASEAN di Laos juga disepakati penyelenggaraan
KTT Asia Timur (East Asian Summit/EAS) yang pertama pada tahun 2005
bertempat di Kuala Lumpur, Malaysia. Yang paling bersemangat untuk
mewujudkan Komunitas Ekonomi Asia Timur tampaknya Malaysia dan
Singapura. Selepas KTT Laos, di Kuala Lumpur pada bulan Desember 2004
diselenggarakan pertemuan para tokoh Asia dalam rangka membahas lebih
lanjut rencana pelaksanaan KTT Asia Timur 2005 di Kuala Lumpur. Hadir dalam
pertemuan itu antara lain PM Malaysia, Badawi, mantan petinggi Malaysia
Mahathir Mohamad dan mantan Presiden Korsel, Kim Dae Jung. Pada
kesempatan itu, Mahathir menyatakan KTT Asia Timur harus segera berjalan
yang melibatkan pihak China, Korsel dan Jepang. Namun Australia dan Selandia
Baru tidak perlu diikutkan, karena menurut Mahathir, kedua negara itu secara
etnis bukan Asia, melainkan keturunan Eropa, dan tidak mau melepaskan sikap
hostile pada Asia. Kendati sudah lengser dari jabatan Perdana Menteri
Malaysia, Mahathir masih memiliki pengaruh politik yang kuat di
pemerintahan Malaysia, sehingga dapat mempengaruhi haluan politik luar
negeri negara jiran ini dan melalui poros ini mempengaruhi institusi ASEAN.
Selama ini Mahathir memang terkesan mengambil posisi berseberangan dengan
Australia dan AS. Apalagi Mahathir memiliki obsesi merangkul Timur (Asia)
ketimbang Barat.

      Sejarah terbentuknya Australia sebagai suatu negara berdaulat diawali
oleh pendaratan Armada Pertama Inggris yang terdiri dari 11 kapal dan 1.500
pasukan, dibawah pimpinan Kapten Arthur Phillips, Botani Bay (kini bernama
Sydney Harbor) pada 26 Januari 1778. Tanggal pendaratan Kapten Phillips ini
kemudian dijadikan Hari Nasional Australia. Pada masa itu benua Australia
dihuni sekitar 300.000 orang Aborigin, suku asli Australia dan orang-orang dari
pulau-pulau di sekitar Selat Torres. Perang kemerdekaan Amerika Serikat pada
1775 membuat Inggris, atas saran Sir Joseph Banks dan Kapten James Cook yang
40


pernah berlayar ke Australia, menjadikan benua temuan baru itu sebagai tempat
penampungan orang hukuman. Setelah itu, selama kurun waktu 80 tahun
tercatat sekitar 160.000 orang hukuman dibuang ke Australia. Bersamaan dengan
itu terjadi migrasi dari bangsa Inggris (termasuk Irlandia) ke Australia sekitar
50.000 orang pertahun, yang tertarik dengan demam usaha tambang emas,
sehingga pada 1940an jumlah pendatang dari Barat itu mencapai sekitar 7 juta
orang. Ekspansi bangsa Barat ini telah mendesak esksitensi penduduk asli
Aborigin dan bahkan mengambilalih milik mereka. Usai PD II sekitar 6 juta
imigran dari berbagai negara masuk dan bermukim di Australia. Berdasarkan
sensus 2001, penduduk Australia berjumlah 18.769.791 jiwa. Komposisinya
terdiri dari penduduk asal Inggris sebanyak 1. 036.437 jiwa (5,5 %), menyusul
Selandia baru sebanyak 355.684 jiwa ( 1,9 %), Italia 218.754 jiwa (1,2 %), Vietnam
154.831 jiwa (0,8 %), China 142.717 jiwa (0,8 %), Yunani 116.531 jiwa (0,6 %),
Jerman 108.238 jiwa (0,6 %), Filipina 103.989 jiwa (0,6 %), India 95.456 jiwa (0,5
%), dan Belanda 83.249 (0,4 %). Sisanya terdiri dari berbagai bangsa pendatang
lainnya.

       Dari segi kedekatan jarak geografisnya, Australia memang tetangga
terdekat ASEAN. Bahkan dengan Indonesia merupakan tetangga langsung.
Namun sering terjadi kesalahpahaman dalam hubungan bilateral Australia
dengan Indonesia dan negara ASEAN lainnya. Negara tetangga yang mayoritas
penduduknya berkulit putih ini sering dilihat sebagai bagian dari negara barat,
ketimbang bagian dari kawasan Asia. Tradisi Australia yang sangat ke-Inggris-
an, termasuk sistem politiknya, kebebasan demokrasi dan pers ala Barat,
memang membuat Australia tampak sangat ke-Barat-baratan bagi negara
tetangganya di Asia Tenggara. Selain itu, Australia sering dianggap Barat karena
negara itu secara simbolis masih berada dibawah kekuasaan Inggris. Australia
masih menganggap Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara yang keberadaannya
di kawasan Timur jauh ini diwakili oleh seorang Gubernur Jenderal yang
berkedudukan di negeri Kanguru ini. Sedang Perdana Menteri Australia hanya
berperan sebagai kepala pemerintahan saja. Wacana untuk membentuk
Republik Australia sebenarnya pernah muncul pada dekade 1960an dan gagasan
ini kemudian diperjuangkan dalam kanca politik oleh mantan PM Australia Paul
Keating pada 1993, namun ternyata gagal. Kendati demikian, gagasan untuk
membentuk Republik Australia belum hilang sepenuhnya dari atmosfir
kehidupan bernegara di Australia.

      Sikap politik Australia dinilai terlampau memihak ke Barat ketimbang ke
Timur (Asia). Australia bersama Selandia Baru memang memiliki kelengketan
dengan Amerika Serikat karena terikat pada pakta pertahanan bersama yang
dikenal dengan nama Pakta ANZUS yang ditandatangani pada 1951 dan
diperbaharui dalam deklarasi Sydney pada 1996. Pasukan Australia terlibat
bersama AS di Perang Korea, Vietnam, Perang Teluk dan Somalia. Tak heran
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA
Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA

More Related Content

What's hot

PERANG DINGIN / COLD WAR
PERANG DINGIN / COLD WARPERANG DINGIN / COLD WAR
PERANG DINGIN / COLD WARliuenxiu97
 
Organisasi organisasi bersifat global dan regional
Organisasi organisasi bersifat global dan regionalOrganisasi organisasi bersifat global dan regional
Organisasi organisasi bersifat global dan regionalDilma Alfida Alfida
 
POWER POINT SEJARAH PEMINATAN Organisasi global
POWER POINT SEJARAH PEMINATAN Organisasi globalPOWER POINT SEJARAH PEMINATAN Organisasi global
POWER POINT SEJARAH PEMINATAN Organisasi globalZulfira Farah Nubua
 
Akar akar demokrasi indonesia
Akar akar demokrasi indonesiaAkar akar demokrasi indonesia
Akar akar demokrasi indonesiaTriDiana4
 
Presiden & wakil presiden
Presiden & wakil presidenPresiden & wakil presiden
Presiden & wakil presidenBelum Kerja
 
Perserikatan Bangsa Bangsa
Perserikatan Bangsa BangsaPerserikatan Bangsa Bangsa
Perserikatan Bangsa BangsaAulia Nurnovika
 
Perbedaan Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2
Perbedaan Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2Perbedaan Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2
Perbedaan Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2Nabila Arifannisa
 
nato, seato, anzus, cento, pakta warsawa
nato, seato, anzus, cento, pakta warsawanato, seato, anzus, cento, pakta warsawa
nato, seato, anzus, cento, pakta warsawaadhy_sama
 
KERJA SAMA BILATERAL,REGIONAL, MULTILATERAL.pptx
KERJA SAMA BILATERAL,REGIONAL, MULTILATERAL.pptxKERJA SAMA BILATERAL,REGIONAL, MULTILATERAL.pptx
KERJA SAMA BILATERAL,REGIONAL, MULTILATERAL.pptxGabyVera31
 
Sejarah Wajib Kelas 11 : ASEAN
Sejarah Wajib Kelas 11 : ASEANSejarah Wajib Kelas 11 : ASEAN
Sejarah Wajib Kelas 11 : ASEANNadhira Felicia
 
Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia AfrikaKonferensi Asia Afrika
Konferensi Asia AfrikaNY O
 
Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization).
Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization).Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization).
Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization).Sella Simamora
 
Perpecahan Uni Soviet
Perpecahan Uni SovietPerpecahan Uni Soviet
Perpecahan Uni Sovietkirana1004
 
PPT Perang Vietnam Sejarah Peminatan
PPT Perang Vietnam Sejarah PeminatanPPT Perang Vietnam Sejarah Peminatan
PPT Perang Vietnam Sejarah PeminatanRayse Aulia
 
Kerja sama kawasan utara selatan
Kerja sama kawasan utara selatanKerja sama kawasan utara selatan
Kerja sama kawasan utara selatanadhy_sama
 

What's hot (20)

PERANG DINGIN / COLD WAR
PERANG DINGIN / COLD WARPERANG DINGIN / COLD WAR
PERANG DINGIN / COLD WAR
 
Organisasi organisasi bersifat global dan regional
Organisasi organisasi bersifat global dan regionalOrganisasi organisasi bersifat global dan regional
Organisasi organisasi bersifat global dan regional
 
POWER POINT SEJARAH PEMINATAN Organisasi global
POWER POINT SEJARAH PEMINATAN Organisasi globalPOWER POINT SEJARAH PEMINATAN Organisasi global
POWER POINT SEJARAH PEMINATAN Organisasi global
 
Akar akar demokrasi indonesia
Akar akar demokrasi indonesiaAkar akar demokrasi indonesia
Akar akar demokrasi indonesia
 
ASEAN
ASEANASEAN
ASEAN
 
Presiden & wakil presiden
Presiden & wakil presidenPresiden & wakil presiden
Presiden & wakil presiden
 
Perserikatan Bangsa Bangsa
Perserikatan Bangsa BangsaPerserikatan Bangsa Bangsa
Perserikatan Bangsa Bangsa
 
Apec
ApecApec
Apec
 
Perbedaan Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2
Perbedaan Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2Perbedaan Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2
Perbedaan Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2
 
OPEC
OPECOPEC
OPEC
 
nato, seato, anzus, cento, pakta warsawa
nato, seato, anzus, cento, pakta warsawanato, seato, anzus, cento, pakta warsawa
nato, seato, anzus, cento, pakta warsawa
 
KERJA SAMA BILATERAL,REGIONAL, MULTILATERAL.pptx
KERJA SAMA BILATERAL,REGIONAL, MULTILATERAL.pptxKERJA SAMA BILATERAL,REGIONAL, MULTILATERAL.pptx
KERJA SAMA BILATERAL,REGIONAL, MULTILATERAL.pptx
 
Sejarah Wajib Kelas 11 : ASEAN
Sejarah Wajib Kelas 11 : ASEANSejarah Wajib Kelas 11 : ASEAN
Sejarah Wajib Kelas 11 : ASEAN
 
Apec
Apec Apec
Apec
 
Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia AfrikaKonferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika
 
Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization).
Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization).Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization).
Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization).
 
Perpecahan Uni Soviet
Perpecahan Uni SovietPerpecahan Uni Soviet
Perpecahan Uni Soviet
 
Organisasi konferensi islam (oki)
Organisasi konferensi islam (oki)Organisasi konferensi islam (oki)
Organisasi konferensi islam (oki)
 
PPT Perang Vietnam Sejarah Peminatan
PPT Perang Vietnam Sejarah PeminatanPPT Perang Vietnam Sejarah Peminatan
PPT Perang Vietnam Sejarah Peminatan
 
Kerja sama kawasan utara selatan
Kerja sama kawasan utara selatanKerja sama kawasan utara selatan
Kerja sama kawasan utara selatan
 

Viewers also liked

Kawasan perdagangan bebas ( afta ) )
Kawasan perdagangan bebas    ( afta ) )Kawasan perdagangan bebas    ( afta ) )
Kawasan perdagangan bebas ( afta ) )Stephanie Solupin
 
Makalah perekonomian indo afta
Makalah perekonomian indo   aftaMakalah perekonomian indo   afta
Makalah perekonomian indo aftapuput_reni_astuti
 
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIAMENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIAJanuary YunGky
 
Kerjasama indonesia dengan bank dunia serta dampak bagi perekonomian indonesia
Kerjasama indonesia dengan bank dunia serta dampak bagi perekonomian indonesiaKerjasama indonesia dengan bank dunia serta dampak bagi perekonomian indonesia
Kerjasama indonesia dengan bank dunia serta dampak bagi perekonomian indonesiaKhairan Luthfi
 
Yurisdiksi hukum internasional
Yurisdiksi hukum internasionalYurisdiksi hukum internasional
Yurisdiksi hukum internasionalMerisaJanuarti
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalNuelnuel11
 
Pp pkn - mahkamah internasional
Pp pkn - mahkamah internasionalPp pkn - mahkamah internasional
Pp pkn - mahkamah internasionalIsna Nina Bobo
 
Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur
Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia TimurMencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur
Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia TimurBermand Hutagalung
 
FTA Economics Presentation
FTA Economics PresentationFTA Economics Presentation
FTA Economics Presentationjisunfoo
 
Konflik jepang cina
Konflik jepang cinaKonflik jepang cina
Konflik jepang cinabayuunand
 
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaAnalisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaMarliena An
 
PERBEDAAN PERUSAHAAN INTERNASIONAL, MULTINASIONAL, DAN GLOBAL
PERBEDAAN PERUSAHAAN INTERNASIONAL, MULTINASIONAL, DAN GLOBALPERBEDAAN PERUSAHAAN INTERNASIONAL, MULTINASIONAL, DAN GLOBAL
PERBEDAAN PERUSAHAAN INTERNASIONAL, MULTINASIONAL, DAN GLOBALWilliam Perkasa
 
Metode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaran
Metode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaranMetode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaran
Metode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaranUkhty Nicken
 
Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015
Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015
Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015Syafril Djaelani,SE, MM
 
Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8
Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8
Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8Sulistiyo Wibowo
 

Viewers also liked (20)

Kawasan perdagangan bebas ( afta ) )
Kawasan perdagangan bebas    ( afta ) )Kawasan perdagangan bebas    ( afta ) )
Kawasan perdagangan bebas ( afta ) )
 
Kerjasama ekonomi
Kerjasama ekonomiKerjasama ekonomi
Kerjasama ekonomi
 
Makalah perekonomian indo afta
Makalah perekonomian indo   aftaMakalah perekonomian indo   afta
Makalah perekonomian indo afta
 
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIAMENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
 
Kerjasama indonesia dengan bank dunia serta dampak bagi perekonomian indonesia
Kerjasama indonesia dengan bank dunia serta dampak bagi perekonomian indonesiaKerjasama indonesia dengan bank dunia serta dampak bagi perekonomian indonesia
Kerjasama indonesia dengan bank dunia serta dampak bagi perekonomian indonesia
 
Yurisdiksi hukum internasional
Yurisdiksi hukum internasionalYurisdiksi hukum internasional
Yurisdiksi hukum internasional
 
Makalah Sociopreneur
Makalah SociopreneurMakalah Sociopreneur
Makalah Sociopreneur
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Pp pkn - mahkamah internasional
Pp pkn - mahkamah internasionalPp pkn - mahkamah internasional
Pp pkn - mahkamah internasional
 
Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur
Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia TimurMencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur
Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur
 
FTA Economics Presentation
FTA Economics PresentationFTA Economics Presentation
FTA Economics Presentation
 
Asean
AseanAsean
Asean
 
Konflik jepang cina
Konflik jepang cinaKonflik jepang cina
Konflik jepang cina
 
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaAnalisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
 
Perang Dunia Ii
Perang Dunia IiPerang Dunia Ii
Perang Dunia Ii
 
PERBEDAAN PERUSAHAAN INTERNASIONAL, MULTINASIONAL, DAN GLOBAL
PERBEDAAN PERUSAHAAN INTERNASIONAL, MULTINASIONAL, DAN GLOBALPERBEDAAN PERUSAHAAN INTERNASIONAL, MULTINASIONAL, DAN GLOBAL
PERBEDAAN PERUSAHAAN INTERNASIONAL, MULTINASIONAL, DAN GLOBAL
 
Arti lambang asean
Arti lambang aseanArti lambang asean
Arti lambang asean
 
Metode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaran
Metode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaranMetode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaran
Metode dan tekhnik pembelajaran dan konsep dasar pembelajaran
 
Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015
Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015
Kebijakan Perdagangan Bebas-–-ASEAN-community-2015
 
Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8
Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8
Kunci dan Perangkat PKN SMP kelas 8
 

Similar to Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA

Terbentuknya Asean di Asia tenggara bersama i
Terbentuknya Asean di Asia tenggara bersama iTerbentuknya Asean di Asia tenggara bersama i
Terbentuknya Asean di Asia tenggara bersama iudinwahyudin9
 
Hubungan_Internasional_ASEAN.pptx
Hubungan_Internasional_ASEAN.pptxHubungan_Internasional_ASEAN.pptx
Hubungan_Internasional_ASEAN.pptxisembelsianipar83
 
PPT-ASEAN.pptx
PPT-ASEAN.pptxPPT-ASEAN.pptx
PPT-ASEAN.pptxREZA298653
 
Ppat asean
Ppat aseanPpat asean
Ppat aseandinay__
 
PPT PKN ASEAN KEL. 7.pptx
PPT PKN ASEAN KEL. 7.pptxPPT PKN ASEAN KEL. 7.pptx
PPT PKN ASEAN KEL. 7.pptxIlhamAdi19
 
ASEAN(Association of Southeast Asian Nations).pptx
ASEAN(Association of Southeast Asian Nations).pptxASEAN(Association of Southeast Asian Nations).pptx
ASEAN(Association of Southeast Asian Nations).pptxMuhammadAfrizal74
 
asean-130213094036-phpapp01.pdf
asean-130213094036-phpapp01.pdfasean-130213094036-phpapp01.pdf
asean-130213094036-phpapp01.pdfWidhiasthini74
 
Association Of South East Asian Nations
Association Of South East Asian NationsAssociation Of South East Asian Nations
Association Of South East Asian Nationsomcivics
 
Kendala dan tantangan indonesia dalam mengimplementasikan asean free trade ar...
Kendala dan tantangan indonesia dalam mengimplementasikan asean free trade ar...Kendala dan tantangan indonesia dalam mengimplementasikan asean free trade ar...
Kendala dan tantangan indonesia dalam mengimplementasikan asean free trade ar...Andreas Siagian
 
Rangkuman ips smp kelas 8 bab 1
Rangkuman ips smp kelas 8 bab 1Rangkuman ips smp kelas 8 bab 1
Rangkuman ips smp kelas 8 bab 1tasyanuura
 
tugasipsasean-140317022102-phpapp02.pdf
tugasipsasean-140317022102-phpapp02.pdftugasipsasean-140317022102-phpapp02.pdf
tugasipsasean-140317022102-phpapp02.pdfAbdulMuhaji
 
REGIONALISASI KAWASAN DUNIA BERDASARKAN PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI.pptx
REGIONALISASI KAWASAN DUNIA BERDASARKAN PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI.pptxREGIONALISASI KAWASAN DUNIA BERDASARKAN PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI.pptx
REGIONALISASI KAWASAN DUNIA BERDASARKAN PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI.pptxchristin84
 

Similar to Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA (20)

Terbentuknya Asean di Asia tenggara bersama i
Terbentuknya Asean di Asia tenggara bersama iTerbentuknya Asean di Asia tenggara bersama i
Terbentuknya Asean di Asia tenggara bersama i
 
Hubungan_Internasional_ASEAN.pptx
Hubungan_Internasional_ASEAN.pptxHubungan_Internasional_ASEAN.pptx
Hubungan_Internasional_ASEAN.pptx
 
PPT-ASEAN.pptx
PPT-ASEAN.pptxPPT-ASEAN.pptx
PPT-ASEAN.pptx
 
Asean pkn
Asean pknAsean pkn
Asean pkn
 
Tentang ASEAN
Tentang ASEANTentang ASEAN
Tentang ASEAN
 
Asean
AseanAsean
Asean
 
Ppat asean
Ppat aseanPpat asean
Ppat asean
 
PPT PKN ASEAN KEL. 7.pptx
PPT PKN ASEAN KEL. 7.pptxPPT PKN ASEAN KEL. 7.pptx
PPT PKN ASEAN KEL. 7.pptx
 
ASEAN(Association of Southeast Asian Nations).pptx
ASEAN(Association of Southeast Asian Nations).pptxASEAN(Association of Southeast Asian Nations).pptx
ASEAN(Association of Southeast Asian Nations).pptx
 
asean-130213094036-phpapp01.pdf
asean-130213094036-phpapp01.pdfasean-130213094036-phpapp01.pdf
asean-130213094036-phpapp01.pdf
 
ASEAN.pptx
ASEAN.pptxASEAN.pptx
ASEAN.pptx
 
Asean adek
Asean adekAsean adek
Asean adek
 
ASEAN (1).pptx
ASEAN (1).pptxASEAN (1).pptx
ASEAN (1).pptx
 
Association Of South East Asian Nations
Association Of South East Asian NationsAssociation Of South East Asian Nations
Association Of South East Asian Nations
 
Kendala dan tantangan indonesia dalam mengimplementasikan asean free trade ar...
Kendala dan tantangan indonesia dalam mengimplementasikan asean free trade ar...Kendala dan tantangan indonesia dalam mengimplementasikan asean free trade ar...
Kendala dan tantangan indonesia dalam mengimplementasikan asean free trade ar...
 
Presentasi xiis3roy
Presentasi xiis3royPresentasi xiis3roy
Presentasi xiis3roy
 
Rangkuman ips smp kelas 8 bab 1
Rangkuman ips smp kelas 8 bab 1Rangkuman ips smp kelas 8 bab 1
Rangkuman ips smp kelas 8 bab 1
 
Apa yang harus kita ketahui tentang mea
Apa yang harus kita ketahui tentang meaApa yang harus kita ketahui tentang mea
Apa yang harus kita ketahui tentang mea
 
tugasipsasean-140317022102-phpapp02.pdf
tugasipsasean-140317022102-phpapp02.pdftugasipsasean-140317022102-phpapp02.pdf
tugasipsasean-140317022102-phpapp02.pdf
 
REGIONALISASI KAWASAN DUNIA BERDASARKAN PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI.pptx
REGIONALISASI KAWASAN DUNIA BERDASARKAN PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI.pptxREGIONALISASI KAWASAN DUNIA BERDASARKAN PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI.pptx
REGIONALISASI KAWASAN DUNIA BERDASARKAN PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI.pptx
 

Recently uploaded

ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...FORTRESS
 
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manManajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manrasyidakhdaniyal10
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................rendisalay
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkajaunikbetslotbankmaybank
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak BonusUNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonusunikbetslotbankmaybank
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesialangkahgontay88
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNajlaNazhira
 
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxMemaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxSintaDosi
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptxlulustugasakhirkulia
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaksmkpelayarandemak1
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANdewihartinah
 
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani""Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"HaseebBashir5
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxMuhammadDidikJasaGb
 
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxDRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxnairaazkia89
 
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaSlide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaNovrinKartikaTumbade
 
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxFORTRESS
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solojasa marketing online
 
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptxerlyndakasim2
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1alvinjasindo
 

Recently uploaded (20)

ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
 
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manManajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak BonusUNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
 
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxMemaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
 
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotecabortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
 
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani""Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"
"Mitos dan Kemenangan: Zeus Slot dan Dunia Yunani"
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
 
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxDRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
 
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaSlide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
 
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
 
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
 

Memahami Kerjasama ASEAN - AFTA

  • 1. MEMAHAMI KERJASAMA EKONOMI PERDAGANGAN ASEAN - AFTA DENGAN MITRA DAGANG LAINNYA LAINNYA Oleh : Bermand Hutagalung Lembaga Studi Fenomena Globalisasi
  • 2. 2 Bab . 1 Pendahuluan Pada 8 Agustus 1967, para pemimpin lima negara di kawasan Asia Tenggara, yakni Malaysia, Filipina, Indonesia, Singapura dan Thailand berkumpul di Bangkok dan sepakat meluncurkan Deklarasi ASEAN guna membentuk Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations/ASEAN). Deklarasi Bangkok ini memuat kesepakatan dan tekad bersama negara anggota ASEAN untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara menjadi kawasan terpadu. Untuk itu negara anggota ASEAN sepakat untuk menjalin hubungan persahabatan, dan kerjasama melalui usaha dan perjuangan bersama, serta dengan penuh hikmat bertekad mengantarkan seluruh bangsa Asia Tenggara menuju kedamaian, kebebasan dan kemakmuran bersama. Dalam deklarasi ini juga ditegaskan ASEAN terbuka bagi negara- negara Asia Tenggara lainnya, yang ingin turut bergabung menggalang kerjasama, sesuai dengan maksud dan tujuan pembentukan ASEAN. Kemudian menyusul ikut bergabung beberapa negara di kawasan Asia Tenggara lainnya, yakni Brunei Darussalam pada 8 Januari 1984, Vietnam (28 Juli 1995), Laos dan Myanmar (23 Juli 1997), dan belakangan Kamboja (30 April 1999). Dengan Dengan bergabungnya negara-negara CLMV (Kambodya, Laos, Myanmar, dan Vietnam), sudah ada 10 negara Asia Tenggara yang bernaung dibawah panji ASEAN, dengan jumlah penduduk 550 juta jiwa, atau 8.5% dari total penduduk dunia. Karakteristik, perekonomian negara-negara anggota ASEAN sangat beragam, jika dilihat dari jumlah penduduk, tingkat pendapatan, dan struktur ekonominya. Dilihat dari jumlah penduduk, Indonesia dengan penduduk 215 juta adalah yang terbesar dan Brunei dengan penduduk 365 ribu jiwa merupakan yang terkecil. Dalam hal tingkat pendapatan, Singapura dengan tingkat pendapatan tertinggi (US$. 20,515 perkapita) dan struktur perekonomian yang didominasi sektor jasa, berada diujung depan dan tiga negara Myanmar (US$ 140 perkapita), Kambodya (US$ 300 perkapita) dan Laos (U5$ 330 perkapita) dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor pertanian berada diujung lainnya.
  • 3. 3 Adapun maksud dan tujuan pembentukan ASEAN antara lain adalah : 1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial dan pembangunan budaya di kawasan Asia Tengara, melalui kerjasama di berbagai bidang dalam semangat kebersamaan dan kemitraan demi mewujudkan masyarakat Asia Tenggara yang dama dan sejahtera, 2) Memelihara perdamaian dan stabilitas kawasan melalui pengembangan sikap saling menghormati sistem peradilan dan peraturan perundangan yang berlaku di setiap negara anggota sesuai dengan asas-asas Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama, negara anggota ASEAN sepakat untuk mematuhi prinsip-prinsip dasar ASEAN yang telah dimatangkan dan diikrarkan pada Pertemuan ASEAN I tanggal 24 Februari 1976, sebagai berikut : 1) Negara anggota harus saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas teritorial dan integritas bangsa masing-masing, 2) Negara anggota berhak penuh untuk mempertahankan eksistensi negara masing-masing dari intervensi, subversi, atau paksaan dari pihak manapun, 3) Negara anggota tidak mencampuri urusan dalam negeri negara anggota lainnya, 4) Perbedaan pendapat atau perselisihan diantara negara anggota diselesaikan dengan cara-cara damai, 5) Negara anggota menghindarkan ancaman atau penggunaan kekuatan, 6) Kerjasama antar negara dilaksanakan secara efektif. Setelah terbentuknya ASEAN, tiga dasawarsa kemudian, pada 15 Desember 1997 bertempat di Kuala Lumpur para petinggi negara anggota ASEAN berkumpul dan sepakat untuk menegaskan ulang maksud dan tujuan ASEAN, khususnya yang terkait dengan upaya mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang damai dan sejahtera. Dalam talian ini disepakati bahwa, peningkatan kerjasama regional dalam semangat kesetaraan dan kemitraan, perlu semakin digalakkan. Kerjasama regional ASEAN pun diperluas, tidak hanya melibatkan negara Anggota ASEAN, melainkan dengan negara sahabat lainnya melalui pengembangan hubungan dialogis dalam rangka membahas kerjasama ekonomi yang lebih mendalam. Mitra dialog ASEAN terus bertambah sehingga antara lain meliputi China, Jepang Korsel, India, Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), Kanada, Rusia, Australia dan Selandia Baru. Selain itu ditetapkan visi masa depan ASEAN 2020 yang intinya menyatakan: negara anggota akan selalu bersikap terbuka, hidup berdampingan
  • 4. 4 satu sama lain dalam kedamaian, keutuhan dan kesejahteraan, serta menjalin ikatan kemitraaan demi mewujudkan sebuah Komunitas Asia Tenggara yang saling menghargai dan penuh saling pengertian. Asia Tenggara di masa depan merupakan kawasan terpadu, wadah bagi bagi kepentingan setiap negara anggota, zona damai dan berdaulat yang netral. Pada 2020, Asia Tenggara harus sudah menjadi sebuah kawasan damai, aman dan utuh, serta terbebas dari konflik kepentingan antar negara, dan terbebas dari berbagai bentuk kemungkinan kekuatan senjata. Secara organisatoris kegiatan administratif ASEAN diselenggarakan oleh sebuah sekretariat bersama yang dikenal sebagai Sekretariat ASEAN dan berkantor di Jakarta. Sekretariat ASEAN juga menyediakan data statistik (ASEAN Statistical Yearbook) dan informasi lainnya menyangkut ASEAN, yang disajikan dalam bentuk publikasi tercetak maupun dalam bentuk multimedia CD Rom interaktif, yang semuanya dapat diperoleh di Sekretariat ASEAN yang beralamat di Jl Sisingamangaraja No. 70A Jakarta, 12110, telepon (6221) 7262991/7243372, fax (6221) 7398234/7243504, emai : lim@asean.or.id. Untuk mempercepat proses integrasi ASEAN di masa depan peran Sekretariat ASEAN tentunya perlu lebih diberdayakan dengan memberikan cakupan tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang lebih luas, tidak sekedar melaksanakan kegiatan administrasi. Pembentukan AFTA Kerjasama regional dalam bidang ekonomi dikalangan negara-negara anggota ASEAN kemudian lebih dikongkritkan dalam wujud pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA). Embrio pembentukan AFTA ini sebenarnya sudah muncul sejak lama, yakni sejak Oktober 1991, pada Pertemuan Pejabat Ekonomi Senior (SEOM) ASEAN di Kuala Lumpur, dimana para menteri ekonomi ASEAN sepakat mengamandemen usulan Thailand untuk membentuk AFTA dan selanjut pada pertemuan AEM ke 23 di Kula Lumpur, disepakati pembentukan sebuah kawasan perdagangan bebas regional ASEAN dalam kurun waktu 15 tahun. Embrio pembentukan AFTA ini kemudian dicetuskan kembali pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN IV di bulan Januari 1992, yang diselenggarakan di Singapura. Setahun kemudian, pada Januari 1993 AFTA mulai diluncurkan. Para pemimpin ASEAN sepakat menandatangani deklarasi pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) dan mensyahkan perjanjian dalam Kerangka Meningkatkan Kerjasama Ekonomi ASEAN (Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation). Dalam hubungan ini, semua negara ASEAN sepakat untuk mengemban pelaksanaan AFTA yang pembentukannya berlangsung selama 15 tahun. Selama kurun
  • 5. 5 waktu tersebut, negara anggota ASEAN harus mengikuti program penurunan tarif bea masuk semua jenis barang (dengan beberapa perkecualian), hingga mencapai 0 – 5 % pada 1 Januari 2008. Dalam rangka mewujudkan pembentukan zona perdagangan bebas ini, negara ASEAN sepakat menghapus hambatan-hambatan perdagangan secara bertahap, guna membentuk pasar yang lebih bebas diantara sesama negara anggota. Termasuk di dalamnya penurunan tariff bea masuk atas barang-barang yang diperdagangkan oleh anggota ASEAN, dan penghapusan kuota dan hambatan non tariff lainnya yang dapat membatasi arus barang impor dari sesama negara anggota ASEAN. Namun negara anggota ASEAN masih diperkenankan untuk mengatur sendiri tariff bea masuk barang impor dari negara-negara non ASEAN. Secara ringkas pembentukan AFTA dapat digambarkan sebagai berikut. Pada bulan Desember 1992, para kepala pemerintahan dari enam negara di Asia Tenggara menandatangani ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang bertujuan untuk menjadikan wilayah Asia Tenggara sebagai Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area). Kesepakatan ini diwujudkan dalam implementasi skema CEPT (Common Effective Preferential Tariff) yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1994. Melalui skema CEPT ini, tarif bea masuk, untuk sebagian besar produk diturunkan secara bertahap sehingga menjadi 0 - 5% pada awal Januari tahun 2008. Sesuai dengan perkembangan trend globalisasi dunia, target waktu penurunan tariff dipercepat menjadi awal Januari 2003 sesuai dengan kesepakatan para kepala pemerintahan ASEAN pada 1996. Sedangkan untuk negara-negara Indochina diberikan waktu yang lebih lama, yaitu tahun 2004 untuk Vietnam, 2006 untuk Laos dan Myanmar serta 2008 untuk Kamboja, mengingat mereka masuk menjadi anggota ASEAN belakangan. Tahap selanjutnya, untuk menciptakan perdagangan bebas tersebut, disepakati untuk menghapuskan seluruh tarif bea masuk pada tahun 2010 (untuk 6 anggota senior ASEAN), 2012 untuk Vietnam, 2014 untuk Myanmar dan Laos, serta 2016 untuk Kamboja. Dalam pelaksanaannya, ASEAN sudah menghapus tarif bea masuk lebih dari setengah pos tarif yang berlaku pada akhir 2002. Dari paparan diatas jelas bahwa Kawasan Perdagangan Bebas SEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA) sebenarnya sudah terbentuk dan diberlakukan sejak 2002. Namun berbagai kekhawatiran masih saja muncul kepermukaan, sehubungan dengan implementasi AFTA ini. Eksistensi AFTA dinilai sebagai ancaman yang bisa mendesak posisi usaha perdagangan dan industri domestik. Implementasi AFTA berarti membuka kran impor sebesar-besarnya dan hanya akan membuat barang impor membanjiri pasar dalam negeri. Membuka pintu
  • 6. 6 pasar domestik menjadi pasar bebas yang ini hanya akan menguntungkan para pelaku bisnis Singapura, Thailand dan Malaysia. Semua ini sebenarnya terjadi hanya karena kekurang pahaman atau kesalahan penafsiran dari pengertian, maksud, tujuan dan target dari AFTA. Kata “bebas” dalam frasa “pasar bebas” diartikan sebagai segalanya (barang, jasa, modal, tenaga ahli asing, dlsb), dibiarkan serba bebas menyerbu pasar domestik. Padahal, singkatnya, AFTA hanya membuat arus perdagangan barang di kawasan ASEAN menjadi semakin bebas dan lancar melalui pelaksanaan program eliminasi tariff dan habatan non tariff, agar arus barang diantara negara anggota ASEAN semakin lancar dan volumenya meningkat. Implementasi penurunan tariff pun diberlakukan secara bertahap. Tidak drastis. AFTA berlaku menyeluruh di semuah wilayah 10 negara anggota ASEAN. Luas kawasan pasar bebas ini mencapai 4.495.493 kilo meter. Ini merupakan suatu pasar kawasan yang sangat potensial, karena secara keseluruhan memiliki populasi penduduk sekitar 500 juta jiwa dengan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari 735 miliar dolar AS dan nilai perdagangan lebih dari 720 miliar dolar AS pertahun. Di kawasan pasar bebas Asia Tengara ini arus barang sesama negara anggota ASEAN diupayakan bebas keluar masuk dengan hambatan tariff maksimal hanya sekitar 5 %. Selain itu terbebas pula dari hambatan non tariff jika barang yang diperdagangkan memenuhi syarat kandungan ASEAN (ASEAN content) termasuk kandungan lokal (local content) minimal 40 %, atau kandungan impor (import content) non-ASEAN tidak melebih 60 %. Penurunan tariff ini akan terus berlangsung secara bertahap hingga tahun 2010, dimana tarif produk impor dari negara anggota ASEAN akan turun menjadi 0 %. Pada awalnya implementasi AFTA direncanakan akan di mulai pada 2008. Namun pada sekitar 1994, para menteri ekonomi ASEAN bertemu di Chiang Mai, Thailand. Kala itu negara-negara ASEAN memang tengah menikmati laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Bahkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa melebih 7 % pertahun. Kondisi ekonomi yang baik ini membuat petinggi ekonomi ASEAN kala itu berpikir sangat optimis tentang masa depan ASEAN, dan sepakat untuk mepercepat implementasi AFTA menjadi 2003 dan belakangan pada pertemuan ASEAN 14 September 2001 di Hanoi para pemimpin ASEAN memajukan lagi pelaksanaan AFTA menjadi 1 Januari 2002. Maka, mulai awal tahun 2002 itu diberlakukan secara efektif tariff pada kisaran 0 – 5 %. Penurunan tariff berlangsung secara bertahap. Pada 1993, misalnya, tariff rata-rata ASEAN tercatat sekitar 12,76 %. Pada 1999 tarif rata- rata ini telah diturunkan menjadi sekitar 4,77 %, pada 2000 turun menjadi 3,87 dan pada 2003 terus menurun menjadi 2,68 %.
  • 7. 7 Dari tabel diatas, tampak bahwa negara di kawasan Asia Tenggara yang paling liberal dalam perdagangan internasionalnya adalah Singapura dengan rata-rata tariff selama periode pengamatan diatas, hanya 0,00 %. Jadi tidaklah aneh jika negara ini dikenal sebagai negara dagang (trading nation) yang pertumbuhan ekonominya banyak bergantung pada sektor perdagangan internasionalnya. Singapura telah berkembang menjadi pusat perdagangan internasional dan pusat distribusi barang di kawasan Asia Tenggara menuju pasar global. Yang kedua adalah Brunei dengan tariff rata-rata menurun dari 1,35 % pada 1998, menjadi 0,87 % pada 2003. Sementara Malaysia berada pada posisi ketiga dengan tariff rata-rata menurun dari 3,58 % pada 1998 menjadi 2,06 % pada 2003. Liberalisasi perdagangan tidak dapat dipungkiri, memiliki dampak positif pada pertumbuhan volume perdagangan dan ekonomi pada umumnya. Tak heran jika negara-negara yang cenderung ke arah liberal dalam perdagangannya seperti Singapura dan Malaysia menjadi negara yang paling maju perdagangan dan perekonomiannya di kawasan Asia Tenggara. Yang menarik, negara anggota yunior ASEAN, seperti Vietnam juga memiliki pergeseran paradigma kearah “outward looking”. Sebagai negara berkembang yang belakangan merdeka, Vietnam ternyata tidak berorientasi pada “inwardlooking” yang berpotensi mendorong timbulnya proteksi industri dalam negeri yang bisa menyebabkan industri domestik menjadi manja dan kehilangan daya saing, serta membebani konsumen produk industri tersebut dengan harga tinggi akibat “downstream effect” dari tingkat proteksi yang berlebihan. Vietnam malah cenderung mengarah ke liberalisasi perdagangan dengan tariff rata-rata terus menurun dari 6,06 % pada 1998 menjadi 2,02 % pada 2003. Tak heran jika diantara 4 negara anggota yunior ASEAN, bahkan di kalangan negara ASEAN lainnya Vietnam dikenal sebagai pendatang baru yang paling maju pertumbuhan perdagangan dan ekonominya. Vietnam juga menjadi lokasi investasi yang lebih aktraktif dimata investor asing ketimbang empat negara Yunior ASEAN lainnya. Vietnam bahkan kini dipertimbangkan sebagai pesaing Indonesia dalam menarik investasi asing dan sebagai tempat basis produksi perusahaan manufaktur asing. Pada tahap permulaan, AFTA baru diberlakukan pada enam anggota senior ASEAN (ASEAN-6) yakni Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand Brunei Darussalam. Empat anggota junior lainnya (ASEAN-4) menyusul kemudian, dengan urutan sebagai berikut: Vietnam pada 2006, Laos dan Myanmar pada 2008, serta Kamboja pada 2010. Adapun tujuan dari AFTA adalah meningkatkan daya saing ASEAN dalam memasuki pasar bebas dunia, dimana Asia Tenggara harus menadi sentra
  • 8. 8 produksi berbasis teknologi. Untuk itu, negara anggota harus melakukan liberalisasi perdagangan melalui penghapusan tariff bea masuk dan berbagai hambatan non tariff atas barang-barang yang diperdagangkan di kawasan ASEAN. Liberalisasi ini tidak mencakup perdagangan jasa. Terbatas hanya pada perdagangan barang. Pembentukan kawasan perdagangan bebas ini memungkin pergerakan barang di diantara sesama negara anggota ASEAN menjadi semakin bebas dan lancar dan pada tingkat harga yang lebih ekonomis (karena dampak penurunan bea masuk) sehingga menguntungkan konsumen di kawasan ini yang pada gilirannya diharapkan akan lebih banyak membeli barang hasil produksi ASEAN. Dengan demikian, diharapkan nilai dan volume perdagangan intra ASEAN bisa semakin meningkatkan. Liberalisasi ini juga diharapkan mendorong terwujudnya kerjasama dan pada gilirannya integrasi industri di kawasan ASEAN yang mendorong timbulnya efesiensi dan daya saing yang tinggi. Dengan semakin meningkatnya perdagangan intra ASEAN, meningkatnya efesiensi dan daya saing, yang menjadi pemicu pertumbuhan industri regional, para pemodal di kawasan ASEAN akan melihat kawasan ini menjadi semakin atraktif dan merasa lebih diuntungkan dan pada gilirannya akan mendorong investor lama menambah modalnya dan bahkan menarik investor baru dari manca negara untuk masuk menanamkan modalnya ke dalam kawasan ASEAN. Semua ini pada gilirannya diharapkan akan dapat mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota ASEAN. Target atau sasaran dari AFTA adalah menurunkan tarif bea masuk barang impor dari sesama negara anggota ASEAN sampai 0 % dan berlaku untuk semua jenis barang. Target ini sudah harus tercapai pada tahun 2010 di kalangan 6 anggota senior ASEAN dan pada 1015 khusus bagi 4 anggota junior ASEAN. Implementasi AFTA diatur melalui mekanisme khusus yang bisa diterima oleh semua negara anggota. Mekanisme ini tercakup dalam Skema Tariff Preferensi Yang Efektif dan Berlaku Umum/Sama diantara negara anggota ASEAN (Common Effective Prerefential Tariff/CEPT). Pemberlakuan CEPT bersifat wajib, bukan sukarela (voluntary). Begitu suatu produk yang sudah dipilih berdasarkan sektornya (produk manufaktur, barang modal dan produk pertanian) dimasukkan kedalam Skema CEPT, semua negara peserta harus mematuhinya. Seluruh negara anggota ASEAN, sesuai perjanjian CEPT, diwajibkan untuk menurunkan tariff bea masuk aneka barang yang diimpor dari negara anggota, menjadi 0 – 5 % pada 2003 untuk negara anggota senior dan 2010 untuk anggota junior. Sebelum mencapai batas waktu tersebut, masing-masing anggota
  • 9. 9 boleh memberlakukan program penurunan tariff sesuai kondisi masing-masing negara, sedang pemberlakuan tariff kepada negara non anggota ASEAN tetap dipertahankan sesuai keperluan masing-masing anggota ASEAN. Disamping itu, semua anggota juga juga harus mematuhi ketentuan program penghapusan non tariff atas semua jenis barang yang diperdagangkan diantara sesama negara anggota ASEAN. Produk dalam skema CEPT dimuat didalam suatu daftar produk yang diajukan oleh negara anggota untuk dimasukkan ke dalam skema tersebut. Daftar ini meliputi cakupan produk yang terdiri dari 98 bab, uraian barang berikut Kode HS (Harmonized System), yang didalamnya terdapat Daftar Inklusif (Inclussion List/IL), Daftar Ekslusif Sementara (Temporary Exclusion List/TEL), Daftar Sensitif (Sensitive List/SL) dan Daftar Pengecualian Umum (General Exception/GE). Selain itu, juga dilengkapi dengan jadwal Program Pengurangan Tariff Jalur Normal dan Jalur Cepat hingga tahun 2010. Daftar diluar daftar Inklusif, berisi produk-produk yang tidak atau belum disertakan dalam program penurunan tariff. Daftar Inklusif memuat daftar produk yang sudah mengalami liberalisasi melalui penurunan atau pembebasan tariff dan eliminasi hambatan non tariff. Tarif barang dalam daftar ini sudah harus diturunkan maksimal 20 % pada 1998, seterusnya menjadi 0 – 5 % pada 2003 (berlaku pada anggota senior ASEAN) . Sedang untuk empat anggota yunior berlaku belakangan. Vietnam pada 2006, Laos dan Myanmar pada 2008 serta Kamboja pada 2010. Penurunan tariff ini akan terus berlangsung hingga menjadi 0 % pada tahun 2010 bagi anggota senior ASEAN dan pada tahun 2015 bagi keempat anggota yunior ASEAN. Produk yang masuk dalam Daftar Ekslusif Sementara (produk plastik, kendaraan dan produk kimia), khususnya untuk negara anggota yang belum siap menjalankan program penurunan tariff, masih terbebas dari liberalisasi perdagangan. Indonesia, misalnya, pernah mengusulkan untuk menunda penurunan tariff 66 produk kimia dan plastik hingga tahun 2003, sedang Malaysia untuk kendaraan bermotor sampai 2005. Namun pada saatnya, produk tersebut harus dimasukkan dalam program penurunan tariff menjadi 0 – 5 %. Sejak 1996, setiap tahun masing-masing negara anggota ASEAN memasukkan 20 % dari item produk ekspor ke dalam Daftar Inklusif, baik melalui Program Jalur Normal maupun Jalur Cepat. Dalam skema CEPT, diakui juga jenis produk yang tergolong sensitif (meliputi produk pertanian: beras, gula, gandum, bawang putih dan cengkeh). Produk ini dimasukkan kedalam Daftar Produk Sensitive (Sensitive List). Untuk produk semacam ini diberi kesempatan lebih lama sebelum dimasukkan dalam daftar Inklusif. Penurunan tariff 0 – 5 %, penghapusan hambatan non tariff baru
  • 10. 10 diberlakukan pada 2010 khusus untuk 6 anggota senior ASEAN dan 2018 untuk 4 anggota yunior ASEAN. Ada produk yang secara permanen dibebaskan dari kewajiban mengikuti program penurunan tariff. Ini meliputi produk yang dikategorikan sebagai produk untuk melindungi keamanan nasional, moral masyarakat umum, kehidupan dan kesehatan manusia, hewan dan tanaman, barang seni, serta benda bersejarah dan bernilai arkeologis. Misalnya, senjata, amunisi, obat terlarang dan benda purbakala/bersejarah. Produk-produk semacam ini dimasukkan ke dalam Daftar Pengecualian Umum. Sebagaimana telah diulas dimuka, target AFTA adalah penurunan tariff secara bertahap hingga menjadi 0 % pada tahun 2010 bagi anggota senior ASEAN dan pada tahun 2015 bagi keempat anggota yunior ASEAN. Program penurunan tariff ini dilakukan melalui dua jalur, yakni Jalur Normal (Normal Track) dan Jalur Cepat (Past track). Program penurunan tariff dalam dua jalur ini dikemas dalam satu paket dengan Daftar Produk CEPT. Berikut gambaran ringkas program pada kedua jalur tersebut : 1) Program Jalur Normal. Produk yang dimasukkan ke dalam Program Jalur Normal mendapat perlakuan sebagai berikut : • Produk dengan tarif diatas 20 % tarifnya diturunkan dalam dua tahapan. Pertama diturunkan menjadi 20 % dalam kurun waktu 5 tahun terhitung sejak bulan Januari 1993, dan selanjutnya diturunkan menjadi 0 – 5 % dalam kurun waktu selama 5 tahun berikutnya, sesuai dengan jadwal yang disepakati. • Produk dengan tarif sebesar 20 % dan kurang dari 20 % diturunkan menjadi menjadi 0 – 5 % selama kurun waktu 10 tahun (hingga 1 Januari 2003). 2) Jalur Cepat. Produk yang dimasukkan kedalam Program Jalur Cepat tarifnya harus diturunkan tarifnya menjadi 0 – 5 % dalam kurun waktu 10 tahun , dengan jadwal sebagai berikut : • Produk yang memiliki tariff diatas 20 % diturunkan menjadi 0 – 5 % terhitung mulai sejak tahun 1993, dalam kurun waktu 10 tahun, atau hingga 1 Januari 2003.
  • 11. 11 • Produk dengan tariff sebesar 20 % atau kurang dari 20 % diturunkan menjadi 0 – 5 % dalam kurun waktu 7 tahun atau hingga 1 Januari 2000. Produk-produk yang dimasukkan ke dalam Jalur cepat meliputi minyak nabati, bahan kimia, pupuk, barang dari karet, kertas, perabot dari rotan dan kayu, elektronik, batu permata dan barang perhiasan, semen, obat- obatan, plastik, barang dari kulit, tekstil, serta barang dari keramik dan kaca. Perdagangan Intra ASEAN/AFTA ASEAN sudah cukup lama terbentuk, demikian pula Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) juga sudah diimplementasikan. Namun sayangnya pencapaian realisasi perdagangan diantara negara-negara anggota ASEAN (perdagangan intra ASEAN) ternyata masih belum menunjukkan prestasi yang cukup membanggakan, terutama jika dibandingkan dengan capaian perdagangan intra kawasan perdagangan bebas yang ada di belahan lain bumi lainnya, seperti Uni Eropa dan Kawasan Perdagangan Bebas Amerika Utara (North America Free Trade Area/NAFTA). Rendahnya capaian ini menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan serius oleh pihak-pihak terkait agar perdagangan intra ASEAN dapat terus meningkat. Total perdagangan ASEAN mencapai US $ 706.7 milyar tahun 2002 atau 5.7% dari total perdagangan dunia. Walaupun demikian, dari data Sekretariat ASEAN terlihat bahwa pangsa total perdagangan ASEAN dalam perdagangan global sedikit menurun dari 5.7% pada 1993 menjadi 5.5% tahun 2002. Menurunnya pangsa ASEAN pada tahun 2002, dapat dipahami, mengingat krisis ekonomi Asia yang terjadi pada 1997 telah membawa dampak negatif pada kinerja perdagangan internasional negara-negara ASEAN. Selama periode tahun 1993-2002, perdagangan intra ASEAN meningkat rata- rata 7.3% pertahun, yaitu dari US$. 84.2 milyar tahun 1993 menjadi US$. 159.4 milyar pada tahun 2002. Laju perkembangan perdagangan intra ASEAN lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan perdagangan global ASEAN yang selama periode yang sama hanya mencapai pertumbuhan 5.6% pertahun. Produk utama yang diperdagangkan sesama negara ASEAN adalah produk elektronik, minyak mentah dan bahan bakar, gas alam, tembakau dan rokok, karet alam, tembaga, dan kertas. Eksportir utama dalam perdagangan intra ASEAN adalah Singapura (38.8%), Malaysia (24.9%) dan Thailand (16.9%). Sedangkan importir utamanya adalah adalah Singapura (42.7%), Malaysia (22.5%), dan Thailand (14.8%).
  • 12. 12 Walaupun skema penurunan tarif dalam rangka AFTA sudah mulai berlaku sejak tahun 1994, tetapi pangsa perdagangan intra ASEAN di dalam total perdagangan ASEAN dengan dunia, tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2002, pangsa perdagangan intra ASEAN hanya mengalami peningkatan menjadi 22.6% dari 19.3% tahun 1993. Bila dibandingkan dengan perkembangan perdagangan intra Kawasan Perdagangan Bebas di belahan bumi lainnya, seperti Uni Eropa dan NAFTA, perkembangan perdagangan intra ASEAN terasa sangat lambat. Sebagai perbandingan, pada tahun 2000, perdagangan intra Uni Eropa sudah mencapai 80% dari total perdagangan internasionalnya, perdagangan intra Kawasan Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) sudah mencapai 55%, dan perdagangan intra Kawasan Amerika Selatan (MERCOSUR) telah mencapai 30% dari total perdagangan global wilayah tersebut. Walaupun demikian, intra trade di ASEAN masih lebih besar dibandingkan dengan perdagangan intra regional di berbagai Kawasan Perdagangan Bebas yang dibentuk oleh negara-negara berkembang lainnya seperti Andean Pact (Amerika Tengah); CARICOM (Caribian Community and Common Market); UDEAC (Union douaniere et Economique de I_frique Centrale); GCC (Gulf Cooperation ; dan sebagainya (Schiff and Winters, 2003). Menurut Schiff dan Winters (2003), rendahnya perkembangan perdagangan intra kawasan dalam proses integrasi ekonomi regional yang dilakukan oleh sesama negara berkembang, disebabkan oleh pasarnya yang kecil dan terpecah- pecah, infrastruktur yang masih minim, kerangka hukum yang sangat miskin, stabilitas ekonomi dan politik yang tidak stabil, dan besarnya intervensi pemerintah di bidang ekonomi, sehingga integrasi industri secara regional gagal dicapai. Banyak yang mempertanyakan, mengapa perdagangan intra ASEAN tidak mengalami peningkatan yang signifikan, walaupun skema CEPT sudah berjalan selama 10 tahun. Diperkirakan setidaknya terdapat empat alasan yaitu : • Semua negara negara ASEAN memiliki sumber daya alam yang relatif seragam sehingga intra trade tidak meningkat secara signifikan. Sebagai contoh, tiga negara ASEAN, Indonesia, Malaysia, dan Thailand, adalah penghasil dan eksportir utama karet alam dunia. Demikian juga Malaysia dan Indonesia adalah produsen dan eksportir utama minyak kelapa sawit. Pada saat ini, Malaysia, Singapura dan Filipina adalah produsen dan eksportir produk-produk elektronik terkemuka didunia. • Walaupun tarif bea masuk sebagian besar produk telah diturunkan, tetapi masih banyak hambatan non-tarif yang diterapkan oleh negara-negara
  • 13. 13 ASEAN. Berbagai perbedaan standar dan prosedur kepabeanan masih eksis dan menjadi penghambat kelancaran perdagangan intra ASEAN. • Sarana Transportasi intra ASEAN belum memadai. Pada saat ini, armada transportasi sebagian besar masih melalui Singapura sehingga arus perdagangan langsung antar sesama negara di ASEAN masih sedikit. Akan tetapi dominasi Singapura sebagai pelabuhan penghubung tampaknya mulai berkurang dengan dibukanya Pelabuhan Tanjung Pelepas di Malaysia dan Laem Chabang di Thailand sejak awal 2001. Pemanfaatan kedua pelabuhan baru ini akan semakin meningkat apabila rencana menghubungkan rel kereta api dari Saigon (Vietnam) ke Pnom Penh (Kambodya) sudah direalisir. Segmen Saigon-Pnom Penh merupakan jalur yang masih terputus untuk menghubungkan Trans Kereta Api Asia-China dari Singapura sampai ke Beijing. • Kurangnya investasi intra ASEAN. Investasi intra ASEAN masih sangat rendah mengjngat tingkat pendapatan dan tabungan masyarakat ASEAN yang juga masih relatif rendah. Data yang dikumpulkan Sekretariat ASEAN mencatat bahwa investasi intra ASEAN selarna periode 1995-2001 hanya berjumlah US$. 15.2 milyar atau kurang dari sepersepuluh total investasi asing di ASEAN yang mencapai US$. 142.3 milyar dalam periode yang sama. Sumber utama investasi intra ASEAN adalah Singapura (44.7%) disusul Malaysia (13,8%) dan Thailand (9.2%). Sedangkan negara ASEAN penerima investasi intra ASEAN adalah Thailand (25.6%), Singapura (18.5%) dan Malaysia (15.9%). Disamping itu, sejak krisis moneter yang terjadi di Asia (1997-1998), investasi asing yang masuk ke ASEAN mengalami kemunduran. Banyak PMA yang hengkang dari ASEAN dan diperkirakan pindah menuju China. Data dari UNCTAD menunjukkan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) khusus untuk sektor elektronik selama periode 1998-2001, ke ASEAN hanya bertambah US$. 19.8 milyar atau kurang dari U5$. 5 milyar pertahun. Sedangkan dalam periode yang sama, investasi ke China rneningkat sebesar US $ 33.5 milyar atau rata-rata US$. 8.7 milyar pertahun. Sesuai dengan studi yang dilakukan oleh McKenzey (2003), ternyata daya saing ASEAN, baik dalam menarik investasi maupun dalam peningkatan ekspor, mengalami kemunduran dibandingkan dengan China. Sebagai contoh, ekspor produk elektronik ASEAN meningkat rata-rata 3% pertahun selama periode tahun 1996-2001, sedangkan ekspor elektronik China meningkat rata-rata 30% per tahun selama periode yang sama. Dalam rangka meningkatkan integrasi ASEAN untuk meningkatkan perdagangan intra ASEAN dan untuk meningkatkan daya saing ASEAN dalam menarik investasi asing, McKenzey
  • 14. 14 (2003) menyarankan dua hal : 1) ASEAN perlu memprioritaskan liberalisasi dan integrasi dua sektor utama yaitu electronic dan consumer goods. ASEAN memiliki potensi yang besar untuk menarik investasi global dan investasi intra ASEAN yang dapat menjadikan ASEAN sebagai production base untuk kedua sektor tersebut. Disamping itu, konsumsi domestik ASEAN sangat besar untuk kedua sektor diatas sehingga skala ekonominya dapat dengan mudah terlampaui. 2) ASEAN perlu memperkuat lembaga penyelesaian sengketa dagang/ekonomi yang terjadi diantara negara anggota ASEAN. Pada saat ini, sengketa dagang yang terjadi dibawakan dalam Sidang Menteri- menteri Ekonomi (AEM), dan sering diselesaikan dengan cara kekeluargaan tanpa kepastian hukum yang tetap. Berbagai informasi, penilaian para pakar maupun petinggi ASEAN sendiri, serta tajuk rencana/editorial yang dimuat di berbagai media massa mengindikasikan, implementasi kerjasama ASEAN memang masih jauh dari efektif. Mantan PM Singapura Goh Chok Tong, misalnya, menilai, berdasarkan masukan dari kalangan bisnis, arus perdagangan antar negara ASEAN dalam rangka AFTA masih tetap rendah karena masih banyak masalah hambatan perdagangan yang bersifat non tariff. Menurut Goh, sementara kita telah melakukan kemajuan dalam penurunan tariff, ternyata kita masih jauh untuk layak disebut sebagai pasar terintegrasi (Kompas 7-10-2003). Ralf Emmers pengamat ASEAN dari Institute Defense and Strategic Studies yang berkantor Singapura menyatakan, ASEAN bagus dalam retorika, namun lemah dalam implementasi (Kompas 5-10-2003). Tajuk rencana Kompas menyatakan “Salah satu kritik yang mencuat sekarang adalah kesungguhan para pemimpin ASEAN untuk menjadikan kawasan ini sebagai kawasan bisnis. Sayangnya, bukan hanya greget pelaksanaannya yang tak tampak, bahkan keberpihakannya pun tak tampak Pemerintah negara ASEAN dikritik tidak memiliki visi bisnis dan oleh karenanya dituntut untuk memiliki visi bisnis. (Kompas 7-8-2003). Ada sejumlah masalah yang diperkirakan membuat dunia usaha Indonesia enggan berpartisipasi memanfaatkan peluang bisnis dalam kerjasama ASEAN, misalnya masih terdapatnya banyak hambatan di dalam negeri yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang pada gilirannya menghambat kelancaran bisnis dan perdagangan di kawasan ASEAN dan menurunkan gairah memanfaatkan peluang AFTA. Selain itu, tingkat kesadaran (awareness) dan kepedulian dunia usaha dan masyarakat akan eksistensi kerjasama ASEAN juga
  • 15. 15 diperkirakan masih rendah, kendati di tingkat elit politik dirasakan sudah gegap gempita. Mereka umumnya kurang tertarik dan bahkan belum siap menerima kenyataan diberlakukannya kerjasama ASEAN dengan segala konsekuensinya. Ada juga penilaian dan persepsi pesimis yang berkembang di tengah masyarakat, bahwa pada akhirnya kerjasama ASEAN hanya akan lebih menguntungkan Singapura dan Malaysia. Indonesia hanya akan terus menjadi negara pelengkap penderita (supporting country). Pasar dan sumber daya alamnya akan terus tereksploitasi untuk kemajuan negara tetangga yang sejak dulu cenderung menganggap Indonesia sebagai hinterland tersebut. Penyebab lainnya, akses dan keterlibatan langsung dunia usaha dalam pembuatan kerjasama ASEAN, sejak masa pemerintahan Orde baru, sangat terbatas. Bahkan mereka nyaris tidak dilibatkan secara formal dan langsung dalam formulasi kerangka kerjasama bisnis ASEAN. Mereka hanya menerima dan harus melaksanakan perjanjian kerjasama ASEAN. Padahal, sebagai pelaksana lapangan, merekalah yang paling memahami, terlibat langsung dan menjadi target dari kebijakan kerjasama ASEAN. Merekalah yang akan menerima konsekuensi dari dibuatnya perjanjian kerjasama bisnis, perdagangan dan investasi ASEAN. Dalam era reformasi dimana demokrasi ekonomi harus semakin ditegakkan, pola pendekatan dari atas ke bawah (up to bottom), tidak lagi dapat dipertahankan. Di di beberapa negara anggota Uni Eropa, penentuan penggunaan mata uang Euro sebagai mata uang domestik, sekaligus mata uang regional, misalnya, memerlukan referendum, setidaknya jajak pendapat. Ini merupakan salah satu contoh dari demokrasi ekonomi. Pemerintah dan dunia usaha harus saling mendengar dan saling bahu membahu. Keterlibatan dan eksistensi formal pebisnis secara langsung dan aktif, mulai tampak dengan dibentuknya ASEAN Business Advisorry Council (ASEAN BAC) yang telah menyelenggarakan ASEAN Business and Investment Summit (ASEAN BIS) pada bulan Oktober 2003 di Bali dan dihadiri oleh para petinggi Negara ASEAN. Menurut kalangan ASEAN BAC, selama ini belum ada akses resmi dan formal dari para pebisnis untuk dapat secara langsung mengutarakan dan menyampaikan masukan kepada para pemimpin pemerintahan ASEAN. Dengan dibentuknya forum ini, diharapkan peluang terjalinnya kerjasama yang lebih substansial, mengena sasaran dan kongkrit, diantara sesama pengusaha maupun pemerintahan ASEAN, akan semakin terbuka luas dan transparan. Dengan demikian akan membuat implementasi kerjasama ASEAN semakin efektif.
  • 16. 16 Bab 2. Mencermati Proses Integrasi ASEAN - AFTA Pada kepala pemerintahan ASEAN menyadari lambatnya pertumbuhan intra trade di ASEAN. Pada bulan Oktober 2003 di Bali, Kepala-kepala pemerintahan ASEAN sepakat untuk menjadikan ASEAN sebagai kesatuan ekonomi selambat- Iambatnya tahun 2020 sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Bali II. Pokok- pokok kesepakatan tersebut adalah sebagai berikut : • Menetapkan mekanisme baru untuk memperkuat pelaksanaan kesepakatan yang sudah ditandatangani seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan ASEAN Investment Area (AIA). • Mempercepat integrasi ekonomi melalui pemilihan sektor prioritas • Memfasilitasi pergerakan pebisnis, tenaga kerja terlatih dan terampil. • Memperkuat kelembagaan ASEAN termasuk memperbaiki mekanisme penyelesaian sengketa di ASEAN dalam rangka adanya kepastian hukum bagi semua penyelesaian sengketa bidang ekonomi yang terjadi. Tahap pertama, Menteri-menteri Ekonomi ASEAN memutuskan 11 sektor produksi untuk diprioritaskan proses pengintegrasiannya sebagai langkah strategis yang perlu dilakukan guna mempercepat integrasi ekonomi ASEAN. Disepakati juga agar sejumlah negara ASEAN aktif menjadi kordinator pengintegrasian 11 sektor produksi tersebut yaitu : sektor Kayu atau Wood- based Products dan Otomotif (dengan Indonesia sebagai koordinator); Karet atau Rubber-Based Products serta Tekstil dan produk Tekstil (Malaysia); Agro- Based Products dan Perikanan (Myanmar); Elektonik (Philipina); e-ASEAN dan Produk Kesehatan (Singapura); Penerbangan dan Pariwisata (Thailand). Tahap kedua membentuk badan konsultasi atau Solvit di masing-masing negara anggota ASEAN untuk memberikan informasi kepada dunia usaha menyangkut masalah-masalah apa saja yang layak dibawa ke mekanisme penyelesaian sengketa di ASEAN atau masalah-masalah yang cukup di selesaikan secara internal. Kebijakan yang disepakati untuk mempercepat integrasi tersebut dilakukan dengan pendekatan yang telah direkomendasikan dalam integrasi produk
  • 17. 17 prioritas dimaksud yaitu : 1) Menyatukan seluruh kekuatan ekonomi ASEAN demi capaian manfaat secara regional; 2) Mempermudah dan mempromosikan investasi intra ASEAN; 3) Memberikan insentif untuk kegiatan manufaktur di kawasan ASEAN 4) Mengutamakan investasi bahan baku intra ASEAN 5) Mengembangkan dan mempromosikan produk dan jasa “Made in ASEAN". Sedangkan langkah-Iangkah yang dilakukan antara lain: 1) Penurunan tarif sampai nol persen di dalam ASEAN sebeJum tahun 2010; 2) Menghilangkan segera hambatan perdagangan; 3) Mempercepat pengeluaran barang dan menyederhanakan prosedur kepabeanan 4) Harmonisasi MRA dan standard produk. Satu hal yang menyulitkan pemerintah negara ASEAN dalam mempercepat proses integrasi adalah kenyataan bahwa peranan pemerintah dalam ekonomi bisnis semakin menyusut. Sebaliknya, peranan dunia usaha semakin membesar. Dewasa ini, sebagian besar perusahaan merupakan milik swasta domestik maupun asing. Pemerintah secara sepihak, tidak dapat memaksakan rencana integrasi ASEAN ini, dijalankan sepenuhnya oleh dunia usaha. Para pengusaha adalah pemodal yang selalu berpikir dan bertindak dalam kerangka bisnis, dimana kelayakan usaha, manfaat ekonomis, untung, rugi dan risiko menjadi pertimbangan utama dalam dunia bisnis. Apalagi dalam era globalisasi ini, modal tanpa dapat dicegah, dapat bergerak bebas tanpa mengenal batas-batas negara. Pemodal akan menginvestasikan modalnya di lokasi yang paling menguntungkan, biaya rendah dan resiko rendah. Oleh karena itu, perlu ada kerjasama yang erat antara pemerintah dan dunia Usaha ASEAN. Kedua belah pihak harus saling mendengar dan saling mengisi dalam memperlancar proses integrasi ekonomi ASEAN. Sejumlah pengusaha mempertanyakan, apakah kalangan pengusaha swasta nasional sudah dilibatkan pemerintah dalam menentukan sektor produksi yang akan dimasukkan dalam integrasi ASEAN dan apakah permasalahan yang dihadapi pengusaha sudah
  • 18. 18 diperhitungkan. Sebagai contoh, apakah industri kayu nasional mampu terus bersaing dalam kondisi dimana penyelundupan bahan baku kayu terus berlangsung secara besar-besaran. Kendala lain sangat boleh jadi bisa datang dari perusahaan-perusahaan multinasional. Di dunia ini pada dasarnya terdapat empat kekuatan yang mempengaruhi roda perekonomian dunia, yakni negara-negara, organisasi kerjasama ekonomi regional dan multilateral (WTO, Uni Eropa, NAFTA, ASEAN, dsb), lembaga-lembaga keuangan dunia (IMF, Bank Dunia) dan perusahaan multinasional. Yang disebut terakhir ini merupakan perusahaan transnasional raksasa yang beroperasi, memiliki basis produksi dan jaringan bisnis yang luas di manca negara, serta dan mempunyai loby yang kuat di kalangan legislatif dan pemerintahan banyak negara, terlebih di negara asal mereka. Kita bisa lihat dari besarnya peranan perusahaan AS yang memiliki loby yang kuat dan mampu mempengaruhi parlemen dan pemerintahan AS. Konflik dagang AS dan China hampir meledak pada 2003, karena pemerintah AS atas dorongan para pengusahanya, mendesak China untuk membuka pintu pasarnya lebih luas lagi bagi masuknya produk AS serta mendesak China untuk mengambangkan mata uang yuannya. Daya saing China disinyalir oleh para pengusaha AS merupakan daya saing semu yang diperoleh berkat pematokan mata uangnya terhadap dolar AS. Kita juga bisa lihat dari besarnya peranan perusahaan multinasional Jepang pada parlemen dan pemerintahan Jepang. Hampir semua pemberian bantuan luar negeri Jepang dikaitkan dengan besarnya akses masuk dan dukungan pemerintah negara penerima bantuan terhadap masuknya investasi serta kelancaran produksi dan pemasaran perusahaan Jepang di negara tersebut. Bahkan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan yang didanai bantuan Jepang selalu melibatkan partisipasi perusahaan-perusahaan Jepang. Kehadiran perusahaan multinasional mereka di manca negara sangatlah diharapkan, karena merekalah investor dan industrialis terbesar di dunia internasional. Keberadaan mereka bukan hanya diharapkan mendatangkan modal, membangun industri, menghasilkan devisa dan menciptakan lapangan kerja, melainkan juga transfer teknologi dan pengetahuan, karena merekalah (bukan pemerintah) pemilik teknologi canggih yang mereka bisniskan, yang mereka peroleh lewat pelaksanaan aktivitas penelitian dan pengembangan dengan pengorbanan biaya tinggi. Perusahaan multinasional yang sudah bertransformasi menjadi perusahaan global dan memiliki jargon : think globally, act locally itu, menguasai ekonomi bisnis di banyak negara yang ditandai dengan penguasaan
  • 19. 19 pangsa pasar yang signifikan di pasar manca negara. Sebagai contoh sederhana : Unilever, perusahaan transnasional dari Belanda, di Indonesia menguasai pangsa pasar yang signifikan dalam produk-produk kebutuhan rumah tangga (consumers product). Mulai dari sabun, shampo, detergen, pembersih lantai, pengharum ruangan, pasta gigi, sampai es krim. Jika Unilever Indonesia tidak beroperasi, diperkirakan sepertiga rak pasarswalayan Indonesia akan kosong dan akibatnya bisa diduga: harga kelompok produk sejenis di pasar Indonesia akan melambung tinggi. Di Indonesia, Unilever bersama perusahaan nasional Indofood (yang memproduksi lebih dari 500 item product) merupakan raksasa yang menguasai sebagian besar pasar produk kebutuhan rumah tangga. Tidak ada satupun pemilik toko, pasarswalayan, bahkan hypermarket di Indonesia yang berani berseberangan dengan kebijakan kedua perusahaan besar ini. Bayangkan saja, produk keduanya menguasai separuh dari rak pasarswalayan Indonesia. Peritel Indonesia bisa terpaksa menghentikan usahanya jika tidak mendapatkan pasokan barang dagangan dari kedua produsen gajah ini. Sayangnya kinerja Indofood yang merajai pasar produk makanan olahan di Indonesia itu, masih belum mengglobal. Perusahaan transnasional umumnya memiliki strategi dan kebijakan global di bidang produksi dan pemasaran. Dalam kerangka strategi global itu mereka menentukan negara-negara tertentu sebagai basis produksinya dan membuat kebijakan pemasaran yang membatasi cakupan pemasaran (market coverage) dari unit-unit produksi tersebut. Setiap basis produksi memiliki spesialisasi tertentu. Strategy dan global company policy dari Toyota, misalnya, untuk daerah operasi kawasan ASEAN sudah menggariskan Indonesia sebagai basis produksi kendaraan niaga seperti Toyota Kijang, termasuk juga kendaraan yang masuk kategori kendaraan muti guna ukuran kecil (small multipurpose vehicle/MPV) merek Avanza dengan market coverage meliputi pasar otomotif kawasan Asia Tenggara. Sementara Thailand ditetapkan sebagai basis produksi kendaraan sedan dan truck bak terbuka. Tetsuo Kitagawa, juru bicara Toyota Jepang dalam suatu acara jumpa pers menyatakan, kedua negara anggota ASEAN ini memiliki peran kunci dalam strategi global Toyota untuk pasar otomotif di kawasan Asia Tengara. Kedua negara itu dipilih untuk menjadi basis produksi dengan klasifikasi diatas karena unit pabrikasi dan mitra lokal Toyota di kedua negara tersebut dinilai memiliki kemampuan dan pengalaman untuk memproduksi produk otomotif dengan spesifikasi seperti itu. Kedua negara itu dinilai memiliki keunggulan komparatif dalam produksi kendaraan bermotor jenis tersebut. Avanza produksi Toyota di Indonesia (bekerjasama dengan Daihatsu yang sahamnya sudah dikuasai Toyota Jepang) di ekspor ke Thailand. Sebaliknya, sedan Toyota hasil produksi Toyota Thailand, diekspor ke Indonesia.
  • 20. 20 Toyota ASTRA di Indonesia tidak diperkenankan membuat sedan sendiri diluar kebijakan global Toyota Jepang. Selain itu, unit-unit produksi Toyota yang bertebaran di manca negara itu, tidak bisa menggenjot ekspor dan melakukan penetrasi pasar luar negeri dengan sebebas-bebasnya, karena kuota ekspor dan market coveragenya sudah diatur oleh Toyota Jepang yang merupakan principal companynya. Ekspor bebas hanya akan menggangu pemasaran unit produksi Toyota di negara lain. Sulit bagi negara manapun di dunia ini untuk merubah strategi dan kebijakan global perusahan-perusahan multinasional, walaupun dengan tujuan mewujudkan integrasi ekonomi di kawasan tertentu. Semua perusahaan multinasional produsen otomotif Jepang, Korea AS, Eropa dan negara maju lainnya, memiliki kebijakan global yang kurang lebih sama. Perusahaan global memiliki tolok ukur ekonomis tersendiri untuk menentukan basis produksi dan market coveragenya. Untuk menentukan lokasi investasi basis produksinya, maka rendahnya komponen biaya lokal, rendahnya risiko, ketersediaan infrastruktur yang memadai serta dukungan fasilitas, insentif atau kemudahan dari pemerintah seperti insentif perpajakan, misalnya, bisa merupakan ukuran utama. Kita bisa belajar dari kasus hengkangnya Sony dari Indonesia. Hengkangnya Sony menarik perhatian dunia karena Sony merupakan ikon industri elektronika dunia. Induk Sony di Jepang berdasarkan strategi dan kebijakan globalnya, memutuskan menutup pabrik Sony di Indonesia dan merelokasinya ke Serawak, Malaysia. Mengapa Sony memindahkan pabriknya di Indonesia, padahal lini produksi Sony di Indonesia tergolong lengkap, sanggup memproduksi beragam produk, dari audio video, sampai pesawat televisi ukuran besar. Ini karena produksi Sony di Indonesia dirasakan sudah tidak efesien lagi sehingga daya saingnya lemah. Ekonomi biaya tinggi di Indonesia, minimnya insentif perpajakan, dan kenaikan upah buruh (yang sering dibarengi dengan demonstrasi buruh) membuat produksi Sony menjadi tidak efesien dan daya saing produksi Sony Indonesia menjadi lemah. Produk Sony Indonesia sulit bersaing dengan produk elektronik murah dari China dan serbuan barang selundupan yang dijual dengan harga dibanting. Sialnya lagi, barang selundupan itu ternyata merupakan produk Sony dari negara ASEAN lainnya, terutama dari Malaysia. Pemerintah Indonesia mencoba mendekati pimpinan Sony agar tidak hengkang dari negeri ini. Namun Sony tetap melaksanakan niatnya. Tidak ada yang bisa menghalangi impelementasi strategi dan kebijakan global perusahaan multinasional ini. Pabrik Sony tetap dipindahkan ke Malaysia yang dinilai memiliki keunggulan komparatif yang tinggi dalam produksi barang elektronika karena pemerintahnya amat mendukung pengembangan industri elektronik, memangkas ekses birokrasi yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi, infrastruktur memadai dan memberikan insentif perpajakan yang menggairahkan investasi industri elektronika. Di negeri jiran ini, Sony selain
  • 21. 21 menikmati berbagai kemudahan, juga terhindar dari ekonomi biaya tinggi, bebas pusing dari persoalan serbuan barang selundupan, sementara kebutuhan akan buruhnya dipenuhi dengan memanfaatkan buruh migran asal Indonesia yang tingkat upahnya relatif rendah dan bebas dari demo dan tekanan kalangan perburuhan. Sementara Indonesia sendiri tetap dijadikan pasar bagi produk Sony Malaysia dengan dukungan layanan purna jual yang tidak berkurang dibanding saat pabrik Sony masih beroperasi di Indonesia. Menggarap pasar Indonesia merupakan persoalan mudah. Dengan memanfaatkan peluang AFTA, pasar Indonesia menjadi sangat terbuka bagi Sony Malaysia. Integrasi Alamiah Proses integrasi industri atau bisnis di kalangan dunia bisnis ASEAN, dalam kasus-kasus tertentu, sebenarnya sudah berjalan secara alamiah, tanpa dorongan atau campur tangan kebijakan pemerintah, baik secara bilateral maupun regional. Proses integrasi, misalnya, dapat berjalan lewat pengambilalihan (akusisi) saham perusahaan di negara ASEAN oleh perusahaan dari negara ASEAN lainnya, atau lewat pertukaran saham (share swap) antara saham suatu perusahaan di negara ASEAN tertentu dengan saham perusahaan dari negara ASEAN lainnya. Di Indonesia, dalam kenyataannya, proses integrasi di sektor tertentu, seperti perbankan dan telekomunikasi, sebenarnya sudah berjalan dan ini terjadi lewat pembelian atau pengambilalihan (akuisisi) saham milik perusahaan Indonesia oleh perusahaan dari negara ASEAN lainnya. Meningkatnya keterbukaan pasar modal Indonesia terhadap masuknya arus investasi asing, berlangsungnya penjualan kepemilikan saham pemerintah lewat program privatisasi BUMN, atau perusahaan yang dibawah penguasaan BPPN, telah membuka peluang besar terjadinya proses integrasi lewat akuisisi saham ini. Beberapa bank di Indonesia, misalnya, sebagian sahamnya sudah diambilalih oleh investor dari Singapura dan Malaysia. Di sektor telekomunikasi Indonesia, peranan Singapura sangat menonjol. Pada 2001, Singapore Telecomunication Ltd (Singtel) mengambil 22,30 % saham perusahaan operator telepon seluler, Telkomsel, seharga 602 juta dolar AS dari tangan pemilik lamanya, KPN, sebuah perusahaan telekomunikasi dari Belanda. Langkah Singtel tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan terus berlanjut dengan mengambilalih 13 % saham (senilai 429 juta dolar AS) dari tangan PT Telkom. Tingginya nilai pengambilaihan ini karena prosesnya disertai dengan penggabungan Telkommobile (milik Telkom) kedalam Telkomsel. Dengan demikian, komposisi kepemilikan saham Telkomsel menjadi 65 % dikuasai PT Telkom dan sisanya (35 %) dikuasai oleh Singtel.
  • 22. 22 Kepanjangan tangan Singapura dalam industri telekomunikasi Indonesia terus berlanjut dengan pengambilalihan saham Indosat. Sebagaimana diketahui, pemerintah Indonesia mendivestasi 41 % saham PT Indosat yang merupakan induk Satelindo (perusahaan operator telepon seluler). Singapore Technology Telemedia (STT) kemudian berhasil keluar sebagai pemenang tender divestasi saham Indosat senilai Rp 5,62 triliun itu. Penjualan saham Indosat ketangan Singapura, sempat mengundang kontroversi yang hangat. Pasalnya, lewat proses akuisisi ini, perusahaan milik negara (BUMN) Singapura, Temasek Holding, yang merupakan induk dari Singtel dan STT, dengan berhasil menguasai 35 % saham Telkomsel (operator telepon seluler) dan 41 % saham Indosat (induk perusahaan operator telepon seluler Satelindo) berpotensi besar untuk mendominasi usaha operasi telekomunikasi seluler Indonesia. Namun kontroversi ini akhirnya sirna juga, berlalu bersama dengan waktu. Alternatif lain dari proses integrasi adalah membuka perusahaan induk di suatu negara ASEAN. Modus ini sebenarnya sudah berjalan sejak satu dasawarsa terakhir ini. Perusahaan-perusahaan besar Indonesia, guna meluaskan sayap bisnisnya ke manca negara, telah memindahkan perusahaan induknya ke negara lain, atau membentuk perusahaan baru di negara lain yang berperan sebagai perusahaan induknya. Selanjutnya semua perusahaannya yang sudah lama eksis di Indonesia dijadikan anak perusahaan induk yang bermarkas di luar negeri itu (offshore). Perusahaan induk atau kantor pusat itu tidak selalu harus merupakan sebuah kantor yang besar dengan jumlah pegawai yang banyak. Banyak juga dalam bentuk kantor kecil (small office) yang sebenarnya lebih pantas berfungsi sebagai kantor perwakilan atau kantor pemasaran di luar negeri. Cara lain yang juga lazim ditempuh adalah membeli perusahaan tertentu di luar negeri (utamanya yang sudah masuk bursa) dan kemudian menjadikan perusahaan tersebut sebagai perusahaan induk. Kelompok usaha milik konglomerat Eka Tjipta, misalnya, telah memindahkan induk perusahaannya ke Singapura yang dikenal dengan nama Asia Pulp and Paper (APP). Semua perusahaan industri kertas dan pulp milik Taipan Eka yang ada di Indonesia dijadikan anak perusahaan APP yang bermarkas di Singapura. Negara yang menjadi basis perusahaan induk di luar negeri umumnya adalah Singapura, Hongkong dan Malaysia. Namun yang terbanyak digunakan pengusaha Indonesia adalah Singapura. Singapura dipilih karena pajaknya rendah, proses perizinannya sangat mudah, fasilitas dan infrastruktur penunjang bisnis lengkap, Singapura juga merupakan pusat keuangan sehingga memudahkan perolehan pinjaman luar negeri atau penjualan saham dan penerbitan obligasi internasional. Selain itu, Singapura sudah sejak lama menjadi pusat perniagaan internasional di kawasan Asia Tenggara sehingga pembukaan
  • 23. 23 kantor pusat di Singapura akan memudahkan ekspor perusahaan Indonesia ke manca negara. Faktor lain yang membuat Singapura menjadi aktraktif adalah ketiadaan perjanjian ekstradisi antara pemerintah Singapura dan Indonesia sehingga negeri jiran ini menjadi surga bagi para konglomerat hitam dan pelaku kejahatan ekonomi lainnya. Selain itu, pemerintah Singapura juga tidak pernah berupaya mengusut asal usul modal dan pemiliknya, yang masuk ke negeri kota dagang ini. Dengan membuka kantor pusat di Singapura, perusahaan dapat lebih mudah mendapatkan pinjaman luar negeri yang suku bunganya jauh lebih rendah ketimbang suku bunga perbankan domestik. Perusahaan juga dapat memperoleh tambahan modal dengan meluncurkan sahamnya di pasar modal Singapura dan menerbitkan saham tambahan (right issue). Semua anak perusahaan di Indonesia (bagi perusahaan induk yang sudah go public) tidak begitu saja dicatatkan sebagai anak perusahaan. Caranya, induk perusahaan yang berbasis di Singapura itu membeli/mengakuisisi saham anak perusahaannya di Indonesia dengan menerbitkan saham tambahan (right issue) di Bursa Singapura. Dengan demikian, pengusaha Indonesia itu juga memperoleh dana segar, hasil right issue, untuk mengembangkan usahanya lebih lanjut. Namun dengan membuka perusahaan induk di Singapura, konsekuensinya sebagai sebuah entitas bisnis yang legal, perusahaan induk yang tercatat di Singapura tersebut (kendati nota bene milik pengusaha Indonesia) secara yuridis formal menjadi perusahaan Singapura, dan sebagian sahamnya dimiliki publik Singapura. Demikian pula anak-anak perusahaannya di Indonesia merupakan milik perusahaan Singapura tersebut. Dengan pola alamiah ini, tanpa regulasi atau rekayasa pihak ketiga, sebenarnya telah terjadi proses integrasi ekonomi bisnis di kawasan ASEAN. Modus operandi pembukaan kantor pusat di Singapura memiliki alasan lain yang kurang menggembirakan dari segi penerimaan pajak pemerintah Indonesia. Salah satu alasan “tersembunyi” dari pengusaha Indonesia yang membuka kantor pusat di Singapura adalah penciptaan efesiensi pajak. Menurut mereka, kiat ini bukan merupakan penghindaran pajak, melainkan upaya menciptakan efesiensi dalam pembayaran pajak. Adanya perjanjian pajak (tax treaty) antar pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara sahabat yang tidak membenarkan adanya penarikan pajak ganda, merupakan salah satu factor pendorong pengusaha Indonesia tertentu untuk membuka kantor pusatnya di Singapura. Ini karena pajak pendapatan badan atau perorangan di negeri jiran ini lebih rendah dari pajak perseroan di Indonesia. Pajak pendapatan badan di Indonesia masih 30 %, sedang Singapura dibawah itu dan akan terus diturunkan menjadi 20 % pada 2006. Dengan membuka kantor pusat di Singapura,
  • 24. 24 perusahaan mereka menjadi perusahaan Singapura dan mereka membayar pajak perseroan di Singapura dengan rate yang jauh lebih rendah. Mereka tidak perlu lagi membayar pajak perseroan di Indonesia, karena adanya perjanjian anti pajak ganda tersebut. Kedua, pembukaan kantor pusat di Singapura membuka peluang dilakukannya modus operandi transfer pricing atau transfer cost untuk mengurangi pembayaran pajak, dengan cara menciptakan beban biaya tertentu di kantor pusat Singapura, yang dibebankan/ditransfer ke dalam pembukuan anak-anak perusahaannya di Indonesia. Dengan adanya tambahan beban terselubung dari kantor pusat ini, maka bagian yang kena pajak di Indonesia menjadi menyusut. Dengan demikian pembayaran pajak menjadi “efesien” Salah satu beban biaya yang paling besar dan banyak digunakan adalah R & D cost (biaya penelitian dan pengembangan). Biaya ini sulit diukur dan diteliti kebenarannya oleh petugas pajak, karena di perusahaan-perusahaan luar negeri, komponen biaya ini memang diakui sebagai komponen biaya yang lazim diberikan dalam porsi yang besar. Ketiga, modus ini membuka peluang bagi perusahaan melakukan praktek underinvoicing dalam impor bahan baku, dimana harga bahan baku (yang diimpor oleh anak perusahaannya di Indonesia) dalam dokumen impornya sengaja dibuat serendah mungkin, agar pembayaran bea masuk di Indonesia menjadi rendah. Praktek semacam sudah berlangsung lama. Tak heran jika data perdagangan luar negeri Indonesia-Singapura sulit untuk bisa menjadi akurat. Di satu sisi, impor dari Singapura dicatat petugas pabean Indonesia lebih rendah, sementara di sisi lain, ekspor dari Indonesia ke Singapura dicatat juga lebih rendah oleh petugas Singapura. Ini karena petugas Singapura mengetahui bahwa barang dari Indonesia itu hanya menjalankan proses transshipment di Singapura, mengingat perusahaan induknya hanya menjadikan Singapura sebagai pelabuhan transito, dimana selanjutnya barang hasil produksi anak perusahannya di Indonesia itu diekspor ke manca negara. Kendala Integrasi Alamiah Namun ada beberapa kendala yang menyebabkan proses integrasi industri dan bisnis di lingkup dunia usaha ASEAN tidak berjalan dengan cepat. Pertama; ketiadaan “musuh” bersama. Latar belakang pembentukan integrasi ASEAN menuju terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN, berbeda dengan pembentukan Pasar Tunggal Eropa yang berkembang menjadi Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dan belakangan berhasil berintegrasi menjadi Uni Eropa (UE). Pembentukan Uni Eropa ini dilatar belakangi adanya kesadaran di kalangan pebisnis dan pemerintah Eropa bahwa mereka memiliki “musuh” bersama. Pada kenyataan di lapangan, di manca negara produk-produk Eropa
  • 25. 25 memang harus bersaing ketat dengan produk buatan Amerika Serikat, Jepang dan Korea. Apalagi setelah produk Jepang dan Korea semakin agresif menembus pasar Eropa. Pembentukan Uni Eropa sebenarnya membuka peluang terbentuknya front “pertempuran” dagang antar benua, yakni antar benua Eropa dengan benua Asia Timur (Jepang dan Korea Selatan) dan kawasan Pasifik (Amerika Serikat dan sekutunya dikawasan tersebut). Jika penggalangan kerjasama kawasan Asia pasifik (APEC) jadi terbentuk menjadi satu kawasan perdagangan bebas yang terintegrasi, dikotomi kedua front ini akan semakin jelas menjadi kenyataan. Namun menyadari adanya lawan bersama ini membuahkan hikmah tersendiri bagi Eropa. Para pebisnis Eropa menyatukan langkah untuk menghadapi pesaing tangguh mereka dari Asia-Pasifik. Langkah pertama yang menjadi prioritas adalah mengamankan potensi pasar Eropa dari gerogotan produk pesaing dari Asia-Pasifik tersebut. Langkah ini membuat kerjasama dikalangan pebisnis dan industri Eropa, baik dalam bidang litbang, produksi, dan distribusi, menjadi semakin kuat. Tak heran jika capaian perdagangan intra Eropa menjadi relatif tinggi. Sebaliknya, kalangan pebisnis ASEAN tidak memiliki “lawan” bersama. Semua negara, baik negara-negara barat maupun timur, Eropa, Asia atau Amerika, dianggap sebagai mitra dagang yang harus terus menerus diupayakan penjalinan hubungan baiknya. Ketiadaan “lawan” bersama ini menyebabkan para pebisnis ASEAN kurang memiliki semangat menggalang persatuan dunia bisnis ASEAN, sehingga kurang terdorong untuk berintegrasi. Selain itu, para pebisnis ASEAN pada kenyataannya memang merupakan pesaing, karena memiliki latar belakang sesama negara berkembang yang mengandalkan potensi sumber daya alam. Persoalan lain yang menjadi kendala persatuan adalah latar belakang sumber permodalan dan teknologi. Para pebisnis ASEAN tidak memiliki penguasaan teknologi dan permodalan yang kuat, sehingga mereka harus menggalang kerjasama dengan perusahaan negara maju. Mereka sangat terafiliasi dengan para investor asing dan pengusaha industri dari Asia, Eropa dan Amerika. Banyak diantara mereka tidak dapat berkiprah dengan bebas, melainkan harus mengikuti kebijakan mitra asing atau perusahaan prinsipalnya di luar negeri. Di sisi lain, berbeda dengan konsumen Eropa yang memiliki kebanggaan bahkan fanatisme terhadap produk dan merek Eropa, konsumen ASEAN cenderung lebih menghargai produk dan merek asing ketimbang buatan ASEAN sendiri. Mereka lebih menghargai produk dan merek negara maju, dari Amerika, Eropa, Jepang atau Korea yang dianggap lebih berkualitas, dan bergengsi ketimbang buatan Indonesia, Malaysia atau Thailand. Apalagi buatan Vietnam atau Kamboja yang tidak dikenal. Konsumen ASEAN sudah terlampau lama
  • 26. 26 dipengaruhi oleh budaya konsumsi negara-negara maju tersebut yang ditransfer lewat penyampaian informasi, hiburan dan promosi di media massa yang berlatar belakang gaya hidup negara-negara maju tersebut. Untuk mengatasi kendala ini perlu ada terobosan budaya (cultural breakthrough) dengan menggiatkan promosi produk buatan ASEAN, mengalakkan kebanggan menggunakan buatan ASEAN, dan mengembangkan merek buatan ASEAN sendiri. Masyarakat konsumen Eropa bangga dengan label made in Uni Eropa. Begitu juga masyarakat ASEAN harus didorong untuk bangga menggunakan barang made in ASEAN. Dengan kiat ini, negara-negara ASEAN yang citra produknya belum dikenal masyarakat ASEAN, menjadi bisa terangkat citranya dan memudahkan pemasaran internasionalnya, setidaknya di pasar ASEAN. Namun untuk mengembangkan label merek/buatan ASEAN perlu dibuat keseragaman standar mutu, ukuran dan labelisasi produk-produk ASEAN. Selain itu, juga perlu dibentuk kerjasama antar lembaga pengujian mutu ASEAN yang selain memiliki akreditasi ASEAN, juga diakui dunia internasional. Komunitas Ekonomi ASEAN Sejak krisis moneter melanda kawasan Asia Tenggara, pergerakan kerjasama ekonomi diantara negara-negara anggota ASEAN seolah mengalami lesuh darah. Kegairahan untuk melanjutkan kerjasama regional yang sudah dibentuk sejak tahun 1967 itu mengalami penurunan yang cukup memperihatinkan. Negara angggota ASEAN disibukkan dengan kegiatan internal mereka untuk dapat keluar dari dampak krisis moneter secepat mungkin, sehingga perhatian mereka untuk mengembangkan kerjasama ASEAN lebih lanjut, otomatis berkurang. Bahkan pada saat itu kelangsungan kerjasama ASEAN sempat dipertanyakan banyak pihak. Mereka mempertanyakan, apakah kerjasama ASEAN itu masih mau dilanjutkan dengan penuh semangat, apakah masih relevan untuk diimplementasikan dalam perkembangan situasi pasar global yang penuh ketidakpastian ? Namun kejutan terjadi. Implementasi kerjasama ASEAN kembali bergairah setelah muncul gebrakan Bali Concord II yang memutuskan dibentuknya Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC). Setelah cukup lama terbenam dalam kelesuhan, pada 2 September 2003, para menteri perekonomian negara anggota ASEAN bertemu di ibu kota Kamboja, Phnom Penh. Pertemuan tersebut menelorkan rekomendasi untuk ditindaklanjutkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke 9 di Nusa Dua, Bali, pada 7-8 ktober 2003, guna membahas pembentukan Komunitas Perekonomian ASEAN. Konferensi petinggi ASEAN di Nusa Dua Bali itu akhirnya diselenggarakan dan melahirkan Deklarasi ASEAN Bali Concord II
  • 27. 27 (Declaration of ASEAN Concord II) pada 7 Oktober 2003. Dalam konferensi ini oleh para petinggi negara ASEAN telah disepakati dan dideklarasikan dimulainya pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA). Komunitas Ekonomi yang menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi perekonomian ASEAN ini sepenuhnya baru akan terbentuk pada tahun 2020. Selain itu juga disepakati pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community/ASC) dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio- cultural Community/ASCC). Ketiga komunitas ini bila terwujud nantinya akan membentuk Komunitas ASEAN (ASEAN Community) dengan tiga pilar kerjasama, yakni kerjasama ekonomi yang saling menunguntungkan, kerjasama politik dan kemanan serta kerjasama sosial budaya. Ketiga pilar kerjasama ini harus berkaitan dan saling menunjang dalam mencapai stabilitas, perdamaian dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara. Gagasan pembentukan kerjasama di bidang keamanan, dan sosial budaya dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan dan menyeimbangkan kerjasama diantara negara anggota ASEAN. Sebagaimana diketahui, salah satu penyebab menyurutnya kerjasama ASEAN adalah karena selama ini kerjasama ASEAN lebih difokuskan pada impelementasi kerjasama di bidang perekonomian, sehingga tatkala perekonomian negara-negara ASEAN mengalami kemandegan akibat diterpa badai krismon, kerjasama ASEAN tampak mengalami kelesuhan. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan kerjasama di bidang-bidang lain, khususnya di bidang politik dan keamanan serta sosial dan budaya. Kerjasama di bidang keamanan amatlah penting dan harus ditingkatkan untuk menghadapi ancaman terorisme global. Stabilitas perekonomian membutuhkan stabilitas keamanan. Begitu pula upaya menarik investasi asing memerlukan kondisi keamanan yang kondusif. Pencapaian Deklarasi Bali Concord II sebenarnya telah melalui suatu perjalanan yang panjang, mengingat embrionya sudah ada sejak dikeluarkannya Bali Concord I yang dihasilkan pada KTT ASEAN di Bali pada tahun 1976. Namun gagasan pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN baru muncul secara jelas sosoknya pada KTT ASEAN tahun 2003 yang membuahkan Bali Concord II yang monumental. Gagasan pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN ini muncul dari Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra dan Perdana Meneri Singapura kala itu, Goh Chok Tong. Para petinggi dari dua negara anggota senior ASEAN ini menyadari bahwa belakangan ini ASEAN semakin jauh tertinggal dalam kompetisi menarik dana investasi dunia. ASEAN kalah jauh dibandingkan dengan China yang ternyata paling berhasil merebut investasi asing di kawasan Asia. Untuk meningkatkan aliran investasi asing ke ASEAN, maka kawasan ini harus dibuat lebih aktraktif disbanding dengan kawasan dunia lainnya.
  • 28. 28 Selama ini dimata investor global pasar ASEAN, sekalipun memiliki populasi penduduk sekitar 530 juta jiwa dan sudah membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade AREA/AFTA), namun pasarnya masih dinilai kurang aktraktif, karena masih belum terintegrasi. Pasar ASEAN masih terfragmentasi dalam bentuk pasar dari 10 negara yang terkotak- kotak, dimana aliran barang, jasa dan modal belum dapat bergerak secara bebas. China di sisi lain, jelas-jelas merupakan satu kesatuan pasar yang besar dengan populasi penduduknya lebih dari dua kali lipat ASEAN atau sekitar 1,3 miliar jiwa dan ekonominya pun terus bertumbuh secara dinamis. Sementara sebagian negara anggota ASEAN masih belum pulih sepenuhnya dari dampak krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia pada 1997. Maka, untuk membuat ASEAN lebih aktratif sehingga modal asing kembali mengalir dengan deras ke kawasan ASEAN, pasar ASEAN harus diintegrasikan dalam bentuk satu pasar tunggal (single market) yang sekaligus berperan sebagai basis dan jaringan produksi terpadu (integrated production network), dimana aliran barang, jasa, modal dan tenaga kerja mengalir dengan bebas dan lancar, tanpa mengenal batas-batas negara anggotanya. Pasar terintegrasi ini layaknya dikembangkan dalam suatu wujud Komunitas Ekonomi ASEAN yang kompak dan terpadu. Sejak menjabat sebagai pemimpin Thailand, Thaksin sudah menyadari betul potensi besar ASEAN yang layak dikembangkan menjadi suatu komunitas perekonomian regional yang berkembang secara dinamis. Thaksin yang juga seorang pebisnis sehingga memiliki naluri bisnis, menyimpulkan, ASEAN tidak hanya berpotensi menjadi suatu kawasan pasar bebas (free trade area/FTA), melainkan juga kawasan komunitas ekonomi yang terintegrasi seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang belakangan berkembang menjadi Uni Eropa. Dalam konteks Komunitas ASEAN, kawasan ini akan dikembangkan menjadi pasar terintegrasi, sekaligus basis dan jaringan produksi, ditandai dengan adanya pergerakan barang dan jasa termasuk tenaga kerja dan modal investasi yang lebih bebas pada tahun 2020. Visi Komunitas Ekonomi ASEAN bukan hanya terbatas mewujudkan suatu pasar tunggal yang terintegrasi melainkan juga mewujudkan peningkatan daya saing ASEAN di pasar dunia. Thaksin memaparkan, pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN bukan berarti hanya meliberalisasi perdagangan barang, jasa dan investasi, melainkan juga harus mampu meningkatkan daya saing ASEAN. Daya saing ini akan muncul dengan semakin terpadu atau terintegrasinya industri di kawasan ASEAN, sehingga terwujud sinerji dalam industri (sektor-sektor dalam perekonomian ASEAN) yang merupakan kunci peningkatan efesiensi dan daya saing. Agar implementasi perwujudan Komunitas Ekonomi ASEAN ini berjalan dengan lancar, perlu disusun suatu
  • 29. 29 sistem untuk memonitor implementasi perjanjian-perjanjian atau kesepakatan kerjasama ekonomi ASEAN yang sudah dibuat dan disepakati untuk dijalankan oleh negara anggota ASEAN Komunitas Ekonomi ASEAN pada dasarnya, jauh lebih berarti ketimbang kawasan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA) yang hanya membebaskan perdagangan barang, namun tidak mencakup pembebasan aliran jasa, modal, dan tenaga kerja. Marilah kita simak perbandingan dibawah ini : Fokus dari Komunitas Ekonomi ASEAN mencakup : a) Penurunan hambatan tariff dan non tariff b) Penciptaan proses dan iklim bisnis yang kondusif dan bersahabat di kawasan Asia Tenggara c) Liberalisasi perdagangan barang dan sektor jasa Sementara fokus dari AFTA terbatas pada : a) Penurunan tariff b) Masih memberi peluang bagi anggota untuk mundur dari penurunan tarif c) Liberalisasi perdagangan barang dan belum mencakup sektor jasa, lalu lintas modal, dan tenaga kerja. Maksud dari pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN adalah : 1) Menciptakan kawasan ekonomi Asia Tenggara yang stabil, makmur dan berdaya saing kuat 2) Memperlancar aliran barang dan jasa serta modal dan tenaga kerja agar dapat bergerak lebih bebas 3) Pengembangan kondisi ekonomi yang lebih berimbang di kawasan Asia Tenggara 4) Pengurangan kemiskinan dan perbedaan status sosial ekonomi di ASEAN 5) Memperdalam integrasi ekonomi di kawasan ASEAN 6) Meningkatkan iklim investasi sehingga menjadi kondusif 7) Memperkuat perekonomian ASEAN yang dengan demikian akan membuat ASEAN lebih dipertimbangkan dalam forum internasional dan menjadi kawasan yang disegani di dunia Sedang tujuan ekonomi dari pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN adalah : 1) Menjadikan ASEAN sebagai pasar yang terintegrasi 2) Menjadikan ASEAN sebagai basis dan jaringan produksi yang terintegrasi
  • 30. 30 3) Upaya mewujudkan kedua bentuk integrasi ini dimaksudkan untuk mendorong peningkatan investasi sekaligus juga peningkatan perdagangan di kawasan ASEAN 4) Memungkinkan perusahaan di ASEAN mencapai skala usaha yang ekonomis dan efesien dengan melayani pasar yang besar berpopulasi penduduk setengah miliar jiwa. 5) Memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen ASEAN dengan menyediakan berbagai jenis barang dengan harga yang lebih bersaing. Adapun cara atau proses yang akan ditempuh dalam mewujudkan Komunitas Ekonomi ASEAN adalah : 1) Menggunakan lebih intensif berbagai skema kerjasama di bidang ekonomi yang sudah tersedia seperti kerjasama mewujudkan kawasan perdagangan bebas ASEAN (AFTA), ASEAN Investment Area (AIA), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) 2) Melanjutkan pendalaman mekanisme yang akan memperkuat integrasi ekonomi ASEAN 3) Memperkuat kelembagaan dengan membentuk kelembagaan non politik, seperti pembentukan mekanisme penyelesaian pertikaian bisnis, untuk mengatasi terjadinya pertikaian diantara sesama pebisnis ASEAN Untuk mempercepat proses integrasi ASEAN, para petinggi ASEAN sepakat untuk mempercepat integrasi 11 sektor dalam perekonomian ASEAN, yang akan berlangsung sampai tahun 2010, yang mencakup industri perkayuan, otomotif, karet, tekstil dan produk tekstil (TPT), agro, perikanan, elektronik, produk kesehatan, teknologi informasi (e-commerce), pariwisata dan penerbangan. Pengintegrasian ke 11 sektor prioritas ini merupakan proyek percontohan (pilot project) untuk mencapai terwujudnya Komunitas Ekonomi ASEAN secara penuh pada 2020. Dengan demikian, sepanjang perjalanan mencapai tahun 2010 dapat diketahui berbagai hambatan yang ada. Dengan demikian, setelah periode itu dalam menuju tahun 2020, segala hambatan dapat dieleminasi sehingga proses integrasi bisa berjalan lebih baik, lebih cepat dan lebih lancar. Dalam rangka integrasi 11 sektor ini, negara-negara ASEAN akan mengurangi berbagai bentuk hambatan tariff dan non tariff yang mengena pada 11 jenis industri ini. ASEAN BAC Konferensi Nusa Dua Bali juga menyepakati keberadaan suatu lembaga yang bertugas memberi masukan-masukan di bidang ekonomi bisnis kepada pemerintah negara ASEAN, serta cara-cara untuk meningkatkan pengintegrasian perekonomian ASEAN. Lembaga ini dikenal sebagai
  • 31. 31 ASEAN Business Advisory Council (ABC). Setiap negara anggota ASEAN yang berjumlah 10 negara itu, menempatkan tiga wakilnya dalam lembaga ini, sehingga jumlah seluruh anggota mencapai 30 orang. Mereka mewakili perusahaan swasta, BUMN dan usaha kecil dan menengah (UKM) dari negara masing-masing. Selain berperan sebagai lembaga pemberi masukan, BAC juga akan menjadi ajang kumpul dan diskusi para pengusaha ASEAN dalam menghimpun masukan yang akan disampaikan kepada para petinggi negara ASEAN. BAC sendiri sebenarnya sudah dibentuk pada KTT ASEAN ke 7 di Brunei Darussalam. Thaksin, Perdana Menteri Thailand yang juga berlatar belakang dari kalangan pebisnis itu, berperan besar dalam mendukung pembentukan lembaga ini. Demikian pula petinggi pemerintah Singapura. Pemunculan BAC merupakan gagasan yang baik. Sebagaimana diketahui, sejak berdiri pada 1967, pihak pengusaha swasta ASEAN memang tidak memiliki wadah dan akses langsung ke dalam organisasi kerjasama regional negara-negara di Asia Tenggara ini. Pemerintah negara ASEAN seolah berjalan sendiri dan dunia usaha dianggap bisa dan siap menerima dan menjalankan, apa yang telah disepakati pemerintahnya dalam forum kerjasama ASEAN. Tetapi apa yang disepakati petinggi pemerintahan itu belum tentu sepenuhnya cocok untuk diimplementasikan oleh dunia usaha, sehingga mempengaruhi kecepatan dan kelancaran implementasi hasil-hasil kesepakatan ASEAN. Oleh karena itu, diperlukan wadah formal yang menjembatani hubungan organisasi pemerintah ASEAN dengan dunia usaha ASEAN. Sebelum konferensi Nua Dua, ASEAN BAC sudah mengadakan pertemuan sebanyak empat kali di kota satelit Putrajaya, Malaysia pada akhir september 2003. Pada rangkaian pertemuan itu, para pebisnis ASEAN membahas rekomendasi yang akan disampaikan pada para pemimpin negara ASEAN pada KTT 9 di Nusa Dua, Bali, untuk mempercepat integrasi ASEAN. Mereka tempaknya bekerja relatif cepat sehingga berhasil menelorkan masukan-masukan yang disampaikan dalam KTT Nusa Dua.
  • 32. 32 Bab. 3. Kerjasama Dengan Mitra Dagang Asia Lainnya (ASEAN Plus Three) Bab ini akan membahas kerjasama ASEAN dengan mitra dagang utama dari kawasan Asia seperti China ,dan Jepang, yang bisa berperan sebagai lokomotif pertumbuhan negara-negara anggota ASEAN. Kerjasama ASEAN-China Disamping berupaya meningkatkan perdagangan intra ASEAN, negara- negara ASEAN juga merintis upaya memperluas kerjasama kawasan perdagangan bebasnya (AFTA) dengan negara-negara tetangga yang menjadi mitra dagang utamanya seperti China, India dan Jepang. Studi yang dilakukan Scollay dan Gilbert (2002) menunjukkan bahwa GDP ASEAN akan meningkat 0.9% pertahun apabila mengadakan perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Arrangement/FTA) dengan China. Sedangkan pemberlakukan FTA ASEAN dengan Jepang akan meningkatkan GDP ASEAN 1.1% pertahun. Dalam studi yang sama dinyatakan, GDP ASEAN diperkirakan dapat meningkat 1.5% pertahun apabila FTA ASEAN diperluas cakupannya menjadi ASEAN Plus Three (China, Jepang dan Korea). Potensi peningkatan GDP yang positif bagi ASEAN, apabila melakukan FTA dengan negara-negara di Asia Timur, dapat dipahami mengingat peningkatan volume perdagangan yang mungkin tercipta melalui upaya perluasan kerjasama kawasan pasar bebas ASEAN dengan mitra dagang utamanya di Asia. Pasar China yang berpenduduk 1.2 milyar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa berhenti selama 10 tahun terakhir ini akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di Asia Timur. Demikian juga Jepang dengan penduduk sekitar 120 juta jiwa dan tingkat pendapatan yang sangat tinggi, menjadi tempat yang potensial bagi pemasaran produk-produk ekspor ASEAN. Negara-negara ASEAN dan China sudah menjalin hubungan perdagangan yang erat sejak berabad-abad yang silam. Tiga negara di Asean yaitu Myanmar, Laos dan Vietnam berbatasan secara langsung dengan China. Pada awalnya, negara-negara ASEAN mengekspor produk-produk rempah-rempah ke Cina dan mengimpor sutera dan bahan pakaian dari China. Saat ini, pola perdagangan mengalami perubahan, dimana ASEAN mengekspor produk- produk elektronik, minyak mentah, minyak dan lemak nabati, karet alam, dan sebagainya serta mengimpor produk-produk elektronik, produk kimia, textil,
  • 33. 33 seng, dlsb, dari China. Perdagangan ASEAN-China mengalami puncak pada tahun 2000 dengan total US$. 61.5 milyar dan kemudian menurun menjadi US$. 42.7 milyar tahun 2002. Singapura adalah negara ASEAN yang memiliki perdagangan terbesar dengan China diikuti dengan Malaysia dan Thailand. Kesepakatan ASEAN-China FTA ditandatangani tahun 2002 di Kambodya dimana disepakati untuk mewujudkan ASEAN-China FTA pada tahun 2010 untuk ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand) dan 2015 untuk ASEAN-4 (Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam). Dalam rangka memperlancar kerjasama ASEAN-China ini, disepakati juga implementasi Early Harvest Program (EHP) yaitu melakukan liberalisasi dini untuk produk pertanian selambat-Iambatnya 2007 dan dimulai awal 2004. Dalam talian ini, terdapat 478 produk dalam HS 8 digit yang masuk dalam skema EHP dan berlaku untuk semua ASEAN-China. Akan tetapi, dilakukan juga kesepakatan bilateral masing-masing untuk menentukan beberapa produk sensitif yanq penurunan tarifnva hanva berlaku secara unilateral antara China dan masing-masing negara. Khusus dengan lndonesia disepakati sebanyak 49 produk yang masuk dalam skema EHP. ASEAN-Jepang Secara geographis, ASEAN dan Jepang tidak memiliki perbatasan darat karena kedua wilayah dipisahkan oleh Laut China Selatan. Perdagangan ASEAN dan Jepang merupakan terbesar dari seluruh mitra dagang ASEAN yang sudah menyepakati perwujudan integrasi ekonomi regional dengan ASEAN. Hal ini disebabkan pasar Jepang sangat besar, dengan jumlah penduduk yang mencapai sekitar 120 juta jiwa dan memiliki pendapatan per kapita yang tinggi. Disamping itu, Jepang merupakan negara terbesar kedua yang melakukan investasi di kawasan ASEAN setelah Amerika Serikat. Perdagangan ASEAN - Jepang mengalami puncak pada tahun 2002, mencapai sebesar US$. 120,3 milyar dan mengalami penurunan menjadi US$. 97.6 tahun 2002. Produk utama ekspor ASEAN ke Jepang adalah gas alam, produk elektronik, petroleum, produk hasil laut, plywood, furniture, dan tembaga. Sedangkan produk impor utama ASEAN dari Jepang adalah Produk elektronik, mesin-mesin, otomotif, aluminium dan bahan bangunan. Sampai tahun 2001, Singapura merupakan mitra dagang utama Jepang di ASEAN. Akan tetapi pada tahun 2002, Thailand tampil menjadi negara mitra dagang utama
  • 34. 34 Jepang di ASEAN, disusul Singapura dan Malaysia. Rencana liberalisasi perdagangan antara ASEAN dengan Jepang juga telah disepakati pada tahun 2003 di Bali dengan istilah ASEAN-Jepang Comprehensive Economic Partnership (CEP). economic partnership ini mencakup liberalisasi di - bidang barang dan jasa, invetasi dan tenaga kerja terampil, dan kerjasama di bidang ekonomi. Target waktu pencapaian ASEAN-Jepang CEP belum ditetapkan, tetapi disepakati untuk segera melakukan negosiasi pada awal tahun 2004 dan selesai selambat-Iambatnya akhir tahun 2005. ' Sedikit berbeda dengan pola ASEAN-China FTA dan ASEAN-India FTA, ASEAN-Jepang CEP akan dilaksanakan secara bilateral. Hal ini disebabkan pihak Jepang melihat tingkat kesiapan masing-masing negara anggota ASEAN dalam melaksanakan CEP berbeda-beda. Singapura dan Jepang sudah menandatangani bilateral FTA pada tahun 2001, atau dua tahun sebelum disepakatinya ASEAN- Jepang CEP. Prosedur penyelesaian bilateral FTA ini adalah melalui tahapan diskusi intensif, studi bersama, dan negosiasi. Pada saat ini Jepang sedang melakukan negosiasi secara bilateral dengan Thailand, Malaysia dan Philipina dalam mencapai bilateral FTA. Sedangkan antara Jepang dengan Indonesia, status pada saat ini belum pada tahap negosiasi masih dalam tahap diskusi intensif menuju negosiasi pembentukan FTA. ASEAN-India Walaupun secara geografis, India berbatasan langsung dengan ASEAN hanya dengan satu negara anggota ASEAN, yakni Myanmar, tetapi perdagangan langsung antara India dengan negara anggota ASEAN lainnya sudah berlangsung sejak berabad-abad. Sejarah dunia mencatat bahwa perdagangan Asia dengan India dimulai dengan perdagangan rempah-rempah dan sutra yang ditandai dengan banyaknya pedagang India yang membuka hubungan perdagangan dan bahkan kemudian menetap dan membuka usaha dagang diberbagai negara di kawasan Asia Tenggara. Perdagangan ASEAN dengan India terus meningkat dari tahun ke tahun dan mencapai puncaknya pada tahun 2002. Malaysia merupakan negara mitra dagang utama India di ASEAN, diikuti Singapura dan Indonesia. Produk ekspor utama ASEAN ke India adalah minyak nabati, petroleum, produk elektronik, benang, tekstil dan tembaga. Sedangkan produk impor utama ASEAN dari India adalah produk elektronik, makanan ternak, batu-batuan, permata dan gandum.
  • 35. 35 Kesepakatan kerjasama ekonomi ASEAN-India ditandatangani oleh kepala pemerintahan negara-negara ASEAN dan PM India di Bali tahun 2003, dengan target mencapai terbentuknya perdagangan bebas pada tahun 2011 untuk ASEAN-5 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand), tahun 2016 untuk Philipina dan tahun 2017 untuk ASEAN-4 (Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam). ASEAN-India sepakat untuk membentuk ASEAN-India Trade and Investment AREA (RTIA). Tujuan RTIA ASEAN-India adalah : • Memperkuat dan meningkatkan kerjasama investasi, perdagangan dan ekonomi diantara para anggotanya, • Liberalisasi dan promosi perdagangan barang, jasa dan investasi untuk menciptakan transparansi, liberalisasi dan fasilitasi, • Memperluas bidang-bidang baru yang mengembangkan kebijakan yang tepat untuk implementasi kerjasama ekonomi diantara anggotanya, • Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif untuk negara anggota ASEAN baru (Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam), • Menjambatani kesenjangan pembangunan dan ekonomi diantara para anggotanya. Adapun tujuan jangka panjang RTIA ASEAN-India adalah mewujudkan kawasan perdagangan bebas (Free Trade AREA/FTA) atau ASEAN-India FTA, yang akan diperluas mencakup bidang perdagangan barang, jasa dan investasi serta meningkatkan kerjasama ekonomi ASEAN-India secara berkesinambungan. Sebagaimana halnya dengan ASEAN-China FTA, dalam ASEAN-India FTA (dalam konteks kerjasama dengan ASEAN-India) juga disepakati penerapan Early Harvest Program (EHP) yang mencakup produk-produk yang didahulukan penurunan tarifnya. Produk yang masuk EHP disusun dalam suatu Common List yang terdiri dalam dua daftar produk, yakni Daftar A dan Daftar B. Dalam daftar A terdapat 105 produk dalam HS 6 digit, yang berlaku untuk India dan ASEAN-6. Sedangkan dalam daftar B terdapat 111 produk HS 6 digit yang hanya berlaku untuk India dan negara-negara CLMV (Cambodya, Laos, Myanmar dan Vietnam).
  • 36. 36 Rentang waktu pelaksanaan EHP telah disepakati, yakni mulai 1 November 2004 hingga 31 Oktober 2007. Sedang rentang waktu untuk penurunan tarif pada produk-produk yang masuk ke dalam Normal Track (jalur normal) disetujui mulai 1 Januari 2006 sampai dengan 2011 bagi ASEAN 5, sedang untuk Filipina berlaku sampai 20016. Khusus untuk negara ASEAN yunior seperti Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam, disetujui rentang waktu pelaksanaan EHP dari 1 Januari 2006 – 2016, namun dengan awal tingkat tariff yang lebih tinggi. Didalam konsep ASEAN-India FTA juga dikenakan Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin/ROO). Barang-barang ASEAN-India yang dapat memanfaatkan fasilitas FTA ini adalah barang buatan ASEAN-India dengan ketentuan (menurut versi ASEAN) memiliki kandungan local ASEAN setidaknya 40 %. Sedang India menghendaki lebih besar dari 40 %. Perbedaan ini menyebabkan implementasi kesepakatan ASEAN-India FTA masih menungguh tercapainya kesepakatan khusus mengenai besaran ROO ini, yang harus disetujui kedua belah pihak. ASEAN sendiri, dalam konteks AFTA mensyaratkan adanya kandungan ASEAN setidaknya harus 40 %, barulah produk negara anggota ASEAN tersebut dapat memanfaatkan fasilitas penurunan tarif dalam rangka AFTA. Oleh karena itu, ASEAN juga berkeinginan menggunakan besaran ROO yang sama dalam konteks ASEAN- India FTA. Selain membentuk FTA, ASEAN-India juga berencana untuk mengembangkan kerjasama ekonomi dengan cakupan luas meliputi bidang- bidang berikut : 1. Kejasama dalam rangka fasilitasi perdagangan antara lain meliputi penuntasan prosedur akreditasi dan pengaturan teknik standar, penyesuaian kebijakan non tariff, kerjasama kepabeanan, serta fasilitas travel dan visa bisnis. 2. Kerjasama sektoral antara lain meliputi kerjasama di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan; jasa media dan hiburan; kesehatan, perbankan, pariwisata, konstruksi, pertambangan dan enerji, penyedian tenaga pembangkit, ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi, e-commerce, bioteknologi, lingkungan dan transportasi. 3. Kerjasama bidang industri antara lain mencakup; industri otomotif, farmasi, tekstil dan pakaian jadi, pengolahan makanan, barang dari kulit, elektornika, perhiasan dan permata. Bidang sumberdaya manusia
  • 37. 37 meliputi; pelatihan untuk para pebisnis, pengembangan usaha kecil dan menengah serta program alih tenologi. 4. Kerjasama promosi dan investasi mencakup pelaksanaan kegiatan pameran, pembuatan situs internet AEAN-India, dan pengembangan dialog antar pebisnis ASEAN-India.
  • 38. 38 Bab. 4. Dilema Hubungan dengan Australia dan Myanmar Kerjasama pembentukan FTA ASEAN dengan negara Asia Timur (China, Jepang dan Korsel) telah mengalami kemajuan pesat. Hanya yang patut disayangkan, mengapa pengembangan kerjasama FTA dengan Australia belum sepesat kerjasama ASEAN dengan ketiga lokomotif Asia itu, padahal Australai merupakan tetangga terdekat. Keinginan untuk memperluas zona perdagangan bebas dengan Australia sebenarnya ada dan kembali ditegaskan pada pertemuan para menteri ekonomi ASEAN dengan Australia dan Selandia Baru pada bulan Oktober 2004. Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan pembahasan teknis pelaksanaan zona perdagangan bebas ASEAN dengan Australia dan Selandia Baru di KTT ASEAN ke 10. Diharapkan kesepakatan zona perdagangan bebas dengan Australia ini akan tercapai pada 2007, khususnya dengan enam anggota senior ASEAN (Singapura, Malaysia, Thailand, Brune, Indonesia dan Filipina). Sedang untuk empat anggota ASEAN lainnya (Vietnam, Laos, Kamboja, Myanmar) akan dimulai tahun 2012. Jadwal palaksanaan yang berbeda ini karena kesiapan dua kelompok anggota ASEAN ini relatif berbeda, dimana anggota senior ASEAN itu lebih maju tingkat perekonomiannya dibanding dengan anggota yunior ASEAN tersebut, sehingga siap lebih dahulu mengimplementasikan zona perdagangan bebas dengan Australia dan Selandia Baru. Namun banyak kalangan masih sangat meragukan itikad dan kesungguhan Australia dalam menjalin kerjasama ekonomi dengan ASEAN. Apalagi membentuk sebuah zona perdagangan bebas. Australia sendiri tampaknya masih tetap bersemangat untuk mengembangkan kerjasama dengan ASEAN. Dalam sambutannya dalam peringatan 30 tahun hubungan ASEAN- Australia di Parliament Houses, Canberra, 15 April 2004, Menlu Australia, Alexander Downer menyatakan, sebagai negara mitra ASEAN yang pertama, pada 1974, Australia telah memberikan banyak dan masih siap berbuat banyak bagi ASEAN. ASEAN yang padat penduduk dan Australia yang padat modal bisa saling melengkapi. Dalam pada itu, sumber di Kementerian Luar Negeri Australia menyatakan, Australia berharap sebaiknya kerjasama ASEAN Plus Tiga (Plus China, Jepang dan Korsel) dikembangkan menjadi ASEAN Plus Lima (ditambah Australia dan Selandia Baru). Australia siap bergabung, menunggu ajakan ASEAN dan semua ini bergantung pada ASEAN. Persoalannya, mengapa ASEAN cenderung mengembangkan kerjasama ASEAN Plus Tiga ketimbang Plus Lima ?
  • 39. 39 Mari kita simak apa yang terjadi di dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 10 ASEAN yang diselenggarakan pararel dengan KTT ASEAN Plus Tiga (China, Jepang dan Korsel), di Vientiane, Laos pada bulan November 2004. KTT ini telah menghasilkan kesepakatan yang cukup mengejutkan. Pertama disepakati percepatan pembentukan zona perdagangan bebas ASEAN-China menjadi tahun 2010. Kesepakatan ini menyebabkan Jepang dan Korsel juga terdorong untuk mempercepat pembentukan zona perdagangan bebas dengan ASEAN. Dengan Korsel disepakati pembentukan FTA pada tahun 2009. sedang dengan Jepang dipastikan akan dibentuk sepenuhnya pada 2012. Bila negara Asia Timur menunjukkan reaksi yang cepat dengan semangat dan antuasias yang besar untuk mewujudkan zona perdagangan bebas dengan ASEAN, dalam KTT itu sikap Australia malah terkesan masih lamban, tidak sesigap pesaingnya dari Asia Timur. Selain itu, dalam KTT ASEAN di Laos juga disepakati penyelenggaraan KTT Asia Timur (East Asian Summit/EAS) yang pertama pada tahun 2005 bertempat di Kuala Lumpur, Malaysia. Yang paling bersemangat untuk mewujudkan Komunitas Ekonomi Asia Timur tampaknya Malaysia dan Singapura. Selepas KTT Laos, di Kuala Lumpur pada bulan Desember 2004 diselenggarakan pertemuan para tokoh Asia dalam rangka membahas lebih lanjut rencana pelaksanaan KTT Asia Timur 2005 di Kuala Lumpur. Hadir dalam pertemuan itu antara lain PM Malaysia, Badawi, mantan petinggi Malaysia Mahathir Mohamad dan mantan Presiden Korsel, Kim Dae Jung. Pada kesempatan itu, Mahathir menyatakan KTT Asia Timur harus segera berjalan yang melibatkan pihak China, Korsel dan Jepang. Namun Australia dan Selandia Baru tidak perlu diikutkan, karena menurut Mahathir, kedua negara itu secara etnis bukan Asia, melainkan keturunan Eropa, dan tidak mau melepaskan sikap hostile pada Asia. Kendati sudah lengser dari jabatan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir masih memiliki pengaruh politik yang kuat di pemerintahan Malaysia, sehingga dapat mempengaruhi haluan politik luar negeri negara jiran ini dan melalui poros ini mempengaruhi institusi ASEAN. Selama ini Mahathir memang terkesan mengambil posisi berseberangan dengan Australia dan AS. Apalagi Mahathir memiliki obsesi merangkul Timur (Asia) ketimbang Barat. Sejarah terbentuknya Australia sebagai suatu negara berdaulat diawali oleh pendaratan Armada Pertama Inggris yang terdiri dari 11 kapal dan 1.500 pasukan, dibawah pimpinan Kapten Arthur Phillips, Botani Bay (kini bernama Sydney Harbor) pada 26 Januari 1778. Tanggal pendaratan Kapten Phillips ini kemudian dijadikan Hari Nasional Australia. Pada masa itu benua Australia dihuni sekitar 300.000 orang Aborigin, suku asli Australia dan orang-orang dari pulau-pulau di sekitar Selat Torres. Perang kemerdekaan Amerika Serikat pada 1775 membuat Inggris, atas saran Sir Joseph Banks dan Kapten James Cook yang
  • 40. 40 pernah berlayar ke Australia, menjadikan benua temuan baru itu sebagai tempat penampungan orang hukuman. Setelah itu, selama kurun waktu 80 tahun tercatat sekitar 160.000 orang hukuman dibuang ke Australia. Bersamaan dengan itu terjadi migrasi dari bangsa Inggris (termasuk Irlandia) ke Australia sekitar 50.000 orang pertahun, yang tertarik dengan demam usaha tambang emas, sehingga pada 1940an jumlah pendatang dari Barat itu mencapai sekitar 7 juta orang. Ekspansi bangsa Barat ini telah mendesak esksitensi penduduk asli Aborigin dan bahkan mengambilalih milik mereka. Usai PD II sekitar 6 juta imigran dari berbagai negara masuk dan bermukim di Australia. Berdasarkan sensus 2001, penduduk Australia berjumlah 18.769.791 jiwa. Komposisinya terdiri dari penduduk asal Inggris sebanyak 1. 036.437 jiwa (5,5 %), menyusul Selandia baru sebanyak 355.684 jiwa ( 1,9 %), Italia 218.754 jiwa (1,2 %), Vietnam 154.831 jiwa (0,8 %), China 142.717 jiwa (0,8 %), Yunani 116.531 jiwa (0,6 %), Jerman 108.238 jiwa (0,6 %), Filipina 103.989 jiwa (0,6 %), India 95.456 jiwa (0,5 %), dan Belanda 83.249 (0,4 %). Sisanya terdiri dari berbagai bangsa pendatang lainnya. Dari segi kedekatan jarak geografisnya, Australia memang tetangga terdekat ASEAN. Bahkan dengan Indonesia merupakan tetangga langsung. Namun sering terjadi kesalahpahaman dalam hubungan bilateral Australia dengan Indonesia dan negara ASEAN lainnya. Negara tetangga yang mayoritas penduduknya berkulit putih ini sering dilihat sebagai bagian dari negara barat, ketimbang bagian dari kawasan Asia. Tradisi Australia yang sangat ke-Inggris- an, termasuk sistem politiknya, kebebasan demokrasi dan pers ala Barat, memang membuat Australia tampak sangat ke-Barat-baratan bagi negara tetangganya di Asia Tenggara. Selain itu, Australia sering dianggap Barat karena negara itu secara simbolis masih berada dibawah kekuasaan Inggris. Australia masih menganggap Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara yang keberadaannya di kawasan Timur jauh ini diwakili oleh seorang Gubernur Jenderal yang berkedudukan di negeri Kanguru ini. Sedang Perdana Menteri Australia hanya berperan sebagai kepala pemerintahan saja. Wacana untuk membentuk Republik Australia sebenarnya pernah muncul pada dekade 1960an dan gagasan ini kemudian diperjuangkan dalam kanca politik oleh mantan PM Australia Paul Keating pada 1993, namun ternyata gagal. Kendati demikian, gagasan untuk membentuk Republik Australia belum hilang sepenuhnya dari atmosfir kehidupan bernegara di Australia. Sikap politik Australia dinilai terlampau memihak ke Barat ketimbang ke Timur (Asia). Australia bersama Selandia Baru memang memiliki kelengketan dengan Amerika Serikat karena terikat pada pakta pertahanan bersama yang dikenal dengan nama Pakta ANZUS yang ditandatangani pada 1951 dan diperbaharui dalam deklarasi Sydney pada 1996. Pasukan Australia terlibat bersama AS di Perang Korea, Vietnam, Perang Teluk dan Somalia. Tak heran